Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PEMASARAN FARMASI

“Analgesik-Antipiretik dan Obat AINS”

DOSEN PEMBIMBING:
Apt. Ahmad Zainal Fanani, S. Farm
Disusun Oleh :
Muh. Nur Ubaidillah Maftuh
1802050213
Kelas : 5A FARMASI

DIII FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHLAMONGAN
TAHUN 2020-2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan SWT
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai “obat Analgesik-Antipiretik dan Obat AINS” ini dengan lancar. Penulisan
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah
Pemasaran farmasi serta agar menambah ilmu pengetahuan tentang obat Analgesik-
Antipiretik dan Obat AINS.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami
peroleh dari buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan
dengan “Analgesik-Antipiretik dan Obat AINS”.
Kami harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Memang
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I............................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Tujuan.............................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................2

PEMBAHASAN...........................................................................................................2

2.1.1 Pengertian Analgesik Antipiretik................................................................2

2.1.2 Penggolongan Analgesik.............................................................................3

2.1.3 Penggunaan Analgetik-Antipiretik dalam Kehamilan................................5

2.2 Anti inflamasi Nonsteroid...............................................................................7

2.2.1 Pengertian anti inflamasi.............................................................................7

2.2.2 Mekanisme Kerja........................................................................................8

2.3 Obat Analgesik – Antipiretik serta obat AINS..........................................9

2.4 Interkasi Obat.............................................................................................15

3.1 Kesimpulan..................................................................................................18

3.2 Saran............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila
tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun
obat-obatan. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat
dengan bahan-bahan lain tersebut termasuk obat tradisional dansenyawa kimia lain.
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika duaatau lebih obat sekaligus dalam
satu periode (polifarmasi ) digunakanbersama-sama. Interaksi obat berarti saling
pengaruh antarobat sehingga terjadi perubahan efek. Di dalam tubuh obat mengalami
berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-
proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan
eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara
bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi
dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Obat-obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS)
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimia. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki  banyak
persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Golongan  obat ini menghambat
enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadfi PGG2 terganggu.
Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan cara yang berbeda.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan analgesik, antipiretik dan anti
inflamasi
2. Mengetahui kegunaan obat dari analgesik, antipiretik dan anti inflamasi
3. Mengetahui mekanisme dari kerja obat-obat tersebut
4. Mengetahui macam-macam obat dari analgesik, antipiretik dan anti inflamasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.2.1 Analgesik-Antipiretik
Pengertian Analgesik Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat
mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Hanya menurunkan temperatur
tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal. Oba golongan ini bekerja
dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen). Contoh Obat Antipiretik :
Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol, zacoldin, poldan
mig,  acetaminophen, asetosal atau asam salisilat, salisilamida. 
Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang
tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak
menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Analgetik atau analgesik, merupakan obat untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang
yang menderita.
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang
adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang
otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut mediator
nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung
syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang
dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum
tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar,
dimana rangsang terasa sebagai nyeri.

2
Cara Pemberantasan Rasa Nyeri:
1. Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh
analgetik perifer atau oleh anestetik lokal.
2. Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya
dengan anestetik local.
3. Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan analgesik sentral (narkotik) atau
dengan anestetik umum.
Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa
neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan
blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal"
nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.

Penggolongan Analgesik
Analgesik dibagi menjadi dua, yaitu analgesik narkotik dan analgesik non narkotik.
1. Analgesik Narkotik
Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan
kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat,
yaitu : obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal, obat
perifer bersama kodein atau tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau rectal, obat
Opioid parenteral. Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan co-
analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau prednisone).
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat
kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat
meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat
mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan
fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan.
Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi potensi. Onzer,
dan efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan
mengantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan.

3
Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai
untuk nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia tersedia
dalam bentuk injeksi dan masih merupakan standar yang digunakan sebagai
pembanding bagi analgetik narkotika lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin
dapat menimbulkan euphoria dan ganguan mental.
Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang samapi sekarang masih
digunakan di Indonesia :
 Morfin HCL,
 Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),
 Fentanil HCL,
 Petinidin, dan
 Tramadol.
Khusus untuk tramadol secara kimiawi memeng tergolong narkotika tetapi menurut
undang-undang tidak sebagai narkotik, karena kemungkinan menimbulkan
ketergantungan.

2. Analgesik Non – Narkotik


Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Obat- obat inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem
Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua
analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada
keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan
rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan
vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai
keluarnya banyak keringat.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau di tempat
cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan
zat aktif seperti brandikinin, PG, dan histamine. PG dan brankinin menstimulasi
ujung staraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat
sintesis PG dan brankinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor
nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah

4
golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol). Aspirin adalah penghambat
sintesis PG paling efektif dari golongan salisilat.
Salisilat merupakan protipe AINS yang sampai sekarang masih digunakan.
Termasuk salisilat adalah Na-salisilat, aspirin (asam asetil salisilat), salisid, dan meril
salisilat bersifat toksik jika tertelan oleh Karen itu, hanya dipakai topical untuk
menghangatkan kulit dan antigatal ( antpruritus). Golongan salisilat dapat mengiritasi
lapisan mukosa lambung. Organ yang peka pada efek ini akan mengalami mual
setelah minum aspirin. Dalam lambung . PG berperan serta dalam mekanisme
perlindungan mukosa dari asam lambung atau gantrin. PG berfungsi meningkatkan
daya tahan membrane mukosa lambung. Aspirin selain berefek analgetik, antipiretik,
dan antiinflamasi, daalam dosis kecil juga berfungsi sebagai antitrombosis
(antiplatelet). Pada dosis kecil, aspirin dapat menghambat agreasi trombosit
(antikoagulan) mencegah terbentuknya thrombus pada penderita infark jantung
sehingga ddapat mengurangi timbulnya stroke.

Penggunaan Analgetik-Antipiretik dalam Kehamilan


Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil
harus diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat
menyebabkan cacat pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat
menembus plasenta sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam
sirkulasi bayi hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa
situasi akan membahayakan bayi.
Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik,
teratogenik, maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat
minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan
menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang
dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran.
Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya malformasi
anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin.
Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh
obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.

5
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase
berikut:
a. Fase Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini
obat dapat member pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi
pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya
kehamilan (abortus).
b. Fase Embrional atau Organogenesis,yaitu pada umur kehamilan antara 4-8
minggu.Pada fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan
organ-organ tubuh, sehingga merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya
malformasi anatomik (pengaruh teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan
bergantung pada saat kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-organ
dibentuk dan blastula mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda.
Jika blastula yang dipengaruhi masih belum berdeferensiasi dan kerusakan
tidak letal maka terdapat kemungkinan untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya
jika bahan yang merugikan mencapai blastula yang sedang dalam fase
deferensiasi maka terjadi cacat (pembentukan salah)

Berbagai pengaruh buruk yang terjadi pada fase ini antara lain:
- Gangguan fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru
muncul kemudian jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan
- Pengaruh letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus
- Pengaruh sub-letal,tidak terjadi kematian janin tetapi terjadi malformasi
anatomik (struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh teratogenik. Kata
teratogenik sendiri berasal dari bahasa yunani yang berarti monster.
- Fase Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Dalam fase ini
terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk
senyawa asing bagi janin dalam fase ini dapat berupa gangguan pertumbuhan
baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ.

6
Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai. Hal ini berkaitan
dengan masalah fisiologis dari si ibu karena adanya karena adanya tarikan otot-otot
dan sendi karena kehamilan maupun sebab-sebab yang lain.Untuk nyeri yang tidak
berkaitan dengan proses radang,pemberian obat pengurang nyeri biasanya dilakukan
dalam jangka waktu relatife pendek.Untuk nyeri yang berkaitan dengan proses
radang,umunya diperlukan pengobatan dalam waktu tertentu. Penilaian yang seksama
terhadap pereda nyeri perlu dilakukan agar dapat ditentukan pilihan jenis obat yang
paling tepat.
Pemakaian obat NSAID(Non steroid anti infamantory Drug ) sebaiknya
dihindari pada wanita hamil. Obat-obat tersebut menghambat sintesis prostaglandin
dan ketika diberikan pada wanita hamil dapat menyebabkan penutupan ductus
arteriousus, gangguan pembentukan ginjal janin, menghambat agregasi trombosit dan
tertundanya persalinan dan kelahiran. Pengobatan NSAID selama trimester akhir
kehamilan diberikan sesuai dengan indikasi. Selama beberapa hari sebelum hari
perkiraan lahir, obat-obat ini sebaiknya dihindari. Yang termasuk golongan ini adalah
diklofenac, diffunisal, ibuprofen, indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam
mefenamat, nabumeton, naproxen, phenylbutazon, piroksikam, sodium salisilat,
sulindac, tenoksikam, asam tioprofenic mempunyai mekanisme lazim untuk
menghambat sintesa prostaglandin yang terlibat dalam induksi proses melahirkan,
NSAID dapat memperpanjang masa kehamilan.

2.2 Anti inflamasi Nonsteroid


2.2.1 Pengertian anti inflamasi
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat
mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk mengaktifasi atau merusak
organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat
perbaikan jaringan. Jika penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya reda.
Namun kadang-kadang inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zatyang tidak
berbahayaseperti tepung sari, atau oleh suatu respon imun, seperti asma atau
artritisrematid.

7
Obat anti inflamasi non steroid (AINS) merupakan obat yang paling banyak
diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dari dokter. Obat-obat golongan ini
merupakan suatu obat yang heterogen secara kimia. Klasifikasi kimiawi AINS, tidak
banyak manfaat kliniknya karena ada AINS dari subgolongan yang sama memiliki
sifat yang berbeda, sebaliknya ada obat AINS yang berbeda subgolongan tetapi
memiliki sifat yang serupa. Ternyata sebagian besar efek terapi dan efek sampingnya
berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
Bebrapa AINS umumnya bersifat anti-inflamasi, analgesika dan antipiretik.
Efek antipiretiknya bari terlihat pada dosis yang lebih besar dari pada efek
analgesiknya, dan AINS relatif lebih toksis dari pada antipiretika klasik, maka obat-
obat ini hanya digunakan untuk terapi penyakit inflamasi sendi seperti artritis
reumatoid, osteo-artritis, spondilitis ankliosa dan penyakit pirai. Respon individual
terhadap AINS bisa sangat bervariasi walaupun obatnya tergolong dalam kelas atau
derivat kimiawi yang sama. Sehingga kegagalan dengan satu obat bisa dicoba dengan
obat sejenis dari derivat kimiawi yang sama. Semua AINS merupakan iritan mukosa
lambung walaupun ada perbedaan gradasi antar obat-obat ini.

2.2.2 Mekanisme Kerja


Mekanisme kerja anti-inflamsi non steroid (AINS) berhubungan dengan
sistem biosintesis prostaglandin yaitu dengan menghambat enzim siklooksigenase
sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 menjadi terganggu. Enzim
siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform yang disebut KOKS-1 dan KOKS-2. Kedua
isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda. Secara garis besar KOKS-1 esensial
dalam pemelihraan berbagai fungsi dalam keadaan normal di berbagai jaringan
khususnya ginjal, saluran cerna, dan trombosit.
Di mukosa lambung aktivitas KOKS-1 menghasilakan prostasiklin yang
bersifat protektif. Siklooksigenase 2 diinduksi berbagi stimulus inflamatoar, termasuk
sitokin, endotoksindan growth factors. Teromboksan A2 yang di sintesis trombosit
oleh KOKS-1 menyebabkan agregasi trombosit vasokontriksi dan proliferasi otot
polos. Sebaliknya prostasiklin PGL2 yang disintesis oleh KOKS-2 di endotel malro
vasikuler melawan efek tersebut dan menyebabkan penghambatan agregasi trombosit.

8
2.3 Obat Analgesik – Antipiretik serta obat AINS
Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia saat ini :
1. Aspirin
Deskripsi:  Aspirin menghambat pengaruh dan biosintesa dari pada zat-zat
yang menimbulkan rasa nyeri dan demam (prostaglandin). Daya kerja
antipiretik dan analgetik dari pada Aspirin diperkuat oleh pengaruh
langsung terhadap susunan saraf pusat.

Farmakokinetika Aspirin
Asam salisilat adalah asam organic sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin
mempunyai pKa 3,5. Sodium salisilat dan aspirin adalah obat antiinflamasi
yang sama efektifnya , walaupun aspirin mungkin lebih efektif sebagai
analgesik. Salicylate dengan cepat diserap oleh lambung dan usus kecil bagian
atas, menghasilkan kadar puncak plasma salysilate dalam 1-2 j1m. Aspirin
diserap dalam cara yang sama dan dihidrolisis cepat menjadi acetic acid dan
salicylate oleh esterase-esterase dalam jaringan dan darah.
Indikasi : untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit keala dan pusing, sakit
gigi dan nyeri otot serta menurunkan demam.
Kontra indikasi : Penderita tukak lambung dan peka terhadap derivat asam
salisilat, penderita asma, dan alergi. Penderita yang pernahatau sering
mengalami pendarahan bawah kulit, penderita yang sedang terapi dengan
antikoagulan, penderita hemofolia dan trombositopenia.

Farmakodinamika
a. Efek-efek anti inflamasi. Aspirin adalah penghambat non-selektif kedua
isoform COX , tetapi salicylate jauh lebih kurang efektif dalam
menghambat kedua isoform. Salicylate yang tidak di asetilasi mungkin
bekerja sebagai pemangsa (scavenger) radikal oksigen. Dari catatan
diketahui bahwa berbeda dari kebanyakan AINS lainnya, aspirin
menghambat COX secara irreversible, dan bahkan dosis rendah bisa efektif
dalam keadaan tertentu, misalnya penghambatan agregasi platelet.

9
b. Efek-efek analgesik. Aspirin paling efektif untuk mengurangi nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang. Ia bekerja secara perifer melalui efeknya
terhadap inflamasi, tetapi mungkin juga menghambat rangsangan nyeri
pada daerah subkortikal.
c. Efek-efek antipiretik. Aspirin menurunkan suhu yang meningkat,
sedangkan suhu badan normal hanya terpengaruh sedidkit. Efek antipiretik
aspirin mungkin diperantarai oleh hambatan kedua COX dalam sistem
saraf pusat dan hambatan IL-1 (yang dirilis dari makrofag selama episode
inflamasi). Turunnya suhu, dikaitkan dengan meningkatnya panas yang
hilang karena vasodilatasi dari pembuluh darah permukaan (superfisial)
dan disertai keluarnya keringat yang banyak.

Dosis
Dosis analgesik atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang secara
umum dipergunakan adalah kurang dari 0,6 gram dosisi oral. Dosis yang lebih
besar mungkin memprpanjang efek. Dosisi biasa tersebut bisa di ulang setiap
4 jam dan dosisi yang lebih kecil (0,3 g) setiap 3 jam sekali. Dosisi untuk
anak-anak adalah 50-75 mg/kg/hari dalam dosisi yang terbagi.
Dosis antiinflamasi rata-rata dapat sampai 4 gram per hari. Untuk anak-
anak 50-75 mg/kg/hari. Kadar dalam darah 15-30 mg/dl. Waktu paro 12 jam.
Biasanya dosi terbagi 3 kali/hari, sesudah makan           

2. Neuralgin
- Indikasi:
Meringankan rasa nyeri pada sakit kepala, sakit kepala pada migrain,
nyeri otot, sakit gigi dan nyeri haid.
- Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap paracetamol atau ibuprofen dan anti-inflamasi
non steroid (AINS) lainnya serta caffeine.penderita dengan ulkus peptikum
(tukak lambung dan usus 12jari) yang berat dan aktif. Penderita dimana
bila menggunakan acetosal atau obat-obat anti-inflamasi non-steroid

10
lainnya akan timbul gejala asma, rinitis(selesma) atau urtikana. Wanita
pada kehamilan tiga bulan terakhir.
- Cara Kerja Obat:
Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan ibuprofen merupakan
obat analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang
memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik
(menurunkan demam), dan anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).
- Efek Samping:
Yang paling sering adalah gangguan saluran cerna seperti mual, muntah,
nyeri ulu hati, kemerahan pada kulit, trobositopenia, limfopenia, dll. Dapat
terjadi reaksi hipersensitivitas, terutama pada penderita dengan riwayat
asma, atau reaksi alergi lain terhadap golongan anti-inflamasi nonsteroid
(AINS). Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menimbulkan
krusakan fungsi hati. Penggunaan pada penderita yang mengkonsumsi
alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi hati. Penurunan
ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna dapat terjadi,
tetapi sangat jarang dan akan sembuh bila penggunaan dihentikan.

3. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai
analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat
menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya
dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan
cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan
dosisnya.

11
- Indikasi: Nyeri ringan sampai sedang termasuk dysmenorrhea, sakit kepala;
pereda nyeri pada osteoarthritis dan lesi jaringan lunak; demam termasuk
demam setelah imunisasi; serangan migren akut, tension headache
- Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati berat, hipersensitif terhadap
paracetamol
- Perhatian : Gangguan hati; gangguan ginjal; ketergantungan alkohol

4.  Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat.
Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh
wanita hamil dan menyusui.

- Indikasi: analgesic dan anti inflamasai rheumatoid


- Kontra indikasi : asma, tukak lambung, wanita hamil, hiersensivitas.
- Efek : mual, muntah, diare, kostipasi, nyeri dan rasa panas di epigastrum
Dosis :
- Oral: Dewasa             : 1200 – 1800 mg/ hr Dibagi 3 – 4 (maks 2.400 mg/hr
- Anak > 30 Kg BB     : 20 mg/ kg BB/ hr
- \Anak < 30 kg BB      : maks 500 mg/ hr
- PO                             : Berikan segera sesudah makan

5. Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat
terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus
diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
- Indikasi : Sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot tulang , nyeri karena luka,
nyeri setelah operasi, nyeri setelah melahirkan, dismenore, nyeri reumatik,
nyeri tulang belakang, demam.

12
- kontra indikasi : Ulserasi sampai inflamasi saluran cerna, peny. ginjal atau
hati, hipersensitif, tukak lambung.
- Efek samping : Mual, muntah, diare, iritasi lambung, pusing-using dan
gangguan penglihatan.

6. Tramadol
Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin. Tramadol
digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol pelepasan
lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang memerlukan
waktu yang lama. Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum
dengan dosis lebih besar atau lebih lama dari yang diresepkan dokter. Jangan minum
tramadol lebih dari 300 mg sehari.
- Indikasi : Pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri pasca op.
Ketergantungan obat dan opium, sensitif terhadap tramadol atau opiat,
mendapat terapi MAOI, intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotik,
analgesik, atau obat yang mempengaruhi system syaraf pusat dan yang
lainya.
- Kontra indikasi : tidak dianjurkan pada wanita hami dan menyusui.
- Efek samping : pusing, sedasi, lelah, sakit kepala pruritus, berkeringat,
kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah, dyspepsia, obstipas
- Dosis : Dewasa & anak > 16 thn 50 mg dosis tunggal, dapat ditingkatkan
50 mg ssdh selang waktu 4-6 jam. Maks : 400 mg /hr. Diberikan bersama
atau tanpa makanan.
7. Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini
digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada
anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam
penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak
boleh digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.

13
8. Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika
digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM
(intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan
kanker. Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan rasa
sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang
persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap
menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat
untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh
aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan
ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak.
Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis
secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.

9.  Naproxen
Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen
bekerja dengan cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan rasa
nyeri di tubuh.

14
2.4 Interkasi Obat
Daftar Interaksi Obat
No Nama Obat A Nama Obat B Interaksi Obat Efek Ket
1 Alfentanil Erythromycin erythromycin, fluconazole, Alfentanil Sinergis
(Alfenta®) troleandomycin  dapat segera di
menghambat cytochrome eliminasi dari
2 Troleandomycin
P450isoenzyme CYP3A dalam tubuh
3/4 di hati yang berfungsi

3 Fluconazole memetabolisme alfentanil.

4 H2-blockers Cimetidine tapi bukan Kadar Aditif


ranitidine meningkatkan alfentanil
kadar  alfentanil dalam meningkat
darah.
3 Aspirin or Caffeine Caffeine meningkatkan Kadar aspirin Aditif
Salicylates absorbs aspirin dalam meningkat
darah
5 Tamarindus Tamarindus indica fruit Kadar aspirin Aditif
indica fruit extract  meningkatkan meningkat
extract absorbs aspirin sehingga
kadar didalam darah
meningkat
6 Dextromorami Troleandomycin Meningkatnya efek Efek Aditif
de dextromoramide dan koma farmakologis
pada laki-laki dapat diatasi meningkat
dengan troleandomycin.
7 Fentanyl Baclofen Efek fentanyl meningkat efek Aditif
dengan adanya baclofen farmakologis
meningkat
8 Cimetidine Efek fentanyl meningkat efek Aditif
dengan adanya cimetidine farmakologis

15
meningkat
9 Lornoxicam H2-blockers Cimetidine, tapi bukan Kadar Aditif
ranitidine, dalam kadar meningkat
yang kecil dapat
meningkatkan kadar 
lornoxicam
10 glibenclamide Lornoxicam meningkatkan Efek Aditif
efek glibenklamid farmakologi
meningkat
11  Cimetidine Kadar cimetidine Kadar Aditif
meningkat cimetidine
meningkat
13 Methadone  Ciprofloxacin Lonorxicam menghambat Kadar Aditif
metabolism ciprofloxacin ciprofloxacin
meningkat
15 Fluconazole Fluconazole meningkatkan Kadar Aditif
level methadone. methadone
meningkat
16 Selective Methadone  meningkatkan Efek Aditif
serotonin re- efek samping dari farmakologis
uptake inhibitors fluvoxamine fluvoxamine
(SSRIs) meningkat
17 Morphine Dexamfetamine Dua kombinasi obat dapat Efek Sinergis
(Dextroamphetam meningkatkan efek farmakologis
ine) or analgesic dan menurunkan meningkat
Methylphenidate efek samping
18 Fluoxetine Fluoxetine dapat Efek Sinergis
meningkatkan efek farmakologis
analgesic dan menurunkan meningkat
efek samping dari morfin
19 Food Makanan dapat Efek Aditif
meningkatkan efek morfin farmakologis
yang digunakan oral dan meningkat

16
penyampaian dalam darah
20 Metoclopramide Metoclopramide Efek Aditif
meningkatkan tingkat farmakologis
absorbs morfin-oral dan meningkat
kadar didalam darah
21 Secobarbital meningkatkan efek Efek Aditif
(Quinalbarbitone) depresan respiratory farmakologis
meningkat
22 Tricyclic Bioavaibilitas analgetik Kadar Aditif
antidepressants meningkat analgetik
meningkat

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Obat yang ada saat ini masih jauh dari ideal. Tidak ada obat yang memenuhi
semua kriteria obat ideal, tidak ada obat yang aman, semua obat menimbulkan efek
samping, respon terhadap obat sulit diprediksi dan mungkin berubah sesuai dengan

17
hasil interaksi obat, dan banyak obat yang mahal, tidak stabil, dan sulit diberikan.
Karena banyak obat tidak ideal, semua anggota tim kesehatan harus berlatih “care”
untuk meningkatkan efek terapeutik dan meminimalkan kemungkinan bahaya yang
ditimbulkan obat.
Sebagai salah satu dari tim kesehatan, seyogyanya harus paham betul akan
pemanfaatan obat yang bertujuan memberikan manfaat maksimal dengan tujuan
minimal. Dan berikut ini adalah hal yang harus diperhatikan dalam pengobatan :
- Mengkaji kondisi pasien
- Mengobservasi kerja obat dan efek samping obat.
- Memberikan pengetahuan tentang indikasi obat dan cara penggunaannya.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :
- Untuk obat analgesik-antipiretik , dianjurkan jangan terlalu mengkonsumsi
obat ini secara berlebihan dikarenakan dapat menyebabkan ketergantungan
bagi pemakainya.
- Dan untuk obat anti inflamasi pengguna juga di harapkan tidak terlalu
berlebihan atau ketergantungan karena mekanisme kerja obat ini dapat
menyebabkan terjadinya perubahan kerja enzim.

DAFTAR PUSTAKA

Berman, Audrey., dkk. 2009. Buku Ajar Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta : EGC.

18
dr. Theodorus. _______. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Jakarta : EGC.

Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy

Pharmacology). Jakarta : Alih Bahasa: Bagian Farmakologi F K U I.

Katzung. G. Bertram 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik EdisiVIII Bagian ke II.

Jakarta : Salemba Medika.

Schmitz, Gery, dkk. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : EGC.

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fak. Kedokteran UNSRI. 2008. Kumpulan

Kuliah Farmakologi. Jakarta : EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai