Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus searah
(DC) menjadi arus bolak-balik (AC). Inverter mengkonversi DC dari perangkat
seperti baterai, panel surya / solar cell menjadi AC. Beberapa tahun belakangan
ini perkembangan di dunia elektronika mengalami kemajuan pesat, semua itu di
dasari oleh kemajuan pendidikan yang ada selama ini. Seiring dengan keadaan
yang semakin maju terutama dalam dunia Elektronika, pasti membutuhkan
sumber arus untuk menjalankan alat-alat elektronika tersebut.
Dalam hal ini sumber arus dari PLN saja terkadang tidak memadai, terutama pada
desa-desa tertinggal yang tidak dapat menggunakan sumber arus dari PLN. Oleh
karena itu, hal ini dapat di atasi dengan membuat suatu alat yang yang dapat
mengantikan sumber arus dari PLN tersebut. Maka dengan itu penulis membuat
suatu rangkaian elektronika yang menghasilkan tegangan AC yang dinamakan
“Rangkaian Inverter DC ke AC”.
Perkembangan barang – barang elektronika sangat pesat, Beberapa perangkat
pendukung mengalami perkembangan, alat – alat elektronika yang semakin
beragam. Salah satu sistem elektronika yang kita kenal adalah inverter yang
berfungsi mengubah tegangan DC 12V menjadi tegangan 220 AC 50Hz.
Inverter ini sangat berfungsi sebagai penyedia listrik cadangan baik di kendaraan
maupun dirumah, sebagai emergency power saat aliran listrik rumah padam.
Selain itu di masa mendatang, inverter DC to AC akan memegan peranan penting
dalam mengubah energi DC dari sumber energi terbarukan sel surya menjadi
energi listrik AC yang kita gunakan sehari-hari.
Dalam aplikasinya, inverter ini dapat digunakan pada perangkat rumah tangga,
komputer, peralatan pertukangan, pompa air, kipas angin, sistem suplai energi
pada rumah di daerah terpencil dan berbagai barang elektronik lainnya. Alat ini
terutama pada perangkat rumah tangga sangat banyak digunakan terutama pada
saat listrik padam dan pada sumber 2 energi DC yang dihasilkan oleh sel surya.
Kita membutuhkan sumber AC untuk digunakan pada lampu dan sistem
elektronika lainnya.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan inverter DC to AC
2. Memudahkan kegiatan pendidikan
3. Memudahkan pekerjaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Dasar
Inverter adalah rangkaian yang mengubah DC menjadi AC. Atau lebih
tepatnya inverter memindahkan tegangan dari sumber DC ke beban AC.
Sumber tegangan inverter dapat berupa batteray, solar panel, aki kering dan
sumber tegangan DC lainya. Sedangkan keluaran dari inverter adalah
tegangan AC 220v atau 120v, dan frekuensi output 50Hz atau 60Hz.
Pada dasarnya inverter adalah alat yang membuat tegangan bolak-balik dari
tegangan searah dengan cara pembentukan gelombang tegangan. Namun
gelombang yang terbentuk dari inverter tidak berbentuk gelombang sinusoida,
melainkan gelombang persegi. Pembentukan tegangan AC tersebut dilakukan
dengan menggunakan dua buah pasang saklar. Berikut ini adalah gambar yang
menerangkan prinsip kerja inverter dalam pembentukan gelombang tegangan
persegi.

Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 sakelar seperti


ditunjukkan pada diatas. Bila sakelar S1 dan S2 dalam kondisi on maka akan
mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kiri ke kanan, jika yang hidup
adalah sakelar S3 dan S4 maka akan mengalir aliran arus DC ke beban R dari
arah kanan ke kiri. Inverter biasanya
Full bridge converter adalah rangkaian teori dasar yang digunakan untuk
mengubah DC ke AC. Full bridge converter mempunyai pasangan saklar
(S1,S2) dan (S3,S4). Keluaran AC didapatkan dari masukan DC dengan
membuka dan menutup saklar-saklar pada urutan yang tepat. Tegangan
keluaran Vo bisa berupa + Vdc, -Vdc, atau nol, tergantung pada saklar yang
mana tertutup.
Rangkaian ekivalen kombinasi saklar full bridge converter diperlihatkan pada
Gambar 2.3. Sebagai catatan bahwa S1 dan S4 tidak boleh menutup pada saat
yang bersamaan, begitu juga dengan S2 dan S3, yang akan menyebabkan
terjadinya short circuit pada sumber DC. Saklar yang nyata tidak bisa on atau
off secara seketika. Berikut tegangan keluaran pada table berikut:
Saklar tertutup Tegangan keluaran (V0)
S1 dan S2 +Vdc
S3 dan S4 -Vdc
S1 dan S3 0
S2 dan S4 0

Jenis Inverter Berdasarkan Gelombang yang Dihasilkan


Berdasarkan gelombang keluaran yang dihasilkan, inverter dapat dibagi
menjadi 3 macam yaitu square wave, modified sine wave, dan pure sine wave.
1. Square Wave
Inverter ini adalah yang paling sederhana. Walaupu inverter jenis ini dapat
menghasilkan tegangan 220 VAC, 50 Hz namun kualitasnya sangat buruk.
Sehingga dapat digunakan pada beberapa alat listrik saja. Hal ini
disebabkan karena karakteristik output inverter ini adalah memiliki level
‘’total harmonic distortion’’ yang tinggi. Mungkin karena alas an itu
inverter ini disebut ‘’dirty power supply’’.
menggunakan rangkaian modulasi lebar pulsa (pulse width modulation –
PWM) dalam proses conversi tegangan DC menjadi tegangan AC.

2. Modified Sine Wave


Modified Sine Wave disebut juga ‘’Modified Square Wave’’ atau ‘’Quasy
Sine Wave’’ karena gelombang modified sine wave hamper sama dengan
square wave, namun pada modified sine wave outputnya menyentuh titik
0 untuk beberapa saat sebelum pindah ke positif atau negatif. Selain itu
karena modified sine wave mempunyai harmonic distortion yang lebih
sedikit disbanding square wave maka dapat dipakai untuk beberapa alat
listrik seperti computer, tv, lampu namun tidak bias untuk beban-beban
yang lebih sensitive.

3. Pure Sine Wave


Pure Sine Wave atau true sine wave merupakan gelombang inverter yang
hampir menyerupai (bahkan lebih baik dibandingkan dengan gelombang
sinusoida sempurna pada jaringan listrik dalam hal ini PLN. Dengan total
harmonic distortion (THD) < 3% sehingga cocok untuk semua alat
elektronik. Olen sebab itu inverter ibi juga disebut ‘’ clean power supply’’.
Teknologi yang digunakan inverter jenis ini umumnya disebut pulse width
modulation (PWM) yang dapat mengubah tegangan DC menjadi AC
dengan bentuk gelombang yang hamper sama dengan gelombang
sinusoida.

IC CD 4047
Untuk menghasilkan sebuah gelombang kotak digunakan sebuah IC CD 4047
yang merupakan sebuah Multivibrator astabil. Multivibrator astabil
merupakan sebuah rangkaian-dua-kondisi (two-state system) yang tidak
memiliki kestabilan di kedua kondisinya, maksudnya, output dari rangkaian
ini selalu berubah-ubah kondisinya secara periodik. Dalam satu periode,
outputnya dapat berubah dari kondisi HIGH ke kondisi LOW secara kontinu
dan terus menerus sehingga menghasilkan suatu deretan pulsa (pulse train).
Deretan pulsa yang dihasilkan nilainya konstan dan periodik sehingga dapat
digunakan sebagai clock. IC CD 4047 memiliki 2 jalur output pulsa yang
saling komplemen. Penguat – Penguat ini berfungsi menguatkan pulsa dari
multivibrator IC CD 4047 yang kemudian digunakan sebagai sinyal input
bagian trigger. Penguat sinyal pada inverter ini menggunakan penguat
operasional(Op-Amp) IC LM 324. Driver inverter bagian ini berfungsi untuk
memberikan sinyal driver ke bagian power inverter. Rangkaian ini dibangun
menggunakan transistor tipe C 1061 dan 2N3055 yang dirangkai secara
paralel. Berikut ini gambar Multivibrator astabil IC CD 4047 dan pin IC CD
4047.
Untuk membalikkan fasa digunakan IC CD 4047, IC ini merupakan gerbang
logika NOT yang berfungsi melakukan inversi (pembalikan) terhadap
inputnya. Gerbang logika ini menerima masukan berupa gelombang persegi
dan menghasilkan keluaran berupa gelombang persegi yang fasanya berbeda
sebesar 180 derajat terhadap gelombang inputnya.

Dioda Zener
Pada dasarnya diode zener adalah diode biasa yang mempunyai tegangan
zener (break down) yang kecil. Dirancang untuk digunakan sebagai regulator
tegangan. Selalu dioperasikan pada daerah reversepada tegangan dadalnya
atau teganganzenernya (VZ).
Transistor SCR
Silicon controlled rectifier (SCR) atau thyristor merupakan device
semikonduktor yang mempunyai perilaku cenderung tetap on setelah
diaktifkan dan cenderung tetap off setelah dimatikan (bersifat histeresis) dan
biasa digunakan sebagai saklar elektronik, protektor, dan lain sebagainya.
Sebelum kita mengetahui lebih dalam tentang pengertian dan prinsip kerja
dasar dari Silicon controlled rectifier (SCR), sebaiknya kita tahu terlebih dulu
tentang definisi dari dioda shockley. Karena SCR itu sendiri memang device
yang dikembangkan dari sebuah dioda shockley, yaitu dioda yang terdiri dari
empatlapisan bahan semikonduktor, atau yang juga biasa disebut sebagai
dioda PNPN.
Perkembangan dioda shockley menjadi SCR sebenarnya dicapai hanya
dengan menambahsuatu tambahan kecil yang tidak lebih dari sambungan
kawat ketiga yang diberi nama “gate”dari struktur PNPN yang telah ada. untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar dibawah ini.

Transistor SCR
Silicon controlled rectifier (SCR) atau thyristor merupakan device
semikonduktor yang mempunyai perilaku cenderung tetap on setelah
diaktifkan dan cenderung tetap off setelah dimatikan (bersifat histeresis) dan
biasa digunakan sebagai saklar elektronik, protektor, dan lain sebagainya.
Sebelum kita mengetahui lebih dalam tentang pengertian dan prinsip kerja
dasar dari Silicon controlled rectifier (SCR), sebaiknya kita tahu terlebih dulu
tentang definisi dari dioda shockley. Karena SCR itu sendiri memang device
yang dikembangkan dari sebuah dioda shockley, yaitu dioda yang terdiri dari
empatlapisan bahan semikonduktor, atau yang juga biasa disebut sebagai
dioda PNPN.
Perkembangan dioda shockley menjadi SCR sebenarnya dicapai hanya
dengan menambahsuatu tambahan kecil yang tidak lebih dari sambungan
kawat ketiga yang diberi nama “gate”dari struktur PNPN yang telah ada.
Jika sebuah gate dari SCR dibiarkan mengambang atau tidak terhubung
(terputus), maka SCR akan berperilaku sama persis seperti dioda shockley.
Seperti halnya dioda shockley, SCR juga akan aktif dan mengunci (latch) saat
diberikan tegangan breakover antara katoda dan anoda. Untuk mematikan
kembali SCR dapat dilakukan dengan cara mengurangi arus sampai salah satu
dari transistor internal tersebut jatuh dan berada dalam mode cutoff , dan
perilaku SCR yang seperti ini juga seperti dioda shockley. Lalu sekarang coba
kita bahas tentang kawat atau terminal gate yang menjadi perbedaan dari
kedua perangkat ini. Kita tahu kalau terminal gate SCR terhubung langsung
ke basis transistor yang lebih rendah, itu berarti terminal gate ini dapat
digunakan sebagai alternatif untuk mengaktifkan SCR (latch up). Dengan
memberikan tegangan yang kecil antara gate dan katoda, transistor yang
bawah atau transistor yang lebih rendah akan dipaksa ON oleh arus basis yang
dihasilkan, hal ini akan menyebabkan arus basis transistor atas mengalir dan
transistor atas akan aktif dan menghantarkan arus basis untuk transistor yang
bawah (tidak dibutuhkan lagi pasokan tegangan dari terminal gate), sehingga
kini kedua transistor saling menjaga agar tetap aktif
atau saling mengunci (latch). Arus yang diperlukan gate untuk memulai latch
up tentu saja jauh lebih rendah daripada arus yang melalui SCR dari katoda ke
anoda, sehingga SCR tidak perlu mencapai penguatan.
Cara yang paling umum digunakan dan dianggap aman untuk mengaktifkan
SCR adalah dengan memberikan tegangan pada terminal gate, dan cara atau
metode seperti ini disebut dengan “memicu” (triggering). Bahkan dalam
penggunaannya SCR biasanya sengaja dibuat atau dipilih dengan tegangan
breakover yang jauh lebih besar melampaui tegangan terbesar yang
diperkirakan akan dialami oleh sumber listrik. Sehingga SCR hanya bisa
diaktifkan dengan pulsa tegangan yang diterapkan ke terminal gate, bukan
dengan tegangan breakover.

Perlu dikatakan bahwa SCR terkadang bisa dimatikan secara langsung dengan
menjumper atau mengkorsletkan terminal gate dan katoda, yang disebut
dengan “reverse triggering”, dimana gate dengan tegangan negatif (mengacu
pada katoda), sehingga transistor yang lebih rendah atau dibawah dipaksa
cutoff. Saya mengatakan ini kadang-kadang karena cara ini mungkin akan
melibatkan semua arus kolektor dari transistor atas yang melewati basis
transistor yang dibawah. Dan arus ini mungkin sangat substansial sehingga
membuat triggered shut off dari SCR begitu sulit. Dan sebuah thyristor Gate-
Turn-Off (GTO) yang merupakan variasi dari SCR yang akan mampu
mempermudah tugas ini. akan tetapi bahkan dengan sebuah GTO sekalipun,
arus gate yang dibutuhkan untuk mematikannya mungkin sebanyak 20% dari
arus anoda (beban). Simbol skematik dari GTO ditunjukkan oleh gambar
ilustrasi dibawah ini

SCR dan GTO mempunyai skema yang sama yaitu dua transistor yang
terhubung secara positif-dengan mode feedback atau berbalikan. Satu-satunya
perbedaan dari rancangan konstruksi adalah untuk memberikan transistor
NPN sebuah β yang lebih besar dari PNP. Hal ini memungkinkan arus gate
yang lebih kecil (forward atau reverse) untuk mengerahkan tingkat kontrol
yang lebih besar atas konduksi dari katoda ke anoda. Dalam keadaan terkunci
(latch), transistor PNP menjadi lebih tergantung pada NPN bukan sebaliknya.
Thyristor Gate-Turn-Off juga dikenal dengan nama Gate-controlled switch
(GCS).
Pengetesan fungsi dasar SCR, atau mengidentifikasi terminal dapat dilakukan
dengan ohmmeter. Karena koneksi internal antara gate dan katoda adalah PN
junction tunggal, alat ukur harus menunjukkkan adanya sambungan atau
koneksi antara terminal-terminal ini saat probe merah dihubungkan ke gate
dan probe hitam pada katoda. Seperti gambar dibawah ini.

Dan SCR akan menunjukkan terminal terbuka atau tak terhingga (OL jika
pada display multimeter digital) saat pengukuran dilakukan pada sambungan-
sambungan yang lain. Perlu dipahami bahwa tes ini sangat kasar dan bukan
merupakan penilaian yang komprehensif dari SCR. Hal ini dilakukan untuk
memberikan indikasi tahanan SCR masih baik atau sudah rusak. Dan satu-
satunya cara untuk menguji SCR yang lebih mendalam adalah dengan arus
beban.

Low Pas Filter (LPF) Orde 2


Low pass filter (tapis lolos-rendah atau LPF) adalah suatu rangkaian yang
meneruskan sinyal-sinyal yang memiliki frekuensi dibawah frekuensi
transisinya, dan melemahkan sinyal-sinyal yang memiliki frekuensi diatas
frekuensi transisinya.
Frekuensi transisi (frekuensi cut-off) dari sebuah LPF adalah suatu frekuensi
dimana respon gain dari LPF tersebut turun menjadi 70,7% dari gain
maksimumnya. Dengan
kata lain, gain (H(ω)) dari LPF tersebut bernilai 1/√2 atau 0,707. Pada
frekuensi cut-off, energi yang didisipasi pada rangkaian bernilai setengah dari
energi maksimumnya.
Optimasi-optimasi yang dapat dilakukan sejauh ini terhadap respon gain dan
frekuensi dari sebuah LPF salah satunya adalah dengan arsitektur Sallen-Key
filer orde dua.

Transformator
Transformator (trafo) merupakan sebuah komponen pasif yang berfungsi
untuk mengubah nilai tegangan bolak-balik pada kumparan primernya
menjadi lebih besar atau lebh kecil pada kumparan sekundernya. Suatu trafo
tidak dapat bekerja jika kumparan primernya
dihubungkan ke sumber tegangan DC. Perbandingan tegangan dan arus pada
kumparan primer dan sekunder 16
a = Np/Ns= Vp/Vs= Is/Ip
Trafo yang paling banyak digunakan saat ini adalah trafo yang memiliki
centre-tap (CT) atau titik tengah. CT dapat terletak di sisi primer maupun di
sisi sekunder. Besar tegangan di ujung-ujung kumparan terhadap CT adalah
sama besar.
B. Prinsip Kerja

C. Alat dan Bahan

D. Langkah-langkah Pembuatan
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai