Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN UROLITIASIS

Kelompok 2:
Aisyah Datun Aini 214201516076
Cindy Pramesti Rahayu 214201516083
Diajeng Ngalem Borowati 214201516127
Dwi Nur Hidayanti 214201516071
Dwitami Aprilia Setyana 214201516119
Lia Amanda 214201516126
Refi Dhea Al Wafa 214201516116
Riska Oktaviani 214201516111
Zahra Fauiyyah 214201516099

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Konsep Dan Asuhan Keperawatan
Urolitiasis”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Jakarta, 01 Juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Urolithiasis atau batu saluran kemih didefinisikan sebagai
terbentuknya batu berupa kristal yang mengendap dari urin dalam saluran
kemih yang meliputi batu ginjal, ureter, buli, dan uretra. Laki-laki lebih
sering terjadi dibandingkan perempuan yaitu 3:1 dengan puncak insiden
terjadi pada usia 40-50 tahun. Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada
hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi
saluran kemih, dehidrasi, dan idiopatik. Selain anamnesis, penegakan
diagnosis urolithiasis menggunakan pemeriksaanfisik dan ditunjang oleh
beberapa pemeriksaan penunjang, seperti urinalisis, fotopolos abdomen,
BNO-IVP, ultrasonografi, dan CT Scan. CT Scan merupakan Gold standart
pemeriksaan penunjang untuk diagnosis urolithiasis, namun tidak untuk
digunakan secara rutin (PERMATASARI, 2021).
Salah satu penyakit yang paling umum pada sistem kemih adalah
penyakit batu saluran kemih, atau urolitiasis. Di Indonesia dan di seluruh
dunia, urolitiasis merupakan kondisi yang tersebar luas yang masih
memberikan beban berat bagi kesehatan masyarakat yang sedang bekerja.
Munculnya ketidaknyamanan pinggang, hematuri, dan mual/muntah adalah
gejala urolitiasis. Batu saluran kemih, juga dikenal sebagai urolitiasis atau
batu saluran urin (BSK), diproduksi oleh endapan kristal urin (Silalahi, 2020
dalam Hastutik, Wijayanti and Mulyanto, 2023).
1.2. Rumusan Masalah
1. Konsep Penyakit Urolithiasis
2. Asuhan Keperawatan Urotlithiasis
1.1. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit Urolithiasis
2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan Urolithiasis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Penyakit
2.1.1. Definisi
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan
oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.
Urothiliasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu
itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal
yang terperangkap di suatu tempat sepanjang aluran perkemihan yang
tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran
dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam
diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal (Zuliani et al.,
2021).
2.1.2. Etiologi
Penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor intrinsik dan
ekstrinsik, yang mana pada faktor intrinsik meliputi:
1. Herediter
iduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur
Paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Pada faktor ekstrinsik meliputi:
1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain, sehingga dikenal sebagai
daerah Stone belt (Sabuk batu), iklim dan temperatur.
2. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
3. Diet
Diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium dapat mempermudah
terjadinya batu saluran kemih.
4. Faktor pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (Sedentary Life)
(Smeltzer, 2016 dalam (Istianah et al., 2022).
2.1.3. Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran
kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami
hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises
(stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli
neurogenic merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan
terjadinya pembentukan batu.

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-


bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine.
Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable
(tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-
kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan
menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih
besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih
rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih.
Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang
cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.

Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan,


adanya koloid didalam urine, konsentrasi solut di dalam urine,
laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus
alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti
batu. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu
kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan
fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat;
sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium
amonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan
batu jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-
batu di atas hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih
yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama.
Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam
suasanya asam, sedangkan batu magnesium ammonium fosfat
terbentuk karena urine bersifat basa (PERMATASARI, 2021).

2.1.4. Manifestasi Klinis


Urolithiasis menimbulkan berbagai manifestasi klinis
tergantung dimana letak batu, ada tidaknya sumbatan pada
saluran kemih serta tingkat infeksi yang dialami. Beberapa
manifestasi klinis tersebut dapat terjadi pada urolithiasis:
a. Nyeri
Nyeri yang disebabkan oleh batu pada saluran kemih dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Nyeri Kolik
Nyeri kolik disebabkan oleh batu yang tersangkut di
saluran kemih, menyebabkan resistensi dan iritasi pada
jaringan di sekitarnya. Kolik juga disebabkan oleh
peningkatan peristaltik otot polos pada sistem
perkemihan terutama ureter untuk mengeluarkan batu
dari saluran perkemihan. Peningkatan peristaltik
meningkatkan tekanan awal, yang meregangkan ujung
saraf dan menyebabkan sensasi nyeri.
2. Nyeri non-kolik
Nyeri non-kolik disebabkan oleh peregangan kapsul
ginjal akibat hidronefrosis atau infeksi pada ginjal,
menyebabkan nyeri hebat dan peningkatan produksi
prostaglandin E2 oleh ginjal. Rasa sakit semakin parah
saat batu bergerak ke bawah dan menyebabkan
penyumbatan. Batu yang terletak pada uretra yang
disebut dengan uretrolithiasis pada pria akan merasakan
nyeri di sekitar testis sedangkan pada wanita akan
merasakan nyeri disekitar labia.
b. Gangguan Berkemih
Pada penderita batu ginjal, saluran kemih di ginjal
menjadi tersumbat sehingga mengurangi jumlah urin yang
masuk ke kandung kemih. Sebaliknya pada penderita
urolithiasis, sumbatan urin terjadi di ujung saluran, sehingga
kemampuan. dalam berkemih tetap ada, namun sumbatan
pada saluran kemih menyebabkan urin berhenti. Batu yang
mempunyai ukuran kecil dapat lewat secara spontan melalui
obstruksi ureteropelvic junction saat ureter melintasi
pembuluh iliaka dan saat ureter memasuki kandung kemih.
c. Hematuria
Batu yang menyebabkan sumbatan pada ureter dapat
menyebabkan gesekan pada saat berkemih, namun hanya
sedikit urin yang keluar. Kondisi ini akan mengakibatkan
luka pada saluran kemih yang ditimbulkan oleh batu sebagai
akibatnya urin yang dikeluarkan bercampur darah
(hematuria). Hematuria selalu terjadi pada pasien dengan
batu saluran kemih, tetapi bila terjadi luka dalam sistem
perkemihan utamanya ginjal maka tak jarang mengakibatkan
hematuria yang parah. Hal ini dikarenakan pembuluh darah
dalam ginjal sangat banyak dan mempunyai sensitivitas yang
tinggi serta didukung apabila batu tersebut mempunyai
permukaan yang tajam.
d. Mual dan Muntah
Rasa tidak nyaman pada saat nyeri hebat terjadi
dapat mengakibatkan mual dan muntah. Hal ini dapat
membuat pasien mengalami stress berat dan merangsang
sekresi HCl di lambung.
e. Demam
Demam disebabkan oleh penyebaran bakteri ke
tempat lain. Tanda demam disertai hipotensi, palpasi,
vasodilatasi kulit merupakan tanda urosepsis. Urosepsis
adalah krisis dalam urologi. Di sini, lokalisasi kelainan
anatomi pada saluran kemih yang menjadi dasar munculnya
urosepsis, harus ditentukan secepat mungkin dan segera
diobati dalam bentuk drainase dan pemberian antibiotik.
f. Distensi Vesika Urinaria
Akumulasi urin yang besar melebihi kapasitas
kandung kemih, menyebabkan vasodilatasi kandung kemih
maksimal. Oleh karena itu, perawat akan merasakan
bendungan (distensi) saat perawat meraba area kandung
kemih.
2.1.5. Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan pasien mengenai batu saluran kemih dapat
bervariasi, mulai dari tanpa keluhan, nyeri pinggang
ringan hingga berat (kolik), disuria, hematuria, retensi
urine, dan anuria. Keluhan tersebut dapat disertai dengan
penyulit seperti demam dan tanda gagal ginjal (SMF
Urologi, 2010).
Kolik renal dan non-kolik renal merupakan 2 tipe
nyeri yang berasal dari ginjal. Kolik renal biasanya
disebabkan oleh peregangan collecting system atau
ureter, sedangkan non-kolik renal disebabkan oleh
distensi kapsul ginjal. Obstruksi saluran kemih
merupakan mekanisme utama penyebab kolik renal.
Kolik renal tidak selalu hilang timbul seperti kolik usus
atau kandung empedu, tetapi lebih konstan. Pasien
dengan batu ginjal biasanya mengalami nyeri akibat
obstruksi saluran kemih . Gejala kolik renal akut
tergantung pada lokasi batu. Selain itu, perlu ditanyakan
mengenai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penyakit batu saluran kemih seperti obesitas,
hiperparatiroid primer, malabsorbsi gastrointestinal,
penyakit usus atau pancreas (SMF Urologi, 2010).
Riwayat pola makan juga ditanyakan sebagai
predisposisi batu pada pasien, antara lain asupan
kalsium, cairan yang sedikit, garam yang tinggi, buah
dan sayur kurang, serta makanan tinggi purin yang
berlebihan, jenis minuman yang dikonsumsi, jumlah dan
jenis protein yang dikonsumsi (SMF Urologi, 2010).
Riwayat pengobatan dan suplemen seperti probenesid,
inhibitor protease, inhibitor lipase, kemoterapi, vitamin
C, vitamin D, kalsium, dan inhibitor karbonik anhidrase.
Apabila pasien mengalami demam atau ginjal tunggal
dan diagnosisnya diragukan, maka perlu segera
dilakukan pencitraan (Purnomo, 2014).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK sangat
bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai adanya
tanda-tanda sakit berat, tergantung pada letak batu dan
penyulit yang ditimbulkan (komplikasi) (Purnomo,
2014). Pasien yang hadir dengan kolik ginjal akut, sering
berusaha menemukan bantuan dalam perubahan
beberapa posisi. Fakta ini membantu membedakan
pasien dengan kondisi ini dari mereka yang menderita
peritonitis, yang takut untuk bergerak (Chung, 2017).
Pemeriksaan fisik urologi berupa pemeriksaan sudut
kostovertebra didapatkan nyeri tekan, nyeri ketok, dan
pembesaran ginjal. Pemeriksaan suprasimfisis adakah
yeri tekan, teraba batu, buli kesan penuh. Di genitalia
eksterna diperiksa teraba batu di uretra dan colok dubur
untuk mreraba batu di buli-buli (palpasi bimanual)
(Purnomo, 2014). Jika didapatkan demam hipotensi, dan
vasodilatasi kulit mungkin terlihat pada pasien dengan
urosepsis dan ini merupakan kedaruratan Urologi .
(Mittermayer, 1986).
DAFTAR PUSTAKA
Khalid, F. (2023). Keperawatan Perioperatif. Global Eksekutif Teknologi.
Basuki B Purnomo. 2014. Dasar-Dasar Urologi. Malang: Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya.

Chung, M. J. (2017) ‘Urolithiasis and nephrolithiasis’, JAAPA : official journal of


the American Academy of Physician Assistants, 30(9), pp. 49–50. doi:
10.1097/01.JAA.0000522145.52305.aa.

SMF Urologi (2010) Pedoman Diagnosis & Terapi, SMF Urologi Laboratorium
Ilmu Bedah, RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

Mittermayer, H. (1986) Mikrobiologische Befunde in Der Nephrologie, Wiener


Medizinische Wochenschrift.

Anda mungkin juga menyukai