Disusun oleh:
AisyahDatun Aini (214201516076)
Fathiya Farhah (214201516132)
Jihaan Salma Tirani (214201516095)
Salsa Yunissa (214201516097)
Nurrana Hasnazza (214201516090)
UNIVERSITAS NASIONAL
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
2.1 Definisi Analgesik ................................................................................................................. 3
2.2 Sistem Peredaran, Aturan, serta Ketetapan Analgesik di Indonesia ..................................... 4
2.3 Penggolongan Obat Analgesik .............................................................................................. 5
2.4 Jenis Obat Analgesik Yang Menyebar Di Indonesia ............................................................ 6
PENUTUP..................................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 12
3.2 Kata penutup dan saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas izin dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “FARMAKOLOGI OBAT
ANALGESIK” dengan baik dan tepat waktu. Disusun guna memenuhi tugas presentasi
kelompok pada mata kuliah “Farmakologi Keperawatan". Selain itu, kami juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Farmakologi
Keperawatan, Ibu Dr. dr Andi Julia Rifiana, M. Kes. dan Ibu dr Cholisah Suralaga, M.
Kes. Dengan kerendahan hati, kami memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari seluruh upaya kesehatan, yang
menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku sehat dan peningkatan kemampuan
masyarakat dalam penanganan penyakit sederhana dengan memanfaatkan obat yang sederhana
bahkan menggunakan bahan dari alam. Pengetahuan mengenai obat-obatan sangatlah bermanfaat
besar, karena obat selain bisa sebagai penyembuh dari sakit juga bisa berpotensi untuk
mendatangkan malapetaka. Seperti kita ketahui banyak kasus penyalahgunaan obat analgetik di
masyarakat, contohnya methadone yang mana termasuk dalam golongan obat analgetik. Selain
itu, obat analgetik golongan narkotik seperti opium dan morfin juga sering digunakan bukan
untuk tujuan pengobatan, padahal obat obat tersebut dapat mengakibatkan ketergantungan.
Analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat ini digunakan untuk
membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering mengunakannya misalnya ketika kita
sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum biasanya mengandung
analgesik atau pereda nyeri.
Golongan obat analgesik di bagi menjadi dua yaitu analgesik opioid/narkotik dan
analgetik nonnarkotik. Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat
seperti opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan
rasa nyeri seperti pada fraktura dan kanker. Contoh : Metadon, Fentanil, Kodein. Obat Analgesik
Non-Narkotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari
obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik
Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau
meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga
efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik /Obat Analgesik Perifer ini
juga tidak mengakibatkan efek adiksi pada penggunanya.
1
pirazolinon (aminofenazon, isoprofil penazon, isoprofilaminofenazon), lainnya benzidamin. Obat
golongan analgesic narkotik berupa, asetaminofen dan fenasetin. Obat golongan anti-inflamasi
nonsteroid berupa aspirin dan salisilat lain, derivate asam propionate, asam indolasetat, derivate
oksikam, fenamat, fenilbutazon.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan obat analgesik?
2. Bagaimanakah fungsi obat analgesik?
3. Bagaimana sistem peredaran obat analgesik?
4. Bagaimanakah aturan dan ketetapan obat analgesik di Indonesia?
5. Bagaimanakah penggolongan obat analgesik?
6. Apa sajakah 5 jenis obat analgesik yang menyebar di Indonesia?
7. Apa farmakokinetik dan farmakodinamik obat analgesik?
Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian obat analgesic.
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi obat analgesic.
3. Mahasiswa dapat mengetahui sistem peredaran obat analgesic.
4. Mahasiswa dapat mengetahui aturan dan ketetapan obat analgesic di Indonesia.
5. Mahasiswa dapat mengetahui penggolongan obat analgesic.
6. Mahasiswa dapat mengetahui 5 jenis obat analgesic yang menyebar di Indonesia.
7. Mahasiswa dapat mengetahui farmakokinetik dan farmakodinamik obat analgesic.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi
kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional
yang mengganggu, berhubungan dengan ancaman, timbulnya gangguan atau
kerusakan jaringan. Keadaan psikologis seseorang sangat berpengaruh, misalnya
emosi dapat menimbulkan nyeri/sakit kepala atau membuatya semakin parah.
Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang berbeda – beda karena nyeri
merupakan suatu perasaan subyektif (Sherwood, 2012).
Rasa nyeri berfungsi sebagai pertanda tentang adanya suatu gejala atau
gangguan di tubuh, seperti peradangan infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri
dapat disebabkan oleh rangsang mekanis, kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat
merusak jaringan dan melepaskan zat mediator nyeri. Zat ini merangsang reseptor
nyeri yang letaknya di ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain.
Rangsangan akan di dialirkan melalui syaraf sensoris ke Susunan Syaraf Pusat
(S.S.P), melewati sumsum tulang belakang ke thalamus (optikus) kemudian ke pusat
nyeri yang berada di dalam otak besar, dimana rangsangan terasa sebagai nyeri
(Arif, 2010).
3
2.2 Sistem Peredaran, Aturan, serta Ketetapan Analgesik di Indonesia
Analgesik merupakan obat yang diedarkan secara bebas dan dapat didapatkan
dengan mudah oleh masyarakat luas tanpa resep dokter. Jenis analgesik yang
disebarluarkan dan mudah didapatkan adalah analgesik non-opioid, atau analgesik
yang tidak adiktif atau yang menimbulkan rasa kecanduan. Analgesik non-opioid
cukup untuk meringankan nyeri ringan hingga sedang. Seperti demam, sakit kepala,
sakit gigi, dan nyeri haid. Sedangkan analgesik opioid atau bisa disebut dengan
analgesik narkotik digunakan untuk mengatasi nyeri hebat seperti nyeri pasca operasi,
nyeri fraktur, dan juga nyeri akibat kanker. Seperti kita ketahui banyak kasus
penyalahgunaan obat analgetik di masyarakat, contohnya methadone yang mana
termasuk dalam golongan obat analgetik.
Selain itu, obat analgetik golongan narkotik seperti opium dan morfin juga
sering digunakan bukan untuk tujuan pengobatan, padahal obat obat tersebut dapat
mengakibatkan ketergantungan. (Mita & Husni, 2017)
Opium termasuk salah satu psikotropika. Dimana psikotropika adalah zat atau
obat yang bersifat analgetik serta dapat menurunkan kesadaran atau fungsi otak,
menyebabkan halusinasi, dan dapat menimbulkan kecanduan.
Berikut aturan psikotropika di Indonesia:
Undang – undang republik indonesia nomor 5 tahun 1997 pasal 3 dan 4 tentang
psikotropika.
Pasal 3
Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah :
a) menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu pengetahuan;
b) mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika;
c) memberantas peredaran gelap psikotropika.
4
Pasal 4
a) Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan dan atau ilmu pengetahuan.
b) Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan.
c) Selain penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
psikotropika golongan I dinayatakan sebagai barang terlarang.
5
Obat-obat golongan analgetik dibagi dalam beberapa kelompok,
yaitu: parasetamol, salisilat, (asetasol, salisilamida, dan benorilat),
penghambat Prostaglandin (NSAID) ibuprofen, derivate-derivat
antranilat (mefenamilat, asam niflumat glafenin, floktafenin, derivate-
derivat pirazolinon (aminofenazon, isoprofil penazon,
isoprofilaminofenazon), lainnya benzidamin. Obat golongan analgesic
narkotik berupa, asetaminofen dan fenasetin. Obat golongan anti-
inflamasi nonsteroid berupa aspirin dan salisilat lain, derivate asam
propionate, asam indolasetat, derivate oksikam, fenamat, fenilbutazon.
6
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang
mengandungotot polos. Efek morfin pada sistem syaraf pusat mempunyai
dua sifat yaitudepresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia,
sedasi, perubahanemosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi
parasimpatis, miosis,mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan
sekresi hormone antidiuretika.
3) Indikasi
Mefridin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia pada
beberapakeadaan klinis seperti tindakan diagnostic sistoskopi,
pielografiretrograd dangastroskopi. Mefiridin digunakan jagu untuk
menimbulkan analgesia obstetric dansebagai obat praanastetik.
4) Efek samping
Pusing, berkeringat, euporia, mulut kering, mual, muntah, perasaan
lemahl,gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop dan sedasi.
5) Sediaan dan dosis
a) Mefiridin: 50-100 mg (dalam bentuk tablet dan ampul)
b) Alfaprodin: 60 mg (dalam bentuk ampul 1 ml dan vial 10 ml)
c) Difoneksilat: 20 mg per hari dalam dosis terbagi (dalam bentuk tablet
dansirop
2. Metadon
1) Farmakokinetik
Setelah suntikan metadon subkutan ditemukan kadar dalam plasma
yangtinggi dalam 10 menit pertama. Sekitar 90 % metadon terikat protein
plasma.Metadon diabsorbsi secara baik di usus dan dapat ditemukan
diplasma setealah pemberian secara oral, kadar puncak dicapai setelah 4 jam.
Metadon cepat keluar dar darah dan menumpuk dalam paru, hati, ginjal dan
limpa. Hanya sebagian kecil yangmasuk otak kadar maksimal metadon
dalam otak dicapai dalam 1-2 jam setelah pemberian parenteral dan kadar ini
sejajar dengan intensitas dan lama analgesia.
2) Farmakodinamik
7
Efek analgetik 7,5 – 10 mg metadon sama kuat dengan morfin, setelah
pemberian berulang kali timbul efek sedasi yang jelas, mungkin karena
adanyaakumulasi
3) Indikasi
a) Analgesia: Jenis nyeri yang dapat dipengaruhi oleh metadon sama
dengan jenis nyeri yang dapat dipengaruhi morfin.
b) Antitusif: Metadon merupakan antitusif yang baik, efek anti tusif 1,5
-2 mg/oral sesuai dengan 15-20 mg kodein, tetapi kemungkinan
timbulnya adiksi pada metadon jauh lebih besar dari pada kodein.
Oleh karena itu sekarangmetadon sudah mulai ditinggalkan sebagai
antitusif.
4) Efek Samping
Menyebabkan perasaan ringan, pusing, kantuk, fungsi mental terganggu,
berkerigat, pruritus, mual dan muntah. Efek samping yang jarang timbul
adalahdelirium, halusinasi selintas dan urtikaria hemoragik
5) Sediaan dan Dosis
Metadon : 2,5– 15 mg ( dalam bentuk tablet)
3. Propoksifen
1) Farmakokinetik
Propoksifen diabsorbsi setelah pemberian oral maupun parenteral.
Sepertikodein, efektivitas jauh berkurang jika propoksifen diberikan secara
oral.Biotransformasi propoksifen dengan cara enbemetilasi yang terjadi
dalam hati.
2) Farmakodinamik
Propoksifen terutama bekerja terikat pada reseptor
µmeskipunkurangselektif disbandingkan dengan morfin. Propoksifen 65-100
mg memberikan efekyang sama kuat denga 65 mg kodein. Propoksifen
menimbulka perasaan yang panas an iritasi ditempat suntikan. Kombinasi
propoksifen dengan asetosal berefekanalgesic jauh lebih baik jika masing-
masing obat diberikan secara sendiri-sendiri
8
3) Efek samping
Propoksifen memberikan efek mual, anoreksia, sembelit, nyeri perut
dankantuk, kurang lebih sama dengan kodein
4) Sediaan dan dosis
Propoksifen : 65 mg 4x sehari ( dalam bentuk tablet dan vial
4. Paracetamol
1) Farmakokinetik
Parasetamol adalah ekstensif dimetabolisme di hati dan
dikeluarkanmelalui urin terutama sebagai tidak aktif dan konjugat glukuronat
sulfat,Metabolit parasetamol termasuk dihidroksilasi kecil menengah yang
memilikiaktivitas hepatotoksim, metabolit intermediate didetoksifikasi
melaluikonjugasi dengan glutation, namun dapat mengakumulasi berikut
overdosis parasetamol (lebih dari 150mg/kg atau total parasetamol 10g
tertelan) dan jikatidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan hati
ireversibel
2) Farmakodinamika
Parasetamol adalah-aminofenol derivatif p yang menunjukkanaktivitas
analgesik dan antipiretik, tapi tidak memiliki aktivitas anti-
inflamasi,Parasetamol adalah pemikiran untuk menghasilkan analgesia yang
melalui penghambatan pusat sintesis prostaglandin.
3) Interaksi
Resin penukar ion, kolesteramin, menurnkan absorbs paracetamol
a) Antikoagulan: pengunaan paracetamol secara rutin dapat
menyebabkan peningkatan kadar warfarin.
b) metoklorpropamid dan domperidon: metoklorpropamid
mempercepatabsorbs paracetamol (meningkatkan efek).
4) Contoh produk yang ada dipasaran:
1) parasetamol (generik)
2) afebrin (konimex) tablet 500mg
9
3) afidol (afiat) tablet 500mg
4) biogesik (medifarma) sirup 150mg/5 ml dan tablet 500 mg
5) odrex (tempo) tablet 500 mg
6) dumin (dumex) sirup 120mg/5 ml dan tablet 500 m
5. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyaknegara.
Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalukuat.
Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen dapat di gunakandoleh
wanita hamil dan menyusui.Dengan alasan bahwa ibuprofen relativelebih aman,
dan dikenal lama dikenal dan tidak menimbulkan efek sampingserius pada dosis
analgesik.
1) Farmakokinetik
Ketoprofen diserap secara cepat dan sempurna dalam saluran cerna. Kadar
maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 60-90 menit setelah
pemberian oral, 99 % ketoprofen terikat dengan protein plasma ( Warono,D
dan Syamsudin, 2013).Waktu paruh eliminasi pada orang tua selama 5 jam
dan 3 jam pada orang dewasa.
Dosis: 2-4 dd 25-50 mg.
2) Farmakodinamik
Mekanisme kerja ketoprofen yang merupakan zat yang akan menghambat
pembentukan prostaglandin dan agregasi trombosit sehingga akan
menghalangi penempelan irombosit dan cairan vaskuler ( Warono,D dan
Syamsudin, 2013).
3) Indikasi
Nyeri dan radang pada penyakit artritis (rheumatoid arthritis, juvenile
arthritis,osteoarthritis) dan gangguan non sendi (otot kerangka), nyeri ringan
sampai berat termasuk dismenorea, paska bedah, nyeri dan demam pada
anak-anak.
4) Efek samping
10
a) Gangguan saluran cerna: dispepsia, heartburn, mual, muntah,
diare,konstipasi, anoreksia dll.
b) Gangguan sistem saraf: sakit kepala, pusing.
c) Gangguan pendengaran & penglihatan: tinitus, penurunan
pendengaran,gangguan penglihatan sakit kuning, kenaikan SGOT &
SGPT.
5) Contoh produk yang ada dipasaran
a) Dofen
b) Dolofen
c) Forte
d) Farsifen
e) Febryn
11
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analgesik telah lama digunakan oleh masyarakat luas dari berbagai golongan.
Dan walaupun obat ini dijual bebas, bukan berarti tidak berbahaya sama sekali. Masih
banyak dari mereka yang masih keliru dalam pemakaian obat penekan nyeri ini. Untuk
itu perawat perlu mengadakan yang namanya swamedikasi atau penyuluhan tentang
bagaimana cara pemakaian obat-obatan sesuai dosis dan tepat guna. Agar menghindari
kesalahan kerap dilakukan masyarakat terkait obat-obatan yang dikonsumsi. Saran
kami selaku penulis untuk pembaca terhadap makalah ini, mohon diambil yang baiknya
dan semoga bermanfaat untuk kita semua.
12
DAFTAR PUSTAKA
Mita, R. S., & Husni, P. (2017). Pemberian Pemahaman Mengenai Penggunaan Obat Analgesik
Secara Rasional Pada Masyarakat Di Arjasari Kabupaten Bandung. Aplikasi Ipteks Untuk
Masyarakat, 6(3), 193–194.
Prabandari, D. A., Indriasari, I., & Maskoen, T. T. (2018). Efektivitas Analgesik 24 Jam
Pascaoperasi Elektif di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2017. Jurnal Anestesi
Perioperatif, 6(2), 98–104. https://doi.org/10.15851/jap.v6n2.1221
Sulistiyana, C. S., & Brajamusti, J. S. (2016). Uji Perbandingan Efektivitas Analgesik Ekstrak
Etanol Buah Mengkudu ( Morinda citrifolia L .) dengan Asam Mefenamat pada Mencit.
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan, 3(4).
Jenderal, D., Kefarmasian, P., & Alat, D. A. N. (1997). Direktorat jenderal pelayanan
kefarmasian dan alat kesehatan.
13