Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FARMAKOLOGI

HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Abdul Halim

Yulisa Tanjung

Marsevianta

Indah Fitri Saragih

Junita Tarigan

Magister Kedokteran Klinis

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2017
1. Defenisi, klasifikasi dan etiologi Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah terjadinya peningkatan secara abnormal dan terus menerus


tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Brian
Hayens, 2003). Hipertensi juga dikatakan sebagai suatu keadaan dimana tekanan
darah seseorang adalah > 140 mmHg (tekanan sistolik) dan/ atau > 90 mmHg.
batasan hipertensi sulit untuk dirumuskan, maka tidak ada batas yang jelas antara
normotensi dan hipertensi. Tetapi jelas terdapat korelasi langsung antara tekanan
darah dan resiko penyakit kardiovaskuler; makin tinggi tekanan darah maka makin
tinggi resiko terjadi stroke dan penyakit jantung koroner. Batasan (defenisi)
hipertensi hanya dapat dibuat secara operasional yaitu tingkat tekanan darah yang
mana deteksi dan pengobatan lebih menguntungkan atau merugikan. [1,2]
b. Klasifikasi

Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Orang Dewasa


Blood Pressure Systolic Blood Pressure Diastolic Blood Pressure
Classification (mmHg) (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehypertension 120- 139 80- 89
Stage 1 hypertension 140- 159 90- 99
Stage 2 hypertension ≥ 160 ≥ 100
Dikutip dari The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA 2003;289:2560–
71.
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥ 18 tahun)
berdasarkan rata- rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih kunjungan klinis.
Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal pada tekanan darah
sistolik (TDS) < 120 mmHg dengan tekanan darah diastolik (TDD) < 80 mmHg.
Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasi pasien-
pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi di masa
yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori
ini harus diberi obat. [2]
c. Etiologi
Ada bermacam- macam jenis dan penyebab hipertensi (sistolik dan diastolik), antara
lain: hipertensi essensial (90- 95% kasus) dan hipertensi sekunder (5-10 % kasus).
Penyebab hipertensi sekunder dapat dari ginjal, sistem endokrin, sistem kardiovaskular,
dan neurologik. Penyebab dari organ ginjal dapat berupa: glumerulonefritis akut,
penyakit ginjal kronis, penyakit polikistik, stenosis arteri renalis, vaskulitis ginjal, dan
tumor penghasil renin. Penyebab dari sistem endokrin dapat berupa: hiperfungsi
adrenokorteks (sindroma cushing, aldosteronisme primer, hiperplasia adrenal
kongenital, ingesti licorice), hormon eksogen (glukokortikoid, estrogen [termasuk akibat
kehamilan dan kontrasepsi oral], makanan yang mengandung tiramin dan
simpatomimetik, inhibitor monoamine oksidase), feokromositoma, akromegali,
hipotiroidisme (miksedema), hipertiroidisme (tirotoksikosis), akibat kehamilan.
Penyebab dari sistem kardiovaskular antara lain, yaitu: koarktasio aorta, poliarteritis
nodosa, peningkatan volume intravaskular, peningkatan curah jantung, rigiditas aorta.
Penyebab dari sistem neurologik, yaitu: psikogenik, peningkatan tekanan intrakranium,
apnea tidur, dan stress akut, termasuk pembedahan. [3]
2. Tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus) [4].
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-
tahun. Gejala yang timbul menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi
yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan
urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan
kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan
iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan. [5]
Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
berupa: Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina
akibat hipertensi, Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema
dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang
umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala,
keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain. [6]
3. Patofisiologi Hipertensi [7]

Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.

Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi

NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi

NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler

yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.


Renin

Angiotensin I

Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)

Angiotensin II

↑ Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari


korteks adrenal
Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas
↓ Ekskresi NaCl (garam) dengan
mereabsorpsinya di tubulus ginjal
Mengentalkan
↑ Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler

Diencerkan dengan ↑ volume


Volume darah ↑ ekstraseluler

↑ Tekanan darah
↑ Volume darah

↑ Tekanan darah

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi

Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi dilakukan

oleh aksi memompa dari jantung (cardiac output/CO) dan dukungan dari arteri

(peripheral resistance/PR). Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan darah ini

dipengaruhi oleh interaksi dari berbagai faktor yang kompleks. Hipertensi sesungguhnya

merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut, yang ditandai dengan peningkatan

curah jantung dan / atau ketahanan periferal. Selengkapnya dapat dilihat pada bagan.
Gambar 2: Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah

4. Tatalaksana Hipertensi
Sistem pengaturan terhadap cardiac output dan resistensi pembuluh darah perifer
terjadi dalam arteriol, venul post capiler, jantung, ginjal yang mengatur volume cairan
intravaskuler serta barorefleks yang dimediasi oleh saraf otonom yang berkombinasi
dengan mekanisme humoral seperti renin- angiotensin- aldosterone untuk
mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal. Selain itu substansi yang
berasal dari endotel pembuluh darah seperti endothelian 1, nitic oksida yang mengatur
diameter lumen pembuluh darah juga berperan. [7]
Berdasarkan mekanisme ini dalam pemberian obat untuk menurunkan tekanan darah dapat
dibagi menjadi 4 kelas yaitu : [8]
1. Obat dengan target pada system renin-angiotensin-aldosteron antara lain:
a. Inhibitor enzim konverting angiotensin
b. Obat yang memblok reseptor angiotensin
c. Obat yang meninhibisi renin
d. Obat yang memblok respetor B
e. Obat diuretik
Seluruh obat ini akan bekerja dengan mekanisme yang berbeda dan menimbulkan efek
pada keseimbangan natrium dan volume cairan tubuh.
2. Calcium Channel Blockers
Obat ini akan menimbulkan efek dilatasi arteri dan mengurangi resistensi pembuluh
darah perifer.
3. Alpha blockers
Memblok reseptor alpa di pembuluh darah sehingga menimbulkan efek vasodilatasi.
4. Obat yang bekerja di pusat pengaturan persarafan simpatis
Obat ini akan bekerja di hipotalamus dan menurunkan fungsi simpatis.

Untuk mendapatkan efek yang optimal, terapi antihipertensi sebaiknya dengan


mengkombinasikan obat antihipertensi dengan mekanisme yang berbeda antara lain:
1. Obat untuk mengurangi kelebihan cairan (diuretik dan antagonis aldosterone). Diuretik
adalah obat yang paling berperan pada hipertensi yang resisten terhadap pengobatan
kombinasi antihipertensi. Pemilihan diuretic ini disesuaikan dengan fungsi ginjal.
2. Obat untuk mengurangi efek simpatis seperti B bloker
3. Obat untuk mengurangi tahanan vaskuler (ACE inhibitor atau ARB dan Calcium Channel
Blocker)
Kombinasi obat untuk menurunkan tekanan darah yang disarankan antara lain: [8]

Keterangan :
Garis lurus : Kombinasi antihipertensi yang disarankan
Garis putus : Kombinasi antihipertensi yang tidak disarankan karena dapat
meningkatkan efek samping obat.

Kombinasi tiga obat antihipertensi yang biasa digunakan antara lain ACE inhibitor atau ARB,
Calcium chanel blocker dan diuretic thiazide. Jika tekanan darah belum mencapai target, dosis
dapat dititrasi sampai dosis maksimal. [8]
Salah satu guideline terbaru yang dapat dijadikan acuan di Indonesia adalah guideline Joint
National Committee (JNC)8 tahun 2014. Rekomendasi JNC 8 dibuat berdasarkan bukti-bukti dari
berbagai studi acak terkontrol. Dua poin baru yang penting dalam guideline JNC 8 ini adalah
perubahan target tekanan darah sistolik pada pasien berusia 60 tahun ke atas menjadi <150
mmHg dan target tekanan darah pada pasien dewasa dengan diabetes atau penyakit ginjal
kronik berubah menjadi <140/90 mmHg. Modifikasi gaya hidup, meskipun tidak dijelaskan
secara detail juga tetap masuk dalam algoritma JNC 8 ini. [9,10]
Guideline JNC 8 mencantumkan 9 rekomendasi penanganan hipertensi, yaitu: [9,10]
Rekomendasi 1
Pada populasi umum yang berumur ≥ 60 tahun, terapi farmakologi dimulai ketika tekanan
darah sistolik ≥ 150 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan
darah sistolik menjadi < 150 mmHg dan diastolik menjadi < 90 mmHg. (Rekomendasi kuat,
tingkat rekomendasi A).
Pada populasi umum yang berumur ≥ 60 tahun, bila terapi farmakologi menghasilkan
penurunan tekanan darah sitolik yang lebih rendah dari target (misalnya < 140 mmHg) dan
pasien dapat mentoleransi dengan baik, tanpa efek samping terhadap kesehatan dan kualitas
hidup, maka terapi tersebut tidak perlu disesuaikan lagi (Opini ahli, tingkat rekomendasi E). 
Rekomendasi 2
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai ketika tekanan darah
diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target penurunan tekanan darahnya adalah < 90 mmHg. (Untuk umur
30 – 59 tahun, rekomendasi kuat, tingkat rekomendasi A) (Untuk umur 18 – 29 tahun, opini ahli,
tingkat rekomendasi E).
Rekomendasi 3
Pada populasi umum berumur < 60 tahun, terapi farmakologi dimulai ketika tekanan darah
sistoliknya ≥ 140 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140
mmHg (Opini ahli, rekomendasi E).
Rekomendasi 4
Pada populasi berumur ≥ 18 tahun yang menderita penyakit ginjal kronik, terapi farmakologi
dimulai ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastoliknya ≥ 90
mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg dan
diastolik < 90 mmHg. (Opini ahli, tingkat rekomendasi E)
Rekomendasi 5
Pada populasi berumur ≥ 18 tahun yang menderita diabetes, terapi farmakologi dimulai ketika
tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg atau diatoliknya ≥ 90 mmHg. Target terapi adalah
menurunkan tekanan darah sistolik menjadi < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg. (Opini ahli,
tingkat rekomendasi E)
Rekomendasi 6
Pada populasi umum yang bukan ras berkulit hitam, termasuk yang menderita diabetes, terapi
antihipertensi awal hendaknya termasuk diuretika tipe tiazida, penghambat saluran kalsium,
penghambat enzim ACE, atau penghambat reseptor angiotensin. (Rekomendasi sedang, tingkat
rekomendasi B).
Rekomendasi 7
Pada populasi umum ras berkulit hitam, termasuk yang menderita diabetes, terapi
antihipertensi awal hendaknya termasuk diuretika tipe tiazida atau penghambat saluran
kalsium. (Untuk populasi kulit hitam secara umum: rekomendasi sedang, tingkat rekomendasi
B) (Untuk ras kulit hitam dengan diabetes: rekomendasi lemah, tingkat rekomendasi C)
Rekomendasi 8
Pada populasi berumur ≥ tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi antihipertensi awal atau
tambahan hendaknya temasuk penghambat enzim ACE atau penghambat reseptor angiotensin
untuk memperbaiki fungsi ginjal. Hal ini berlaku bagi semua pasien penderita penyakit ginjal
kronik tanpa melihat ras atau status diabetes. (Rekomendasi sedang, tingkat rekomendasi B).
Rekomendasi 9
Tujuan utama tatalaksana hipertensi adalah untuk mencapai dan menjaga target tekanan
darah. Bila target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu sebulan terapi, naikkan dosis obat
awal atau tambahkan obat kedua dari kelompok obat hipertensi pada rekomendasi 6 (diuretika
tipe tiazida, penghambat saluran kalsium, penghambat enzim ACE, dan penghambat reseptor
angiotensin). Penilaian terhadap tekanan darah hendaknya tetap dilakukan, sesuaikan regimen
terapi sampai target tekanan darah tercapai. Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan
terapi oleh 2 jenis obat, tambahkan obat ketiga dari kelompok obat yang tersedia. Jangan
menggunakan obat golongan penghambat ACE dan penghambat reseptor angiotensin bersama-
sama pada satu pasien.
Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan obat-obat antihipertensi yang tersedia pada
rekomendasi 6 oleh karena kontra indikasi atau kebutuhan untuk menggunakan lebih dari 3
macam obat, maka obat antihipertensi dari kelompok yang lain dapat digunakan.
Pertimbangkan untuk merujuk pasien ke spesialis hipertensi.
Tabel 1. Algoritme penangangan hipertensi pada JNC 8
Tabel 2. Obat anti hipertensi yang di rekomendasikan JNC 8
1. Hayens R. B, Frans H. H. L., & Eddy S. 2003. Buku Pintar Menaklukkan
2. Hipertensi. Jakarta : Ladang Pustaka & Intimedia
3. Joewono, B. S. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : Airlangga University Press
4. Robbins, L.S., 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC
5. Mohammad Y. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Internal Publishing : 2009
6. Tierney L, McPhee S. Hipertensi Sistemik dalam Diagnosis dan Terapi Kedokteran.
Jakarta : Salemba Medika;2002
7. Ganong, W.F. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 17. Jakarta: EGC
8. Katzung,Bertram G. Masters, Susan B. Trevor, Anthony J. Basic& Clinical Pharmacology.
Mc Graw Hill ;2012
9. The premier online research for treatment resistant hypertension cited

file:///C:/Users/user/Documents/magister/Approaches%20to%20Therapy%20in
%20Treatment-Resistant%20Hypertension%20_%20Power%20Over%20Pressure.html
10. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Himmelfarb CD, Handler J, dkk, 2014, 2014
evidence based guideline for the management of high blodd pressure in adults: report
from the panel member appointed to the eight joint national committee (JNC 8), JAMA,
311 (5): 507-520)  
11. JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa, Muhadi
<internet> www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/11/9

Anda mungkin juga menyukai