Oleh:
Kelompok 4
1. Lutviana Wahyuni Nur Aditama (17410171005)
2. Jabal Nur Hamdani (17410171007)
3. Figa Cospiningrum Tito Putri (17410171015)
4. Salsabilla Zahra Wahidah (17410174061)
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi
bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman
ataupun obat-obatan. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat
pemakaian obat dengan bahan-bahan lain tersebut termasuk obat tradisional
dansenyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika
duaatau lebih obat sekaligus dalam satu periode (polifarmasi)
digunakanbersama-sama. Interaksi obat berarti saling pengaruh antarobat
sehingga terjadi perubahan efek. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai
macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-
proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi),
dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan
secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga
dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan
obat.
Medikamentosa adalah obat-obatan yang digunakan untuk terapi pada
pengobatan pasien. Medikamentosa berasal dari zat-zat kimia yang
mengandung fungsi tertentu jika berinteraksi dengan tubuh. Ada banyak jenis
pengobatan medikamentosa yang diberikan kepada pasien, salah satunya
yaitu obat analgesik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari analgesik?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi analgesik?
3. Apa saja jenis-jenis obat analgesik?
4. Bagaimana cara kerja obat analgesik?
1.3 Tujuan
1. Mampu mengetahui definisi analgesik.
2. Mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi analgesik.
3. Mampu mengetahui jenis-jenis obat analgesic dan contohnya.
4. Mampu mengetahui cara kerja obat analgesik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Analgesik
Analgetik atau analgesik, adalah obat yang digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman
pada orang yang menderita.
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak
menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau
kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Gejala Nyeri dapat
digambarkan sebagai rasa benda tajam yang menusuk, pusing, panas seperti
rasa terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri yang hilang
timbul dan berbeda tempat nyeri.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar
orang sering mengunakannya misalnya ketika sakit kepala atau sakit gigi,
salah satu komponen obat yang diminum biasanya mengandung analgetik
atau pereda nyeri. Pada umumnya (sekitar 90%) analgetik mempunyai efek
antipiretik.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
2
untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fractura
dan kanker. Efek samping yang paling sering muncul adalah mual,
muntah, konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang besar dapat
menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan. Selain itu, juga dapat
mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta
ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-
gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan.
3
b. Petidin
Petidin (pethidine) atau meperidin hidroklorida adalah anti
nyeri yang termasuk dalam golongan narkotika. Obat ini
biasanya diaplikasikan untuk menghilangkan nyeri yang
bersifat sedang sampai berat terutama pada saat selesai operasi
atau pada saat proses kelahiran.
Petidin merupakan substansi kristal putih yang mencair
pada suhu 186-189 derajat Celsius dan bersifat larut dalam air.
Nama kimia petidin adalah Asam 4-Piperidinecarbosilik, 1-
metil 4-fenil, etilester hidroklorida dengan rumus kimia
C5H21NO2. Substansi ini terdiri dari bahan inaktif berupa
kalsium sulfat, dikalsium fosfat, asam stearik dan talkum. Obat
ini biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri yang bersifat
sedang sampai berat.
Obat ini menimbulkan efek pada susunan saraf pusat dan
otot polos sehingga selain berperan sebagai antinyeri, petidin
juga dapat digunakan untuk sedasi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa petidin dapat mengurangi spasme otot
polos, konstipasi dan menekan refleks batuk.
2. Golongan Analgesik Non-Narkotik
a) Ibupropen
Ibupropen merupakan derivat asam propionat yang
diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik
dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui
tidak di anjurkan meminim obat ini.
b) Paracetamol/acetaminophen
Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan
parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah
menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik,
parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena
dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak
4
memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.
Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang
berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu
meningkatkan dosisnya.
c) Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam
mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga
interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek
samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya
dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
2.4 Cara Kerja
Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau
listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan
disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang
letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain.
Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf
pusat (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian
ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.
Ada dua jenis obat analgesik yaitu analgesik narkotik dan non-narkotik
dengan cara kerja yang berbeda dalam merangsang reseptor nyeri.
5
mempengaruhi hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh
ketika demam. Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis
prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan
aliran darah ke perifer (vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas
banyak keluar dari tubuh.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus
atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa
inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan
histamin. PG dan brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan
membawa impuls nyeri ke SSP. Analgesik dapat menghambat sintesis
PG dan brandikinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan
reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik
dan antipiretik adalah golongan salisilat dan asetominafin
(parasetamol).
6
BAB III
LATIHAN SOAL
7
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Berdasarkan aksinya, Analgesik di bagi
menjadi 2 yaitu: Analgesik narkotika dan Obat Analgetik Non-narkotik.
Umumnya cara kerja analgetik adalah dengan menghambat sintesa
neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam.
Dengan blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi
mendapatkan "sinyal" nyeri, sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur
menghilang.
4.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA