Kelompok 2:
Aisyah Datun Aini 214201516076
Cindy Pramesti Rahayu 214201516083
Diajeng Ngalem Borowati 214201516127
Dwi Nur Hidayanti 214201516071
Dwitami Aprilia Setyana 214201516119
Lia Amanda 214201516126
Refi Dhea Al Wafa 214201516116
Riska Oktaviani 214201516111
Zahra Fauiyyah 214201516099
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Urolithiasis atau batu saluran kemih didefinisikan sebagai
terbentuknya batu berupa kristal yang mengendap dari urin dalam saluran
kemih yang meliputi batu ginjal, ureter, buli, dan uretra. Laki-laki lebih
sering terjadi dibandingkan perempuan yaitu 3:1 dengan puncak insiden
terjadi pada usia 40-50 tahun. Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada
hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi
saluran kemih, dehidrasi, dan idiopatik. Selain anamnesis, penegakan
diagnosis urolithiasis menggunakan pemeriksaanfisik dan ditunjang oleh
beberapa pemeriksaan penunjang, seperti urinalisis, fotopolos abdomen,
BNO-IVP, ultrasonografi, dan CT Scan. CT Scan merupakan Gold standart
pemeriksaan penunjang untuk diagnosis urolithiasis, namun tidak untuk
digunakan secara rutin (PERMATASARI, 2021).
Salah satu penyakit yang paling umum pada sistem kemih adalah
penyakit batu saluran kemih, atau urolitiasis. Di Indonesia dan di seluruh
dunia, urolitiasis merupakan kondisi yang tersebar luas yang masih
memberikan beban berat bagi kesehatan masyarakat yang sedang bekerja.
Munculnya ketidaknyamanan pinggang, hematuri, dan mual/muntah adalah
gejala urolitiasis. Batu saluran kemih, juga dikenal sebagai urolitiasis atau
batu saluran urin (BSK), diproduksi oleh endapan kristal urin (Silalahi, 2020
dalam Hastutik, Wijayanti and Mulyanto, 2023).
1.2. Rumusan Masalah
1. Konsep Penyakit Urolithiasis
2. Asuhan Keperawatan Urotlithiasis
1.1. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit Urolithiasis
2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan Urolithiasis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Penyakit
2.1.1. Definisi
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan
oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.
Urothiliasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu
itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal
yang terperangkap di suatu tempat sepanjang aluran perkemihan yang
tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran
dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam
diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal (Zuliani et al.,
2021).
2.1.2. Etiologi
Penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor intrinsik dan
ekstrinsik, yang mana pada faktor intrinsik meliputi:
1. Herediter
iduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur
Paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Pada faktor ekstrinsik meliputi:
1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang
lebih tinggi daripada daerah lain, sehingga dikenal sebagai
daerah Stone belt (Sabuk batu), iklim dan temperatur.
2. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
3. Diet
Diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium dapat mempermudah
terjadinya batu saluran kemih.
4. Faktor pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (Sedentary Life)
(Smeltzer, 2016 dalam (Istianah et al., 2022).
2.1.3. Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran
kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami
hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises
ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises
(stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli
neurogenic merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan
terjadinya pembentukan batu.
SMF Urologi (2010) Pedoman Diagnosis & Terapi, SMF Urologi Laboratorium
Ilmu Bedah, RSU Dr. Saiful Anwar Malang.