Dosen Pengampu
Apt. Yani Ambari, S. Farm., M. Farm.
Kelompok 2
Atita Aisyatus Setyani : (23020200038)
Fariska Chalita Putri : (23020200059)
Fasikhatul Lisan : (23020200063)
Nabilla Hawan Zayain : (23020200058)
Sherly Mardhatillah Mahfudz : (23020200060 )
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ANWAR MEDIKA KRIAN
2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia Nya kepada kami, sehingga penyusunan makalah
ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penyusun.
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analgesik
Obat analgesik digunakan untuk meredakan rasa sakit atau nyeri, seperti
sakit kaepala, sakit gigi, nyeri otot, nyeri pasca operasi, dan nyeri haid. Analgesik
bekerja dengan cara mengurangi peradangan di tempat rasa sakit atau mengubah
cara otak dalam memproses dan merasakan rasa sakit. Obat ini tersedia dalam
berbagai bentuk, seperti oral (pil, tablet, kapsul, dan cairan), topikal (gel dan
salep), dan supositoria (obat yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus.
3
2.1.2 Macam-Macam Obat Analgesik
Morfin tetap menjadi pilihan utama untuk nyeri berat, meskipun dapat
menyebabkan efek samping seperti mual dan muntah. Opioid memiliki efek
samping yang lebih banyak dibandingkan dengan analgesik non-opioid, seperti
ketergantungan dan kecanduan. Oleh karena itu, penggunaan opioid hanya
disarankan dengan resep dokter dan harus dilindungi secara ketat. Selain itu, obat
ini juga digunakan dalam terapi medis untuk mengatasi nyeri akibat kanker, nyeri
pasca operasi, dan kondisi nyeri lain yang tidak dapat diatasi dengan analgesik
yang lebih rendah potensinya. Berikut adalah contoh analgesik narkotik yang
sering di pakai di Indonesia saat ini :
Morfin HCL
Kodein
Fentanil HCL
4
Petidin
Tramadol
2. Analgesik Non-Opioid atau Non-Narkotika Obat Analgesik
Analgetik narkotik disebut juga analgetik opioid yaitu obat-obat yang daya
kerjanya meniru opioid endogen yaitu endorfin. Endorfin merupakan sistem
penghambat nyeri tubuh sendiri yang bekerja dengan menduduki reseptor nyeri di
sistem saraf pusat (SSP), sehingga perasaan nyeri dapat diblokir. Analgetik
narkotik bekerja dengan menduduki sisa-sisa reseptor nyeri yang belum ditempati
dengan endorfin tersebut, sehingga jika digunakan terus menerus akan
5
menstimulasi pembentukan reseptor-reseptor baru yang mengakibatkan kebiasaan
dan ketagihan (Tjay, 2007 dalam Taba, 2016).
Zat ini mempunyai daya penghalau nyeri yang kuat sekali dengan titik
kerja yang terletak di sistem saraf sentral, zat ini umumnya menurunkan
kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman
(euphoria), serta mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikis (ketagihan,
adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan (Sariana,
2011).
Indikasi : Meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati
dengan dengan analgesic non-opioid- seperti paca operasi. Mengurangi atau
6
menghilangkan sesak napas akibat edema pulmonal yang menyertai gagal jantung
kiri.Mengehentikan diare.
Kontraindikasi: pada pasien penyakit hati dan orang tua dosis harus dikurangi
karena terjadinya perubahan pada disposisi obat. Selain itu dosis meperidin perlu
dikurangi bila bersama antisipkosis.hipnotif sedativ dan obat-obat lain penekan
SSP.
Salisilat
Indikasi: mengobati nyeri tidak spesifik misal sakit kepala, nyeri sendi, nyeri
haid , neualgia dan myalgia, demam reumatik akut.
Paracetamol
Indikasi: sebagai mengobati nyeri, sakit kepala dan bisa menurunkan demam.
Paracetamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama karena kemungkinan
menimbulkan nefropati analgesik.
Asam Mefenamat
7
Kontraindikasi : tidak dianjurkan diberikan pada anak dibawah usia 14 tahun dan
wanita hamil dan pemberian tidak melebihi 7 hari.
2.2 Kortikosteroid
Obat ini dapat diperoleh hanya melalui resep dokter, sehingga sangat
penting untuk tidak membeli tanpa pengawasan dokter. Ketika kortikosteroid akan
digunakan untuk jangka panjang, harus diberikan dalam dosis minimal yang
masih efektif, kemudian secara bertahap ditingkatkan, dan diturunkan secara
8
bertahap pula. Terapi untuk mengatasi keadaan kronis, dosis awal harus besar, dan
dapat ditingkatkan dua kali lipat bila efek belum terlihat dan untuk keadaan yang
mengancam jiwa, dapat diberikan dosis yang besar dan waktu yang singkat.
Obat kortikosteroid adalah obat anti nyero yang penggunaanya melalui mulut.
9
2.2.3 Cara Kerja Obat Kortikosteroid
Begitu juga pada lipoxygenase tidak akan terbentuk sehingga leukotrien yang
menyebabkan vasokontriksi dan bronkokontriksi pun tidak terbentuk (Sudewa dan
10
2.2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Obat Kortikosteroid
1. Prednison
Indikasi Prednison :
Kontraindikasi Prednison:
4. Seseorang yang memiliki gangguan imunitas, dan sedang dalam keadaan sakit,
misalnya orang dewasa, atau anak yang non-imun dan terserang penyakit infeksi,
dan campak.
2. Dexametasone
Indikasi Dexametasone:
11
Dexametason digunakan sebagai antiinflamasi dan imunosupresan, misalnya pada
penyakit sendi inflamatori, meningitis bakterial, ataupun eksaserbasi akut multiple
sklerosis. Belum terdapat bukti klinis yang dapat digunakan sebagai acuan dosis
dexamethasone. Secara umum, penggunaan glukokortikoid, termasuk
dexamethasone, sebaiknya dengan dosis minimal, dan durasi sesingkat mungkin.
Kontraindikasi Dexametasone:
infeksi akut yang tidak diobati misalnya tuberkolosis dan herper zoster, juga
merupakan kontraindikasi lain penggunaan dexamethasone, karena
dexamethasone memiliki efek imunosupresan sehingga dapat memperparah
infeksi. Tetes mata dexamethasone dikontraindikasikan pada pasien dengan
infeksi jamur atau virus, karena dapat memperparah infeksi.
3. Methylprednisolon
Indikasi Methylprednisolon
Kontraindikasi Methylprednisolon
12
hipersensitivitas dan penggunaan pada pasien yang akan melakukan vaksinasi
virus hidup.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
14
2. Analgesik Non-Opioid atau Non-Narkotika Obat Analgesik
Beberapa contoh obat analgesik non-narkotika yang sering digunakan
antara lain parasetamol, aspirin, ibuprofen, asam mefenamat, dan
naproxen.
Analgetik narkotik disebut juga analgetik opioid yaitu obat-obat yang daya
kerjanya meniru opioid endogen yaitu endorfin. Endorfin merupakan sistem
penghambat nyeri tubuh sendiri yang bekerja dengan menduduki reseptor nyeri di
sistem saraf pusat (SSP), sehingga perasaan nyeri dapat diblokir. Analgetik
narkotik bekerja dengan menduduki sisa-sisa reseptor nyeri yang belum ditempati
dengan endorfin tersebut, sehingga jika digunakan terus menerus akan
menstimulasi pembentukan reseptor-reseptor baru yang mengakibatkan kebiasaan
dan ketagihan (Tjay, 2007 dalam Taba, 2016).
Indikasi : Meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati
dengan dengan analgesic non-opioid- seperti paca operasi. Mengurangi atau
15
menghilangkan sesak napas akibat edema pulmonal yang menyertai gagal jantung
kiri.- Mengehentikan diare.
Salisilat
Indikasi: mengobati nyeri tidak spesifik misal sakit kepala,, nyeri sendi, nyeri haid
, neualgia dan myalgia, demam reumatik akut.
3.2 Kortikosteroid
Obat kortikosteroid adalah obat anti nyero yang penggunaanya melalui mulut.
16
Contohnya salep ( mometason, pirofel, hidrokortison, desoksimetason, cinolon,
dll.)
1. Prednison
Indikasi Prednison :
Kontraindikasi Prednison:
3.2. SARAN
Sebaiknya gunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan pergunakanlah obat
tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita, jangan menggunakan obat kurang
atau melebihi batasnya
DAFTAR PUSTAKA
18