DIABETES MILITUS
Diabetes militus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya teloransi karbohidrat, jika telah
berkembang penuh secara klinis maka diabetes militus ditandai dengan hiperglikemia dan
penyakit vascular mikroangiopati (Fatimah, 2015)
2. Etiologi
1) Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2) Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
3) Faktor-faktor risiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas dan riwayat keluarga
5. Patofisiologi
Diabetes Tipe I.
Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-
sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hipereglikemia-puasa terjadi
akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa
dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa haus (polidipsia).Defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (Polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain),
namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut turun menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk
samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti hiperventilasi,
napas bau aseton dan bila tidak ditangani akan mengakibatkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian.
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes militus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipw diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah
normal,
Ada 5 komponen dalam pelaksanaan diabetes :
1) Diet
2) Latihan
3) Pemantauan
4) Terapi (Jika diperlukan)
5) Pendidikan kesehatan
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien
Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa saja, bagaimana cara minum obatnya apakah
teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
Aktivitas/Istirahat :
Letih, lesu, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun
Sirkulasi
Adalah riwayat hipertensi,AMI,kebas, kesemutan pada ekstermitas, ulkus
pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah
Intergritas ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria, nokturia, anuria), diare
Makanan/cairan
Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan deuretik
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, gangguan
pemgelihatan
Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang/ringan)
Keamanan
Kuli kering, gatal, ulkus kulit
B. Diagnoosa Keperawatan
a. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
b. Kekurangan volume cairan
c. Gangguan integritas kulit
C. Intervensi
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral,anoreksia, mula, muntah
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Pasien dapat mencerna jumlah kalori yang tepat
- Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
- Mual muntah berkurang
Intervensi :
Kriteria Hasil : kondisi luka menunjukan adanya perbaikan jaringan atau tidak
terinfeksi
Intervensi :