Anda di halaman 1dari 18

BAB II ARUS SEARAH (DC) DAN ARUS

BOLAK-BALIK (AC)

RUMUSAN KEMAMPUAN AKHIR

Mampu menganalis arus listrik searah dan arus listrik bolak balik

INDIKATOR

1. Menjelaskan arus listrik searah


2. Menjelaskan arus listrik bolak-balik
3. Menganalisis Rangkaian seri dan parallel
4. Menganalisis daya Arus listrik searah
5. Menganalisis Listrik AC 1 fasa
6. Menganalisis Listrik AC 3 fase
Arus Bolak-balik (AC)

Bila sebatang penghantar digerakan sedemikian rupa didalam medan magnet,


hingga garis-garis medan magnet terpotong bebas didalam penghantar akan bekerja gaya,
yang menggerakan elektron tersebut sejurus dengan arah penghantar. Akibatnya ialah
penumpukan elektron (pembawa muatan negatip) disebelah bawah dan kekurangan
elektron yang sebanding diujung batang sebelah atas. Di dalam batang penghantar terjadi
tegangan, selama berlangsungnya gerakan penghantar didalam medan magnet.
Membangkitkan tegangan dengan bantuan medan magnet dinamakan menginduksikan,
dan kejadian itu sendiri dinamakan induksi tegangan

Arus dan tegangan AC 1 phase


Arus dan tegangan AC 3 phase

Besaran AC gelombang sinus bervariasi dalam arah (polaritas) dan besarnya.


Berbeda dengan gelombang DC yang dianggap stabil, tidak berubah terhadap waktu,
dengan arau gelombang satu arah. Arah (polaritas) dari gelombang AC umumnya bolak-
balik secara siklus, yaitu, gelombang bernilai positif dan negatif secara bergantian. Arus
bolak balik yang dihasilkan mempunyai bentuk gelombang sinus dan kurva nya disebut
sinusoida.

Nilai listrik AC selalu berubah-ubah terhadap waktu, maka berbagai nilai dalam listrik
AC. Nilai-nilai tersebut adalah :

a. Nilai puncak (Peak Value) - Amplitudo


Nilai puncak adalah nilai maksimum dari amplitudo gelombang sinus dua kali dalam satu
siklus, dimana terjadi dalam setengah siklus positif maupun negatif. Nilai puncak diberi
tanda ’^’ atau index ’p’, misalnya arus puncak = Ip.

b. Nilai puncak ke puncak (Peak to Peak Value)

Nilai puncak ke puncak adalah nilai dari puncak positif hingga puncak negatif atau
sebaliknya.

c. Nilai Sesaat (Instaneous Value)

Nilai sesaat adalah nilai pada satu titik waktu tertentu dari nol sampai nilai puncak. Nilai
arus AC selalu berubah setiap saat secara terus menerus. Tegangan atau arus sesaat diberi
simbol dengan huruf kecil v dan i.

d. Nilai rata-rata (Average Value)

Nilai rata-rata satu siklus lengkap adalah sama dengan nol. Area diantara kurva dan
sumbu waktu menunjukkan jumlah listrik yang telah mengalir selama selang waktu
tersebut. Karena bentuk kurva simetris sempurna, maka jumlah listrik yang mengalir pada
setengah siklus pertama sama dengan arus yang mengalir pada setengah siklus berikutnya
tetapi dalam arah yang berlawanan. Oleh karena itu nilai rata-rata arus AC sama dengan
nol.

e. Nilai efektif (Effective Value) RMS

Seperti yang diperlihatkan dalam gelombang sinusoidal bahwa ada beberapa bilai yang
berbeda dari tegangan dan arus bolak-balik, nilai efektif dikembangkan untuk
menerjemahkan nilai yang berbeda tersebut menjadi setara dengan nilai AC. Hal ini
dikenal dengan nilai RMS (root-mean-square).
Gambar 19. Nilai Efektif

Sebagai contoh rumah rata-rata menggunakan 220 volt, yang merupakan nilai RMS. Nilai
efektif menjadi sekitar 0,707 kali nilai puncak. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Kita perlu memiliki nilai yang dapat digunakan untuk perhitungan yang menunjukkan
jumlah arus listrik. Nilai Efektif adalah Nilai dari gelombang Arus bolak-balik sinusoida
dimana pada nilai tersebut Tegangan/Arus akan menyerap daya atau menghasilkan jumlah
kalor yang sama dengan daya yang diserap oleh Tegangan/Arus searah.

Frekuensi

Frekuensi adalah banyaknya siklus (gelombang) dalam setiap detik dan diberi simbol f.
Satuan untuk frekuensi adalah Hertz (Hz) atau cycle per second (c/s). Didalam sistem
kelistrikan frekuensi hanya terdapat pada arus bolak-balik (AC). Pada arus searah (DC)
tidak ada frekuensi karena besar dan arah nya tetap pada setiap saat.

Standar frekuensi listrik di Indonesia adalah 50 Hz. Oleh karena itu apabila generator unit
pembangkit diputar oleh turbin dengan kecepatan 3000 rpm, maka jumlah kutub
magnetnya adalah 2 atau satu pasang. Jumlah kutub magnet suatu generator ditentukan
berdasarkan putaran kerja dan frekuensi generator yang dinginkan.

Frekuensi listrik harus dijaga konstan sepanjang waktu, karena perubahan frekuensi akan
menyebabkan berubahnya putaran motor atau clock waktu. Indikator kualitas listrik yang
baik salah satunya ditunjukkan dengan frekuensi yang stabil.

Hubungan antara frekuensi dengan perioda dapat dituliskan dengan formula berikut:
Dimana:
f = Frekuensi
T = Periode
Periode adalah waktu yang diperlukan oleh arus bolak-balik untuk kembali pada harga
yang sama dan arah yang sama (1 cycle). Frekuensi system PLN adalah 50 Hz, sehingga
dalam satu detik dihasilkan 50 cycle gelombang listrik. Besarnya frekuensi yang
dibangkitkan oleh generator ditentukan oleh kecepatan putar medan magnet dan
banyaknya kutub atau pasang kutub magnet. Atau dapat ditulis dengan formula :

Dimana:
f = Frekuesi
n = Kecepatan putar generator
p = Jumlah pole generator
Jadi apabila suatu generator mempunyai magnet empat kutub (1 pasang) pada rotornya
berputar dengan kecepatan 3000 rpm, maka frekuensi yang dihasilkan adalah:

Sumber 3 fasa pada umumnya dihasilkan dalam suatu sistem generator, dimana
elemen dasar dari generator 3 fasa terdiri dari batang magnet yang berputar dan kawat
kumparan (belitan-belitan) stationer yang disusun sedemikian rupa sehingga masing-
masing susunan belitan menghasilkan tegangan dengan perbedaan fasa sebesar 120°.
Dalam listrik 3 fasa terdapat konfigurasi hubungan bintang dan hubungan delta,
pengertian hubungan bintang dan delta adalah sebagai berikut:
a. Sambungan Segitiga (Delta)

Pada sambungan segitiga, ujung – ujung permulaan dari satu fasa disambung pada ujung
penghabisan dari fasa yang berikutnya. Dengan demikian fasa tersebut tersambung seri
dan merupakan suatu lingkaran tertutup, seperti diperlihatkan pada titik sambungan XW;
YU; dan ZV, yang kemudian dipasangkan saluran jaringan R, S, dan T.

Gambar 22. Sambungan delta (segitiga)

Pada sambungan segitiga terdapat tegangan-tegangan jaringan (fasa-fasa) yang sama


besarnya dengan tegangan fasa. 𝑬𝑹𝑺=𝒆𝟏 ; 𝑬𝑺𝑻=𝒆𝟐 ; 𝑬𝑻𝑹=𝒆𝟑. Dengan cara vektor dapat
dicari dan terdapatlah Arus jaring-jaring (net) yang besarnya: 𝑰𝑹=𝑰𝟏×√; 𝑰𝑺=𝑰𝟐×√;
𝑰𝑻=𝑰𝟑×√𝟑
Jadi pada sambungan sigitiga terdapat Arus Jaring net yang besarnya √3 kali lebih besar
dari pada Arus fasa.

b. Sambungan Bintang
Pada sambungan bintang, ujung-ujung permulaan dari ketiga fasa X, Y, dan Z
disambungkan pada ujung-ujung U, V, dan W. Jika pada titik 0 (nol) juga disambungkan
satu kawat terdapatlah saluran ke empat yang dinamakan Saluran Nol. (0).
Suatu jaringan yang mempunyai 4 saluran dinamakan jaringan saluran empat, jika suatu
jaringan yang tidak mempunyai 4 saluran maka jaringan semacam ini dinamakan jaringan
saluran tiga . Pada gambar nampak jelas bahwa antara saluran jaringan R, S, dan T serta
saluran Nol (0) terdapat tegangan fasa e1, e2, dan e3.
Gambar 23. Sambungan bintang (Wye)

Pada sambungan Bintang terdapat arus jaringan (net) yang sama besarnya dengan arus
fasa. 𝑰𝑹=𝑰𝟏 ; 𝑰𝑺=𝑰𝟐 ; 𝑰𝑻=𝑰𝟑. Dengan cara vektor dapat dicari dan terdapatlah Tegangan
jaring – jaring (net) yang besarnya : 𝑬𝑹𝑺=𝒆𝟏×√𝟑 ;𝑬𝑺𝑻=𝒆𝟐×√𝟑 ;𝑬𝑻𝑹=𝒆𝟑×√𝟑. Jadi pada
sambungan bintang terdapat Tegangan Jaring-jaring (net) yang besarnya √3 kali lebih
besar dari pada tegangan fasa

Beban Listrik AC

Rangkaian listrik arus bolak-balik yang merupakan beban generator pada dasarnya terdiri
dari tiga komponen, yaitu:
• Resistif (R)
• Induktif (L)
• Kapasitif (C)

Di dalam kenyataannya beban generator atau sistem tenaga listrik tidak pernah hanya
terdiri dari beban resistif murni saja, atau bebas induktif murni saja atau beban kapasitif
murni saja, tetapi merupakan gabungan dari dua atau tiga jenis beban tersebut.

A. Beban Resistif (R)

Rangkaian listrik yang hanya terdiri dari tahanan (resistor) disebut rangkaian tahanan
murni. Peralatan listrik yang mempunyai tahanan murni contohnya resistor elemen
pemanas dan lampu pijar. Pada peralatan ini nilai induktansi dan kapasitansinya dapat
diabaikan.
Bila suatu rangkaian arus bolak-balik hanya terdiri dari tahanan murni, maka berlaku
hukum ohm dan formula lain sebagaimana yang diterapkan pada rangkaian arus searah.
Pada rangkaian tahanan murni arus sefasa dengan tegangan seperti diperlihatkan pada
gambar dibawah ini.

Gambar 24. Arus Sefasa dengan Tegangan

Pengaruh beban resistif pada generator akan menimbulkan reaksi jangkar pada stator
sehingga timbul medan magnit yang arahnya melawan medan magnit rotor, akibatnya
putaran rotor turun, Karena putaran turun maka frekuensi dan tegangan juga akan turun.
Untuk memulihkannya ke kondisi normal, maka putaran (aliran uap) harus di tambah.
Akibat timbulnya medan magnit pada stator, maka pada inti kumparan stator terjadi
pemanasan (kenaikan temperatur) atau biasanya di sebut core end heating.

B. Beban Induktif (L)


Arus listrik yang mengalir didalam penghantar akan menimbulkan medan magnet
disekitarnya dengan arah garis gaya magnetnya mengelilingi penghantar tersebut. Kuat
medan magnet tergantung pada besarnya arus yang mengalir. Jika arus yang mengalir
naik, kuat medan magnetnya juga naik melebar keluar dari pusat penghantar, demikianlah
sebaliknya. Melebar dan mengecilnya medan magnet akibat variasi arus bolak-balik yang
mengalir menyebabkan garis gaya magnet memotong penghantar dan membangkitkan
gaya gerak listrik didalam penghantar.
Arah dari ggl induksi ini sedemikian rupa, sehingga melawan gerakan arus yang
membangkitkannya (lihat hukum Lenz). Oleh karena itu ggl ini disebut ggl lawan. Bila
arus dalam suatu rangkaian listrik berubah, rangkaian ini mencoba melawan perubahan
itu. Sifat dari rangkaian yang melawan perubahan disebut "induktansi" dan rangkaiannya
disebut induktif. Simbol untuk induktansi adalah L dan satuannya adalah Henry.
Didalam rangkaian induktif, jika arus naik rangkaian menyimpan energi didalam medan
magnet. Jika arus berkurang rangkaian mengeluarkan energi dari medan magnet tadi.
Rangkaian yang terdiri dari kumparan dengan inti besi mempunyai induktif yang lebih
tingggi dibanding yang hanya terdiri dari rangkaian penghantar saja. Oleh karena itu
induktansi membangkitkan ggl lawan yang melawan atau menunda perubahan arus,
karena sifat ini maka suatu rangkaian arus bolak-balik yang berisi induktansi tinggi
(murni), menyebabkan arus tidak naik dan turun secara bersamaan dengan tegangan. Arus
tertinggal seperempat siklus atau 90º di belakang tegangan sepanjang siklus atau
dikatakan arus tidak sefasa lagi dengan tegangan dengan sudut 90º, seperti pada gambar
25. Tetapi didalam penerapannya tidak ada rangkaian listrik induktif murni.
Dalam rangkaian induktif selalu terdapat tahanan R, sehingga didalam rangkaian induktif
arus tertinggal dari tegangan dengan sudut kurang dari 90º. Besarnya sudut ini tergantung
pada seberapa besar kandungan tahanan induktansi.

Gambar 25. Arus Tertinggal dari Tegangan

Karena induktansi menyebabkan perlawanan terhadap aliran arus, maka disebut


"Reaktansi induktif" dan diberi simbol XL dengan satuan Ohm. Reaktansi induktif tidak
hanya tergantung pada induktansi , tetapi juga pada frekuensi. Hal ini karena makin tinggi
frekuensi makin besar laju perubahan arus dan medan magnetnya, sehingga makin besar
ggl lawan yang dinduksikan, seperti pada persamaan dibawah ini :

𝑿𝑳=𝟐𝝅𝒇𝑳
Dimana :
XL = Reaktansi Induktif
f = Frekuensi
π = 3,14
L = Induktansi
Pengaruh beban induktif terhadap generator adalah pemanasan pada kumparan rotor.
Beban induktif menyebabkan tegangan turun dan faktor daya rendah, sementara arus
generator naik akibat reaksi jangkar di stator. Akibat selanjutnya tegangan cenderung
turun sehingga untuk mengembalikan ke harga normal arus eksitasi harus ditambah.
Penambahan arus eksitasi ini akan menyebabkan pemanasan pada rotor.

C. Beban Kapasitif (C)

Apabila induktansi bersifat selalu melawan perubahan arus, maka kapasitansi bersifat
menahan perubahan tegangan. Kapasitansi timbul dalam rangkaian listrik karena terdapat
bagian yang dapat menyimpan muatan listrik. Untuk melihat pengaruh kapasitansi
terhadap tegangan, lihat gambar di bawah ini. Sebelum switch ditutup tegangan antara
plat adalah nol dan tidak ada arus mengalir. Ketika switch ditutup, satu sisi plat terhubung
ke terminal positif baterai dan plat yang lain keterminal negatif. Akibatnya elektron (arus
listrik) akan mengalir dan memuati plat. Pada mulanya arusnya besar, tapi makin lama
makin kecil dan akhirnya arus berhenti mengalir ketika muatan listrik di plat sudah penuh
dan tegangan diantara plat sama dengan tegangan baterai (sumber).

Gambar 26. Pengaruh Kapasitansi Terhadap Tegangan

Kejadian memuati listrik ke dalam kedua plat hingga bertegangan disebut kapasitansi dan
rangkaian kedua plat disebut kapasitor atau kondensor. Jadi kapasitansi melawan
perubahan tegangan dan menunda timbulnya tegangan. Bila switch dibuka muatan listrik
tetap berada di dalam kedua plat atau kapasitor tetap menyimpan energi listrik. Muatan ini
akan berkurang dan bahkan habis (discharge), apabila diantara kedua plat dihubungkan
kesuatu beban (rangkaian). Proses pengisian (charging) dan pembuangan muatan
(discharging) pada kapasitor akan terjadi berulang-ulang, apabila kapasitor dihubungkan
ke sumber arus bolak-balik. Oleh karena kapasitansi memyebabkan penundaan timbulnya
tegangan , maka arus dan tegangan menjadi tidak sefasa. Didalam rangkaian kapasitif arus
mendahului tegangan dengan sudut 90°.
Tetapi karena tidak ada rangkaian listrik, yang hanya terdiri dari kapasitansi murni,
melainkan selalu dibarengi adanya tahanan (resistansi), maka besarnya sudut fasa anatara
arus dan tegangan tidak sampai 90°. Karena kapasitansi menyebabkan perlawanan
terhadap perubahan tegangan, maka disebut reaktansi kapasitif, dan diberi simbul XC
dengan satuan Ohm. Besarnya reaktansi kapasitif tidak hanya tergantung pada kapasitansi
tetapi juga pada frekuensi. Bila frekuensi atau kapasitansi naik, reaktansi kapasitif turun.

Dimana:
C = kapasitansi
Xc = Reaktansi Kapasitif

Gambar 27. Kurva dan vektor beban kapasitif

Pengaruh beban kapasitif terhadap generator adalah meningkatnya suhu stator, karena
adanya penguatan medan magnet dari luar (sistem). Beban kapasitif menyebabkan
tegangan cenderung naik karena adanya penambahan eksitasi dari luar, akibatnya
kumparan stator menjadi lebih panas sedang arus eksitasi ke rotor menjadi kecil sehingga
generator cenderung beroperasi ke daerah tidak stabil.

Ciri arus listrik bolak-balik (Alternating Current - AC) adalah arus listriknya bergerak
bolak-balik pada suatu loop, dan kutub tegangan listriknya berubah-ubah dengan
frekuensi tertentu. Contohnya: generator AC, sumber listrik PLN, dsb.
Di dalam rangkaian arus bolak-balik ada tiga macam daya, yaitu :
• Daya nyata (aktif)
• Daya semu
• Daya reaktif

A. Daya nyata (true power)


Daya nyata adalah daya yang dapat dilihat hasilnya dan merupakan hasil perkalian antara
arus dan tegangan dengan faktor daya (𝐶𝑜𝑠 ∅), dalam satuan watt dimana dirumuskan
dengan persamaan sebagai berikut:
𝑷=𝑽.𝑰.𝑪𝒐𝒔 ∅
Faktor daya adalah pergeseran fasa antara arus dan tegangan. Di dalam rangkaian arus
bolak-balik, beban rangkaian merupakan gabungan dari beban R, L dan C. Oleh karena
itu selalu timbul perbedaan fasa antara arus dan tegangan. Besarnya sudut pergeseran fasa
tergantung dari kandungan L dan C dalam rangkaian. Faktor daya atau Cos merupakan
perbandingan antara hambatan R dan impedansi Z.
Bila dalam arus searah berlaku hukum Ohm untuk mencari hubungan antara, arus dan
hambatan, maka dalam arus bolak-balik formula tersebut berlaku. Tetapi hambatan arus
bolak-balik adalah impedansi Z. Impedansi adalah hasil penjumlahan secara aljabar dari
R, XL, dan XC atau ditulis :
Sehingga besarnya arus dapat dicari dengan menggunakan hukum Ohm.

Daya nyata merupakan daya yang menghasilkan panas setara dengan panas yang
dihasilkan peralatan tersebut bila dialiri arus searah.

B. Daya Reaktif (Reaktif Power)

Daya reaktif adalah daya hasil perkalian antara arus dan tegangan dengan 𝑆𝑖𝑛 ∅, dan
satuannya adalah Voltampere reaktif (Var).
𝑸=𝑽.𝑰.𝑺𝒊𝒏 ∅

Ini adalah daya yang tidak menghasilkan kerja (panas) atau daya yang tidak berguna
(Wattless power), tetapi selalu timbul di dalam rangkaian arus bolak-balik. Daya ini tidak
menghasilkan panas tetapi memerlukan arus untuk energis atau memuati rangkaian
induktif atau kapasitif.

C. Daya Semu (Apparent power)


Daya semu adalah daya yang mengabaikan adanya beban induktif dan beban kapasitif,
atau perkalian antara arus dan tegangan dengan satuan Volt ampere.
𝑺=𝑽.𝑰
Suatu rangkaian listrik arus bolak-balik secara teoritis tidak mungkin hanya terdiri dari
beban R, sehingga arus sefasa dengan tegangan. Oleh karena itu daya ini disebut daya
semu, karena dalam prakteknya kemungkinan arus sefasa dengan tegangan kecil sekali.
Hubungan diantara ketiga daya dapat membentuk suatu segitiga dan disebut segitiga daya.

Gambar 29. Segitiga Daya


𝑺𝟐=𝑷𝟐+𝑸𝟐

Sudut antara daya nyata dengan daya semu adalah sudut ∅, dan faktor daya juga dapat
dinyatakan sebagai perbandingan antara daya nyata dengan daya semu.

Daya listrik Generator sistem 3 fasa, seperti diperlihatkan pada gambar sebagai berikut:

Gambar 30. Rangkaian Daya Generator 3 Fasa


Untuk kasus tertentu persoalannya menjadi lain jika potensial yang diberikan tidak
konstan, misalnya berbentuk fungsi sinus terhadap waktu (seperti pada arus bolak-balik)

sehingga

dan

p selalu berharga positif sehingga daya akan selalu hilang pada setiap saat, berubah
menjadi panas pada hambatan. Daya tersebut selalu berubah setiap saat, berharga nol saat
sin ωt = 0, dan maksimum sebesar V2/ R saat sin ω t = 1.

Untuk menentukan efek pemanasan dari isyarat di atas, persamaan daya di atas dapat
dituliskan sebagai

cos 2wt akan berharga positif atau negatif sama seringnya, sehingga rata-ratanya adalah
nol. Dengan demikian daya rata-rata yang hilang sebesar

Ini merupakan daya yang hilang pada R jika tegangan konstan VP/√2 dikenakan padanya.
Harga VP/√2 = 0,707 sering digunakan sebagai ukuran jika tegangan sinus digunakan
pada suatu rangkaian dan harga tegangan tersebut sering disebut sebagai harga root-mean-
square (RMS).

Pengukuran Daya Listrik AC dapat dilakukan menggunakan kombinasi volt meter dan
amper meter yang dikombinasikan. Secara teori daya rangkaian AC merupakan daya
rata-rata pada rangkaian listrik tersebut. Dalam arus bolak-balik daya yang ada setiap
saat berubah sesuai dengan waktu. Daya dalam arus bolak-balik merupakan daya rata-
ratanya. Jika sedang dalam kondisi steady state, daya yang ada pada saat itu dirumuskan :
Jika sinyalnya adalah sinusoidal, maka arus akan tertinggal dengan tegangan dalam
fasanya dengan sudut φ, kemudian:

Maka besarnya daya adalah sebagai berikut :

Jika

Sehingga diperoleh :

Daya rata-rata untuk tiap periode adalah :

Dimana V dan I merupakan harga rms dari tegangan dan arus. Cos φ merupakan faktor
daya dari beban. Dari hasil yang diperoleh didapatkan bahwa faktor daya (cos φ )
berpengaruh dalam penentuan besarnya daya dalam sirkit AC, ini berarti bahwa wattmeter
harus digunakan dalam pengukuran daya dalam sirkuit AC sebagai pengganti
Ampermeter dan Voltmeter

Metoda 3 Voltmeter Dan Metode 3 Ampermeter


Daya satu fasa dapat diukur dengan menggunakan tiga Voltmeter atau tiga Ampermeter.
Gambar dibawah memperlihatkan pengukuran daya dengan menggunakan metode
tersebut.
Gambar Metoda 3 Voltmeter Dan Metode 3 Ampermeter

Dalam metoda tiga Voltmeter, masing-masing alat pengukur volt menunjukkan V1, V2
dan V3, maka:

Dalam menggunakan metode tiga Ampermeter, masing-masing alat pengukur amper


menunjukkan I1, I2, I3 maka:

Anda mungkin juga menyukai