Anda di halaman 1dari 41

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERSARAFAN

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama
dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal
dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus,
dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi,
diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama : Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi
atau¬ stimulus melalui reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatic)
maupun internal (reseptor viseral). Antivitas¬ integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi
impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang
kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap
informasi bisa terjadi.Output motorik. Input dari¬ otak dan medulla spinalis memperoleh
respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor.

B. Organisasi Struktural Sistem Saraf

a. Sistem saraf pusat (SSP). Terdiri dari otak dan medulla spinalis yang dilindungi tulang kranium
dan kanal vertebral. b. Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh.
Sistem ini terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla
spinalis dengan reseptor dan efektor.

Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen.

a) Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSP

b) Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar.

Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua sub divisi : Divisi somatic (volunter)
berkaitan dengan perubahanϑ lingkungan eksternal dan pembentukan respons motorik
volunteer pada otot rangka.

Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos, otot
jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur

o Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis

o Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla spinalis.

o Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki inervasi simpatis dan
parasimpatis.
C. Sel-Sel Pada Sistem Saraf

a. Pengertian Neuron

adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma.

a) Badan sel atau perikarion, suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.

Bagian ini tersusun dari komponen berikut :

Satu nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti konpleks golgi dan
mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.

Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta berperan
dalam sintesis protein.

Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui mikroskop cahaya
jika diberi pewarnaan dengan perak.

b) Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi
untuk menghantar impuls ke sel tubuh.

c) Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite.

Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau
kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.

b. Klasifikasi Neuron

a) Fungsi.

Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya.

Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ indera
atau suatu organ internal ke SSP.

Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.


Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam SSP. Neuron ini
menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron
lain.

b) Struktur.

Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya.

3 Neuron unipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih. Sebagian besar neuron
motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis, masuk dlam golongan ini. Neuron
bipolar memiliki satuϑ akson dan satu dendrite. Neuron ini ditemukan pada organ indera,
seperti amta, telinga dan hidung.

Neuron unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi neuron ini sebenarnya
bipolar.

c. Sel Neuroglial.

Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi
sebagai jaringan ikat.

a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang, sebagian
besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel atau “kaki vascular”.

b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah prosesusnya lebih
sedikit dan lebih pendek.

c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya memiliki peran
fagositik.

d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral dan ronggal
medulla spinalis.

d. Kelompok Neuron

a) Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di dalam SSP.

b) Ganglion adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar SSP dalam saraf
perifer.

c) Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak di luar SSP.

d) Saraf gabungan. Sebagian besar saraf perifer adalah saraf gabungan ; saraf ini mengandung
serabut arefen dan eferen yang termielinisasi dan yang tidak termielinisasi.
e) Traktus adalah kumpulan serabut saraf dalam otak atau medulla spinalis yang memiliki origo
dan tujuan yang sama.

f) Komisura adalah pita serabut saraf yang menghubungkan sisi-sisi yang berlawanan pada otak
atau medulla spinalis.

4 SISTEM SARAF PUSAT DAN SISTEM SARAF PERIFER

A. Otak

a. Perkembangan Otak

Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi 25% oksigen dan
menerima 1,5% curah jantung. Bagian cranial pada tabung saraf membentuk tiga pembesaran
(vesikel) yang berdiferensiasi untuk membentuk otak : otak depan, otak tengah dan otak
belakang.

Otak depan (proensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi : telensefalon dan diensefalon. ♣
Telensefalon merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum dan basal ganglia serta korpus
striatum (substansi abu-abu) pada serebrum. ♣ Diensefalon menjadi thalamus, hipotalamus
dan epitalamus.

Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh dan pada orang dewasa disebut otak tengah.

Otak belakang (rombensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi : metensefalon dan


mielensefalon. ♣ Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan serebelum. ♣
Mielensefalon menjadi medulla oblongata.

Rongga pada tabung saraf tidak berubah dan berkembang menjadi ventrikel otak dan kanal
sentral medulla spinalis.

b. Lapisan Pelindung

Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut meninges.
Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid dan durameter.

a) Pia meter adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada otak.

b) Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia meter dan mengandung sedikit pembuluh
darah. Runga araknoid memisahkan lapisan araknoid dari piameter dan mengandung cairan
cerebrospinalis, pembuluh darah serta jaringan penghubung serta selaput yang
mempertahankan posisi araknoid terhadap piameter di bawahnya.

c) Durameter, lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua lapisan. Lapisan ini
biasanya terus bersambungan tetapi terputus pada beberapa sisi spesifik. Lapisan periosteal
luar pada durameter melekat di permukaan dalam kranium dan berperan sebagai periosteum
dalam pada tulang tengkorak. Lapisan meningeal dalam pada durameter tertanam sampai ke
dalam fisura otak dan terlipat kembali di arahnya untuk membentuk falks serebrum, falks
serebelum, tentorium serebelum dan sela diafragma. Ruang subdural memisahkan durameter
dari araknoid pada regia cranial dan medulla spinalis. Ruang epidural adalah ruang potensial
antara perioteal luar dan lapisan meningeal dalam pada durameter di regia medulla spinalis.

c. Cairan Cerebrospinalis

Cairan serebrospinalis mengelilingi ruang sub araknoid di sekitar otak dan medulla spinalis.
Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak. Cairan cerebrospinalis menyerupai plasma darah
dan cairan interstisial, tetapi tidak mengandung protein. Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh
plesus koroid dan sekresi oleh sel-sel ependimal yang mengitari pembuluh darah serebral dan
melapisi kanal sentral medulla spinalis. Fungsi cairan cerebrospinalis adalah sebagai bantalan
untuk pemeriksaan lunak otak dan medulla spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran
nutrient dan zat buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis.

d. Serebrum

Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yang membentuk bagian terbesar otak.

Koterks serebral terdiri dari 6 lapisan sel dan serabut saraf.

Ventrikel I dan II (ventrikel lateral) terletak dalam hemisfer serebral.

Korpus kolosum yang terdiri dari serabut termielinisasi menyatukan kedua hemisfer.

Fisura dan sulkus. Setiap hemisfer dibagi oleh fisura dan sulkus menjadi 4 lobus (frontal,
paritetal, oksipital dan temporal) yang dinamakan sesuai tempat tulangnya berada. ♣ Fisura
longitudinal membagi serebrum menjadi hemisfer kiri dan kanan ♣ Fisura transversal
memisahkan hemisfer serebral dari serebelum ♣ Sulkus pusat / fisura Rolando memisahkan
lobus frontal dari lobus parietal. ♣ Sulkus lateral / fisura Sylvius memisahkan lobus frontal dan
temporal. ♣ Sulkus parieto-oksipital memisahkan lobus parietal dan oksipital.

Girus. Permukaan hemisfer serebral memiliki semacam konvolusi yang disebut girus.

e. Area Fungsional Korteks Serebri

a) Area motorik primer pada korteks

Area primer terdapat dalam girus presentral. Disini neuron mengendalikan kontraksi volunteer
otot rangka. Area pramotorik korteks terletak tepat di sisi anterior girus presentral. Neuron
mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan berulang seperti mengetik. Area broca
terletak di sisi anterior area premotorik pada tepi bawahnya.

b) Area sensorik korteks

Terdiri dari area sensorik primer, area visual primer, area auditori primer. Area olfaktori primer
dan area pengecap primer (gustatory).

c) Area asosiasitraktus serebral

Terdiri area asosiasi frontal, area asosiasi somatic, area asosiasi visual, area wicara Wernicke.

d) Ganglia basal

Adalah kepulauan substansi abu-abu yang terletak jauh di dalam substansi putih serebrum.

f. Diensefalon

Terletak di antara serebrum dan otak tengah serta tersembunyi di balik hemisfer serebral,
kecuali pada sisi basal.

TALAMUS Terdiri dari dua massa oval (lebar 1 ¼ cm dan panjang 3 ¾ cm) substansi abu-abu
yang sebagian tertutup substansi putih. Masing-masing massa menonjol ke luar untuk
membentuk sisi dinding ventrikel ketiga.

HIPOTALAMUS Terletak di didi inferior thalamus dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi
dinding ventrikel ketiga.

Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yang melakukan fungsi
vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan frekwensi jantung, tekanan darah, suhu
tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual.
Hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri,
kegembiraan dan kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan
atau inhibisi hormon kelenjar hipofise sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin.

EPITALAMUS Membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu massa berukuran kecil,
badan pineal yang mungkin memiliki fungsi endokrin, menjulur dari ujung posterior epitalamus.

g. Sistim Limbik

Terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan diensefalon yang terlibat dalam aktivitas
emosional dan terutama aktivitas perilaku tak sadar. Girus singulum, girus hipokampus dan
lobus pitiformis merupakan bagian sistem limbic dalam korteks serebral.

h. Otak Tengah

Merupakan bagian otak pendek dan terkontriksi yang menghubungkan pons dan serebelum
dengan serebrum dan berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks. Otak tengah, pons
dan medulla oblongata disebut sebagai batang otak. i. Pons

Hampir semuanya terdiri dari substansi putih. Pons menghubungkan medulla yang panjang
dengan berbagai bagian otak melalui pedunkulus serebral. Pusat respirasi terletak dalam pons
dan mengatur frekwensi dan kedalaman pernapasan. Nuclei saraf cranial V, VI dan VII terletak
dalam pons, yang juga menerima informasi dari saraf cranial VIII

j. Serebelum

Terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua otak. Terdiri dari bagian
sentral terkontriksi, vermis dan dua massa lateral, hemisfer serebelar. Serebelum bertanggung
jawab untuk mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian
ini memastikan bahwa gerakan yang dicetuskan di suatu tempat di SSP berlangsung dengan
halus bukannya mendadak dan tidak terkordinasi. Serebelum juga berfungsi untuk
mempertahankan postur.

k. Medulla Oblongata

Panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai medulla spinalis dan terus
memanjang. Bagian ini berakhir pada area foramen magnum tengkoral. Pusat medulla adalah
nuclei yang berperan dalam pengendalian fungsi seperti frekwensi jantung, tekanan darah,
pernapasan, batuk, menelan dan muntah. Nuclei yang merupakan asal saraf cranial IX, X, XI dan
XII terletak di dalam medulla.
l. Formasi Retikular

Formasi retukular atau sistem aktivasi reticular adalah jarring-jaring serabut saraf dan badan sel
yang tersebar di keseluruhan bagian medulla oblongata,pons dan otak tengah. Sistem ini
penting untuk memicu dan mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran.

B. Medulla Spinalis

a. Fungsi Medulla Spinalis

Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh. Bagian ini mentransmisi
impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan desenden.

b. Struktur Umum

Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun diameter medulla
spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking. Panjang rata-
rata 42 cm. Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan serviks menandai sisi keluar saraf spinal
besar yang mensuplai lengan dan tungkai. Tiga puluh satu pasang (31) saraf spinal keluar dari
area urutan korda melalui foramina intervertebral.

c. Struktur Internal

Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi putih. Kanal sentral
berukuran kecil dikelilingi oleh substansi abu-abu bentuknya seperti huruf H. Batang atas dan
bawah huruf H disebut tanduk atau kolumna dan mengandung badan sel, dendrite asosiasi dan
neuron eferen serta akson tidak termielinisasi. Tanduk dorsal

adalah batang vertical atas substansi abu-abu. Tanduk ventral adalah batang vertical bawah.
Tanduk lateral adalah protrusi di antara tanduk posterior dan anterior pada area toraks dan
lumbal sistem saraf perifer. Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu di sisi kiri
dan kanan medulla spinalis. Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu radiks
ventral.

d. Traktus Spinal

Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi menjadi funikulus
anterior,posterior dan lateral. Dalam funikulus terdapat fasiukulu atau traktus. Traktus diberi
nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya. C. Sistem Saraf Perifer
Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada di bagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem
ini juga mencakup saraf cranial yang berasal dari otak ; saraf spinal, yang berasal dari medulla
spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan.

a. Saraf Kranial

12 pasang saraf cranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa saraf cranial hanya
tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagaian besar tersusun dari serabut sensorik dan
serabut motorik.

1. SARAF OLFAKTORIUS ( CN I )

Merupakan saraf sensorik. Saraf ini berasal dari epithelium olfaktori mukosa nasal. Berkas
serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan menjalar melalui traktus olfaktori sampai ke
ujung lobus temporal (girus olfaktori), tempat persepsi indera penciuman berada.

2. SARAF OPTIK ( CN II )

Merupakan saraf sensorik. Impuls dari batang dan kerucut retina di bawa ke badan sel akson
yang membentuk saraf optic. Setiap saraf optic keluar dari bola mata pada bintik buta dan
masuk ke rongga cranial melaui foramen optic. Seluruh serabut memanjang saat traktus optic,
bersinapsis pada sisi lateral nuclei genikulasi thalamus dan menonjol ke atas sampai ke area
visual lobus oksipital untuk persepsi indera penglihatan.

3. SARAF OKULOMOTORIUS ( CN III )

Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik
berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola mata (kecuali otot oblik
superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka kelopak mata dan ke otot polos tertentu
pada mata. Serabut sensorik membawa informasi indera otot (kesadaran perioperatif) dari otot
mata yang terinervasi ke otak.

4. SARAF TRAKLEAR ( CN IV )

Adalah saraf gabungan , tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan merupakan saraf
terkecil dalam saraf cranial.

Neuron motorik berasal dari langit-langit otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik
superior bola mata. Serabut sensorik dari spindle otot menyampaikan informasi indera otot dari
otot oblik superior ke otak.
5. SARAF TRIGEMINAL ( CN V )

Saraf cranial terbesar, merupakan saraf gabungan tetapi sebagian besar terdiri dari saraf
sensorik. Bagian ini membentuk saraf sensorik utama pada wajah dan rongga nasal serta rongga
oral.

Neuron motorik berasal dari pons dan menginervasi otot mastikasi kecuali otot buksinator.

Badan sel neuron sensorik terletak dalam ganglia trigeminal. Serabut ini bercabang ke arah
distal menjadi 3 divisi : ♣ Cabang optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata,
kelenjar air mata, sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala. ♣ Cabang maksilar
membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas, gusi dan bibir) dan palatum. ♣
Cabang mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit rahang dan area
temporal kulit kepala.

6. SARAF ABDUSEN ( CN VI )

Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik
berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginervasi otot rektus lateral mata. Serabut
sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.

7. SARAF FASIAL ( CN VII )

Merupakan saraf gabungan. Meuron motorik terletak dalam nuclei pons. Neuron ini
menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva. Neuron
sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap pada dua pertiga bagian anterior lidah.

8. SARAF VESTIBULOKOKLEARIS ( CN VIII )

Hanya terdiri dari saraf sensorik dan memiliki dua divisi.

Cabang koklear atau auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran
dalam organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke bagian
medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori pada lobus temporal.

Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan dengan ekuilibrium dan orientasi kepala
terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik pada telinga dalam.

10

9. SARAF GLOSOFARINGEAL ( CN IX )

Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berawal dari medulla dan menginervasi otot untuk
wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid. Neuron sensorik membawa informasi yang
berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian posterior lidah dan sensasi umum dari faring dan
laring ; neuron ini juga membawa informasi mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik
dalam pembuluh darah tertentu.

10. SARAF VAGUS ( CN X )

Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berasal dari dalam medulla dan menginervasi
hampir semua organ toraks dan abdomen. Neuron sensorik membawa informasi dari faring,
laring, trakea, esophagus, jantung dan visera abdomen ke medulla dan pons.

11. SARAF AKSESORI SPINAL ( CN XI )

Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari serabut motorik. Neuron motorik
berasal dari dua area : bagian cranial berawal dari medulla dan menginervasi otot volunteer
faring dan laring, bagian spinal muncul dari medulla spinalis serviks dan menginervasi otot
trapezius dan sternokleidomastoideus. Neuron sensorik membawa informasi dari otot yang
sama yang terinervasi oleh saraf motorik ; misalnya otot laring, faring, trapezius dan otot
sternokleidomastoid.

12. SARAF HIPOGLOSAL ( CN XII )

Termasuk saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik
berawal dari medulla dan mensuplai otot lidah. Neuron sensorik membawa informasi dari
spindel otot di lidah.

b. Saraf Spinal

31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral
(anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu
saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan (motorik dan sensorik), membawa
informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui neuron eferen.

Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna bertebra tempat munculnya
saraf tersebut. ♣ Saraf serviks ; 8 pasang, C1 – C8. ♣ Saraf toraks ; 12 pasang, T1 – T12. ♣ Saraf
lumbal ; 5 pasang, L1 – L5. ♣ Saraf sacral ; 5 pasang, S1 – S5. ♣ Saraf koksigis, 1 pasang.

11

Setelah saraf spinal meninggalkan korda melalui foramen intervertebral, saraf kemudian
bercabang menjadi empat divisi yaitu : cabang meningeal, ramus dorsal, cabang ventral dan
cabang viseral.
Pleksus adalah jarring-jaring serabut saraf yang terbentuk dari ramus ventral seluruh saraf
spinal, kecuali TI dan TII yang merupakan awal saraf interkostal.

c. Sistem Saraf Otonom

Gambaran

SSO merupakan sistem motorik eferen visceral. Sistem ini menginervasi jantung; seluruh otot
polos, seperti pada pembuluh darah dan visera serta kelenjar-kelenjar. SSO tidak memiliki input
volunteer ; walaupun demikian, sistem ini dikendalikan oleh pusat dalam hipotalamus, medulla
dan korteks serebral serta pusat tambahan pada formasi reticular batang otak.

Serabut aferen sensorik (visera) menyampaikan sensasi nyeri atau rasa kenyang dan pesan-
pesan yang berkaitan dengan frekwensi jantung, tekanan darah dan pernapasan, yang di bawa
ke SSP di sepanjang jalur yang sama dengan jalur serabut saraf motorik viseral pada SSO.

Divisi SSO memiliki 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi parasimpatis. Sebagian besar organ
yang diinervasi oleh SSO menerima inervasi ganda dari saraf yang berasal dari kedua divisi.
Divisi simpatis dan parasimpatis pada SSO secara anatomis berbeda dan perannya antagonis.

DIVISI SIMPATIS / TORAKOLUMBAL

Memiliki satu neuron preganglionik pendek dan stu neuron postganglionic panjang. Badan sel
neuron preganglionik terletak pada tanduk lateral substansi abu-abu dalam segemen toraks dan
lumbal bagian atas medulla spinalis.

DIVISI PARA SIMPATIS / KRANIOSAKRAL

Memiliki neuron preganglionik panjang yang menjulur mendekati organ yang terinervasi dan
memiliki serabut postganglionic pendek. Badan sel neuron terletak dalam nuclei batang otak
dan keluar melalui CN III, VII, IX, X, dan saraf XI, juga dalam substansi abu-abu lateral pada
segmen sacral kedua, ketiga dan keempat medulla spinalis dan keluar melalui radiks ventral.

NEUROTRANSMITER SSO

Asetilkolin dilepas oleh serabut preganglionik simpatis dan serabut preganglionik parasimpatis
yang disebut serabut kolinergik.

Norepinefrin dilepas oleh serabut post ganglionik simpatis, yang disebut serabut adrenergic.
Norepinefrin dan substansi yang berkaitan, epinefrin juga dilepas oleh medulla
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN

Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat tubuh
sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya
kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada di lingkungan
seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan-
kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-
perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari
stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-
organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh
vital

 Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu :

1.      Epidermis  

Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer). Epidermis sering kita
sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki
tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan
75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel
epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:

Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.Melanosit (sel
pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin
sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit
(melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang
terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin
banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan
bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah (misal puting susu)
mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang normal bergantung
pada ras dan bervariasi dari merah muda yang cerah hingga cokelat. Penyakit sistemik juga
akan memengaruhi warna kulit . Sebagai contoh, kulit  akan tampak kebiruan bila terjadi
inflamasi atau demam. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian akan
melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang
berbahaya.

Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang merangsang
sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T.
Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.Sel-sel imun yang
disebut sel Langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing
atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Sel
Langerhans mungkin bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik
dan neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-sarah simpatis , yang
mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit melawan infeksi
atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan
meningkatkan rangsang simpatis.  Radiasi ultraviolet dapat merusak sel Langerhans,
mengurangi kemampuannya mencegah kanker.

Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan fungsi
dengan sistem neuroendokrin difus.

Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk) dan lapisan ini akan
berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang secara bersusun dari lapisan paling luar
hingga paling dalam  sebagai berikut:

Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang
dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dimana eleidin berubah menjadi keratin
yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel
saling melekat erat.Lebih tebal pada area-area yang banyak terjadi gesekan (friction) dengan
permukaan luar, terutama pada tangan & kaki. Juga merupakan lapisan keratinosit terluar yang
tersusun atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti.

Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang homogen, terang
jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari protein eleidin.Merupakan
lapisan sel gepeng yang tidak berinti dan lapisan ini banyak terdapat pada telapak tangan &
kaki.

Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan
granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi
perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing,
serta menyediakan efek pelindung pada kulit.2/3 lapisan ini merupakan lapisan gepeng, dimana
sitoplasma berbutir kasar serta mukosa tidak punya lapisan inti.

Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel pada lapisan ini
berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop tampak mempunyai
tonjolan sehingga tampak seperti duri yang disebut spinadan terlihat saling berhubungan dan di
dalamnya terdapat fibril sebagai intercellularbridge.Sel-sel spinosum saling terikat dengan
filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel
dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah
yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, tersusun dari
selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk silindris dan dalam sitoplasmanya terdapat
melanin.Pada lapisan basile ini terdapat sel-sel mitosis.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis akan bertambah tebal jika
bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis di sebut rete
ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan
yang disebut fingers prints.

Pada daerah kulit terdapat juga kelenjar keringat. Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian
yang melingkar) dan
duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan
kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi
dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan
telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar
keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa
pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh
panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis
kelenjar keringat yaitu :

Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan


jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 persen air dan
mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida,
granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolisma
seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari
telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala.
Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan
14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa.Bentuk kelenjar keringat ekrin
langsing, bergulung-gulung dan
salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak
ada rambutnya.

Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak,


puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur
(anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna
keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel
kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat
menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara
kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat
apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan
yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif
setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi
oleh hormon. 

Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin” karena 
95%  dermis membentuk ketebalan kulit.Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis
dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling      tebal
pada telapak kaki sekitar 3 mm.Kulit jangat atau dermis  menjadi tempat ujung saraf perasa,
tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar
minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus
arektor pili). Lapisan ini elastis & tahan lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung syaraf,
kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea, folikel jaringan rambut & pembuluh darah yang juga
merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis.

Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun utama dari
dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan
struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan
mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas
yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.

Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari
pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis tersusun
terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu
komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut
saraf , kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam
hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan
menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh dermis
dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta
kelenjar keringat dan palit. Lapisan ini tipis mengandung jaringan ikat jarang.

Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat
tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin), matiks (cairan
kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast
yang memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak pembuluh darah , limfe, akar
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus.

Lapisan dermis juga ini mengandung sel-sel khusus yang membantu mengatur suhu, melawan
infeksi, air menyimpan dan suplai darah dan nutrisi ke kulit. Sel-sel khusus dari dermis juga
membantu dalam mendeteksi sensasi dan memberikan kekuatan dan fleksibilitas untuk kulit.
Komponen dermis meliputi:

Pembuluh darah berfungsi sebagai transport oksigen dan nutrisi ke kulit dan mengeluarkan
produk sampah. Kapal ini juga mengangkut vitamin D dari kulit tubuh.

Pembuluh getah bening sebagai pasokan (cairan susu yang mengandung sel-sel darah putih dari
sistem kekebalan tubuh) pada jaringan kulit untuk melawan mikroba.

Kelenjar Keringat untuk mengatur suhu tubuh dengan mengangkut air ke permukaan kulit di
mana ia dapat menguap untuk mendinginkan kulit.

Sebasea (minyak) kelenjar yaitu membantu untuk kulit tahan air dan melindungi terhadap
mikroba. Mereka melekat pada folikel rambut.

Folikel rambut, seperti rongga berbentuk tabung yang melampirkan akar rambut dan
memberikan nutrisi pada rambut.

Sensory reseptor syaraf yang mengirimkan sensasi seperti sentuhan, nyeri, dan intensitas panas
ke otak.

Kolagen protein struktural tangguh yang memegang otot dan organ di tempat dan memberikan
kekuatan dan bentuk ke jaringan tubuh.

Elastin protein karet yang memberikan elastisitas dan membuat kulit merenggang. Hal ini juga
ditemukan di ligamen, organ, otot dan dinding arteri.

3.      Subkutan atau Hipodermis

Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya.Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.
Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan
terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga
panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Berfungsi juga sebagai bantalan
antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan
kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan
energi.

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh


darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan
kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju
lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai
bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian
dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur
tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak
mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah
kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak
lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta
makin kehilangan kontur.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN

Sistem perkemihan merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-sisa metabolisma
makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin,
bahan asing dan produk sisanya. Sampah metabolisma ini dikeluarkan (disekresikan) oleh ginjal
dalam bentuk urin. Urin kemudian akan turun melewati ureter menuju kandung kemih untuk
disimpan sementara dan akhirnya secara periodik akan dikeluarkan melalui uretra.

Sistem perkemihan (Gb-1) terdiri atas: kedua ginjal (ren, kidney), ureter, kandung kemih
(vesika urinaria/urinary bladder/ nier) dan uretra.

Ginjal

Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan tebal 3,5-5 cm,
terletak di ruang belakang selaput perut tubuh (retroperitonium) sebelah atas. Ginjal kanan
terletak lebih ke bawah dibandingkan ginjal kiri.

Ginjal (Gb-2) dibungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi medial terdapat
cekungan, dikenal sebagai hilus, yang merupakan tempat keluar masuk pembuluh darah dan
keluarnya ureter. Bagian ureter atas melebar dan mengisi hilus ginjal, dikenal sebagai piala
ginjal (pelvis renalis). Pelvis renalis akan terbagi lagi menjadi mangkuk besar dan kecil yang
disebut kaliks mayor (2 buah) dan kaliks minor (8-12 buah). Setiap kaliks minor meliputi
tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang disebut papila ginjal. Pada potongan vertikal
ginjal tampak bahwa tiap papila merupakan puncak daerah piramid yang meluas dari hilus
menuju ke kapsula. Pada papila ini bermuara 10-25 buah duktus koligens. Satu piramid dengan
bagian korteks yang melingkupinya dianggap sebagai satu lobus ginjal.

Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan lemak dan simpai
jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu sama lain tidak
dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada bagian medula yang masuk ke korteks dan ada
bagian korteks yang masuk ke medula. Bangunan-bangunan (Gb-3) yang terdapat pada korteks
dan medula ginjal adalah

1. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu

Korpus Malphigi terdiri atas kapsula Bowman (bangunan berbentuk cangkir) dan glomerulus
(jumbai /gulungan kapiler).

Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus kontortus distal.

2. Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistim tubulus
yaitu pars descendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa Henle, duktus

ekskretorius (duktus koligens) dan duktus papilaris Bellini.

Korpus Malphigi

Korpus Malphigi terdiri atas 2 macam bangunan yaitu kapsul Bowman dan glomerulus.
Kapsul Bowman sebenarnya merupakan pelebaran ujung proksimal saluran keluar ginjal
(nefron) yang dibatasi epitel. Bagian ini diinvaginasi oleh jumbai kapiler (glomerulus) sampai
mendapatkan bentuk seperti cangkir yang berdinding ganda. Dinding sebelah luar disebut lapis
parietal (pars parietal) sedangkan dinding dalam disebut lapis viseral (pars viseralis) yang
melekat erat pada jumbai glomerulus (Gb-4 dan 5). Ruang diantara ke dua lapisan ini sebut
ruang Bowman yang berisi cairan ultrafiltrasi. Dari ruang ini cairan ultra filtrasi akan masuk ke
dalam tubulus kontortus proksimal.

Glomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar dengan warna yang lebih
tua daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Glomerulus merupakan
gulungan pembuluh kapiler. Glomerulus ini akan diliputi oleh epitel pars viseralis kapsul
Bowman. Di sebelah luar terdapat ruang Bowman yang akan menampung cairan ultra filtrasi
dan meneruskannya ke tubulus kontortus proksimal. Ruang ini dibungkus oleh epitel pars
parietal kapsul Bowman.

Kapsul Bowman lapis parietal (Gb-5) pada satu kutub bertautan dengan tubulus kontortus
proksimal yang membentuk kutub tubular, sedangkan pada kutub yang berlawanan bertautan
dengan arteriol yang masuk dan keluar dari glomerulus. Kutub ini disebut kutub vaskular.
Arteriol yang masuk disebut vasa aferen yang kemudian bercabang-cabang lagi menjadi
sejumlah kapiler yang bergelung-gelung membentuk kapiler. Pembuluh kapiler ini diliputi oleh
sel-sel khusus yang disebut sel podosit yang merupakan simpai Bowman lapis viseral. Sel
podosit ini dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Kapiler-kapiler ini kemudian bergabung
lagi membentuk arteriol yang selanjutnya keluar dari glomerulus dan disebut vasa eferen, yang
berupa sebuah arteriol.

Apartus Yuksta-Glomerular (Gb-6)

Sel-sel otot polos dinding vasa aferent di dekat glomerulus berubah sifatnya menjadi sel
epiteloid. Sel-sel ini tampak terang dan di dalam sitoplasmanya terdapat granula yang
mengandung ensim renin, suatu ensim yang diperlukan dalam mengontrol tekanan darah. Sel-
sel ini dikenal sebagai sel yuksta glomerular. Renin (Gb-7) akan mengubah angiotensinogen
(suatu peptida yang dihasilkan oleh hati) menjadi angiotensin I. Selanjutnya angiotensin I ini
akan diubah menjadi angiotensin II oleh ensim angiotensin converting enzyme (ACE) (dihasilkan
oleh paru). Angiotensin II akan mempengaruhi korteks adrenal (kelenjar anak ginjal) untuk
melepaskan hormon aldosteron. Hormon ini akan meningkatkan reabsorpsi natrium dan klorida
termasuk juga air di tubulus ginjal terutama di tubulus kontortus distal dan mengakibatkan
bertambahnya volume plasma. Angiotensin II juga dapat bekerja langsung pada sel-sel tubulus
ginjal untuk meningkatkan reabsopsi natrium, klorida dan air. Di samping itu angiotensin II juga
bersifat vasokonstriktor yaitu menyebabkan kontriksinya dinding pembuluh darah.

Sel-sel yuksta glomerular (Gb-6) di sisi luar akan berhimpitan dengan sel-sel makula densa,
yang merupakan epitel dinding tubulus kontortus distal yang berjalan berhimpitan dengan
kutub vaskular. Pada bagian ini sel dinding tubulus tersusun lebih padat daripada bagian lain.
Sel-sel makula densa ini sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion natrium dalam cairan di
tubulus kontortus distal. Penurunan tekanan darah sistemik akan menyebabkan menurunnya
produksi filtrat glomerulus yang berakibat menurunnya konsentrasi ion natrium di dalam cairan
tubulus kontortus distal. Menurunnya konsentrasi ion natrium dalam cairan tubulus kontortus
distal akan merangsang sel-sel makula densa (berfungsi sebagai osmoreseptor) untuk
memberikan sinyal kepada sel-sel yuksta glomerulus agar mengeluarkan renin. Sel makula
densa dan yuksta glomerular bersama-sama membentuk aparatus yuksta-glomerular.

Di antara aparatus yuksta glomerular dan tempat keluarnya vasa eferen glomerulus
terdapat kelompokan sel kecil-kecil yang terang (Gb-6) disebut sel mesangial ekstraglomerular
atau sel polkisen (bantalan) atau sel lacis. Fungsi sel-sel ini masih belum jelas, tetapi diduga sel-
sel ini berperan dalam mekanisma umpan balik tubuloglomerular. Perubahan konsentrasi ion
natrium pada makula densa akan memberi sinyal yang secara langsung mengontrol aliran darah
glomerular. Sel-sel mesangial ekstraglomerular di duga berperan dalam penerusan sinyal di
makula densa ke sel-sel yuksta glomerular. Selain itu sel-sel ini menghasilkan hormon
eritropoetin, yaitu suatu hormon yang akan merangsang sintesa sel-sel darah merah (eritrosit)
di sumsum tulang.

Tubulus Ginjal (Nefron)

A. Tubulus Kontortus Proksimal (Gb-8)

Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran yang lurus
di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid
dengan batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya terletak agak
berjauhan satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan). Permukaan sel yang
menghadap ke lumen mempunyai paras sikat (brush border). Tubulus ini terletak di korteks
ginjal.

Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85 persen
dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino dan protein
seperti bikarbonat, akan diresorpsi.

B. Ansa Henle (Gb-9)

Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal turun (pars asendens), bagian tipis
(segmen tipis) dan bagian tebal naik (pars asendens). Segmen tebal turun mempunyai
gambaran mirip dengan tubulus kontortus proksimal, sedangkan segmen tebal naik mempunyai
gambaran mirip tubulus kontortus distal. Segmen tipis ansa henle mempunyai tampilan mirip
pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya sekalipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng, sedikit
lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu lumennya tampak kosong.
Ansa henle terletak di medula ginjal. Fungsi ansa henle adalah untuk memekatkan atau
mengencerkan urin.

C. Tubulus kontortus distal (Gb-8)

Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid
dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan tubulus kontortus proksimal. Inti sel
bundar dan bewarna biru. Jarak antar inti sel berdekatan. Sitoplasma sel bewarna basofil
(kebiruan) dan permukaan sel yang mengahadap lumen tidak mempunyai paras sikat. Bagian ini
terletak di korteks ginjal. Fungsi bagian ini juga berperan dalam pemekatan urin.

D. Duktus koligen (Gb-9)

Saluran ini terletak di dalam medula dan mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus
distal tetapi dinding sel epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat. Duktus
koligen tidak termasuk ke dalam nefron. Di bagian medula yang lebih ke tengah beberapa
duktus koligen akan bersatu membentuk duktus yang lebih besar yang bermuara ke apeks
papila. Saluran ini (Gb-10) disebut duktus papilaris (Bellini). Muara ke permukaan papil sangat
besar, banyak dan rapat sehingga papil tampak seperti sebuah tapisan (area kribrosa). Fungsi
duktus koligen adalah menyalurkan kemih dari nefron ke pelvis ureter dengan sedikit absorpsi
air yang dipengaruhi oleh hormon antidiuretik (ADH).

Di samping bagian korteks dan medula, pada ginjal ada juga bagian korteks yang menjorok
masuk ke dalam medula membentuk kolom mengisi celah di antara piramid ginjal yang disebut
(Gb-11) sebagai kolumna renalis Bertini. Sebaliknya ada juga jaringan medula yang menjorok
masuk ke dalam daerah korteks membentuk berkas-berkas yang disebut prosessus Ferreini.
Sawar Ginjal (Gb-12 dan 13)

Sawar ginjal adalah bangunan-bangunan yang memisahkan darah kapiler glomerulus dari
filtrat dalam rongga Bowman. Sawar ini terdiri atas endotel kapiler bertingkap glomerulus,
lamina basal dan pedikel podosit yang dihubungkan dengan membran celah (slit membran). Sel
podosit adalah sel-sel epitel lapisan viseral kapsula Bowman. Sel-sel ini telah mengalami
perubahan sehingga berbentuk bintang. Selain badan sel sel-sel ini mempunyai beberapa
juluran (prosessus) mayor (primer) yang meluas dari perikarion dengan cara seperti tentakel
seekor gurita. Sebuah prosessus primer mempunyai beberapa prosessus sekunder yang kecil
atau pedikel. Pedikel podosit yang berdekatan saling berselang-seling dalam susunan yang
rumit dengan sistem celah yang disebut celah filtrasi (Slit pores) di antara pedikel. Pedikel-
pedikel ini berhubungan dengan suatu membran tipis disebut membran celah (Slit membran).
Di bawah membran slit ini terdapat membran basal sel-sel sel endotel kapiler glomerulus.

Guna sawar ginjal ini adalah untuk menyaring molekul-molekul yang boleh melewati lapisan
filtrasi tersebut dan molekul-molekul yang harus dicegah agar tidak keluar dari tubuh. Molekul-
molekul yang dikeluarkan dari tubuh adalah molekul-molekul yang sudah tidak diperlukan oleh
tubuh, sisa-sisa metabolisma atau zat-zat yang toksik bagi tubuh. Molekul-molekul ini
selanjutnya akan dibuang dalam bentuk urin (air kemih). Proses filtrasi ini tergantung kepada
tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus.

Perdarahan Ginjal (Gb-11)

Masing-masing ginjal mendapat cabang langsung dari arta abdominalis (arteri renalis). Arteri
ini bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan di antara piramid ginjal. Pada perbatasan
korteks dan medula ginjal arteri interlobaris bercabang menjadi arteri arteri arkuata atau
arsiformis yang meninggalkan pembuluh asalnya hampir tegak lurus menelusuri dasar piramid
medula dan berjalan sejajar dengan permukaan ginjal. Arteri ini kemudian bercabang-cabang
lagi. Cabang-cabang arteri ini berjalan secara radier ke tepian korteks dan dikenal sebagai arteri
interlobularis. Dari arteri interlobularis ini terdapat banyak cabang-cabang menjadi arteri
intralobularis yang akan berakhir sebagai arteriol glomerular aferen yang mendarahi
glomerulus.

Fungsi ginjal yaitu

1. Membuang bahan sisa terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin yang
dihasilkan dari metabolisme makanan oleh tubuh, bahan asing dan produk sisa.

2. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit

3. Mengatur keseimbangan asam dan basa.

4. Menghasilkan renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.

Menghasilkan eritropoietin yang mempunyai peran dalam proses pembentukan eritrosit

di sumsum tulang.

Produksi dan ekskresi urin

Ureter (Gb-14)

Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan adventisia. Lapisan
mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh lamina propria. Epitel transisional ini
terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi dalam hal bentuk mulai dari kuboid (bila
kandung kemih kosong atau tidak teregang) sampai gepeng (bila kandung kemih dalam
keadaan penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini mempunyai batas konveks (cekung) pada
lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel payung. Lamina propria
terdiri atas jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat elastin. Lumen pada
potongan melintang tampak berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang
memanjang. Lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya jaringan
elastin dan muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan.

Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah dalam dan
sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di saluran cerna). Lapisan
adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelsatin.

Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung kemih.
Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa dan merangsang reseptor saraf
sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang amat sangat dan menyebabkan penderita batu
ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal sebagai kolik ureter.

Kandung kemih (Gb-15)


Kandung kemih terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan serosa/adventisia. Mukosanya
dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan ureter (terdiri atas 6-8 lapis sel)
dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina propria dibawahnya. Tunika
muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang tersusun berlapis-lapis yang
arahnya tampak tak membentuk aturan tertentu. Di antara berkas-berkas ini terdapat jaringan
ikat longgar. Tunika adventisianya terdiri atas jaringan fibroelastik.

Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan dikeluarkan kedunia luar melalui
uretra.

Uretra

Panjang uretra pria (Gb-16) antara 15-20 cm dan untuk keperluan deskriptif terbagi atas 3
bagian yaitu:

A. Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada kandung kemih

hingga bagian yang menembus kelenjar prostat. Pada bagian ini bermuara 2 saluran

yaitu duktus ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar prostat.

B. Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di antara otot rangka

pelvis menembus membran perineal dan berakhir pada bulbus korpus kavernosus

uretra.

C. Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra yang menembus korpus

kavernosum dan bermuara pada glands penis.

Epitel uretra bervariasi dari transisional di uretra pars prostatika, lalu pada bagian lain
berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris dan akhirnya epitel gepeng berlapis
pada ujung uretra pars kavernosa yang melebar yaitu di fosa navikularis. Terdapat sedikit sel
goblet penghasil mukus. Di bawah epitel terdapat lamina propria terdiri atas jaringan ikat fibro-
elastis longgar.

Pada wanita uretra jauh lebih pendek karena hanya 4 cm panjangnya. Epitelnya bervarias
dari transisional di dekat muara kandung kemih, lalu berlapis silindris atau bertingkat hingga
berlapis gepeng di bagian ujungnya. Muskularisnya terdiri atas 2 lapisan otot polos tersusun
serupa dengan ureter (aw/2001).
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULUSKELETAL

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan.


Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun
kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari
tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)

KOMPONEN SISTEM MUSCULOSKELETAL

A.    Tulang

Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas hampir
50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang lebih
67 % dan bahan seluler 33%.

Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :

1.      Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

2.      Melindungi organ tubuh  (jantung, otak, paru-paru, dan jaringan lunak).

3.      Memberikan pergerakan  (otot  berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).

4.      Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang  (hematopoesis).

5.      Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium dan fluor).

Struktur tulang

Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut periosteum. Periosteum
memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan
tendon dan ligament. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan
yang terdekat mengandung osteoblast . Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu
membran vascular tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga dalam
tulang kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna howship (cekungan
pada permukan tulang).

Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga sumsum (batang) tulang panjang
dan tulang pipih. Sumsum tulang merah  terutama terletak di sternum, ilium, vetebra dan rusuk
pada orang dewasa, bertanggungjawab dalam produksi sel darah merah dan putih. Pada orang
dewasa tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai
vaskularisasi yang baik. Tulang kanselus menerima asupan darah  melalui pembuluh metafis
dan epifis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal volkman.
Selain itu terdapat arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduler
melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient memasok darah ke sumsum tulang,
System vena ada yang keluar sendiri dan ada yang mengikuti arteri.

Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :

a.       Osteoblas

Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik tulang. Matrik
tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/ asam
polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang merupakan kerangka dimana garam garam
mineral ditimbun terutama calsium, fluor, magnesium dan phosphor.

b.      Osteosit

 Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai pemeliharaan fungsi tulang dan
terletak pada osteon (unit matrik tulang). Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang
dewasa yang di tengahnya terdapat kapiler dan disekeliling kapiler tedapat matrik tulang yang
disebut lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat prosesus
yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh
darah yang terletak kurang lebih 0,1 mm).

c.       Osteoklas

Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat
diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti osteoblas dan osteosit,
osteoklas mengikis tulang.

Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang (resorpsi dan
pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti 18% pertahun.
Gambar 1.1 struktur tulang

Faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan pembentukan dan reabsorpsi tulang adalah :

a.      Vitamin D

Berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan meningkatkan penyerapan


kalsium dari saluran pencernaan. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan deficit mineralisas,
deformitas dan patah tulang.

b.      Horman parathyroid dan kalsitonin

Merupakan hormone utama pengatur homeostasis kalsium. Hormon parathyroid mengatur


konsentrasi kalsium dalam darah, sebagian dengan cara merangsang perpindahankalsium dari
tulang. Sebagian respon kadar kalsiumdarah yang rendah, peningkatan hormone parathyroid
akan mempercepat mobilisasi kalsium, demineralisasi tulang, dan pembentukan kista tulang.
Kalsitonin dari kelenjar tiroid meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang.

c.       Peredaran darah

Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang. Dengan menurunnya pasokan darah /
hyperemia (kongesti) akan tejadi penurunan osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis
(berkurang kepadatannya). Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang kehilangan aliran darah.

Pada keadaaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu tingkat yang
konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak diman lebih banyak terjadi
pembentukan dari pada absorpsi tulang.

Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespon
terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah terjadi patah tulang. Perubahan
tesebut  membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matrik organic
yang sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang  relative menjadi lemah dan rapuh.
Pembentukan tulang baru memerlukan matrik organic baru, sehingga memberi tambahan
kekuatan tulang. (Price,S.A,1995 : 1179)

Berdasarkan bentuknya tulang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1.      Tulang Panjang / Tulang Pipa

Tulang ini sering terdapat dalam anggota gerak. Fungsinya sebagai alat ungkit dari tubuh dan
memungkinkan untuk bergerak. Batang atau diafisis tersusun atas tulang kortikal dan ujung
tulang panjang yang dinamakan epifis tersusun terutama oleh tulang kanselus. Plat epifis
memisahkan epifiis dan diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinalpada anak-
anak. Yang pada orang dewasa akan mengalami kalsifikasi. Misalnya pada tulang humerus dan
femur.

Gambar 1.2 Struktur tulang panjang

2.      Tulang Pendek

Tulang ini sering didapat pada tulang-tulang karpalia di tangan dan tarsalia di kaki. Fungsinya
pendukung seperti tampak pada pergelangan tangan. Bentuknya tidak teratur dan inti dari
konselus (spongi) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

3.      Tulang Pipih

Tulang ini sering terdapat di tengkorak, panggul / koxa, sternum, dan iga-iga, serta scapula
(tulang belikat). Fungsinya sebagai pelindung organ vital dan menyediakan permukaan luas
untuk kaitan otot-otot, merupakan tempat penting untuk hematopoesis. Tulang pipih tersusun
dari tulang kanselus diantara 2 tulang kortikal.

4.      Tulang Tak Beraturan


Berbentuk unik sesuai dengan fungsinya. Struktur tulang tidak teratur, terdiri dari tulang
kanselous di antara tulang  kortikal. Contoh : tulang vertebra, dan tulang wajah.

5.      Tulang Sesamoid

Merupakan tulang kecil disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh
tendon dan jaringan fasial. Contoh : tulang patella (Kap lutut).

Bentuk dan kontruksi tulang  ditentukan fungsi dan gaya yang bekerja padanya.

Kerangka

Sebagian besar tersusun atas tulang. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk
menyangga struktur tubuh.

Kerangka dibagi menjadi : 

1.      Kerangka aksial

Kerangka aksial terdiri dari 80 tulang, terkelompok pada 3 daerah yaitu

Kranium dan Tulang Muka ( TENGKORAK )

Kranium terdiri atas 8 tulang yaitu tulang-tulang parietal (2), temporal (2),frontal, oksipital,
stenoid, dan etmoid.

Tulang muka terdiri atas 14 tulang yaitu tulang maksila (2), zigomatikus (2), nasal (2), lakrimal
(2), palatinum (2),concha inferior (2),mandibula dan vomer.

Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis terdiri atas 26 tulang berbentuk tidak teratur, terbentang antara tengkorak
dan pelvis. Juga merupakan tempat melekatnya iga dan otot punggung. Kolumna vertebralis
dibagi dalam 7 vertebra sevikalis, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacrum
dan 4 vertebra koksigius.
Thoraks tulang

Thorak tulang terdiri tulang dan tulang rawan. Thoraks berupa sebuah rongga berbentuk
kerucut terdiri dari 12 vertebra torakalis dan 12 pasang iga yang melingkar dari tulang belakang
sampai ke sternum.

Pada sternum terdapat beberapa titik penting yaitu supra sternal notch dan angulus sterni yaitu
tempat bertemunya manubrium dan korpus sterni.

Bagian-bagian tersebut merupakan penunjang kepala, leher, dan badan serta melindungi otak,
medulla spinalis dan organ dalam thoraks.

2.      Kerangka Apendikular

Kerangka apindikuler terdiri atas :

Bagian bahu (Singulum membri superioris)

Singulum membri superior terdiri atas klavikula dan scapula.

Klavikula mempunyai ujung medial yang menempel pada menubrium dekat suprasternal notch
dan ujung lateral yang menempel pada akronion.
Bagian panggul (Singulum membri inferior )

Terdiri dari ileum, iskium, pubis yang bersatu disebut tulang koksae. Tulang koksae bersama
sacrum dan koksigeus membentuk pelvis tulang. Ekstremitas bawah terdiri dari femur, patella,
tibia, fibula, tarsus, metatarsus.

B.     Cartilago (tulang rawan)

Tulang rawan terdiri dari serat-serat yang dilekatkan pada gelatin kuat, tetapi fleksible dan tidak
bervasculer. Nutrisi melaui proses difusi gel perekat sampai ke kartilago yang berada pada
perichondium (serabut yang membentuk kartilago melalui cairan sinovial), jumlah serabut
collagen yang ada di cartilage menentukan bentuk fibrous, hyaline, elastisitas, fibrous
(fibrocartilago) memili paling banyak serabut dan memiliki kekuatan meregang. Fibrus cartilage
menyusun discus intervertebralis articular (hyaline) cartilage halus, putih, mengkilap, dan
kenyal membungkus permukaan persendian dari tulang dan berfungsi sebagai bantalan.
Cartilage yang elastis memiliki sedikit serat dan terdapat pada telinga bagian luar.
C.    Ligamen (simplay)

Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari jaringan ikat keadaannya kenyal dan
fleksibel. Ligament mempertemukan kedua ujung tulang dan mempertahankan stabilitas.
Contoh ligamen medial, lateral, collateral dari lutut yang mempertahankan diolateral dari sendi
lutut serta ligament cruciate anterior dan posterior di dalam kapsul lutut yang
mempertahankan posisi anteriorposterior yang stabil. Ligament pada daerah tertentu
melengket pada jaringna lunak untuk mempertahankan struktur. Contoh ligament ovarium
yang melalui ujung tuba ke peritoneum.

D.    Tendon

Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang merupakan ujung dari otot yang
menempel pada tulang. Tendon merupakan ujung dari otot dan menempel kepada tulang.
Tendon merupakan ekstensi dari serabut fibrous yang bersambungan dengan aperiosteum.
Selaput tendon berbentuk selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi tendon tertentu
terutama pada pergelangan tangan dan tumit. Selubung ini bersambungn dengan membrane
sinovial yang menjamin pelumasan sehinggga mudah bergerak.

E.     Fascia

Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar yang didapatkan langsung di
bawah kulit, sebagai fascia superficial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan penyambung
fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Yang demikian disebut fascia
dalam.

F.     Bursae

Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu tempat dimana digunakan di atas bagian
yang bergerak. Misalnya antara tulang dan kulit, tulang dan tendon, otot-otot. Bursae dibatasi
membrane sinovial dan mengandung caiaran sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara
bagian-bagian yang bergerak seperti olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon dan
kulit.

G.    Persendian

Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan
berbagai  cara misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia atau otot.
Dalam membentuk rangka tubuh, tulang yang satu berhubungan dengan tulang yang lain
melalui jaringan penyambung yang disebut persendian. Pada persendian terdapat cairan
pelumas (cairan sinofial). Otot yang melekat pada tulang oleh jaringan ikat disebut tendon.
Sedangkan, jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang disebut ligamen.
Secara structural sendi dibagi menjadi: sendi fibrosa, kartilaginosa, sinovial. Dan berdasarkan
fungsionalnya sendi dibagi menjadi: sendi sinartrosis, amfiartrosis, diarthroses.

Secara structural dan fungsional klasifikasi sendi dibedakan atas:

1.      Sendi Fibrosa/ sinartrosis

Sendi yang tidak dapat bergerak atau merekat ikat, maka tidak mungkin gerakan antara tulang-
tulangnya. Sendi fibrosa tidak mempunyai lapisan tulang rawan dan tulang yang satu dengan
lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa.  contohnya sutura pada tulang
tengkorak, sendi kaitan dan sendi kantong (gigi), dan sindesmosis (permukaan sendi
dihubungkan oleh membran).
2.      Sendi Kartilaginosa/ amfiartrosis

Sendi dengan gerakan sedikit, dan permukaan persendian- persendiannya dipisahkan oleh
bahan antara dan hanya mungkin sedikit gerakan. Sendi tersebut ujung-ujung tulangnya
dibungkus tulang rawan hyalin, disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak.

Ada dua tipe kartilago :

Sinkondrosis

Sendi yang seluruh persendianyan diliputi oleh tulang rawan hialin

Simfisis

Sendi yang tulangnya memiliki hubungan fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin
yang menyelimuti permukaan sendi.

Contohnya :simfisis pubis (bantalan tulang rawan yang mempersatukan kedua tulang pubis),
sendi antara manubrium dan badan sternum, dan sendi temporer / sendi tulang rawan primer
yang dijumpai antara diafisis dan epifisis.
3.      Sendi Sinovial/ diarthroses

Sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi
dilapisi tulang rawan hialin.

Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang
terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium yang
membentuk suatu kantong yang melapisi suatu sendi dan membungkus tendon-tendo yang
melintasi sendi. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan
sendi. Caiaran sinovial normalnya bening, tidak membeku dan tidak berwarana. Jumlah yang
ditemukan pada tiap-tiap sendi relative kecil 1-3 ml. Cairan sinovial bertindak pula juga sebagi
sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.

Tulang rawan memegang peranana penting, dalam membagi organ tubuh. Tulang rawan sendi
terdi dari substansi dasar yang terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh
sel-sel tulang rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada tulang rawan sendi sangat hidrofilik,
sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima
beban berat. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi setelah
cedera atau ketika usia bertambah.

Persendian yang bergerak bebas dan banyak ragamnya. Berbagai jenis sendi sinovial yaitu sendi
datar / sendi geser, sendi putar, sendi engsel, sendi kondiloid, sendi berporos, dan sendi
pelana / sendi timbal balik.Gerak pada sendi ada 3 kelompok utama yaitu gerakan meluncur,
gerkan bersudut / anguler, dan gerakan rotasi.

Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah fleksi, ekstensi, adduksi,
abduksi, rotasi, sirkumduksi dan Pergerakan khusus seperti supinasi, pronasi, inversion, eversio,
protaksio.

Sendi diartrosis terdiri dari:

1.      Sendi peluru

Sendi peluru adalah persendian yang memungkinkan gerakan yang lebih bebas. Sendi ini terjadi
apabila ujung tulang yang satu berbentuk bonggol, seperti peluru masuk ke ujung tulang lain
yang berbentuk cekungan. Contoh sendi peluru adalah hubungan tulang panggul dengan tulang
paha, dan tulang belikat dengan tulang atas.  
2.      Sendi engsel

Memungkinkan gerakan melipat hanya  satu arah, Persendian yang menyebabkan gerakan satu
arah karena berporos satu disebut sendi engsel. Contoh sendi engsel ialah hubungan tulang
pada siku, lutut, dan jari-jari.

3.      Sendi pelana

Sendi pelana adalah persendian yang membentuk sendi, seperti pelana, dan berporos dua.
Contohnya, terdapat pada ibu jari dan pergelangan tangan 
Memungkinkan gerakan  2 bidang yang saling tegak lurus. misal persendian dasar ibu jari yang
merupakan sendi pelana 2 sumbu.
4.      Sendi pivot

Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas untuk memutar  pegangan pintu, misal


persendian antara radius dan ulna.

5.      Sendi peluncur

Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah. Contoh adalah sendi-sendi tulang karpalia di
pergelangan tangan

H.    Jaringan Penyambung

Jaringan yang ditemukan pada sendi  dan daerah-daerah yang berdekatan terutama  adalah


jaringan penyambung, yang tersususn dari sel-sel dan subtansi dasar. Dua macam sel yang
ditemukan pada jaringan penyambung sel-sel yang tidak dibuat dan tetap berada pada jaringan
penyambung, seperti sel mast, sel plasma, limfosit, monosit, leukosit polimorfonuklear. Sel-sel
ini memegang peranan penting pada reaksi-reaksi imunitas dan peradangan yang terlihat pada
penyakit-penyakit reumatik. Jenis sel yang kedua dalam sel penyambung ini adalah sel yang
tetap berada dalam jaringan seperti fibroblast, kondrosit, osteoblas. Sel-sel ini mensintesis
berbagai macam serat dan proteoglikan dari substansi dasar dan membuat tiap jenis jaringan
pemyambung memiliki susunan sel yang tersendiri.

Serat-serat yang didapatkan didalam substansi dasar adalah kolagen dan elastin. Serat-serat
elastin memiliki sifat elastis yang penting. Serat ini didapat dalam ligament, dinding pembuluh
darah besar dan kulit. Elastin dipecah oleh enzim yang disebut elastase.

I.       Otot
Otot yang melekat pada tulang memungkinkan tubuh bergerak. Kontraksi otot menghasilkan
suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan
temperature tubuh. Jaringan otot terdiri atas semua jaringan kontraktil. Menurut fungsi
kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian tubuh otot dikelompokkan dalam :

·         Otot rangka (striadted / otot lurik).

Terdapat pada system skelet, memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan postur


tubuh dan menghasilkan panas.

·         Otot polos (otot visceral).

Terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pembuluh darah. Otot ini mendapat rangsang
dari saraf otonom yang  berkontraksi di luar kesadaran

·         Otot jantung.

Hanya terdapat pada jantung dan berkontraksi di luar pengendalian.

Otot rangka dinamai menurut bentuknya seperti deltoid, menurut jurusan serabutnya seperti
rektus abdominis, menurut kedudukan ototnya seperti pektoralis mayor, menurut fungsinya
seperti fleksor dan ekstensor. Otot rangka ada yang berukuran panjang, lebar, rata, membentuk
gumpalan masas. Otot rangka berkontraksi bila ada rangsang. Energi kontaraksi otot diperoleh
melalui pemecahan ATP dan kegiatan calsium.

Otot dikaitkan di dua tempat tertentu yaitu :

1.      Origo

 Tempat yang kuat dianggap sebagai tempat dimana otot timbul

2.      Isersio

Lebih dapat bergerak dimana tempat kearah mana otot berjalan.

Kontraksi otot rangka dapat terjadi hanya jika dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari
pemecahan ATP dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi secara adekuat dapat
berkontraksi lebih kuat, bila dibandingkan dengan oksigenasi tidak adekuat. Pergerakan akibat
tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai pengungkit dan sendi berperan sebagai
tumpuan atau penopang.

Masalah yang berhubungan dengan system ini mengenai semua kelompok usia, masalah pada
system musculoskeletal tidak mengancam jiwa tetapi berdampak pada kativitas dan
produktivitas penderita.

Anda mungkin juga menyukai