ASUHAN KEPERAWATAN
Oleh:
ATIKA LUQYANA
NIM.201910461011040
2020
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KELOMPOK 4
NIM: 201910461011040
MINGGU KE :8
No Kompetensi Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam
saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli
terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan mengalir
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal
atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran
perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada
bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada saluran dan proses
perkemihan.
1.2 Etiologi
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
c) Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
a) Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
c) Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
d) Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
e) Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada
tempat- tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu
pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises
batu, urin yang jenuh merupakan suatu prasyarat absolut untuk pengendapan kristal.
peningkatan kelarutan. Seiring dengan peningkatan konsentrasi ion, suatu saat ion-
ion tersebut akan mencapai satu titik yang disebut solubility product (Ksp). Konsentrasi
di atas titik ini disebut keadaan metastable dan berpotensi untuk memulai
akan mencapai formation product (Kfp). Tingkat kejenuhan di atas Kfp ini disebut
keadaan unstable, dan dapat terjadi pembentukan endapan secara spontan. Endapan
ini tersusun atas kristal-kristal yang terdiri dari bahan-bahan organik dan non-organik
yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut berada dalam keadaan metastable
(tetap larut) dalam urin jika tidak ada keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
batu (nukleasi) yang kemudian akan menjadi agregasi, dan menarik bahan-bahan lain
sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Agregat kristal menempel pada epitel
saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan bersama bahan lain diendapkan pada
agregat itu sehingga memebentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat
salurankemih.
infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal.
Batu yang mengisi pielum dan labih dari dua kaliks ginjal memeberikan gambaran
menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Batu yang terbentuk dan
menetap di ginjal.
1.4 Pathway Nefrolitiasis
1.5 Manifestasi Klinis
1. Nyeri
6. Distensi abdomen
7. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal yang tinggal satu-satunya
tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Pada
teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tandatanda gagal
ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil. beberapa
gambaran klinis nefrolitiasis. Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak
bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis
bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik
renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha
sebelah dalam.
menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering
berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi
saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di
dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika
penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. (Corwin, 2011).
1.6 Komplikasi
nefrolitiasis adalah:
b. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau
d. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran
kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter
membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas
kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah
terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
f. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri
meningkat.
g. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin, 2009).
a. Urin
3) Biakan urin
b. Darah
1) Hb turun
2) Leukositosis
3) Urium kreatinin
c. Radiologi
2) USG abdomen
menghilangkan batu yang sudah ada, dan mencegah terjadinya pembentukan batu
Alat ini ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Caussy. Bekerja dengan
batu di dalam tubuh. Batu akan dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil sehingga
berhasiluntuk batu ginjal berukuran menengah dan untuk batu ginjal berukuran lebih
dari 20-30mm pada pasien yang lebih memilih ESWL, asalkan mereka menerima
berada di saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke dalam kalises
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
>20mm, sementara ESWL lebih disukai sebagai lini kedua pengobatan, karena
ureter, serta kebutuhan adanya prosedur tambahan. Ini adalah alasan utama untuk
nefrolitias
3) Bedah terbuka
Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas PNL dan ESWL,
tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah terbuka. Pembedahan terbuka itu antara
lain pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal.
batu yang ukuranya masih kurang dari 5mm, dapat juga diberikan pada pasien yang
belum memiliki indikasi pengeluaran batu secara aktif. Terapi konservatif terdiri dari
peningkatan asupan minum dan pemberian diuretik, pemberian nifedipin atau agen
alfa-blocker, seperti tamsulosin; manajemen rasa nyeri pasien, khusunya pada kolik,
Mengkonsumsi banyak air putih 8-10 gelas perhari merupakan cara sederhana
mencegah penyakit batu ginjal. Namun buat yang telah terdiagnosa menderita batu
ginjal, maka tindakan pencegahan khusus perlu dilakukan agar tidak terjadinya
sebelumnya.
a) Jika pernah menderita batu akibat kelebihan kadar asam urat maka pencegahan yang
harus anda lakukan adalah mengurangi jenis-jenis makanan yang yang banyak
mengandung purin seperti ikan sarden, jeroan, hati, otak, kerang dan makanan
lainnya karena jenis makanan ini bisa meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh.
Selain itu mengurangi pembentukan asam urat juga bisa dilakukan dengan pemberian
allopurinol karena batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, oleh
karena itu untuk menciptakan air kemih yang basa atau alkalis bisa dilakukan dengan
pemberian kalium.
batu ginjal baru. Pemberian obat jenis Diuretik thiazid seperti trichlormetazid,
selulosa fosfat, dan juga berikan kalium sitrat untuk meningkatkan kadar sitrat. Sitrat
a) Nyeri akut b.d inflamasi terhadap iritasi batu dan spasme otot polos.
b) Intoleransi akitifitas
ASUHAN KEPERAWATAN
Seorang laki-laki usia 34 tahun dirawat dengan keluhan utama mual dan
muntah dialami sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Mual dan muntah dialami
setiap makan tanpa adanya darah pada muntah. Nyeri pinggang kanan juga dialami
pasien sejak satu tahun terakhir. Keluhan ini lebih memberat dalam kurun waku satu
minggu terakhir. Nyeri bersifat hilang timbul, dan keluhan nyeri makin lama makin
sering dirasakan. Pasien mengaku minum air putih sedikit-sedikit dan sering
meminum minuman bersoda serta tidak diimbangi dengan kegiatan olahraga. Pasien
juga mengeluhkan buang air kecil sedikit-sedikit dialami sejak satu minggu sebelum
masuk rumah sakit. Frekuensi buang air kecil (BAK) 3-4 kali sehari dengan volume
100-200 cc setiap kali BAK. Warna kencing kuning dan lebih pekat. Nyeri saat buang
air kecil disangkal, BAK berdarah disangkal. Buang air besar (BAB) dalam batas
normal.
Riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak dua tahun yang lalu dengan tekanan
darah tertinggi 160/90 mmHg. Riwayat penyakit asma disangkal. Riwayat penyakit
jantung disangkal. Riwayat penyakit diabetes disangkal. Riwayat pernah terkena batu
saluran kemih disangkal, riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat merokok disangkal. Riwayat minum alkohol disangkal.
Dari pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran compos
mentis. Tekanan darah didapatkan 150/90 mmHg, frekuensi nadi 96 kali per menit,
frekuensi nafas 24 kali per menit, temperatur 36,8°C. Indeks Masa Tubuh (IMT)
30,11 kg/m2. Status generalisata pada pemeriksaan mata didapatkan konjungtiva
anemis, pemeriksaan THT dan leher dalam batas normal. Pada pemeriksaan dada
ditemukan simetris, sonor, suara pernafasan vesikuler pada kedua lapangan paru.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan hepar dan lien tidak teraba, nyeri ketok pada
costovertebral angle (CVA) ada pada flank kanan, dan ditemukan edema pada
ekstremitas inferior.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin 7,9 g/dl,
leukosit 11.000/mm3, trombosit 391.000/mm3, hematokrit 32%. Dari faal ginjal
didapatkan ureum 103 mg/dl, kreatinin 9.17 mg/dl. Pemeriksaan elektrolit
didapatkan natrium 130 mmol/l, kalium 3,4 mmol/l, klorida 96 mmol/l.
Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) didapatkan pH 7,368, PCO2 19,1 mmHg,
HCO3 11 mmol/l, PO2 193 mmHg, base excess -14.5 mmol/l, saturasi 02 99,7%.
Kadar gula darah sewaktu 106 mg/dl. Rapid test HIV didapatkan non reaktif
Pada pemeriksaan radiologi, ultrasonografi (USG) didapatkan ginjal kanan tidak
tampak tanda-tanda bendungan pada sistem pelviocalyceal maupun ureter, tampak batu
dengan ukuran (1,57 cm × 1,16 cm) tidak tampak massa. Ginjal kiri tampak tanda
bendungan pada sistem pelviocalyceal maupun ureter, tidak tampak batu dan massa.
Pada kandung kemih dinding menebal irregular, tidak tampak massa dan batu.
Kesimpulan nefrolitiasis dextra, hidronefrosis grade II akibat batu distal ureter, sistitis
(Gambar 1).
Hasil CT-scan abdomen ginjal kanan tampak tanda-tanda bendungan pada sistem
pelvioca lycealmaupun ureter, tampak lesi hiperdens dengan ukuran 2,3cm pada
pyelum, tampak lesi hiperdens pada region bawah dengan ukuran 0,9 cm, tidak
tampak massa. Ginjal kiri tidak tampak tanda-tanda bendungan pada system
pelviocalyceal maupun ureter, tidak tampak batu. Blass ukuran normal ,regular, tidak
tampak massa. Didapatkan kesan hidronefrosis ringan akibat batu pyelum,
nefrolitiasis kanan.
Berdasarkan data diatas, pasien didiagnosis menderita gagal ginjal kronik
dengan LFG 13m 64 ml/min/1,73m2 yang disebabkan oleh nefrolitiasis dextra dan
hipertensi. Pasien dirawat diruang rawat inap dan diberikan terapi berupa tatalaksana
non-medikamentosa dan medikamentosa. Terapi non-medikamentosa berupa
istirahat (tirah baring), diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam, asupan cairan
dan elektrolit yang seimbang. Terapi medikamentosa berupa pemberian oksigen nasal
kanul 3-4 liter per menit, cairan dengan infus Nacl 0,9% 8 tetes per menit,
hemodialisa elektif, injeksi ondansentron 2 × 4 mg intra vena, injeksi metamizol 2 ×
1 ampul, injeksi omeprazol 2 × 1 vial, dan amlodipine 1 × 10 mg.
LEMBAR PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn Y DENGAN DIAGNOSAMEDIS
Gagal Ginjal
DIRUANG X RS X
Oleh:
ATIKA LUQYANA
201910461011040
I. IDENTITAS
1. IdentitasPasien
2.IdentitasPenanggungJawab N ama :Tn.Y N ama
: Ny. S
U mur :41 tahun U mur : tdk terkaji
JenisKelamin :Laki-laki JenisKelamin : tdk terkaji
A g ama :Islam A g ama : tdk terkaji
Pendidikan :SMP Pekerjaan : tdk terkaji
Pekerjaan :Buruh A l a mat : tdk terkaji
Gol.Darah :tdk terkaji
HubungandenganKlien: A l a mat :Jl.Cidodol Jaksel
II. KELUHANUTAMA
1. Keluhan Utama SaatMRS
pasien mengeluh perut terasa mual dan muntah darah 1 hari SMRS.
2. Keluhan Utama SaatPengkajian
Pasien masih mengeluh nyeri dan muntah
III. DIAGNOSAMEDIS
Gagal ginjal (nefrolitiasis)
IV. RIWAYATKESEHATAN
1. Riwayat PenyakitSekarang
Klien mengatakan mual dan muntah dialami sejak 10 hari.
3. Riwayat KesehatanKeluarga
Klien mengatakan tidak ada yang sakit seperti pasien, HT, DM ataupun penyakit lain
V. RIWAYAT KEPERAWATANKLIEN
2. RiwayatPsikologi
Klien menerima penyakit yang dideritanya
3. RiwayatSosial
Klien orang yang ramah ke semua orang
4. RiwayatSpiritual
Klien tidak solat
B. Pemeriksaan Tanda-tandaVital
3. PemeriksaanWajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( +), Kelopak mata/palpebra oedem (- ),
ptosis/dalamkondisitidaksadarmatatetapmembuka(- ), peradangan(- ), luka(- ),
benjolan(- ),Bulumatarontokatautidak,Konjunctivadanscleraperubaha warna
(anemis)Warna iris (hitam, hijau, biru), Reaksi pupil terhadap cahaya
(miosis/midriasis), Pupil (isokor /an isokor), Warna Sklera agak ikterus
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum (Tidak)
Amati meatus : perdarahan (- ), Kotoran (- ),Pembengkakan (- ),
pembesaran(- ).
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau labiopalatoscisis),
warna bibir, lesi (- ), Bibir pecah (- ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : (- ),
Kotoran(-), Gigi palsu (- ), Gingivitis(- ), Warna lidah merah muda,
Perdarahan (- ), dan abses (- ),
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : (- ),
d. Telinga
Amatibagiantelingaluar:Bentuk NormalUkuran…Warna…,lesi(- ),
nyeritekan(- ), peradangan (- ), penumpukan serumen (- ), Dengan otoskop
periksa membran tympanyamati,warna.....,transparansi,perdarahan(- ),
perforasi(- )
e. Keluhanlain:
5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuktorak(Normalchest/Pigeonchest/Funnelchest/Barrelchest),
- Susunanruastulangbelakang(Kyposis/Scoliosis/Lordosis),
- Bentuk dada (simetris/asimetris),
- keadaan kulit?
- Retrasksiototbantupernafasan:Retraksiintercosta(- ), retraksisuprasternal(- )
Sternomastoid (- ), pernafasan cuping hidung (- ),
- Pola nafas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes /
Biot’s / Kusmaul)
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
Inpeksi:
Bentuk dada simetris
Palpasi:
Frekuensi dada simetris
Perkusi:
Suara pekak
Auskultasi:
Irama reguler
Keluhanlainterkaitdenganjantung: tidak ada
6. PemeriksaanAbdomen
INSPEKSI
Bentukabdomen:(cembung/cekung/datar),Massa/Benjolan(-), Kesimetrisan(-
), Bayanganpembuluhdarahvena(- ),
AUSKULTASI
Frekuensiperistalticusus .................................x/menit(N=5–
35x/menit,Borborygmi(+/-)
PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan (- ), pembesaran (- ), perabaan (keras
/lunak),permukaan(halus/berbenjol-benjol),tepihepar(tumpul/tajam).
hepar tidak teraba
PalpasiLien:GambarkangarisbayanganSchuffnerdanpembesarannya
DenganBimanuallakukanpalpasidandiskrpisikannyeritekanterletakpadagaris ....................................
Scuffnerke berapa? ( menunjukan pembesaran lien)
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney. nyeri
tekan (+ / - ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
PalpasiGinjal:Bimanualdiskripsikan:nyeritekan(+/-),pembesaran(+/-
).(N=ginjal tidakteraba).
PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani. Keluhan lain yang dirasakan
terkait dengan Abdomen : ..............
6. Pemeriksaan FungsiPendengaran/Penghidup/tengorokan
Ujiketajamanpendengaran:Tesbisik,Denganarloji,Ujiweber:seimbang/lateral
isasi kanan / lateralisasi kiri, Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah/
sama dibanding dengan hantaran udara, Ujiswabach: memanjang/
memendek/ sama
Uji Ketajaman Penciuman dengan menggunakan rangsang
bau-bauan.
Pemeriksaantenggorokan:lakukanpemeriksaantonsil,adakah
nyeritelan. Keluhanlain:
7. Pemeriksaan FungsiPenglihatan
o Pemeriksaan Visus Dengan Snellen's Cart : OD ............. OS............
o TanpaSnelenCart : Ketajaman Penglihatan ( Baik / Kurang)
o Pemeriksaanlapangpandang:Normal/Haemianoxia/Haemoxia
o PemeriksaantekananbolamataDengantonometri…………,denganpalpasitaraba……
o Keluhanlain:
8. Pemeriksaan FungsiNeurologis
a.MengujitingkatkesadarandenganGCS
(GlasgowComaScale)
Menilai respon membuka mata4
Menilai respon Verbal5
Menilai respon motorik 6
Setelahdilakukanscoringmakadapatdiambilkesimpulan:(ComposMentis/Apa
tis/ Somnolen/Delirium/Sporocoma/Coma)
9. PemeriksaanKulit/Integument
a. Integument/Kulit
Inspeksi : Adakah lesi (-), Jaringan parut (-), Warna Kulit, Bila ada luka bakar
dimana saja lokasinya, dengan luas : ..............
Palpasi:Tekstur(halus/kasar),Turgor/Kelenturan(baik/jelek),Struktur(keriput/tegan
g), Lemaksubcutan(tebal/tipis),nyeritekan(+/-)padadaerahmana?
b.Pemeriksaan Rambut
Ispeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata/ tidak), (Bau tidak). rontok (-),
Alopesia (-), Hirsutisme (-),alopesia (-),
c.Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna, bentuk, dan kebersihan kuku, CRT kembali dalam…….
d.Keluhan lain: tidak ada keluhan (normal)
10. PemeriksaanPenunjang/DiagnostikMedik(tanggal……../…
• DARAHLENGKAP
Leukosit :11.000 ( N : 3.500 – 10.000 /µL )
Eritrosit : - ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL)
Trombosit :391.000 ( N : 150.000 – 350.000 /µL)
Haemoglobin :7,9 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl)
Haematokrit : 32 ( N : 35.0 – 50 gr /dl )
• KIMIA DARAH
Ureum : 103 ( N : 10 – 50 mg / dl)
Creatinin : 9,17 ( N : 07 – 1.5 mg /dl )
SGOT : - (N:2–17)
SGPT : - (N:3–19)
BUN : - (N:20–40/10–20mg/dl)
Bilirubin : - ( N : 1,0 mg / dl)
Total Protein : - ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl)
GDsesaat : 106 ( N : 100 mg/dl)
GD 2jpp : - ( N : 140 – 180 mg /dl )
• ANALISA ELEKTROLIT
Natrium : 130 ( N : 136 – 145 mmol /l )
Kalium : 3,7 (N;3,5–5,0mmol/l)
Clorida : 96 (N:98–106mmol/l)
Calsium : (N:7.6–11.0mg/dl)
Phospor : (N:2.5–7.07mg/dl)
• PEMERIKSAANLABLAIN :
Gas Darah
pH : 7,368
PCO3 : 19,1 mmHg
HCO3 : 11 mmol/l
PO2 : 193 mmHg
Base excess :-145 mmol/l
Saturasi O2 : 99,7%
• PEMERIKSAANRADIOLOGI :
Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-Scan, MRI,
Endoscopy dll.
Terapi non-medikamentosa:
• istirahat (tirah baring)
• diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam
• asupan cairan dan elektrolit yang seimbang.
Terapi medikamentosa:
• pemberian oksigen nasal kanul 3-4 liter per menit
• cairan dengan infus Nacl 0,9% 8 tetes per menit
• hemodialisa elektif
• injeksi ondansentron 2 × 4 mg intra vena
• injeksi metamizol 2 × 1 ampul
• injeksi omeprazol 2 × 1 vial
• amlodipine 1 × 10 mg.
ANALISA DATA
DO:
• Frekuensi buang air kecil (BAK)
3-4 kali sehari dengan volume Infeksi ginjal dan Gangguan eliminasi
100-200 cc setiap kali BAK. saluran kemih urin
• Warna kencing kuning dan lebih (D.0040)
pekat.
• Tekanan darah: 150/90 mmHg,
• N : 96 x/mnt
• RR : 24 x/mnt
• S :36,8°C.
• KIMIA DARAH
• Ureum :103 mg / dl
• Creatinin: 9,17mg / dl
3 DS :
pasien mengeluh perut terasa mual Faktor resiko:
dan muntah darah disfungsi ginjal Resiko ketidak
DO: seimbangan
Analisa elektrolit Kodisi klinis elektrolit
• Natrium :130 mmol / l terkait: (D.0037)
• Kalium : 3,7 mmol / l Gagal ginjal
• Clorida : 96 mmol / l
No.Diagnosa SDKI SLKI SIKI
(D.0040) Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
urin keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan (Kontinensia urin 1. Observasi
L.04036) membaik dengan kriteria o Identifkasi tanda dan gejala retensi atau
hasil : inkontinensia urine
• Kemampuan berkemih o Identifikasi faktor yang menyebabkan
membaik retensi atau inkontinensia urine
• Nokturia menurun o Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi,
• Residu volume urin setelah konsistensi, aroma, volume, dan warna)
berkemih menurun 2. Terapeutik
o Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
• Distensi kandung kemih
o Batasi asupan cairan, jika perlu
menurun
o Ambil sampel urine tengah (midstream) atau
• Dribbling menurun kultur
• Hesitancy menurun 3. Edukasi
• Verbalisasi pengeluaran urin o Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
tidak tuntas menurun kemih
• Frekuensi berkemih o Ajarkan mengukur asupan cairan dan
membaik haluaran urine
• Sensasi berkemih membaik o Anjurkan mengambil specimen urine
midstream
o Ajarkan mengenali tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk berkemih
o Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-
otot pinggul/berkemihan
o Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
o Anjurkan mengurangi minum menjelang
tidur
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian obat suposituria
uretra jika perlu
(D.0077) Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I. 08238)
keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan (tingkat nyeri L.08066) 1. Observasi
menurun dengan kriteria hasil : o lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
• Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
• Meringis menurun o Identifikasi skala nyeri
• Gelisah menurun o Identifikasi respon nyeri non verbal
o Identifikasi faktor yang memperberat dan
• Perasaan depresi menurun
memperingan nyeri
• Anoreksia menurun o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
• Perinium terasa tertekan tentang nyeri
menurun o Identifikasi pengaruh budaya terhadap
• Ketegangan oton menurn respon nyeri
• Muntah menurun o Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
• Mual menurun hidup
• Frekuensi nasi membaik o Monitor keberhasilan terapi komplementer
• Pola napas membaik yang sudah diberikan
o Monitor efek samping penggunaan analgetik
• Tekanan darah membaik
2. Terapeutik
• Fungsi berkemih membaik o Berikan teknik nonfarmakologis untuk
• Nafsu makan membaik mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
• Pola tidur membaik hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
o Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
o Fasilitasi istirahat dan tidur
o Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
o Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Analisis:
Pengaruh
Intradialytic
exercise
terhadap
Penurunan
Skor Nyeri:
P:
Respondenn
ya 36
orang,
terdiri dari
18 pasien
yang diberi Intradialytic exercise sebagai kelompok intervensi dan 18 pasien lainnya hanya
Hasil penelitian secara inferensial membuktikan bahwa metode Intradialytic exercise lebih
konvensional yang sampai saat ini masih diterapkan di Unit Hemodialisa RSUD Dr.
pasien HD rutin pada dasarnya berkaitan erat dengan pengurangan derajat faktor penyebab
terjadinya komplikasi nyeri pada pasien GGK yang menjalani HD apabila metode Intradialytic
I:Intradialytic exercise yang dilakukan terus menerus penting untuk pasien HD karena
memberikan manfaat bukan sekedar peningkatan fungsional fisik namun juga mampu
meningkatkan kadar oksigen dan menguatkan kekuatan otot, status nutrisi, hematological indexes,
keseluruhan (Tae-Du Jung, 2011; Fritz, 2005; Potter & Perry, 2006). Intradialytic exercisesecara
signifikan meningkatkan kekuatan otot dan ukuran miofiber pada pasien GGK. Adanya
pengurangan aktivitas akan dapat menyebabkan penurunan kekuatan dan lebih lanjut
mengakibatkan atrofi pada otot.Teknik latihan intradialisis dengan intradialytic stretching exercise
dapat menurunkan skala nyeri dari skala sangat nyeri menjadi nyeri sedang (Issac, 2016).
O: kelompok intervensi terjadi penurunan skor nyeri rata-rata sebesar 4,28 (dari pretes
sebesar 5,83 sampai postes sebesar 1,56). Penurunan skor nyeri pada kelompok intervensi
tersebut ternyata signifikan, terbukti dengan diperolehnya nilai signifikansi p = 0,000 (lebih
kecil dibandingkan 0,05). Dengan demikian terbukti bahwa pada kelompok intervensi terjadi
penurunan skor nyeri yang signifikan dari pretes sampai postes. Pada kelompok kontrol terjadi
penurunan skor nyeri rata-rata sebesar 2 (dari pretes sebesar 5,67 sampai postes sebesar 3,67).
Penurunan skor nyeri pada kelompok kontrol tersebut ternyata juga signifikan, terbukti dengan
diperolehnya nilai signifikansi p = 0,000 (lebih kecil dibandingkan 0,05). Dengan demikian
terbukti bahwa pada kelompok kontrol terjadi penurunan skor nyeri yang signifikan dari pretes
sampai postes
B. Diagnosa: resiko ketidakseimbangan elektrolit
Judul: Pemntauan Intake Output Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat
Mencegah Overload Cairan
Oleh: Fany Angraini (2016)
Sumber: Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 19 No.3, November 2016, hal 152-160
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203 DOI : 10.7454/jki.v19i3.475
Analisa:
I: Intervensi berupa pemantauan status mental pada pasien GGK merupakan hal yang
penting karena salah satu kemungkinan penyebab perubahan status mental pada pasien GGK
adalah perpindahan cairan dari pembuluh darah otak menuju jaringan interstisial (edema
serebral). Meskipun perubahan status mental pada pasien GGK lebih sering disebabkan karena
akumulasi ureum dalam darah, namun akumulasi cairan pada jaringan otak dapat diprediksi
Intervensi yang disusun adalah : (1) Pemantauan elektrolit : observasi hasil lab,
observasi hasil EKG, Observasi tanda-tanda terjadinya kelebihan atau kekurangan elektrolit
meliputi kalium dan natrium, pantau makanan yang dikonsumsi klien. (2) Manajemen elektrolit
: berikan edukasi tentang pembatasan kalium dan natrium. (3) Pemantauan cairan : tentukan
lokasi dan derajat edema, kaji komplikasi pulmonal atau kardivaskuler, pantau lingkar abdomen
dan atau ekstremitas, observasi adanya tanda-tanda perdarahan selama HD. (4) Manajemen
cairan : timbang berat badan setiap hari, kaji turgor kulit dan derajat edema, kaji adanya distensi
vena leher, CVP atau tekanan kapiler paru, pantau TD, denyut nadi dan irama, hitung
keseimbangan cairan, pantau kecepatan QB pada saat HD, antau lama HD, batasi masukan
cairan, identifikasi sumber potensial cairan seperti medikasi dan cairan yang digunakan untuk
pengobatan oral dan intravena serta makanan. (5) Manajemen hipervolemia : jelaskan pada
pasien dan keluarga alasan pembatasan cairan. (6) Manajemen eliminasi urine.
O: Terdapat skor yang siknifikan p = 0,000 (lebih kecil dibandingkan 0,05). Dengan demikian
terbukti bahwa pada kelompok intervensi terdapat efek pemantaun cairan terhadap overload
Analisa:
P : 184 orang dengan rincian yaitu pasien baru mencapai 131 orang dan pasien lama 53
orang
I:Untuk menghindari keadaan yang dapat memperburuk kondisi pasien penyakit ginjal
kronik akibat kelebihan cairan (overload) dan retensi natrium maka perlu dilakukan
pembatasan dan kontrol atau diet yang tepat terhadap jumlah asupan cairan dan natrium yang
dikonsumsi oleh pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisa. Pembatasan jumlah
asupan cairan berdasarkan jumlah urin yang keluar, yaitu jumlah urin 24 jam ditambah 500 mL
sebagai IWL atau kehilangan cairan yang tidak disadari berupa keringat dan pernapasan, begitu
juga dengan natrium melihat jumlah urin yang keluar dengan jumlah tidak lebih dari 2,3 gram
natrium atau berdasarkan takaran yaitu 4,7-5,8 gram garam (Hartono, 2008).
Hartono, 2008 juga menyatakan banyak cara yang dilakukan untuk melaksanakan
kontrol terhadap jumlah cairan dan natrium yang bisa dilakukan seperti menggunakan sedikit
saja garam pada saat memasak dan jangan menambahkan lagi pada saat makan, mengukur urin
dalam 24 jam secara rutin, mengukur jumlah cairan yang diperbolehkan kedalam botol yang
mempunyai skala ukur, membagi cairan dengan jumlah yang sama banyaknya dalam waktu 24
jam, menggunakan cangkir atau gelas yang kecil untuk minum, jika mungkin minumlah
separuhnya saja, mengulum es batu untuk mengurangi rasa haus, sering berkumur tetapi tidak
melaksanakan pembatasan atau kontrol terhadap asupan cairan dan natrium yang bisa
dikonsumsi namun belum berjalan dengan baik. Karena masih ada informan tidak
melaksanakan dengan baik pembatasan asupan cairan dan natrium sesuai dengan langkah-
langkah yang dianjurkan, seperti tidak pernah mengukur kembali jumlah urin selama 24 jam
dan menakar jumlah asupan cairan yang bisa diminum dalam botol atau gelar takar. Dari
penelitian juga didapat hasil bahwa meski telah mengetahui jumlah yang bisa dikonsumsi,
pasien tetap terlalu banyak minum, akibatnya terjadi edema perifer, acites dan peningkatan
tekanan darah.
garam dan menghindari makanan yang mengandung garam tinggi tanpa menggunakan takaran
yang dianjurkan untuk pasien hemodialisa yaitu tidak lebih dari 2,3 gr natrium atau setara
dengan setengah sendok teh garam. Informasi lain dari perawat pelaksana, menyatakan sulit
untuk menerapkan pembatasan asupan cairan dan natrium yang baik, karena tidak hanya dari
minum saja, sumber cairan juga dari makanan dan buah yang mereka konsumsi, selain itu
karena waktu hemodialisa hanya 4 jam, saat itu perawat bisa mengontrol asupan cairan dan
natrium pasien, selebihnya pasien sendiri yang mengontrol dan itu tidak dapat dipastikan
apakah baik atau tidak, akibatnya pasien datang dengan gejala kelebihan cairan, sudah bengkak,
Analisis:
Intervensi Perilaku
menggunakan jadwal berkemih klien diharapkan lebih patuh terhadap waktu berkemih yang
Merupakan latihan penyesuaian antara kebiasaan klien berkemih dengan jadwal yang telah
tersusun. Hal-hal yang disesuaikan antara lain adalah frekuensi, volume, pola kontinen dan
inkontinence. Dengan jadwal dan latihan penyesuaian diharapkan klien dapat mempunyai pola
baru.
c. Prompted voiding (mengatakan denganbisikan pada diri sendiri untuk menahan atau mengatur
BAK). Bisikan untuk BAK dilakukan setiap interval 2 jam. Tindakan ini direkomendasikan
mengalami penurunan sensori untuk merasakan regangan pada bladder dan penurunan
rangsangan berkemih. Pada pasien yang mengalami kelemahan bisikan dilakukan oleh
caregiver. Bila klien berhasil melakukan BAK maka diberi reward berupa umpan balik positif
Bladder training sangat direkomendasikan pada pasien yang mengalami Inkontinensia Urge atau
overactive Bladder (OAB) dan bisajuga dilakukan untuk pasien dengan stress inkontinensia.
Latihan yang dilkukan dalam bladder training adalah menunda berkemihsampai dengan batas
waktu yang telah ditentukan untuk melatih fungsi bladder dalam menampung urin sesuai ukuran
normal. Dalam penelitian terdapat perbaikan pada klien UI dengan bladdertraining sebesar 10-15
% (Roe et al, 2002;Chin, 2001; NIH, 1988). Terdapat persyaratan untuk klien yang akan
menjalani bladdertraining, klien mampu secara fisik, kognitifdan memiliki motivasi untuk latihan.
Bentuk latihan yang dilakukan adalah klien harus mematuhi jadwal berkemih yang telah
disepakati, selanjutnya klien diminta untuk menahan keinginan berkemih dengan melakukan
relaksasi atau distraksi sampai dengan interval waktu yang disepakati selesai (2-3jam). Latihan
Latihan otot dasar panggul sangat berpengaruh dalam memperbaikai stress inkontinensia.
Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan kekuatan otot periuretra dan otot dasar pelvis.
Pasien yang dapat melakukan latihan ini sebaiknya memiliki beberapa kriteria sepert : 1)
kondisi anatomi normal dan intact; 2) tidak terdapat organ pelvis yang prolaps; 3) kekuatan dan
kontraktilitas otot cukup. Terdapat 5 tahapan dalam latihan ini (terlampir). Beberapa alat telah
diciptakan untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul seperti; vaginal cone, stimulasi
atau Reflek, atau klien yang mengalami penurunan kemampuan kognitif (Doughty,2006).
Tujuan tindakan ini adalah untuk mencegah kerusakan pada otot detrusor sebagai akibat
2. Indwelling urinary catheterisation Indwelling urinary catheter jarang digunakanpada pasien UI. Menurut
CDC dan AHCR indwelling catheter diindikasikan pada : 1)klien yang mengalami retensi urin dan
tidak dapat dikelola; 2) pada klien dengan penyakit terminal dan parah; 3) pasien yang
mengalami ulkus dekubitus stage 3 atau 4 dilakukan sampai luka sembuh; 4) pasien UI yang
dirawat dirumah dan caregiver tidak dapat membantu toileting. Perlu diperhatikan tanda-tanda
External collection system digunakan oleh klien laki-laki, secara umum dibagi dua yaitu peralatan
kompresi uretra dan external kateter. Peralatan kompresi uretra menahan urin dengan
melakukan penekanan pada korpus spongiosum, terdapar dua tipe alat yaitu penile clamp dan
inftable compression cuff. Alat ini jarang digunakan karena adanya risiko iskemia pada penis,
pada pasien yang dapat mengerti dan dapat menjalankan prosedur pengosongan setiap 3 jam.
External catheter atau komdom kateter merupakan alat yang sering menjadi pilihan pada klien
laki-laki dibanding absorbent dan indwelling kateter. Klien yangmenggunakan alat ini harus
Absorbent products
Absorbent products digunakan untukmencegah kebocoran pada saat klien beraktivitas sosial atau
pada klien dengan UI yang tidak dapat dikelola. Terdapat dua tipe absorben yaitu : underpads
atau bedpads dan bodyworn product. Risiko yang terjadi pada pengguanaan absorbent adalah
Klien inkontinensia dianjurkan untuk meningkatkan asupan cairan dan makanan berserat.
Klien dianjurkan untuk mengurangi minuman yang mengandung kafein, minuman karbonasi,
jenis minuman lain yang dapat meningkatkan rangsang berkemih lebih cepat. Peningkatan
makan berserat sangat penting untuk klien guna mencegah terjadinya konstipasi atau impaksi
yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya inkontinesi urin karena adanya penekanan
O:
O:Dari hasil uji yang dilakukan, didapatkan nilai Mean sebelum dilakukan teknik relaksasi yaitu
2,67, sedangkan nilai Mean sebelum dilakukan teknik distraksi yaitu 3,07. Terdapat perbedaan
dari nilai mean sebelum diberikan teknik relaksasi dan teknik distraksi, dimana nilai mean
teknik distraksi lebih tinggi dibanding teknik distraksi, hal ini disebabkan karena beberapa hal,
diantaranya perbedaan persepsi nyeri oleh masing-masing responden, tidak homogennya jenis
operasi yang dialami responden juga mempengaruhi intensitas nyeri yang dirasakan oleh
responden.
relaksasi didapatkan hasil sebagian besar responden mengalami intensitas nyeri lebih nyeri yaitu
sebanyak 6 orang (40%), intensitas nyeri sedikit lebih nyeri sebanyak 4 orang (26,7%),
intensitas nyeri sangat nyeri 3 orang (20%) dan intensitas nyeri sedikit nyeri sebanyak 2 orang
mengalami nyeri dan tidak ada responden yang mengalami intensitas nyeri sangat nyeri dan
hasil responden dengan intensitas nyeri sedikit lebih nyeri dan intensitas nyeri lebih nyeri yaitu
berjumlah masing-masing 5 orang atau 33,3%, reponden lain mengalami intensitas sangat nyeri
berjumlah 4 orang (26,7%) dan nyeri sangat hebat 1 orang(6,7%). Setelah diberikan teknik
distraksi terdapat 1 orang (6,7%) menyatakan tidak nyeri. Setelah dilakukan teknik distraksi
tidak terdapat pasien yang mengalami intensitas nyeri sangat nyeri dan nyeri sangat hebat.
O:1.Terdapat pengaruh yang bermakna teknik relaksasi terhadap perubahan intensitas nyeri
pada pasien post operasi di ruangan Irina A Atas RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
2. Terdapat pengaruh yang bermakna teknik distraksi terhadap perubahan intensitas nyeri pada
pasien post operasi di ruangan Irina A Atas RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, dengan
Yotube: https://www.youtube.com/watch?v=KwRENd04Za0
pendinginan 5 menit:
Pada tahap pemanasan, gerakan flexibility atau stretching dari ekstremitas atas
Pada tahap inti gerakan flexibility atau stretching dari ekstremitas atas dan bawah
ataubikeridingmovementyangdimodifikasidaricyclingexercise.Gerakanmengayuh
sepedaataubikeridingmovementpadakeduakakidilakukansampaiwaktu20menit
selesai.
Selanjutnya,padatahappendinginan,gerakanyangdilakukansama,yaituflexibilityatau
stretchingdariekstremitasatasdanbawah,namunpengulangandilakukansebanyak4
Youtube https://www.youtube.com/watch?v=j-lSwpRGZ2I
a) Menjelaskanmaksud,tujuan,dancaradilakukannyateknikrelaksasiPernapasan
b) Persiapan sebelumpelaksanaan:
a. Persiapanruangan:ruanganyangnyamandanminimalkankebisingandangangguan.
d. Tariknapasdalam,rasakanperutdandadaandaterangkatperlahan
f. Hitungsampai4,tariknapaspadahitungan1dan2,keluarkannapaspadahitungan 3
dan 47.
padaotot.
i. Konsentrasipadawajahanda,rahanganda,leheranda,perhatikansetiapkesulitan
j. Napasdalamkehangatandanrelaksasikosentrasisetiapketeganganditangananda,
k. Sekarangbuatkepalan-kepalantanganyangkuat,saatandamulaimengeluarkan
l. Perhatikanapayangdirasakantangananda,pikir“rileks”tanganandaterasahangat,
berat atauringan.
n. Sekarangfokuspadalenganatasanda,perhatikansetiapketegangan,relaksasikan
lengananda,biarkanperasaanrelaksasimenyebardarijari-jaridantanganandamelalui otot
Youtube:https://www.youtube.com/watch?v=CGernHLnEfo
Peralatan
• Pengaris 2buah
• Catatan
• Bantal 1buah
• Alattulis
. Fase prainteraksi
• Vertifikasidata
• Cucitangan
• Siapkanalat
Fase orientasi
a. Berikansalam
c. Perkenalkandiri
e. Tanyakan persetujuanpasien
Fase kerja
Jagaprivasi
Aturpadaposisisemiflowerdengankepaladitinggikan30–45 o
Tentukan miniskus vena jugularis dengan cara bendung area bawah vena
jugularisdenganibujarinondominan,laludenganibujaritangandominan tekan
dari bawah bendungan lalu tarik ke atassa dan lepaskan ibu jari tanggan
Letakanpengaristegaklurusdindingdadasetinggisudutsternayaitupada
Catat hasilpengukurn
Rapikanpasien
Fase terminasi
Evaluasi responpasien
Pamitan
Cucitangan
(Kozier B, Erb G, berman A, snyder s. Buku ajar praktikk keperawatan klinis 5th ed.
EGC;2009 )
(http://epomedicine.com/clinical -medicine/clinical -examination-jugular-venous-
pulse-pressure-jvp/)
D. Intervensi RetensiUrine
Pemasangankateter
https://www.youtube.com/watch?v=7J5ecC3dFu0
PERSIAPAN ALAT
a) Handshoensteril
b) Handschoen onsteril
d) Urobag
e) Doek lubangsteril
f) Jelly
g) Lidokain1%dicampurjelly(perbandingan1:1)masukkandalamspuit(tanpa
jarum)
i) Perlak danpengalas
j) Pinsetanatomis
k) Bengkok
l) Spuit10 cc berisiaquades
m) Urinalbag
n) Plester /hypavik
o) Gunting
p) Sampiran
CARA KERJA PASIEN PRIA
a) Memperkenalkandiri
e) Cucitangan
g) Pasangpengalas
l) Lepassarungtangandangantidengansarungtangansteril
n) Pegang penis dengan tangan kiri lalu preputium ditarik ke pangkalnya dan
o) Berijellypadaujungkateter(12,5–17,5cm).Pemasanganindwellingpada pria :
p) Ujunguretraditekandenganujungjarikuranglebih3-5menitsambildimasase
q) Masukkan kateter pelan – pelan, batang penis diarahkan tegak lurus deng
bidanghorisontalsambilanjurkanuntukmenariknapas.Perhatikanekspresi
klien
r) Jika tertahan jangan dipaksa
s) Setelahkatetermasukisibalondengancaranaquadesbilauntukindwelling,
fiksasiujungkateterdipahapasien.Pasangurobagdisampingtempattidur
u) Cucitangan
v) Dokumentasikantindakan
a) Memperkenakandiri
e) Cucitangan
h) Pasangpengalas
m) Lepassarungtangandangantidengansarungtangansteril
n) Pasangdoek
o) Bersikanvulvadengankasa,bukalabiamayoer,denganibujaridantelunjuk
p) Berijellypadaujungkateter(2,5–5cm)lalumasukkanpelan–pelanujung
kateterpadameatusuretrasambilpasiendianjurkanmenariknapas.Perhaikan
responklien
q) Setelahkatetermasukisibalondengancairanaquades10cc
r) Fiksasi
s) Sambung denganurobag
t) Rapikanalat
v) Dokumentasikantindakan
Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=mzO7x7b-08U
Alat:
1. Standarinfus
3. IVCatheter/WingsNeedle/Abocathsesuaikebutuhan
4. Perlak
5. Tourniquet
6. Plester
7. Guntung
8. Bengkok
9. Sarung tanganbersih
10. Kassasteril
12. Betadine
Pelaksanaan
1. Cucitangan
2. Dekatkanalat
3. Jelaskankepadakliententangprosedurdansensasiyangakandirasakanselama
pemasanganinfus
4. Aturposisipasien/berbaring
5. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
7. Pasangalas
8. Pasangtourniketpembendung±15cmdiatasvenayangakanditusuk
9. Pakai sarungtangan
11. TusukanIVcatheterkevenadenganjarummenghadapkejantung
18. Pasanglabelpelaksanaantindakanyangberisi:namapelaksana,tanggaldanjam
pelaksanaan
19. Bereskanalat
20. Cucitangan
21. Observasidanevaluasiresponpasien,catatpadadokumentasikeperawatan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/34787972/ASKEP_BATU_GINJAL.docx
https://id.scribd.com/doc/179568689/LAPORAN-PENDAHULUAN-BATU-
GINJAL-doc
https://id.scribd.com/document/378911909/Laporan-Pendahuluan-Batu-Ginjal
http://eprints.umbjm.ac.id/721/5/BAB%202.pdf
PurnomoBasukiB.BatuGinjaldanUreterdalamDasar-DasarUrologi.Yogyakarta:
SudoyoAW.BukuAjarIlmuPenyakitDalam.Batukandungkemih.JilidI.EdisiIV.
NEFROLITHIASIS
http://eprints.umbjm.ac.id/721/5/BAB%202.pdf
https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/3990
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1080/920
Jurnal:https://www.researchgate.net/publication/334281643 3
Sugiarti,Wiwit.(2018).PENGARUHINTRADYALITICEXERCISETERHADAP
http://epomedicine.com/clinical-medicine/clinical-examination-jugular-venous-
pulse-pressure-jvp/
https://www.youtube.com/watch?v=KwRE
Nd04Za0
https://www.youtube.com/watch?v=j-
lSwpRGZ2I
https://www.youtube.com/watch?v=CGern
HLnEfo
https://www.youtube.com/watch?v=7J5ecC
3dFu0
https://www.youtube.com/watch?v=mzO7x
7b-08U