Anda di halaman 1dari 21

INVERTER 7

BAB

“” (Albert Einstein)

7.1 Pengantar Inverter

Rangkaian yang dapat mengubah


tegangan DC menjadi tegangan AC
dikenal dengan istilah inverter, rangkain
ini dapat menghasilkan tegangan AC
dengan frekuensi dan amplitude sesuai
kebutuhan yang diinginkan dengan
menggunakan beberapa metode
pengontrolan salah satunya metode
control PWM (pulse-width-modulation). Gambar 7.1 Pemasangan inverter
Secara konsep ideal output dari inverter ini
berbentuk sinus murni namun pada praktenya sinyal ouput bukan sinus murni dan
memiliki beberapa distorsi.
Rangkaian inverter dengan sinyal output berbentuk gelombang kotak atau
quasi-square-wave masih memungkinkan untuk digunakan pada aplikasi daya yang
rendah dan menengah, sementara untuk aplikasi daya yang tinggi diperlukan
gelombang berbentuk sinusoidal dengan distorsi yang sangat rendah, dengan
memanfaatkan komponen semikonduktor kecepatan tinggi, harmonik atau noise yang
ada pada gelombang output tegangan dapat dikurangi dengan menggunakan teknik
pensaklaran (switching).
Inverter banyak diaplikasikan pada dunia industry, beberapa contoh
penggunaan inverter seperti penggerak motor AC dengan kecepatan yang dapat
diatur, pemanas induksi, standby power supplies, dan UPS (uninterruptible power

Inverter (Effendi) 1
supplies). Input yang digunakan pada inverter berupa tegangan DC baik yang berasal
dari baterai, fuel cell, sel surya atau sumber-sumber DC yang lainnya. Klasifikasi
inverter berdasarkan fasa dapat dibagi menjadi dua bagian: (1) Inverter dengan output
satu fasa (2) Inverter dengan output tiga fasa, kedua bagian ini menggunakan teknik
pensaklaran on/off dengan menggunakan beberapa komponen semikonduktor seperti
MOSFET, BJT, IGBT, MCT, SIT, dan GTO.

Gambar 7.2 Aplikasi Inverter pada Sistem Sel Surya

Klasifikasi inverter berdasarkan sumber dapat dibagi menjadi: (a) inverter


dengan sumber tegangan (Voltage source inverter) dimana sumbernya berupa DC
bebas, (b) inverter dengan sumber arus (CSI) pada mode ini sumber tegangan terlebih
dahulu dirubah menjadi sumber arus kemudian baru dihubungkan dengan inverter.
Klasifikasi inverter berdasarkan bentuk
gelombang outputnya dapat dibagi menjadi: (a)
inverter dengan output gelombang kotak, (b) inverter
dengan output gelombang kotak-quasi, (c) inverter
dengan modulasi lebar pulsa (PWM). Inverter dengan
output gelombang kotak menghasilkan tegangan ac
dengan magnitude yang tetap, pada inverter jenis ini
Gambar 7.3 Inverter variasi gelombang output hanya bisa dilakukan dengan

Inverter (Effendi) 2
cara mengatur tegangan inputnya, inverter ini hanya dapat diaplikasikan pada
rangkaian yang menggunakan daya rendah.

7.2 Inverter Satu Fasa Half Bridge dengan Sumber Tegangan

Inverter satu fasa half bridge dengan sumber tegangan merupakan konfigurasi
dasar dari inverter full bridge, pada rangkaian ini hanya menggunakan dua buah
kompoen elektronika seperti MOSFET, GTO, IGBT, BJT dan lain-lainnya,
komponen ini berfungsi sebagai saklar.

Gambar 7.4 Inverter half bridge

Prinsip kerja dari rangkaian Inverter half bridge pada Gambar 7.4 diatas dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Periode I, dimana saklar yang aktif adalah saklar S1 sepanjang periode
dari 0 hingga setengah periode (T/2).
2. Periode II, saklar yang aktif adalah saklar S2, saklar ini akan aktif
sepanjang periode T/2 hingga T.

Bentuk gelombang output dari rangkaian inverter setengah jembatan satu fasa
dengan beben resistive dapat dilihat pada Gambar 7.5, dimana T =1/f dengan f
merupakan frekuensi gelombang output.
Berdasarkan Gambar 7.5 dapat kita analisa system kerja rangkaian sebagai
berikut, saklar S1 akan aktif selama setengah periode (0 sampai T/2) pada periode ini
arus akan mengalir dari titik P ke titik A dan menuju beban hal ini dimungkinkan

Inverter (Effendi) 3
karena titik P memilikik potensial lebih tinggi dibanting titik O, tegangan yang
terukur pada beban sebesar +Vdc /2.

Gambar 7.5 Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus.


Pada periode berikutnya (T/2 sampai T) saklar S2 akan aktif dan
menghungunkan titik A dengan titik N sehingga arus dari titik O akan mengalir
melalui beban dan menuju titik N hal ini dimungkinkan karena titik O memiliki
potensial yang lebih tinggi dibandingkan dengan titik N. arus yang melewati beban
memiliki arah yang berlawanan dari setengah periode sebelumnya sehingga tegangan
pada beban sebesar −Vdc /2.
Jika rangkaian menggunakan beban resistive maka bentuk gelombang
tegangan output yang dihasilkan berupa gelombang kotak sementara bentuk
gelombang arus akan mengikuti seperti bentuk gelombang tegangan. Pada rangkaian
ini frekuensi output dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan cara mengatur

Inverter (Effendi) 4
waktu on/off dari saklar S1 dan S2, Saklar S1 dan S2 tidak boleh on/aktif dalam waktu
bersamaan. persamaan tegangan rms outputnya dapat dicari dengan persamaan:
Vs
V rms =
2

7.3 Inverter Satu Fasa Half Bridge dengan Beban RL

Gambar 7.6 Gelombang Output Dengan Beban RL

Pada dasarnya bentuk gelombang output dengan menggunakan beban RL


memiliki kesamaan dengan inverter satu fasa setengah jembatan dengan
menggunakan beban R, hanya saja arus output pada beban RL tidak dapat berubah
secara langsung mengikuti bentuk gelombang output tegangan hal ini dikarenakan
sifat yang ada pada inductor, pada model rangkaian inverter ini diode D1 dan D2
berfungsi sebagai diode feedback. System kerja inverter satu fasa setengah jembatan
dengan menggunakan beban RL dapat dimodelkan menjadi empat mode.

Inverter (Effendi) 5
a. Mode I (t1 < t < t2): saklar S1 akan aktif pada saat t1 dimana tegangan yang
muncul pada beban sebesar Vdc/2 sementara arusnya bernilai positif dan
meningkat secara berangsur-angsur hingga mencapai nilai maksimum pada saat
t2 pada kondisi ini energy disimpan oleh beban.
b. Mode II ( t2 < t < t3): pada saat S1 dalam keadaan terbuka (kondisi off) polaritas
dari ggl induktansi beban mengalami perubahan sehingga arus dari beban akan
mengalir melewati sumber sisibawah dan diode D2. Pada kondisi ini energy
yang tersimpan pada beban akan dikembalikan ke sumber sisi bawah sehingga
tegangan pada beban sebesar -Vdc/2.
c. Mode III (t3 < t < t4): pada saat t3 arus pada beban bernilai nol, dimana energy
yang tersimpan pada beban telah semuanya dikembalikan ke sumber sisi bawah.
Saklar S2 diaktifkan pada saat t3 sehingga menghasilkan tegangan negative pada
sisi beban sebesar -Vdc/2, arus pada beban bernilai negative dan mencapai titik
maksimum pada saat t4.
d. Model IV (t0 < t < t1): pada saat t4 saklar S2 tidak aktif (off) namun energy yang
tersimpan pada beban masih ada, tegangan induktansi pada beban mengalami
perubahan polaritas menjadi Vs/2 sementara arus tetap bernilai negative. Energy
yang tesimpan pada beban tersebut dikembalikan kembali ke sumber sisi atas.
Pada saat t1 arus pada beban akan bernilai nol dan saklar S1 akan aktif kembali.

Gambar 7.7 Mode operasi Inverter beban RL

Inverter (Effendi) 6
7.4 Inverter Satu Fasa Full Bridge dengan Beban R

Inverter satu fasa full bridge penuh dengan sumber tegangan merupakan
pengabungan dari metode inverter satu fasa setengah jembatan dengan menggunakan
dua pasang saklar pengontrol (S1, S2 dan S3, S4) dan menggunakan dua pasang diode
(D1, D2 dan D3, D4). Untuk mendapatkan tegangan output positif (+Vo) pada beban
maka saklar S1 dan saklar S2 harus diaktifkan pada saat yang bersamaan, sebaliknya
untuk mendapatkan tegangan output negative (-Vo) pada sisi beban maka saklar S 3
dan saklar S4 harus diaktifkan pada saat yang bersamaan, diode D1, D2, D3 dan D4
berfungsi sebagai diode feedback jika menggunakan beban inductive

Gambar 7.8 Inverter satu fasa Jembatan Penuh

System kerja rangkaian pada Gambar 7.8 dapat dibagi menjadi dua mode jika
mengguanakan beban resistive yakni:
a. Mode I (0 < t <T/2): pada mode ini saklar S 1 dan saklar S2 aktif secara bersamaan
serta arus akan mengalir dari titik P menuju titik Q dan menghasilkan tegangan
output pada beban sebesar +Vdc, pada saat waktu T/2 saklar S1 dan S2 tidak
diaktifkan (off).
b. Mode II (T/2 < t < T): pada periode ini saklar S 3 dan S4 diaktifkan (on) dengan
demikian arus akan mengalir dari titik Q menuju titik P sehingga tegangan pada
beban menjadi –Vdc.

Inverter (Effendi) 7
Gambar 7.9 Rangkaian Ekivalen

Gambar 7.10 Bentuk Gelombang Output Beban R

7.5 Inverter Satu Fasa Full Bridge dengan Beban R L

Bentuk gelombang output inverter satu fasa full brigde dengan beban RL
dapat dilihat seperti pada Gambar 7.11. Prinsip kerja dari rangkaian ini dapat dibagi
menjadi empat bagian.

Inverter (Effendi) 8
Gambar 7.11 Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus

a. Mode I (t1 < t <t2) : pada saat t1 saklar S1 dan S2 diaktifkan secara bersamaan
sehingga titik P terhubung dengan positif sumber tegangan sementara titik Q
terhubung dengan titik negative sumber tegangan, dengan demikian tegangan
pada beban sebesar +Vdc sementara arus yang mengalir pada beban akan
meningkat secara ekponensial, hal ini desebabkan karena adanya beban inductive,
kuat arus yang melewati saklar S1 dan S2 akan sama dengan kuat arus yang
melewati beban, sepanjang interval ini energi akan disimpan pada beban inductor
b. Mode II ( t2 < t < t3) : pada saat t2 saklar S1 dan S2 dalam keadaan off sementara
arus yang ada pada beban tidak langsung berubah menjadi nol hal ini dikarenakan
adanya beban yang bersifat induktif, pada beban akan muncul tegangan emf yang
berfungsi untuk mempertahankan arah arus yang sama pada beban sepanjang

Inverter (Effendi) 9
interval ini, sedangkan polaritas emf terbalik dari mode I sehinga tegangan output
menjadi –Vdc sedangkan arus pada beban searah dengan mode I serta melewati
diode D3 dan D4. Pada mode ini energy yang tersimpan pada beban diberikan
kembali ke sumber secara bertahap hingga menuju titik t 3. Pada saat mencapai
titik t3 arus sama dengan nol serta diode D3 dan D4 dalam posisi off.
c. Mode III (t3 < t < t4) : pada interval ini saklar S3 dan S4 akan aktif secara
bersamaan sehingga tegangan pada beban bernilai negative (–Vdc ), sementara
arus akan meningkat secara eksponensial dan inductor akan menyimpan energy
interval ini.
d. Mode IV (t0 < t < t1) : pada interval ini saklar S3 dan S4 dalam keadaan off dalam
keadaan off sementara arus yang ada pada beban tidak langsung berubah menjadi
nol hal ini dikarenakan adanya beban yang bersifat induktif, pada beban akan
muncul tegangan emf yang berfungsi untuk mempertahankan arah arus yang
sama pada beban sepanjang interval ini, sedangkan polaritas emf terbalik dari
mode III sehinga tegangan output menjadi +Vdc sedangkan arus pad beban searah
dengan mode III serta melewati diode D1 dan D2. Pada mode ini energy yang
tersimpan pada beban diberikan kembali ke sumber secara bertahap hingga
menuju titik t1. Pada saat mencapai titik t1 arus sama dengan nol serta diode D1dan
D2 dalam posisi off. Siklus ini akan berulang terus menerus.

Gambar 7.12 Rangkaian Ekivalen

Inverter (Effendi) 10
7.6 Inverter Tiga Fasa

Inverter tiga fasa merupakan perangkat yang


mampu merubah tegangan sumber DC menjadi
tegangan AC tiga fasa dengan frekuensi dan tegangan
output yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Inverter tiga fasa ini banyak digunakan pada aplikasi
tegangan tinggi seperti penggerak motor AC,
pemanas induksi, dan lain-lainnya. Tegangan input
DC pada inverter tiga fasa ini dapat berupa DC dari
Gambar 7.13 Inverter Tiga Fasa
batterai atau sumber AC yang telah disearahkan.
Inverter tiga fasa dapat dibuat dengan menyusun tiga buah inverter satu fasa half
bridge, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar.

Gambar 7.14 Inverter Tiga Fasa


Gambar 7.14 menunjukkan rangkaian dasar inverter tiga fasa yang terdiri dari
enam buah saklar daya baik berupa MOSFETatau komponen-komponen elektronika
daya yang lainnya yang berfungsi sebagai saklar, dan enam buah diode freewheeling.
Untuk mendapatkan bentuk gelombang output sesuai dengan yang diinginkan maka
keenam saklar ini harus dihidupkan atau dimatikan sesuai dengan urutan dan
pasangannya, untuk pentrigeran saklar (gate MOSFET) dapat dibagi menjadi dua
bagian:

Inverter (Effendi) 11
1. Metode dengan konduksi selama 180o.
2. Metode dengan konduksi selama 120o.
Setiap pergantian antara satu saklar dengan saklar yang lainnya berganti selama
interval 60o.

7.7 Metode Konduksi 180o Dengan Beban R

Pada metode konduksi 180o ini setiap saklar akan konduksi selama 180o atau
setengah periode dari gelombang listrik, saklar ini akan ditriger setiap interval 60 o
berdasarkan urutannya, pada saat yang bersamaan hanya ada tiga buah saklar yang
aktif, ketiga saklar ini dapat dibagi menjadi: (1) dua saklar yang aktif pada sisi atas
dan satu saklar yang aktif pada sisi bawah atau, (2) satu saklar yang aktif pada sisi
atas dan dua saklar yang aktif pada sisi bawah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada table 7.1.

Table 7.1 Tabel Operasi

No Interval Saklar yang aktif

1 I 5, 6, 1

2 II 6, 1, 2

3 III 1, 2, 3

4 IV 2, 3, 4

5 V 3, 4, 5

6 VI 4, 5, 6

Berdasarkan table 7.1 diatas dapat digambarkan bentuk urutan pentrigeran


saklar seperti pada Gambar 7.15, secara umum dapat diambil beberapa kesimpulan
diantaranya:

 Setiap saklar akan konduksi selama periode 180o


 Pergeseran setiap interval selama periode 60o
 Pada saat yang bersamaan hanya ada tiga saklar yang aktif.

Inverter (Effendi) 12
Gambar 7.15 Pulsa Pentrigeran Saklar

Gambar 7.16 BebanTerhubung Secara Bintang dan Delta

Bentuk gelombang output dari inverter tiga fasa dengan beban resistive yang
terhubung secara bintang dapat dilihat pada Gambar 7.17, bentuk gelombang
tegangan output VAB, VBC, VCA berbentuk quasi-square wave dengan nilai tegangan
puncak sebesar sumber Vs dan bergeser setiap 120 o. sementara bentuk gelombang
tegangan output VAN, VBN, VCN dan memiliki tegangan output Vs/3 dan tegangan
output maksimum sebesar 2/3Vs.

Inverter (Effendi) 13
Gambar 7.17 Bentuk Gelombang Output Inverter Tiga Fasa

Bentuk gelombang output pada Gambar 7.17 dapat dicari dengan cara mencari nilai
tegangan tiap-tiap interval, seperti pada Gambar 7.18 dengan menggunakan beban
resistive yang terhubung secara bintang.

Inverter (Effendi) 14
Gambar 7.18 Rangkaian Ekivalen Pada Konduksi 180o

1. Interval I sepanjang periode 0≤ ωt < 60o

Req =R B+ ( R A ∨¿ RC )

R 3R
Req =R+ =
2 2

V s 2V s
I 1= =
R eq 3 R

Tegangan pada titik VAN=VCN sebesar :

I1 R V S
V AN =V CN = =
2 3

Tegangan pada titik VBN sebesar :

−2V S
V BN =−I 1 R=
3

2. Interval II sepanjang periode 60o ≤ ωt < 120o

Inverter (Effendi) 15
R 3R
Req =R+ =
2 2

V s 2V s
I 2= =
R eq 3 R

Tegangan pada titik VAN sebesar :

2V S
V AN =I 2 R=
3

Tegangan pada titik VBN=VCN sebesar :

−I 2 R −V S
V BN =V CN = =
2 3

3. Interval III sepanjang periode 120o ≤ ωt <180o


R 3R
Req =R+ =
2 2
V s 2V s
I 3= =
R eq 3 R

Tegangan pada titik VAN=VBN sebesar :

I3 ∙ R V S
V BN =V CN = =
2 3

Tegangan pada titik VCN sebesar :

−2 V S
V AN =−I 3 R=
3

Tegangan antara fasa ke fasa VAB dapat dicari dengan cara mengurangkan tegangan
VAN dengan tegangan VBN, (VAB = VAN - VBN), begitu juga dengan fasa VBC, (VBC =
VBN - VCN) dan fasa VCA, (VCA = VCN - VAN).

Inverter (Effendi) 16
7.8 Metode Konduksi 120o Dengan Beban R

Pada metode konduksi 120o ini setiap saklar akan konduksi selama interval
120o dan hanya ada dua saklar yang aktif pada saat yang bersamaan, adapun urutan
pentrigeran saklar dapat dilihat pada Table 7.2.

Table 7.2 Tabel Operasi

NO Interval Saklar yang Aktif

1 I S6, S1

2 II S1, S2

3 III S2, S3

4 IV S3, S4

5 V S4, S5

6 VI S5, S6

Berdasarkan Table 7.2 diatas dapat digambarkan bentuk urutan pentrigeran


saklar seperti pada Gambar 7.19.

Gambar 7.19 Bentuk Urutan Pentrigeran Saklar

Inverter (Effendi) 17
Bentuk gelombang output dari inverter tiga fasa dengan beban resistive yang
terhubung secara bintang dengan metode konduksi 120o dapat dilihat pada Gambar
7.20, bentuk gelombang tegangan output VAN, VBN, VCN berbentuk quasi-square wave
dengan nilai tegangan puncak sebesar Vs/2 dan bergeser setiap 120o sedangkan
tegangan VAB, VBC, VCA memiliki tegangan output sebesar Vs/2 dan Vs.

Gambar 7.20 Bentuk Gelombang Output Konduksi 120o

Inverter (Effendi) 18
Gambar 7.21 Rangkaian Ekivalen Pada Beban.

1. Interval I sepanjang periode 0≤ ωt < 60o pada interval ini saklar yang konduk
S1 dan S6.
VS −V S
V AN = ; V BN = ; V CN =0
2 2
2. Interval II sepanjang periode 60o ≤ ωt < 120o pada interval ini saklar yang
konduk S1 dan S2.
VS −V S
V AN = ; V BN =0 ; V CN =
2 2
3. Interval III sepanjang periode 120o ≤ ωt <180o pada interval ini saklar yang
konduk S2 dan S3.
VS −V S
V AN =0; V BN = ; V CN =
2 2

7.9 Contoh Rangkaian Inverter Sederhana

Rangkaian inverter sederhana memiliki pengertian sebagai alat untuk


mengubah tegangan arus DC atau biasa disebut arus searah menjadi arus AC atau
bolak balik. dan biasanya rangkaian inverter ini memiliki alat untuk mengatur

Inverter (Effendi) 19
tegangan dan frekuensi yang dibutuhkan. Untuk skala yang lebih besar, inverter ini
biasa dipakai di bidang-bidang industri. Mulai dari pengaturan kecepatan motor AC
hingga ke peralatan industri lainnya. Sementara alat inverter yang biasa kita gunakan
sehari-hari adalah UPS pada komputer.

Prinsip dan juga cara kerja dari inverter tersebut sebenarnya cukup mudah.
Anda bisa mencoba sendiri untuk membuat rangkaian inverter sederhana tersebut.
Namun tentunya anda harus mengerti terlebih dahulu konsep kerja dan juga dasar-
dasar dari inverter. Salah satunya adalah Square Wave Inverter.

Gambar 7.21 Rangkaian dan bentuk gelombang Square wave inverter

Square Wave Inverter DC to AC memiliki konsep kerja seperti skema gambar


tersebut. Skema tersebut menggambarkan bahwa jika sumbu S1 dan S2 berada di
posisi A, maka beban di Load akan mendapatkan tegangan positif yang masuk.
Sementara hal yang terbalik akan terjadi jika kedua sumbu berada di posisi berlainan.
Jika S1 dan S2 berada di posisi B, maka beban di Load mendapatkan tegangan negatif
dari kedua sumbu tersebut. Dan anda bisa melakukan pemindahan kedua sumbu baik
S1 dan S2 secara bergantian atau bersamaan guna mendapatkan tegangan bolak-balik.
Dan frekuensinya sendiri berdasarkan dari kecepatan perpindahan saklar yang
dimainkan.

Inverter (Effendi) 20
Gambar 7.22 Inverter satu fasa dengan timer IC 555

Sementara untuk skema rangkaian inverter DC to AC ini, komponen IC NE


555 difungsikan sebagai multi vibrator astabil. Dan menggunakan frekuensi output
sebesar 50 Hz. Multi vibrator astabil ini disebut juga multi vibrator bekerja bebas
yang bisa menghasilkan gelombang segi empat yang juga memiliki waktu
perpindahan naik yang cukup cepat. Sedangkan hasil dari NE 555 berfungsi untuk
memberikan input power inverter yang memiliki transistor NPN dan PNP TIP41 dan
TIP42. Kedua transistor ini disebut juga push-pull transistor yang bekerja secara
bergantian. Kinerja transistor ini bisa membentuk terjadinya gerakan arus bolak balik.
Dan akhirnya menghasilkan tegangan AC yang anda inginkan.

Inverter (Effendi) 21

Anda mungkin juga menyukai