HIPERTENSI
A. Definisi
Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90
mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang artinya
tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi
adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat
dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai
pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai
dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani,
dkk, 2004).
B. Klasifikasi Hipertensi
Beberapa klasifikasi hipertensi:
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program merupakan
sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan, dan agen federal.
Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33
ahli hipertensi nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).
Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,
Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
C. Etiologi
Hipertensi pada umumnya tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan parifer. Namun ada
bebrapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, antara lain:
1. Genetika: respon reurologi terhadap stres atau kelainan eksresi atau transport Natrium.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
3. Stres lingkungan
4. Hilangnya eleastisitas jaringan dan arterisklesoris pada usia lanjut serta pelebaran
pembulu darah.
1. Hipertensi Esensial (primer) yaitu hipetensi dimana penyebabnya tidak diketahui namun
banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan
saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Natrium (Na), obesitas,
merokok dan stres.
2. Hipertensi Sekunder, yaitu hipertensi yaitu diakibatkan karena penyakit ginjal atau
penggunaan kontrasepsi hormonal
D. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja
terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
yang normal. (Price, 2005)
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal. (Price, 2009)
E. Patofisiologi
Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi
NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah Anggraini, 2009).
Angiotensin I
Angiotensin II
↑ Tekanan darah
↑ Volume darah
↑ Tekanan darah
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagualabilitas, anemia.
3. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
5. Photo dada : menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung
G. Penatalaksanaan
A. Pengkajian
1. Aktivitas/ Istirahat
2. Sirkulasi
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi, murmur
stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.
1. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple(hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
2. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayatpenyakit ginjal
pada masa yang lalu).
3. Makanan/cairan
Gejala: Maanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini(meningkat/turun) Riowayat
penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
4. Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontansetelah beberapa jam) Gangguan penglihatan
(diplobia, penglihatan kabur,epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek, proses
piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
5. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.
8. Pernafasan
9. Keamanan
b. Diagnosa Dan Rencana Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul dan Rencana
Keperawatan pada Klien dengan Hipertensi adalah :
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
a. Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard.
b. Intervensi keperawatan :
1. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat.
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD, mempertahankan TD dalam rentang yang
dapat diterima, memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
b. Intervensi keperawatan :
3. Batasi aktivitas.
6. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik
relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasii.
c. Hasil yang diharapkan : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak
nyaman.
3) Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan
sirkulasi
b. Intervensi :
2. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan
arteri jika tersedia 102 | Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi
c. Hasil yang diharapkan : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti
ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal. Haluaran urin 30 ml/ menit ada tanda-tanda
vital stabil.
b. Intervensi keperawatan :
3. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau
efek toksik.
5. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala,
pusing, pingsan, mual dan muntah.
a. Kriteria Hasil : klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan,
menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara
individu.
b. Intervensi :
1. Kaji emahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan.
(Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta
dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh).
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,garam dan gula
sesuai indikasi. (Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke,
penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra
vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).
3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk penurunan berat badan
adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka
program sama sekali tidak berhasil).
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi kekuatan / kelemahan
dalam program diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk
menyesuaikan / penyuluhan).
5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya : penurunan berat
badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari
secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat
mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah
kebiasaan makan).
6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan dan dimana
makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. (memberikan data
dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk
memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan).
7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan kejenuhan
lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning
telur, produk kalengan,jeroan