PENDAHULUAN
Otak
durameter. Struktur tulang tengkorak yang kaku dan keras, selaput durameter yang
tidak elastis mengurangi kemungkinan pengembangan jaringan otak dalam
keadaan tertentu. Di dalam rongga tengkorak yang kaku terdapat jaringan otak
dan pembuluh darah serta cairan serebrospinalis.1
Tekanan intrakranial (TIK) merupakan jumlah total dari tekanan yang
mewakili volume jaringan otak, volume darah intrakranial dan cairan
serebrospinal. Kisaran nilai tekanan intrakranial (intracranial pressure/ICP)
normal bervariasi sesuai dengan usia. Sebagai respon terhadap peningkatan
volume intrakranial, kompensasi awal terjadi melalui perpindahan CSF dari
ventrikel ke ruang subarakhnoid serebral, dan meningkatkan penyerapan CSF.
Peningkatan tekanan intrakranial biasanya disebabkan oleh peningkatan volume
otak (edema serebral), darah (perdarahan intrakranial), lesi desak ruang atau CSF
(hidrosefalus). Peningkatan tekanan intrakranial merupakan gangguan otak yang
perlu mendapatkan perhatian khusus karena termasuk tanda gawat gangguan otak.
Pemantauan ICP/TIK dapat berupa teknik invasif dan non invasif
memiliki
beberapa risiko yang terkait. Pengukuran ICP adalah standar baku pada
neurocritical care. Manajemen yang efektif terhadap hipertensi intrakranial
diawali dengan menghindari secara ketat faktor-faktor yang memicu atau
memperburuk peningkatan tekanan intrakranial. Ketika tekanan intrakranial
menjadi tinggi, penting untuk menyikirkan lesi massa baru yang harus di evaluasi
melalui pembedahan.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(2). Talamus
b. Serebrum
(1). Nukleus basal
(2). Korteks serebri
1).Telensefalon (Endbrain )
Terdiri atas hemisfer serebri yang disusun oleh korteks serebri, sistem
limbic, basal ganglia dimana basal ganglia disusun oleh nucleus kaudatum,
nucleus lentikularis, klaustrum dan amigdala. 1). Korteks serebri berperan dalam
Persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat pribadi, proses mental
misalnya berpikir, mengingat, membuat keputusan, kreativitas dan kesadaran diri
(Gambar 2)5. 2) Nucleus basal berperan dalam Inhibisitonus otot, koordinasi
gerakan yang lambat dan menetap, penekanan pola-pola gerakan yang tidak
berguna.2,3
2).Diensefalon ( Interbrain )
Terbagi menjadi epitalamus, thalamus, subtalamus dan hipotalamus.
Thalamus berperan dalam Stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps,
kesadaran kasar terhadap sensasi, beberapa tingkat kesadaran, berperan dalam
kontrol motorik.
homeostatik, misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan
makanan. Penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin, sangat terlibat
dalam emosi dan pola perilaku dasar.3
3).Mesensefalon (midbrain) corpora quadrigemina
Memiliki dua kolikulus yaitu kolikulus superior dan kolikulus inferior dan
terdiri dari integumentum yang terdiri dari nucleus rubra dan substansia nighra.3
4).Mesensefalon (Afterbrain), pons dan medulla oblongata.
Memiliki peran asal dari sebagian besar saraf kranial perifer, pusat
pengaturan kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan. Pengaturan reflek otot yang
3
dengan
mengirimkan
berbagai
macam
bahan
kimia
disebut
Gambar 5. Hubungan meninges dan cairan serebrospinal dengan otak dan medula
spinalis.(a) otak, medula spinalis dan meninges dalam potongan sagital. Tanda
panah dan angka dalam lingkaran dengan penjelasan yang menyertai menunjukan
arah aliran cairan serebrospinal (warna kuning).(b) Potongan frontal di region
antara dua hemisfer serebri otak, menggambarkan meninges secara lebih rinci.2
Cairan serebrospinal : 1). Dihasilkan oleh pleksus khoroideus, 2). Beredar di
seluruh ventrikel, 3). keluar dari ventrikel keempat di dasar otak, 4) mengalir
diruang subarakhnoid antara lapisan-lapisan meninges, dan akhirnya direabsorpsi
dari ruang subarakhnoid ke dalam darah vena melewati vili arakhnoid.2
Cairan serebrospinal (CSS) terutama dibentuk oleh pleksus Choroideus
yang terdapat di bagian-bagian tertentu terutama rongga ventrikel otak. Pleksus
Khoroideus terdiri dari massa pia mater yang kaya pembuluh darah berbentuk
kembang kol yang masuk ke dalam kantuk-kantung yang dibentuk oleh sel
ependim. CSS diproduksi sebagian besar oleh Pleksus Khoroideus di dalam
ventrikel otak dan mengalir melalui foramen monro ke ventrikel III, kemudian
melalui akuaduktus silvius ke ventrikel IV. Dari sana, likuor mengalir melalui
Foramen magendi dan Luschka ke sisterna dan rongga subarachnoid di bagian
8
Cairan
Penampilan
Tekanan
Lumbal
Jernih dan
mm air
70-180
Ventrikel
tanpa warna
Jernih
dan 70-19
Protein
Lain-lain
0-5
(mg/dl)
15-45
Glukosa 50-
0-5 (limfosit)
5-15
75 mg/dl
Nitrogen non
tanpa warna
protein 10-35
mg/dl.
Tes
Kahn
dan
wasserman
(VDRL)
negatif
Tabel 1 :Komposisi Cairan serebrospinal Fluid8
CSS terdapat dalam suatu system yang terdiri dari spatium liquor
cerebrospinal internum dan externum yang saling berhubungan. Hubungan antara
keduanya melalui dua apertura lateral dari ventrikel keempat (foramen luscka dan
apentura medial dari ventrikel keempat foramen magendie). Volume CSS normal
pada dewasa adalah 120 ml. CSS diproduksi oleh pleksus Choroid pada tingkat
0.20-0.35 ml/min; bagian internal (ventricular) dari system menjadi kira-kira
setengah jumlah ini. Antara 400-500 ml cairan cerebrospinal diproduksi dan
direabsorpsi setiap hari.2
Otak secara cermat dilindungi dari perubahan-perubahan yang merugikan
dalam darah oleh sawar darah otak (SDO) yang sangat selektif. SDO terdiri dari
faktor anatomik dan fisiologik. Dinding kapiler di seluruh tubuh dibentuk oleh
satu lapisan sel. Biasanya semua komponen plasma ( kecuali protein plasma yang
besar) dapat mudah berpindah antara darah dan cairan interstisium sekitar melalui
lubang atau pori antara sel-sel yang disatukan oleh taut erat, yang secara erat total
menutup dinding kapiler sehingga tidak ada yang dapat dipertukarkan menembus
dinding melalui celah diantara sel-sel. Satu-satunya pertukaran yang dapat terjadi
adalah dengan melalui sel kapiler itu sendiri. Bahan larut lemak misalnya O 2, CO2,
alkohol dan hormone steroid mudah menembus sel-sel ini dengan larut dalam
10
lemak membran plasma. Molekul air yang kecil juga mudah berdifusi, tampaknya
dengan mengalir di antara molekul-molekul fosfolipid yang membentuk
memberan plasma.2
Dengan secara ketat membatasi pertukaran antara darah dan otak, SDO
melindungi jaringan otak yang harus berfluktuasi kimiawi di darah dan
memperkecil kemungkinan bahan-bahan yang potensial berbahaya di dalam darah
mencapai jaringan saraf sentral. SDO juga mencegah hormon tertentu yang juga
dapat bertindak sebagai neurotransmitter mencapai otak, tempat bahan-bahan
tersebut dapat menimbulkan aktivitas saraf tak terkendali. Disisi negatifnya, SDO
membatasi pemakaian obat untuk mengobati gangguan otak dan medulla spinalis,
karena banyak obat tidak mampu menembus sawar ini.2
Meskipun banyak bahan dalam darah tidak pernah berkontak langsung
dengan jaringan lain, sangat bergantung pada pasokan darah yang konstan. Tidak
seperti kebanyakan jaringan, yang dapat mengandalkan metabolisme anaerob
untuk menghasilkan ATP tanpa adanya O2 saat otak tidak dapat menghasilkan ATP
tanpa adanya O2. Para ilmuan baru-baru ini menemukan protein pengikat O2,
Neuroglobin, di otak. Molekul ini mirip dengan hemoglobin, protein pengakut O 2
di sel darah merah dan diperkirakan berperan kunci dalam penanganan O 2 di otak.
Juga berbeda dari jaringan lain, yang dapat menggunakan sumber bahan bakar
lain untuk menghasilkan energi selain glukosa , otak dalam keadaan normal hanya
menggunakan glukosa tetapi tidak menyimpan nutrien ini. Karena itu, otak
bergantung mutlak pada pasokan O2 dan glukosa yang adekuat dan terusmenerus.2
11
dewasa, 3-7 anak-anak yang lebih muda, 1,5-6 mmHg untuk bayi. Batas normal
yang biasa digunakan adalah 5-15 mmHg. Data pediatrik saat ini mendukung
TIK> mmHg sebagai ambang batas untuk mendefinisikan hipertensi intrakranial
yang membutuhkan pengobatan. Nilai TIK lebih besar dari 40 mmHg yang
berkelanjutan menunjukan hipertensi intrakranial berat yang mengancam jiwa.2
2.3 ETIOLOGI TEKANAN INTRAKRANIAL
TIK secara umum dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut, yaitu
Peninggian cerebral blood volume (CBV), Edema serebri, Obtruksi aliran CSS,
Efek massa.9
Peninggian cerebral blood volume, hal ini dapat disebabkan karena
peninggian central venous pressure dan vasodilatasi serebral. Dari faktor
pembuluh darah yaitu dengan meningginya tekanan vena karena kegagalan
jantung atau adanya obstruksi mediastinal superior, tidak hanya terjadi peninggian
volume darah vena di piameter dan sinus durameter, juga terjadi gangguan
absorpsi cairan cerebrospinal. Obstruksi pada aliran dan pada absorpsi dari cairan
cerebrospinalis dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus.
Peningkatan TIK akan menurunkan cerebral perfusion pressure (CPP)
akibatnya cerebral blood flow (CBF) akan menurun, penurunan tersebut
menimbulkkan hipoksia jaringan otak (suplai O2< O2 demand). Jika hal ini
berlanjut akan terjadi kerusakan otak, kemudian kerusakan blood brain barrier
sehingga terjadi edema serebri dan akhirnya akan semakin meningkatkan TIK itu
sendiri. Dapat pula disebabkan oleh adanya efek massa, hal ini menimbulkan
desakan dan peregangan microvaskuler akibatnya terjadi pergeseran jaringan otak
dan kerusakan jaringan.9
Apapun jenis cedera otak, baik traumatik ataupun non traumatik.
Terjadinya cedera kepala dapat menyebabkan gangguan autoregulasi tekanan
perfusi otak dan menyebabkan otak tidak terlindungi dari perubahan
hemodinamika tubuh. Terganggunya autoregulasi berpotensi meninggikan tekanan
TIK. Peningkatan tekanan intrakranial telah dikenal sebagai faktor yang sangat
12
13
a) Edema
sitotoksik
swelling
intraseluler,
biasanya
cairan
serebrospinal
di
villi
khoroid)
Massa intra dan ekstra aksial menyebabkan peningkatan TIK
Karena langsung meningkatkan volume intrakranial. Beberapa
penyebab meliputi : Neoplasma, perdarahan, trauma (hematom
intraserebral, epidural, subdural, kontusio,higroma) infeksi (abses,
empiema subdural)11
(CSS), yang memiliki volume tetap. Untuk memahami tekanan intrakranial perlu
pemahaman mengenai apa yang disebut tekanan intrakranial normal dan
peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial normal Tekanan berkisar
antara 0-10 mmHg atau 0-136 mmH2O pada orang dewasa. Tekanan intrakranial
bayi adalah 40-100 mmH2O (3,0-7,5 mmHg) dan neonatus 1,5-6 mmHg. Pada
keadaan normal TIK rata-rata tidak boleh melebihi 10 mmHg. TIK yang melebihi
15 mmHg harus dicari penyebabnya dan perlu diawasi lebih lanjut. Peningkatan
Tekanan intrakranial 20-40 mmHg dianggap sebagai TIK yang tinggi dan bila
mencapai 40 mmHg atau lebih disebut sebagai hipertensi intrakranial yang berat.
Para ahli menyetujui bahwa TIK melebihi 25 mmHg memerlukan tindakan segera
untuk mengatasinya.9
Pada anak-anak memiliki fontanela dan sutura yang belum menutup, yang
akan menutup pada usia kurang lebih 18 bulan, sehingga dapat mengkompensasi
perubahan komponen intrakranial yang secara perlahan dan dalam jangka waktu
lama. Saat terjadi peningkatan satu atau lebih komponen , maka komponen lain
akan turun untuk menjaga agar volume intrkranial tetap sama. Darah dan CSS
merupakan komponen yang dapat berkompensasi. Saat terjadi edema otak karena
sebab tertentu, CSS akan berpindah dari ventrikel dan rongga subarachnoid
serebral ke rongga subarachnoid spinal melalui foramen magnum. Selanjutnya
terjadi pengurangan produksi CSS atau peningkatan absorpsi CSS, sehingga
volume total CSS berkurang. Darah juga ikut berkompensasi dengan mengalihkan
darah vena ke sinus venous dura. Jika kedua komponen tersebut tidak dapat
berkompensasi lagi maka akan terjadi peningkatan tekanan intrakranial.9
15
16
otak dan dihitung dengan mengukur perbedaan antara mean arterial pressure
(MAP) dan intracranial pressure (ICP).9
17
Stadium III
Sebagai respon hipoksia serebri dan hiperapneu, arteri serebri mengalami
reflex dilatasi dengan tujuan meningkatkakn penghantar oksigen ke otak. Akan
tetapi bila pembuluh darah meningkat, tekanan intrakranial meningkat lebih
lanjut, sehingga terjadi perburukan situasi. Siklus peningkatan tekanan hipoksia
ini menyebabkan peningkatan tekanan sehingga memperburuk hipoksia,
mekanisme ini disebut kompensasi. Stadium ini terjadi penurunan kesadaran
berat, perubahan pola napasda gangguan reflex pupil.6
Stadium IV
Ketika pembengkakak dan tekanan pada satu kompartemen otak menjadi
sangat tinggi terjadi herniasi ke dalam kompartemen lain. Herniasi meningkatkan
tekanan kompartemen yang lain dan akhirnya seluruh otak terkena. Ketika
tekanan intrakranial mencapai tekanan sistolik rerata, perfusi serebral berhenti.6
18
kadang terdapat lipatan koroid, bercak (cotton wool spot) akibat infark lokal
retina, lipata retina yang melingkar (patons line). Ketiga adalah papiledema
kronik yaitu terjadinya perdarahan lebih jelas, papil saraf optic terobliterasi
semourna, hiperemi papil saraf optic berkurang, terjadi eksudat keras pada
permukaan papil, shunt vena retina koroida ( shunt optociliar) mulai terlihat.
Keempat adalah papiledema lambat (atrofi) dimana warna papil berubah pucat
atau abu-abu kotor dan kabur, edema pada papil menurun, pembuluh-pembuluh
darah retina menyempit, perubahan pigmentasi dan lipatan-lipatan koroid yang
menetap, shunt vena retina koroidal ( shunt optociliar) (Gambar 10)16
sifat muntahnya yaitu muntah proyektil karena sifat muntahnya spontan tanpa
adanya peringatan. Pada anak-anak dengan tumor lebih sering muntah proyektil
dari pada orang dewasa, kadang-kadanng tidak disertai dengan sakit kepala. Hal
ini disebabkan karena pada anak-anak ukuran tumor di fossa posterior lebih
besar sehingga meningkatkan tekanan intrakranial dan penenkanan local di
medulla.9
d). Gejala lain
Adanya gejala bradikardi dan peningkatan sistemik arterial pressure
merupakan gejala lanjut dari tekanan intrakranial, disebabkan oleh karena adanya
penyimpangan atau iskemik dari brainstem/batang otak dan tidak berhubungan
dengan peningkatan intrakranial. Biasanya gejala ini adalah gejala lanjut dan
tanda berbahaya dari membesarnya lesi, dilain hal tumor fossa posterior bisa
menyebabkan bradikardi dengan penekanan langsung.9
Secara klinis sulit untuk mendiagnosis peningkatan tekanan intrakranial
karena adanya kerusakan otak. Tidak sekedar peningkatan sakit kepala yang
disertai dengan kegelisahan dan penurunan kesadaran untuk mengindikasi adanya
peningkatan tekanan intrakrania, bahkan gejala ini tidak disebabkan secara
langsung oleh adanya perubahan TIK.9 Penurunan kesadaran merupakan tanda
penting kenaikan intrakranial yang mendadak.
Presentasi klinis yang lebih kronik pada peningkatan TIK munculnya
gangguan mental (mental obtundation/ letargi). Gejala lain yang biasa muncul
pada pasien dengan peningkatan TIK adalah dilatasi pupil, petosis, pernafasan
yang tidak teratur ( respiratory irregularity) disebabkan adanya hernia tentorial
dan hernia tonsilar atau disebabkan langsung pengaruh dari lesi dibatang otak
dapat disertai atau tidak disertai tekanan intrakranial yang tinggi pada waktu
tertentu.9
Oval pupil adalah tanda penting dan mewakili dari stadium transisional
antara normal dan tanpa respon pupil. Ini mengindikasikan secara klinis hipertensi
21
Penurunan
nilai
adalah
perubahan tingkat
kesadaran.
Pengkajian
otak
yang
terjadi, dan
defisit
motorik
dan sensorik
22
biasanya
pada
sisi
yang
berlawanan
(kontralateral).
pupil (pupil
oval
terhadap
Suhu
dikaji
Pemeriksaan
saraf kranial
misalnya
berupa
9
11
12
13
15
Jenis Pemeriksaan
Respon buka mata (Eye Opening, E)
Berorientasi baik
Nilai
4
3
2
1
5
4
3
2
1
23
Ikut perintah
6
5
4
3
2
1
24
25
yang sama. Lalu adanya erosi tulang, kalsifikasi abnormal dan hiperostosis adalah
indikasi tidak spesifik dari lesi massa, walaupun tidak spesifik sehingga tidak
diharuskan untuk
Hidrosefalus obtruksi yang lama bisa ditandakan dengan dilatasi ventrikel III
sehingga menghasilkan pembesaran fossa pituitari dan mungkin mengstimulasi
tumor pituitari.9
Pada anak-anak gambaran radiologi tengkorak masih berharga sebagai
skrining. Pada kondisi akut dan kronis peningkatan tekanan intrakranial akan
menghasilkan pelebaran sutura dan erosi dorsum sellae. Sutura yang melebar ini
terutama jelas terlihat pada sutura koronaria dan sutura sagitalis serta jarang
terlihat pada sutura lambdoidea. Pada anak-anak erosi dorsum sellae merupakan
tanda lanjut dari tekanan tinggi intrakranial. Untuk terjadinya erosi dorsum sellae
membutuhkan waktu beberapa minggu. Keadaan ini hanya terlihat pada 30%
kasus dengan tekanan tinggi intrakranial. Jika erosi dorsum sellae tidak disertai
dengan suture yang melebar, umunya hal ini disebabkan oleh lesi fokal pada
daerah sella.9
untuk
menunjukan
adanya
kelainan
intrakranial
(gambar
27
28
29
30
A).
B).
C).
Gambar 19 : A).TI- Weighted and B). Flair axial MR images with no evidence of
hydrocephalus, mass, or structur lesions, C). Ti-weighted sagital MRI shows a
partially empty sella. D). T2-weighted axial MRI shows flattening of the posterior
sclera, distension of the perioptic subarachnoid space, and tortuosity of the optic
nerves. E and F ) Magnetic resonance venography showing dominant left
transverse sinus and so sign of venous sinus thrombosis.20
31
2.10
peningkatan TIK.
diagnostik
yang
dapat
digunakan
untuk
menilai
perubahan
32
33
Metode
invasive
yaitu
ventrikulostomi
atau
external
ventricular
34
Mengatur posisi kepala lebih tinggi sekitar 30-45 derajat, dengan tujuan
memperbaiki aliran baik jantung karena dengan posisi kepala head up 3040 derajat akan mempelancar aliran darah vena, disamping itu membuat
TIK lebih rendah 3-5 mmHg. Mempertahankan kepala pada posisi netral
diharapkan tidak terjadi peregangan vena jugularis sehingga aliran darah
akan lancar.
Mengusahakan tekanan darah yang optimal, tekanan darah yang sangat
tinggi dapat menyebabkan edema serebro, sebaiknya tekanan darah terlalu
rendah akan mengakibatkan iskemia otak dan akhirnya juga akan
terjadinya sepsis.17,18
Koreksi kelainan metabolik
dan
elektrolit.
Hiponatremia
akan
35
neuron.
Hindari kondisi hiperglikemi.
Pasang kateter vena sentral sebagai akses terapi hiperosmolar atau
8
9
10
11
2.
4.
5.
7.
jantung.17
Hipotermi, induksi hipotermi hingga suhu 32-34 derajat C dapat
menurunkan CBF dan TIK dengan menurunkan kebutuhan metabolic. Tiap
penurunan temperature 1 derajat C akan menurunkan metabolism oksigen
otak (CMRO2) 7%. Efek samping hipotermi meliputi infeksi sistemik,
8.
9.
mengurangi
edema
serebri.
Manitol
menurunkan
tekanan
38
pengembungan.
Status
cairan
juga
terus
di
monitor,
dengan
39
menjadi sumber energi otak pada penderita yang mengalami cedera kepala
maupun yang tidak, efek ini didapatkan dengan menaikkan konsumsi
oksigen mitokondria. Laktat mampu menaikkan konsumsi oksigen
mitokondria jaringan otak, sedangkan glukosa menjaga konsumsi oksigen
mitokondria jaringan otak pada nilai yang stabil. Manitol menyebabkan
diuresis cairan dan sejumlah elektrolit, terutama elektrolit natrium dan
kalium yang akan terbuang. Peranan natrium dan kalium ini untuk
stabilitas membran sel saraf dan berperan dalam komunikasi antar sel.
Jumlah natrium dan kalium dalam batas normal diharapkan akan mampu
mempertahankan kerja sel saraf dalam kondisi normal17
Kriteria rawat inap
Penderita harus menjalani rawat inap bila skor GCS kurang dari 15,
serta terdapat gangguan neurologi, gangguan faal vital dan fraktur tulang
kepala. Rawat inap mempunyai dua tujuan, yakni observasi (pemantauan)
dan perawat. Observasi dimaksudkan untuk menemukan sedini mungkin
penyulit atau kelainan lain yang tidak segera memberikan tanda atau
gejala.18
Pada penderita yang tidak sadar, perawatan merupakan bagian
terpenting dari tata laksana. Tindakan pembebasan jalan napas dan
pernapasan merupakan prioritas utama. Pasien harus diletakkan dalam
posisi berbaring yang aman.18
2.12
PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan peningkatan TIK sangat berhubungan dengan
tingkat keparahan dari patofisologi yang mnedasari, efikasi manajemen
dan umur dan komorbiditas pasien. Gambaran sindroma herniasi tidak
selalu menunjukan suatu koondisi irreversiibel dan sia-sia.
40
BAB III
KESIMPULAN
Tekanan
nonlinear
dari
Intrakranial
fungsi
otak,
(TIK)
adalah
suatu
fungsi
volume
tertentu
yang
menghasilkan
suatu
tekanan
41
air raksa). Jaringan otak, darah beserta pembuluh darah dan cairan
serebrospinalis merupakan faktor yang penting dalam menentukan tekanan
intrakranial. Ketika faktor ini selalu berada dalam keadaan yang seimbang. Bila
mekanisme penyesuaian akan gagal dan terjadilah tekanan tinggi intrakranial.
Adapun tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial lainnya;
hipertermia,
perubahan
motorik
dan
sensorik,
perubahan
papiledema
yang
disebabkan
oleh
tekanan
dan
DAFTAR PUSTAKA
42
h. 551-61.
Dicarlo JV, Frankel LR. Neurologic stabilization. Dalam: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics.
2002;73(suppl 1):i23-7.
Meschan I. Roentgen sign in diagnostic imaging. 2nd ed. Vol.3. WB
43