Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

disusun oleh :

RONALDO JANUAR SUKMANA

J.0105.20.094

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

KELAS NON REGULER


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan

peningkatan tekanan darah sistolik diatas batas normal yaitu lebih dari 140

mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013)

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari

120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering

menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan

semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin A, 2009).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus

lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi.

Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan

melawan dinding arteri (Udjianti WJ, 2011).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi

adalah peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus

menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole

konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Peningkatan tekanan darah

sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg.

2
B. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau

peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi:

1) Genetik : Respons neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi

atau transpor Na.

2) Obesitas : Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.

3) Stres karena lingkungan.

4) Hilangnya elastisitas jaringan dan aterosklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah.

Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya

perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan

menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah, kehilangan elastisitas

pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Setelah

usia 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun

shingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume. Elastisitas

pembuluh darah menghilang karena terjadi kurangnya efektifitas pembuluh

darah perifer untuk oksigenasi (Aspiani, 2014).

3
Sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui pasti

disebut dengan hipertensi primer atau esensial, sedangkan 7% disebabkan

oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis, dan 3% disebabkan oleh kelainan

hormonal atau hipertensi hormonal dan penyebab lain (Muttaqin A, 2009).

Sebagai faktor predisposisi dari hipertensi esensial adalah penuaan, riwayat

keluarga, asupan lemak jenuh atau natrium yang tinggi, obesitas, ras, gaya

hidup yang menuntut sering duduk dan tidak bergerak, stress, merokok

(Kowalak JP, Welsh W, Mayer B, 2011).

C. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor pada medula otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan

hipertensi sangan sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

4
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Pada saat bersamaan ketika saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal

menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada

akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

mencetuskan hipertensi (Brunner & Suddarth, 2002).

5
Faktor Predisposisi : usia, jenis kelamin,
merokok, stress, kurang olahraga, genetic, Beban kerja jantung
alcohol, konsentrasi garam, obesitas meningkat

Kerusakan vascular Tekanan sistemik


HIPERTENSI
pembuluh darah darah

Perubahan Saturasi Krisis Situation


Perubahan Struktur

Penyumbatan pembuluh Resistens Pembuluh Nyeri Kepala


darah darah otak

OTAK Suplai O2 ke otak


Vasokonstriksi

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokonstriksi Spasme Arteriol Koroner


pembuluh darah Sistemik
ginjal
Resiko Cedera Iskemia miocard
Afterload
Blood flow
Penurunan curah Nyeri akut
Fatigue
jantung

Intoleransi aktivitas

6
Patofisiologi Penyakit

D. Tanda dan Gejala

Klien yang menderita hipertensi terkadang tidak menampakkan gejala

hingga betahun-tahun. gejala jika ada menunjukkan adanya kerusakan

vaskular, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang

divaskularisasikan oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan petologis

pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada

malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin).

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apa pun selain

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus

berat, edema pupil (edema dan diskus optikus).

Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau

serangan iskeemik transien (transient ischemic attack, TIA) yang

bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau

gangguan ketajaman penglihatan (Smeltxer, 2002).

Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama

7
pada setiap orang., bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala

yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut :

1. Sakit kepala

2. rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputar seperti ingin jatuh

4. Berdebar atau detak jantung cepat

5. Telinga berdenging

E. Penatalaksanaan

Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan

risiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.

Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di

bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg dan mengontrol

faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau

dengan obat antihipertensi (Mansjoer, 2002).

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan

setara non- farmakologis, antara lain :

1. Pengaturan diet

Berbagai studi menunjukkan bahwa diet pola hidup sehat dan/ataudengan

obat- obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat

memperbaki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.

Beberapa diet yang dianjurkan :

8
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah

pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat

mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga sangat

berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang

dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per

hari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi

mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena

dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh

oksida nitrat pada dinding vaskuler.

3) Diet kaya buah dan sayur.

4) Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

2. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, degan cara menurunkan berat

badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi

beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi

menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi

dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang

sangat efekif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan

(1 kg/minggu) sangat dianjurkan.

Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi

9
perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual

bebas mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan

tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan

terjadinya eksaserbasi aritmia.

3. Olahraga

Olahraga teratus seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat

untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.

Olahraga isotonik juga dapat meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi

perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30

menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk

menurnkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang

dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk

mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui

menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan

kerja jantung.

Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi adalah

sebagai berikut.

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

10
3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan :

a) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium

Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi

curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi

garam dan airnya.

b) Antagonis (penyekat) respector beta (β-blocker), terutama penyekat

selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk menurunkan

kecepatan denyut dan curah jantung.

c) Antagonis reseptor alfa (α-blocker) menghambat reseptro alfa di

otot polos vaskuler yang secara normal berespons terhadap

rangsangan saraf simpatis dengan vasokonstriksi. Hal ini akan

menurunkan TPR.

d) Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk menurunkan

TPR. Misalnya natrium, nitroprusida, nikardipin, hidralazin,

nitrogliserin, dll. (Brunner & Suddarth, 2002)

F. Komplikasi

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di

otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang

terpaja tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila

arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga

11
aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang

mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma.

1. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh

darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen

miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel

dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel

sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko

pembentukan bekuan.

2. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah

ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksisk dan

kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar

melalui urine sehinga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan

menyebabkan edema, yang sering djumpai pada hipertensi kronis.

3. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang

sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler

12
dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.

Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian

4. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir mungkin

memiliki berat lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,

kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami

kejang selama atau sebelum proses persalinan.

G. Konsep Dasar Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan

dalam praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu

pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan

interversional dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien (Carpenito,

2010).

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini

semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan kesehatan klien.

Pengkajian keperawatan pada pasien hipertensi menurut Aspiani (2014)

meliputi:

1. Aktivitas/ Istirahat

a. Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup yang tidak baik.

b. Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea.

13
c. Pengkajian Indeks KATZ

Skor INTERPRETASI
Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK), berpindah,
A
kekamar kecil, berpakaian dan mandi
Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
B
tersebut
Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi
C
tambahan
Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,berpakaian dan
D
satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
E
kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali berpakaian, kekamar
F
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat diklasifikasikan
lain sebagai C,D dan E

2. Sirkulasi

a. Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi, perspirasi.

b. Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,

radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,

kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian

kapiler mungkin lambat/ bertunda.

3. Integritas Ego

a. Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi (hubungan,

keuangan, pekerjaan).

b. Tanda : gelisah, sedih, peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

14
a. Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat

penyakit ginjal pada masa yang lalu).

5. Makanan/cairan

a. Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,

lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini

(meningkat/turun), riwayat penggunaan diuretik

b. Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria

6. Neurosensori

a. Gejala : Keluhan pening/pusing, sakit kepala, suboksipital (terjadi saat

bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam)

Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).

b. Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola bicara,

efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.

7. Nyeri/ ketidaknyaman

a. Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit

kepala.

8. Pernafasan

a. Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, ortopnea,

dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

15
b. Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi

nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis

9. Pola hubungan dan peran


Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya
rumah, dan masalah keuangan.

Pengkajian APGAR Keluarga (Tabel APGAR Keluarga)

Kadang Tidak
Selalu
No Item Penilaian kadang pernah
(2)
(1) (0)
A : adaptasi
Saya puas bisa kembali pada
keluarga
1. (teman-teman) saya untuk
membantu
apabila saya mengalami kesulitan
( adaptasi )
P : Partnership
Saya puas dengan cara keluarga
( teman-teman ) saya
2. membicarakan
sesuatu dan mengungkapkan
masalah
dengan saya ( hubungan )
3. G : Growth
Saya puas bahwa keluarga ( teman-
teman ) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas ( pertumbuhan

16
)
A : Afek
Saya puas dengan cara keluarga
(eman-teman) saya
4. mengekspresikan afek dan
berespon terhadap emosi saya
seperti, marah sedih, atau
mencintai
R : Resolve
Saya puas dengan cara teman dan
5. keluarga saya dan saya
menyediakan waktu bersama-sama
mengekspresikan afek dan
berespon

Keterangan

Total nilai <3: disfungsi keluarga yang sangat tinggi

Total nilai 4–6: disfungsi keluarga sedang

Total nilai 7 – 10: tidak ada disfungsi keluarga

Pengkajian Status Mental


Tabel Short Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)

Skor
No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Kapan anda lahir?
6 Berapa umur anda?
siapa presiden Indonesia
7
sekarang?
8 Siapa presiden sebelumnya?

17
9 Siapa nama anak anda?
10 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Kesalahan Total

Kesimpulan :

1. Kesalahan 0 – 2 = Fungsi Intelektual Utuh

2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan Intelektual Ringan

3. Kesalahan 5 – 7 = Kerusakan Intelektual Sedang

4. Kesalahan 8 – 10 = Kerusakan Intelektual Berat

Keterangan :

a. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan bila subyek hanya

berpendidikan SD

c. Bisa dimaklumi bilang kurang dari 1 ( satu ) kesalahan bila subyek mempunyai

pendidikan lebih dari SD

d. Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 ( satu ) kesalahan untuk subyek kulit hitam

a. dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.

c. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Data Subjektif : peningkatan afterload Resiko Tinggi

Data Objektif : Penurunan

vasokontriksi Curah jantung

18
iskemia miokardia

hipertrofi.
2 Data Subjektif : Pembuluh darah Intoleransi

Data objektif : tampak Sistemik aktivitas

menggunakan tongkat saat

berjalan dan dibantu Afterload

anaknya

Fatigue

Intoleransi aktivitas

d. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons

manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan

respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (Hardman,

2015). Diagnosis keperawatan berfungsi untuk mengidentifikasi,

memfokuskan dan memecahkan masalah keperawatan klien secara spesifik.

Jenis-jenis diagnosis keperawatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut

(Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013)

i. Diagnosis Aktual

19
Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan

atau proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah

kesehatan. Tanda/gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi

pada klien.

ii. Diagnosis Risiko

Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan

atau proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko

mengalami masalah kesehatan. Tidak ditemukan tanda/gejala mayor dan

minor pada klien, namun klien memiliki faktor risiko mengalami masalah

kesehatan.

iii. Diagnosis Promosi Kesehatan

Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk

meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik dan

optimal.

Diagnosis keperawatan pada pasien hipertensi menurut Aspiani (2014)

dengan penulisan diagnosa keperawatan sesuai Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia antara lain :

1) Risiko penurunan curah jantung

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

e. Intervensi

20
Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang dirancang untuk

membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang

diinginkan dalam hasil yang sudah diharapkan (Dongoes, 2010).

( Sumber : SDKI – SLKI - SIKI,)

Diagnosa Luaran
Intervensi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan
Resiko tinggi Definisi: PERAWATAN JANTUNG (I.02075)

terhadap Keadekuatan
1. Observasi
penurunan curah jantung
- Identifikasi tanda/gejala primer
jantung (D.0008) memompa darah
Penurunan curah jantung (meliputi
untuk memenuhi
berhubungan
dispenea, kelelahan, adema ortopnea
kebutuhan
dengan
paroxysmal nocturnal dyspenea,
metabolisme
peningkatan
peningkatan CPV)
tubuh.
afterload,
Ekspektasi: - Identifikasi tanda /gejala sekunder
hipertrofi/rigiditas
CURAH penurunan curah jantung (meliputi
ventrikuler,
JANTUNG peningkatan berat badan, hepatomegali
iskemia miokard
MENINGKAT ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi

L.02008 basah, oliguria, batuk, kulit pucat)

- Monitor tekanan darah (termasuk


Kriteria Hasil: tekanan darah ortostatik, jika perlu)
- Tanda tanda

21
vital normal - Monitor intake dan output cairan

- Lelah
- Monitor berat badan setiap hari pada
berkurang
waktu yang sama
- Dyspnea
- Monitor saturasi oksigen
berkurang

- Gambaran - Monitor keluhan nyeri dada (mis.

EKG normal Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,

- Tidak ada presivitasi yang mengurangi nyeri)

Edema, - Monitor EKG 12 sadapoan


distensi vena
- Monitor aritmia (kelainan irama dan
jugularis, dan
frekwensi)
sianosis
- Monitor nilai laboratorium jantung (mis.
-
Elektrolit, enzim jantung, BNP, Ntpro-

BNP)

- Monitor fungsi alat pacu jantung

- Periksa tekanan darah dan frekwensi

nadisebelum dan sesudah aktifitas

- Periksa tekanan darah dan frekwensi

nadi sebelum pemberian obat (mis.

Betablocker, ACEinhibitor, calcium

22
channel blocker, digoksin)

1. Terapeutik

- Posisikan pasien semi-fowler atau

fowler dengan kaki kebawah atau

posisi nyaman

- Berikan diet jantung yang sesuai (mis.

Batasi asupan kafein, natrium,

kolestrol, dan makanan tinggi lemak)

- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk

modifikasi hidup sehat

- Berikan terapi relaksasi untuk

mengurangi stres, jika perlu

- Berikan dukungan emosional dan

spiritual

- Berikan oksigen untuk

memepertahankan saturasi oksigen

>94%

2. Edukasi

- Anjurkan beraktivitas fisik sesuai

toleransi

- Anjurkan beraktivitas fisik secara

23
bertahap

- Anjurkan berhenti merokok

- Ajarkan pasien dan keluarga

mengukur berat badan harian

- Ajarkan pasien dan keluarga

mengukur intake dan output cairan

harian

3. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat hipertensi,

jika perlu

- Rujuk ke program rehabilitasi jantung

TOLERANSI Definisi : respon MANAJEMEN ENERGI (I. 05178)


AKTIVITAS fisiologis terhadap 1. Observasi
D.0056 aktivitas yang
- Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang
membutuhkan
tenaga mengakibatkan kelelahan
Ekspektasi : - Monitor kelelahan fisik dan emosional
TOLERANSI - Monitor pola dan jam tidur
AKTIVITAS
2. Terapeutik
MENINGKAT
(L.05047) - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Meningkat stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
Kriteria Hasil :
- Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Frekuensi nadi
normal - Berikan aktivitas distraksi yang
- Tekanan darah menyenangkan
normal 3. Edukasi
- Kemudahan

24
dalam - Anjurkan tirah baring
melakukan - Anjurkan melakukan aktivitas secara
aktivitas
bertahap
sehari-hari
- Keluhan lelah - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
berkurang dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Dyspnea saat - Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
aktivitas
kelelahan
berkurang
- Perasaan lemah 4. Kolaborasi
berkurang - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
- EKG dalam
meningkatkan asupan makanan
batas normal

f. Implementasi

Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai

strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan.

(Doengoes, 2010). Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan

pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping

perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika

klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan

pengumpulan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

g. Evaluasi

25
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati

dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari

evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan

memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan

(Tarwoto & Wartonah, 2011).

1. Diagnosa keperawatan : Risiko penurunan curah jantung

1) Klien melaporkan atau menunjukkan tidak ada tanda dispnea,angina

dan disritmia.

2. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas

1) Klien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.

2) Klien mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi dapat didefinisikan hipertensi sebagai peningkatan tekanan

darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu

periode. Hipertensi dapat disebabkan oleh genetik, obesitas, stress karena

lingkungan, dan hilangnya elastisitas jaringan dan aterosklerosis pada orang

tua serta pelebaran pembuluh darah. Gejala yang sering muncul pada

penderita hipertensi yaitu sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada

tengkuk, perasaan berputar seperti ingin jatuh, berdebar atau detak jantung

cepat dan telinga berdenging. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan saat

perawatan yaitu pengaturan diet, penurunan BB, olahraga, memperbaiki gaya

hidup yang kurang sehat. Komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera

ditangani yaitu Stroke, Infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati, dan kejang.

B. Saran

Pengobatan hipertensi dapat dimulai dengan perubahan gaya hidup

untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko terkena penyakit

jantung. Jika perubahan gaya hidup tidak memberikan hasil, mungkin anda

perlu mengkonsumsi obat-obatan setelah berkonsultasi dengan dokter.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. (2009). Asuhan Keperawatan Ganguuan Sistem


Kardiovaskuler.
Jakarta: PT. Salemba Medika
Baradero, dkk. (2008). Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta:
EGC Corwin. (2009). Hipertensi. Jakarta: EGC

Garnadi, Y. (2012). Hidup Nyaman dengan Hipertensi. Jakarta: Agromedia

Herdman. (2012). NANDA. (2012-2014). Diagnosis Keperawatan Definisi


dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
Muttaqin A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Pudiastuti. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika

Potter PA, & Perry AG. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Edisi IV Volume 2. Jakarta: EGC

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, alih Bahasa: Agung Waluyo, dkk.
(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
edisi 8, volume 2. Jakarta: EGC

Tarwoto dan Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Udjianti, Wajan Juni. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta:


Salemba Medika

28
Yuli Aspiani, Reny. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Kardiovaskuler : Aplikasi NIC&NOC. Jakarta: CV.
Trans Info Media

29
30

Anda mungkin juga menyukai