A. Fisiologi Otak
Menurut syaifuddin, otak terdiri dari 3 bagian penting:
a. Serebelum (otak kecil)
Fungsi serebelum adalah:
1. Pusat penerima impuls dari reseptor sensori umum
(paleaserebelum)
2. Untuk keseimbangan dan rangsangan pendengaran ke otak
(arkhioserebelum)
3. Untuk mengatur gerakan (noeserebekum)
b. Sereberum (otak besar)
Otak besar merupakan bagian terluar dan terbesar dari otak, berbentuk
telur dan mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.
Serebelum terdiri 4 lobus yaitu,:
1. Lobus frontalis
2. Lobus parietalis
3. Lobus temporalis
4. Lobus oktipitalis
Mesensefalon berfungsi:
1. Durameter
Merupakan lapisan paling luar, menutup otak dan medulla
spinalis.Sifat dura meterliat, tebal tidak elastis, berupa serabut dan
berwarna abu-abu. Bagian pemisah dura : faal-faal serebri yang
merupakan lipatan dura yang membentuk jaring-jaring membran
yang kuat.
2. Arakhnoid
Merupakan membran bagian tengah, membran yang bersifat tipis
dan lembut ini menyerupai sarang laba-laba karena itu di sebut
arachnoid.Membran ini berwarna putih karena tidan dialiri darah.
Pada dinding arachnoid terdapat plelsus khoroid yang bertanggung
jawab memproduksi cairan serebrospinalis ( CSS ).
3. Piameter
Merupaakan membran yang aling dalam berupa dinding yang
tipis, transparan yang menutupi otak dan meluas kesetiap lapisan
daerah otak.
Cerebrum terbagi menjadi 2 bgagian, yaitu hemister kiri dan kanan
terdiri dari 4 lobus utama yaitu frontal, pariental, temporal, oksipital.
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak di bungkus dari sebelah luar
dengan serebral korteks. Bagian luar hemister serebri terdiri dari substansia
grisea yang di sebut sebagai korteks serebri terletak di atas substansial alba
yang merupakan bagian dalam hemister dan dinamakan pusat medula.
Area broca terletak di tengah konvulsi arteri serebral bagian tengah,
daerah ini bertanggung jawab untuk mengontrol kombinasi gerakan otot
yang di butuhkan untuk mengucapkan masing-masing kata, sel-sel yang
menentukan otot-otot bicara berada di dalam area motorik pada korteks,
pengucapan membutuhan sebuah kombinasi atau rangkaian kombinasi
kontaksi, tetapi juga tengkorak, lidah, pelatum mole, bibir dan dinding dda
harus berkontraksi. Sel-sel konvulsi broka langsung berhubungan dengan
sel-sel are motorik yang membuat kontraksi otot pada waktu yang telat dan
dengan kekuatan yang sesuai.
1. Susunan saraf pusat
Susunan saraf terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Masing-masing dilindungi oleh tulang tengkorak
dan kolumna vertebralis, susunan saraf pusat merupakan system
sentral pengontrol tubuh yang menerima, menginterpretasi, dan
mengintegrasi semua stimulus menyampaikan implus ke saraf otot dan
kelenjar serta menciptakan aksi selanjutnya
2. Susunan saraf perifer
System saraf periferterdiri dari saraf kranial, saraf spinal, dan
ganglia (kumpulan sel saraf. Saraf kranial akan berhubungan dengan
otak, sementara saraf spinal berkaitan dengan medulla spenalis,
susunan saraf jenis ini terdiri dari sel-sel saraf dan serabutnya terletak
diluar otak dan medulla spinalis, yang, merupakan penghubung
kebagian tubuh lainnya, Ada dua tpe sel saraf pada susunan saraf
perifer yaitu:
a. Aferen sensorik, yang merupakan sel saraf yang menghantarkan
informasi dari reseptor sensorik menuju susunan saraf pusat
b. Aferen motoric yang merupakan sel saraf yang menghantarkan
informasi dari susunan saraf pusat menuju efektor (otot atau
kelenjar)
3. Susunan saraf visceral
Divisi visceral sensorik ( aferen visceral) mencangkup struktur
neural yang menghantarkan informasi sensorik dari reseptor organ
visual: kardiovaskuler, respirasi, digestif, traktus urinarius dan system
reproduksi
4. Metabolisme otak
B. Definisi
Menurut WHO (2012) stroke infark merupakan suatu kondisi
penyakit yang disebabkan oleh terhentinya aliran darah yang mensuplai
otak secara tiba-tiba, baik karena adanya sumbatan maupun rupturnya
pembuluh darah, kondisi ini menyebabkan jaringan otak yang tidak
terkena aliran darah kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga otak menjadi
rusak.
Stroke atau CVA adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Brunner&
Suddarth, 2002)
CVA Infark adalah sindrom klinik yang awal timbulnya mendadak,
progresif cepat, berupa defisit neurologi lokal atau global yang
berlangsung 24 jam terjadi di sepanjang pembuluh darah arteri yang
menuju ke otak di suplai oleh dua arteri karotis interna dan dua arteri
verebralis. Arteri–arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung
(arcus aorta) (Suzanne, 2002).
C. Etiologi
Beberapa penyebab CVA infark (Muttaqin, 2008)
a. Trombosis serebri
Terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edema
dan kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua
yang sedang tidur atau bangun tidur. Terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah. Trombosis serebri ini
disebabkan karena adanya:
1) Aterosklerostis: mengerasnya/berkurangnya kelenturan dan
elastisitas dinding pembuluh darah.
2) Hiperkoagulasi: darah yang bertambah kental yang akan
menyebabkan viskositas hematokrit meningkat sehingga dapat
melambatkan aliran darah cerebral
3) Arteritis: radang pada arteri
b. Emboli
Dapat terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluhan darah
otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebri.
Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan emboli:
1) Penyakit jantung, reumatik
2) Infark miokardium
3) Fibrilasi dan keadaan aritmia : dapat membentuk gumpalan-
gumpalan kecil yang dapat menyebabkan emboli cerebri
4) Endokarditis : menyebabkan gangguan pada endokardium
H. Penatalaksanaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskule
2. CT scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara
pasti
3. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan di sertai bercak darah pada cairan
lumbal menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau
perdarahan pada intrakranial
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan
infark akibat dari hemoragik
5. USG Doppler
Mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem
arteri karotis)
6. EEG
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak
7. Sinar tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari masa yang meluas, kalsifikasi karotis interna
terdapat pada trombosis serebral, kalsifikasi parsial dinding
aneurisma pada perdarahan subaraknoid. (Batticaca, 2008)
I. Penatalaksanaan
Menurut Jauch., et al (2013) rekomendasi AHA/ASA pada
penatalaksanaan gawat darurat stroke infark adalah sebagai berikut :
1) Primary survey (penilaian awal )
a) Airway : lihat adanya sumbatan jalan nafas atau tidak
Sumbatan partial jalan nafas: biasanya dada masih mengembang
- Sadar : biasanya masih bernafas, batuk, dan berbicara
minta tolong
- Tidak sadar : terdengar suara nafas tambahan stridor (benda
padat), gurgling (benda cair) lakukan
suctioning, crowing (pembengkakan mukosa),
snoring (sumbatan oleh pangkal lidah)
pasang Mayo/OPA
Sumbatan total jalan nafas: dada tidak mengembang
- Sadar : biasanya pasien sulit bernafas, tidak ada
pengembangan dada, meronta, berusaha
membebaskan jalan nafas dengan kedua
tangan memegang leher, sianosis
- Tidak sadar : saat kita beri bantuan nafas akan terjadi
Tekanan balik dan tidak terjadi pengembangan
paru
b). Breathing
Look : gerakan nafas, pengembangan dada, retraksi dinding
Dada
Listen : dengarkan bunyi nafas
Fell : rasakan adanya aliran udara pernafasan
beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis
gas darah, untuk mencegah daerah iskemik semakin meluas
untuk mempertahankan saturasi <94%, glukosa dan aliran
darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaikim
disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
Circulation Lihat sumber perdarahan, kaji status mental,
lihat adanya hipotensi dan pembesaran vena jugularis, cek
nadi, suhu, dan kelembaban. Berikan terapi
cairan (misalnya koloid, produk darah, kristaloid) untuk
meningkatkan volume intravaskuler dan mempertahankan
parameter hemodinamik
2) Secondary surve
3) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK Dengan
meninggikan kepala 0-45 derajat menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan
4) Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai
didapatkan hasil analisis gas darah.
5) Menurunkan kerusakan iskemik cerebral Tujuannya adalah agar
kerusakan jaringan otak tidak meluas. Tindakan awal
difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik
dengan memberikan O2, untuk mempertahankan saturasi >94%,
glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol /
memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
6) Pengobatan
a. Anti koagulan Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan
pada fase akut.
b. Obat anti trombotik Golongan obat ini digunakan sebagai terapi
reperfusi untuk mengembalikan perfusi darah yang terhambat pada
serangan stroke akut. Jenis obat golongan ini adalah alteplase,
tenecteplase dan reteplase, namun yang tersedia di Indonesia hingga
saat ini hanya alteplase. Obat ini bekerja memecah trombus dengan
mengaktivasi plasminogen yang terikat pada fibrin. Boleh dilakukan
terapi ini jika tekanan darah sistol < 185 mmHg, dan diastole <110
mmHg Efek samping yang sering terjadi adalah risiko pendarahan
seperti pada intrakranial atau saluran cerna; serta Angioedema Pada
pasien yang menggunakan terapi ini usahakan untuk menghindari
penggunaan bersama obat antikoagulan dan antiplatelet dalam 24 jam
pertama setelah terapi untuk menghindari risiko perdarahan
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
d. Antipiretik dan analgetik : untuk mengurangi hipertermi (S>38oC) dan
nyeri kepala
e. Antihipertensi : Menurut penelitian yang dilakukan Castillo J, dkk
(2004) menunjukan bahwa setiap penurunan tekanan darah 10 mmHg
pada pasien stroke yang masuk rumah sakit dengan tekanan darah
sistolik ≤ 180 mmHg dan juga peningkatan tekanan darah 10
mmHg pada pasien stroke yang masuk dengan tekanan darah sistolik
> 180 mmHg dalam 24 jam pertama setelah gejala stroke iskemik akut
dapat berakibat pada perburukan fungsi neurologis ( penurunan ≥ 1
poin pada Canadian Stroke Scale yang mengukur beberapa aspek
seperti kesadaran dan fungsi motoric).
7) Digital Subtraction Angiografi (DSA) cerebral Membantu menentukan
penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena
atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurism atau malformasi vaskular atau adanya infark akut
8) Pembedahan ( craniotomy )
9) Berikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan penjelasan
pada keluarganya agar tetap tenang
J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
a) Identitas klien
Biasanya pada kasus cerebral infark banyak ternyadi pada
pasien gerontik atau lansia sekitar berumur 50 tahun keatas.
b) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak badan
sebelah, bicara pelo dan tidak dapat berkomunikasi
c) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai klien kehilangan sadar,
disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi
otak lainnya.
d) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator atau
obat-obatan adiktif, serta kegemukan.
e) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga menderita hipertensi
ataupun diabetes melitus,penyakit jantung
f) Pengkajian Pola Fokus
1) Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif :
Kesulitan dalam beraktifitas, kelemahan dan kehilangan
sensasi atau paralysis
Mudah lelah dan kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
Data Obyektif :
Perubahan tingkat kesadaran
Perubahan otot (flastic atau spastic), paralisis (hemiplegia),
kelemahan umum
Gangguan penglihatan
2) Sirkulasi
Data Subyektif :
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung,
disritmia, gagal jantung, endocarditis bacterial) dan
polisitemia.
Data Obyektif :
Hipertensi arterial
Diritmia, perubahan EKG
Pulsasi, kemungkinan bervariasi
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta
abdominal
3) Integritas Ego
Data Subyektif :
Perasaan tidak berdaya dan hilang harapan
Data Obyektif :
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan dan
kegembiraan
Kesulitan berekspresi diri
4) Eliminasi
Data subyektif :
Inkontinensia, anuria
Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),
tidak ada suara anus (ileus paralitik )
5) Makan atau minum
Data subyektif
Nafsu makan hilang
Nausea /vomitus menandakan adanya PTIK
Kehilangan sensasi lidah , tenggorokan ,disfagia
Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah.
Data objektif
Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek plaatum
dan faring )
Obesitas ( faktor resiko
6) Sensasi neural
Data objektif
Pusing/ syncope
Nyeri kepala :pada pendarahan intra serebral atau
pendarahan sub arachnoid
Kelemahan, kesemutan,/kebas, sisi yang rekena terlihat
seperti lumpuh/mati
Penglihatan berkurang
Sentuhan
Gangguan rasa pengecapan
Data objektif
Status mental : koma biasanya menandai stadium
pendarahan , gangguan tingkah laku
Ekstermitas ;kelemhan
Wajah ; paralisis
Afasia
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat ,
pendengaran
Apraksia :kehilangan kemampuan motorik
Reaksi dan ukuran pupil
7) Nyeri/kenyamanan
Data subyektif
Sakit kepala yang bervariasi intensitas
Data objektif
Tingkah laku tidak stabil , gelisah, ketegangan otot /fasial
8) Respirasi
Data subyektif
Perokok
9) Keamanan
Data obyektif
Motorik/sesorik : masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap tubuh
Tidak mampu mengenali objek, warna,
Gangguan berespon terhadap panas dan dingin
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan
10) Interaksi sosial
Data objektif
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
2. Pemeriksaan fisik
a) Wajah, biasanya ditemukan hasil bentuk wajah tidak simetris
(Bells palsy)
b) Mata, biasanya ditemukan hasil pasien mengalami penglihatan
kabur dan tidak bisa membuka mata
c) Mulut, biasanya ditemukan ketidakmampuan menelan dan
mengunyah pasien, lidah jatuh kebelakang dan kaku pada pasien
yang tidak sadar, bicaranya pelo dan kata atau kalimat yang keluar
tidak jelas, terdapat disfagia atau afagia.Adanya gangguan pada
saraf V yaitu pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis
saraf trigeminus, didapatkan penurunan kemampuan koordinasi
gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah pada sisi lateral
dan kelumpuhan seisi otot-otot pterigoideus dan pada saraf IX dan
X yaitu kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka
mulut.
d) Leher, biasanya ditemukan kekakuan pada otot leher
e) Paru, batuk peningkatan produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas, serta perubahan kecepatan dan
kedalaman pernafasan. Adanya ronchi akibat peningkatan
produksi sekret dan penurunan kemampuan untuk batuk akibat
penurunan kesadaran klien. Pada klien yang sadar baik sering kali
tidak didapati kelainan pada pemeriksaan sistem respirasi.
f) Jantung, dapat terjadi hipotensi atau hipertensi, denyut jantung
irreguler, adanya murmur
g) Integumen, biasanya ditemukan suhu tubuh pasien meningkat
(>37,5°C)
h) Genetalia, biasanya ditemukan hasil pasien mengalami penurunan
sensasi keinginan untuk berkemih atau buang air besar, bisa terjadi
distensi.
i) Ekskremitas, kehilangan kontrol volenter gerakan motorik.
Terdapat hemiplegia atau hemiparesis atau hemiparese ekstremitas.
Kaji adanya dekubitus akibat immobilisasi fisik dan terjadi atrofi
otot.
Cara melakukan penilaian kekuatan otot adalah sebagai berikut :
0 : tidak didapatkan sedikitpun kontraksiotot :lumpuh total
1 : terlihat kontraksi tetap;tidak ada gerakan pada sendi
2 : ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan
gravitasi
3 : bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan tahanan
pemeriksa
4 : bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tapi
kekuatannya berkurang
5 : dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan
Maksimal
j). Pemeriksaan fisik sistem neurologis
1) Kualitatis
Adalah funngsi mental keseluruhan dan derajat kewaspadaan
CMC : dasar akan diri dan punya orientasi penuh
APATIS : tingkat kesadaran tampak lesu dan
mengantuk
SAMNOLEN :keadaan pasien yang slalu mau tidur
diraangsang bangun lalu tidur kembali
KOMA : kesadaran yang hilang sama sekali
2) Kuantitatif
Dengan menggunakan GCS
a) Respon membuka mata
Spontan (4)
Dengan perintah (3)
Dengan nyeri (2)
Tidak berespon (1)
b) Respon verbal
Berorientasi (5)
Bicara membingungkan (4)
Kata kata tidak tepat (3)
Suara tidak dapat dimengerti (2)
Tidak ada respon (1)
c) Respon motorik
Dengan perintah (6 )
Melokalisasi nyeri (5)
Menarik area yang nyeri (4)
Fleksi abnormal (3)
Ekstensi abnormal (2)
Tidak berespon (1)
k). Pemeriksaan nervus cranialis
1) Olfactory
fungsi penciuman test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta
klien mencium benda yang baunya mudah dikenal seperti sabun,
tembakau, kopi dan sebagainya. Bandingkan dengan hidung
bagian kiri dan kanan
2) optikus
fungsi aktifitas sosial dan lapang pandang test aktivitas visual,
tutup satu mata klienkemudian disuruh baca dua garis di Koran,
ulangi untuk satunya.
3) Oculomotorius, trochlear, abdusens
Fungsi koordinasi gerakan mata dan kontraksi pupil mata
Test Oculomotorius (respon pupil terhdap cahaya)
Menyorotkan senter kedalam tiap pupil mulai menyinari
dari arah belakang dari sisi klien dan satu mata ( jangan
dua mata)
Trochlear, kepala tegak lurus, letakkan objek kurang
lebih 60 cm sejajar mid line mata, gerakan obyek kearah
kanan. Observasi adanya deviasi bola mata.
Abdusens minta klien untuk melihat kearah kiri dan
kanan tanpa menengok
4) trigeminus
fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilahan kapan
pada kelopak mata atas dan bawah
reflex kornea langsung naka gerakan mengedip
insilateral
refleks kornea consensual maka gerakan mengedip
kontralateral fungsi motorik, caranya : klien
disuruh mengunyah, pemeriksa melakukan palpasi
pada otot temporal masseter
5) facialis
fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior
lidah, terhadap asam,manis, asin, pahit
otonom, lakrimasi dan salvias
6) acustikus
fungsi sensori
coclear ( mengkaji pendengaran ) tutup satu telinga
klien, pemeriksa berbisik di satu telinga lain, atau
menggesekkan jari bergantian kanan dan kiri
vestibulator ( mengkaji keseimbangan ), klien
diminta berjalan lurus, apakah dapat melakukan
atau tidak
7) glossopharingeal dan vagus
glossopharingeal mempersarafi perasaan mengcap 1/3
posterior lidah, tapi bagian ini sulit di test demikian pula
dengan m. stylopharingeus, pergerakan ovula, pallatum
lunak
8) accessories
klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan
.apakah strenocledomastodeus dapat terlihat ? apakah tropi
? kemudian palpasi kekuatannya. Minta klien mengangkat
bahu dan pemeriksaan berusaha menahan test otot
trapezius
9) hypoglosus
mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan
inspeksi posisi lidah ( normal, asimetris/ deviasi
keluarkan lidah klien ( oleh sendiri ) dan
memasukkan dengan cepat dan menta untuk
menggerakkan ke kanan dan kiri
l) penilaian kekuatan otok
kaji cara berjalan dan keseimbangan observasi cara berjalan,
kemudahan berjalan dan koordinasi gerakan tangan, tubuh dan kaki
periksa tonus otot dan kekuatan
0 : tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot : lumpuh total
1 : terlihat kontraksi tetap;tidak ada gerakan pada sendi
2 : ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi
3 : bisa melawan gravitasi tetapi tidak tidak dapat menahan tahanan
pemeriksa
4 : bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tapi kekuatannya
berkurang
5 : dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksima
m) pemeriksaan reflex fisiologis
Reflek biceps (BPR), ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon muskulus biceps brachii, posisi lengan diketuk pada sendi siku.
Respon, fleksi lengan pada sendi siku.
Reflek Triceps (TPR), ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi. Respon, ekstensi lengan bawah
pada sendi siku.
Reflek Periosto Radialis, ketukan pada periosteum ujung distal os.
Symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sediki pronasi. Respon, fleksi
lengan bawah di sendi siku dan supinasi karena kontraksi muskulus
brachiradialis.
Reflek Periostoulnaris, ketukan pada periosteum proseus styloid ilna,
posisi lengan stengah fleksi dan antara pronasi dan supinasi. Respon,
pronasi tangan akibat kontraksi muskulus pronator quadrates
Reflek Patela (KPR), ketukan pada tendon patella dengan hammer
Respon, plantar fleksi longlegs karena kontraksi muskulus quadrises
femoris.
Reflek Achilles (APR), ketukan pada tendon achilles. Respon, plantar
fleksi longlegs karena kontraksi muskulus gastroenemius.
Reflek Klonus Lutut, pegang dan dorong os. Patella ke arah distal.
Respon, kontraksi reflektorik muskulus quadrisep femoris selama stimulus
berlangsung.
Reflek Klonus Kaki, dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi
tungkai sendi lutut. Respon, kontraksi reflektorik otot betis selama
stimulus berlangsung.
a) Reflek Patologis
Ekskremitas Superior
o Reflek Tomner, gores pada jari tengan bagian dalam
(+) bila fleksi empat jari yang lain
o Reflek Hoffman, gores kuku jari tengah
(+) bilafleksi empat jari yang lain
o Leri, fleksi maksimal tangan pada pergelangan
tangan, sikap lengan diluruskan dengan bagian
ventral menghadap keatas.
Respon, tidak terjadi fleksi pada sendi siku
o Mayer, fleksi maksimal jari tengah pasien kearah
telapak tangan. Respo, tidak terjadi oposisi pada ibu
jari.
Ekskremitas Inferior
o Babinski, gores telapak kaki dilateral dari bawah
keatas.
(+) bila dorsofleksi ibu jari dan abduksi kearah
lateral empat jari lain.
o Chaddok, gores bagian bawah malleolus medial
(+) bila dorsofleksi ibu jari dan abduksi kearah
lateral empat jari lain.
o Oppenheim, gores dengan dua sendi interfalang jari
tengah dan jari telunjuk di sepanjang os tibia atau
cruris.
o (+) bila dorsofleksi ibu jari dan abduksi kearah
lateral empat jari lain.
o Gordon, tekan atau remas muskulus gastrocnemeus
atau betis dengan keras.
o Schaeffer, tekan atau remas tendon achilles.(+) bila
dorsofleksi ibu jari dan abduksi kearah lateral empat
jari lain.
o Gonda, fleksikan jari keempat secara maksimal lalu
lepas.
(+) bila dorsofleksi ibu jari dan abduksi kearah
lateral empat jari lain.
o Bing, tusuk jari kaki kelima pada metacarpal atau
pangkal.
(+) bila dorsofleksi ibu jari dan abduksi kearah
lateral empat jari lain.
o Stransky, penekukan (lateral) jari longlegs
kelima.(+) bila dorsofleksi ibu jari dan abduksi
kearah lateral empat jari lain.
o Rossolimo, pengetukan pada telapak kaki. Respon,
fleksi jari-jari longlegs pada sendi interfalangeal
o Mendel-Beckhterew, pengetukan dorsum pedis pada
daerah os. Coboideum.
Respon, fleksi jari-jari longlegs pada sendi
interfalangeal.
3. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
faktor resiko
b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
ditandai dengan kesulitan membolak-balikkan posisi, keterbatasan rentang
gerak dan penurunan kemampuan motorik kasar dan motorik halus
c) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan fisiologis
penurunan sirkulasi otak yang ditandai dengan gagap, pelo, sulit bicara,
sulit mengungkapkan kata, tidak dapat bicara, kesulitan memahami
komunikasi, kesulitan mempertahakan komunikasi, dan kesulitan
mengekspresikan pikiran secara verbal misalnya afasia.
d) Defisit perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan otot ditandai
dengan ketidakmampuan membasuh muka, ketidakmampuan mengakses
kamar mandi, ketidakmampuan menjangkau sumber air dan
ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi.
e) Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai
dengan berat badan atau lebih dibawah rentang berat badan ideal, bising
usus hiperaktif, diare, kram abdomen, kurang minat pada makanan,
membran mukosa pucat, dan tonus otot menurun
4. Intervensi keperawatan
a. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral atau otak
1) Batasan karakteristik
Faktor resiko
Baru terjadi infark miokardium
Hipertensi
Tumor otak misalnya gangguan serebrovaskular penyakit
neurologis traumatumor
2) Kriteria hasil (NOC )
a). Perfusi jaringan: serebral
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
040613 Tekanann darah sistol
040614 Tekanan darah diastol
040603 Sakit kepala
040609 Muntah
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
b) Pengetahuan : manajemen gangguan hipertensi
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
183701 Kisaran normal untuk tekanan darah
sistol
183702 Kisaran normal untuk tekanan darah
diastol
183705 Komplikasi potensi hipertensi
183708 Tanda dan gejala eksaserbasi hipertensi
Keterangan :
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat banyak
3). Intervensi (NIC )
a) Manajemen edema serebral
Monitor adanya kebingungan, perubahan pikiran, keluhan
pusing, pingsan
Monitor tanda-tanda vital
Hindari fleksi leher atau fleksi ekstrem pada lutut atau panggul
Lakukan latihan ROM pasif
b) Monitor neurologi
Pantau ukuran pupil, bentuk, kesimetrisan dan reaktivitas
Monitor tingkat kesadaran
Monitor ingatan saat ini, rentang perhatian,ingatan dimasa
lalu,suasana perasaan,efek dan perilaku
Monitor kesimetrisan wajah
c) Monitor tanda-tanda vital
Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan
dengan cepat
Monitor tekanna darah setelah pasien minum obat jika
memungkinkan
Monitor tekanan darah, ddenyut nadi, dan pernafasan sebelum,
selama, dan setelah beraktivitas dengan tepat
Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan
hipertermia
b. hambatan mobilitas fisik
1). Batasan karakteristik
Gangguan sikap berjalan
Keterbatasan tentang gerak
Penurunan kemampuan melaukan keterampilan motorik halus dan
kasar
Penurunan waktu reaksi
2). Kriteria hasil (NOC )
a) Pergerakan
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
020801 Keseimbangan
020810 Cara berjalan
020803 Gerakan otot
020804 Gerakan sendi
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
b) Keseimbangan
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
020202 Mempertahankan keseimbangan saat
duduk tanpa sokongan pada panggung
020212 Mempertahankan keseimbangan dari
posisi duduk ke posisi berdiri
020203 Mempertahankan keseimbangan ketika
berjalan
0202210 Mempertahankan keseimbangan
sementara menggeser berat badan dari
satu kaki ke kaki lain
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
c) Toleransi terhadap aktivitas
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
000511 Toleransi dalam menaiki tangga
000516 Kekuatan tubuh bagian atas
000517 Kekuatan bagian bawah
000514 Kemampuan untuk berbicara ketika
melakukan aktivitas fisik
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3) intervensi ( NIC )
a) peningkatan mekanika tubuh
Kolaborasi dengan fisioterapis dalam mengembangkan
peningkatan mekanika tubuh sesuai indikasi
Instruksikan untuk menghindari tidur dengan posisi telungkup
Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama dalam
jangka waktu yang sama
Bantu pasien untuk memilih aktivitas pemanasan sebelum memulai
latihan atau memulai pekerjaan yang tidak dilakukan secara rutin
sebelumnya
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
c) Kesadaran diri
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
111503 Mengakui kemampuan fisik pribadi
111505 Mengenai kemampuan emosional pribadi
111520 Mengungkapkan perasaan pada orang
lain
111526 Mengingat diri dimasa lalu
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
3) Intervensi (NIC )
a) Peningkatan komunikasi : kurang bicara
Sediakan metode alternatif untuk berkomunikasi dengan berbicara
misalnya menulis di meja, menggunakan kartu, kedipan
mata,papan komunikasi dengan gambar dan huruf,tanda dengan
tangan atau postur, dan menggunakan komputer
Sediakan metode alternatif menulis atau membaca dengan cara
yang tepat
Instruksikan pasien untuk bicara pelan
Sediakan rujukan pada terapis bicara patologis
b) Terapi keseniaan
Identivikasi media keseniaan yang dapat digunakan misalnya
menggambar diri,menggambar figure manusia
Sediakan lingkungan yang tenang dan bebas dari interupsi
Monitor keterlibatan pasien selama proses kegiatan keseniaan
meliputi komentar verbal dan perilaku pasien
Hindari membaca arti dari lukisan sebelum memiliki riwayat yang
lengkap
c) Fasilitasi pembelajaran
Tentukan tujuan dua arah yang realistik bersama pasien
Gunakan alat bantu untuk menggambarkan materi yang penting
dan kompleks
Gunakan bahasa yyang umum digunakan
Gunakan kata-kata yang mudah diingat
1) batasan karakteristik
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
b) Penampilan mekanik tubuh
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
161604 Melakukan teknik mengangkat yang
tepat
161605 Melaukan teknik membawa barang yang
tepat
161608 Menggunakan bantuan terkait dengan
muatan yang berat
161613 Mempertahankan kekuatan otot
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3) intervensi (NIC)
a) Memandikan
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
100401 Status gizi
100402 Asupan makanan
100408 Asupan cairan
100403 Energi
S: status nutrisi asupan makanan dan cairan
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
100801 Asupan makanan secara
oral
100803 Asupan cairan secara
oral
100804 Asupan cairan
intravena
100805 Asupan nutrisi dibawah
parenteral
a. Nic
1) Manajemen gangguan makan
Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yg baik dengan
klien
Berikan dukungan dan arahan jika di perlukan
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
mengembangkan rencana perawatan dengan
melibatkan klien dengan orang-orang terdekatnya
dengan tepat.
2) Bantuan peningkatan berat badan
Timbang pasien pada jam sama setiap hari
Monitor mual muntah
Lakukan perawatan mulut sebelum makan
Sajikan makanan yang menarik
3) Manajemen saluran cerna
Catat Buang air besar terakhir
Monitor buang air besar termasuk frekuensi,
konsistensi, bentuk, volume, warna, dengan cara tepat
Monitor adanya tanda dan gejala diare,konstipasi, dan
impaksi
Instruksikan pasien mengenai makanan tinggi serat
dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Classification(NIC).15edition.Iowa:Mosby Elsavier