PENGGOLONGAN OBAT
OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Penggolongan
Obat” untuk mata kuliah Farmakologi Keperawatan.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi. Kami
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca.
Kami sebagai penulis merasa bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar makalah ini dapat kami sempurnakan.
2
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Klasifikasi Obat Berdasarkan Efek Samping dan Interaksi Obat ................7
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.4 Manfaat
1. Bagi tenaga kesahatan, makalah ini diharapkan mampu menjadi acuan
dalam pemberian obat kepada pasien.
2. Bagi mahasiswa, makalah ini diharapkan bisa dikembangkan menjadi
makalah yang lebih baik lagi untuk menambah nilai dan pengetahuan.
3. Bagi masyarakat umum, makalah ini diharapkan bisa membantu dalam
penggunaan obat yang baik sesuai kondisi yang dialami.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
atau membunuh sel bakteri sehingga infeksi bakteri bisa teratasi.
Antibiotik tidak boleh digunakan sembarangan, karena bisa meningkatkan
risiko terjadinya resistensi atau kekebalan terhadap antibiotik.
7
(ADRs) dibagi menjadi tiga yang dapat merugikan yaitu tipe A, tipe B, dan
tipe C (Widjaja and Firmansyah, 2021).
1. Efek samping tipe A adalah efek samping yang sudah terdeteksi saat uji
klinik berkaitan dengan dosis dan timbul keterkaitan dengan efek
farmakologi dari obat tersebut. Secara umum, efek samping tipe A ini
tidaklah berat, contohnya penggunaan fenotiasin yang dapat menimbulkan
ekstrapiramidal karena efek anti kolinergiknya.
2. Efek samping tipe B biasanya berupa alergi obat. Efek samping ini
umumnya berbahaya bahkan dapat mengancam nyawa, seperti syok
anafilaksis. Pemberian ini dikontraindikasikan pada orang yang
mengalami alergi ini. Efek samping tipe B biasanya tidak terdeteksi pada
pengujian klinis satu sampai tiga, namun mungkin bisa terdeteksi pada
pengujian klinis ke empat.
3. Efek samping tipe C adalah efek samping yang paling sulit dideteksi. Efek
samping ini timbul akibat pemakaian obat dalam jangka panjang.
Hubungan efek samping ini sulit untuk dibuktikan namun diduga sangat
kuat berkaitan, seperti prevalensi kanker payudara meningkat setelah
terjadi peningkatan kontrasepsi pil kontrasepsi oral di masyarakat.
1. Obat bebas
8
bisa dibeli bebas di warung, toko obat, maupun apotek. Obat bebas tetap
tidak boleh digunakan sembarangan meskipun tergolong dalam obat-
obatan yang aman. Pasalnya, obat apa pun memiliki kandungan kimia
yang berdampak bagi kesehatan tubuh. Obat-obatan yang dapat dibeli
secara bebas biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit yang memiliki
gejala ringan. Contoh obat bebas adalah paracetamol, vitamin,
multivitamin, dan antasida.
Golongan obat bebas terbatas sebenarnya masih bisa dibeli tanpa resep
dokter, namun tetap tergolong obat keras. Penggunaan obat ini harus
dilakukan dengan hati-hati dan sebaiknya menggunakan resep dokter bagi
orang-orang yang memiliki penyakit tertentu. Meski gejala dan keluhan
penyakit sama, obat yang digunakan belum tentu sama. Obat ini ditandai
dengan lingkaran biru bergaris tepi hitam. Penggunaan obat ini pun harus
mengikuti aturan pengobatan yang tertera pada kemasan. Jangan lupa,
perhatikan tanggal kedaluwarsa obat, serta bacalah informasi pada
kemasan tentang petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan,
efek samping, dosis obat, cara menyimpan obat, dan lainnya.
Selain itu, terdapat 5 jenis obat bebas terbatas, yaitu:
P.No.1: Awas! Obat keras. Baca aturan pemakaiannya.
P.No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No.3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No.5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
Contoh obat bebas terbatas adalah CTM, Theophylline, Tremenza,
dan Lactobion.
9
3. Obat keras
10
dengan ketat sesuai anjuran dan kebutuhan. Selain itu, obat narkotika
dapat memengaruhi susunan saraf pusat dan memengaruhi perilaku serta
aktivitas di titik tertentu. Golongan obat jenis ini sering digunakan dokter
sebagai obat bius dan antinyeri atau analgetik potensi kuat. Oleh karena
itu, penggunaan obat ini hanya boleh dilakukan dengan dilakukan oleh
dokter atau dengan pengawasan dokter. Contoh obat-obatan golongan
narkotik adalah obat batuk yang mengandung kodein.
5. Obat fitofarmaka
11
seperti dari tanaman, hewan, maupun mineral. Umumnya obat ini telah
ditunjang dengan bukti ilmiah yaitu secara penelitian praklinis, uji
toksisitas, produksinya melewati proses rumit, keterampilan dan teknologi
tinggi. Contoh obat herbal terstandar adalah obat untuk meredakan
rasa nyeri saat haid dan obat untuk menyembuhkan diare.
12
hipertensi berarti obat tidak boleh diberikan pada penderita hipertensi. Dalam
publikasi Kementerian Kesehatan RI, kontraindikasi juga dianggap bagian
dari efek samping obat. Artinya, dapat memperparah kondisi penyakit bahkan
mengancam jiwa.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Di dalam dunia kesehatan tidak akan pernah luput dari yang namanya
obat. Obat memang diciptakan untuk menyembuhkan atau mengurangi risiko
penyakit pada seseorang. Tapi, tak dapat dipungkiri juga baik masyarakat
maupun tenaga kesehatan menyalahgunakan obat-obatan.
Sebagai seorang perawat yang profesional, diharapkan mampu dalam
memastikan obat yang dikonsumsi pasien sudah sesuai dengan kondisi pasien
itu. Karena bagaimana pun perawat adalah satu-satunya tenaga kesehatan yang
mendampingi pasien selama 24 jam.
14
DAFTAR PUSTAKA
Fitriyani, A. et al. (2011) „Uji Antiinflamasi Ekstrak Metanol Daun Sirih Merah
(Piper crocatum Ruiz & Pav ) pada Tikus Putih‟, Majalah Obat Tradisional,
16(1), pp. 34–42.
15