Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ANALGETIK ANTIPIRETIK

Dosen Pengampu : Jonnefi,Apt,M.Kes

Disusun Oleh:
INTAN FAUZIAH PUTRI
200325022

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN


STIKES ABDI NUSANTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia
serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Analgetik Antipiretik ini
dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita,
Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak
Jonnefi,Apt,M.Kes selaku dosen mata kuliah Farmakologi.

Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal saya selaku penulis
usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 25 Agustus 2021


Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
A. PENGERTIAN ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK........................................................................................4
B. PENGGOLONGAN................................................................................................................................5
BAB III........................................................................................................................................................10
PENUTUP...................................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................................10
B. SARAN................................................................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN
Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila
tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-
obatan. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat dengan
bahan-bahan lain tersebut termasuk obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi
obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat sekaligus dalam satu periode
(polifarmasi ) digunakan bersama-sama. Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat
sehingga terjadi perubahan efek. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam
proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut
meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam
proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan dapat
menimbulkan suatu interaksi.

Obat analgesik – antipiretik merupakan obat yang yang sudah dikenal luas
seperti obat parasetamol. Obat – obat ini banyak dijual sebagai kemasan tunggal
maupun kemasan kombinasi dengan bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai
obat bebas sehingga mudah ditemukan di apotek, toko obat, maupun di warung –
warung. Karena mudah didapatkan resiko untuk terjadi penyalahgunaan obat ini
semakin besar.

Pada umumnya obat – obat analgesic mempunyai efek antipiretik.


Penggunaan obat – obat analgesic – antipiretik ini mampu menghilangkan atau
meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada system susunan saraf pusat atau
bahkan hingga efek menurunkan kesadaran. Obat analgesic – antipiretik ini tidak
menyebabkan efek ketagihan pada penggunanya.

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat
mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Hanya menurunkan temperatur
tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal. Oba golongan ini bekerja
dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen). Contoh Obat Antipiretik :
Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol, zacoldin, poldan
mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat, salisilamida.
Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu
tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa
nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Analgetik atau analgesik,
merupakan obat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat
penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan memberikan
rasa nyaman pada orang yang menderita.
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang
adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang
otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut mediator
nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung
syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangang
dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP), melalui sumsum
tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar,
dimana rangsang terasa sebagai nyeri.
Cara Pemberantasan Rasa Nyeri:
1. Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik

4
perifer atau oleh anestetik lokal.
2. Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya
dengan anestetik local.
3. Menghalangi pusat nyeri dalam SSP dengan analgesik sentral (narkotik) atau
dengan anestetik umum.
Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa neurotransmitter
tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade sintesa
neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri,sehingga
rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.

B. PENGGOLONGAN
Analgesik Narkotik
Disebut juga analgesik sentral. Memliki daya penghilang rasa nyeri yang kuat sekali,
mengurangi kesadaran (mengantuk) dan memberikan rasa nyaman (euphoria). Dapat juga
menyebabkan toleransi, kebiasaan (habituasi),ketergantungan fisik dan psikis (adiksi) dan
gejala-gejala abstinensi bila diputuskan pengobatan(gejala putus obat).

Secara kimia, obat-obat ini dibagi dalam beberapa kelompok antara lain:
a. Alkaloida candu alamiah: morfin dan kodein
b. Sintesis : heroin, hidromorgon, dionin, hidrokodon
c. Pengganti morfin:
 Petidin dan turunannya: fentanil, sulfentanil
 Fenantren dan turunannya: levorfanol, pentazosin
 Metadon dan turunannya: dekstromoramida, d-propoksifen, bezitramida,
dan lain-lain.
 Pentazosin tidak termasuk Undang-undang narkotika,karena bahaya
habituasi dan adiksinya ringan.
 Antagonis morfin
Adalah zat-zat yang dapat melawan efek-efek dari narkotika tanpa mengurangi kerja analgetika
dan terutama digunakan sebagai antidotum dari keracunan (intoksikasi) obat-obat narkotika.
Zat-zat ini juga berkhasiat analgetik, tapi mirip dengan morfin, antara lain depresi pernafasan
dan reaksi psikotis. Obat-obat yang sering digunakan adalah nalorgin, nalokson dan juga
pentazosin(bekerja antagonis morfin agak lemah)

5
 Efek-efek samping umum

Pada dosis biasa: gangguan lambung usus (mual, muntah-muntah,obstipasi, efek saraf
pusat(kegelisahan, rasa kantuk, euphoria), dan lainlain
 Pada dosis tinggi: efek-efek yang lebih berbahaya seperti sulit bernafas,tekanan darah
turun, sirkulasi darah terganggu, koma dan pernafasan terhenti.
 Obat-obat tersendiri
1. Fentanil, adalah derivat petidin dengan khasiat 80 kali morfin. Mulai kerja cepat sekali.
Digunakan pada nyeri setelah operasi, biasanya dikombinasikan dengan Droperidol.
2. Metadon; Amidon; Polamidon adalah zat sintetis yang khasiat analgetiknya sama dengan
morfin, tetapi kerjanya lebih lambat, tak memiliki khasiat sebagai hipnotik, sehingga lebih
cocok digunakan untuk rasa nyeri yang kronis
3. Morfin, adalah salah satu alkaloida dari Papaver somniferum. Sifat analgetikanya
berdasarkan penekanan terhadap susunan saraf sentra disertai perasaan nyaman, penghambatan
pernafasan dan sembelit,perasaan mual dan muntah-muntah, yang terpenting adalah
menyebabkan ketergantungan atau ketagihan.
4. Petidin; dolatin, merupakan zat sintesis yang secara kimia lebih menyerupai atropin daripada
morfin. Memiliki sifat spasmolitik,sedangkan sifat menekan terhadap pusat batuknya sama
dengan morfin.
5. Kodein, juga merupakan alkaloida dari Papaver somiferum, tetapi lebih aman, sifat
analgetiknya lebih kuat, efek sampingnya lebih sedikit dan sifat ketergantungannya lebih lemah
dibandingkan morfin. Dalam dosis biasa menimbulkan depresi dan karena dapat menekan
pusat batuk maka banyak digunakan sebagai obat batuk.
6. Dihidromorfinon; dilaudid, adalah turunan morfin dengan khasiat analgetiknya 5kali morfin,
tetapi jangka waktu bekerjanya lebih pendek dan khasiat biusnya lebih lemah.
7. Heroin; Diasetilmorfin, adalah zat semi sintesis dari turunan morfin, sifat analgetiknya lebih
kuat dan menimbulkan sifat ketergantungan yang lebih hebat sekali, sehingga tidak dipakai lagi
dalam penngobatan.
8. Pentazosin; Fortal, Wintrop, adalah zat sintesis dari morfin, memiliki kerja antagonis agak
lemah terhadap narkotik. Khasiat analgetiknya sedang hingga kuat, antara kodein dan petidin.
9. Nalorfin; Alilnormorfin; adalah antagonis morfin, bekerja meniadakan semua khasiat morfin
dan analgetika. Khusus digunakan paha kasus overdosis atau intoksikasi obat-obat analgetika
narkotika.
10. Nalokson, derivat terbaru (1969), khasiat antagonis morfinnya lebih kuat,tetapi kerjanya
pendek . digunakan untuk mengobati pasien yang ketagihan morfin atau heroin.

6
Analgesik Non Narkotik (analgatika perifer)
Obat – obat ini dinamakan analgetika perifer karena tidak mempengaruhisusunan saraf
sentral, tidak menurunkan kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan. Analgetika non
narkotika memiliki daya kerja :
o Khasiat antipiretik : menurunkan suhu badan saat demam (analgesic – antipiretik).
Khasiat berdasarkan rangsangabn terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus,
mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor
disertai keluarnya banyak keringat. Misalnya: parasetamol, asetosal, aminofenazon dan
lain – lain.
o Khasiat antiflogistik : anti radang atau anti inflamasi
o Anti radang sama kuat dengan analgesic : digunakan sebagai anti nyeri atau rematik.
Contoh : asetosal, amidopirin, ibuprofen, dan asam mefenaminat
o Anti radangnya lebih kuat : fenil butazon, nifluminat, metiazinat, dan lain – lain
Penggolongan obat analgesic non narkotika :
1 Salisilat – salisilat : asetosal, salisilamida, dan natrii salisilat
2 Derivat para amino penol : panacetin, asetaminofen
3 Derivat pirazolon : antipirin, aminofenazon, dipiron, fenilbutazon, dan turunan – turunannya
4 Derivat antranilat : glafenin, asam mefenaminat
 Efek samping umum
1 Kerusakan lambung dan usus (golongan salisilat dan p-aminofenol)
2 Kerusakan darah seperti leucopenia, agranulositosis (golongan salisilat,p-aminofenol,
pirazolon, dan antranilat)
3 Kerusakan hati dan ginjal khususnya derivat p-aminofenol
 Obat – obat tersendiri
1 Asam asetil salisilat : dari semua senyawa salisilat, asetosal memiliki khasiat analgetik,
antipiretik, dan anti flogistik yang terkuat. Maka banyak digunakan dalam segala macam
preparat untuk melawan demam, influenza, sakit kepala, otot, sendi, gigi, dan lainnya.
Namun,untuk nyeri “di dalam” (organ-organ) kurang efektif. Untuk rematik penghambat
prostaglandin ini masih sering dianggap sebagai obat pilihan pertama, meskipun banyak obat
rematik baru telah dikeluarkan.
 Efek samping yang sering terjadi adalah iritasi mukosa lambung
dengan terjadinya borok lambung. Efek ini lumrah sekali pada zatzat yang berkhasiat anti
radang dan dapat dikurangi dengan penggunaan bersamaan dengan antasida atau dengan
menggunakan sebagai garam kalsium (Ascal) yang mudah larut atau pula sebagai tablet enteric
coated yang baru melarut (pecah) dalam usus.

7
 Selain ini asetosal memperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis lebih tinggi dari
normal dapat mengakibatkan tinnitus (suara bergema di telinga), gangguan pada
pernafasan (hiperventilasi), juga menggigau.
- Natrium salisilat, berkhasiat lebih lemah dari asetosal maka dosisinya harus lebih tinggi, efek
sampingnya lebih kurang sama dengan asetosal, terkecuali tidak merintangi tergumpalnya
pelatpelat darah namun hanya pada dosis tinggi (rematik) dapat memperpanjang waktu
protombin.
- Salisilamida adalah turunan salisilat, yang juga lebih lemah dari asetosal khasiat
analgesiknya, lagi pula efeknya tak dapat dipercaya. Lebih sering menggaggu pencernaan,
pendarahan,okult lebih ringan, di dinding usus mengalami FPE (First Pass Effect) yang besar,
maka dosisnya harus tinggi. Dalam tubuh tidak dirombak menjadi salisialat.
2. Aminofenazon ( amidopirin )
Derivate pirazolon ini memiliki khasiat analgesic, antipiretik, dan antiflogistik yang kuat sekali
dan digunakan pada nyeri hebat (dengan radang) yang tidak dapat dikendalikan oleh asetosal
atau parasetamol.
3. Fenasetin (asetofenetidin)
Derivate asetanilida ini berkhasiat antipiretik dan analgetik dan umumnya digunakan bersama
asetosal dan kafein atau kodein, yang memperkuat kerjanya.
- Parasetamol (asetaminofen) adalah metabolit fenasetin dengan khasiat analgetik dan
antipiretik yang sama sedikit lebih lemah dari asetosal. Efek sampingya lebih ringan.
4. Indometasin
Daya analgesic dan anti radang sama kuat dengan asetosal, sering digunakan pada serangan
encok akut. Efek sampingnya adalah gangguan lambung-usus, perdarahan tersembunyi pada
rectal, pusing, tremor, dan lain-lain
5. Ibuprofen
Analgesic anti flogistik dari kelompok propionate. Banyak digunakan sebagai anti radang. Efek
sampingnya lebih ringan dibandingkan dengan asetosal atau indometasin.
6. Fenilbutazon
Derivate pirazolon ini mempunyai khasiat anti flogistik yang lebih kuat daripada khasiat
analgesiknya. Karena ini khususnya digunakan sebagai obat rematik, seperti juga halnya denga
oksifenilbutazon.
7. Glafenin
Zat ini adalah suatu derivat 4-aminokinolin yang terikat pada asam antranilat. Khasiat
analgesiknya lebih kurang sama dengan asetosal, tapi tidak memiliki kerja antipiretik dan anti
radang dosis normal.

8
Asam mefenaminat adalah derivate antranilat dengan khasiat analgesic antipiretik dan anti
flogistik yang cukup baik . efek samping yang sering terjadi adalah gangguan lambunjg-usus,
reaksi alergi kulit dan kerusakan darah.
8. Piroksisam
Bekerja sebagai analgesic antipiretik dan anti radang yang digunakan untuk melawan encok.
Efek sampingnya adalah pendarahan dalam lambung-usus

9
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Analgesik adalah obat-obat/zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri termasuk demam merupakan suatu gejala yang berfungsi
melindungi dan memberi tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti
infeksi kuman, kejang-kejang otot, peradangan (rematik, encok) dan lain-lain. Sedangakan
antipiretik adalah obat-obat/zat-zat yang dapat menurunkan suhu badan pada keadaan demam.
2. Obat analgesik-antipiretik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgesik narkotik dan analgesik
non narkotik.
3. Contoh obat dan penyakit dari penggunaan analgesik-antipiretik adalah:
a. Golongan narkotik
o Fentanil sebagai obat nyeri sesudah operasi
o Metadon digunakan untuk nyeri kronis
o Kodein digunakan sebagai obat batuk

b. Golongan non narkotik


o Piroksikam digunakan sebagai obat entok
o Ibuprofen digunakan sebagai anti radang
o Indometasin digunakan untuk pengobatan encok akut

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, diharapkan untuk kedepan agar bisa bermanfaat untuk
referensi pelajaran dan bisa lebih menyempurnakan makalah ini.

10

Anda mungkin juga menyukai