Anda di halaman 1dari 24

DC SHOCK / DEFIBRILLATOR

Defibrillator adalah peralatan elektronik yang dirancang untuk memberikan kejut listrik
dengan waktu yang relatif singkat dan intensitas yang tinggi kepada pasien penyakit jantung.

Pengulangan pemberian kejut listrik paling lama 45 detik sejak jantung berhenti. Energi
Externalyang diberikan antara 50 sampai 400 Joule. Energi Internal yang diberikan maximum
1/10 External

Posisi elektroda (paddles) : anterior - anterior (apex - sternum) atau anterior posterior.
Diameter elektroda antara 8 - 10 cm untuk dewasa. Pengaturan energi, dan pemeberian energi
di kontrol oleh mikrokontroler. Energi yang tersimpan pada C : W = ½ CV²

Sebelum Pemberian pulse defibrillator pada permukaan elektroda diberikan gel


elektrolit. Ada dua jenis defibrillator: a.c defibrillator dan d.c defibrillator. Untuk a.c
defibrillator sudah tidak digunakan lagi. Mempunyai elektroda (paddles) yang mempunyai
diameter 8 - 10 cm (untuk dewasa). Energi yang diberikan berkisar antara : 50- 400 Joules.
Pemberian defibrillator dapat dilakukan dengan cara sinkronisasi atau asinkronisasi. Posisi
elektroda (Paddles) dapat diletakkan pada posisi anterior - anterior (Apex-sternum) atau
posterior anterior. Pada saat pemberian defibrillator hindari bersentuhan antara pengguna alat
dengan pasien. Energi yang tersimpan pada C : W = ½ CV²

Paduan d.c defibrillator terdiri dari trafo berkekuatan besar dan pada sekundernya terdapat
penyearah dan capastor.Penyearah ini akan megisi energi listrik pada kapasitor, besarnya
energi listrik akan dikontrol oleh mikrokontrol. Pada saat discharge (pemberian) energi pada
pasien dengan menekan switch yang berada pada ujung elektroda. Bila memilih jenis sinkron,
dapat dilakukan dengan menekan key board (sinkron).

Pada Prinsipnya Prosedur Pengoperasian Defibrillator Dibagi Dalam Tiga Tahap

l Pemilihan besarnya energi dan mode pengoperasian

l Pengisian energi (charge) pada kapasitor

l Pembuangan energi dari kapasitor ke pasien (discharge).


Prinsip Dasar Defibrillator

Ø Besarnya energi dilakukan dengan memutar selector pemilihan energi R3, set Level yang
akan mengatur besarnya tegangan yang akan timbul pada pengisian kapasitor C1.

Ø Bila tombol charge ditekan maka akan terjadi pengisian kapasitor C1, dan tegangan pada
kapasitor C1, dideteksi oleh detector A1 melalui pembagi tegangan R 1 dan R2yang
bersesuaian dengan tegangan pada C1.

Ø Bila tegangan pada pembagi tegangan telah lebih besar dari tegangan R3, maka A1
keluarannya akan menyebabkan High-voltage DC supply tidak lagi mensupply tegangan ke
kapasitror C1.

Ø Bila ditekan tombol discharge tegangan pada kapasitor C1 akan berpindah sehingga tubuh
atau jantung akan mendapatkan energi listrik dari kapasitor C 1. Bentuk tegangan yang
diberikan pada pasien dipengaruhi oleh adanya induktor

Bentuk Energi Yang Diberikan Ke Pasien

Satu phase (Monophasic)

· Dua phase (Biphasic)


· Untuk besarnya energi listrik Biphasic yang diberikannya berkisar 2 sampai dengan
200 joule

Mempunyai 2 buah elektroda yang telah terpasang pada dada pasien (pads electrode)

l Strenum

l
Apeks

Metode defibrillator

l Asinkron

Pemberian shock listrik jika jantung sudah tidak berkontraksi lagi, secara manual setelah
pulsa R.

l Sinkron
Pemberian shock listrik harus disinkornkan dengan signal ECG dalam keadaan berfibrasi,
jadi bila tombol discharge ditekan kapanpun maka akan membuang setelah pulsa R secara
otomatis.

DEFIBRILATOR “DEFIGARD 5000 SCHILLER”

Pada alat ini terdapat beberapa indicator pengukuran

Ø Monitor :

SPO2, NIBP, ECG, Trend Display

Ø Defibrilasi

Ø Pacemaker

Paddle

Petunjuk Operasional

l Ambil paddles dari sisi samping alat

l Yakinkan dalam keadaan kering


l Beri krim pada permukaan paddle

l Tempelkan paddle pada pasien diposisi apeks dan sternum

l Tekan tombol energy

l Lakukan pengisian dengan menekan satu tombol pada paddle, lalu proses pengisian dapat
dilihat di monitor

l Jangan menyentuh pasien

l Setelah proses pengisiian selesai maka akan terdengar suara “beep”, pada display muncul
tulisan “Defibrillator Ready” dan pada tombol paddle akan menyala

l Tekan paddle agak menekan ke tengkorak

l Untuk pengosongan tekan kedua tombol pada paddle secara bersamaan

l Lihat pada monitor

l Setelah selesai pilih switch pada tombol energy menunjukkan angka “0”

l Tekan tombol power

Petunjuk Pengamanan

Selama terapi kejut ada yang harus diperhatikan, yaitu

l Pasien harus

1. Tidak ada kontak dengan orang lain

2. Tidak ada kontak dengan barang berbahan metal atau konduktor

l Saat paddle kontak dengan pasien, pastikan juga paddle tidak terhubung dengan barang
berbahan metal

l Pastikan dada pasien kering

l Karena dialiri arus yang besar, kemungkinan terjadi luka bakar pastikan peletakkan paddle
yang tepat

Siklus Pemeliharaan
Maintenance

l Pengecekan secara fisik

1. Apakah chasing dalam keadaan baik

2. Kabel elektroda rusak

3. Pengepakan elektroda yang sudah kadaluarsa

l Pengetesan Defiblirator

Pengecekan pada paddle

1. Hubungkan kabel paddle dan gabungkan

2. Set ke energy level 90 joule

3. Tahan paddle dan lakukkan trigger

4. Lalu lihat pada monitor apakah tertulis “OK”

Cleaning

Pastikan alat dalam keadaan mati dan tidak terhubung dengan listrik, Pembersihan dapat
dilakukan dengan cara

l Usap penutup dengan menggunakan kain halus dan bersih, beri cairan disinfektan (alcohol
70 %). Pastikan tidak ada cairan yang masuk ke dalam alat

l Musnahkan aksesoris sekali pakai sesegera mungkin untuk mencegah penggunaan kembali
l Untuk paddle dapat diusap dengan kain halus beserta cairan disinfektan atau air sabun,
pastikan sampai kering

l Spoon electrode dapat dibersihkan dengan cara penguapan, radiasi, dan memakai ethylene
oxide

l Untuk membersihkan lead sensor dapat menggunakan disifektan juga, tapi pastikan celah
terlepas dari alatnya

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest
DC SYOK (KARDIOVERSI DAN DEFIBRILASI VENTRIKEL)

FEBRUARI

28 UNDEFINED den ger

Defenisi:

Suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung lewat sepasang elektroda
yang diletakkan pada dinding toraks untuk menghentikan takikardia ventricular dan
supraventrikuler.

Pemberian renjatan sinkron gelombang R(Kompleks QRS).

Renjatan listrik mendepolarisasi sel pemacu jantung automatic dan sel miokardial serta
menghilangkan atritmia.

Nodus sinoatrial, nodus atrioventrikular dan system purkinje mengambil alih irama jantung.

Indikasi:

Kardioversi darurat,

1. Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan hipotensi, hipoperfusi
sistemik, gagal jantung kongestif, atau iskemia miokard.

2. Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama sinus dengan lidokain
atau amiodaron.

Kardioversi elektif.

Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia supraventrikuler, fluter atrial, dan fibrilasi
atrial, yang gagal berubah ke irama sinus dengan digitalis, propranolol, adrofonium,
fenilefrin, kuinidin, atau verapanil.

Irama sinus lebih baik daripada aritmia karena curah jantung lebih banyak dan lebih rendah
angka embolisme.

Kontraindikasi:

1. Intoksikasi digitalis.

Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan kardioversi sinkron, Stimulasi cepat
atrium dengan pemacu temporer(TPM) dapat merubah atritmia supraventrikular.
2. Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik Temporer Pace Maker
(TPM).

3. Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.

4. Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun.

5. Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin profilaktik.

6. Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM dapat menghentikan
takiaritmia.

Evaluasi Pasien:

Evaluasi tentang hipertiroidisme, intake, digitalis, hipoksemia, stress psikologik, anemia,


hipokalemia, hiperkalemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, atau gangguan metabolic
autonom lain yang menyebabkan aritmia.

Persiapan Pasien:

1. Jelaskan prosedur secara penuh kepada pasien, termasuk komplikasi potensialnya dan
dapatkan izin tertulis.

2. Berikan antikoagulan profilaktik, dianjurkan pada pasien atrial fibrilasi dengan riwayat
embolisme, stenosis mitral, gagal jantung kongestif, atau pembesaran atrium kiri.

3. Hentikan digitalis, 24 jam sebelum kardioversi dan 48-72 jam pada pasien tua. Digoxin
bekerja selama 2-5 hari.

4. Berikan kuinidin(300 mg tiap 6 jam) selama 2 hari sebelum kardioversi, menurunkan 40%
pemulihan ke irama sinus, tetapi kadang pencetus VT atau VF.

5. Puasakan pasien 6 jam sebelum tindakan kardioversi.

6. Rawat pasien dengan monitor EKG, untuk evaluasi irama dan evaluasi EKG 12 lead.

7. Letakkan lempeng resusitasi jantung di bawah dada pasien.

Personalia:

Dokter atau perawat terampil kardioversi, anestesi dibutuhkan untuk penatalaksanaan


intubasiendotrakeal.
Persiapan Alat:

1. Kardioverter arus searah (DC) dengan monitor osiloskop, modus sinkronisasi tombol
seleksi tingkat energi, pedal elektroda dan jelly elektroda.

2. Obat sedasi: amnesia atau anastesi selama kardioversi dengan diazepam(valium), pentothal
atau brevithal.

3. Resusitasi: Lempeng dipunggung, section, oksigen, intubasi set(ETT, lavingoskope, guidel,


jelly, spatel) ambubag dan obat atropine serta antiaritmia.

Penatalaksanaan Kardioversi.

1. Letakkan pasien terlentang di atas lempeng resusitasi jantung.

2. Pasang elektroda monitor EKG pada dada pasien.

3. Nyalakan tombol kardioversi dan sinkronisasi.

4. Singkirkan oksigen atau peralatan atau bahan yang mudah terbakar.

5. Berikan obat sedative perlahan, pantau frekuensi jantung, respirasi dan tekanan darah.

6. Berikan jelly pada pedal elektroda kardioversi, bantalan kasa larutan garam tidak dipakai
karena menyebabkan lengkungan arus.

7. Tipe kardioverter anteroapikal, elektroda pertama diletakkan di bawah klavikula kanan


tepat lateral sternum dan elektroda kedua diletakkan di bawah putting susu anterior aksilaris.

8. Pilih tingkatan energi 100 joule.

9. Pastikan tidak ada kontak operator, orang lain dan pasien terhadap bahan konduktor(logam,
air, ventrikulator).

10. Berikan renjatan listrik bila sedasi pasien memadai dengan tekanan mantap 11,25 kg pada
pedal elktroda.

11. Periksa nadi pasien, EKG, dan jalan napas segera setelah renjatan listrik kardioversi.
Reaksi kardiovaskuler setelah renjatan listrik tampak vagal dengan bradikardia disusul
takikardia 30 detik reaksi simpatis.

Aritmia ventrikel atau kelainan gelombang ST dapat menunjukkan kerusakan miokard akibat
renjatan atau interaksi obat denga renjatan listrik.

12. Bila renjatan gagal, tingkatkan dosis energi secara bertahap 100, 200, 300, 360 joules
sampai aritmia dikonversi atau sampai 360mjoules gagal,

Biarkan 2 menit di antara renjatan listrik untuk supraventrikular takikardia, karena lambat
berkonversi.
Asuhan Keperawatan Post Kardioversi.

1. Lakukan pemeriksaan singkat, kaji komplikasi segera seperti hipotensi, embolisasi


sistemik, edema paru, dan aspirasi.

2. Periksa EKG 12 lead dan pantau irama EKG pasien selama beberapa jam.

3. Pasien bedrest total.

4. Lanjutkan obat antiaritmia maintenance amiodaron 450 mg/24 jam.

Komplikasi kardioversi.

1. Luka baker kulit. Kontak elektroda tidak memadai atau renjatan berulang dapat timbul luka
baker derajat I-II.

2. Aritmia. Irama qtrioventrikuler, VES, VT dan VF dapat timbul setelah renjatan.

3. Kerusakan otot jantung. Perubahan gelombang T dan ST terjadi sekitar 1% dan


peningkatan CKMB sekitar 9% pasien.

4. Pembesaran jantung.

5. Edema paru. Diduga paralisis atrial kiri.

6. Embolisasi sistemik, sekitar 0,8% lebih tinggi pada atrium kiri besar, stenosis mitral, CHF,
atau emboli sebelumnya.

7. Hipotensi. Singkat dan berakhir beberapa jam.

8. Pneumonia aspirasi.
SOP DEFIBRILLATOR CARDIO (DC) SHOCK

DEFIBRILLATOR CARDIO (DC) SHOCK

NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH


STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

1 PENGERTIAN Suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung


lewat sepasang elektroda yang diletakkan pada dinding toraks untuk
menghentikan takikardia ventricular dan supraventrikuler.
Pemberian renjatan sinkron gelombang R(Kompleks QRS).
Renjatan listrik mendepolarisasi sel pemacu jantung automatic dan
sel miokardial serta menghilangkan atritmia.
Nodus sinoatrial, nodus atrioventrikular dan system purkinje
mengambil alih irama jantung.
.

2 TUJUAN Menghilangkan aritmia ventrikel yang spesifik pada henti jantung dan
kelainan organic jantung lainnya

3 INDIKASI Kardioversi darurat,


Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan
hipotensi, hipoperfusi sistemik, gagal jantung kongestif, atau iskemia
miokard.
Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama
sinus dengan lidokain atau amiodaron.

Kardioversi elektif.
Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia supraventrikuler, fluter
atrial, dan fibrilasi atrial, yang gagal berubah ke irama sinus dengan
digitalis, propranolol, adrofonium, fenilefrin, kuinidin, atau verapanil.
Irama sinus lebih baik daripada aritmia karena curah jantung lebih
banyak dan lebih rendah angka embolisme.

4 KONTRA Intoksikasi digitalis.


INDIKASI Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan kardioversi
sinkron, Stimulasi cepat atrium dengan pemacu temporer(TPM) dapat
merubah atritmia supraventrikular.
Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik
Temporer Pace Maker (TPM).
Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.
Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun.
Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis
kuinidin profilaktik.
Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM
dapat menghentikan takiaritmia..

5 PERSIAPAN 1. Pastikan identitas klien


PASIEN 2. Kaji kondisi klien
3. Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang
dilakukan
4. Jaga privacy klien
5. Atur posisi klien

6 PERSIAPAN ALAT Defibrilator


Jelly
Elektroda
Obat-obat sedasi bila perlu (dormikum, atau analgesic lainnya)

7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi


1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien/keluarga

Tahap Kerja
Memberikan sedative, atau analgesic bila perlu
Memasang elektrode dan menyalakan EKG monitor
Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG tersebut untuk
mencegah kekeliruan
Set kebutuhan joule sesuai indikasi (untuk defibrilasi mulai dengan
150 joule untuk cardioversi mulai dengan 50 joule)
Pegang peddic 1 dengan tangan kiri, letakkan pada daerah mid
sternumk dan paddle 2 dengan tangan kanan pada daerah mid aksila
Sambil mengatur letak kedua paddle, beri aba-aba agar staff yang
lain tidak ada yang menyentuh pasien ataupun bad pasien
Bila terdengar tanda ready dan mesin defibrilator, tekan tombol DC
shock dengan jempol agar arus masuk dengan baik.
Amati EKG monitor, bila tidak ada perubahan lanjutkan dengan
memberi watt second yang lebih tinggi
Bila gambaran EKG sudah sinus dan stabil, hentikan tindakan.
10. Hal-hal yang perlu diperhatikan
11. Bila terjadi asistole, lakukan segera tindakan RJP
12. Tindakan-tindakan DC shock dihentikan bilamana tidak ada respon
13. Setiap perubahan gambaran EKG harus di print

Tahap Terminasi
Evaluasi respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan dengan baik

8 DOKUMENTASI1. Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2. Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam catatan
3. Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada tempatnya
4. Buka APD dan cuci tangan
5. Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

9 SUMBER H., A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku


2.Jakarta: Salemba Medika.

Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan Buku


2 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan


Klinik Keperawatan Anak. Denpasar: Departemen Keperawatan Anak
Poltekkes Denpasar
MENGENAL ALAT DAN

CARA PENGGUNAAN DC SYOK


A. Pengertian
Memberikan tindakan dengan arus listrik searah pada otot
jantung melalui dinding dada dengan
menggunakan defibrilator.
B. Tujuan
 Untuk menghilangkan disritmia pada jantung,
yaitu Ventrikel Fibrilasi (FV) dan ventrikel tachikardi tanpa
nadi
C. PERSIAPAN ALAT
1. DEFIBRILATOR
2. JELLY
3. ELEKTRODA
4. OBAT-OBATAN SEDASI ( BILA PERLU )
5. RESUSITASI SET / TROLY EMERGENCY

D. PASIEN
1. INFORM CONCENT
2. PENJELASAN PROSEDUR YANG AKAN DILAKUKAN
3. POSISI TERLENTANG

E. PETUGAS
2 ORANG PETUGAS

F. PELAKSANAAN
1. ALAT DISIAPKAN DEKAT PASIEN
2. MEMASANG ELEKTRODA DAN MONITOR EKG DINYALAKAN
3. CEK ULANG GAMBARAN EKG DAN PRINT UNTUK MENCEGAH
KEKELIRUAN
4. DEFIBRILATOR DI NYALAKAN DAN SET
KEBUTUHAN ENERGI( BIASA DIMULAI DARI YANG
RENDAH
5. MODE DEFIBRILATOR : ASYN CRINIZE.
6. TANGAN KIRI MEMEGANG PADLE YANG DILETAKKAN DI MID
STERNUM DAN TANGAN KANAN PADA PADLE DI MID AXILLA
KIRI ( KE 2 PADLE DI OLESKAN JELLY
7. SAMBIL MENGATUR LETAK PADLE , BERI ABA-ABA
AGAR ORANG LAIN
TIDAK MENYENTUH PASIEN ATAU BAD PASIEN.
8. TEKAN TOMBOL CHARGE PD DEFIBRILATOR ,
9. BILA TERDENGAR BUNYI TANDA READY TEKAN TOMBOL DC
SYOK AGAR ARUS TERLEPAS KE PASIEN, SAMBIL
MENEKAN PADLE PADA DINDING DADA.
10. AMATI MONITOR EKG, BILA TIDAK ADA PERUBAHAN ,
ULANGI DENGAN MENAIKKAN ENERGI .
11. BILA TERJADI KARDIAK ARREST LAKUKAN RESUSITASI.
12. BILA GAMBARAN EKG MENJADI SINUS , HENTIKAN
TINDAKAN DAN BERIKAN OKSIGEN

PENGGUNAAN KARDIOVERSI
Tindakan kardiover hampir sama dengan tindakan defibrilasi.
1. Tujuan :
untuk menghentikan disritmia atrial tachikardi dan Atrial Flutter yang terlalu
cepat,atrial fibrilasi, SVT ( supraventrikuler tachicardi)
2. Pelaksanaan
a. Tinkan kardioversi adalah tindakan yang terencana
b. Prosedur hampir sama dengan defibrilasi,tapi mode di ubah ke syncronize.
c. Pasien terlebih dulu di beri obat sedasi atau analgetik
d. Energi yang diberikan lebih rendah dari tindakan defibrilasi( dimulai dari 150
joule)

HAL-HAL YNAG PERLU DIPERHATIKAN


1. Bila terjadi asistole lakukan segera RJP
2. Hentikan tindakan bila tidak ada respon
3. Setiap perubahan gambaran ekg harus di print
4. Jangan melepaskan energi di udara

TROLLY EMERGENCY
A. LACI I SEDIAAN INJEKSI
1. ATROPIN SULFAT 0,25 mg /ml AMPUL 1 ml
2. VASCON (NOREPINEPHRIN) 1 mg/ml
3. LIDOCAIN 40 mg/2 ml
4. AMIODARONE 150 mg/ 3 ml
5. EFINEFRHIN 1 ml/1 mg
6. DIGOXIN 0.25 mg/ml
7. DEXAMETHAZONE 5 mg/ml amp 1 ml
8. FURSORBID (ISOSORBIT DINITRAT) 1 mg/ml vial 1m ml /IV
9. FUROSEMIDE 10 mg/ml amp
10. DOPAMIN HCL
11. EPHEDRIN HCL
12. AMINOPHILLIN 24 ml/ 10 ml
13. DIAZEPAM
14. TENSILO (NICARDIPIN)
15. VITAMIN K
16. INOTROP DOBUTAMIN
17. ASAM TRANEKSAMAT
18. DIPENHIDRAMIN

B. LACI II SPOIT ALL VARIANT


1. SPOIT 1 CC
2. SPOIT 3 CC
3. SPOIT 5 CC
4. SPOIT 10 CC
5. SPOIT 20 CC
6. SPOIT 50 CC

C. LACI III CAIRAN/ SOLUTION


1. NaCl 0.9 % PIGGY BAG
2. DEXTROSE 40 %
3. DEXTROSE 10 %
4. DEXTROSE 5%
5. RINGER LATTAT 500 ml
6. NaCL 0.9%/ml
7. GELOFUSIN
D. LACI IV INTRAVENA ACCESS DAN ELEKTRODA
1. IV CATHETER 16,18,20,22
2. THREE WAY BUNTUT
3. THREE WAY NON BUNTUT
4. PURFUSSOR LINE WHITE
5. FURFUSSOR LINE BLACK
6. INFUS SET
7. INFUS SET PUMP
8. TRANSFUSI SET
9. ELEKTRODA

E. LACI V AIRWAY
1. JACKSON REES DEWASA
2. ETT 7.7, 7 , 6.5 MM
3. GUEDEL DEWASA 8,9,10
4. SUCTION CATHETER 12,14,16,18
5. SPATEL PLASTIK

F. LAVI VI CATHETER URINE DAN NGT


1. FULAY CATHETER 14,16,18,20,22,24
2. URINE BEG
3. K-Y JELLY
4. MAAG SLANG 12, 14, 16, 18
5. AQUA PRO INJEKSI

G. LACI VII TERAPI OKSIGEN


1. O2 BINASAL DEWASA
2. O2 NRM DEWASA
3. O2 RM DEWASA
4. MASKER OKSIGEN DEWASA
5. MASKER NABULAZER DEWASA
6. TRAHEAO LIFE.
PROPOSAL

PELATIHAN INTERPRESTASI EKG (EKG DASAR)

A. LATAR BELAKANG

Kecenderungan penyebab kematian akibat serangan jantung di dunia dan Indonesia


cenderung terus meningkat, menggeser penyebab kematian akibat penyakit infeksi dan
kecelakaan. Disisi lain terjadi perubahan standar praktik menolong korban henti nafas akibat
serangan jantung dan trauma di tingkat Internasional, dari pola ABC kepada pola CAB
(AHA, 2010).

Perubahan pola menolong korban gawat darurat akibat dari serangan jantung dan trauma
menurut pengamatan American Heart Ascosiation (AHA, 2010), memaksimalkan pertolongan
sehingga menurunkan tingkat kematian korban gawat darurat. Pemberian bantuan hidup dasar
pada korban gawat darurat dengan cara yang tepat akan mengurangi angka kematian dan
kecacatan. Bantuan hidup dasar diberikan untuk menyelamatkan jiwa dan meminimalisir
kerusakan organ pada korban gawat darurat.

Pertolongan korban gawat darurat pada penderita jantung koroner merupakan salah satu
pertolongan korban gawat darurat sehari-hari pra rumah sakit dan di rumah sakit. Hal ini
dipengaruhi oleh perubahan pola makan ataupun ADL (aktifitas day living).Apabila
pertolongan korban gawat darurat sehari hari sudah tertata baik maka pertolongan korban
gawat darurat pada jantung koroner akan maksimal. Serangan jantung koroner tidak
mengenal waktu, untuk itu petugas kesehatan yg berada di lini depan rumah sakit harus dapat
memberi pertolongan sesuai standart internasional.

Untuk itu, Petugas kesehatan, terutama dokter, perawat dan bidan (petugas kesehatan) wajib
memiliki keterampilan dasar dalam menginterpretasikan EKG. Hal ini sudah termasuk
sebagai kompetensi dasar yang harus dimilki dokter, perawat, bidan ( petugas kesehatan).
Pelatihan EKG ini dirancang untuk memahami gambaran EKG yang mengancam nyawa, baik
yang ada di emergensy, ICU, ICCU, bahkan diruang perawatan biasa.

Untuk itu, kursus EKG ini dirancang berbasis kompetensi, Competency Based Training
(CBT) dan Competency Based Asessment (CBA). Sehingga para alumninya memenuhi
kebutuhan dunia kerja atau kejadian nyata di lapangan.

B. KOMPETENSI

Setelah mengikuti pelatihan EKG peserta diharapkan memiliki kompetensi meningkatnya


wawasan dan keterampilan menginterpretasikan EKG dan memberikan bantuan hidup dasar
pada pasien yang mengalami serangan jantung atau gangguan kardio-pulmoner.

C. TUJUAN PELATIHAN

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan mampu :

a. Melakukan perekaman EKG

b. Meningkatkan pemahaman tentang EKG normal dan disretmia

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu :

a. Mampu melakukan perekaman EKG

b. Mengetahui gambaran EKG normal

c. Mengetahui gambaran EKG akibat obat-obatan

d. Mengetahui gambaran EKG gangguan konduksi

e. Mengetahui gambaran EKG yang mengancam nyawa.

f. Mengetahuii gambaran EKG yang mengalami Hipertropi, MCI

g. Melakukan DC SYOK pada pasien yang mengalami gangguan jantung.

h. Mengenali obat-obatan yang digunakan pada pasien kardiologi, khususnya serangan


jantung akut.

i. Melakukan CPR pada pasien yang henti jantung

Picture

Picture

E. RENCANA EVALUASI DAN SERTIFIKASI

Evaluasi akan dilakukan meliputi : pengetahuan dilakukan dengan pre-test dan post-test,
evaluasi selama proses pembelajaran dilakukan tanya jawab oleh fasilitator sesuai pokok
bahasan/sub pokok bahasan, evaluasi terhadap fasilitator, dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan.
Peserta dinyatakan lulus bila mencapai skor ujian teori (post-test) minimal=80 dan lulus
praktik dengan skor 100. Peserta yang lulus akan diberikan sertifikat tanda lulus. Peserta
yang belum lulus uji teori dan praktik diberi kesempatan mengikuti uji ulang (her) sebanyak
2 kali.

Sertifikat pelatihan dikeluarkan oleh International Nurse Training Center (INTC) dan
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) pusat atau daerah atas dasar penilaian
komulatif setelah pelatihan.

F. PESERTA PELATIHAN

Peserta pelatihan adalah Petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan) di pelayanan kesehatan
dan di institusi pendidikan yang berjumlah 35 - 40 orang untuk satu kelas.

G. FASILITATOR

Fasilitator pelatihan terdiri dari : Tenaga Kesehatan, khususnya Keperawatan / Instruktur


Gawat Daurat, ICCU yang Sudah Berpengalaman di bidangnya.

H. INSTITUSI PENYELENGGARA

International Nurse Training Center (INTC) – Pusat Pelatihan Perawat Internasional (PPPI) –
Indonesia.

I. WAKTU DAN TEMPAT

Waktu pelatihan 30 jam pelatihan atau 3 hari. Sehari dilakukan 10 jam pelatihan, mulai pukul
08.00 – 17.30 wib. Tempat pelatihan dapat disesuaikan kemudian.
J. ANGGARAN DANA

Biaya yang dibebankan kepada tiap peserta adalah Rp.800.000,-.(delapan ratus ribu rupiah).
Biaya ini belum termasuk akomodasi, transportasi dan penginapan pelatih maupun peserta
pelatihan. Penambahan maupun perubahan terhadap anggaran tersebut adalah sepenuhnya
demi kualitas hasil pelatihan.

Agar lancarnya persiapan serta proses pelaksanaan pelatihan, 30% dari total biaya peserta
harus sudah diterima INTC satu minggu sebelum pelaksaan pelatihan.

K. PENUTUP

Proposal ini disusun untuk dijadikan sebagai gambaran serta pedoman umum dalam
pelaksanaan Interprestasi EKG (EKG dasar) oleh Pusat Pelatihan Perawat Internasional
(INTC)

Contact Person :

Rukminiwati, Skp,MM,RN 021-32068132

Ns. Pirton L. Toruan, Skep 081288509873 / 021-99370718

Noily C. Pohan, Sst 081314001782


LATAR BELAKANG Defibrilasi

adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliranlistrik yang kuat dengan metode
asinkron ke jantung pasien melalui elektrodayang ditempatkan pada permukaan dada pasien.
Tujuannya adalah untuk koordinasi aktivitas listrik jantung dan mekanisme pemompaan,
ditunjukkandengan membaiknya

cardiac output

, perfusi jaringan dan oksigenasi.

American Heart Association

(AHA) merekomendasikan agar defibrilasidiberikan secepat mungkin saat pasien mengalami


gambaran T

non-pulse

atau!, yaitu " menit atau kurang untuk

setting

rumah sakit dan dalam #aktu $ menitatau kurang dalam setting luar rumah sakit. %efibrilasi
dapat dilakukan diluar rumah sakit karena sekarang ini sudah ada defibrillator yang bisa
dioperasikanoleh orang a#am yang disebut

automatic external defibrillation

(A&%).

'

ndikasi utama tindakan

defibrilasi

ditujukan pada pasien dengan entrikel!ibrilasi (!) ataupun entrikel Takikardi tanpa
adi (T

non-pulse

)
'

. *rinsiptindakan

defibrilasi

ini adalah memberikan energi dalam jumlah banyak dalam#aktu yang sangat singkat
(beberapa detik) melalui pedal positif dan negativeyang ditekankan pas dinding dada atau
melalui

adhesive pads

yang ditempelkan pada dada pasien. Arus listrik yang mengalir sangat singkat ini bukan
merupakanloncatan a#al bagi jantung untuk berdetak, tetapi mekanismenya adalah
aliranlistrik yang sangat singkat ini akan mendepolarisasi semua miokard,menyebabkan
berhentinya aktivitas listrik jantung atau biasa disebut asistole.+eberapa saat setelah
berhentinya aktivitas listrik ini, selsel pace maker akan berrepolarisasi secara spontan
dan memungkinkan jantung untuk pulih kembali.-iklus depolarisasi secara spontan dan
repolarisasi selsel

pacemaker

yang reguler

Anda mungkin juga menyukai