Anda di halaman 1dari 11

Kurikulum 2013 XII AVI – SARI

Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2


Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5

TUGAS PRE 1 & 2


1.Rangkumlah tentang prinsip kerja thyristor dan variabel apa aja yang harus diperhatikan
pada komponen thyristor sebagai rangkaian elektronika daya
Thyristor adalah sebuah komponen elektronika yang memiliki fungsi sebagai saklar
atau biasa disebut swicth, Pengendali yang terbuat dari bahan semi konduktor. Thyristor
secara esklusif bertindak sebagai saklar ini pada umumnya memiliki dua hingga empat
kaki terminal. Meskipun thyristor terbuat dari semikonduktor, Thyristor sendiri tidak
digunakan sebagai penguat sinya sebagaimana Transistor.
Pada prisipnya, Thyristor yang memiliki terminal tiga akan menggunakan arus
tegangan rendah yang diberikan kepada salah satu kaki terminalnya untuk mengendalikan
aliran arus tegangan tinggi yang melewati dua terminal lainya. Sedangkan untuk Thyristor
berterminal dua tidak memiliki kendali GATE, fungsi saklarnya akan di aktifkan apabila
tengangan pada kedua terminalya mencapai level tertentu. Level tegangan yang dimaksud
biasanya disebut Breakdown Voltage. Pada saat dibawah tegangan breakdown. Kedua
kaki terminal tidak akan mengaliri arus listrik atau berada pada posisi OFF
Hal yang perlu diperhatikan yaitu kaki – kaki transistor, tidak boleh terbalik.
Dikarenakan apabila terjadi itu, maka transistor akan rusak dan tidak bisa digunakan lagi.
Sedangkan untuk ElCo atau kapasitornya, perlu diperhatikan akan kutub positif dan
negatifnya, melihat dari body komponen. Selain itu yang tidak boleh terbalik lagi yaitu
pemasangan dioda, pelu diperhatikan akan pita yang terdapat body komponen. Sedangkan
untuk resistor dapat dipasang terbolak balik, dikarenakan tidak mempunyai kutub.

2.Gambarkan rangkaian thyristor sebagai pendali rangkaian elektronika daya


Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5

3.Rangkumlah tentang prinsip kerja rangkaian dymmer dan variabel apa aja yang harus
diperhatikan pada rangkaian dymmer
Deskripsi
Rangkaian Dimmer adalah rangkaian pengatur nyala lampu. Dengan rangkaian dimmer,
nyala lampu bisa diatur dari yang paling gelap (mati), remang-remang sampai yang paling
terang.
Fungsi Rangkaian
Komponen utama rangkaian dimmer adalah TRIAC, DIAC dan Variabel Resistor.
TRIAC sebagai komponen utama berfungsi mengatur tegangan AC yang masuk ke lampu.
DIAC dan VR berfungsi mengatur bias TRIAC yang menentukan titik kerja on-off dari
TRIAC.
Komponen
TRIAC yang dipakai bisa semua type dengan kapasitas daya (watt) yang sesuai dengan
beban lampu, sebagai contoh type AC03F dan AC05F. DIAC bisa diganti dengan lampu
neon kecil (indikator pada setrika). Yang perlu diperhatikan disini adalah tegangan kerja
kapasitor, harus minimal 250V. Jadi bisa diganti dengan kapasitor yang mempunyai batas
tegangan yang lebih tinggi. Untuk semua resistor harus menggunakan jenis resistor dengan
daya minimal 0.5 watt.
Aplikasi
Rangkaian dimmer hanya bisa dipakai pada jenis lampu pijar/lampu konvensional.
Rangkaian dimmer tidak bisa dipakai pada lampu neon/lampu hemat energi (nyala putih)
karena akan menyebabkan kerusakan pada rangkaian dalam lampu.
4.Gambarkan rangkaian dymmer
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5

TUGAS PRE 3,4, & 5


1.Rangkumlah tentang inverter DC to AC dan DC to DC?
Inverter adalah perangkat elektronika yang dipergunakan untuk mengubah tegangan
DC (Direct Current) menjadi tegangan AC (Alternating Curent). Output suatu inverter
dapat berupa tegangan AC dengan bentuk gelombang sinus (sine wave), gelombang
kotak (square wave) dan sinus modifikasi (sine wave modified). Sumber tegangan input
inverter dapat menggunakan battery, tenaga surya, atau sumber tegangan DC yang lain.
Inverter dalam proses konversi tegangn DC menjadi tegangan AC membutuhkan suatu
penaik tegangan berupa step up transformer. Contoh rangkaian dasar inverter yang
sederhana dapat dilihat pada gambar berikut.
Contoh Rangkaian Inverter Sederhana

Jenis – Jenis Inverter DC Ke AC Berdasarkan jumlah fasa output inverter dapat dibedakan
dalam :
 Inverter 1 fasa, yaitu inverter dengan output 1 fasa.
 Inferter 2 fasa, yaitu inverter dengan output 3 fasa.
Inverter juga dapat dibedakan dengan cara pengaturan tegangan-nya, yaitu :
 Voltage Fed Inverter (VFI) yaitu inverter dengan tegangan input yang diatur konstan
 Current Fed Inverter (CFI) yaitu inverter dengan arus input yang diatur konstan
 Variable dc linked inverter yaitu inverter dengan tegangan input yang dapat diatur

Berdasarkan bentuk gelombang output-nya inverter dapat dibedakan menjadi :


 Sine wave inverter, yaitu inverter yang memiliki tegangan output dengan bentuk
gelombang sinus murni. Inverter jenis ini dapa memberikan supply tegangan ke
beban (Induktor) atau motor listrik dengan efisiensi daya yang baik.
 Sine wave modified inverter, yaitu inverter dengan tegangan output berbentuk
gelombang kotak yang dimodifikasi sehingga menyerupai gelombang sinus. Inverter
jenis ini memiliki efisiensi daya yang rendah apabila digunakan untuk mensupplay
beban induktor atau motor listrik.
 Square wave inverter,yaitu inverter dengan output berbentuk gelombang kotak,
inverter jenis ini tidak dapat digunakan untuk mensupply tegangan ke beban induktif
atau motor listrik.
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5

Prinsip kerja inventer

Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 sakelar seperti ditunjukkan
pada diatas. Bila sakelar S1 dan S2 dalam kondisi on maka akan mengalir aliran arus DC ke
beban R dari arah kiri ke kanan, jika yang hidup adalah sakelar S3 dan S4 maka akan
mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kanan ke kiri. Inverter biasanya menggunakan
rangkaian modulasi lebar pulsa (pulse width modulation – PWM) dalam proses conversi
tegangan DC menjadi tegangan AC

1. inventer setengah gelombang

Prinsip kerja dari inverter satu fasa dapat dijelaskan dengan gambar diatas. Ketika transistor
Q1 yang hidup untuk waktu T0/2, tegangan pada beban V0 sebesar Vs/2. Jika transistor Q2
hanya hidup untuk T0/2, Vs/2 akan melewati beban. Q1 dan Q2 dirancang untuk bekerja
saling bergantian. Pada gambar diatas juag menunjukkan bentuk gelombang untuk tegangan
keluaran dan arus transistor dengan beban resistif. Inverter jenis ini membutuhkan dua
sumber DC (sumber tegangan DC simetris), dan ketika transistor off tegangan balik pada Vs
menjadi Vs/2, yaitu :
2. inventer gelombang penuh
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5

Rangkaian dasar inverter gelombang penuh dan bentuk gelombang output dengan beban
resistif ditunjukkan pada gambar diatas. Ketika transistor Q1 dan Q2 bekerja (ON), tegangan
Vs akan mengalir ke beban tetapi Q3 dan Q4 tidak bekerja (OFF). Selanjutnya, transistor Q3
dan Q4 bekerja (ON) sedangkan Q1 dan Q2 tidak bekerja (OFF), maka pada beban akan
timbul tegangan –Vs.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih inverter DC ke AC diantaranya adalah.


 Kapasitas beban yang akan disupply oleh inverter dalam Watt, usahakan memilih
inverter yang beban kerjanya mendekati dengan beban yang hendak kita gunakan agar
effisiensi kerjanya maksimal.
 Sumber tegangan input inverter yang akan digunakan, input DC 12 Volt atau 24 Volt.
 Bentuk gelombang output inverter, Sinewave ataupun square wave untuk tegangan
output AC inverter. Hal ini berkaitan dengan kesesuain dan efisiensi inverter DC ke
AC tersebut.
2.Sebutkan kendala dan solusi dalam troubel shoting pada rangkaian inverter DC to AC dan
DC to DC?
 terjadinya over heating atau kondisi inverter yang terlampau panas = kerusakan
karena overheating, anda harus memastikan dulu kondisi semua komponen terutama
bagian motor dari inverter tersebut. Hal ini penting karena biasanya anda memang
harus mengganti komponen yang ada. Jika komponen masih bagus, periksalah daya
yang di keluarkan motor inverter. Ganti motor dengan daya yang lebih besar dan
sebanding dengan spesifikasi inverter yang lain agar kinerja menjadi seimbang dan
maksimal.
 Kotor = debu dan kotoran tentu akan menyebabkan komponen menjadi lebih lambat
bekerja. Ini adalah salah satu masalah yang cara memperbaiki inverter dc ke ac paling
mudah. Anda harus senantiasa menjaga kebersihan dari inverter tersebut. Kotoran dan
debu biasanya terakumulasi pada bagian permukaan, saluran pendinginan dan lainnya.
Debu yang menempel selain mengganggu performa, juga akan menyebabkan
komponen sangat rentan rusak.
 Kerusakan pada trafo karena menanggung beban listrik berlebih
 Kabel yang terkelupas
3.Rangkumlah tentang rangkaian konverter Buck dan Boost?
Buck-converter.
Buck-converter adalah konverter penurun tegangan khusus yang menerapkan sistem
SMPS (Switching Mode Power Supply). Ia adalah konverter dengan efisiensi yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan power-supply penurun tegangan biasa (sistem linier).
Efisiensinya dapat mencapai lebih dari 90%.
Buck-converter memanfaatkan sifat induktor terhadap guncangan listrik berfrekwensi
tinggi dan bekerja dengan adanya denyut-denyut tegangan (sebagaimana layaknya SMPS).
Karena itu di dalam sebuah rangkaian buck-converter selalu terdapat generator sinyal,
transistor penguat, dioda, kondensator dan induktor. Konsep dasar rangkaiannya dapat
digambarkan sebagai berikut :
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5

Gambar di atas memperlihatkan rangkaian dasar buck-converter.


Induktor ditaruh di sirkit emitor jika yang digunakan adalah transistor bi-polar (NPN). Jika
yang digunakan adalah transistor FET/MOSFET (kanal N) maka induktor ditaruh di sirkit
source.
Apabila basis T1 sedang mendapatkan denyut tegangan positif, T1 akan menghantar sesaat
meluluskan tegangan V+in ke emitornya yang terangkai dengan induktor L1 dan katoda
D1. Dengan demikian tegangan pada titik x (emitor T1) sesaat nyaris sama dengan
tegangan pada kolektor T1. Pada saat ini mengalirlah arus melalui L1 mengisi muatan C1
dan mengaliri beban (load).
Karena adanya arus yang mengalir itu maka pada titik y (hanya sesaat) terdapat tegangan
yang lebih kecil daripada titik x. Pada waktu yang hanya sesaat ini tersimpanlah energi
listrik di dalam induktor. Manakala denyut tegangan pada basis T1 telah hilang (berganti
menjadi nol Volt) T1 tidak lagi menghantar, dengan demikian tegangan pada titik x
menjadi nol Volt. Namun karena adanya energi listrik yang tersimpan di induktor maka
energi ini lalu dilepaskan oleh induktor sehingga tegangan pada titik y kini menjadi lebih
tinggi daripada titik x yang telah menjadi nol Volt itu. Mengalirlah arus sehingga C1 tetap
terisi dan beban tetap teraliri arus meskipun T1 tidak lagi menghantar. Arus ini terus
mengalir ke ground dan menembus dioda D1, hingga kemudian berakhir di titik x.
Keadaan ini berlangsung sesaat, yaitu selama tidak adanya denyut tegangan pada basis T1.
Karena itu untaian L1, C1 dan D1 disebut juga sebagai untaian “fly-wheel”. Ketika basis
T1 kembali mendapatkan denyut tegangan positif, maka proses seperti yang telah
diterangkan di atas akan kembali berulang dari awal, begitulah seterusnya selama
generator sinyal tetap memberikan denyut-denyut tegangan kepada basis T1.

Umumnya buck-converter bekerja dalam “continuous-mode” di mana arus dari induktor


(ketika pelepasan energi) senantiasa diupayakan agar tidak mencapai nol sebelum
terjadinya proses penyimpanan energi selanjutnya. Untuk mencapai hal ini maka biasanya
nilai induktansi dibuat cukup besar bagi frekwensi yang dihasilkan oleh generator sinyal.

Adapun level tegangan keluaran yang dihasilkan oleh buck-converter secara praktis
didapatkan dengan perhitungan :

V+out = V+in (tON / T)

V+out adalah tegangan keluaran dalam Volt


V+in adalah tegangan masukan dalam Volt
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5

tON adalah waktu munculnya denyut tegangan positif dalam detik/second


T adalah periode waktu satu putaran dalam detik/second. Dengan kata lain T adalah tON +
tOFF di mana tOFF adalah waktu kosong denyut dalam satu putaran.

Apabila waktu munculnya denyut tegangan adalah sama dengan waktu kosongnya (duty-
cycle 50 persen) maka tegangan keluaran yang dihasilkan adalah setengah dari tegangan
masukan.
Apabila waktu munculnya denyut tidak sama dengan waktu kosongnya, maka tegangan
keluaran bisa bervariasi, sebagaimana pada perhitungan di atas.
Contoh : V+in = 12V, tON = 0,007s, T = 0,01s, maka
V+out = 12 (0,0007 / 0,001) = 8,4V.

Dengan cara lainnya, perhitungan di atas dapat juga ditulis :

V+out = V+in.D

D adalah faktor duty-cycle. Apabila duty-cycle adalah 60% maka D = 0,6. Apabila duty-
cycle adalah 75% maka D = 0,75. Dan seterusnya.

Semakin besar tON akan semakin besar tegangan keluaran dan semakin kecil tON akan
semakin kecil pula tegangan keluaran. Karena itu pada buck-converter untuk menyetel
level tegangan keluaran dapat dilakukan dengan menyetel “duty-cycle” dari denyut-denyut
yang dihasilkan oleh generator sinyal.
Fasilitas pengontrol tegangan keluaran biasa ditambahkan pada rangkaian-rangkaian buck-
converter untuk mendapatkan tegangan keluaran yang stabil dan akurat. Pengontrolan
tegangan keluaran ini dilakukan dengan memasukkan sebagian tegangan keluaran ke
rangkaian pengontrol melalui saluran feed-back (FB).
Dengan adanya sirkit pengontrol tegangan maka tegangan keluaran dapat dibuat stabil
meskipun tegangan masukan tidak tetap/bervariasi.

Pada masa sekarang ini telah banyak beredar rancangan-rancangan power-supply buck-
converter dalam bentuk IC. Satu di antaranya (sebagai contoh) adalah LM2674 dari
National Semiconductor, rangkaiannya adalah sebagai berikut :

C1 : 47µF/50V

C2 : 103 (keramik)

C3 : 100µF/16V

L1 : 100µH

IC1 : LM2674-3.3 /
LM2674-5 /
LM2674-12
D1 : IR 30WQ05F atau
dioda schottky
3A/50V
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5

Seri LM2674 menghasilkan tegangan keluaran sebesar (dapat dipilih) 3,3V, 5V, atau 12V
dengan kemampuan arus hingga 500mA. Efisiensinya lebih dari 96%. Type LM2674-3.3
untuk tegangan keluaran/V+out 3,3V, LM2674-5 untuk tegangan keluaran 5V dan LM2674-
12 untuk tegangan keluaran 12V. Semuanya dengan skema rangkaian yang sama.
Tegangan masukannya bisa bervariasi, antara 8 – 40V dengan catatan bahwa tegangan
masukan harus beberapa Volt lebih tinggi dari tegangan keluaran yang ditetapkan. Apabila
tegangan keluaran yang dikehendaki (misalnya) 12V maka tegangan masukan harus lebih
tinggi dari itu, setidaknya 15V atau di atas itu hingga limit tertinggi 40V.
Tegangan ini diberikan ke pin 7 IC.
Generator sinyal (osilator) internal LM2674 menghasilkan guncangan listrik 260kHz yang
kemudian diberikan kepada gate power-MOSFET yang ada di dalam rangkaian internal IC.
Source power-MOSFET berada pada pin 8 (Vsw) yang disambungkan ke induktor L1 pada
rangkaian eksternalnya.
Saluran FB berada pada pin 4 untuk mengontrol level tegangan keluaran. Adapun CB (pin 1)
adalah pin untuk kondensator bootstrap. Kondensator ini diperlukan untuk memperbaiki
penguatan.
Pada LM2674 digunakan transistor power-MOSFET di dalam rangkaian internalnya dan
dioda schottky D1 pada rangkaian eksternalnya, ini dimaksudkan untuk memaksimalkan
kinerja buck converter. Power-MOSFET bekerja sebagai “switch” yang lebih sempurna
ketika ON (menghantar), sedangkan dioda schottky mempunyai tegangan maju (FVD) yang
nyaris nol Volt sehingga meminimalisir tegangan hilang ketika dioda itu menghantar.

Konventer Boost
Boost-converter adalah konverter penaik tegangan DC ke level yang lebih tinggi.
Ia merupakan bentuk power-supply yang diperlukan ketika tegangan yang dibutuhkan oleh
suatu perangkat atau rangkaian elektronik lebih tinggi dari tegangan suplai yang tersedia.
Sebagaimana buck-converter, boost-converter juga menerapkan sistem SMPS, maka ia
adalah bagian dari jenis power-supply SMPS juga. Efisiensinya tinggi.Menaikkan tegangan
DC ke level yang lebih tinggi tidak dapat dilakukan oleh power-supply sistem linier, itulah
sebabnya istilah “DC-DC up-converter” (penaik tegangan DC) hanya identik dengan boost-
converter yang menerapkan sistem SMPS ini.

Cara kerja boost-converter.


Boost-converter memanfaatkan sifat induktor terhadap guncangan listrik berfrekwensi tinggi
dan bekerja dengan adanya denyut-denyut tegangan.
Konsep dasar rangkaian boost-converter dapat digambarkan sebagai berikut :
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5

Induktor ditaruh di sirkit kolektor jika yang digunakan adalah transistor bi-polar (NPN) dan
ditaruh di sirkit drain jika yang digunakan adalah transistor FET/MOSFET (kanal N). Dalam
gambar di atas diperlihatkan rangkaian dengan transistor bi-polar. Apabila basis T1 sedang
mendapatkan denyut tegangan positif, maka T1 menghantar dan meng-ground-kan titik x.
Akibatnya titik x menjadi praktis nol Volt, namun ini hanya berlangsung sesaat saja, yaitu
ketika basis T1 mendapatkan denyut tegangan positif. Pada saat itu juga, tersimpanlah energi
listrik di induktor L1.
Manakala denyut tegangan pada basis T1 telah hilang, transistor tidak lagi menghantar
sehingga tegangan pada titik x mendadak meninggi. Seharusnya tegangan pada titik x
meninggi sekira tegangan V+in, namun karena adanya energi listrik yang tersimpan di
induktor, energi ini pun kemudian dilepaskan sehingga tegangan pada titik x menjadi
meninggi berlipat ganda melebihi tegangan V+in. Begitulah tegangan dinaikkan.
Arus kemudian mengalir melalui dioda D1, mengisi C1 dan mengaliri beban. Ini berlangsung
hanya sesaat, sampai munculnya denyut tegangan selanjutnya di basis T1.

Ketika basis T1 kembali mendapatkan denyut tegangan positif, titik x kembali di-ground-kan.
Namun beban tetap teraliri arus karena pada saat ini kondensator C1 yang telah terisi muatan
membuang muatannya melalui beban. Begitulah kontinuitas suplai terhadap beban
dipertahankan.
Pada saat titik x kembali di-ground-kan itu tegangan di titik y menjadi lebih tinggi daripada
titik x. Namun arus tidak mengalir dari titik y ke titik x karena D1 menyumbat (ingatlah
tentang sifat-sifat dioda). Apabila denyut tegangan pada basis T1 kembali kosong, keadaan
kembali berulang sebagaimana telah diterangkan di atas.

Adapun level tegangan keluaran yang dapat dihasilkan oleh boost-converter secara praktis
didapatkan dengan perhitungan :

V+out = V+in / (1-D)

V+out adalah tegangan keluaran dalam Volt


V+in adalah tegangan masukan dalam Volt
D adalah faktor duty-cycle.

D adalah bilangan antara 0 dan 1 sebagaimana duty-cycle yang dinyatakan dalam persen. Jika
duty-cycle adalah 50% maka D = 0,5. Jika duty-cycle adalah 75% maka D = 0,75. Dst

Karena boost-converter lazimnya bekerja dalam “discontinuous-mode” di mana arus dari


induktor perlu mencapai titik nol terlebih dahulu (ketika pelepasan energi) sebelum terjadinya
proses penyimpanan energi selanjutnya, maka dalam penerapannya D dibuat agar tidak lebih
besar dari 0,8. Dengan demikian diupayakan agar cukup waktu bagi induktor mengeluarkan
arus hingga kembali mencapai titik nol setelah melepaskan energi listrik yang tersimpan,
sebelum dimulainya proses penyimpanan energi selanjutnya. Sebab jika hal ini tidak tercapai
bisa menyebabkan terjadinya kegagalan kinerja konverter.
Contoh hitungan : V+in = 12V, D = 0,7 maka V+out = 12 / (1-0,7) = 40V.

Faktor duty-cycle bisa didapatkan dari perbandingan tON dan T (lihat kembali tulisan tentang
buck-converter). Jadi, D = tON / T.
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5

Akan tampak bahwa semakin besar faktor duty-cycle maka akan semakin besar pula tegangan
keluaran yang dihasilkan. Karena itu di dalam boost-converter pengaturan tegangan keluaran
juga dapat dilakukan dengan mengatur faktor duty-cycle ini. Dalam prakteknya, tegangan
keluaran dapat membesar oleh suatu sebab ke level yang tidak diinginkan. Untuk mengatasi
masalah ini maka pada rangkaian-rangkaian boost-converter biasa diterapkan sirkit tambahan
pembatas dan pengontrol tegangan keluaran. Sirkit pengontrol tegangan ini mengambil
sebagian tegangan keluaran melalui saluran umpan balik (FB).
Besar-kecilnya tegangan yang diumpan-balikkan akan menentukan faktor duty-cycle
sehingga menentukan level tegangan keluaran.Dengan adanya sirkit pengontrol tegangan ini
maka tegangan keluaran dibuat menjadi tetap stabil pada level yang telah ditentukan
meskipun tegangan masukan tidak tetap/bervariasi.
Contoh rangkaian boost-converter.
Kini telah banyak beredar rancangan-rancangan power-supply boost-converter dalam bentuk
IC. Satu diantaranya (sebagai contoh) adalah LM2585 dari National Semiconductor.
LM2585 mempunyai beberapa seri, di sini dicontohkan tipe LM2585-adj.
Rangkaian dapat menaikkan tegangan DC 12V menjadi 24V dengan arus maksimal 600mA,
efisiensi 93%. Skema rangkaiannya adalah sebagai berikut :
R1 : 33k
R2 : 3k9
R3, : 1k
R4
R5 : 2k7
C1 : 100µF/25V
C2 : 104
C3 : 474
C4 : 1000µF/35V
D1 : MBR340/1N5822 atau
dioda schottky 3A/40V
IC1 : LM2585-adj

Catatan bahwa tegangan masukan untuk rangkaian ini perlu beberapa Volt lebih rendah dari
tegangan keluaran, yaitu (maksimal) 16V, namun tetap tidak boleh lebih rendah dari 8V.
Rangkaian akan bekerja efektif pada range tegangan masukan di antara 8 sampai dengan
16V.

Generator sinyal/osilator internal LM2585 menghasilkan guncangan listrik pada frekwensi


100kHz. Di dalam IC ini digunakan transistor power bi-polar yang berperan sebagai
transistor switching. Kolektor transistor berada pada pin 4 (Sw).
R1+R2 dan R3+R4 membentuk pembagi tegangan untuk diberikan kepada FB (pin 2).
Perbandingan R1+R2 dan R3+R4 menentukan derajat pengumpan balikkan sehingga
menentukan level tegangan keluaran.
Adapun untaian seri R5 dan C3 pada pin “comp” (compensation) berfungsi untuk meredam
tegangan naik sesaat manakala rangkaian pertama kali dihidupkan. Dengan adanya dua
komponen ini maka fungsi “soft-start” pada rangkaian dapat berjalan dengan baik.
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5

Perkembangan buck-converter dan boost-converter.


Seiring dengan perjalanan waktu, orang terus berusaha menyempurnakan kinerja dari
perangkat-perangkat konverter agar lebih optimal.
Belakangan, muncullah 'Buck-Boost Converter', yaitu konverter yang memadukan antara
buck-converter dan boost-converter. Sifat-sifat unggul dari keduanya pun didapatkan

4.Sebutkan kendala dan solusi dalam troubelshoting pada rangkaian konverter Buck dan
Boost?
== Masalah utama dari buck boost konverter ialah menghasilkan riak arus yang tinggi baik
disisi masukan maupun sisi keluarannya. Akibatnya, diperlukan tapis kapasitor yang besar
dikedua sisinya.
* arus riak adalah arus yang akan terjadi saat tegangan AC dirubah ke tgangan DC, arus riak
dapat diminimalkan dengan memparalel capasitor dengan beban, cara ini dsbut dengan
memfilter arus DC

Anda mungkin juga menyukai