PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut SK Menteri Kesehatan No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 juni 1971,
yang disebut dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia.
Obat telah memberikan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia.
Obat telah menurunkan angka kematian dan angka kesakitan dengan cara
menyelamatkan jiwa, menurunkan jumlah pasien dan meningkatkan
kesehatan, tetapi hanya jika obat tersebut aman, berkhasiat, bermutu dan
digunakan dengan benar. Obat yang tidak aman, tidak berkhasiat, tidak
bermutu dan tidak digunakan dengan benar dapat menimbulkan berbagai
masalah bagi kesehatan, kegagalan pengobatan bahkan kematian dan dalam
jangka panjang akan membuang berbagai sumber (dana dan manusia) yang
sebenarnya terbatas (WHO, 2007). Masyarakat dalam menggunakan obat
harus memperhatikan beberapa hal dalam kemasan yaitu nama produk, bahan
yang terkandung di dalamnya, golongan obat, aturan pemakaian, dosis, efek
samping, serta tanggal kadaluarsanya. Namun seringkali dijumpai masyarakat
mengkonsumsi obat dengan cara yang tidak rasional. Perilaku seperti ini
dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan mereka mengenai obat dan
kesehatan(Sanjoyo, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang ditemukan
adalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan obat?
b. Apa saja peranan obat?
c. Apa yang dimaksud dengan obat hormon dan obat antagonis, obat anti
viral, obat anti kanker,obat kemoterapi parasit ?
1
1.3 Tujuan
Tujuan disusun makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami tentang obat
b. Mengetahui dan memahami peranan obat
c. Mengetahui dan memahami tentang obat otonom
d. Mengetahui dan memahami tentang obat hormon dan obat
antagonis, obat anti viral, obat anti kanker,obat kemoterapi parasit
1.4 Manfaat
Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang obat, peranan obat dan
penggolongan obat
b. Mengembangkan kreatifitas dan bakat penulis
c. Menilai sejauh mana penulis memahami teori yang sudah di dapat
tentang penggolongan obat
d. Sebagai persyaratan dalam menyelesaikan tugas mata kuliah
Farmakologi
1.4.2 Untuk Institusi Stikes Zainul Hasan Genggong
a. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar
b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam
pemberian materi tentang penggolongan obat pada mahasiswa
mahasiswi institusi pendidikan
1.4.3 Untuk Pembaca
Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang
penggolongan obat dan dapat menyadari bahwa pemakaian obat pada
suatu penyakit dengan memperhatikan golongan obat adalah sangat
penting guna untuk menghindari dari kegagalan dari pengobatan dan
kematian..
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Obat
Obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik dan psikis
(WHO,2007). Sedangkan menurut (KONAS, 2005) obat adalah bahan atau
sediaan dapat digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit dan/atau penyakit, untuk
meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi.
Menurut SK Menteri Kesehatan No.25/Kab/B.VII/ 71 tanggal 9 juni 1971,
yang disebut dengan obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan
manusia.
2.2 Peranan Obat
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikandalam
pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan,karena
selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsisosial.
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karenapenanganan
dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan daritindakan terapi
dengan obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskanpada pengertian
obat diatas, maka peran obat secara umum adalah sebagaiberikut (Yohanna,
Anis dkk, 2009).
a) Penetapan diagnose
b) Untuk pencegahan penyakit
c) Menyembuhkan penyakit
d) Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
e) Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
f) Peningkatan kesehatan
g) Mengurangi rasa sakit
4
2.3 Penggolongan Obat
2.3.1 Obat Hormon
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon
yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah
karena tidak memiliki saluran sendiri.Sistem kerja hormon berdasarkan
mekanisme umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu
dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis,
yang berarti seimbang. Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh kelenjar
endokrin yang penting, yaitu hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar
andrenal, pankreas, dan kelenjar gonad (ovarium atau testis). Sintesis dan
sekresi hormon hipofisis anterior selain dikontrol oleh
hipotalamus,dipengaruhi oleh banyak faktor obat yaitu hormon
alamiah,analog dan disekantagonis hormon.hubungan antara hipofisis anterior
dengan jaringan ferifer yang dipengaruhi merupakan contoh sempurnah
mekanisme umpan balik.hormon hipofisis antrior mengatur sintesis dan
sekresi hormon dan zat-zat kimia di sel target;sebaliknya hormon yang
disekresi tersebut mengatur juga sekresi hipotalamus dan /atau
hipofisis.konsep ini mendasari penggunaan hormon untuk diagnosi dan terapi
kelainan endokrin diklinik.interaksi berbagai hormon ini menjelaskan
mekanisme terjadinya efek samping beberapa jenis obat.
2.3.2 Mekanisme Obat Hormon
Mekanismenya yang bertanggung jawab bagi mulai kerja fungsi ovarium
pada masa puberitas dianggap bsrasal dari saraf, karena gonad yang tidak
matang dapaat dirangsang oleh gonadotropin yang sudah ada didalam
hipotalamus dan karena hipofise berespon terhadap hormon penglepas
gonadotropin hipotalamus, pusat maturasi seperti amgadala, didalam otak,
melepaskan penghambat sel eminensia mendiana hipotalamus, yang
memungkinkan untuk menghasilkan hormon penglepas gonadotropin
(gonadotropin –releasing hormone, GnRH) Pada pulsasi dengan frekuensi dan
amplitudo yang tepat, yang merangsang pelepasan hormon p englepasan
hormon perangsang folikel (follicle-stimulating hormone, FSH) dan
luteinizing hormone (LH).
5
Berikut contoh obat-obat hormon, antara lain :
a) Esthero
6
b) Estradiol
7
c) Somatropin
8
mempengaruhi pola metabolisme (asam lemak rantai medium,
serum alanin, laktat) dibandingkan pada pagi hari.(ISO,2016)
d) Progesteron
9
e) Levitra
10
efektifitas dan toleransinya, dapat ditingkatkan menjadi 10mg dan
kemudian 20 mg.(ISO,2016)
Pathway
Ovarium
Saraf
Hipotalamus Gonatropin
Gonat Hipofisi
11
PATHWAY pada tulang
GH
Pathway
Membrane pasal
(darah-sel)
Sel tiroid
(mensekresikan)
Asam amino
tirosin
Enzim
peroksidase
(lon lodida
menjadi I2)
Ladisasi
tirosin Mono
idotirosin
Berdifusi (pembuluh
(protacase)
kapiler) afinitas
dilodotirosi
GINJAL
REABSOBSI TIDAK
FITRASI
(TUBULUS) KELUAR SEKRESI
(GLOMELORUS)
DARI URIN
KAPILERPENF TRAMPORTASI
MEMBRAN
UBULUS TRANSEPITEL
BASAL
JANTUNG
KAPILER (DIEDARKAN) DIEKRESIKAN
KAPSUL HT DAN KT
BROWMAN SERTA ANION
ACTH
2.3.3 Obat antagonis
adalah senyawa yang menurunkan atau mencegah efek agonis .Antagonis
adrenergik merupakan obat-obat yang kerjanya yaitu menghambat kerja atau
efek dari neurotransmitter utama yaitu nor-epinefrin. Obat golongan ini dapat
juga disebut dengan Adrenolitik. Penghambatan efek dari obat-obat ini
kebanyakan dengan cara mengeblok reseptor adrenergik, maka dapat juga
disebut dengan Blocker. Obat-obatannya dapat dibagi berdasarkan kerja
terhadap reseptornya (Mutscler,1991).
13
2.3.4 Mekanisme Obat
Berikut contoh obat-obat antagonis, antara lain :
a) Obat Trihexyphenidyl
14
dengan kehilangan akomodasi dan fotofobia, meningkatkan
tekanan intraokular. Gangguan jantung takikardia. Gangguan
pernapasan, toraks dan mediastinum mengurangi sekresi bronkial.
Gangguan gastrointestinal mulut kering, sembelit, mual, muntah.
Gangguan jaringan kulit dan subkutan kulit kering dan memerah,
ruam kulit. Gangguan ginjal dan urin retensi urin, sulit buang air
kecil. Gangguan umum haus, pireksia.
Mekanisme dari triheksifenidil adalah antikolinergik yang
mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga
banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini
bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan
eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan
merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik.
Dosis yang disarankan untuk pengobatan dosis biasa untuk
Parkinsonisme adalah 6-10mg per hari walaupun beberapa pasien
terutama di kelompok post-encephalitic mungkin memerlukan
dosis total rata-rata 12-15mg setiap hari. Harus diberikan secara
oral dengan dosis terbagi, tiga atau empat kali sehari pada waktu
makan.(BPOM RI)
b) Prazosin
15
prazosin tidak disarankan untuk mengkonsumsi obat ini. Efek
samping obat ini yaitu Hipotensi postural yang mungkin menjadi
parah setelah dosis pertama dan bisa menyebabkan syncope
(penyingkatan ucapan) yang mungkin didahului oleh tachycardia.
Pengaruh yang mungkin berkurang setelah melanjutkan terapi:
Efek CNS (kepeningan, sakit kepala, kekurangan energi) Efek GI
(mabuk) Efek CV (palpitasi). Efek CV lainnya (edema, nyeri dada,
dyspnea) Efek GI (konstipasi, diare, muntah) mulut kering) Efek
CNS (depresi, kegelisahan, gangguan tidur, vertigo, halusinasi,
paresthesia) Efek urinari (frekuensi buang air kecil, incontinence)
Efek ophthalmic (pengaburan penglihatan) Efek hepatik (LFTs
yang tidak normal, pankreatitis) Efek lainnya (arthralgia, ruam
kulit, impotensi, priapism). Dosis yang disarankan untuk
pengobatan yaitu dosis dewasa, dosis Normal untuk Orang Dewasa
Penderita Gagal Ginjal Congestive, dosis awal 1 mg sekali minum
2-3 kali sehari. Dosis perawatan 6-15 mg sehari . (BPOM RI)
c) Yohimbine
16
gerakan longgar, kekurangan energy. Mekanisme keja obat ini
yaitu untuk mengatasi impotensi sebenarnya tidak diketahui secara
pasti. Namun diperkirakan cara kerjanya adalah dengan
meningkatkan produksi bahan kimia tertentu didalam tubuh yang
membantu menghasilkan ereksi. Akan tetapi obat ini tidak selalu
bekerja pada semua pria yang mengalami imponten.dan juga
meningkatkan kondisi kondisi pasien dengan melakukan fungsi-
fungsi berikut memperlambat proses yang merusak sel-sel,
menghambat alpha pusat reseptor 2- adrenergic dilatasi pupil.
Dosis yang disarankan untuk pengobatan 15 – 30mg ( swedish,
2016).
d) Phentolamine
17
e) Esabutolol
18
Phatway
ANTAGONIS
BROKER
NON SELEKTIVE
BLOCKER
BLOCKER BLOCKER A2
A1
B1 B2
BLOCKER BLOCKER
ADRENERGI RESEPTOR
K TIPE A1 A2
RESEPTOR A1
AGONIS DAN A2
OTOT
POLOS
PENGHAMBAT
A1 PALEMEN NOR-
AGONIS EPINERFVIN
BLOCKER
SYARAF
KONTRKSI
PENURUNAN
PEMBULUH
TEKANAN
DARAH
DARAH
19
2.3.5 Obat Anti Viral
Berikut contoh obat-obat anti viral, antara lain :
a) RIBAVIRIN
Obat ini mengandung 200mg ribavirina, obat ini disarankan
untk pasien terapi infeksi RSV pada bayi dengan resiko
tinggi,untuk terapi inveksi hepatitis c. Pasien yang mengalami
riwayat hepatitis autoimun, jantung, sel sabit anemia, depresi,
diabetes disarankan untuk tidak mengkonsumsi obat ini. Efek
samping obat ini yaitu sakit kepala, nyeri otot, mulut kering,
penurunan berat badan, kecemasan Dosis yang disarankan 800
sampai 1200 mg untuk terap HCV atau dalam bentuk aerosol
20mg.
b) ACYCLOVIR
Dapat digunakan untuk Membantu mengobati infeksi cacar air
(varicella zoster). Membantu mengobati herpes simplex akut pada kulit
dan membran mukosa. Digunakan juga untuk membantu mengobati
herpes simplex encephalitis pada neonatus dengan usia kurang dari 6
bulan. Membantu mengatasi herpes zoster stadium awal dan berulang.
Mengatasi herpes genital berulang dan juga pada stadium awal. Tidak
boleh di gunakan orang yang memiliki hipersensitif atau alergi
terhadap Acyclovir dan valasiclovir. Tidak disarankan bagi wanita
hamil dan ibu menyusui. Dapat menyebabkan Sakit kepala atau
pusing. Sakit perut dan mual. Perut terasa kembung. Diare. Demam.
Ruam atau kulit terasa gatal. Kelelahan. Timbul rasa kantuk. Dosis
untuk anak usia lebih dari 2 tahun 200 mg yang diberikan sebanyak 5
kali sehari dan diberikan setiap 4 jam di konsumsi selama 5 hari. Bagi
usia yang kurang dari 2 tahun 100 mg yang diberikan sebanyak 5 kali
20
sehari dan diberikan setiap 4 jam, Obat ini dikonsumsi selama 5 hari.
Untuk dewasa Bagi penderita herpes simplex dosis yang dianjurkan
adalah 200 mg yang diberikan sebanyak 5 kali sehari dan diberikan
setiap 4 jam, Obat ini dikonsumsi selama 5 hari. Bagi penderita cacar
air (varricela zoster) dan herpes zoster, dosis yang dianjurkan adalah
800 mg yang diberikan sebanyak 5 kali sehari dan diberikan setiap 4
jam. Obat ini dikonsumsi selama 7 hari.
c) ASAM SALISILAT
21
untuk pengobatan obat oles asam salisilat adalah 1-2 kali perhari.
(BPOM RI)
d) ADEFOVIR
Obat ini disarankan untuk pasien yang di gunakan dalam terapi
infeksi HBV yang resisten terhadap lamivudin. Pasien yang
mengalami riwayat hipersensitf. Efek sampingnya yaitu defovir
10mg/hari dapat ditoleransi dengan baik. Setelah terapi selama 48
minggu terjadi peningkatan kreatinin serum ≥ 0,5 mg/dL di atas.
Dosis yang disarankan untk pengobatan per oral dosis tinggal 10
mg per hari.
e) PENICILLIN
22
dari 0-11 belom ada ketentuan dosis obat ini untuk anak-
anak.(BPOM RI).
Pathway
ANTI VIRUS
ASIKLOVIR AMANTADINE
LAMIFUDIN
GANSIKLOVIR OSELTAMIVIR
INTERFERON
FOSKAMET
24
terbentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses kompleks yang disebut
transformasi yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi (Iskandar,2007).
Teori inisiasi-promosi menyatakan bahwa langkah pertama karsinogenesis
adalah mutasi menetap dari DNA sel selama transkripsi DNA. Agar kanker
dapat terbentuk dari kejadiaan awal ini atau mutasi menetap ini, maka harus
ada interaksi yang berlangsung lama bagi sel tersebut dengan berbagai zat
promoter. Zat-zat promoter adalah zat yang merangsang reproduksi dan
pembelahan sel. Jadi, banyaknya penyebab inisiasi, adanya berbagai promoter,
factor keturunan, umur dan lingkungan semua itu berperan dalam
pembentukan kanker (Iskandar, 2007).
Pada tahap inisiasi atau pengenalan terjadi suatu perubahan menetap
tertentu dalam bahan genetik sel yang memancing sel bakal menjadi ganas.
Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran),
atau sinar ultraviolet matahari. Namun, tidak semua sel memiliki kepekaan
yang sama terhadap suatu karsinogen (Iskandar, 2007).
Promosi merupakan proses induksi tumor pada sel yang sebelumnya telah
diinisiasi atau diinduksi oleh zat kimia. Bahkan gangguan fisik menahun pun
bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Pada
tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
promosi. Karena itu diperlukan beberapa factor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen)
(Iskandar, 2007).
Dalam suatu proses di mana sebuah sel normal menjadi sebuah sel ganas,
pada akhirnya gen DNA (desoksiribonukleik acid) dari sel tersebut akan
mengalami perubahan. Perubahan dalam bahan genetic sel sering sulit
ditemukan, tetapi terjadinya kanker kadang dapat diketahui dari adanya suatu
perubahan dalm ukuran atau bentuk dari satu kromosom tertentu.
Semakin sering DNA membelah dan ditranskripsi, semakin besar
25
kemungkinan terjadinya suatu kesalahan, dan kesalahan yang tidak terdeteksi
akan bermutasi dan diwariskan (Iskandar, 2007).
a) Bleocin
Bleocin bleomisin HCl mengandung 15mg antineoplastik, obat
ini digunakan untuk pasien kanker pada kulit termasuk kanker pada
penis, skrotum dan vulva. Kanker pada kepala dan leher. Kanker
esofagus. Kanker serviks uteri. Limfoma maligna retikulosarkoma,
limfosarkoma, penyakit Hodgkin, Efusi pleura. Pada pasien yang
mengalami wanita hamil, menyusui, pasien dengan infeksi paru
akut atau penurunan fungsi paru berat. Pasien yang menunjukkan
hipersensitif atau idiosinkrasi terhadap obat ini disarankan untuk
tidak memakai obat ini. Efek samping penggunaan obat ini dapat
berupa toksisitas paru, pneumonitis, fibrosis paru. Pireksia.
Penebalan dinding vena. Mual, muntah. Anafilaksis. Ruam obat.
Dosis yang dianjurkan untuk pemakaian bleocin 15mg. diberikan
sekali sehari hingga sekali seminggu, umumnya 2 kali seminggu.
(BPOM RI)
26
b) Avastin
Avasti mengandung 100mg Bevakizumab. Obat ini digunakan
untuk pasien terapi kanker metastatik di kolon atau anus pada
kombinasi dengan 5-FU intravena/asam folat atau 5-FU/asam
folat/irinotecan. Pasien yang menunjukkan riwayat kanker
metastasis, ibu hamil dan menyusui, produk sel ovari hamster cina
atau gen rekombinan atau antibodi manusia disarankan untuk tidak
mengkonsumsi obat ini. Efek samping obat ini inflamasi perut
bagian dalam, luka lambung, tumor nekrosis, diverticulitis
(inflamasi kolon), pendarahan, hipertensi, proteinuria, tumor yang
menyebabkan haemorhagik, tromboemboli arterial, keadaan
abnormal. Dosis yang disarankan untuk pengobatan ini adalah 5
mg/kg/BB dalam infus intravena sekali dalam 14 hari. Dosis awal
diberikan 90 menit.(BPOM RI)
c) Blenamax
Blenamax mengandung Bleomisin 15 iu. Obat ini digunakan
untuk pasien kombinasi dengan sitostatik lain dan/atau radioterapi
pada terapi karsinoma sel squamous pada area kepala dan leher,
penyakit Hodgkin’s atau limfona non-Hodgkin, karsinoma testis.
Pasien yang menunjukkan riwayat infeksi pernapasan akut,
gangguan paru-paru serius, gangguan sirkulasi pada paru-paru,
27
ataxia telangiectasia, hamil dan laktasi disarankan tidak
mengonsumsi obat ini.
Efek samping obat ini yaitu kulit tebal, hiperkeratosis,
kemerahan, pembengkakan jari, kelainan warna kuku, alopesia,
stomatitis, pneumonia interstisial, anoreksia, rasa lelah, sakit
sampingan sewaktu injeksi, hipotensi arterial, oklusi vena, demam,
efek gastrointestinal, supresi minor sumsum tulang. Dosis yang
dianjurkan untuk pengobatan ini adalah karsinoma sel Squamous:
IM/IV inj 10-15 iu/m2 sehari dalam 4 sampai 7 hari berurutan
setiap 3 sampai 4 minggu. Penyakit Hodgkin dan lymphoma non
Hodgkin 5 sampai 10 iu/m2 sekali seminggu IM/IV. Dosis awal
lymphomadapat dikurangi hingga 2 sampai 3 iu/m2. Karsinoma
testis: IM/IV 10 sampai 15 iu/m2 satu atau dua kali seminggu.
Infus IV 10 sampai 15 iu/m2 sehari untuk 5 sampai 6 hari berturut-
turut setiap 3 sampai 4 minggu. Pasien usia lanjut: perkirakan dosis
sesuai dengan usia pasien. (BPOM RI)
d) Paxus
Paxus mengandung 100 mg Pacilitaxel. Obat ini digunakan
untuk pasien terapi lini pertama karsinoma ovarium stadium lanjut
dalam kombinasi dengan cisplatin. Terapi kanker payudara
matastatik yg gagal dengan kemoterapi kombinasi, atau relaps
dalam 6 bulan kemoterapi ajuvan. Pasien yang menunjukkan
riwayat hipersensitivitas terhadap paclitaxel atau obat lain dalam
28
formulasi polyoxyl 35 castor oil. Pasien dengan neutrofil < 1500
sel/mm3 atau pada pasien sarcoma kaporsi terkait AIDS dgn jumlah
neutrofil < 1000 sel/mm3 disarankan untuk tidak mengkonsumsi
obat ini. Perhatikan premedikasi `dengan kortikosteroid,
anthistamin, dan antagonis H. wanita hamil dan menyusui.
Lakukan hitung darah sebelum menggunakan obat ini dan secara
periodic. Awasi fungsi kardiovaskuler selama jam pertama terapi.
Gangguan fungsi hati sedang-berat, perlu menyesuaikan dosis.
Hindari kontak dengan PVC. Efek samping obat ini yaitu Supresi
sumsum tulang. Neutropenia, trombositopenia. Reaksi
hipersensitiviats. Hipotensi & brikardia. Neuropati perifer.
Artralgia/mialgia. Alopesia. Mual, muntah, diare, mukositis.
Anoreksia, konstipasi. Dosis yang dianjurkan untuk pemakaian
paxus 175 mg/m2 i.v selama 3 jam tiap 3 minggu. (BPOM RI)
e) Provera
29
dan/atau metastatic; dan pengobatan karsinoma mamaeyang
kambuh pada wanita menopause. Pada pasien yang mengalami
penyakit Hipersensitif, pendarahan di vagina dan saluran kemih
yang tidak diketahui penyebabnya, patologi pada payudara yang
tidak diketahiu penyebabnya dan untuk diagnosa atau terapi
kehamilan disarankan untuk tidak memakai obat ini. Efek samping
dari obat ini yaitu rasa kencang atau rasa tidak nyaman pada
payudara, produksi air susu kembung retensi cairan , peningkatan
berat badan, mual dan gangguan pencernaan. Dosis yang
dianjurkan untuk pengobatan ini adalah karsinoma endrometum
atau ginjal: 200-400 mg/hari; kanker payudara paling sedikit 400
mg/hari. (BPOM RI)
Pathway
steroid
enzim
Ribosom
RNA tranfer
TR
Alkoloid
vinca
30
Asam amino
2.3.8 Obat Kemoterapi Parasit
Kemoterapi parasit adalah tindakan atau terapi pemberian senyawa
kimia untuk mengurangi, menghilangkan, atau menhambat pertumbuhan
parasit ditubuh hospes. Penggolongan kemoterapi parasit digolongkan
sebagai berikut.
1. Kemoterapi golongan antiamuba
Antiamuba bekerja pada lumen usus dari jaringan
metronidazol dan turunannya.
2. Kemoterapi antelmintik atau obat cacing
Obat yang digunakan unutuk memberantas atau
mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
3. Kemoterapi antifungi
Obat yang digunakan baik sistemik maupun kulit.
2.3.9 Mekanisme obat
Ketika sel – sel tubuh manusia rusak atau mati secara otomatis organ –
organ yang ada pada tubuh akan memproduksi sel yang baru untuk
menggantikan mereka. Hal ini dilakukan dengan cara yang teratur,
berkesinambungan dan secara seimbang.
Dalam konteks regenerasi, sel – sel kanker tidak melakukan mekanisme
diatas secara tertib yang artinya proses pembelahan dan pertumbuhan adalah
diluar kendali tubuh seseorang. Ketika tubuh lebih banyak memproduksi sel
baru diatas batas kewajaran, hal ini akan menyebabkan ruang sel sel yang
sebenarnya masih dibutuhkan akan terbatas. Sampai akhirnya akan memaksa
tubuh untuk mengeluarkan sel yang sebenarnya masih di gunakan untuk
keluar dari dalam tubuh.
Metode kemoterapi akan “mengganggu” kemampuan sel-sel kankeer
untuk membelah dan berkembang biak. Yang artinta memberikan ruang bagi
sel yang bermanfaat untuk tetap tinggal didalam tubuh penderita. Zat-zat yang
digunakan untuk mendukung kemoterapi dapat didistribusikan lewat aliran
darah yang selanjutnya dapat menyerang sel-sel kanker diseluruh tubuh atau
mereka dapat ditempatkan langsung dimana lokasi kanker berada.
31
Kemoterapi parasit mempunyai mekanisme kerja utama ada tujuh
cara yaitu
1. Penginaktifkan enzim tertentu
2. Denaturasi protein
3. Mengubah permebilitas membran sitoplasma bakteri.
4. Intekalasi ke dalam DNA
5. Pembentukan khelat
6. Bersifat antimetabolit
7. Penghambat terhadap sintesa dinding sel.
b) Fulcin
Obat ini menandung 500mg fulcin griseofulvin. Obat ini
disarankan untuk perawatan infeksi jamur, jock gatal, infeksi kurap,
32
kaki atlet. Pasien yang` memiliki riwayat penyakit automiun,
alkoholisme, gangguan pigmen darah, hipersensitive, penyakit hati
yang parah disarankan untuk tidak mengkonsumsi obat ini. Efek
samping obat yaitu pusing, iritasi pada mulut dan lidah,
pembengkakan kelenjar, ruam kulit, panas dingin, merangkak. Dosis
yang disarankan untuk pengobatan yaitu 200 – 500 mg.(BPOM RI).
c) Miconazol
Obat ini mengandung miconazole nitrate 2 %. Obat ini
disarankan untuk sediaan topikal seperti micrem cream
(miconazole) lebih banyak digunakan untuk infeksi jamur pada
kulit seperti jamur pada sela-sela jari kaki (athlete’s foot), jamur
pada kuku (onkomikosis), jamur pada lipatan kulit, lipatan paha,
kulit kepala, jamur pada tubuh (panu dan kadas).pada pasien yang
mengalami riwayat hipersensitif pada miconazole atau obat
golongan imidazole lainnya. Efek samping obat ini yaitu sediaan
topical yang digunakan pada kulit umumnya mempunyai efek
samping seperti rasa panas, eritema, edema, gatal, rasa seperti
terbakar, pedih, urtikaria, dan kejadian iritasi umum lain. Sediaan
topical mengandung minyak yang dapat melemahkan kondom
lateks dan diafragma. Dosis yang disarankan untuk pengobatan
obat dioleskan 2 x sehari. tetap lanjutkan pengobatan selama
setidaknya 10 hari setelah lesi sembuh. Infeksi jamur kuku oleskan
obat setiap hari ditambah verban okusif.
33
d) Ketoconazole
Obat ini mengandung 200mg ketoconazole. Obat ini
disarankan untuk pasien yang memiliki riwayat infeksi jamur,
mengatasi ketombe. Pada pasien yang memiliki gangguan hati
dan pasien yang sedang diterapi dengan terfenadin atau astemizol.
Tidak boleh digunakan untuk meningitis karena jamur. Jangan
menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki riwayat
hipersensitif pada ketoconazole atau obat golongan imidazole
lainnya. Pemberian secara oral tidak untuk infeksi superfisial.
Jangan diberikan bersamaan dengan obat-obat berikut : dofetilide,
quinidine, pimozide, cisapride, metadon, disopiramid,
dronedarone, ranolazine. Ketoconazole dapat meningkatkan
konsentrasi plasma obat-obat tersebut dan dapat memperpanjang
interval QT, kadang-kadang menyebabkan disritmia ventrikel
yang membahayakan seperti torsades de pointes tidak disarankan
untuk mengkonsumsi obat ini. Dosis yang disarankan untuk
pengobatan Dewasa : 200 mg/hari. Durasi pengobatan untuk 14
hari. Jika setelah 14 hari respons tidak memuaskan, lanjutkan
pengobatan hingga setidaknya 1 minggu setelah gejala hilang dan
kultur menjadi negatif. Dosis maksimum : 400 mg / hari. Anak : 3
mg / kg bb / hari. Obat diberikan sebagai dosis tunggal atau dalam
dosis terbagi. Kandidiasis vaginal resisten yang kronis : 400 mg /
hari. Pengobatan dilakukan 5 hari, Obat diberikan bersama
makanan.
34
e) Dexazol Capsule
Pathway
KEHILANGAN STRUKTUR HELIX, DNA DAN
KERUSAKAN UNTAIAN DNA
SINTESA PROTEIN
DNA TERIKAT
35
36
Allopurinol
Alpazolam
Asam salsilat
Diazepam
Panicilin
4. Obat anti kanker
Yaitu sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan
tidak terkendali sel tubuh tertentu yang berakibat merusak sel dan
jaringan tubuh lain, bahkan sering berakhir dengan kematian
Berikut contoh obat antiviral :
Bleocin
Avastin
Blenamax
Provera
Paxus
5. Obat kemoterapi parasit
Berikut contoh obat antiviral :
Amfoterisin
Fulcin
Dexacol
37
karena itu untuk kesempernuan makalah ini penulis sangat membutuhkan
saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada semua pembaca.
Tidak terlepas dari semua itu penulis juga menyarankan bahwa sebaiknya
gunakanlah obat sesuai golongannya serta sesuai anjuran dokter, dan
pergunakanlah golongan obat yang ditentukan tersebut sesuai dengan
penyakit yang diderita , jangan menggunakan obat kurang atau melebihi
batasnya.
38
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G. farmakologi Dasar dan Klinik edisi pertama. Salemba
Medika. Jakarta. 2001
Sirait. Midian Informasi Spesialite Obat Indonesia. ISFI . Jakarta Barat. 2015
Schachter, S.C., Shafer, P. O. &; Sirven, J.I. (2013). Missed Medicines. Epilepsy
Foundation
39