Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MILITUS

1. Definisi Diabetes Militus

Diabetes militus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya teloransi karbohidrat, jika telah
berkembang penuh secara klinis maka diabetes militus ditandai dengan hiperglikemia dan
penyakit vascular mikroangiopati (Fatimah, 2015)

Diabetes militus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia


kronik disertai peningkatan atau pemburukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein. Diabetes militus merupakan salah satu penyakit tertua yang diketahui oleh
manuasia. Pertama kali dilaporkan di manuskrip mesir sekitar 3000 tahun yang lalu.
(Baynest, 2015)

2. Etiologi

1) Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2) Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

3) Faktor-faktor risiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas dan riwayat keluarga

3. Klasifikasi Diabetes Militus


a) IDDM (Insulin Dependent Diabetes Millitus) atau diabetes tipe 1
Sangat tergantung pada insulin. Disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas
sehingga tubuh tidak dapat memproduksi insulin alami untuk mengontrol kadar
glukosa darah.
b) NIDDM (Non-Insulin Dependent Diabetes Millitus) atau diabetes tipe 2
Tidak tergantung insulin. Disebabkan oleh gangguan metabolisme dan penurunan
fungsi hormon insulin dalam mengontrol kadar glukosa darah dan hal ini bisa terjadi
karena faktor genetik dan juga dipicu oleh pola hidup yang tidak sehat.
c) Gestational Diabetes
Disebabkan oleh gangguan hormonal pada wanita hamil.
Diabetes melitus (gestational diabetes mellitus, GDM) juga melibatkan suatu
kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak
cukup, sama dengan jenis-jenis kencing manis lain. Hal ini dikembangkan selama
kehamilan dan dapat meningkatkan atau menghilang setelah persalinan. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan diabetes gestational dapat mengganggu
kesehatan dari janin atau ibu, dan sekitar 20%–50% dari wanita-wanita dengan
Diabetes Melitus gestational sewaktu-waktu dapat menjadi penderita.
4. Manifestasi Klinis
Gejala dari penderita Diabetes mellitus yaitu 3P:
· Poliuria : Peningkatan dalam berkemih
· Polidipsia : Peningkatan rasa haus
· Poliphagia : Peningkatan selera makan
Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan
selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka
terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum menjalani
pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan berat badan.
Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan berat badan.

5. Patofisiologi
Diabetes Tipe I.
Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-
sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hipereglikemia-puasa terjadi
akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa
dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa haus (polidipsia).Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (Polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain),
namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut turun menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti hiperventilasi,
napas bau aseton dan bila tidak ditangani akan mengakibatkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian.

Diabetes Tipe II.


Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Retensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan Untuk mengatasi retensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II (Sylvia,
2006).
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Glukosa darah sewaktu
2) Kadar glukosa darah puasa
3) Tes tolerasi glukosa

7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes militus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipw diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah
normal,
Ada 5 komponen dalam pelaksanaan diabetes :
1) Diet
2) Latihan
3) Pemantauan
4) Terapi (Jika diperlukan)
5) Pendidikan kesehatan
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
 Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien
 Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
 Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa saja, bagaimana cara minum obatnya apakah
teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
 Aktivitas/Istirahat :
 Letih, lesu, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun
 Sirkulasi
Adalah riwayat hipertensi,AMI,kebas, kesemutan pada ekstermitas, ulkus
pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah
 Intergritas ego
Stress, ansietas
 Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare
 Makanan/cairan
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan deuretik
 Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, gangguan
pemgelihatan
 Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang/ringan)
 Keamanan
Kuli kering, gatal, ulkus kulit

B. Diagnoosa Keperawatan
a. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
b. Kekurangan volume cairan
c. Gangguan integritas kulit

C. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral,anoreksia, mula, muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat mencerna jumlah kalori yang tepat
- Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
- Mual muntah berkurang

Intervensi :

- Timbang BB setiap hari


- Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien
- Auskultasi bising usus
- Berikan asupan makanan cair yang mengandung zat nutrien
- Motivasi klien untuk oral hygine
- Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah
- Kolaborasi dalam pemebrian insulin
- Kolaborasi dalam pemberian diet

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil : pasien menunjukan hidrasi yang adekuat


Intervensi :

- pantau tanda-tanda vital


- pantau pola nafas
- kaji frekuensi dan kualitas pernafasan
- panatu input dan output
- catat hal-hal seperti mual,muntah
- observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, oeningkatan BB
- kolaborasi : pantau pemeriksaan laboratorium ( Ht, BUN, Na,K)

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahn status metabolik

Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukan kesembuhan

Kriteria Hasil : kondisi luka menunjukan adanya perbaikan jaringan atau tidak
terinfeksi

Intervensi :

- kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, adanya push,edema


- kaji frekuensi ganti balut
- kaji tanda vital
- kaji adanya nyeri dan infeksi
- lakukan perawatan luka dengan teknik steril
- kolaborasi dalam pemberian antibiotik

Anda mungkin juga menyukai