Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN GASTRITIS EROSIF DI RUANG ASOKA RS PROF.


DR. MARGONO SOEKARJO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

Dosen Pembimbing:
Ns. Asiandi, S. Kep.,MSc.Ph.D

Disusun Oleh:
Pratiwi Ayuningtyas
2211040039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
1. Definisi
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusaan-kerusakan erosi. Disebabkan oleh
kuman-kuman (misalnya pada pneumonia), virus ( influensa, variola,
morbili dan lain-lain) atau karena makanan-minuman (bahan-bahan kimia,
arsen, plumbum, obat-obat yang mengndung salisilat, asam-basa kuat,
KMnO4 dan lain-lain). Terjadinya radang difus di mukosa lambung,
dengan erosi-eosi yang mungkin berdarah. Sering kali nyeri epigastrium
tiba-tiba dan hematemesis. Disebut erosif akibat kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif
karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini
adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat. Penyakit ini dijumpai
di klinik, sebagai akibat samping pemakaian obat, sebagai
penyakitpenyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui. Perjalanan
penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang
menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian
atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami perdarahan
sering 7 diagnosisnya tidak tercapai. Untuk menegakkan diagnosa tersebut
diperlukan pemeriksaan khusus yang sering dirasakan tidaka sesuai
dengan keluhan penderita yang ringan saja.(Asmadi,2008).
2. Etiologi
Gastritis akut erosif dapat timbul tanpa diketahui sebabnya.
Penyebab yang sering dijumpai ialah :
a. Obat analgesik-antiinflamasi, terutama aspirin.
b. rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
c. Bahan kimia misalnya lisol
d. Merokok
e. Alkohol
f. Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan,gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
g. Refluks usus lambung
h. Endotoksin .(Asmadi,2008).

3. Patofisiologi
Helicobacter pylori Zat-zat korosif stress

Infeksi mukosa lambung Gangguan difus Stimulant nervus vagus


barrier mukosa

Refleks enteric dinding


lambung

Hormone gastrin

Peningkatan asam Stimulant sel parietal


lambung

Iritasi mukosa lambung

Peradangan mukosa lambung

Hyperemesis Ansietas Nyeri Hiipotalamus

Mukosa menipis Aktivitas lambung


meningkat
Kehilangan funngsi
kelenjar fundus Kontraksi otot
lambung
Factor intrinsik
Anoreksia, mual,
Penurunan absorpsi muntah
vit. B12
Masukan cairan tidak
adekuat
Anemia

Resiko kekurangan
Penurunan suplai O2 ke volume cairan
jaringan

Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas

Sumber: Price, 2008


5

4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Endoskopi
Hasil pemeriksaan akan ditemukan gambaran mukosa sembab,
merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi
mukosa yang bervariasi.
b. Histopatologi
Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif
ialah sembuh sempurna dan terjadi dalam waktu yang relatif
singkat. Oleh karena itu pemeriksaan endoskopi , sebaiknya
dilakukan seawal mungkin.
c. Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi
tidak maksimal.
d. Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita
gastritis, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila
terjadi perdarahan. Batas serum gastrin biasanya menurun atau
normal. Serum vitamin B 12 dapat dikaji untuk melihat kekurangan
vitamin B 12. (Asmadi,2008).
5. Penatalaksaan
a. Istirahat baring
b. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak.
Hindari bahan-bahan yang merangsang.
c. Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat 50 –
100 mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh
kuman-kuman, berikan antibiotika yang sesuai.
d. Bila nyeri tidak hilang denga antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit
sebelum makan.
e. Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.
(Asmadi,2008)
6

6. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas pasien, meliputi :
Nama, Umur (biasanya bisa usia muda maupun tua), Jenis kelamin
(bisa laki-laki maupun perempuan), Suku bangsa, Pekerjaan,
Pendidikan, Alamat, Tanggal MRS, dan Diagnosa medis
b. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak
darah yang datang secara tiba-tiba.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak
darah yang datang secara tiba-tiba.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit hepatitis
kronis, sirosis hepatitis, hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran
pencernaan bagian atas, riwayat penyakit darah (misal : DM),
riwayat penggunaan obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup
(alkoholisme, gaya hidup / kebiasaan makan).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai
kebiasaan makan yang dapat memicu terjadinya hematemesis melena,
maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
e. Pola fungsi kesehatan
1. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme,
pengunaan obat-obat ulseroge.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa
mual, muntah, kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake
7

nutrisi harus dalam bentuk makanan yang lunak yang mudah


dicerna.
3. Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan
protein (hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan subjektif
pada pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga
aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus
berhenti bekerja.
4. Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun
BAB. Pda BAB terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna
feses menjadi hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan
pada BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.
5. Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan
menjadi kurus, perut membesar karena ascites dan kulit
mengering, bersisik agak kehitaman.
6. Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi
hambatan dalam menjalankan perannya seperti semula.
7. Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon,
androgen dan estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat
menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila terjadi pada
wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat
terjadi aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien
sebagai pasangan suami dan istri.
8. Pola penaggulangan stres
Biasanya dengan koping stres yang baik, maka dapat
mengatasi masalahnya namun sebaliknya bagi kx yang tidak
bagus kopingnya maka dapat destruktif lingkungan sekitarnya.
8

9. Pola tata nilai dan kepercayaan


Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien Hematomesis melena akan
terjadi ketidak seimbangan nutrisi akibat anoreksia,
intoleran terhadap makanan / tidak dapat mencerna, mual,
muntah, kembung.
b. Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal,
bunyi nafas tambahan hipoksia, ascites.
c. Sistem kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik,
kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati), distritnya,
bunyi jantung (S3, S4).
d. Sistem gastrointestinal
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas,
pruritus, neuritus perifer.
e. Sistem persyaratan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung
halusinasi, koma, bicara lambat tak jelas.
f. Sistem geniturianaria / eliminasi
Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali,
splenomegali. asites), penurunan / tak adanya bising usus,
feses warna tanah liat, melena, urin gelap pekat, diare /
konstipasi.
3. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri sehubungan dengan iritasi gastrium atau pengecilan
kelenjar gastric Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
9

b. Kekurangan volume cairan sehubungan dengan pemasukan


cairan dan elektrolit yang kurang, muntah, perdarahan. Aktivitas
intolerance berhubungan dengan kelemahan fisik.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
4. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. observasi tingkat 1. Mengidentifikasi nyeri
dengan iritasi gastrium tindakan keperawatan nyeri klien secara untuk melaukan
selama…. Diharapkan komprehensif baik intervensi
nyeri berkurang dengan meliputi frekuensi, 2. mengetahui
perkembangan
kriteria hasil lokasi, intensitas.
kondisi klien
1. Klien 2. Observasi tanda- 3. mengurangi rasa
tanda vital nyeri yang di
mengatakan rasa
3. Ajarkan teknik rasakan
nyeri berkurang relaksasi nafas 4. membantu menjaga
dalam klien dan
atau hilang
4. Edukasi keluarga mengambil
2. Tekanan darah untuk terlibat keputusan
dalam asuhan 5. memberikan
90/60-140/90 mmHg
keperawatan informasi kepada
3. Nadi 60- 5. Jelaskan sebab - klien tentang nyeri
sebab nyeri kepada yang di rasakan
100x/menit
klien 6. Membantu mengurangi
4. Respirasi 16- 6. Kolaborasi
nyeri yang di rasakan
24x/menit pemberian analgesik
5. Nyeri ringan 2- 3
6. Wajah klien
tidak menyeringai
Kekurangan Volume Setelah di lakukan 1. Awasi 1. Memberikan
tindakan kepeawatan masukan dan informasi tentang
cairan berhubungan
selama... jam haluaran, keseimbangan
dengan pemasukan diharapakan klien karakter dan cairan.
dapat menunjukkan frekuensi 2. Menunjukkan
elektolit yang kurang ,
10

mual, muntah pemasukan elektrolit muntah. kehilangan cairan


yang kuat dengan 2. Kaji tanda- berlebihan atau
kriteria hasil tanda vital. dehidrasi.
1.Tidak ada 3. Ukur berat 3. Indikator cairan
penurunan berat badan tiap hari. status nutrisi.
badan 4. Kolaborasi 4. Mengontrol mual dan
2. Tidak ada mual
pemberian muntah pada keadaan
muntah
antiemetik pada akut.
keadaan akut.
Ketidakseimba ngan Setelah di lakukan 1.Kaji nafsu 1. Mengetahui sejahmana
tindakan kepeawatan makan.klien. terjadinya perubahan
nutrisi kurang dari
selama... jam 2.Kaji hal-hal yang pola makan dan
kebutuhan diharapakan klien menyebabka n sebagai bahan untuk
dapat menunjukkan klien malas makan melaksanakan
berhubungan dengan
tidak adanya tanda- 3.Anjurkan klien intervensi.
intake yang tidak tanda untuk makan porsi 2. Mendeteksi secara diri
ketidakseimbangan sedikit tapi sering. dan tepat agar mencari
adekuat
nutrisi kurang dari 4.Anjurkan dan intervensi yang cepat
kebutuhan dengan ajarkan dan tepat untuk
kriteria : melakukan penanggulangann ya.
1. Nafsu makan kebersihan mulut 3. Porsi yang sedikit tapi
baik sebelum makan. sering membantu
2. Porsi makan menjaga pemasukan dan
dihabiskan rangsangan
3. Berat badan mual/muntah.
4. Menimbulkan rasa
normal, sesuai
segar, mengurangi rasa
dengan tinggi tidak nyaman, sehingga
berefek meningkatkan
badan.
nafsu makan.
5. Makanan Tinggi Kalori
Tinggi Protein dapat
mengganti kalori, protein
11

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Price, Sylvia Anderson.( 2008).Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit , Edisi 6.Jakarta:EGC

PPNI (2016). Stanndar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervesi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai