Rectifier
Rectifier merupakan rangkaian penyearah tegangan. Suatu sinyal tegangan bolak balik atau tegangan AC
dapat diubah menjadi tegangan searah atau DC apabila dilewatkan pada rangkaian rectifier. Komponen
utama dalam penyearah gelombang adalah diode yang dikonfigurasikan secara forward bias.
Diode adalah suatu komponen elektronika yang memiliki dua kutub dan bersifat semikonduktor yang
dapat memperbolehkan arus listrik untuk mengalir ke arah tertentu (forward-biased) dan memblokade
arus listrik agar tak dapat mengalir ke arah sebaliknya (reversed-biased). Cara kerja diode mirip dengan
switch dan seringkali diaplikasikan pada berbagai rangkaian penyearah tegangan.
Ada berbagai jenis klasifikasi dari rectifier. Apabila dilihat dari tegangan outputnya, rectifier terbagi atas
dua kelompok:
Half wave rectifier
Half wave rectifier merupakan penyearah tegangan yang mengubah sinyal AC menjadi setengah sinyal
DC. Rangkaian ini terdiri dari sebuah diode yang mengalirkan arus positif namun tidak dengan arus yang
negative, sehingga tegangan negative AC pada output menjadi nol
Tegangan keluaran:
Tegangan keluaran:
Rectifier jenis inilah yang dipakai dalam device yang kami buat karena dapat menghasilkan tegangan dc
yang lebih sempurna ketimbang half-wave rectifier.
Untuk membuat sebuah rectifier yang baik, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan diantaranya
adalah ripple dan harmonisa. Ripple merupakan gelombang pengganggu yang mendistorsi gelombang DC
dan menjadikannya tidak murni. Sedangkan harmonisa merupakan gelombang sinusoida yang memiliki
kelipatan integer serta frekuensi fundamental (frekuensi dasar). Prosentase yang melambangkan jumlah
ripple pada suatu gelombang disebut dengan ripple factor. Sedangkan jumlah gangguan harmonisa adalah
THD atau total harmonic distortion.
Inverter
Fungsi sebuah inverter adalah untuk merubah tegangan input DC menjadi tegangan
AC pada besar dan frekuensi yang dapat diatur. Pengaturan besar tegangan dapat
dilakukan dengan 2 cara. Pertama, dengan mengatur tegangan input DC dari luar
tetapi lebar waktu penyaklaran tetap. Kedua, mengatur lebar waktu penyaklaran
dengan tegangan input DC tetap. Pada cara yang kedua besar tegangan AC efektif
yang dihasilkan merupakan fungsi dari pengaturan lebar pulsa penyaklaran. Cara
inilah yang disebut dengan Pulse Width Modulation (PWM).
Tabel 1.
Kombinasi Penyaklaran Komponen Penyaklaran Daya dan
Tegangan Keluaran Inverter
Pasangan 1
Pasangan 2
Tegangan
Keluaran
Q1
Q4
Q2
Q3
VAB
ON
OFF
ON
OFF
+ VDC
OFF
ON
OFF
ON
- VDC
OFF
ON
ON
OFF
ON
OFF
OFF
ON
M = Ar/Ac (1)
dengan M
Indeks modulasi
Ar
Ac
Indeks modulasi yang nilainya antara 0 sampai 1 akan menentukan lebar pulsa
tegangan rata-rata dalam satu periode.
Prinsip kerja pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa (Gambar 2) adalah
mengatur lebar pulsa mengikuti pola gelombang sinusoida. Frekuensi sinyal
referensi menentukan frekuensi keluaran inverter. Sinyal pembangkit yang
bersesuaian dengan Gambar 1 dan Gambar 2 diperoleh dengan cara sebagai
berikut:
1, jika
atau
g1 =
1, jika
M.sin(t) sgt(t)
(3)
0, lainnya
1, jika
atau
(4)
g3 =
1, jika
M. -sin(t) sgt(t)
(5)
0, lainnya
Sinyal g2 = -g3
Sinyal g4 = -g1
Sedangkan tegangan sesaat keluaran inverter PWM sinusoida satu fasa adalah
sebagai berikut:
Pada setengah periode positif, keluaran tegangan ditentukan oleh sinyal g 1 dan g2.
Vo =
(6)
0, lainnya
Pada setengah periode negatif, keluaran tegangan ditentukan oleh sinyal g 3 dan g4.
Vo =
1, jika
M.sin(t) -sgt(t)
(8)
0, lainnya
Berdasarkan persamaan (3) dan (5), maka pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu
fasa dapat dilakukan dengan menggunakan 2 buah sinyal sinus (sin(t) dan -sin(t))
dan 1 sinyal segitiga. Sedangkan berdasarkan bersamaan (3) dan (8),
pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa dapat dilakukan dengan
menggunakan 1 sinyal sinus (sin(t)) dan 2 sinyal segitiga (sgt(t) dan sgt(t).
Sinyal sinus dibandingkan amplitudonya dengan sinyal segitiga dengan frekuensi
lebih tinggi (ada 3 macam pilihan sampling yaitu 40 kali, 50 kali, dan 100 kali). Jika
amplitudo sinyal sinus lebih tinggi daripada amplitudo sinyal segitiga maka
terbentuk PWM periode ON atau HIGH. Jika amplitudo sinyal sinus lebih rendah
daripada sinyal segitiga maka terbentuk PWM periode OFF atau LOW. Demikian
seterusnya sehingga terbentuk sinyal PWM untuk periode 1 gelombang sinus.
Setelah terbentuk sinyal PWM untuk periode 1 gelombang sinus
dilanjutkan dengan penghitungan lebar periode
ON dan OFF tiap-tiap sinyal
PWM-nya. Data periode ON dan OFF sinyal PWM ini selanjutnya digunakan sebagai
dasar pembangkitan sinyal PWM yang serupa dengan
ilustrasi. Dari ilustrasi ini
untuk sinyal sinus yang di-compare-kan (menggunakan rangkaian comparator)
dengan 100 sinyal segitiga.
Transformator
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan
bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan pertama
(primer) yang bertindak sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak sebagai output,
dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan.
tidak kalah penting pada motor arus searah adalah adanya komutator (comutator). Komutator
merupakan suatu konverter mekanik yang membuat arus dari sumber mengalir pada arah yang
tetap walaupun belitan medan berputar. Komutator berpasangan dengan cincin belah (sliprings) untuk menjalankan tugas yang saya sebut baru saja. Pada gambar ilustrasi diatas, gambar
lingkaran yang dibagi menjadi dua buah dan terhubung ke bagian belitan medan merupakan
cincin belah yang saya maksud. Bagian yang digambarkan berbentuk kotak menempel pada
cincin belah tersebut yang dinamakan komutator.
Gaya, medan magnet, dan arus membentuk suatu sumbu tiga dimensi seperti ditunjukkan di
gambar sebelumnya. Semua setuju bahwa medan magnet berarah dari kutub Utara (N) ke kutub
Selatan (S), sehingga di gambar yang atas seharusnya ada medan magnet yang berarah dari N ke
S. Interaksi adanya arus dan medan magnet dengan menggunakan aturan tangan kanan
mengakibatkan munculnya gaya. Pada gambar yang atas, dapat dicoba sendiri, di konduktor
yang dekat dengan kutub S akan muncul gaya ke arah atas, sebaliknya pada konduktor yang
dekat dengan kutub N akan muncuk gaya ke arah bawah. Akibatnya bagian medan akan berputar
karena adanya dua gaya yang berlawanan arahnya. Setelah satu putaran maka konduktor yang
tadinya dekat dengan kutub S akan berpindah dekat ke kutub N, dan juga sebaliknya. Akibat
adanya pasangan cincin belah-komutator, arus akan mengalir dengan arah yang tetap, walaupun
konduktornya berganti, sehingga gaya pada titik tersebut akan selalu tetap arahnya. Begitu
seterusnya sehingga motor arus searah akan berputar pada arah yang tetap. Secara sederhana,
apabila sumber arus searahnya kita balik arahnya maka putaran yang dihasilkan akan berlawanan
arah.
Konsep rangkaian
AC 220v / 50Hz
Rectifier full-bridge 1
fasa
DC
SPWM
Inverter
Filter Harmonisa
AC 70V / 400
Transformator Step-up
AC 115 / 400 Hz
Rangkaian device yang kami buat sebetulnya sederhana, seperti yang dijelaskan diagram blok
diatas, sinyal input ke power supply adalah sinyal AC sebesar 220 volt dengan frekuensi 50 Hz.
Sedangkan sinyal output yang diinginkan adalah sinyal AC sebesar 115 volt dengan frekuensi
400 Hz. Pertama-tama sinyal input dilewatkan pada sebuah rectifier satu fasa untuk dikonversi
ke sinyal DC. Pengkonversian ini bertujuan agar frekuensi sinyal inputan saat diubah kembali
menjadi sinyal AC dapat diatur dengan mudah.
Setelah melewati rectifier, sinyal DC tersebut akan dilewatkan pada sebuah inverter dengan
Sinusoidal Pulse Width Modulator. Inverter ini menggunakan IGBT switch yang dihubungkan ke
sebuah SPWM untuk mengontrol penyalaan pada switchnya. Output dari rangkaian ini adalah
sinyal AC sebesar 220 volt namun sudah dengan frekuensi 400 Hz. Untuk mengubah sinyal
tersebut menjadi output yang diinginkan, sinyal dilewatkan pada sebuah transformator step down
1 fasa dengan perbandingan belitan sebesar 44 (primer) : 23 (sekunder).
Rectifier
Prinsip kerja dari penyearah gelombang penuh dengan 4 diode diatas dimulai pada saat sumber
AC memberikan level tegangan sisi positif, maka D1, D4 pada posisi forward bias (on) dan D2,
D3 pada posisi reverse bias (off) sehingga level tegangan sisi puncak positif tersebut akan di
leawatkan melalui D1 ke D4. Kemudian pada saat sumber AC memberikan level tegangan sisi
puncak negatif maka D2, D4 pada posisi forward bias dan D1, D2 pada posisi reverse bias
sehingan level tegangan sisi negatif tersebut dialirkan melalui D2, D4. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dari perbandingan antara grafik input dan output berikut.
Penghitungan filter
Pertama-tama untuk menentukan besar kapasitor kita harus menghitung tegangan rata-rata
output. Tegangan rata-rata output didapat dari dua kali tegangan maksimal dibagi dengan phi.
Vavg=
2 Vmax
Iavg=
Vavg
R
2 .3 11
196,98
12
= 197.98 V
= 16.415 A
Kita telah mengetahui bahwa Vrms = 220 Volt, didapatkan arus Irmsnya adalah:
Irms=
Vrms
R
220
12
= 18.33 A
Setelah menghitung Vavg dan Vrms, kita dapat mengetahui ripple factor dari gelombang output tersebut
RF =
Vrms 2
) 1=
Vavg
220 2
) 1
197 .98
x 100% = 49,738%
Terlihat bahwa ripple yang dimiliki oleh gelombang output sangat besar yaitu mencapai lima puluh persen
dari gelombang fundamentalnya. Untuk mengatasi hal ini rectifier harus dipasangi filter untuk
meminimalisir distorsi
Fliter C berfungsi untuk meratakan gelombang tegangan output. Semakin besar filter C, semakin mulus
gelombang tegangan outputnya. Filter C berfungsi untuk meratakan tegangan output. Sepasang diode
akan on saat capasitor charging. Diode off sesaat setelah tegangan mencapai maksimum. Diode tetap off
dan Capacitor discharge mencatu beban. Tegangan mencapai minimum sebelum diode on dan charging
lagi. Kapasitor bekerja sesuai dengan rumus
V=
Vmax
2 fRC
Dimana V adalah besar riak gelombang (V peak to peak) yang didapat dari selisih gelombang
ac maksimal dan minimal pada dc.
V=
Vmax
311
=
2 fRC 2.50 .12 .C
C berbanding terbalik dengan V. untuk mendapatkan V yang kecil, C harus cukup besar. Pada
rangkaian ini dipilih C sebesar 2,2 Farad sehingga V sebesar 0,117.
Seperti yang telah dipaparkan dalam dasar teori, pada device ini jenis rectifier yang digunakan
adalah full-bridge rectifier. Selain itu terdapat kapasitor yang berfungsi sebagai filter terhadap
sinyal yang dihasilkan agar ripple dapat dihilangkan.
Berikut adalah simulasi sinyal output dari rangkaian rectifier di atas setelah ditambahkan
kapasitor
Dapat dilihat dari plot sinyal diatas bahwa output dari rectifier setelah difilter merupakan sinyal
dc 220 volt yang lebih mulus.
Setelah melalui rectifier, sinyal DC akan dilewatkan ke sebuah SPWM inverter untuk diinvert
kembali menjadi sinyal AC dengan frekuensi yang diinginkan.
Untuk mengatur frekuensi pada outputnya, frekuensi tegangan referensi pada SPWM diubah
menjadi 400 Hz. Inverter yang digunakan adalah SPWM inverter satu fasa full-wave dengan
menggunakan IGBT switch.
Rangkaian jembatan IGBT terhubung dengan suatu komparator yang bekerja dengan
mengomparasikan antara sinyal sinusoidal sebagai tegangan referensinya dengan sinyal segitiga
sebagai tegangan carrier. Saat nilai tegangan referensi lebih besar dari tegangan carrier maka
output comparator akan bernilai high. Namun saat tegangan referensi bernilai lebih kecil dari
tegangan carrier, maka output comparator akan bernilai low. Salah satu dari output keluaran
diberi gerbang NOT untuk membalik hasil, lalu dihubungkan ke on-off switch controller. Sinyal
keluaran switch on-off menjadi trigger untuk IGBT.
Ketika IGBT Q1 dan Q2 bekerja (ON), tegangan Vs akan mengalir ke beban tetapi Q3 dan Q4
tidak bekerja (OFF). Selanjutnya, IGBT Q3 dan Q4 bekerja (ON) sedangkan Q1 dan Q2 tidak
bekerja (OFF), maka pada beban akan timbul tegangan Vs.
Filter
Filter disini berperan untuk mengurangi ripple pada sinyal. Filter yang digunakan adalah filter
RLC. Hasil yang diharapkan dari keluaran filter ini adalah sinyal sinusoidal murni.
Setelah melakukan simulasi dengan filter lowpass LC, ditemukan bahwa hasil pemfilteran
dengan menggunakan filter L=1 mH dan C= 390 nF hasilnya masih ditemukan derau, sedangkan
menggunakan filter L=100 mH dan C= 39 uF hasilnya berupa sinyal segitiga. Untuk itu perlu
dilakukan modifikasi yaitu menggabungkan rangkaian filter lowpass LC dengan filter lowpass
orde satu yaitu filter RC.
Nilai RC yang akan dibuat sebagai rangkaian filter lowpass first order harus memenuhi
persamaan berikut ini:
1
2 fl (P3.1)
R1 C1 =
Persamaan 3.1 diatas terlihat ada 3 variabel dimana f adalah frekuensi carrier, R adalah nilai
resistansi dan C adalah nilai kapasitansi, sebagai contohnya jika dilakukan perancangan filter
yang memfilter suatu sinyal dengan frekuensi carrier 8 kHz, maka penentuan nilai RC
nya adalah sebagai berikut: R1 C1 =
Anggap nilai kapasitansi yang dipakai adalah R1 = 1600 Ohm, sehingga
1
2 .400 .1600 . l
C1
C1
= 6 nF
Maka pasangan nilai RC yang dipakai untuk memfilter frekuensi referensi 400 Hz adalah R1 =
1600 Ohm dan C1= 6 nF
Untuk frekuensi carrie, maka penentuan nilai RC nya adalah sebagai berikut:
R2 C2 =
1
2 fl
(P3.2)
R2 C2 =
1
2 fl
f2
1
2 RCl
f2
1
100 (2 RCl)
sehingga,
f2
1
2 10 R 1 10C 1
Transformator
Transformator merupakan suatu alat pengubah nilai tegangan. Transformator bekerja
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan masukan bolak-balik yang membentangi
primer menimbulkan fluks magnet yang idealnya semua bersambung dengan lilitan sekunder.
Fluks bolak-balik ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna,
semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.
Transformator yang dipakai dalam rangkaian ini adalah transformator step-down dari 220V
menjadi 115V.
Gelombang output