3.Rangkumlah tentang prinsip kerja rangkaian dymmer dan variabel apa aja yang harus
diperhatikan pada rangkaian dymmer
Deskripsi
Rangkaian Dimmer adalah rangkaian pengatur nyala lampu. Dengan rangkaian dimmer,
nyala lampu bisa diatur dari yang paling gelap (mati), remang-remang sampai yang paling
terang.
Fungsi Rangkaian
Komponen utama rangkaian dimmer adalah TRIAC, DIAC dan Variabel Resistor.
TRIAC sebagai komponen utama berfungsi mengatur tegangan AC yang masuk ke lampu.
DIAC dan VR berfungsi mengatur bias TRIAC yang menentukan titik kerja on-off dari
TRIAC.
Komponen
TRIAC yang dipakai bisa semua type dengan kapasitas daya (watt) yang sesuai dengan
beban lampu, sebagai contoh type AC03F dan AC05F. DIAC bisa diganti dengan lampu
neon kecil (indikator pada setrika). Yang perlu diperhatikan disini adalah tegangan kerja
kapasitor, harus minimal 250V. Jadi bisa diganti dengan kapasitor yang mempunyai batas
tegangan yang lebih tinggi. Untuk semua resistor harus menggunakan jenis resistor dengan
daya minimal 0.5 watt.
Aplikasi
Rangkaian dimmer hanya bisa dipakai pada jenis lampu pijar/lampu konvensional.
Rangkaian dimmer tidak bisa dipakai pada lampu neon/lampu hemat energi (nyala putih)
karena akan menyebabkan kerusakan pada rangkaian dalam lampu.
4.Gambarkan rangkaian dymmer
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5
Jenis – Jenis Inverter DC Ke AC Berdasarkan jumlah fasa output inverter dapat dibedakan
dalam :
Inverter 1 fasa, yaitu inverter dengan output 1 fasa.
Inferter 2 fasa, yaitu inverter dengan output 3 fasa.
Inverter juga dapat dibedakan dengan cara pengaturan tegangan-nya, yaitu :
Voltage Fed Inverter (VFI) yaitu inverter dengan tegangan input yang diatur konstan
Current Fed Inverter (CFI) yaitu inverter dengan arus input yang diatur konstan
Variable dc linked inverter yaitu inverter dengan tegangan input yang dapat diatur
Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 sakelar seperti ditunjukkan
pada diatas. Bila sakelar S1 dan S2 dalam kondisi on maka akan mengalir aliran arus DC ke
beban R dari arah kiri ke kanan, jika yang hidup adalah sakelar S3 dan S4 maka akan
mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kanan ke kiri. Inverter biasanya menggunakan
rangkaian modulasi lebar pulsa (pulse width modulation – PWM) dalam proses conversi
tegangan DC menjadi tegangan AC
Prinsip kerja dari inverter satu fasa dapat dijelaskan dengan gambar diatas. Ketika transistor
Q1 yang hidup untuk waktu T0/2, tegangan pada beban V0 sebesar Vs/2. Jika transistor Q2
hanya hidup untuk T0/2, Vs/2 akan melewati beban. Q1 dan Q2 dirancang untuk bekerja
saling bergantian. Pada gambar diatas juag menunjukkan bentuk gelombang untuk tegangan
keluaran dan arus transistor dengan beban resistif. Inverter jenis ini membutuhkan dua
sumber DC (sumber tegangan DC simetris), dan ketika transistor off tegangan balik pada Vs
menjadi Vs/2, yaitu :
2. inventer gelombang penuh
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5
Rangkaian dasar inverter gelombang penuh dan bentuk gelombang output dengan beban
resistif ditunjukkan pada gambar diatas. Ketika transistor Q1 dan Q2 bekerja (ON), tegangan
Vs akan mengalir ke beban tetapi Q3 dan Q4 tidak bekerja (OFF). Selanjutnya, transistor Q3
dan Q4 bekerja (ON) sedangkan Q1 dan Q2 tidak bekerja (OFF), maka pada beban akan
timbul tegangan –Vs.
Adapun level tegangan keluaran yang dihasilkan oleh buck-converter secara praktis
didapatkan dengan perhitungan :
Apabila waktu munculnya denyut tegangan adalah sama dengan waktu kosongnya (duty-
cycle 50 persen) maka tegangan keluaran yang dihasilkan adalah setengah dari tegangan
masukan.
Apabila waktu munculnya denyut tidak sama dengan waktu kosongnya, maka tegangan
keluaran bisa bervariasi, sebagaimana pada perhitungan di atas.
Contoh : V+in = 12V, tON = 0,007s, T = 0,01s, maka
V+out = 12 (0,0007 / 0,001) = 8,4V.
V+out = V+in.D
D adalah faktor duty-cycle. Apabila duty-cycle adalah 60% maka D = 0,6. Apabila duty-
cycle adalah 75% maka D = 0,75. Dan seterusnya.
Semakin besar tON akan semakin besar tegangan keluaran dan semakin kecil tON akan
semakin kecil pula tegangan keluaran. Karena itu pada buck-converter untuk menyetel
level tegangan keluaran dapat dilakukan dengan menyetel “duty-cycle” dari denyut-denyut
yang dihasilkan oleh generator sinyal.
Fasilitas pengontrol tegangan keluaran biasa ditambahkan pada rangkaian-rangkaian buck-
converter untuk mendapatkan tegangan keluaran yang stabil dan akurat. Pengontrolan
tegangan keluaran ini dilakukan dengan memasukkan sebagian tegangan keluaran ke
rangkaian pengontrol melalui saluran feed-back (FB).
Dengan adanya sirkit pengontrol tegangan maka tegangan keluaran dapat dibuat stabil
meskipun tegangan masukan tidak tetap/bervariasi.
Pada masa sekarang ini telah banyak beredar rancangan-rancangan power-supply buck-
converter dalam bentuk IC. Satu di antaranya (sebagai contoh) adalah LM2674 dari
National Semiconductor, rangkaiannya adalah sebagai berikut :
C1 : 47µF/50V
C2 : 103 (keramik)
C3 : 100µF/16V
L1 : 100µH
IC1 : LM2674-3.3 /
LM2674-5 /
LM2674-12
D1 : IR 30WQ05F atau
dioda schottky
3A/50V
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5
Seri LM2674 menghasilkan tegangan keluaran sebesar (dapat dipilih) 3,3V, 5V, atau 12V
dengan kemampuan arus hingga 500mA. Efisiensinya lebih dari 96%. Type LM2674-3.3
untuk tegangan keluaran/V+out 3,3V, LM2674-5 untuk tegangan keluaran 5V dan LM2674-
12 untuk tegangan keluaran 12V. Semuanya dengan skema rangkaian yang sama.
Tegangan masukannya bisa bervariasi, antara 8 – 40V dengan catatan bahwa tegangan
masukan harus beberapa Volt lebih tinggi dari tegangan keluaran yang ditetapkan. Apabila
tegangan keluaran yang dikehendaki (misalnya) 12V maka tegangan masukan harus lebih
tinggi dari itu, setidaknya 15V atau di atas itu hingga limit tertinggi 40V.
Tegangan ini diberikan ke pin 7 IC.
Generator sinyal (osilator) internal LM2674 menghasilkan guncangan listrik 260kHz yang
kemudian diberikan kepada gate power-MOSFET yang ada di dalam rangkaian internal IC.
Source power-MOSFET berada pada pin 8 (Vsw) yang disambungkan ke induktor L1 pada
rangkaian eksternalnya.
Saluran FB berada pada pin 4 untuk mengontrol level tegangan keluaran. Adapun CB (pin 1)
adalah pin untuk kondensator bootstrap. Kondensator ini diperlukan untuk memperbaiki
penguatan.
Pada LM2674 digunakan transistor power-MOSFET di dalam rangkaian internalnya dan
dioda schottky D1 pada rangkaian eksternalnya, ini dimaksudkan untuk memaksimalkan
kinerja buck converter. Power-MOSFET bekerja sebagai “switch” yang lebih sempurna
ketika ON (menghantar), sedangkan dioda schottky mempunyai tegangan maju (FVD) yang
nyaris nol Volt sehingga meminimalisir tegangan hilang ketika dioda itu menghantar.
Konventer Boost
Boost-converter adalah konverter penaik tegangan DC ke level yang lebih tinggi.
Ia merupakan bentuk power-supply yang diperlukan ketika tegangan yang dibutuhkan oleh
suatu perangkat atau rangkaian elektronik lebih tinggi dari tegangan suplai yang tersedia.
Sebagaimana buck-converter, boost-converter juga menerapkan sistem SMPS, maka ia
adalah bagian dari jenis power-supply SMPS juga. Efisiensinya tinggi.Menaikkan tegangan
DC ke level yang lebih tinggi tidak dapat dilakukan oleh power-supply sistem linier, itulah
sebabnya istilah “DC-DC up-converter” (penaik tegangan DC) hanya identik dengan boost-
converter yang menerapkan sistem SMPS ini.
Induktor ditaruh di sirkit kolektor jika yang digunakan adalah transistor bi-polar (NPN) dan
ditaruh di sirkit drain jika yang digunakan adalah transistor FET/MOSFET (kanal N). Dalam
gambar di atas diperlihatkan rangkaian dengan transistor bi-polar. Apabila basis T1 sedang
mendapatkan denyut tegangan positif, maka T1 menghantar dan meng-ground-kan titik x.
Akibatnya titik x menjadi praktis nol Volt, namun ini hanya berlangsung sesaat saja, yaitu
ketika basis T1 mendapatkan denyut tegangan positif. Pada saat itu juga, tersimpanlah energi
listrik di induktor L1.
Manakala denyut tegangan pada basis T1 telah hilang, transistor tidak lagi menghantar
sehingga tegangan pada titik x mendadak meninggi. Seharusnya tegangan pada titik x
meninggi sekira tegangan V+in, namun karena adanya energi listrik yang tersimpan di
induktor, energi ini pun kemudian dilepaskan sehingga tegangan pada titik x menjadi
meninggi berlipat ganda melebihi tegangan V+in. Begitulah tegangan dinaikkan.
Arus kemudian mengalir melalui dioda D1, mengisi C1 dan mengaliri beban. Ini berlangsung
hanya sesaat, sampai munculnya denyut tegangan selanjutnya di basis T1.
Ketika basis T1 kembali mendapatkan denyut tegangan positif, titik x kembali di-ground-kan.
Namun beban tetap teraliri arus karena pada saat ini kondensator C1 yang telah terisi muatan
membuang muatannya melalui beban. Begitulah kontinuitas suplai terhadap beban
dipertahankan.
Pada saat titik x kembali di-ground-kan itu tegangan di titik y menjadi lebih tinggi daripada
titik x. Namun arus tidak mengalir dari titik y ke titik x karena D1 menyumbat (ingatlah
tentang sifat-sifat dioda). Apabila denyut tegangan pada basis T1 kembali kosong, keadaan
kembali berulang sebagaimana telah diterangkan di atas.
Adapun level tegangan keluaran yang dapat dihasilkan oleh boost-converter secara praktis
didapatkan dengan perhitungan :
D adalah bilangan antara 0 dan 1 sebagaimana duty-cycle yang dinyatakan dalam persen. Jika
duty-cycle adalah 50% maka D = 0,5. Jika duty-cycle adalah 75% maka D = 0,75. Dst
Faktor duty-cycle bisa didapatkan dari perbandingan tON dan T (lihat kembali tulisan tentang
buck-converter). Jadi, D = tON / T.
Kurikulum 2013 XII AVI – SARI
Penerapan Rangkaian Tugas PRE 1 & 2
Elektronika Tugas PRE 3,4 & 5
Akan tampak bahwa semakin besar faktor duty-cycle maka akan semakin besar pula tegangan
keluaran yang dihasilkan. Karena itu di dalam boost-converter pengaturan tegangan keluaran
juga dapat dilakukan dengan mengatur faktor duty-cycle ini. Dalam prakteknya, tegangan
keluaran dapat membesar oleh suatu sebab ke level yang tidak diinginkan. Untuk mengatasi
masalah ini maka pada rangkaian-rangkaian boost-converter biasa diterapkan sirkit tambahan
pembatas dan pengontrol tegangan keluaran. Sirkit pengontrol tegangan ini mengambil
sebagian tegangan keluaran melalui saluran umpan balik (FB).
Besar-kecilnya tegangan yang diumpan-balikkan akan menentukan faktor duty-cycle
sehingga menentukan level tegangan keluaran.Dengan adanya sirkit pengontrol tegangan ini
maka tegangan keluaran dibuat menjadi tetap stabil pada level yang telah ditentukan
meskipun tegangan masukan tidak tetap/bervariasi.
Contoh rangkaian boost-converter.
Kini telah banyak beredar rancangan-rancangan power-supply boost-converter dalam bentuk
IC. Satu diantaranya (sebagai contoh) adalah LM2585 dari National Semiconductor.
LM2585 mempunyai beberapa seri, di sini dicontohkan tipe LM2585-adj.
Rangkaian dapat menaikkan tegangan DC 12V menjadi 24V dengan arus maksimal 600mA,
efisiensi 93%. Skema rangkaiannya adalah sebagai berikut :
R1 : 33k
R2 : 3k9
R3, : 1k
R4
R5 : 2k7
C1 : 100µF/25V
C2 : 104
C3 : 474
C4 : 1000µF/35V
D1 : MBR340/1N5822 atau
dioda schottky 3A/40V
IC1 : LM2585-adj
Catatan bahwa tegangan masukan untuk rangkaian ini perlu beberapa Volt lebih rendah dari
tegangan keluaran, yaitu (maksimal) 16V, namun tetap tidak boleh lebih rendah dari 8V.
Rangkaian akan bekerja efektif pada range tegangan masukan di antara 8 sampai dengan
16V.
4.Sebutkan kendala dan solusi dalam troubelshoting pada rangkaian konverter Buck dan
Boost?
== Masalah utama dari buck boost konverter ialah menghasilkan riak arus yang tinggi baik
disisi masukan maupun sisi keluarannya. Akibatnya, diperlukan tapis kapasitor yang besar
dikedua sisinya.
* arus riak adalah arus yang akan terjadi saat tegangan AC dirubah ke tgangan DC, arus riak
dapat diminimalkan dengan memparalel capasitor dengan beban, cara ini dsbut dengan
memfilter arus DC