Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN GERONTIK
PADA NY T DI DESA MEJASEM BARAT RT 02 RW 16 KECAMATAN
KRAMAT
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI

“ Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik Semester VI


tahun akademik 2020/2021”
Dosen Pembimbing : Ns. Asiandi, S.Kep.,M.Sc.

OLEH
PRATIWI AYUNINGTYAS
1811020039
6A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH PURWOKERTO
2021
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan


tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka
morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A.
Price, 2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan
hipertensi ini merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam
arteri atau tekanan systole > 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya
90 mmHg. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
2. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi
menjadi 2, yaitu :
1) Hipertensi Esensial atau Primer

Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi


hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan.
Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial
sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi
primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak
ditemukan penyakit renovakuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma,
gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan bagian
yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain
yang diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan, demografi dan gaya hidup.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).
Golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial,
maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
 Elastisitas dinding aorta menurun

 Katub jantung menebal dan menjadi kaku

 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap


tahun sesudah berumur 20 tahun kekmampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi
karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
3. Tanda Gejala
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu :
 Mengeluh sakit kepala, pusing

 Lemas, kelelahan

 Sesak nafas

 Gelisah

 Mual

 Muntah

 Epitaksis

 Kesadaran menurun

Menurut Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar


gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa
nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intracranial. Pada pemeriksaan fisik
tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi
dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Gejala lain
yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba,
tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula
adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan
gerontologi perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth,
2002 ).
5. Pathway

Etiologi :
Umur, obesitas, jenis
kelamin, gaya hidup.

Hipertensi

Vasokontriksi Ginjal Otak


pembuluh darah

Vasokontriksi
After load pembuluh darah
ginjal Resistensi
Suplei O2 pemb.dar
ke otak ah otak
COP Aliran darah

Tekanan
Respon renin Pingsan Gang. pemb.dar
angiotensin&aldosteron Perfusi ah otak
jaringan

Aldosteron Nyeri tekan

Retensi Na
Nyeri
Edema

Kelebihan volume
cairan
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hipertensi adalah
sebagai berikut:
a. Hematokrit
Pada penderita hipertensi kadar hematokrit dalam darah meningkat
seiring dengan meningkatnya kadar natriumdalam darah.
Pemeriksaan hematokrit diperlukan juga untuk mengikuti
perkembangan pengobatan hipertensi.
b. Kalium Serum
Peningkatan kadar kalium serum dapat meningkatkan hipertensi.
c. Kreatinin Serum
Hasil yang didapatkan dari kreatinin adalah kadar kreatinin dalam
darah meningkat sehingga berdampak pada fungsi ginjal.
d. Urinalisa
Darah, proteon, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/
adanya diabetes.
e. Elektrokardiogram
Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat
dideteksi dengan pemeriksaaan ini. Dapat juga menggambarkan
apakah hipertensi telah lama berlangsung.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90
mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a. Penatalaksanaan Non-Farmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan
nonfarmakologi sangat penting untuk mencegah tekanan darah
tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara
memodifikasi faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass


Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui
dengan rumus membagi berat badan dengan tinggi badan yang
telah dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas yang terjadi dapat
diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan
serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat menurunkan
tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg (Dalimartha, 2008).
2) Mengurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan


diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6
gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi
garam sampai dengan 2300 mg setara dengan satu sendok teh
setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg
dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan
dengan cara mengurangi asupan garam menjadi ½ sendok
teh/hari(Dalimartha, 2008).
3) Batasi konsumsi alkohol

Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria


atau lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan
tekanan darah, sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi
alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan darah (PERKI,
2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara


meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan
urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam
sehari dapat membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara
mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500
mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok

Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita


hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama
rokok adalah tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang
membuat jantung bekerja lebih keras karena mempersempit
pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta
tekanan darah(Dalimartha, 2008).
6) Penurunan stress

Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan


tekanan darah sementara. Menghindari stress pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi
otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf
sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono, 2007).
7) Terapi relaksasi progresif

Di Indonesia Indonesia, penelitian relaksasi progresif sudah


cukup banyak dilakukan. Terapi relakasi progresif terbukti efektif
dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
(Erviana, 2009). Teknik relaksasi menghasilkan respon fisiologis
yang terintegrasi dan juga menganggu bagian dari kesadaran yang
dikenal sebagai “respon relaksasi Benson”. Respon relaksasi
diperkirakan menghambat sistem saraf otonom dan sistem saraf
pusat serta meningkatkan aktivitas parasimpatis yang
dikarekteristikan dengan menurunnya otot rangka, tonus otot
jantung dan mengganggu fungsi neuroendokrin. Agar memperoleh
manfaat dari respons relaksasi, ketika melakukan teknik ini
diperlukan lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman.

b. Penatalaksanaan Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza


(2013) merupakan penanganan menggunakan obat-obatan,
antara lain :
1) Golongan Diuretik

Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang garam dan


air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah.
2) Penghambat Adrenergik

Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang


terdiri dari alfa- blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol,
yang menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah
istem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap
stress, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
3) ACE-inhibitor

Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)


menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan
arteri.
4) Angiotensin-II-bloker

Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah


dengan suatu mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya
pembuluh darah dengan mekanisme yang
berbeda.
6) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.

8. Fokus Pengkajian
Dalam 5 tahun terakhir klien mengidap hipertensi dan asam urat.
Klien mengeluh nyeri dan kaku pada tengkuk jika tekanan darahnya
tinggi
P : tekanan darah tinggi
Q : tertekan benda berat
R : leher
S:5
T : hilang timbul ± 10-15 menit.
9. Diagnosa Keperawatan
o Nyeri kronis b/d ketidakseimbangan neurotransmitter.
o Gangguan mobilitas Fisik b/d kekakuan sendi.
10. Intervensi Keperawatan
A. Diagnosa Keperawatan Nyeri Kronis
 Observasi : identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kuallitas, intensitas nyeri.
 Terapeutik : fasilitasi istirahat dan tidur.
 Edukasi : ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
 Kolaborasi : kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
B. Diagnosa Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik
 Observasi : identifikasi adanya nyeri atau keluahn fisik
lainya.
 Terapeutik : fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu.
 Edukasi : anjurkan melakukan mobilisasi dini.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengkajian :
Tanggal : Senin,14 Juni 2021 jam : 09.00-selesai
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny. T
b. Umur : 70 tahun
c. Alamat : Mejasem Barat
d. Pendidikan : SMP
e. Jenis Kelamin : Perempuan
f. Suku Bangsa : Jawa
g. Agama : Islam
h. Status Perkawinan : Kawin
i. Orang paling dekat untuk dihubungi : Ny. S (Anak)
2. Status Kesehatan Saat ini :
a. Keluhan utama : Nyeri dan kaku pada tengkuk
b. Riwayat kesehatan sekarang (PQRST) : Klien Ny. T berusia 70thn
akhir-akhir ini mengeluh nyeri dan kaku pada tengkuk(P) tengkuk.(R)
Nyerinya seperti ditimpa benda berat (Q) Skala nyeri 5 (S )Akibatnya
klien sulit melakukan aktivitasnya. Nyeri yang dirasa hilang timbul
tidak menentu (T). Ketika ditanya tentang sakitnya, klien tidak mampu
menjawab. Kini klien sulit berjalan jauh.klien mengatakan memiliki
riwayat tekanan darah tinggi sejak 5 tahun yang lalu. Klien
mengatakan lehernya nyeri dan kaku serta pusing saat tekanan darah
tinggi. Pada saat pemeriksaan didapatkan hasil TD : 140/90 mmHg
RR 18x/menit Nadi 68x/menit.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak mengingat penyakit yang pernah ia idap semasa anak-
anak. Dalam 5 tahun terakhir klien mengidap hipertensi dan asam urat
yang menyebabkan kekakuan dan pada lutut klien sehingga klien susah
untuk berjalan dan melakukan aktifitasnya dan terkadang menimbulkan
rasa nyeri, pada kaki kiri klien mengalami kelemahan dengan tonus otot
4. Dalam aktifitasnya klien menggunakan tongkat. Klien pernah terjatuh
3 tahun lalu akibat lantai wisma yang licin. Klien tidak pernah dirawat di
rumah sakit maupun dilakukan tindakan operasi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Dalam keluarga klien tidak ada masalah kesehatan seperti, kanker,
diabetes mellitus, penyakit jantung, epilepsi dan lainnya.
5. Pemeriksaan Fisik
Dilengkapi pengukuran status fungsional klien :
a. Keadaan Umum
 Kelelahan : tidak ada
 Perubahan BB setahun ini :-
 Perubahan nafsu makan : tidak ada
 Demam :-
 Keringat malam :-
 Kesulitan tidur : ya
 Sering pilek, infeksi :-
 TB : 155 cm BB : 54 kg
 Postur tubuh : tegak
b. Sistem Integumen
o Lesi atau luka : tidak ada lesi atau luka
o Pruritus : tidak mengalami
o Perubahan pigmen kulit : tidak ada perubahan pigmen kulit
o Perubahan tektur kulit : tekstur mengendur
o Kelembaban kulit : sedikit kering
o Keratosis : tidak ada keratosis
o Sering memar / hematoma : jarang terjadi
o Kelainan pada rambut / rontok : tidak rontok, beruban.
o Kelainan pada kuku : tidak ada kelainana pada kuku
o Kelainan pada jari kaki : tidak ada kelainan.
o Penuruna respon terhadap ketajaman dan ketumpulan : tidak
o Penurunan sensitivitas sentuhan : iya
o Warna kulit : sawo matang
o Suhu : 36 0C
o Pola penyembuhan luka :-
c. Sistem Hemopoitik
o Perdarahan : tidak ada pendarahan
o Pembengkakan kelenjar limfa : tidak ada pembengakakan
o Conjungtiva anemis : conjungtiva anemis
o Muka pucat : -
o Kadar haemoglobin : rentang normal.
d. Sistem Penginderaan Mata
 Perubahan penglihatan : ya
 Penggunaan kacamata : ya
 Nyeri pada mata : tidak
 Air mata berlebihan :-
 Pitosis :-
 Edema sekitar mata :-
 Diplopia :-
 Penglihatan kabur : ya
 Kekeringan pada mata :-
 Penggunaan obat tetes :-
 Fotopobia :-
 Kesulitan menetukan objek jauh : ya
 Kesulitan menentukan objek dekat : -
 Adanya halo (seperti pelangi) :-
 Riwayat infeksi :-
 Peningkatan TIO :-
 Riwayat operasi :
Hidung
 Mendengkur : tidak mendengkur
 Epistaksis : tidak mengalami epistaksis
 Iritasi mukosa hidung : tidak ada iritasi pada hidung
 Penurunan ketajaman penciuman :-
 Nyeri pada sinus : tidak ada nyeri pada sinus
 Penggunaan obat nasal : tidak menggunakan obat nasal
 Riwayat infeksi : tidak ada riwayat infeksi
 Penilaian kemampuan olfaktori : saraf olfaktori memiliki nilai
kemampuan baik
Lidah/ perasa
 Penurunan sensasi rasa : Tidak ada
 Lidah kotor dan pecah-pecah :Lidah bersih
Telinga
Keluhan
 Simetris : simetris
 Tinitus : tidak mengalami tinitus
 Penurunan pendengaran kanan / kiri: klien mengalami penurunan
pendengaran
 Serumen : ada serumen

 Penggunaan obat tetes telinga / obat lain : tidak menggunakan obat tetes

e. Sistem Pencernaan
 Dysfagia : tidak mengalami dysfagia
 Nyeri ulu hati : tidak ada
 Mual/muntah : tidak mengalami mual muntah
 Penurunan nafsu makan : tidak ada penurunan nafsu makan
 Odinofagia (nyeri saat menelan) : -
 Nyeri perut bagian kiri bawah : tidak ada nyeri pada perut
 Nyeri tekan daerah ulu hati :tidak ada
 Benjolan atau massa pada abdomen : tidak ada
 Diare : tidak mengalami diare
 Konstipasi : --
 Hemmorhoid : --
 Perdarahan pada rectum : tidak ada pendarahan pada
rektum
 Keutuhan gigi : gigi klie n sudah banyak yang
tanggal
 Penggunaan gigi palsu : tidak menggunakan gigi palsu
 Perdarahan gusi : tidak ada pendara han pada
gusi
 Karies gigi : ada karies pada gigi bagain
depan
 Halitosis : tidak ada
 Penggunaan obat-obatan : tidak menggunakan obat –
obatan
f. Sistem Pernafasan
 Batuk : Ada keluhan batuk
 Sesak nafas : klien tidak mengalami sesak
nafas
 Sputum :-
 Nyeri dada saat bernapas : tidak merasakan nyeri saat
bernafas
 Kesimetrisan ekspansi paru : bergerak secara simetris
 Kesimetrisan taktil premitus :-
 Hemaptoe : tidak ada
 Wheezing :-
 Respirasi rate 24 reguler / irregular
g. Sistem Kardiovaskular
 Nyeri dada : tidak mengalami nyeri dada
 Palpitasi :-
 Pusing : kadang mengalami
 Peningkatan JVP (Jugularis Vena Pressure) : tidak ada peningkatan
JVP
 Edema kaki / tungkai : tidak ada edema pada
kaki
 Varises : Ada
 Akral dingin :-

 Heart rate 74 x / menit Reguler / Irreguler

h. Sistem Perkemihan
 Inkontinensia : tidak mengalami inkontinensia
 Nokturia :-
 Poliuria : tidak ada
 Oliguria : tidak ada
 Anuria :-
 Hematuria : tidak mengalami
 Urgensi : tidak ada
 Distensi kandung kemih : tidak ada
 Riwayat pembedahan : tidak ada riwayat pembedahan
 Nyeri saat berkemih : tidak ada rasa nyeri saat berkemih
 Palpasi nyeri area pinggang : -
 Nyeri tekan pada abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
i. Sistem Genitoreproduksi
o Lesi : tidak ada lesi
o Benjolan payudara : Tidak ada
o Nyeri tekan payudara : Tidak ada
o Riwayat Cancer /tumor payudara : tidak ada
o Masalah prostat pada laki-laki : tidak ada
o Perubahan libido : tidak ada
o Keluar rabas vagina : Tidak ada
o Penggunaan terapi estrogen : tidak melakukan terapi
ekstrogen
o Perdarahan vagina : Tidak ada
o Menopause : Sudah mengalami menopause
o PAP SMEAR : tidak melakukan pemeriksaan
j. Sistem Muskuloskeletal
 Nyeri sendi : Ada
 Kekakuan sendi : ekstremitas bawah
 Parestesia :-
 Kifosis :-
 Skoliosis :-
 Lordosis : tidak ada
 Nyeri tekan diatas prosesus xipoideus : tidak mengalami nyeri
tekan
 Pembengkakan sendi : tidak mengalami
pembengakan sendi
 Deformitas : kaku pada kedua lutut
 Spasme : tidak ada spasme
 Kram : kram pada telapak kaki
 Kelemahan otot : kelemahan otot pada kedua ekstremitas
bawah
 Nyeri punggung :-
 Riwayat cedera pada musculoskeletal : -
 Penggunaan obat-obatan : Neo remachyl

k. Sistem Syaraf
 Sakit kepala : klien kadang merasakan sakit
kepala bagian kiri
 Sinkope : tidak ada
 Paralisis :-
 Parastesia : tidak ada
 Masalah koordinasi :_
 Tremor : tidak ada
 Penurunan fungsi motorik : klien mengalami penurunan fungsi
motorik
 Riwayat kejang : tidak ada riwayat kejang
 Kaku duduk :-
 Penurunan kognitif komunikatif : tidak mengalami penurunan
 Penurunan status mental : tidak mengaalami penurunan
status mental

l. Sistem Endokrin
 Goiter : tidak
 Intolerance panas : toleran terhadap panas
 Intolerance dingin : toleran terhadap dingin
 Pigmentasi kulit : tidak mengalami pigmentasi kulit
 Polipagia : tidak mengalami polipagia
 Polidipsi :-
 Poliuria ; tidak mengalami poliuria
 Retinopati : -
 Peningkatan gula darah : tidak ada peningkatan gula darah

1. Status Fungsional (BARTHEL INDEKS)


No Kriteria Bantuan Mandiri Keterangan
.
1. Makan 5 10√ 3 x sehari 1
porsi
nasi dan lauk pauk
2. Minum 5 10√ 8x sehari air
putih
dan teh
3. Personal toilet 0 5√ 2x sehari
(cuci
muka,menyisir
rambut,gosok gigi)
4. Keluar masuk 5 10√ -
toilet (mencuci
pakaian,menyeka
tubuh,menyiram)
5. Mandi 5 15√ 2x sehari
6. Jalan dipermukaan 0 5√ -
datar
7. Naik turun tangga 5√ 10 Dibantu
8. Mengenakan 5 10√ Mandiri
pakaian
9. Control bowel 5 10√ 1x sehari
Konsistensi lunak
10 Control bladder 5 10√ 4-5x sehari
Kuning jernih
11. Olahraga atau 5 10√ 1x seminggu
senam
latihan
12. Rekreasi atau 5 10√ Pengajian
pemantapan waktu
luang
Total 110 Ketergantungan
sebagian

2. Mental (SPMSQ&MMSE)
NO. PERTANYAAN BENAR SALAH
1. Tanggal berapa hari ini? √
2. Hari apa sekarang? √
3. Apa nama tempat ini? 
4. Dimana alamat anda ? 
5. Berapa umur anda? √
6. Kapan anda lahir? (minimal √
tahun lahir)
7. Siapa presiden Indonesia √
sekarang?
8. Siapa presiden sebelumnya? √
9. Siapa nama ibu anda? √
10. Menghitung (12+3) 
Jumlah 5 5

3. Pengkajian Social
Selama pengkajian klien menunjukkan sikap kooperatif dan berperilaku
baik terhadap lingkungan sekitar.
4. Spiritual
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan pengajian terkecuali ada
yang mengantarkan karena kakinya sakit.
m. Analisa Data
N Data Etiologi Masalah
o
1 DS : Ketidakseimba Nyeri kronis
 Klien mengatakan ngan (D. 0078).
memiliki riwayat tekanan neurotransmiter
darah tinggi sejak 5 tahun .
yang lalu
 Klien mengatakan
lehernya nyeri dan kaku
disertai pusing jika
tekanan darahnya naik
 P : tekanan darah tinggi
Q : tertusuk-tusuk
R : leher
S : skala 6 (0-10)
T : hilang timbul ± 10-15
menit.
DO :
o Klien terlihat memijit
tengkuknya minyak
kayu putih
o Skala nyeri 6
o TD : 140/90
mmHg
N : 68 x/i RR :
18x/i
T : 36,8o

2 DS : Kekakuan sendi Gangguan


 Klien mengatakan Mobilitas
susah berjalan Fisik
 karena kedua (D.0054).
lututnya kaku sejak 3
tahun lalu
 Klien mengatakan
untuk aktifitas
terkadang dibantu oleh
orang lain
DO :
 Pengkajian Status
Fungsional Barthel
Indeks menunjukkan
angka 110
 ketergantungan
sebagian
 Klien menggunakan
tongkat untuk
berjalan
 Tonus otot.

II. Diagnosa Keperawatan


Prioritas diagnosa keperawatan
1. Nyeri kronis b/d ketidakseimbangan neurotransmitter.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kekakuan sendi.

Anda mungkin juga menyukai