Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PANCASILA

DIAGNOSIS REAKTUALISASI NILAI-NILAI YANG


TERKANDUNG DALAM SILA-SILA PANCASILA

Nama Anggota :

1. Aisyah Datun Aini 214201516076


2. Fathiya Farhah F. A 214201516132
3. Jihaan Salma Tirani 214201516095
4. Novita Federlin Beanal 214201516129
5. Sita Amelia F. 214201516074

Dosen Pengampu: Sazali, S. Aq., M. Si


Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
2022

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
anugerah dan kenikmatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas kuliah dengan judul “Diagnosis Reaktualisasi Nilai-Nilai
Yang Terkandung Dalam Sila-Sila Pancasila” dalam bentuk makalah. Penulisan
makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila Program Studi S1
Keperawatan Universitas Nasional.
Kami diberi kelancaran dalam penyusunan tugas ini karena berkat dari
Tuhan Yang Maha Esa dan bimbingan dari teman – teman juga untuk
memudahkan kami, sehingga kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik.
Selanjutnya, kami merasa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan kami maupun materi yang tersaji,
mengingat keterbatasan kemampuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan penyusunan makalah ini. Akhirnya, kami berharap semoga
Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal pada semua pihak
yang telah memberikan kami bantuan, dorongan dan bimbingan kepada kami.

Jakarta, 17 April 2022

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.................................................................................................................7
2.1 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat…………………………………………………...7
2.2 Konsep Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat ....................................................8
2.3 Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Sistem Filsafat……………………9
2.4 Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat………………………..14
2.5 Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat……………………………...15
BAB III.....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................................18
3.2 Saran………………………………………………………………………………..18
Daftar Pustaka..........................................................................................................................19

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa
perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan Bahagia. Berdasarkan
pemikiran tersebut, dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan
kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri
atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif. (Socrates,
469-399 S.M.).

Sistem filsafat adalah kumpulan ajaran yang terkoordinasi, dengan ciri-ciri


tertentu yang berbeda dengan sistem lain, misalnya sistem ilmiah. Suatu sistem
filsafat harus komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu hal yang di luar
jangkauannya. Kalua tidak demikian maka hanya memandang realitas dari satu
samping atau tidak memadai. Suatu sistem filsafat dikatakan memadai kalua
mencakup suatu penjelasan terhadap semua gejala (Kattsoff, 1964).

Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh
seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan
proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga
baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
dan negara Indonesia.

Bentuk filsafat Pancasila digolongkan menjadi dua, yakni falsafah Pancasila


yang bersifat religious dan falsafah Pancasila mengenal adanya kebenaran mutlak
yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus mengakui keterbatasan
kemampuan manusia. Sedangkan falsafah Pancasila dalam arti praktis, digunakan

4
sebagai pedoman hidup sehari-hari, agar hidupnya dapat mencapai kebahagiaanlahir
batin, baik dunia maupun akhirat.

Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian


bangsa, makai a diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan.
Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak
berbeda, namun dalam 3 bah UUD yang pernah dimiliki yaitu dalam pembukaan uud
1945, dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia 1950. Pancasila tetap
tercantum didalamnya, lalu dikukuhkan dalam kehidupan kontitusional itu, Pancasila
selalu menjadi pegangan bersama disaat terjadi krisis masional dan ancaman terhadap
eksistensi bangsa.

Oleh karena itu, Pancasila merupakan dasar negara yang mampu


mempersatukan seluruh rakyat Indonesia maka sudah seharusnya Pancasila menjadi
landasan fundamental dalam kehidupan berbangsa. Dengan demikian, Pancasila
sebagai falsafah hidup bangsa harus diketahui oleh seluruh warga Negara Indonesia
yang merupakan peran dari kehidupan berpancasila. Kehidupan berpancasila
merupakan kehidupan dengan dialog, dengan musyawarah, dengan mufakat sebagai
sendi-sendi budaya masyarakat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Pancasila Sebagai Sistem Filsafat?
2. Bagaimana Konsep Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
3. Apa Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
4. Jelaskan tentang Yuridis, Historis, Sosiologis, dan Politis tentang Pancasila
sebagai Sistem Filsafat?
5. Apa yang dimaksud Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
6. Apa yang dimaksud Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Konsep Urgensi Pancasila
sebagai Sistem Filsafat.

5
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Kajian Pancasila sebagai Sistem
Filsafat.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Yuridis, Historis, Sosiologis, dan
Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Dinamika dan Tantangan
Pancasila sebagai Sistem Filsafat.
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Esensi dan Urgensi Pancasila
sebagai Sistem Filsafat.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan Sophia artinya
Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar atau
yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati
atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-
sungguh akan kebenaran sejati.
Cakupan dari pengertian filsafat yaitu:
a. Filsafat sebagai produk:
- Filsafat sebagai jenis pengetahuan, konsep, ilmu atau pemikiran
- Filsafat sebagai jenis problema yang dihadapi manusia, dan dicari kebenaran
yang timbul dari persoalan yang bersumber dari akal.
b. Filsafat sebagai proses: Diartikan dalam bentuk suatu aktifitas berfilsafat dalam
proses pemecahan masalah dengan metode yang sesuai dengan objeknya.

Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran hakiki, karena filsafat
telah mengalami perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor,
misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya maka timbul berbagai
pendapat mengenai pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya masing-masing,
antara lain:
- Rasionalisme atau mengagungkan akal
- Materialisme atau mengagungkan materi
- Individualisme atau mengagungkan individualitas
- Hedonisme atau mengagungkan kesenangan

7
Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat yaitu:
a) Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa
perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahagia.
b) Plato (472-347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah
pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap
pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah.

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat
didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-
pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.

Pancasila sebagai suatu sistem:


- Pancasila merupakan kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila),
- Tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
- Tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling bertentangan,
- Keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang sistematis (majemuk
tunggal).

Filsafat Pancasila sendiri memiliki pengertian yang sangat dalam. Filsafat Pancasila
adalah hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia dan oleh
bangsa Indonesia dianggap, dipercaya, dan diyakini sebagai sesuatu yang paling benar,
paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling seusai bagi bangsa Indonesia.

Suatu sistem filsafat harus komprehensive, dalam artian tidak ada sesuatu hal yang di
luar jangkauannya. Apabila tidak demikian, maka hanya memandang reakitas dari satu
samping atau tidak memadai. Suatu sistem filsafat dikatakan memadai apabila mencakup
suatu penjelasan terhadap semua gejala (Kattsoff, 1964).

2.2 Konsep Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat

8
Ada beberapa alasan mengapa manusia memerlukan filsafat dalam kehidupannya,
antara lain:
a) Manusia telah memperoleh kekuatan baru yang besar dalam sains dan teknologi,
telah emngembangkan bermacam-macam teknik untuk memperoleh ketentraman
baru yang besar dalam sains dan teknologi, telah mengembangkan bermacam-
macam teknik untuk memperoleh ketentraman (security) dan kenikmatan
(comfort).
b) Filsafat melalui kerjasama dengan disiplin ilmu lain memainkan peran yang
sangat penting untuk membmbing manusia kepada keinginan-keinginan dan
aspirasi mereka.

Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau filsafat Pancasila, artinya refleksi
filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Sastrapratedja menjelaskan makna
filsafat Pancasila sebagai berikut.
a) Agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-
sila dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik.
b) Agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-
bidang yang menyangkut hidup bernegara.
c) Agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
d) Agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut
paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, serta
memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.

Pertanggungjawaban rasional, penjabaran operasional, ruang dialog, dan kerangka


evaluasi merupakan beberapa aspek yang diperlukan bagi pengolahan filosofis Pancasila,
meskipun masih ada beberapa aspek yang masih dapat dipertimbangkan.

2.3 Yuridis, Historis, Sosisologis, dan Politis tentang Pancasila sebagai Sistem
Filsafat
1. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Secara yuridis Pancasila sebagai dasar filsafat Negara terdapat dalam
PembukaanUUD1945 alinea IV yang berbunyi “…..maka disusunlah kemerdekaan

9
kebangsaan Indonesia itudalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunanNegara Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada : ketuhanan yang maha esa,kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang oleh hikmatkebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,….”. Berdasar pada pernyataan “…denganberdasar
kepada….” Dapat dipahami sebagai dasar filsafat Negara Indonesia. Pancasila
sebagaidasar filsafat Negara , Philosofische Gronslag dari Negara mengandung
konsekuensi bahwadalam setiap aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.Hal itu meliputi segala peraturan perundang-undangan dalam
Negara, moral Negara,kekuasaan Negara, rakyat, bangsa, wawasan nusantara,
pemerintahan dan aspek-aspekkenegaraaan lainnya. Negara adalah lembaga
kemasyarakatan dalam hidup bersama. SuatuNegara akan hidup dan berkembang
dengan baik manakala Negara tersebut memiliki dasarfilsafat sebagai sumber nilai
kebenaran, kebaikan, dan keadilan1. Sumber Yuridis Pancasila sebagai Sistem
FilsafatSecara yuridis Pancasila sebagai dasar filsafat Negara terdapat dalam
PembukaanUUD1945 alinea IV yang berbunyi “…..maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itudalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunanNegara Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada : ketuhanan yang maha esa,kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang oleh hikmatkebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,….”. Berdasar pada pernyataan “…denganberdasar
kepada….” Dapat dipahami sebagai dasar filsafat Negara Indonesia. Pancasila
sebagaidasar filsafat Negara , Philosofische Gronslag dari Negara mengandung
konsekuensi bahwadalam setiap aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.Hal itu meliputi segala peraturan perundang-undangan dalam
Negara, moral Negara,kekuasaan Negara, rakyat, bangsa, wawasan nusantara,
pemerintahan dan aspek-aspekkenegaraaan lainnya. Negara adalah lembaga
kemasyarakatan dalam hidup bersama. SuatuNegara akan hidup dan berkembang
dengan baik manakala Negara tersebut memiliki dasarfilsafat sebagai sumber nilai
kebenaran, kebaikan, dan keadilan.
2. Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia,
masyarakat Nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh agama-agama

10
lokal, yaitu sekitar 14 abad pengaruh Hindu dan Buddha, 7 abad pengaruh
Islam, dan 4 abad pengaruh Kristen. Tuhan telah menyejarah dalam ruang
publik Nusantara. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih berlangsungnya
sistem penyembahan dari berbagai kepercayaan dalam agama-agama yang
hidup di Indonesia. Pada semua sistem religi-politik tradisional di muka bumi,
termasuk di Indonesia, agama memiliki peranan sentral dalam pendefinisian
institusi-institusi sosial (Yudi-Latif, 2011: 57--59).
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil da Beradab
Nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat Indonesia dilahirkan dari
perpaduan pengalaman bangsa Indonesia dalam menyejarah. Bangsa Indonesia
sejak dahulu dikenal sebagai bangsa maritim telah menjelajah keberbagai
penjuru Nusantara, bahkan dunia. Hasil pengembaraan itu membentuk
karakter bangsa Indonesia yang kemudian oleh Soekarno disebut dengan
istilah Internasionalisme atau Perikemanusiaan. Kemerdekan Indonesia
menghadirkan suatu bangsa yang memiliki wawasan global dengan kearifan
lokal, memiliki komitmen pada penertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian, dan keadilan sosial serta pada pemuliaan hak-hak asasi manusia
dalam suasana kekeluargaan kebangsan Indonesia (Yudi-Latif, 2011: 201).
c. Sila Persatuan Indonesia
Kebangsaan Indonesia merefleksikan suatu kesatuan dalam keragaman serta
kebaruan dan kesilaman. Indonesia adalah bangsa majemuk paripurna yang
menakjubkan karena kemajemukan sosial, kultural, dan teritorial dapat
menyatu dalam suatu komunitas politik kebangsaan Indonesia. Jika di tanah
dan air yang kurang lebih sama, nenek moyang bangsa Indonesia pernah
menorehkan tinta keemasannya, maka tidak ada alasan bagi manusia baru
Indonesia untuk tidak dapat mengukir kegemilangan (Yudi-Latif, 2011:377).
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat memang merupakan fenomena baru di Indonesia, yang muncul sebagai
ikutan formasi negara republik Indonesia merdeka. Sejarah menunjukkan
bahwa kerajaan-kerajaan pra-Indonesia adalah kerajaan feodal yang dikuasai
oleh raja-raja autokrat. Meskipun demikian, nilai-nilai demokrasi dalam taraf
tertentu telah berkembang dalam budaya Nusantara, dan dipraktikkan

11
setidaknya dalam unit politik kecil, seperti desa di Jawa, nagari di Sumatera
Barat, banjar di Bali, dan lain sebagainya. Tan Malaka mengatakan bahwa
paham kedaulatan rakyat sebenarnya telah tumbuh di alam kebudayaan
Minangkabau, kekuasaan raja dibatasi oleh ketundukannya pada keadilan dan
kepatutan. Kemudian, Hatta menambahkan ada dua anasir tradisi demokrasi di
Nusantara, yaitu; hak untuk mengadakan protes terhadap peraturan raja yang
tidak adil dan hak untuk menyingkir dari kekuasaan raja yang tidak disenangi
(Yudi-Latif, 2011: 387--388).
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Masyarakat adil dan makmur adalah impian kebahagian yang telah berkobar
ratusan tahun lamanya dalam dada keyakinan bangsa Indonesia. Impian
kebahagian itu terpahat dalam ungkapan “Gemah ripah loh jinawi, tata tentrem
kerta raharja”. Demi impian masyarakat yang adil dan makmur itu, para
pejuang bangsa telah mengorbankan dirinya untuk mewujudkan cita-cita
tersebut. Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia dahulunya adalah bangsa
yang hidup dalam keadilan dan kemakmuran, keadaan ini kemudian dirampas
oleh kolonialisme (Yudi-Latif, 2011: 493--494).

3. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam
2 kelompok. Kelompok pertama, masyarakat awam yang memahami Pancasila
sebagai sistem filsafat yang sudah dikenal masyarakat Indonesia dalam bentuk
pandangan hidup, Way of life yang terdapat dalam agama, adat istiadat, dan budaya
berbagai suku bangsa di Indonesia. Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis
yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan teori-teori yang bersifat
akademis.
Kelompok pertama memahami sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat
dalam pandangan hidup atau kearifan lokal yang memperlihatkan unsur-unsur
filosofis Pancasila itu masih berbentuk pedoman hidup yang bersifat praktis dalam
berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks agama, masyarakat Indonesia dikenal
sebagai masyarakat yang religius karena perkembangan kepercayaan yang ada di
masyarakat sejak animisme, dinamisme, politeistis, hingga monoteis.Pancasila
sebagai sistem filsafat, menurut Notonagoro merupakan satu kesatuan utuh yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan

12
utuh yang yang saling terkait dan saling berhubungan secara koheren. Notonagoro
menggambarkan kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila itu dalam bentuk
kesatuan dan hubungan hierarkis piramidal dan kesatuan hubungan yang saling
mengisi atau saling mengkualifikasi.

4. Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok. Kelompok pertama, meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai
sistem filsafat pada sidang BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno
antara tahun 1958 dan 1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis.
Kelompok kedua, mencakup berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai
sistem filsafat yang disuarakan kembali di era reformasi dalam pidato politik
Habibie 1 Juni 2011.
Kelompok kedua, diwakili Habibie dalam pidato 1 Juni 2011 yang menyuarakan
kembali pentingnya Pancasila bagi kehidupan bangsa Indonesia setelah dilupakan
dalam rentang waktu yang cukup panjang sekitar satu dasawarsa pada eforia politik
di awal reformasi. Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat berlaku juga atas
kesepakatan penggunaan simbol dalam kehidupan bernegara. Garuda Pancasila
merupakan salah satu simbol dalam kehidupan bernegara. Dalam pasal 35 Undang-
Undang Dasar 1945 berbunyi sebagai berikut. ”Bendera Negara Indonesia ialah sang
merah putih”. Pasal 36, ”Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Pasal 36A,
”Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika”.
Pasal 36B, ”Lagu kebangsaan Indonesia ialah Indonesia Raya”. Bendera merah
putih, Bahasa Indonesia, Garuda Pancasila, dan lagu Indonesia Raya, semuanya
merupakan simbol dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

1. Garuda Pancasila sendiri adalah Burung Garuda yang sudah dikenal melalui
mitologi kuno dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang
menyerupai burung elang rajawali. Garuda digunakan sebagai Lambang Negara
untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang
kuat.
2. Warna keemasan pada Burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.
3. Garuda memiliki paruh, sayap, cakar, dan ekor yang melambangkan kekuatan dan
tenaga pembangunan.

13
4. Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari jadi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945, di antaranya:
1) 17 helai bulu pada masing-masing sayap
2) 8 helai bulu pada ekor
3) 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor
4) 45 helai bulu di leher
5. Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban
Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan
perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
6. Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis
khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yaitu negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
7. Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaaan negara Indonesia
"Merah-Putih", sedangkan pada bagian tengah berwarna dasar hitam.
8. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila.
Pengaturan pada lambang perisai adalah sebagai berikut:
1) Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa; dilambangkan dengan cahaya di
bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima berlatar hitam.
2) Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; dilambangkan dengan tali
rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai berlatar merah.
3) Sila ketiga: Persatuaan Indonesia; di lambangkan dengan pohon beringin di
bagian kiri atas perisai berlatar putih.
4) Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan; dilambangkan dengan kepala banteng di bagian
kanan atas perisai berlatar merah.
5) Sila kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia; Dilambangkan
dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai berlatar putih.

2.4 Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat


1. Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami dinamika sebagai berikut. Pada era
pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofische Grondslag”. Gagasan tersebut merupakan perenungan filosofis
Soekarno atas rencananya berdirinya negara Indonesia merdeka. Ide tersebut

14
dimaksudkan sebagai dasar kerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Ide tersebut ternyata mendapat sambutan yang positif dari berbagai kalangan,
terutama dalam sidang BPUPKI pertama, persisnya pada 1 Juni 1945. Namun, ide
tentang Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci, lebih merupakan
adagium politik untuk menarik perhatian anggota sidang, dan bersifat teoritis.
Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan bahwa Pancasila merupakan filsafat asli
Indonesia yang diangkat dari akulturasi budaya bangsa Indonesia. Pada era Soeharto,
kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke arah yang lebih praktis
(dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah weltanschauung). Artinya, filsafat
Pancasila tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga
digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto
mengembangkan sistem filsafat Pancasila menjadi penataran P-4.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar resonansinya.
Namun, Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana akademik,
termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1 Juni
2011.
2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat muncul dalam
bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik
modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-
besarnya merupakan upaya untuk menyejahterakan masyarakat.
2. Komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas perkembangan
kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme merupakan aliran yang
meyakini bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat
secara merata.

2.5 Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat

a. Esensi (hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Hakikat (esensi) pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal-hal sebagai
berikut.
Pertama; hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia
bahwa Tuhan sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk. Artinya,setiap

15
mahluk hidup, termasuk warga negara harus memiliki kesadaran yang otonom
(kebebasan, kemandirian) di satu pihak, dan berkesadaran sebagai mahluk Tuhan Yang
Maha Esa yang akan dimintai pertanggungjawaban atas semua tindakan yang dilakukan.
Artinya,kebebasan selalu dihadapkan pada tanggung jawab, dan tanggung jawab
tertinggi adalah kepada Sang Pencipta.
Kedua; hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri atas3
monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial),
kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan).
Ketiga,hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan. Rasa
kebangsaan terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke dalam 3 jenis,
yaitu tanah air real, tanah air formal, dan tanah air mental. Tanah air realadalah bumi
tempat orang dilahirkan dan dibesarkan, bersukaadalah bumi tempat orang dilahirkan
dan dibesarkan, bersuka,dan berduka, yang dialami secara fisik sehari-hari.
Keempat,hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip
musyawarah.Artinya,keputusan yang diambil lebih didasarkan atas semangat
musyawarah untuk mufakat, bukan membenarkan begitu saja pendapat mayoritas tanpa
peduli pendapat minoritas.
Kelima, hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan
distributif, legal, dan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan bersifat membagi
dari negara kepada warga negara. Keadilan legal adalah kewajiban warga negara
terhadap negara atau dinamakan keadilan bertaat. Keadilan komutatif adalah keadilan
antara sesama warga negara .
b. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan pancasila sebagai
sistem filsafat meliputi hal-hal sebagai berikut :
Pertama,meletakkan pancasila sebagai sistem filsafat dapat memulihkan harga
diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis, dan juga
merdeka dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik
secara materiil maupun spiritual.
Kedua,pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam pemikiran yang
berakar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendirisehingga mampu dalam
menghadapi berbagai ideologi dunia.
Ketiga,pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk
menghadapi tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan dan

16
melemahkan sendi-sendi perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat
banyak.
Keempat,pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus
way of thinkingbangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi antara
tindakan dan pemikiran. Bahaya yang ditimbulkan kehidupan modern dewasa ini
adalah ketidakseimbangan antara cara bertindak dan cara berpikirsehingga
menimbulkan kerusakan lingkungan dan mental dari suatu bangsa.

17
BAB III
PENUTUP

3.5 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat adalah berpikir


secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat
adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila,
nilai dan landasan yang mendasar.

3.2 SARAN
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca agar
ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana kita mempelajari tentang filsafat, filsafat
pancasila, dan pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga dengan makalah ini para
pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

18
DAFTAR PUSTAKA
Latif, Yudi, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2011.

Latif, Yudi, Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan, Mizan, Bandung, 2014
Latif, Yudi, Revolusi Pancasila, Mizan, Bandung, 2015.
https://pusdik.mkri.id/materi/materi_197_Reaktualisasi%20Pancasila%20(Yudi%20Latif).pdf

Kartohadiprodjo, Soediman, (1983). Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4,


Bandung, Penerbit Alumni.

Kemendiknas. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum


dan Perbukuan.

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No: 267/DIKTI/KEP/2000 tentang


penyempurnaan Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan
Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi di Indonesia.

Lembaga Pertahanan Nasional. (1992). Kewiraan Untuk Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Noor Syam, M. (2007). Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai
Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang,
Laboratorium Pancasila.

Noor Syam, M. (2007). Pembudayaan Nilai Pancasila sebagai Sistem Filsafat dan Ideologi
Nasional: (Makalah disajikan Seminar Nasional dalam rangka HUT 40 th Lab.
Pancasila, 3 November 2007 di Kampus UM).

Notonagoro,(1984). Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara,cetakan ke-6.


------------------ (2000). Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan SosioKultural,
Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.

19
Undang-Undang Dasar 1945 (Hasil Amandemen ke IV Tahun 2002). Surakarta: Penerbit
ITA.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:


―CV. Nuansa Aulia‖

http://sawali. info/2010/06/01/nilai-nilai-pancasila-riwayatmu/#ixzz0zc5tjhfP

20

Anda mungkin juga menyukai