KELOMPOK 3
Disusun Oleh :
Assalamualaikum wr.wb Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas
segala karunia-NYA sehingga makalah dengan judul “Ureterolithiasis” ini dapat
selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini ditujukan sebagai bentuk pengumpulan tugas pada materi
Keperawatan Medikal Bedah II. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak
mendapat bantuan dari teman-teman kelompok. Serta teman-teman S1 Keperawatan
yang saya sayangi sudah menjadi teman yang luar biasa yang selalu membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung serta memberikan saran dan dorongan
sehingga terselesaikannya makalah ini.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya dan semua pihak yang telah
memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
mengingat keterbatasan kemampuan penulis, namun kami berusaha semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan. Maka dengan segala kerendahan hati kami
mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan
amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Ureterolithiasis......…………………………………………………………………………
Definisi ……………………………….…………………………………………….………
Etiologi ……………………………….…………………………………………….………
Patofisiologi ………………………………………………………………………………..
Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………………………..
Penatalaksanaan………………………………………………………………………………..
Pengkajian ………………………………………………………………………………..
Pathway ……………………………….…………………………………………….……..
Kesimpulan…………………….…………………………………………………………...
Saran……………………………….……………………………………………………….
Daftar Pusaka…………………….…………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah terbentuknya batu disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih. Proses pembentukan
BSK ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal (nefrolithiasis),
ureter(ureterolithiasis), vesica urinaria (vesicolithiasis), dan uretra
(urethrolithiasis).Nefrolithiasis merupakan faktor pencetus terjadinya
hidronefrosis.
Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di
Indonesia. BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan
substansi yangterdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau
karena faktor lain yangmempengaruhi daya larut substansi. BSK dapat
menyebabkan gejala nyeri,perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Batu ini bisa terbentuk didalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung
kemih (batu kandungkemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis,
dan dapat terbentuk padaginjal (nefrolithiasis), ureter (ureterolithiasis), vesica
urinaria (vesicolithiasis), danuretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009).
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang
mengalami Urethrolithiasis.
C. TUJUAN
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
batu saluran kemih (Urethrolithiasis).
D. MANFAAT
Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan
ilmu keperawatan medikal bedah khususnya asuhan keperawatan pada klien
yangt mengalami batu saluran kemih (Urethrolithiasis).
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
A. DEFINISI
Batu saluran kemih (BSK) atau urolithiasis adalah pembentukan batu
(kalkuli) di saluran kemih, paling sering terbentuk di pelvis atau kaliks
(widiarti,dkk.2008).
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah terbentuknya batu disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih. Proses pembentukan
BSK ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal (nefrolithiasis),
ureter (ureterolithiasis), vesica urinaria (vesicolithiasis), dan uretra
(urethrolithiasis). Nefrolithiasis merupakan faktor pencetus terjadinya
hidronefrosis.
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya batu saluran kemih secara teoritis dapat terjadi atau
terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tempat tempat yang sering
mengalami hambatan aliran (statis urin) antara lain yaitu sistem klises ginjal
atau buli – buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalis (stenosis
uretropelvis), divertikel, obstruksi, intrafesikokronik seperti benign prostate
hiperplasia(BPH),strikturdan buli – buli neurogenik merupakan keadaan yang
mkemudahkanj terjadinya pembentukan batu (angelina,2016) Penyebab
terjadinya batu dapat digolongkan dalam 3 faktor antara lain faktor intrinsik,
idiopatik dan faktor ekstrinsik
● 1. faktor intrinsik :
- Herediter
- Umur
- jenis kelamin
● 2. faktor idiopatik:
- Dehidrasi
- Isk
- Obstuksi saluran perkemihan
● 3. faktor ekstrinsik :
- Asupan air
- Diit
- Pekerjaan
D. PATOFISIOLOGIS
Patofisiologi urolithiasis melibatkan proses nukleasi, pertumbuhan, agregasi,
dan retensi kristal. Proses pembentukan batu bergantung pada volume urin,
konsentrasi ion kalsium, fosfat, oksalat, dan natrium. Tingkat ion yang tinggi,
volume urin yang rendah, pH rendah, dan kadar sitrat yang rendah
menyebabkan pembentukan urolithiasis.
Nukleasi
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis pasien pada kasus ialah nefrolithiasis dan hidronefrosis
sinistra Dengan infeksi saluran kemih atas. Hal ini dipertimbangkan
berdasarkan dasar Aspek klinis, hasil pemeriksaan radiologis, dan hasil
pemeriksaan laboratorium (Straub et al., 2005; Coe et al., 2005).
Menurut bruner dan suddarth 2016 diagnosis batu saluran kemih dapat
ditegakan melalui beberapa pemeriksaan seperti :
1. Kimiawi darah dan pemeriksaan urin 24 jam untuk mengukur kadar
kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, PH, dan volume total.
2. Analisis kimia dilakukan untuk menentukan komposisi batu
3. Kultur urin dilakukan untuk mengidentifikasi adanya bakteri dalam urin
(bacteriuria)
4. Ultrasonografi (USG), USG sangat terbatas dalam mendiagnosa adanya
batu dan merupakan manajemen pada kasus batu saluran kemih,
pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu diginjal atau buli – buli,
hidronefrosis, pionefrosis atau pengerutan ginjal
F. PENATALAKSANAAN
Pada kasus ini penatalaksanaan yang diberikan di rumah sakit ialah terapi
konservatif dengan rencana terapi operatif (setelah ISK atas pada pasien
diatasi). Terapi konservatif yang diberikan berupa rehidrasi cairan
maintenance dengan infus ringer laktat 20 tetes/menit, pengendalian nyeri
pinggang dengan analgesik kuat (ketorolac injeksi 2 x 1 ampul/hari),
mengatasi infeksi dengan antibiotik (cefotaxim injeksi 2 x 1 vial/hari), serta
pecegahan terhadap naiknya asam lambung akibat faktor stress karena dirawat
di RS dengan pemberian antagonis H2 reseptor (ranitidin injeksi 2 x 1
ampul/hari). Adapun rencana terapi operatif yang dilakukan dengan teknik
ESWL ginjal kiri untuk mengangkat batu pada kasus ini
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Data demografi
Nama. Umjr, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan ,
pekerjaan, pendapatan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Klien akan mendapatkan nyeri disekitar epigastrium menjalar keperut kanan
baah. Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah. Timbul keluhan nyeri perut
kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di
epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus menerus
keluhan yang menyertai antara lain rasa mual, muntah dan panas.
2. Riwayat kesehtan sekarang
Pasien merasakan nyeri disekitar perut kanan baah, nyeri ini dirasakan terus
menerus dan terkadang merasa mual dan muntah, peninngkatan suhu tubuh,
peningatan leukosit.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah mengalami penyakit yang sama atau penyakit
organ pencernaan lainnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami yang sama atau
penyakit organ pencernaan lainnya.
5. Riwayat psikososial
Mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah dan
bagaimana besarnya motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaan .
c. Pola fungsi kesehatan
1. Aktivitas/istirahat melaise
2. Sirkulasi ; tachikardi
3. Eliminasi
a. Konstipsi pada awitan awal
Aktivitas/ Istirahat
Integritas Ego
Eliminasi
Makanan/ Cairan
Gejala : Kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak dan
komposisi setiap kali makan, adakah pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan
anoreksia, sehingga dapat menyebabkan berat badan menurun.
Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri, atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri
berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
Penyuluhan/ pembelajaran
B. PATHWAY KEPERAWATAN
C. ANALISA DATA
No Data Masalah Keperawatan Etiologi
1 DS : Nyeri Agen cidera
- Nyeri di pinggang kiri biologis(urolithiasis
sejak 1 minggu sebelum : obstruki aliran
masuk rumah sakit. urin )
- Nyeri dirasakan hilang
timbul dan menjalar ke paha,
dan perut bagian kiri atas.
- Nyeri dirasakan makin
berat terutama saat
beraktifitas sejak 3 hari
sebelum masuk
rumah sakit.
DO :
TD : 110/80mmHg
N : 88x/i
Rr : 20x/i
S : 36,20OC
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien penderita uroliathiasis yaitu :
Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis (urolithiasis : obstruki
aliran urin )
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Adapun intervensi keperawatan pada pasien uroliathiasis yaitu:
1. Kaji intensitas, lokasi frekuensi dan penyebaran nyeri.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri dapat teratasi.
Rasional :
Peningkatan nyeri adalah indikasi dari obstruksi, bila nyeri hilang
kemungkinan batu sedang bergerak
2. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri dapat teratasi.
Rasional :
Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebab dari urolithiasis tidak diketahui secara pasti, namun terdapat factor-
faktor predisposisi yang terdiri dari :
B. Saran
Agar masalah keperawatan pada pasien urolithiasis dapat teratasi dengan baik,
hendaknya para perawat menerapkan asuhan keperawatan dirumah sakit sesuai
dengan sistematika proses keperawatan.
Coe FL and Worcester E. 2010. Calcium kidney stones. NEJM. 363: 954-963.
Coe FL, Evan A, Worcester E. 2005. Kidney stone disease. Journal Clin Invest. 115:
2598-2608.
Effendi, Imam dan Markum, HMS. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II.
Edisi
IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hall PM. 2009. Kidney stones: formation, treatment, and prevention. Journal
Cleveland
Clinic. 76:583–591.
Hollingsworth JM, Rogers MA, Kaufman SR. 2006. Medical therapy to facilitate
urinary
stone passage: a meta-analysis. Journal Lancet. 368:1171–1179.
Matlaga, BR. 2013. How Do We Manage Infected, Obstructed Hydronephrosis.
Journal
European Urology. 64:93–96.
Pearle MS, Calhoun EA, Curhan GC. 2005. Urologic diseases in America project:
urolithiasis. Journal Urology. 173:848–857.
Purnomo, Basuki. 2009. Dasar-dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta: CV.Sagung Seto. hlm
57-
68.
Samplaski MK, Irwin BH, Desai M. 2009. Less-invasive ways to remove stones from
the
kidneys and ureters. Journal Cleveland Clinic. 76:592-598.
Straub M, Strohmaier WL, Berg W. 2005. Diagnosis and metaphylaxis of stone
disease
Consensus concept of the National Working Committee on Stone Disease for
the Upcoming German Urolithiasis Guideline. World Journal Urology. 5:309-
323.