Anda di halaman 1dari 11

1.

JELASKAN TERKAIT PERDARAHAN ABDOMEN: MELENA


Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan lengket yang
menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada
usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin
oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran
certa atas (Sylvia, A. Price, 2005)

2. JELASKAN PATOFISIOLOGI PERDARAHAN ABDOMEN: MELENA


Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan
tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam submukosa
esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen anterior yang lebih kecil
dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar.
Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi
mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises. Varises dapat pecah,
mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan
kehilangna darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan perfusi
jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan
mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini
merangsang tanda-tanda dan gejala - gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian
awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan
disfungsi selular.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan tanpa
suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan. Pada melena
dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam.
Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga
karena adanya pigmen porfirin. Kadang - kadang pada perdarahan saluran cerna bagian
bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran
cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling sedikit
perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna
hitam seperti ter selama 48 – 72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti
keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih
berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7 – 10 hari setelah
episode perdarahan tunggal.
3. JELASKAN PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN PERDARAHAN
ABDOMEN: MELENA
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin dan
sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang diteliti dan
pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas
meliputi :
a. Pengawasan dan pengobatan umum.
1) Tirah baring.
2) Diet makanan lunak
3) Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
4) Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas (hematemesis melena)
5) Infus cairan lagsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
6) Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu CVP
monitor.
7) Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan.
8) Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan
mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal.
9) Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari, karbosokrom
(adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis berguna untuk
menanggulangi perdarahan.
10) Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak
diserap oleh usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini
dapat menimbulkan ensefalopati hepatic.
11) Pemasangan pipa naso-gastrik
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung,
lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian
air  pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga
diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian
perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali
memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila
perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat
segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
12)  Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus
akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga
menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises
dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga
dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian
obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu
pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya
penyakit jantung koroner/iskemik.
13) Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat
pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita
tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna
pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang
dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube
ini dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya
varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan
ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.
14) Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 %
sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan
dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak
memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini
sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya
varises esofagus.
15) Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan
dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi .
Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi
esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu
perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik
4. JELASKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA
ABDOMEN
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. PENGKAJIAN EMERGENCY dan KRITIS
a. Primary Survey
1) Airway
a) Sesak napas, hipoksia, retraksi interkosta, napas cuping hidung,
kelemahan.
b) Sumbatan atau penumpukan secret.
c) Gurgling, snoring, crowing, wheezing, krekels, stridor.
d) Diaporesis

2) Breathing
a) Sesak dengan aktivitas ringan atau istirahat.
b) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
c) Ronki, krekels.
d) Ekspansi dada tidak maksimal/penuh.
e) Penggunaan obat bantu nafas.
f) Tampak sianosis / pucat
g) Tidak mampu melakukan aktivitas mandiri

3) Circulation
Hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia,
hipoksemia), kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat/perlahan
(vasokontriksi), warna kulit: Pucat, sianosis, (tergantung pada jumlah
kehilangan darah, kelembaban kulit/membrane mukosa: berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik).
a) Nadi lemah/tidak teratur.
b) Takikardi dan bradikardi bisa terjadi
c) TD meningkat/menurun.
d) Edema.
e) Gelisah.
f) Akral dingin.
g) Gangguan sistem termoregulasi (hipertermia dan Hipotermia)
h) Kulit pucat atau sianosis.
i) Output urine menurun / meningkat

4) Disability
a) Penurunan kesadaran.
b) Penurunan refleks.
c) Tonus otot menurun
d) kekuatan otot menurun karena kelemahan.
e) Kelemahan
f) Iritabilitas,
g) Turgor kulit tidak elastis

5) Exposure
Nyeri kronis pada abdomen, perdarahan peses, nyeri saat mau BAB dan BAK,
distensi abdomen, perkusi hipertimpani, hiperperistalitik usus, mual muntah,
hasil foto rontegen abdomen infeksi saluran cerna.

b. Secondary Survey
1) TTV
a) Tekanan darah bisa normal/naik/turun (perubahan postural di catat dari
tidur sampai duduk/berdiri.
b) Nadi dapat normal/penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
c) RR lebih dari 20 x/menit.
d) Suhu hipotermi/hipertermia.
2) Pemeriksaan fisik
a) Pemakaian otot pernafasan tambahan.
b) Nyeri abdomen, hiperperistalitik usus, produksi, Anoreksia, mual, muntah
(muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar
sehubungan dengan luka duodenal), masalah menelan; cegukan, nyeri ulu
hati, sendawa bau asam, mual/muntah, tidak toleran terhadap makanan,
contoh makanan pedas, coklat; diet khusus untuk penyakit ulkus
sebelumnya, penurunan berat badan.
Tanda : Muntah: Warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa,
turgor kulit buruk (perdarahan kronis), berat jenis urin meningkat. urin
menurun, pekat,
c) Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, bunyi nafas (bersih,
krekels, mengi, whwzing, ), sputum.
d) Odem ekstremitas, kelemahan, diaporesis
3) Pemeriksaan selanjutnya
a) Keluhan nyeri abdomen.
b) Obat-obat anti biotic, analgeti.
c) Makan-makanan tinggi natrium.
d) Penyakit penyerta DM, Hipertensi, hepatitis, gastroenteritis.
e) Riwayat alergi.

c. Tirtiery Survey
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Patologi Klinis : Darah lengkap, hemostasis (waktu perdarahan,
pembekuan, protrombin), elektrolit (Na,K Cl), Fungsi hati
(SGPT/SGOT, albumin, globulin)
b) Patologi Anatomi : Pertimbangkan dilakukan biopsi lambung
c) CPKMB, LDH, AST
d) Elektrolit, ketidakseimbangan (hipokalemi).
e) Sel darah putih (10.000-20.000).
f) GDA (hipoksia).
g) Radiologi : Endoskopi SCBA, USG hati

2. Diagnose Keperawatan Emergency dan Kritis


a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan cairan
tubuh secara aktif) ditandai dengan perubahan pada status mental, penurunan
tekanan darah, tekanan nadi, volume nadi, turgor kulit, haluaran urine, pengisian
vena, dan berat badan tiba – tiba, membrane mukosa kering, kulit kering,
peningkatan hematokrit, suhu tubuh, frekuensi nadi, dan konsentrasi urine, haus,
dan kelemahan.
b. Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal berhubungan
dengan hipovolemik karena perdarahan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa panas/terbakar pada
mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme otot dinding perut).
d. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan akibat perdarahan pada saluran pencernaan
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi tentang
penyakitnya.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian.

3. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA NOC NIC
O

1 Kekurangan volume  Fluid balance Fluid management


cairan berhubungan  Hydration  Pertahankan catatan
dengan perdarahan  Nutritional status : intake dan output yang
food and fluid akurat
 Intake  Monitor status hidrasi
( kelembapan membran
Kriteria hasil : mukosa,nadi
 Mempertahankan urine adekuat,tekanan darah
output sesuai dengan ortostatik )
usia dan BB  Monitor vital sign
 Tekanan darah,nadi  Monitor masukan
suhu tubuh, dalam makanan
batas normal  Kolaborasikan
 Tidak ada tanda-tanda pemberian cairan Iv
dehidrasi  Monitor status nutrisi
 Elastisitas turgor kulit
 Dorong masukan oral
baik,membran mukosa
 Dorong keluarga untuk
lembab,tidak ada rasa
membantu pasien makan
haus yang berlebihan
 Kolaborasikan
pengamatan hasil
elektrolit serum
 Atur kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
 Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
 Monitor tingkat HB dan
hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebihan
volume cairan
 Monitor adanya tanda
gagal ginjal
2 Risiko ketidakefektifan  Circulation status Acid-base management
perfusi gastrointestinal  Elektrolit and acid  Observasi status hidrasi
dan/atau ginjal  Base balance (kelembapan membran
berhubungan dengan  Fluid balance mukosa, TD ortostatik,
hipovolemik karena  Hidration dan keadekuatan dinding
perdarahan.  Urinary elimination nadi )
 Monitor HMT,
Kriteria hasil : ureum,albumin,total
 Tekanan systole dan protein,serum
diastole dalam rentang osmolalitas dan urine
normal  Observasi tanda-tanda
 Tidak ada ganguan cairan berlebih
mental,orientasi  Pertahankan intake dan
kognitif dan kekuatan output secara akurat
otot  Monitor ttv
 Tidak ada distensi vena  Monitor glukosa darah
leher arteri dan
 Tidak ada bunyi paru serum,elektrolit urine
tambahan
 Monitor hemodinamik
 Intake dan output
status
seimbang
 Bebaskan jalan nafas
 Tidak ada oedem
 Menejemen akses
perifer dan asites
intravena

Pasien hemodialisis
 Observasi terhadap
dehidrasi
 Monitor TD
 Monitor
BUN,creat,HMT dan
elaktrolit
 Timbang BB sebelum
dan sesudah prosedur
 Kaji status mental
 Monitor CT
 Pasien peritoneal
dialysis
 Kaji
temperatur,TD,denyut
perifer,RR,dan BB
 Monitor adanya
respiratory distress
3 a. Nyeri akut Kriteria hasil :  Kaji nyeri
berhubungan dengan  Adanya penurunan  Ajarkan tekhnik
agen cedera biologis intensitas nyeri relaksasi kepada pasien
(rasa panas/terbakar  Ketidaknyamanan  Berikan analgetik sesuai
pada mukosa akibat nyeri berkurang jadwal
lambung dan rongga  Tidak menunjukkan  Kolaborasikan dengan
mulut atau spasme tanda-tanda fisik dan dokter pemberian
otot dinding perut). perilaku dalam nyeri antibiotik
akut  Observasi TTV
 Pastikan keadaan
nadi,RR,Td dalam
rengtang normal
4 a. Ketidakseimbangan  Nutritional status Nutrition manegemnt :
nutrisi : kurang dari  Weight control
kebutuhan tubuh  Kaji adanya alergi
berhubungan Kriteria hasil : makanan
dengan  Adanya peningkatan  Kolaborasika dengan
ketidakmampuan berat badan sesuai ahli gizi untuk
mencerna makanan tujuan menentukan jumlah
akibat perdarahan  Berat badan ideal kalori dan nutrisi yang
pada saluran sesuai dengan tinggi dibutuhkan pasien
pencernaan badan  Anjurkan pasien untuk
 Mampu meningkatkan intake
mengidentifikasi  Anjurkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan protein
 Tidak ada tanda-tanda vitamin c
malnutris  Berikan makanan yang
 Tidak menunjukakan sudah dikonsulkan oleh
penurunan berat badan ahli gizi
berati  Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
 BB pasien dalam batas
normal
 Monitor adanya
penurunan berat badan

Anda mungkin juga menyukai