Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat
dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) Universitas Islam Sumatera Utara di bagian Bedah RSUD
dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang berjudul Vesikolitiasis. Makalah ini
di buat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang penanganan pada
pasien yang mengalami vesikolitiasis.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan
dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat agar lebih baik.
Penulis,
( )
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................5
2.1 Definisi.....................................................................................................5
2.2.Anatomi....................................................................................................5
2.3.Etiologi.....................................................................................................11
2.4.Patogenesis...............................................................................................12
2.5.Patofisiologi.............................................................................................13
2.7.Manifestasi Klinis....................................................................................16
2.8.Diagnosis..................................................................................................17
2.9.Pemeriksaan Penunjang...........................................................................17
2.10.Pengobatan.............................................................................................19
2.11.komplikasi..............................................................................................21
2.12.Prognosis................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................23
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
akan menimbulkan komplikasi seperti saluran kemih (ISK), hidronefrosis, dan
gagal ginjal. Upaya pengobatan batu kandung kemih diantaranya
pengangkatan/pembedahan, terapi nutrisi dan medikasi ESWL, pelarutan batu,
uretroskopi, metode endourologi, dll. Sehingga diperlukan peran seorang perawat,
dokter dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan pada
vesikolitiasis tidak hanya perawatan fisik tetapi juga keadaan psikologis pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Definisi
Batu buli-buli atau vesikolithiasis adalah batu yang terbentuk darikristal yang
berasal dari material mineral dan protein yang terdapat pada urin dan menghalangi
aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliranyang mula-
mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai denganrasa
nyeri.Batu saluran kemih pada dasarnya dapat terbentuk pada setiap bagiantetapi lebih
banyak pada saluran penampung terakhir.(3)
Gambar sistem saluran kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar berikut:
5
Gambar 1. Sistem Saluran Kemih Pada Manusia(9)
a. Ginjal
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Ginjal merupakan
organ yang berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5
cm dan tebalnya sekitar 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan).Ginjal
adalah organ yang berfungsi sebagai penyaring darah yang terletak di bagian
belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum melekat langsung pada
dinding belakang abdomen.(2)
Setiap ginjal memiliki ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis
renalis(bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam
kandung kemih. Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Selama 24 jam dapat
menyaring darah 170 liter. Fungsi yang lainnya adalah ginjal dapat menyaring
limbah metabolik, menyaring kelebihan natrium dan air dari darah, membantu
mengatur tekanan darah, pengaturan vitamin D dan Kalsium.(2)
6
terbentuk. Tubulus nefron, terutama tubulus kontortus proksimal berfungsi
mengabsorpsi dari substansi- substansi yang berguna bagi metabolisme tubuh,
sehingga dengan demikian memelihara homeostatis lingkungan dalam. Dengan
cara ini makhluk hidup terutama manusia mengatur air, cairan intraseluler, dan
keseimbangan osmostiknya.(2)
Gangguan fungsi ginjal akibat BSK pada dasarnya akibat obstruksi dan infeksi
sekunder. Obstruksi menyebabkan perubahan struktur dan fungsi pada traktus
urinarius dan dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi ginjal akibat kerusakan
dari paremkim ginjal.(2)
Berikut ini adalah gambar anatomi ginjal normal dan ginjal dengan BSK :
b. Ureter
7
Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat
(jaringan fibrosa), lapisan tengah terdiri dari lapisan otot polos, lapisan sebelah
dalam merupakan lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-
gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke
dalam kandung kemih (vesica urinearia).(3)
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter.
Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang dapat membuka dan
menutupsehingga dapat mengatur kapan air kemih bisa lewat menuju ke dalam
kandung kemih. Air kemih yang secara teratur tersebut mengalir dari ureter akan
di tampung dan terkumpul di dalam kandung kemih.(3)
a. Kandung Kemih
8
menyebabkan terjadinya tekanan sehingga dapat membantu mendorong air kemih
keluar menujuuretra.(3)
b. Uretra
2.4 Anatomi
Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapisan otot
detrusor yang saling beranyaman. Disebelah dalam adalah otot longitudinal, di
tengah merupakan otot sirkuler, dan yang paling luar adalah longitudinal mukosa
vesika terdiri dari sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis
renalis, ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan
meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-
buli. Secara anatomis buli-buli terdiri dari tiga permukaan, yaitu permukaan
superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, permukaan inferoinferior
dan permukaan posterior.(6)
9
Gambar 1. Sistem urinarius
10
dewasa kurang lebih adalah 300-450 ml, sedangkan kapasitas buli-buli pada anak
menurut formula dari koff adalah :
Pada saat kosong, buli-buli terdapat dibelakang simpisis pubis dan pada saat
penuh berada pada atas simpisis pubis sehingga dapat di palpasi atau di perkusi.
Buli-buli yang terasa penuh memberikan rangsangan pada saraf afferen dan
menyebabkan aktivitas miksi di medulla spinalis segmen sacral. Hal ini akan
menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli dan relaksasi
spingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.(4)
2.5 Etiologi
Secara umum ada dua factor yang mempengaruhi terbentuknya batu buli-buli
yaitu factor intrinsic yang terdiri dari herediter ( keturunan ) penyakit ini diduga
diturunkan dari orang tuanya, umur, serta jenis kelamin, jumlah pasien laki-laki
tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Sedangkan factor
ekstrinsik terdiri dari keadaan geografi, iklim, temperature, asupan air, diet dan
pekerjaan. Geografi, kebanyakan di daerah pegunungan, padang pasir, dan daerah
trofis, iklim, dan individu yang menetap di daerah yang beriklim panas dengan
paparan sinar ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta
peningkatan produksi vitamin D3 ( memicu peningkatan ekskresi kalsium dan
oksalat ) sehingga insiden batu saluran kemih akan meningkat.(4)
2.6 Patogenesis
11
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urin), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Banyak teori yang menerangkan proses
pembentukan batu di saluran kemih; tetapi hingga kini masih belum jelas teori
mana yang paling benar.(4)
1. Teori Nukleasi
2. Teori Matriks
3. Penghambatan Kristalisasi
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal, antara
lain: magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar
salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu
di dalam saluran kemih. Ion magnesium (Mg2+) dikenal dapat menghambat
pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, membentuk garam
magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium
(Ca2+) untuk membentuk kalsium oksalat menurun.(4)
2.7 Patofisiologi
12
Pada umumnya batu buli-buli terbentuk dalam buli-buli, tetapi dalam beberapa
kasus batu buli terbentuk di ginjal lalu turun menuju buli-buli, kemudian terjadi
penambahan deposisi batu untuk berkembang menjadi besar. Batu buli yang turun
dari ginjal pada umumnya berukuran kecil sehingga dapat melalui ureter dan
dapat di keluarkan spontan melalui uretra.(10)
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu
pada system kalises ginjal atau buli-buli. Batu terdiri atas Kristal-kristal yang
tersusun oleh bahan-bahan organic maupun anorganikyang terlarut didalam urine.
Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut)
dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan
terjadinya presipitasi Kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi
membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan
menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi Kristal yang lebih besar. Meskipun
ukurannya lebih besar, agregasi Kristal masih rapuh dan belum cukup mampu
membuntu saluran kemih. Untuk itu Kristal menempel pada saluran kemih, dan
dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu
cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.(10)
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupan dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu
magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu
jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu diatas hampir sama,
tetapi suasana didalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis
batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk
dalam asam, sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine
bersifat basa.(10)
13
Gambar 3. Batu Buli-buli
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat atau
kalsium fosfat, asam urat, magnesium ammonium fosfat, xanthin, sistein, silikat
dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan atau komposisi batu sangat
penting untuk pencegahan timbulnya batu yang residif.2
a. Batu Kalsium
Batu ini merupakan batu yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 70- 80%
dari seluruh batu saluran kemih. Adapun kandungannya adalah kalsium oksalat,
kalsium fosfat atau campuran keduanya. Faktor terjadinya batu oksalat adalah
sebagi berikut:
14
Hiperoksaluri merupakan peningkatan ekskresi oksalat melebihi 45
gram/ hari, keadaan ini banyak diderita oleh penderita yang mengalami
kelainan usus karena post operasi dan diet kaya oksalat, misalnya teh, kopi
instant, minuman soft drinks, kokoa, jeruk, sitrun, dan sayuran yang berwarna
hijau terutama bayam.(5)
b. Batu struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini
karena proses infeksi pada saluran kemih. Hal ini disebabkan karena infeksi yang
sebagian besar karena kuman pemecah urea, sehingga urea yang menghasilkan
suasana basa yang mempermudah mengendapnya magnesium fosfat, ammonium,
karbonat. Kuman tersebut diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella,
Enterobacter, Pseudomonas, dan stafilokokus.(1)
15
Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada
adanyaobstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi
obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik
dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala
demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi
hanya sedikit dan secara perlahan akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal,
dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik).(4)
a.Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang (kolik)
tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri
tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka
pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat
menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan
genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut
mengalami kolik ureter.(7)
b.Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai
jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.(7)
(4)
c.Infeksi
16
d.Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air
kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit
BSK.
2.8 Diagnosis
Gejala khas batu buli adalah kencing lancar tiba-tiba terhenti terasa sakit yang
menjalar ke penis bila pasien merubah posisi dapat kencing lagi. Pada anak-anak,
mereka akan berguling-guling dan menarik-narik penisnya. Kalau terjadi infeksi
ditemukan tanda cystitis, kadang-kadang terjadi hematuria.
a. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan urin sering dilakukan karena tidak mahal dan hasilnya dapat
menggambarkan jenis batu dalam waktu yang singkat. Pada pemeriksaan dipstick,
batu buli berhubungan dengan hasil pemeriksaan yang positif jika mengandung
nitrat, leukosit esterase dan darah. Batu buli sering menyebabkan disuri dan nyeri
hebat, oleh sebab itu banyak pasien sering mengurangi konsumsi air minum
sehingga urin akan pekat. Pada orang dewasa, batu buli akan menyebabkan urin
asam. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya sel darah merah dan pyuria(
17
leukosit), dan adanya kristal yang menyusun batu buli. Pemeriksaan urin juga
berguna untuk memberikan antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya infeksi.
(3)
b. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologis yang digunakan harus dapat memvisualisasikan
saluran kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika urinaria (KUB). Tetapi pemeriksaan
ini mempunyai kelemahan karena hanya dapat menunjukkan batu yang
radioopaque. Batu asam urat dan ammonium urat merupakan batu yang
radiolucent. Tetapi batu tersebut terkadang dilapisi oleh selaput yang berupa
calsium sehingga gambaran akhirnya radioopaque. Pelapisan adalah hal yang
sering, biasanya lapisan tersebut berupa sisa metabolik, infeksi dan disebabkan
hematuri sebelumnya.(3)
BNO
Melihat adanya batu radio-opak di saluran kemih. Urutan radio-opasitas
beberapa jenis batu saluran kemih.
IVP
Mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak terlihat
di BNO, menilai anatomi dan fungsi ginjal, mendeteksi divertikel, identasi prostat.
c. Ultrasonografi (USG)
Batu buli akan terlihat sebagai gambaran hiperechoic, efektif untuk melihat
batu yang radiopaque atau radiolucent.
d. CT scan
18
Pemeriksaan ini dilakukan untuk banyak kasus pada pasien yang nyeri perut,
massa di pelvis, suspect abses, dan menunjukkan adanya batu buli- buli yang tidak
dapat ditunjukkan pada IVP. Batu akan terlihat sebagian batu yang keruh.(3)
e. Sistoskopi
Pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan semacam alat endoskopi melalui
uretra yang ada pada penis, kemudian masuk kedalam blader.
Gambar 7. Sistoskopi
2.10 Pengobatan
a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena diharapkan
batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang berlebihan disertai diuretik. Dengan
produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong batu keluar dari
saluran kemih. Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik,
yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan berolahraga secara teratur .(3)
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu
diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah
pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan pengasaman urin dan pemberian
antiurease, seperti Acetohidroxamic acid. Ini untuk menghambat bakteri urease dan
menurunkan kadar ammonium urin.(3)
19
Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam urat pada saluran
kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang terbentuk akan dilarutkan.
Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2.
Sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu
asam urat diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis 60mEQ
dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi pilihan. Tetapi terapi yang
berlebihan menggunakan sediaan ini akan memicu terbentuknya deposit calsium pospat
pada permukaan batu sehingga membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha
menurunkan produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol,
usaha ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg perhari, baik
diberikan setelah makan.3-5
b. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi dengan
kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat langsung. Untuk batu
kandung kemih, batu dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis melalui sistoskop atau
dengan memakai gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik. Makin sering dipakainya
gelombang kejut luar tubuh (ESWL = Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang
dapat memecahkan batu tanpa perlukaan ditubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan
melalui air ke tubuh dan dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur
berkeping-keping dan keluar bersama kemih.5
c. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang kejut atau
bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus memerlukan suatu
indikasi. Misalnya apabila batu kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi
yang hebat sehingga perlu diadakan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu
memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat
ditangani dengan batu kejut atau sistolitotomi.(8)
2.11 Komplikasi
1. Gagal ginjal
Terjadinya kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat.
20
Hal ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika di biarkan menyebabkan gagal
ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada
peritoneal.
3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk
di ginjal dan lama kelamaan ginjal akan membesar karena menumpukan urin.
4. Uremia
Peningkatan ureum di dalam daraha akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil
metabolisme urine
2.12 Prognosis
Ad Vitam: dubia ad bonam
Ad Sationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB III
KESIMPULAN
Vesikolitiasis adalah batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, maka aliran mula mula lancer secara tiba tiba akan berhenti dan
menetes disertai rasa nyeri
21
Pasien dengan vesikolitiasis sering tidak menunjukkan gejala dan terdiagnosis
melalui pemeriksaan lainnya, untuk menegakkan diagnosis perlu anamnesis yang
teliti, pemeriksaan fisik dan diperlukan juga pemeriksaan tambahan seperti
radiologis dan laboratorium.
Daftar Pustaka
1. Snell, Richard S. 2012, Clinical Anatomy 9th edition, Lippincot Williams &
Wilkins.
2. Sheerwood, Lauralee.2010. Human Physiology : From Cell to System 7th edition.
Canada : Cengage learning
3. De jong, win. 2004. Buku ajar ilmu bedah, jakarta: EGC
22
4. Sjabani, Mohammad.2009. Batu saluran kemih dalam Buju Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
5. Manuputty, David. 2010. Kumpulan Kuliah Bedah, Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
6. Purnomo B. Dasar dasar urologi Malang : Fakultas kedokteran Universitas
Brawijaya
7. Taher A. 2007. Guidelines Penatalaksanaan Penyakit Batu Saluran Kemih,
Jakarta : ikatan ahli urologi Indonesia.
8. Anonym, 2010. Batu Kandung Kemih atau vesikolitiasis. Diaskses 24 juni dari
http//dokterugm.co.id/2010/04/03/batu-kandung-kemih..
9. www.medscape.com Joshep Basler, MD, PhD. Bladder Stones, 29 Desember 2014
10. Reksoprojo, S 1995. Ilmu Bedah Jakarta : Binarupa Aksara
23