Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN, LAPORAN KASUS,

ASUHAN KEPERAWATAN

STASE KEPERAWATAN MEDIKA BEDAH

DENGAN BATU GINJAL

Oleh:

ATIKA LUQYANA

NIM.201910461011040

PROGAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MALANG

2020
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS LP-ASKEP)

DI RUANG 28 RS SAIFUL ANWAR

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

KELOMPOK 4

NAMA: ATIKA LUQYANA

NIM: 201910461011040

TGL PRAKTEK : 27 APRIL- 02 MEI 2020

Malang, juni 2020


Mahasiswa, Pembimbing,

(Atika Luqyana) (Chairul Huda Al Husna M.Kep)


LEMBAR PENILAIAN

NAMA MAHASISWA : Atika Luqyana


NIM : 201910461011040
TGL PRAKTEK : 27 april – 02 Mei 2020

MINGGU KE :8

No Kompetensi Nilai

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Malang, Juni 2020


Mahasiswa, Pembimbing,

(Atika Luqyana) (Chairul Huda Al Husna M.Kep)


BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam

saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari

substansi ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011:65).

Mary Baradero (2009:59) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal yang

ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi

zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli

terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.

Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu

keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011:108).

Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan mengalir

bersama urine (Susan Martin, 2007:726).

Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu ginjal

atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran

perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada

bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada saluran dan proses

perkemihan.

1.2 Etiologi

Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat

diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya

hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang–kadang


dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum (seperti proteus,

beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa jenis coli) yang

mengakibatkan pembentukan batu.

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan

gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan

keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya

batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, meliputi:

a) Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi

b) Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.

c) Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

Faktor ekstrinsik, meliputi:

a) Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi

daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)

b) Iklim dan temperatur.

c) Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat

meningkatkan insiden batu saluran kemih.

d) Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran

kemih.

e) Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk

atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).


1.3 Patofisiologi

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada

tempat- tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu

pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises

(stenosis urethra- pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada

hyperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-

keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.

Mekanisme pembentukan batu dapat dibagi menjadi 3 tahap yang

berkesinambungan, yaitu: (a) kejenuhan urin, (b) adanya kondisi yang

memungkinkan terjadinya nukleasi, dan (c) adanya inhibitor. Dalam pembentukan

batu, urin yang jenuh merupakan suatu prasyarat absolut untuk pengendapan kristal.

Semakin besar konsentrasi dari ion-ion, semakin mudah ion-ion tersebut

mengendap. Konsentrasi ion yang rendah menimbulkan keadaan undersaturation dan

peningkatan kelarutan. Seiring dengan peningkatan konsentrasi ion, suatu saat ion-

ion tersebut akan mencapai satu titik yang disebut solubility product (Ksp). Konsentrasi

di atas titik ini disebut keadaan metastable dan berpotensi untuk memulai

pembentukan endapan. Ketika konsentrasi larutan menjadi semakin tinggi, ion-ion

akan mencapai formation product (Kfp). Tingkat kejenuhan di atas Kfp ini disebut

keadaan unstable, dan dapat terjadi pembentukan endapan secara spontan. Endapan

ini tersusun atas kristal-kristal yang terdiri dari bahan-bahan organik dan non-organik

yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut berada dalam keadaan metastable

(tetap larut) dalam urin jika tidak ada keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya

presipitasi kristal. Kristal-kristal ini saling mengadakan presipitasi membentuk inti

batu (nukleasi) yang kemudian akan menjadi agregasi, dan menarik bahan-bahan lain
sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Agregat kristal menempel pada epitel

saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan bersama bahan lain diendapkan pada

agregat itu sehingga memebentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat

salurankemih.

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,

infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal.

Batu yang mengisi pielum dan labih dari dua kaliks ginjal memeberikan gambaran

menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Batu yang terbentuk dan

menetap di ginjal.
1.4 Pathway Nefrolitiasis
1.5 Manifestasi Klinis

1. Nyeri

2. Retensi urine menurun

3. Jika terjadi infeksi bisa terjadi demam / menggigil.

4. Nausea dan vomiting

5. Hematuria kalau batu tersebut menimbulkan abrasi ureter

6. Distensi abdomen

7. Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal yang tinggal satu-satunya

dimilki oleh pasien (Kowalak. 2012).

Menurut Smeltzer (2011) menjelaskan Keluhan yang disampaikan pasien

tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Pada

pemeriksaan fisik mungkin 19 didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra,

teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tandatanda gagal

ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil. beberapa

gambaran klinis nefrolitiasis. Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak

menimbulkan gejala.Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut

bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis

bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik

renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara

tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha

sebelah dalam.

Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam,

menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering
berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi

saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di

dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika

penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di

dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal

(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. (Corwin, 2011).

1.6 Komplikasi

Menurut (Nursalam, 2011) komplikasi yang disebabkan dari batu

nefrolitiasis adalah:

a. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.

b. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

c. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau

pengangkatan batu ginjal.

d. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran

kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter

membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas

tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu

pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat

menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi

ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.

e. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat

menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan

kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah

terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
f. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri

meningkat.

g. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin, 2009).

1.7 Pemeriksaan Diagnostik:

Beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :

a. Urin

1) PH lebih dari 7,6

2) Sediment sel darah merah lebih dari 90%

3) Biakan urin

4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat

b. Darah

1) Hb turun

2) Leukositosis

3) Urium kreatinin

4) Kalsium, fosfor, asam urat

c. Radiologi

1) Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu

2) USG abdomen

3) PIV (Pielografi Intravena)

4) Sistoskpi (Mary Baradero, 2008:61)


1.8 Penatalaksanaan

Tujuan utama tatalaksana pada pasien nefrolitiasis adalah mengatasi nyeri,

menghilangkan batu yang sudah ada, dan mencegah terjadinya pembentukan batu

yang berulang (Putra & Fauzi, 2016):

1) ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)

Alat ini ditemukan pertama kali pada tahun 1980 oleh Caussy. Bekerja dengan

menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan di luar tubuh untuk menghancurkan

batu di dalam tubuh. Batu akan dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil sehingga

mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWLdianggap sebagai pengobatancukup

berhasiluntuk batu ginjal berukuran menengah dan untuk batu ginjal berukuran lebih

dari 20-30mm pada pasien yang lebih memilih ESWL, asalkan mereka menerima

perawatan berpotensi lebih.

2) PCNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy)

Merupakan salah satu tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu yang

berada di saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke dalam kalises

melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu

menjadi fragmen-fragmen kecil. Asosiasi Eropa Pedoman Urologi tentang urolithiasis

merekomendasikan PNL sebagai pengobatan utama untuk batu ginjal berukuran

>20mm, sementara ESWL lebih disukai sebagai lini kedua pengobatan, karena

ESWLsering membutuhkan beberapa perawatan, dan memiliki risiko obstruksi

ureter, serta kebutuhan adanya prosedur tambahan. Ini adalah alasan utama untuk

merekomendasikan bahwa PNL adalah baris pertama untuk mengobati pasien

nefrolitias
3) Bedah terbuka

Untuk pelayanan kesehatan yang belum memiliki fasilitas PNL dan ESWL,

tindakan yang dapat dilakukan melalui bedah terbuka. Pembedahan terbuka itu antara

lain pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal.

4) Terapi Konservatif atau Terapi Ekspulsif Medikamentosa (TEM)

Terapi dengan mengunakan medikamentosa ini ditujukan pada kasus dengan

batu yang ukuranya masih kurang dari 5mm, dapat juga diberikan pada pasien yang

belum memiliki indikasi pengeluaran batu secara aktif. Terapi konservatif terdiri dari

peningkatan asupan minum dan pemberian diuretik, pemberian nifedipin atau agen

alfa-blocker, seperti tamsulosin; manajemen rasa nyeri pasien, khusunya pada kolik,

dapat dilakukan dengan pemberian simpatolitik, atau antiprostaglandin, analgesik;

pemantauan berkala setiap 1-14.

1.9 Pencegahan Batu Ginjal

Mengkonsumsi banyak air putih 8-10 gelas perhari merupakan cara sederhana

mencegah penyakit batu ginjal. Namun buat yang telah terdiagnosa menderita batu

ginjal, maka tindakan pencegahan khusus perlu dilakukan agar tidak terjadinya

pembentukan batu baru (pengulangan penyakit). Metode dan cara pencegahan

dilakukan tergantung kepada komposisi (kadar) batu yang pernah diderita

sebelumnya.

a) Jika pernah menderita batu akibat kelebihan kadar asam urat maka pencegahan yang

harus anda lakukan adalah mengurangi jenis-jenis makanan yang yang banyak

mengandung purin seperti ikan sarden, jeroan, hati, otak, kerang dan makanan

lainnya karena jenis makanan ini bisa meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh.
Selain itu mengurangi pembentukan asam urat juga bisa dilakukan dengan pemberian

allopurinol karena batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, oleh

karena itu untuk menciptakan air kemih yang basa atau alkalis bisa dilakukan dengan

pemberian kalium.

b) Selanjutnya pada penderita batu kalsium, harus dilakukan pencegahan pembentukan

batu ginjal baru. Pemberian obat jenis Diuretik thiazid seperti trichlormetazid,

dianjurkan untuk melakukan diet rendah kalsium serta mengkonsumsi natrium

selulosa fosfat, dan juga berikan kalium sitrat untuk meningkatkan kadar sitrat. Sitrat

adalah zat yang berguna untuk menghambat pembentukan batu kalsium.

1.10 Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut b.d inflamasi terhadap iritasi batu dan spasme otot polos.

b) Intoleransi akitifitas

c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nausea, muntah.

d) Cemas b.d perubahan dalam status kesehatan, krisis situasional.

e) Resiko infeksi b.d tindakan invasive.

f) Resiko ketidak seimbangan elektrolit


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Studi Kasus

Seorang laki-laki usia 34 tahun dirawat dengan keluhan utama mual dan
muntah dialami sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Mual dan muntah dialami
setiap makan tanpa adanya darah pada muntah. Nyeri pinggang kanan juga dialami
pasien sejak satu tahun terakhir. Keluhan ini lebih memberat dalam kurun waku satu
minggu terakhir. Nyeri bersifat hilang timbul, dan keluhan nyeri makin lama makin
sering dirasakan. Pasien mengaku minum air putih sedikit-sedikit dan sering
meminum minuman bersoda serta tidak diimbangi dengan kegiatan olahraga. Pasien
juga mengeluhkan buang air kecil sedikit-sedikit dialami sejak satu minggu sebelum
masuk rumah sakit. Frekuensi buang air kecil (BAK) 3-4 kali sehari dengan volume
100-200 cc setiap kali BAK. Warna kencing kuning dan lebih pekat. Nyeri saat buang
air kecil disangkal, BAK berdarah disangkal. Buang air besar (BAB) dalam batas
normal.
Riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak dua tahun yang lalu dengan tekanan
darah tertinggi 160/90 mmHg. Riwayat penyakit asma disangkal. Riwayat penyakit
jantung disangkal. Riwayat penyakit diabetes disangkal. Riwayat pernah terkena batu
saluran kemih disangkal, riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat merokok disangkal. Riwayat minum alkohol disangkal.
Dari pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran compos
mentis. Tekanan darah didapatkan 150/90 mmHg, frekuensi nadi 96 kali per menit,
frekuensi nafas 24 kali per menit, temperatur 36,8°C. Indeks Masa Tubuh (IMT)
30,11 kg/m2. Status generalisata pada pemeriksaan mata didapatkan konjungtiva
anemis, pemeriksaan THT dan leher dalam batas normal. Pada pemeriksaan dada
ditemukan simetris, sonor, suara pernafasan vesikuler pada kedua lapangan paru.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan hepar dan lien tidak teraba, nyeri ketok pada
costovertebral angle (CVA) ada pada flank kanan, dan ditemukan edema pada
ekstremitas inferior.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin 7,9 g/dl,
leukosit 11.000/mm3, trombosit 391.000/mm3, hematokrit 32%. Dari faal ginjal
didapatkan ureum 103 mg/dl, kreatinin 9.17 mg/dl. Pemeriksaan elektrolit
didapatkan natrium 130 mmol/l, kalium 3,4 mmol/l, klorida 96 mmol/l.
Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) didapatkan pH 7,368, PCO2 19,1 mmHg,
HCO3 11 mmol/l, PO2 193 mmHg, base excess -14.5 mmol/l, saturasi 02 99,7%.
Kadar gula darah sewaktu 106 mg/dl. Rapid test HIV didapatkan non reaktif
Pada pemeriksaan radiologi, ultrasonografi (USG) didapatkan ginjal kanan tidak
tampak tanda-tanda bendungan pada sistem pelviocalyceal maupun ureter, tampak batu
dengan ukuran (1,57 cm × 1,16 cm) tidak tampak massa. Ginjal kiri tampak tanda
bendungan pada sistem pelviocalyceal maupun ureter, tidak tampak batu dan massa.
Pada kandung kemih dinding menebal irregular, tidak tampak massa dan batu.
Kesimpulan nefrolitiasis dextra, hidronefrosis grade II akibat batu distal ureter, sistitis
(Gambar 1).
Hasil CT-scan abdomen ginjal kanan tampak tanda-tanda bendungan pada sistem
pelvioca lycealmaupun ureter, tampak lesi hiperdens dengan ukuran 2,3cm pada
pyelum, tampak lesi hiperdens pada region bawah dengan ukuran 0,9 cm, tidak
tampak massa. Ginjal kiri tidak tampak tanda-tanda bendungan pada system
pelviocalyceal maupun ureter, tidak tampak batu. Blass ukuran normal ,regular, tidak
tampak massa. Didapatkan kesan hidronefrosis ringan akibat batu pyelum,
nefrolitiasis kanan.
Berdasarkan data diatas, pasien didiagnosis menderita gagal ginjal kronik
dengan LFG 13m 64 ml/min/1,73m2 yang disebabkan oleh nefrolitiasis dextra dan
hipertensi. Pasien dirawat diruang rawat inap dan diberikan terapi berupa tatalaksana
non-medikamentosa dan medikamentosa. Terapi non-medikamentosa berupa
istirahat (tirah baring), diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam, asupan cairan
dan elektrolit yang seimbang. Terapi medikamentosa berupa pemberian oksigen nasal
kanul 3-4 liter per menit, cairan dengan infus Nacl 0,9% 8 tetes per menit,
hemodialisa elektif, injeksi ondansentron 2 × 4 mg intra vena, injeksi metamizol 2 ×
1 ampul, injeksi omeprazol 2 × 1 vial, dan amlodipine 1 × 10 mg.
LEMBAR PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn Y DENGAN DIAGNOSAMEDIS
Gagal Ginjal

DIRUANG X RS X

Oleh:

ATIKA LUQYANA
201910461011040

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAHMALANG
2020
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN

Tgl.Pengkajian : 22/05/2020 No.Register : 133xxx


JamPengkajian : 07.00 Tgl.MRS : 22/05/2020
Ruang/Kelas :X

I. IDENTITAS
1. IdentitasPasien
2.IdentitasPenanggungJawab N ama :Tn.Y N ama
: Ny. S
U mur :41 tahun U mur : tdk terkaji
JenisKelamin :Laki-laki JenisKelamin : tdk terkaji
A g ama :Islam A g ama : tdk terkaji
Pendidikan :SMP Pekerjaan : tdk terkaji
Pekerjaan :Buruh A l a mat : tdk terkaji
Gol.Darah :tdk terkaji
HubungandenganKlien: A l a mat :Jl.Cidodol Jaksel

II. KELUHANUTAMA
1. Keluhan Utama SaatMRS
pasien mengeluh perut terasa mual dan muntah darah 1 hari SMRS.
2. Keluhan Utama SaatPengkajian
Pasien masih mengeluh nyeri dan muntah

III. DIAGNOSAMEDIS
Gagal ginjal (nefrolitiasis)

IV. RIWAYATKESEHATAN

1. Riwayat PenyakitSekarang
Klien mengatakan mual dan muntah dialami sejak 10 hari.

2. Riwayat Kesehatan YangLalu


Klien mengatakan mengalami nyeri pinggang sejak 1 tahun yang lalu Klien
mengatakan nyeri pinggang bagian kanan. Selama seminggu ini nyeri semakin
memberat, Nyeri bersifat hilang timbul. BAK berdarah disangkal Riwayat hipertensi
tidak terkontrol, riwayat penyakit diabetes disangkal., riwayat pernah terkena batu
saluran kemih disangkal, riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat merokok disangkal. Riwayat minum alkohol disangkal

3. Riwayat KesehatanKeluarga
Klien mengatakan tidak ada yang sakit seperti pasien, HT, DM ataupun penyakit lain
V. RIWAYAT KEPERAWATANKLIEN

1. Pola Aktifitas Sehari-hari(ADL)


ADL Di Rumah Di Rumah Sakit
Pola pemenuhan kebutuhan Makan /Minum Makan /Minum Jumlah
nutrisi dan cairan (Makan dan Jumlah : 3x sehari Jenis :
Minum ) Jenis : - Nasi:
- Nasi: nasi putih 1/2 -1 piring - Lauk:
- Lauk: ayam/ikan - Sayur:
- Sayur: sop - Minum/Inf
- Minum: air (200-2500cc) us : Pantangan:
Pantangan: tdk ada Kesulitan Makan / Minum
Kesulitan Makan / Minum :
Tidak ada Usaha Mengatasi kesulitan :
Usaha Mengatasi kesulitan :
Riwayat minum alkohol
disangkal
Pola Eliminasi Pasien juga mengeluhkan buang air BAK:warna kuning dan pekat
BAK : Jumlah, Warna, Bau, kecil sedikit-sedikit dialami sejak satu
minggu sebelum masuk rumah sakit.
Masalah, Cara Mengatasi. BAB: -
Frekuensi buang air kecil (BAK) 3-4
kali sehari dengan volume 100-200
BAB : Jumlah, Warna, Bau, cc setiap kali BAK. Warna kencing
Konsistensi, Masalah, Cara kuning dan lebih pekat. Nyeri saat
Mengatasi. buang air kecil disangkal, BAK
berdarah disangkal.
Pola Istirahat Tidur Tidak terkaji Klien tidur7-8 jam
- Jumlah/Waktu siang 1-2 jam
- GangguanTidur malam : 6 - 7 jam
- Upaya Mengatasigangguan klien mengatakan sering
tidur terbangun.
- Apakahmudahterbanguan
- Jikaterbangunberapa
menitbisatertidurlagi
- Hal-hal yang
mempermudahtidur
- Hal-hal yang
mempermudahbangun
Pola Kebersihan Diri (PH) Klien mandi 2x sehari Keluarga klien mengatakan
- Frekuensimandi Mencuci rambut 2 kali dalam menyeka px 1 kali sehari
seminggu Untuk mandi dan memakai
- Frekuensi Mencucirambut Sikat gigi 2 x sehari baju dibatu oleh keluarga
- Frekuensi Gosokgigi Klien mandi secara mandiri
- Keadaankuku
- Melakukan mandiri/
dibantu
Aktivitas Lain Duduk-duduk dirumah bila tidak Klien terbaring (bedrest)
Aktivitas apa yang dilakukan ada kegiatan K/U lemah
klien untuk mengisi waktu luang
?

2. RiwayatPsikologi
Klien menerima penyakit yang dideritanya

3. RiwayatSosial
Klien orang yang ramah ke semua orang

4. RiwayatSpiritual
Klien tidak solat

VI. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal ……/……./20…)


A. KeadaanUmum
K/U klien lemah, GCS 4-5-6, kesadaran compos menti

B. Pemeriksaan Tanda-tandaVital

SEBELUM SAKIT SAAT DI RUMAH SAKIT


Tekanan darah: 150/90 mmHg,
N :96 x/mnt
RR: 24 x/mnt
S :36,8°C.

3. PemeriksaanWajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( +), Kelopak mata/palpebra oedem (- ),
ptosis/dalamkondisitidaksadarmatatetapmembuka(- ), peradangan(- ), luka(- ),
benjolan(- ),Bulumatarontokatautidak,Konjunctivadanscleraperubaha warna
(anemis)Warna iris (hitam, hijau, biru), Reaksi pupil terhadap cahaya
(miosis/midriasis), Pupil (isokor /an isokor), Warna Sklera agak ikterus
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum (Tidak)
Amati meatus : perdarahan (- ), Kotoran (- ),Pembengkakan (- ),
pembesaran(- ).
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal ( labioscisis, palatoscisis, atau labiopalatoscisis),
warna bibir, lesi (- ), Bibir pecah (- ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : (- ),
Kotoran(-), Gigi palsu (- ), Gingivitis(- ), Warna lidah merah muda,
Perdarahan (- ), dan abses (- ),
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : (- ),
d. Telinga
Amatibagiantelingaluar:Bentuk NormalUkuran…Warna…,lesi(- ),
nyeritekan(- ), peradangan (- ), penumpukan serumen (- ), Dengan otoskop
periksa membran tympanyamati,warna.....,transparansi,perdarahan(- ),
perforasi(- )
e. Keluhanlain:

4. Pemeriksaan Kepala, DanLeher


a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (dolicephalus/lonjong, Brakhiocephalus/ bulat),
kesimetrisan (+)
Hidrochepalus (- ), Luka (- ), darah(- ), Trepanasi (- ),
Palpasi :Nyeritekan(- ), fontanella/padabayi(cekung/tidak)
b. Leher
Inspeksi:Bentukleher(simetris),peradangan(- ), jaringanparut(- ), perubahanwarna(-
), massa (- ),
Palpasi:pembesarankelenjarlimfe(+/-),pembesarankelenjartiroid(- ), posisitrakea
(simetris), pembesaran Vena jugularis (- ),
c. Keluhanlain:

5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuktorak(Normalchest/Pigeonchest/Funnelchest/Barrelchest),
- Susunanruastulangbelakang(Kyposis/Scoliosis/Lordosis),
- Bentuk dada (simetris/asimetris),
- keadaan kulit?
- Retrasksiototbantupernafasan:Retraksiintercosta(- ), retraksisuprasternal(- )
Sternomastoid (- ), pernafasan cuping hidung (- ),
- Pola nafas : (Eupnea / Takipneu / Bradipnea / Apnea / Chene Stokes /
Biot’s / Kusmaul)

b. PEMERIKSAAN JANTUNG
Inpeksi:
Bentuk dada simetris
Palpasi:
Frekuensi dada simetris
Perkusi:
Suara pekak
Auskultasi:
Irama reguler
Keluhanlainterkaitdenganjantung: tidak ada
6. PemeriksaanAbdomen
INSPEKSI
Bentukabdomen:(cembung/cekung/datar),Massa/Benjolan(-), Kesimetrisan(-
), Bayanganpembuluhdarahvena(- ),
AUSKULTASI
Frekuensiperistalticusus .................................x/menit(N=5–
35x/menit,Borborygmi(+/-)

PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan (- ), pembesaran (- ), perabaan (keras
/lunak),permukaan(halus/berbenjol-benjol),tepihepar(tumpul/tajam).
hepar tidak teraba
PalpasiLien:GambarkangarisbayanganSchuffnerdanpembesarannya
DenganBimanuallakukanpalpasidandiskrpisikannyeritekanterletakpadagaris ....................................
Scuffnerke berapa? ( menunjukan pembesaran lien)
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney. nyeri
tekan (+ / - ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).

PalpasiGinjal:Bimanualdiskripsikan:nyeritekan(+/-),pembesaran(+/-
).(N=ginjal tidakteraba).

PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani. Keluhan lain yang dirasakan
terkait dengan Abdomen : ..............

3. Pemeriksaan Genetalia danRektal


Genetalia pada pria
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi (-), benjolan (-), Lubang uretra :
penyumbatan (-), Hipospadia (-), Epispadia (-),
Palpasi
Penis : nyeri tekan (-), benjolan (-), cairan ...................... Scrotum dan testis :
beniolan (-), nyeri tekan (-),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele (-),Scrotal Hernia (-),Spermatochele (-),Epididimal
Mass/Nodularyti(-),Epididimitis(-),Torsipadasaluransperma(-),Tumor
testiscular (-),
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia (-),femoral hernia (-),pembengkakan (-),
Keluhanlain: tidak ada

4. Pemeriksaan Punggung Dan TulangBelakang


Periksa ada tidaknya lesi pada kulit punggung, Apakah terdapat kelainan bentuk
tulang belakang, Apakah terdapat deformitas pada tulang belakang, apakah
terdapat fraktur atau tidak, adakah nyeri tekan.
Keluhan lain: normal, tidak ada lesi, tidak ada deformitas, tidak ada fraktur
5. Pemeriksaan
Ektremitas/Muskuloskeletal
a.Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris/asimetris),deformitas(-),fraktur(-),lokasi
fraktur …, jenis fraktur…… kebersihan luka……, terpasang Gib (-),Traksi (-
),
b.Palpasi
Oedem: tidak ada Lingkar lengan:................
Lakukan uji kekuatan otot: keluatan otot 5/5/5/5

6. Pemeriksaan FungsiPendengaran/Penghidup/tengorokan
Ujiketajamanpendengaran:Tesbisik,Denganarloji,Ujiweber:seimbang/lateral
isasi kanan / lateralisasi kiri, Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah/
sama dibanding dengan hantaran udara, Ujiswabach: memanjang/
memendek/ sama
Uji Ketajaman Penciuman dengan menggunakan rangsang
bau-bauan.
Pemeriksaantenggorokan:lakukanpemeriksaantonsil,adakah
nyeritelan. Keluhanlain:

7. Pemeriksaan FungsiPenglihatan
o Pemeriksaan Visus Dengan Snellen's Cart : OD ............. OS............
o TanpaSnelenCart : Ketajaman Penglihatan ( Baik / Kurang)
o Pemeriksaanlapangpandang:Normal/Haemianoxia/Haemoxia
o PemeriksaantekananbolamataDengantonometri…………,denganpalpasitaraba……
o Keluhanlain:

8. Pemeriksaan FungsiNeurologis

a.MengujitingkatkesadarandenganGCS
(GlasgowComaScale)
Menilai respon membuka mata4
Menilai respon Verbal5
Menilai respon motorik 6
Setelahdilakukanscoringmakadapatdiambilkesimpulan:(ComposMentis/Apa
tis/ Somnolen/Delirium/Sporocoma/Coma)

b.Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak


Penigkatansuhutubuh(-),nyerikepala(-),kakukuduk(-
),penurunantingkatkesadaran(-),

9. PemeriksaanKulit/Integument

a. Integument/Kulit
Inspeksi : Adakah lesi (-), Jaringan parut (-), Warna Kulit, Bila ada luka bakar
dimana saja lokasinya, dengan luas : ..............
Palpasi:Tekstur(halus/kasar),Turgor/Kelenturan(baik/jelek),Struktur(keriput/tegan
g), Lemaksubcutan(tebal/tipis),nyeritekan(+/-)padadaerahmana?
b.Pemeriksaan Rambut
Ispeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata/ tidak), (Bau tidak). rontok (-),
Alopesia (-), Hirsutisme (-),alopesia (-),
c.Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna, bentuk, dan kebersihan kuku, CRT kembali dalam…….
d.Keluhan lain: tidak ada keluhan (normal)

10. PemeriksaanPenunjang/DiagnostikMedik(tanggal……../…
• DARAHLENGKAP
Leukosit :11.000 ( N : 3.500 – 10.000 /µL )
Eritrosit : - ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL)
Trombosit :391.000 ( N : 150.000 – 350.000 /µL)
Haemoglobin :7,9 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl)
Haematokrit : 32 ( N : 35.0 – 50 gr /dl )

• KIMIA DARAH
Ureum : 103 ( N : 10 – 50 mg / dl)
Creatinin : 9,17 ( N : 07 – 1.5 mg /dl )
SGOT : - (N:2–17)
SGPT : - (N:3–19)
BUN : - (N:20–40/10–20mg/dl)
Bilirubin : - ( N : 1,0 mg / dl)
Total Protein : - ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl)
GDsesaat : 106 ( N : 100 mg/dl)
GD 2jpp : - ( N : 140 – 180 mg /dl )

• ANALISA ELEKTROLIT
Natrium : 130 ( N : 136 – 145 mmol /l )
Kalium : 3,7 (N;3,5–5,0mmol/l)
Clorida : 96 (N:98–106mmol/l)
Calsium : (N:7.6–11.0mg/dl)
Phospor : (N:2.5–7.07mg/dl)

• PEMERIKSAANLABLAIN :

Gas Darah
pH : 7,368
PCO3 : 19,1 mmHg
HCO3 : 11 mmol/l
PO2 : 193 mmHg
Base excess :-145 mmol/l
Saturasi O2 : 99,7%
• PEMERIKSAANRADIOLOGI :
Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-Scan, MRI,
Endoscopy dll.

Gambar 1 Hasil USG dengan kesan nefrolitiasis dextra, hidronefrosisgradeII akibat


batu distal ureter, sistitis

Gambar 2 Pemeriksan CT-Scan abdomen didapatkan Didapatkan kesanhidronefrosis


ringan akibat batu pyelum, nefrolitiasis kanan

VII. TINDAKAN DAN TERAPI


Tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk menolong keselamatan klien
dan terapi farmakologis (obat-obatan) apa saja yang sudah diberikan.

Terapi non-medikamentosa:
• istirahat (tirah baring)
• diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam
• asupan cairan dan elektrolit yang seimbang.
Terapi medikamentosa:
• pemberian oksigen nasal kanul 3-4 liter per menit
• cairan dengan infus Nacl 0,9% 8 tetes per menit
• hemodialisa elektif
• injeksi ondansentron 2 × 4 mg intra vena
• injeksi metamizol 2 × 1 ampul
• injeksi omeprazol 2 × 1 vial
• amlodipine 1 × 10 mg.
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 DS:
Klien mengatakan mengalami
nyeri pinggang sejak 1 tahun yang
lalu sampai sekarang. Klien
mengatakan nyeri pinggang bagian
kanan. Selama seminggu ini nyeri
semakin memberat, Nyeri bersifat
hilang timbul. Agen cedera Nyeri Akut
fisiologi (D.0077)
DO:
Tekanan darah: 150/90 mmHg,
N :96 x/mnt
RR: 24 x/mnt
S :36,8°C.
2 DS:
Pasien juga mengeluhkan buang air
kecil sedikit-sedikit sejak satu
minggu

DO:
• Frekuensi buang air kecil (BAK)
3-4 kali sehari dengan volume Infeksi ginjal dan Gangguan eliminasi
100-200 cc setiap kali BAK. saluran kemih urin
• Warna kencing kuning dan lebih (D.0040)
pekat.
• Tekanan darah: 150/90 mmHg,
• N : 96 x/mnt
• RR : 24 x/mnt
• S :36,8°C.
• KIMIA DARAH
• Ureum :103 mg / dl
• Creatinin: 9,17mg / dl

3 DS :
pasien mengeluh perut terasa mual Faktor resiko:
dan muntah darah disfungsi ginjal Resiko ketidak
DO: seimbangan
Analisa elektrolit Kodisi klinis elektrolit
• Natrium :130 mmol / l terkait: (D.0037)
• Kalium : 3,7 mmol / l Gagal ginjal
• Clorida : 96 mmol / l
No.Diagnosa SDKI SLKI SIKI
(D.0040) Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
urin keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan (Kontinensia urin 1. Observasi
L.04036) membaik dengan kriteria o Identifkasi tanda dan gejala retensi atau
hasil : inkontinensia urine
• Kemampuan berkemih o Identifikasi faktor yang menyebabkan
membaik retensi atau inkontinensia urine
• Nokturia menurun o Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi,
• Residu volume urin setelah konsistensi, aroma, volume, dan warna)
berkemih menurun 2. Terapeutik
o Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
• Distensi kandung kemih
o Batasi asupan cairan, jika perlu
menurun
o Ambil sampel urine tengah (midstream) atau
• Dribbling menurun kultur
• Hesitancy menurun 3. Edukasi
• Verbalisasi pengeluaran urin o Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
tidak tuntas menurun kemih
• Frekuensi berkemih o Ajarkan mengukur asupan cairan dan
membaik haluaran urine
• Sensasi berkemih membaik o Anjurkan mengambil specimen urine
midstream
o Ajarkan mengenali tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk berkemih
o Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-
otot pinggul/berkemihan
o Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
o Anjurkan mengurangi minum menjelang
tidur
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian obat suposituria
uretra jika perlu

(D.0077) Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I. 08238)
keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan (tingkat nyeri L.08066) 1. Observasi
menurun dengan kriteria hasil : o lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
• Keluhan nyeri menurun kualitas, intensitas nyeri
• Meringis menurun o Identifikasi skala nyeri
• Gelisah menurun o Identifikasi respon nyeri non verbal
o Identifikasi faktor yang memperberat dan
• Perasaan depresi menurun
memperingan nyeri
• Anoreksia menurun o Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
• Perinium terasa tertekan tentang nyeri
menurun o Identifikasi pengaruh budaya terhadap
• Ketegangan oton menurn respon nyeri
• Muntah menurun o Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
• Mual menurun hidup
• Frekuensi nasi membaik o Monitor keberhasilan terapi komplementer
• Pola napas membaik yang sudah diberikan
o Monitor efek samping penggunaan analgetik
• Tekanan darah membaik
2. Terapeutik
• Fungsi berkemih membaik o Berikan teknik nonfarmakologis untuk
• Nafsu makan membaik mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
• Pola tidur membaik hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
o Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
o Fasilitasi istirahat dan tidur
o Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
o Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
o Jelaskan strategi meredakan nyeri
o Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
o Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
o Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

(D.0037) Resiko ketidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Elektrolit (I.03122)


seimbangan elektrolit keperawatan selama 1x24 jam,
diharapkan (Keseimbangan 1. Observasi
elektrolit L.03021) meningkat o Identifkasi kemungkinan penyebab
dengan kriteria hasil : ketidakseimbangan elektrolit
• Serum natirum membaik o Monitor kadar eletrolit serum
• Serum kalium membaik o Monitor mual, muntah dan diare
o Monitor kehilangan cairan, jika perlu
• Serum klorida membaik o Monitor tanda dan gejala hypokalemia (mis.
• Serum kalsium membaik Kelemahan otot, interval QT memanjang,
• Serum magnesium membaik gelombang T datar atau terbalik, depresi
segmen ST, gelombang U, kelelahan,
• Serum fosfor membaik
parestesia, penurunan refleks, anoreksia,
konstipasi, motilitas usus menurun, pusing,
depresi pernapasan)
o Monitor tanda dan gejala hyperkalemia (mis.
Peka rangsang, gelisah, mual, munta,
takikardia mengarah ke bradikardia,
fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T
tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS
tumpul, blok jantung mengarah asistol)
o Monitor tanda dan gejala hipontremia (mis.
Disorientasi, otot berkedut, sakit kepala,
membrane mukosa kering, hipotensi
postural, kejang, letargi, penurunan
kesadaran)
o Monitor tanda dan gejala hypernatremia
(mis. Haus, demam, mual, muntah, gelisah,
peka rangsang, membrane mukosa kering,
takikardia, hipotensi, letargi, konfusi,
kejang)
o Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis.
Peka rangsang, tanda IChvostekI [spasme
otot wajah], tanda Trousseau [spasme
karpal], kram otot, interval QT memanjang)
o Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia
(mis. Nyeri tulang, haus, anoreksia, letargi,
kelemahan otot, segmen QT memendek,
gelombang T lebar, kompleks QRS lebar,
interval PR memanjang)
o Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia
(mis. Depresi pernapasan, apatis, tanda
Chvostek, tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
o Monitor tanda dan gejala hipomagnesia
(mis. Kelemahan otot, hiporefleks,
bradikardia, depresi SSP, letargi, koma,
depresi)
2. Terapeutik
o Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
o Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
o Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
o Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
BAB III
Analisis Intervensi berdasarkan Jurnal EBN

A. Diagnosa Nyeri Akut


Judul Jurnal: Pengaruh Intradyalitic Exercise terhadap Penurunan Nyeri Pasien
Hemodialisis Rutin di Unit Hemodialisa di Unit Hemodialisa RSUD Dr.Tjitrowardojo
Purworejo (April,2018)
Oleh: Wiwit Sugiarti, Sri Nabawiyati Nurul Makiyah, Azizah Khoiriyati
)\
3Sumber: https://www.researchgate.net/publication/334281643

Analisis:

Pengaruh
Intradialytic
exercise
terhadap
Penurunan
Skor Nyeri:

P:

Respondenn

ya 36

orang,

terdiri dari

18 pasien

yang diberi Intradialytic exercise sebagai kelompok intervensi dan 18 pasien lainnya hanya

diberikan distraksi-relaksasi konvensional sebagai kelompok kontrol.

Hasil penelitian secara inferensial membuktikan bahwa metode Intradialytic exercise lebih

efektif dalam menurunkan nyeri pasien HD rutin dibandingkan metode distraksi-relaksasi

konvensional yang sampai saat ini masih diterapkan di Unit Hemodialisa RSUD Dr.

Tjitrowardojo Purworejo. Efektifnya metode Intradialytic exercise dalam menurunkan nyeri

pasien HD rutin pada dasarnya berkaitan erat dengan pengurangan derajat faktor penyebab

terjadinya komplikasi nyeri pada pasien GGK yang menjalani HD apabila metode Intradialytic

exercise dilakukan sesuai SOP.

I:Intradialytic exercise yang dilakukan terus menerus penting untuk pasien HD karena

memberikan manfaat bukan sekedar peningkatan fungsional fisik namun juga mampu
meningkatkan kadar oksigen dan menguatkan kekuatan otot, status nutrisi, hematological indexes,

mengurangi depresi, dan mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh secara

keseluruhan (Tae-Du Jung, 2011; Fritz, 2005; Potter & Perry, 2006). Intradialytic exercisesecara

signifikan meningkatkan kekuatan otot dan ukuran miofiber pada pasien GGK. Adanya

pengurangan aktivitas akan dapat menyebabkan penurunan kekuatan dan lebih lanjut

mengakibatkan atrofi pada otot.Teknik latihan intradialisis dengan intradialytic stretching exercise

dapat menurunkan skala nyeri dari skala sangat nyeri menjadi nyeri sedang (Issac, 2016).

O: kelompok intervensi terjadi penurunan skor nyeri rata-rata sebesar 4,28 (dari pretes

sebesar 5,83 sampai postes sebesar 1,56). Penurunan skor nyeri pada kelompok intervensi

tersebut ternyata signifikan, terbukti dengan diperolehnya nilai signifikansi p = 0,000 (lebih

kecil dibandingkan 0,05). Dengan demikian terbukti bahwa pada kelompok intervensi terjadi

penurunan skor nyeri yang signifikan dari pretes sampai postes. Pada kelompok kontrol terjadi

penurunan skor nyeri rata-rata sebesar 2 (dari pretes sebesar 5,67 sampai postes sebesar 3,67).

Penurunan skor nyeri pada kelompok kontrol tersebut ternyata juga signifikan, terbukti dengan

diperolehnya nilai signifikansi p = 0,000 (lebih kecil dibandingkan 0,05). Dengan demikian

terbukti bahwa pada kelompok kontrol terjadi penurunan skor nyeri yang signifikan dari pretes

sampai postes
B. Diagnosa: resiko ketidakseimbangan elektrolit
Judul: Pemntauan Intake Output Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat
Mencegah Overload Cairan
Oleh: Fany Angraini (2016)
Sumber: Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 19 No.3, November 2016, hal 152-160
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203 DOI : 10.7454/jki.v19i3.475

Analisa:

I: Intervensi berupa pemantauan status mental pada pasien GGK merupakan hal yang

penting karena salah satu kemungkinan penyebab perubahan status mental pada pasien GGK

adalah perpindahan cairan dari pembuluh darah otak menuju jaringan interstisial (edema

serebral). Meskipun perubahan status mental pada pasien GGK lebih sering disebabkan karena

akumulasi ureum dalam darah, namun akumulasi cairan pada jaringan otak dapat diprediksi

menjadi kemungkinan penyebab lainnya (Ignatavicius & Workman, 2010).

Intervensi yang disusun adalah : (1) Pemantauan elektrolit : observasi hasil lab,

observasi hasil EKG, Observasi tanda-tanda terjadinya kelebihan atau kekurangan elektrolit

meliputi kalium dan natrium, pantau makanan yang dikonsumsi klien. (2) Manajemen elektrolit

: berikan edukasi tentang pembatasan kalium dan natrium. (3) Pemantauan cairan : tentukan

lokasi dan derajat edema, kaji komplikasi pulmonal atau kardivaskuler, pantau lingkar abdomen

dan atau ekstremitas, observasi adanya tanda-tanda perdarahan selama HD. (4) Manajemen

cairan : timbang berat badan setiap hari, kaji turgor kulit dan derajat edema, kaji adanya distensi
vena leher, CVP atau tekanan kapiler paru, pantau TD, denyut nadi dan irama, hitung

keseimbangan cairan, pantau kecepatan QB pada saat HD, antau lama HD, batasi masukan

cairan, identifikasi sumber potensial cairan seperti medikasi dan cairan yang digunakan untuk

pengobatan oral dan intravena serta makanan. (5) Manajemen hipervolemia : jelaskan pada

pasien dan keluarga alasan pembatasan cairan. (6) Manajemen eliminasi urine.

O: Terdapat skor yang siknifikan p = 0,000 (lebih kecil dibandingkan 0,05). Dengan demikian

terbukti bahwa pada kelompok intervensi terdapat efek pemantaun cairan terhadap overload

cairan pada pasien dengan gagal ginjal.


C. Diagnosa: resiko ketidakseimbangan elektrolit
Judul: Pelaksanaan Pembatasan Asupan Cairan dan Natrium pada Pasien Penyakit
Gagal Ginjal Kronis
Oleh: Harsismanto; Rifa’i; Tuti Anggrini (Januari,2015)

Analisa:

P : 184 orang dengan rincian yaitu pasien baru mencapai 131 orang dan pasien lama 53
orang
I:Untuk menghindari keadaan yang dapat memperburuk kondisi pasien penyakit ginjal

kronik akibat kelebihan cairan (overload) dan retensi natrium maka perlu dilakukan

pembatasan dan kontrol atau diet yang tepat terhadap jumlah asupan cairan dan natrium yang

dikonsumsi oleh pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisa. Pembatasan jumlah

asupan cairan berdasarkan jumlah urin yang keluar, yaitu jumlah urin 24 jam ditambah 500 mL

sebagai IWL atau kehilangan cairan yang tidak disadari berupa keringat dan pernapasan, begitu

juga dengan natrium melihat jumlah urin yang keluar dengan jumlah tidak lebih dari 2,3 gram

natrium atau berdasarkan takaran yaitu 4,7-5,8 gram garam (Hartono, 2008).

Hartono, 2008 juga menyatakan banyak cara yang dilakukan untuk melaksanakan

kontrol terhadap jumlah cairan dan natrium yang bisa dilakukan seperti menggunakan sedikit

saja garam pada saat memasak dan jangan menambahkan lagi pada saat makan, mengukur urin

dalam 24 jam secara rutin, mengukur jumlah cairan yang diperbolehkan kedalam botol yang

mempunyai skala ukur, membagi cairan dengan jumlah yang sama banyaknya dalam waktu 24
jam, menggunakan cangkir atau gelas yang kecil untuk minum, jika mungkin minumlah

separuhnya saja, mengulum es batu untuk mengurangi rasa haus, sering berkumur tetapi tidak

menelan air yang dipakai berkumur.

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa pasien penyakit ginjal kronik

melaksanakan pembatasan atau kontrol terhadap asupan cairan dan natrium yang bisa

dikonsumsi namun belum berjalan dengan baik. Karena masih ada informan tidak

melaksanakan dengan baik pembatasan asupan cairan dan natrium sesuai dengan langkah-

langkah yang dianjurkan, seperti tidak pernah mengukur kembali jumlah urin selama 24 jam

dan menakar jumlah asupan cairan yang bisa diminum dalam botol atau gelar takar. Dari

penelitian juga didapat hasil bahwa meski telah mengetahui jumlah yang bisa dikonsumsi,

pasien tetap terlalu banyak minum, akibatnya terjadi edema perifer, acites dan peningkatan

tekanan darah.

Untuk pembatasan natrium keempat informan hanya mengurangi jumlah asupan

garam dan menghindari makanan yang mengandung garam tinggi tanpa menggunakan takaran

yang dianjurkan untuk pasien hemodialisa yaitu tidak lebih dari 2,3 gr natrium atau setara

dengan setengah sendok teh garam. Informasi lain dari perawat pelaksana, menyatakan sulit

untuk menerapkan pembatasan asupan cairan dan natrium yang baik, karena tidak hanya dari

minum saja, sumber cairan juga dari makanan dan buah yang mereka konsumsi, selain itu

karena waktu hemodialisa hanya 4 jam, saat itu perawat bisa mengontrol asupan cairan dan

natrium pasien, selebihnya pasien sendiri yang mengontrol dan itu tidak dapat dipastikan

apakah baik atau tidak, akibatnya pasien datang dengan gejala kelebihan cairan, sudah bengkak,

kembung hingga sesak.

D. Diganosa: Gangguan Eliminasi Urin

Jurnal :Aspek Keperawatan pada Inkontinesia Urin


Oleh : Dena Dewi sartika Lestari Ismail (2013)

Analisis:

Intervensi Perilaku

1. Bantuan toileting (avoiding/toiletingasisstance)


a. Jadwal berkemih, jadwal direkomen-dasikan disusun untuk satu hari penuh. Dengan

menggunakan jadwal berkemih klien diharapkan lebih patuh terhadap waktu berkemih yang

telah disepakati. Interval berkemih pada umumnya setiap 2 jam.

b. Latihan merubah kebiasaan

Merupakan latihan penyesuaian antara kebiasaan klien berkemih dengan jadwal yang telah

tersusun. Hal-hal yang disesuaikan antara lain adalah frekuensi, volume, pola kontinen dan

inkontinence. Dengan jadwal dan latihan penyesuaian diharapkan klien dapat mempunyai pola

baru.

c. Prompted voiding (mengatakan denganbisikan pada diri sendiri untuk menahan atau mengatur

BAK). Bisikan untuk BAK dilakukan setiap interval 2 jam. Tindakan ini direkomendasikan

untuk klien yang

mengalami penurunan sensori untuk merasakan regangan pada bladder dan penurunan

rangsangan berkemih. Pada pasien yang mengalami kelemahan bisikan dilakukan oleh

caregiver. Bila klien berhasil melakukan BAK maka diberi reward berupa umpan balik positif

(Hay-Smith et al, 20020.

2. Bladder training/ bladder re-education

Bladder training sangat direkomendasikan pada pasien yang mengalami Inkontinensia Urge atau

overactive Bladder (OAB) dan bisajuga dilakukan untuk pasien dengan stress inkontinensia.

Latihan yang dilkukan dalam bladder training adalah menunda berkemihsampai dengan batas

waktu yang telah ditentukan untuk melatih fungsi bladder dalam menampung urin sesuai ukuran

normal. Dalam penelitian terdapat perbaikan pada klien UI dengan bladdertraining sebesar 10-15

% (Roe et al, 2002;Chin, 2001; NIH, 1988). Terdapat persyaratan untuk klien yang akan

menjalani bladdertraining, klien mampu secara fisik, kognitifdan memiliki motivasi untuk latihan.

Bentuk latihan yang dilakukan adalah klien harus mematuhi jadwal berkemih yang telah

disepakati, selanjutnya klien diminta untuk menahan keinginan berkemih dengan melakukan

relaksasi atau distraksi sampai dengan interval waktu yang disepakati selesai (2-3jam). Latihan

ini membutuhkanwaktu beberapa bulan sehingga memperlihatkan perubahan pada klien.


3. Latihan otot dasar panggul

Latihan otot dasar panggul sangat berpengaruh dalam memperbaikai stress inkontinensia.

Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan kekuatan otot periuretra dan otot dasar pelvis.

Pasien yang dapat melakukan latihan ini sebaiknya memiliki beberapa kriteria sepert : 1)

kondisi anatomi normal dan intact; 2) tidak terdapat organ pelvis yang prolaps; 3) kekuatan dan

kontraktilitas otot cukup. Terdapat 5 tahapan dalam latihan ini (terlampir). Beberapa alat telah

diciptakan untuk meningkatkan kekuatan otot dasar panggul seperti; vaginal cone, stimulasi

electrik, Biofeedback dan extracorporeal Magnetic Innervation therapy (Doughty, 2006).

Pengukuran dan Dukungan Perawatan

1. Kateter urin intermiten

Kateter urin intermiten di rekomendasikan pada pasien dengan UI fungsional, UI Neurogenik

atau Reflek, atau klien yang mengalami penurunan kemampuan kognitif (Doughty,2006).

Tujuan tindakan ini adalah untuk mencegah kerusakan pada otot detrusor sebagai akibat

regangan yang berlebihan. Pengeluaran urin dengan menggunakan intermitent kateter

dilakukan setiap 3-6 jam.

2. Indwelling urinary catheterisation Indwelling urinary catheter jarang digunakanpada pasien UI. Menurut

CDC dan AHCR indwelling catheter diindikasikan pada : 1)klien yang mengalami retensi urin dan

tidak dapat dikelola; 2) pada klien dengan penyakit terminal dan parah; 3) pasien yang

mengalami ulkus dekubitus stage 3 atau 4 dilakukan sampai luka sembuh; 4) pasien UI yang

dirawat dirumah dan caregiver tidak dapat membantu toileting. Perlu diperhatikan tanda-tanda

ISK pada pasien dengan indwelling kateter (Doughty,2006).

3. External collection systems

External collection system digunakan oleh klien laki-laki, secara umum dibagi dua yaitu peralatan

kompresi uretra dan external kateter. Peralatan kompresi uretra menahan urin dengan
melakukan penekanan pada korpus spongiosum, terdapar dua tipe alat yaitu penile clamp dan

inftable compression cuff. Alat ini jarang digunakan karena adanya risiko iskemia pada penis,

prosedur ini biasanya dilakukan

pada pasien yang dapat mengerti dan dapat menjalankan prosedur pengosongan setiap 3 jam.

External catheter atau komdom kateter merupakan alat yang sering menjadi pilihan pada klien

laki-laki dibanding absorbent dan indwelling kateter. Klien yangmenggunakan alat ini harus

memiliki kulit penis yang intact (Jayachandran et al, 1985).

Absorbent products

Absorbent products digunakan untukmencegah kebocoran pada saat klien beraktivitas sosial atau

pada klien dengan UI yang tidak dapat dikelola. Terdapat dua tipe absorben yaitu : underpads

atau bedpads dan bodyworn product. Risiko yang terjadi pada pengguanaan absorbent adalah

maserasi dan iritasi perineal.

4. Manajemen diet dan cairan

Klien inkontinensia dianjurkan untuk meningkatkan asupan cairan dan makanan berserat.

Klien dianjurkan untuk mengurangi minuman yang mengandung kafein, minuman karbonasi,

jenis minuman lain yang dapat meningkatkan rangsang berkemih lebih cepat. Peningkatan

makan berserat sangat penting untuk klien guna mencegah terjadinya konstipasi atau impaksi

yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya inkontinesi urin karena adanya penekanan

pada bladder dalam jangkawaktu lama.

O:

E. Diagnosa: Nyeri akut


Judul:Pengaruh teknik relaksasi dan teknik distraksi terhadap perubahan intensitas
nyeri pada pasien post operasi di ruangan Irna A atas RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou
Manado
Oleh: Stania F.Y Rampengan (2014)
Analisis:

P: terdapat 30 responden yang dibagi menjadi 2

O:Dari hasil uji yang dilakukan, didapatkan nilai Mean sebelum dilakukan teknik relaksasi yaitu

2,67, sedangkan nilai Mean sebelum dilakukan teknik distraksi yaitu 3,07. Terdapat perbedaan

dari nilai mean sebelum diberikan teknik relaksasi dan teknik distraksi, dimana nilai mean

teknik distraksi lebih tinggi dibanding teknik distraksi, hal ini disebabkan karena beberapa hal,

diantaranya perbedaan persepsi nyeri oleh masing-masing responden, tidak homogennya jenis

operasi yang dialami responden juga mempengaruhi intensitas nyeri yang dirasakan oleh

responden.

Teknik Relaksasi: Hasil penelitian terhadap 15 responden sebelum dilakukan teknik

relaksasi didapatkan hasil sebagian besar responden mengalami intensitas nyeri lebih nyeri yaitu

sebanyak 6 orang (40%), intensitas nyeri sedikit lebih nyeri sebanyak 4 orang (26,7%),

intensitas nyeri sangat nyeri 3 orang (20%) dan intensitas nyeri sedikit nyeri sebanyak 2 orang

(13,3%). Setelah dilakukan teknik relaksasi, sebanyak 2 responden menyatakan tidak

mengalami nyeri dan tidak ada responden yang mengalami intensitas nyeri sangat nyeri dan

intensitas nyeri lebih nyeri.

Teknik Distraksi: Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 15 responden didapatkan

hasil responden dengan intensitas nyeri sedikit lebih nyeri dan intensitas nyeri lebih nyeri yaitu

berjumlah masing-masing 5 orang atau 33,3%, reponden lain mengalami intensitas sangat nyeri
berjumlah 4 orang (26,7%) dan nyeri sangat hebat 1 orang(6,7%). Setelah diberikan teknik

distraksi terdapat 1 orang (6,7%) menyatakan tidak nyeri. Setelah dilakukan teknik distraksi

tidak terdapat pasien yang mengalami intensitas nyeri sangat nyeri dan nyeri sangat hebat.

O:1.Terdapat pengaruh yang bermakna teknik relaksasi terhadap perubahan intensitas nyeri

pada pasien post operasi di ruangan Irina A Atas RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,

dengan nilai p= 0,001 (p<0,05)

2. Terdapat pengaruh yang bermakna teknik distraksi terhadap perubahan intensitas nyeri pada

pasien post operasi di ruangan Irina A Atas RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, dengan

nilai p=0,001 (p<0,05).


BAB IV
Analisis Video Tindakan Via Youtube

A. Intradialytic Range of Motion (ROM)Exercise

Yotube: https://www.youtube.com/watch?v=KwRENd04Za0

Exercise terdiri dari 3tahap,yaitu pemanasan 5 menit, inti 20 menit dan

pendinginan 5 menit:

Pada tahap pemanasan, gerakan flexibility atau stretching dari ekstremitas atas

dan bawah dilakukan sebanyak 8 kali pengulangan.

Pada tahap inti gerakan flexibility atau stretching dari ekstremitas atas dan bawah

dilakukan sebanyak 20kalipengulangandandiakhiridengangerakanmengayuhsepeda

ataubikeridingmovementyangdimodifikasidaricyclingexercise.Gerakanmengayuh

sepedaataubikeridingmovementpadakeduakakidilakukansampaiwaktu20menit

selesai.

Selanjutnya,padatahappendinginan,gerakanyangdilakukansama,yaituflexibilityatau

stretchingdariekstremitasatasdanbawah,namunpengulangandilakukansebanyak4

kali dan ditutup dengan latihanpernapasan.

B. Teknik Relaksasi NafasDalam

Youtube https://www.youtube.com/watch?v=j-lSwpRGZ2I

a) Menjelaskanmaksud,tujuan,dancaradilakukannyateknikrelaksasiPernapasan

b) Persiapan sebelumpelaksanaan:

a. Persiapanruangan:ruanganyangnyamandanminimalkankebisingandangangguan.

b. Persiapan pasien: Minta pasien untuk berbaring denganrileks.


c) Langkah-langkahtindakankeperawatanTeknikRelaksasiNapasDalam:

a. Mencari posisi yang palingnyaman

b. Pasien meletakkan lengan disampingpasien

c. Kaki jangan disilangkan

d. Tariknapasdalam,rasakanperutdandadaandaterangkatperlahan

e. Rileks, keluarkan napas denganperlahan-lahan

f. Hitungsampai4,tariknapaspadahitungan1dan2,keluarkannapaspadahitungan 3

dan 47.

g. Lanjutkan bernapas dengan perlahan, rilekskan tubuh, perhatikan setiap ketegangan

padaotot.

h. Lanjutkan untuk bernapas danrileks.

i. Konsentrasipadawajahanda,rahanganda,leheranda,perhatikansetiapkesulitan

j. Napasdalamkehangatandanrelaksasikosentrasisetiapketeganganditangananda,

perhatikan bagaimana rasanya

k. Sekarangbuatkepalan-kepalantanganyangkuat,saatandamulaimengeluarkan

napas, relaksasikan kepala dan tangananda.

l. Perhatikanapayangdirasakantangananda,pikir“rileks”tanganandaterasahangat,

berat atauringan.

m. Upayakan untuk lebih rileks dan lebih rilekslagi.

n. Sekarangfokuspadalenganatasanda,perhatikansetiapketegangan,relaksasikan

lengananda,biarkanperasaanrelaksasimenyebardarijari-jaridantanganandamelalui otot

lengan anda. (Sumber: Murni,2014)


C. Intervensi: resiko ketidakseimbanganelektrolit

Pengukuran JVP (jugularis venouspressure)

Youtube:https://www.youtube.com/watch?v=CGernHLnEfo

Peralatan

• Pengaris 2buah

• Catatan

• Bantal 1buah

• Alattulis

. Fase prainteraksi

• Vertifikasidata

• Cucitangan

• Siapkanalat

• Dekatkan alat denganpasien

Fase orientasi

a. Berikansalam

b. Tanyakan identitas pasien dan mencoocokan dengan gelangpasien

c. Perkenalkandiri

d. Jelaskan tujuan danprosedur

e. Tanyakan persetujuanpasien
Fase kerja

Jagaprivasi

Aturpadaposisisemiflowerdengankepaladitinggikan30–45 o

Bebaskan daerah leher dari apapun

Tentukan miniskus vena jugularis dengan cara bendung area bawah vena

jugularisdenganibujarinondominan,laludenganibujaritangandominan tekan

dari bawah bendungan lalu tarik ke atassa dan lepaskan ibu jari tanggan

secara bersamaan, dan lihat denyutpertama itu.

Letakanpengaristegaklurusdindingdadasetinggisudutsternayaitupada

intercosta 2 mid sternalis (sudut angulus ludovici) dan pengaris kedua

sejajar miniskus venajugularis

Ukur tinggi miniskus venajugularis

Catat hasilpengukurn

Rapikanpasien

Fase terminasi

Evaluasi responpasien

Sampaikan rencana tindaklanjut

Pamitan

Cucitangan

Catat dalam lembar catatankeperawatan

(Kozier B, Erb G, berman A, snyder s. Buku ajar praktikk keperawatan klinis 5th ed.
EGC;2009 )
(http://epomedicine.com/clinical -medicine/clinical -examination-jugular-venous-
pulse-pressure-jvp/)
D. Intervensi RetensiUrine
Pemasangankateter
https://www.youtube.com/watch?v=7J5ecC3dFu0

PERSIAPAN ALAT

a) Handshoensteril

b) Handschoen onsteril

c) Kateter steril sesuai ukuran danjenis

d) Urobag

e) Doek lubangsteril

f) Jelly

g) Lidokain1%dicampurjelly(perbandingan1:1)masukkandalamspuit(tanpa

jarum)

h) Larutan antiseptic + kassa steril

i) Perlak danpengalas

j) Pinsetanatomis

k) Bengkok

l) Spuit10 cc berisiaquades

m) Urinalbag

n) Plester /hypavik

o) Gunting

p) Sampiran
CARA KERJA PASIEN PRIA

a) Memperkenalkandiri

b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

c) Siapkan alat disampingklien

d) Siapkan ruangan dan pasangsampiran

e) Cucitangan

f) Atur posisi psien dengan terlentangabduksi

g) Pasangpengalas

h) Pasang selimut, daerah genetaliaterbuka

i) Pasan handschoen onsteril

j) Letakkan bengkok diantara keduapaha

k) Cukur rmabut pubis

l) Lepassarungtangandangantidengansarungtangansteril

m) Pasang doek lubangsteril

n) Pegang penis dengan tangan kiri lalu preputium ditarik ke pangkalnya dan

bersihkan dengan kassa dan antiseptic dengan tangankanan

o) Berijellypadaujungkateter(12,5–17,5cm).Pemasanganindwellingpada pria :

jellydan lidokain denga perbandingan 1 : 1 masukkan kedalan uretra

dengan spuit tanpajarum

p) Ujunguretraditekandenganujungjarikuranglebih3-5menitsambildimasase

q) Masukkan kateter pelan – pelan, batang penis diarahkan tegak lurus deng

bidanghorisontalsambilanjurkanuntukmenariknapas.Perhatikanekspresi

klien
r) Jika tertahan jangan dipaksa

s) Setelahkatetermasukisibalondengancaranaquadesbilauntukindwelling,

fiksasiujungkateterdipahapasien.Pasangurobagdisampingtempattidur

t) Lihat respon klien dan rapikanalat

u) Cucitangan

v) Dokumentasikantindakan

PADA PASIEN WANITA

a) Memperkenakandiri

b) Jelaskan prosedur yang akandilakukan

c) Siapkan alat di sampingklien

d) Siapkan ruangan dan pasangsampiran

e) Cucitangan

f) Atur posisi pasien dengan telentangabduksi

g) Berdiri disebelah kanan tempat tidurklien

h) Pasangpengalas

i) Pasang selimut, daerah genetaliaterbuka

j) Pasang handschoen onsteril

k) Letakkan bnengkok diantara keduapaha

l) Cukur rambut pubis

m) Lepassarungtangandangantidengansarungtangansteril

n) Pasangdoek
o) Bersikanvulvadengankasa,bukalabiamayoer,denganibujaridantelunjuk

tangan kiri, bersihkan bagiandalam

p) Berijellypadaujungkateter(2,5–5cm)lalumasukkanpelan–pelanujung

kateterpadameatusuretrasambilpasiendianjurkanmenariknapas.Perhaikan

responklien

q) Setelahkatetermasukisibalondengancairanaquades10cc

r) Fiksasi

s) Sambung denganurobag

t) Rapikanalat

u) Buka handchoen dan cucitangan

v) Dokumentasikantindakan

E. Intervensi: resiko ketidakseimbanganelektrolit

Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=mzO7x7b-08U

Alat:

1. Standarinfus

2. Cairan infus sesuai kebutuhan

3. IVCatheter/WingsNeedle/Abocathsesuaikebutuhan

4. Perlak

5. Tourniquet

6. Plester

7. Guntung
8. Bengkok

9. Sarung tanganbersih

10. Kassasteril

11. Kapal alkohol /Alkohol swab

12. Betadine

Pelaksanaan

1. Cucitangan

2. Dekatkanalat

3. Jelaskankepadakliententangprosedurdansensasiyangakandirasakanselama

pemasanganinfus

4. Aturposisipasien/berbaring

5. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan

gantungkan pada standarinfus

6. Menentukan area vena yang akanditusuk

7. Pasangalas

8. Pasangtourniketpembendung±15cmdiatasvenayangakanditusuk

9. Pakai sarungtangan

10. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10cm

11. TusukanIVcatheterkevenadenganjarummenghadapkejantung

12. Pastikan jarum IV masuk kevena


13. Sambungkan jarum IV dengan selanginfus

14. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempatinsersi

15. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudianplester

16. Atur tetesan infus sesuai programmedis

17. Lepas sarungtangan

18. Pasanglabelpelaksanaantindakanyangberisi:namapelaksana,tanggaldanjam

pelaksanaan

19. Bereskanalat

20. Cucitangan

21. Observasidanevaluasiresponpasien,catatpadadokumentasikeperawatan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34787972/ASKEP_BATU_GINJAL.docx

https://id.scribd.com/doc/179568689/LAPORAN-PENDAHULUAN-BATU-

GINJAL-doc

https://id.scribd.com/document/378911909/Laporan-Pendahuluan-Batu-Ginjal

http://eprints.umbjm.ac.id/721/5/BAB%202.pdf

Muttaqin, Arif.,& Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2011). Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Dalam Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

PurnomoBasukiB.BatuGinjaldanUreterdalamDasar-DasarUrologi.Yogyakarta:

Sagung Seto. 2011.Hal85-98.

SudoyoAW.BukuAjarIlmuPenyakitDalam.Batukandungkemih.JilidI.EdisiIV.

2006. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 563-5

SILVIANA SARI 2014 CASE REPORT SESSION DAN BED SITETEACHING

NEFROLITHIASIS

http://eprints.umbjm.ac.id/721/5/BAB%202.pdf

https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/3990

https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1080/920

Jurnal:https://www.researchgate.net/publication/334281643 3

Sugiarti,Wiwit.(2018).PENGARUHINTRADYALITICEXERCISETERHADAP

PENURUNAN NYERI PASIEN HEMODIALISA RUTIN DI UNIT

HEMODIALISA RSUD Dr. TJITROWARDOJOPURWOREJO

http://epomedicine.com/clinical-medicine/clinical-examination-jugular-venous-
pulse-pressure-jvp/

https://www.youtube.com/watch?v=KwRE

Nd04Za0

https://www.youtube.com/watch?v=j-

lSwpRGZ2I

https://www.youtube.com/watch?v=CGern

HLnEfo

https://www.youtube.com/watch?v=7J5ecC

3dFu0

https://www.youtube.com/watch?v=mzO7x

7b-08U

Anda mungkin juga menyukai