Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH PEPAYA TERHADAP

TINGKAT NYERI PADA PASIEN GASTRITIS DI WILAYAH


PUSKESMAS I REMBANG

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana


Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

Disusun Oleh :

Vievie Yanarista
1503090

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020

1
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Gastritis

a. Pengertian

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa

yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti

inflamasi/ peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa

lambung. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau

perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus,

atau lokal,16

Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisan mukosa dan

sub mukosa lambung yang dapat bersifat akut dan kronik difus atau

lokal. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung klinis yang

ditemukan berupa dispepsia atau indigesti berdasarkan pemeriksaan

endoskopi ditemukan eritema mukosa, sedangkan hasil foto

memperlihatkan iregulalitas mukosa.17


3

b. Anatomi fisiologi system pencernaan

Gambar 1: Anatomi system pencernaan

Lambung terletak di daerah epigastrik dan sebagian di sebelah

kiri hipokondrik dan umbilikal. Bagian atas disebut fundus dan

bagian bawah disebut antrum pilorik. Berhubungan dengan

esofagus melalui spinkter kardia dan duodenum melalui spinkter

pilorik.

c. Klasifikasi

Gastritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:17

1) Gastritis akut

a) Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan

tanda dan gejala yang khas. Biasanya ditemukan sel inflamasi

akut dan neutrofil.

b) Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan,

biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, merupakan respon


4

mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin

bakteri (setelah makan makanan yang terkontaminasi) alkohol,

kafein dan aspirin merupakan agen-agen penyebab yang sering.

Obat-obatan lain, seperti NSAID (indometasin, ibuprofen,

naproksen), sulfanamide, steroid dan digitalis juga terlibat.

Beberapa makanan berbumbu termasuk cuka, lada, atau

mustard, dapat menyebabkan gejala yang mengarah pada

gastritis.

c) Gastritis akut adalah degenerasi pada bagian superfisial yang

terpapar zat-zat iritan seperti: alkohol, aspirin, steroid, dan asam

empedu. Jika alkohol diminum bersama aspirin, efeknya akan

lebih merusak dibandingkan efek masing-masing agen tersebut

secara terpisah. Gastritis erosif haemorrogik difus biasanya

terjadi pada peminum berat dan pemakai aspirin dan dapat

menyebabkan perlunya dilakukan reseksi lambung. Penyakit

yang serius ini akan dianggap tidak akibat stres, oleh sebab

keduanya memiliki banyak persamaan. Destruksi sawar mukosa

lambung diduga merupakan mekanisme patogenik yang

menyebabkan cidera.

d) Gastritis akut sering di sebabkan oleh diet yang tidak benar,

makan yang terlalu banyak dan terlalu cepat atau makan

makanan yang pedas dan terlalu banyak bumbu.


5

e) Gastritis akut biasanya dapat dihilangkan dengan obat-obatan

anti muntah dapat membantu menghilangkan mual dan muntah.

Jika penderita tetap muntah, mungkin perlu koreksi

keseimbangan cairan dan elektrolit dengan memberikan cairan

intravena. Pemakaian penghambat H2 (seperti ranitidine) untuk

mengurangi sekresi asam lambung, sukralfat atau antacid, dapat

mempercepat penyembuhan.

2) Gastritis kronik

a) Gastritis kronik jelas berhubungan dengan helikobakteri pylori,

apalagi jika ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.

b) Gastritis kronik adalah yang menimbulkan atropi beberapa sel

fungsional tunika mukosa.

c) Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multi faktor dengan

perjalanan klinis yang bervariasi. Kelainan ini berkaitan erat

dengan infeksi helicobartes phylori.

d) Gastritis kronik ditandai oleh atrofi progresif epitel kelenjar

disertai dengan kehilangan sel pametal dan chief cell. Akibatnya

produksi asam klorida, pepsin dan faktor intrinsik menurun.

Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai

permukaan yang rata. Bentuk gastritits ini sering dihubungkan

dengan anemia pernisiosa, tukak lambung dan kanker.

e) Gastritis kronik diduga merupakan predisposisi timbulnya tukak

lambung dan karsinoma. Insiden kanker lambung khususnya


6

tinggi pada anemia pernisiosa (10-15%).

f) Gastritis kronik berjalan perlahan-lahan gejala yang umum

terlihat adalah adanya rasa perih dan terasa penuh di lambung,

kehilangan nafsu makan sehingga hanya mampu makan dalam

jumlah yang sedikit.

d. Etiologi

Penyebab gastritis akut antara lain :18

1) Obat- obatan seperti aspirin

2) Alkohol

3) Trauma pada lambung( seperti pengobatan dengan laser )

4) Kelainan pembuluh darah pada lambung

5) Luka akibat operasi/ bedah lambung

Penyebab gasrtis kronis antara lain :

1) Autoimun pada anemia pernisiosa.

2) Adanya tumor pada lambung.

3) Faktor kejiwaan atau stressjuga berperan terhadap timbulnya

serangan ulang penyakit tersebut.

4) Gastropati reaktif.

5) Infeksi khususnya pada pylori.


7

e. Gejala klinis

Tanda dan gejala dari gastritis antara lain :

1) Rasa terbakar di lambung dan akan menjadi semakin parah ketika

sedang makan

2) Nyeri ulu hati

3) Mual dan sering muntah

4) Tekanan darah menurun, pusing

5) Keringat dingin

6) Nadi cepat

7) Kadang berat badan menurun

8) Nasfu makan menurun secara drastis, wajah pucat, suhu badan

naik, keluar keringat dingin

9) Perut terasa nyeri, pedih (kembung dan sesak) di bagian atas perut

(ulu hati)

10) Merasa lambung sangat penuh ketika sehabis makan

11) Sering sendawa bila keadaan lapar

12) Sulit untuk tidur karena gangguan rasa sakit pada daerah perut

2. Konsep dasar nyeri

a. Pengertian

Nyeri merupakan sensasi subjektif dan pengalaman emosional

yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang

aktual dan potensial yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana

terjadi kerusakan. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari


8

sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri

bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulasi nyeri dapat

berupa stimulasi yang bersifat fisik dan mental, sedangkan kerusakan

dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang

individu.3

Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang

terlokalisasi pada suatu bagian tubuh. Nyeri seringkali dijelaskan

dalam istilah proses destrukif jaringan (seperti tertusuk-tusuk, panas

terbakar, melilit, seperti dirobek-robek, seperti diremas-remas)

dan/atau suatu reaksi badan atau emosi (misalnya perasaan takut, mual,

mabuk). Telebih lagi, perasaan nyeri dengan intensitas sedang sampai

kuat disertai oleh rasa cemas (ansietas) dan keinginan kuat untuk

melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu. Sifat-sifat ini

menunjukkan kualitas nyeri: nyeri merupakan sensasi maupun emosi.

Jika adekuat, nyeri secara karakteristik berhubungan dengan perubahan

tingkah laku dan respon stres yang terdiri dari meningkatnya tekanan

darah, denyut nadi, kontraksi otot lokal (misalnya fleksi anggota badan,

kekakuan dinding abdomen). Selain itu, seseorang yang mengalami

nyeri hebat akan berkelanjutan apabila tidak ditangani pada akhirnya

dapat mengakibatkan syok neurogenik pada orang tersebut .19

Nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanifestasikan

sebagai penderita yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata,

ancaman, dan fantasi luka.20


9

b. Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk

menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor

nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya

terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri

disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri

(nosireceptor) ada yang bermielin dan ada juga yang tidak bermielin

dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat

dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit

(kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral,

karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga

memiliki sensasi yang berbeda.3

Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri

yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan

didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua

komponen yaitu :

1) Reseptor A delta

Serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang

memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang

apabila penyebab nyeri dihilangkan.

2) Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det)

yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat
10

tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam

meliputi reseptor nyeri yang terdapat tulang, pembuluh darah,

syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur

reseptornya kompleks, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang

tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis ketiga adalah

reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti

jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada

reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ,

tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi.20

c. Klasifikasi Nyeri

1) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Awitan

Berdasarkan waktu kejadian, nyeri dapat dikelompokkan

sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang

terjadi dalam waktu atau durasi 1 detik sampai dengan kurang dari

enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam

waktu lebih dari enam bulan. Nyeri akut dapat dipandang sebagai

nyeri yang terbatas dan bermanfaat untuk mengidentifikasi adanya

cedera atau penyakit pada tubuh. Nyeri akut biasanya menghilang

dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan

jaringan menyembuh.20

Nyeri kronis umumnya timbul tidak teratur, intermitten, atau

bahkan persisten. Nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik.

Pada individu yang mengalami nyeri kronis timbul suatu perasaan


11

tidak aman karena ia tidak pernah tahu apa yang dirasakan dari hari

ke hari.Gejala nyeri kronik meliputi keletihan, insomnia, anoreksia,

penurunan berat badan, depresi, putus asa, dan kemarahan.20

2) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi

Berdasarkan lokasi nyeri, nyeri dapat dibedakan menjadi

enam jenis, yaitu nyeri superfisial, nyeri somatik dalam, nyeri

viseral, nyeri alih, nyeri sebar, dan nyeri bayangan (fantom) : 20

a. Nyeri superfisial biasanya timbul akibat stimulasi kulit seperti

pada laserasi, luka bakar, dan sebagainya. Nyeri berlangsung

sebentar, terlokalisasi, dan memiliki sensasi yang tajam.

b. Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang

terjadi pada otot tulang serta struktur penyokong lainnya,

umumnya nyeri bersifat tumpul dan distimulasi dengan adanya

perenggangan dan iskemia.

c. Nyeri viseral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ

interna. Nyeri bersifat difusi dan dapat menyebar keberbagai

arah. Durasi bervariasi tetapi biasanya berlangsung lebih lama

dari pada nyeri superfisial. Nyeri dapat terasa tajam, tumpul atau

unik tergantung organ yang terlibat.

d. Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari

sensasi asal ke jaringan sekitar. Nyeri dapat bersifat intermitten

atau konstan.
12

e. Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan klien yang

mengalami amputasi. Nyeri oleh klien dipersepsikan berada pada

organ yang telah diamputasi seolah-olah organnya masih ada.

f. Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya

nyeri viseral yang menjalar ke organ lain. sehingga dirasakan

nyeri pada beberapa tempat dan lokasi. Nyeri jenis ini dapat

timbul karena masuknya neuron sensori dari organ yang

mengalami nyeri ke dalam medula spinalis dengan serabut saraf

yang berada pada bagian tubuh lainnya.

3) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Organ

Nyeri organik adalah nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan

(aktual atau potensial) organ. Nyeri neurogenik adalah nyeri akibat

gangguan neuron, misalnya pada neuralgia dan dapat terjadi secara

akut maupun kronis. Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai

faktor psikologis, umumnya terjadi ketika efek-efek psikogenik

seperti cemas dan akut timbul pada klien.20

b. Respon Tubuh Terhadap Nyeri

1) Respon fisik

Respon fisik timbul karena pada saat impuls nyeri

ditransmisikan oleh medulla spinalis menuju batang otak dan

thalamus, sistem saraf otonom terstimulasi, sehingga menimbulkan

respon yang serupa dengan respon tubuh terhadap stres. Pada nyeri

skala ringan sampai moderat serta nyeri superfisial, tubuh bereaksi


13

membangkitkan General Adaptation Syndrome (Reaksi Fight or

Flight), dengan merangsang sistem saraf simpatis sedangkan pada

nyeri yang berat dan tidak dapat ditoleransi serta nyeri yang berasal

dari organ viseral, akan mengakibatkan stimulasi terhadap saraf

parasimpatis.20

2) Respon Perilaku

Respon perilaku yang timbul pada klien yang mengalami

nyeri dapat bermacam-macam menggambarkan fase perilaku

terhadap nyeri yaitu: antisipasi, sensasi, dan pasca nyeri. Fase

antisipasi merupakan fase yang paling penting dan merupakan fase

yang memungkinkan individu untuk memahami nyeri. Individu

belajar untuk mengendalikan emosi (kecemasan) sebelum nyeri

muncul, karena kecemasan dapat menyebabkan peringatan sensasi

nyeri yang terjadi pada klien dan atau tindakan ulang yang dilakukan

oleh individu untuk mengatasi nyeri menjadi kurang efektif.

Pada saat terjadi nyeri, banyak perilaku yang diungkapkan

oleh seorang individu yang mengalami nyeri seperti menangis,

meringis, meringkukkan badan, menjerit, dan bahkan berlari-lari.

Pada fase paska nyeri, individu bisa saja mengalami trauma

psikologis, takut, depresi, serta dapat juga menjadi menggigil. 20

3) Respon Psikologis

Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien

terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi individu. Individu
14

mengartikan nyeri sebagai suatu yang negatif cenderung memiliki

suasana hati sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan dapat berbalik

menjadi rasa marah dan frustasi. Sebaliknya pada induvidu yang

memiliki persepsi nyeri sebagai pengalaman positif akan menerima

nyeri yang dialaminya.20

c. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif

dan individual. Nyeri dalam intensitas yang sama kemungkinan

dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran

nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah

menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan

gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri. Pengkajian nyeri yang faktual

dan akurat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar dan untuk

menetapkan diagnosa keperawatan yang tepat. Untuk itu perlu

menyeleksi terapi yang cocok dan untuk mengevaluasi respon klien

terhadap terapi. Saat mengkaji nyeri, perawat harus sensitif terhadap

tingkat ketidaknyamanan klien.3

d. Pengukuran Nyeri (kemarin terakhir konsul dengan pembimbing yang

satunya diminta menambahkan ini bu)

1. NRS (Numerical Rating Scale)


15

Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk

menentukan terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan

keteranagan pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri.Intensitas

nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi

dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan. Penilaian terhadap

intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa skala Numerical Rating

Scale (NRS) (Skala numerik angka) Pasien menyebutkan intensitas

nyeri berdasarkan angka 0 – 10. Titik 0 berarti tidak nyeri, 5 nyeri

sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak tertahankan. NRS

digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan pada skala nyeri,

dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap terapi yang

diberikan.6

Gambar 1 : Numerical Rating Scale

2. Verbal Descriptor Scale (VDS)

Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah garis yang terdiri dari

tiga sampai lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan jarak

yang sama sepanjang garis. Ukuran skala ini diurutkan dari “tidak

terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahan”.Alat VDS memungkinkan

klien untuk memilih dan mendeskripsikan skala nyeri yang dirasakan

3. Visual Analogue Scale (VAS)


16

VAS merupakan suatu garis lurus yang menggambarkan

skala nyeri terus menerus. Skala ini menjadikan klien bebas untuk

memilih tingkat nyeri yang dirasakan.VAS sebagai pengukur keparahan

tingkat nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat menentukan setiap

titik dari rangkaian yang tersedia tanpa dipaksa untuk memilih satu

kata. Penjelasan tentang intensitas digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2: Skala pengukur Nyeri VAS Skala nyeri pada skala

0 berarti tidak terjadi nyeri, skala nyeri pada skala 1-3 seperti gatal,

tersetrum, nyut-nyutan, melilit, terpukul, perih, mules.Skala nyeri 4-6

digambarkan seperti kram, kaku, tertekan, sulit bergerak, terbakar,

ditusuk-tusuk.Skala 7-9 merupakan skala sangat nyeri tetapi masih

dapat dikontrol oleh klien, sedangkan skala 10 merupakan skala nyeri

yang sangat berat dan tidak dapat dikontrol.Ujung kiri pada VAS

menunjukkan “tidak ada rasa nyeri”, sedangkan ujung kanan

menandakan “nyeri yang paling berat”.

4. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

Skala ini terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang

menggambarkan wajah yang sedang tersenyum untuk menandai tidak

adanya rasa nyeri yang dirasakan, kemudian secara bertahap meningkat

menjadi wajah kurang bahagia, wajah sangat sedih, sampai wajah yang
17

sangat ketakutan yang berati skala nyeri yang dirasakan sangat nyeri.

Gambar 3: Skala Pengukur Nyeri FRS Skala nyeri tersebut

Banyak digunakan pada pasien pediatrik dengan kesulitan atau

keterbatasan verbal. Dijelaskan kepada pasien mengenai perubahan

mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien memilih sesuai rasa nyeri

yang dirasakannya.

3. Buah Pepaya

a. Pengertian

Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Amerika

Tengah. Pepaya dapat tumbuh dengan baik di daerah yang

beriklim tropis. Tanaman pepaya oleh para pedagang Spanyol

disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia. Negara penghasil

pepaya antara lain Costa Rica, Republik Dominika, Puerto Riko

dan lain-lain.31

Pepaya (Carica Papaya, Linn) merupakan tumbuhan yang

berbatang tegak dan basah.Pepaya menyerupai pulma, bunganya

berwarna putih dan buahnya yang masak berwarna kuning

kemerahan, rasnya seperti buah melon.Tinggi pohon pepaya dapat

mencapai 9-10 m dengan akar yang.Helaian daunnya menyerupai

telapak tangan manusia.Apalagi daun pepaya tersebut dilipat menjadi


18

dua bagian persis ditengah, kelihatan simetris. Rongga dalam pada

buah pepaya berbentuk bintang apabila penampang buahnya

dipotong melintang.32

Berdasarkan taksonominya, tanaman pepaya di klasifikasikan

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Taksonomi tanaman Pepaya


Domain Flowering plant
Kingdom Plantae
Subkingdom Tracheobionta
Class Magnoliopsida
Subclass Dillenidae
Division Magnoliophyta
Superdivision Spermatophyte
Phylum Steptophyta
Family Caricaceae
Genus Carica
Botanical name Carica papaya linn

b. Kandungan dan manfaat

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu komoditas

buah yang hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Denny

mengemukakan bahwa bagian tanaman buah pepaya seperti akar,

daun, buah dan biji mengandung fitokimia: polisakarida, vitamin,

mineral, enzim, protein, alkaloid, glikosida, saponin dan

flavonoid yang semuanya dapat digunakan sebagai nutrisi dan obat.31

Buah Pepaya mengandung enzim papain, enzim ini dapat

mencegah protein arginine.L-arginine merupakan substrat untuk

produksi endothelial nitric oxide, regulator utama untuk tekanan darah

arterial melalui efek vasodilatasi potensial. L-arginine dapat disintesis


19

dari L-citrulline melalui siklus citrulline-NO yang menyebabkan

peningkatan produksi endothelial nitricoxide. Nitric oxide

disintesis dari bagian dalam pembuluh darah menyebabkan relaksasi

pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah.32

Pepaya di Australia dikenal oleh masyarakat sebagai paw-paw.

Buah ini tersohor sebagai tanaman obat di berbagai belahan dunia.

Khasiatnya bisa dipetik dari hampir seluruh bagian tanamannya,

namun buahnyalah yang paling banyak digunakan karena sangat

mudah diperoleh dan mudah untuk mengolahnya. Buah pepaya

mengandung berbagai macam enzim, vitamin, dan mineral. Bahkan,

kandungan vitamin A-nya lebih besar daripada wortel, dan kandungan

vitamin C-nya lebih banyak daripada buah jeruk. Pepaya juga

kaya akan vitamin B kompleks dan vitamin E. 31

Tabel 2.2 Kandungan Buah Pepaya


Informasi Gizi per 100 gram (g)
En 163kj
ergi
39 kkal
Lemak Jenuh 0,043 g
Lemak tak Jenuh Ganda 0,031 g
Lemak tak Jenuh Tunggal 0,038 g
Kolesterol 0 mg
Protein 0,61 g
Karbohidrat 9,81 g
Serat 1,8 g
Gula 5,9 g
Sodium 3 mg
Kalium 257 mg

Penatalaksanaan nyeri yaitu membantu meredakan nyeri

dengan pendekatan farmakologis dan non farmakologis. Penanganan


20

nyeri bisa dilakukan secara farmakologis yakni dengan pemberian

obat-obatan. Dengan cara non farmakologis melalui pemanfaatan

tanaman obat seperti daun andong, daun jambu biji, kulit kayu

manis, kunyit, lidah buaya, pegagan, pisang batu, putri malu,

temu lawak, dan pepaya.33 Masyarakat cenderung memandang obat

sebagai satu–satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Diantara

obat yang digunakan untuk mengatasi maag adalah antasida. Zat

kalsium karbonat dalam antasida dapat menetralkan asam lambung

yang disertai dengan melepaskan gas karbondioksida yang diduga

merangsang dinding dengan mencetuskan perforasi dari tukak.

Pertama-tama terjadi peredaan nyeri, tetapi segera disusul oleh

rasa nyeri yang lebih hebat akibat bertambahnya pelepasan asam.

Salah satu alternatif terapi herbal untuk meredakan nyeri adalah

dengan teknik pemberian jus buah pepaya/ Carica papaya.34

Pepaya merupakan salah satu buah tropis yang mudah dan

banyak didapatkan di seluruh pelosok nusantara. Tanaman pepaya

dikenal sebagi tanaman multiguna, karena hampir seluruh bagian

tanaman mulai akar hingga daun bermanfaat bagi manusia maupun

hewan. Untuk pemakaian luar, caranya pepaya direbus lalu airnya

digunakan untuk mencuci bagian yang sakit, atau getah dioleskan

pada bagian yang sakit. Sedangkan untuk pemakaian dalam, dapat

digunakan sebanyak 200 gram bahan segar untuk dihaluskan menjadi


21

jus. Jus buah pepaya (Carica papaya) dapat diperoleh dengan

mengolah buah pepaya segar menjadi jus buah pepaya.34

c. Kandungan buah pepaya yang memperbaiki kerusakan lambung

(dari pembimbing yang satunya meminta tambahan ini bu)

Enzim papain yang terkandung dalam buah pepaya

mempunyai beberapa fungsi. Enzim ini antara lain berfungsi

memecah serat makanan sisa, sehingga mempermudah buang air

besar, selain itu papain pada pepaya juga bermanfaat untuk mengobati

lambung dan mengurangi panas tubuh.34

Papain juga dapat memecah makanan yang mengandung

protein hingga terbentuk berbagai senyawa asam amino yang bersifat

autointoxicating atau otomatis menghilangkan terbentuknya substansi

yang tidak diinginkan akibat pencernaan yang tidak sempurna. Papain

tidak selalu dapat mencegahnya, namun setidaknya dapat

meminimalkan efek negatif yang muncul. Yang jelas papain dapat

membantu mewujudkan proses pencenaan makanan yang lebih baik.34

Papain yang terdapat dalam buah pepaya dapat membantu

mempercepat penyembuhan luka lambung, karena menurut Fitriani

(2006) di dalam papain terkandung 11,6 % potassium

benzylglukosinolate. Sehingga enzim papain dapat membantu

untuk mengatasi gejala dispepsia (seperti : mual, kembung) &

gastritis kronik karena papain bekerja pada saluran cerna.34


22

Pepaya mengandung berbagai mineral basa lemah, antara lain

magnesium, kalium dan kalsium. Umumnya antasid merupakan

mineral basa lemah yang berguna menetralkan asam sehingga

bermanfaat menghilangkan nyeri tukak peptik.33

d. Penatalaksanaan (dari pembimbing yang satunya meminta

tambahan ini bu)

Pepaya (Carica Papaya L) adalah salah satu jenis tanaman

buah-buahan yang daerah penyebarannya berada di daerah tropis.

Buah pepaya tergolong buah yang populer dan umumnya

digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Hal ini disebabkan

karena daging buahnya yang lunak dengan warna merah atau kuning,

rasanya manis dan menyegarkan serta banyak mengandung air.31

Kandungan Kandungan buah pepaya (100gr) adalah :

1. Kalori 46 kal 6. Fosfor 12 mg

2. Vitamin A 365 SI 7. Besi 1,7 mg

3. Vitamin B1 0,04 mg 8. Protein 0,5 mg

4. Vitamin C 78 mg 9. Air 86,7 gr

5. Kalsium 23 mg 10. Hidrat arang 12,2 gr

Standar Operasional Prosedur

1) Alat dan bahan :

a) Pepaya matang 200 gram dikupas

b) Blender

c) Gelas
23

2) Penatalaksanaan

a) Persiapan klien

(1) Memberi salam

(2) Memperkenalkan diri

(3) Menjelaskan maksud dan tujuan

(4) Menjelaskan prosedur pelaksanaan

(5) Melakukan kontrak waktu

(6) Menanyakan kesiapan klien

b) Fase kerja

(1) Membaca Basmallah

(2) Mencuci tangan

(3) Menyiapkan alat

(4) Masukan buah pepaya yang sudah dipotong kecil-kecil ke

blender

(5) Blender hingga halus

(6) Tuangkan dalam gelas yang sudah disediakan

(7) Sajikan pada pasien dengan waktu konsumsi jus pepaya 1

hari sekali selama 2 minggu dengan dosis 200cc

(8) Mengucapkan Hamdallah

(9) Merapikan alat

(10) Menanyakan perasaan klien

c) Fase terminasi

(1) Melakukan evaluasi tindakan


24

(2) Menyampaikan rencana tindak lanjut

(3) Kontrak waktu yang akan datang

(4) Mendoakan pasien

(5) Berpamitan

4. Pisang Raja

Pisang adalah tanaman herbal yang berasal dari kawasan Asia

Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar

luas ke kawasan Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan, dan Amerika

Tengah. Penyebaran tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh

dunia, meliputi daerah tropik dan subtropik.21

Gambar 7. Pisang Raja22

Pisang raja seperti pada gambar 7, biasanya berjumlah 6 sisir

yang masing-masing terdiri dari 15 buah. Berat satu buah pisang raja

sekitar 92 gram dengan panjang 12-18 cm dan diameter 3,2 cm. Bentuk

buahnya melengkung dengan bagian pangkal bulat dan warna daging


25

buahnya kuning kemerahan tanpa biji. Empulur buahnya tampak nyata,

bertekstur kasar, dan memiliki rasa yang manis. Waktu berbunga pisang

raja dari mulai anakan berumur 14 bulan, sedangkan buah akan masak

setelah berumur 164 hari.22

5. Klasifikasi Pisang Raja

Klasifikasi pisang raja adalah sebagai berikut:23

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa paradisiaca sapientum

6. Morfologi Pisang Raja

Morfologi pisang mencakup bagian-bagian tanaman pisang

seperti akar, batang, daun, bunga, dan buah. Pertumbuhan bagian-

bagian tanaman pisang raja memiliki hubungan satu dengan yang

lainnya.23

1) Akar

Pohon pisang berakar rimpang, dengan akar terbanyak

pada bagian bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju ke bawah

sampai kedalaman 75-150 cm. Sedangkan, akar yang berada di

bagian samping umbi batang akan tumbuh ke samping atau akan


26

tumbuh mendatar. Dalam perkembangannya, akar samping bisa

mencapai panjang sekitar 4-5 m.22

2) Batang

Batang pisang terletak di bawah tanah berupa umbi

batang. Di bagian atas umbi batang terdapat titik tumbuh yang

menghasilkan daun dan berkembang menjadi bunga pisang.

Sedangkan yang berdiri tegak di atas tanah dan dianggap sebagai

batang merupakan batang semu. Batang semu dapat terbentuk dari

pelepah daun panjang yang saling menutupi dengan kuat dan

kompak sehingga mampu berdiri tegak seperti batang tanaman.

Tinggi batang semu ini berkisar antara 3,5-7,5 m.21

3) Daun

Helaian daun pisang berbentuk lanset memanjang yang

letaknya tersebar dengan bagian bawah daun tampak berlilin.

Daun ini diperkuat oleh tangkai yang panjangnya antara 30-40 cm.

Oleh karena daun pisang tidak memiliki tulang daun pada bagian

tepinya, sehingga daun pisang tersebut mudah sekali rusak.22

4) Bunga

Bunga pisang mempunyai bentuk seperti jantung. Bunga

pisang tergolong berkelamin satu, yaitu berumah satu dalam satu

tandan. Daun pelindung yang berwarna merah tua, berlilin, dan

mudah rontok berukuran panjang 25 cm. Bunga tersebut tersusun

dalam dua baris melintang, yaitu dengan susunan bunga betina


27

berada di bawah bunga jantan. Pada bunga jantan terdapat benang

sari yang berjumlah 5 buah, sedangkan pada bunga betina terdapat

bakal buah yang berbentuk persegi.21

5) Buah

Setelah bunga keluar, akan terbentuk satu kesatuan bakal

buah yang disebut sisir. Sisir pertama yang terbentuk akan terus

memanjang membentuk sisir kedua, ketiga, dan seterusnya. Buah

pisang raja berbentuk silinder agak bengkok dan memiliki tiga

garis menuju menuju ke bawah yang membentuk sudut.23

e. Kandungan Gizi Pisang Raja (dari pembimbing yang satunya

meminta tambahan ini bu)

Pisang raja merupakan buah dengan kandungan nutrisi yang

cukup tinggi meliputi vitamin, mineral, dan karbohidrat. Dalam 118

gram buah pisang raja segar yang telah matang, mengandung energi

109 kilo kalori, kadar air 74%, kadar serat 3%, lemak 1 gr, karbohidrat

28 gr, protein 1 gr, kalsium 7 gr, potassium 467 gr, magnesium 34 gr,

fosfor 24 gr, vitamin A 9RE, vitamin C 11RE, thiamin 0,1RE,

riboflavin 0,1RE, niacin 1RE, vitamin B6 0.7RE.23

Buah pisang mempunyai sifat rasanya manis, sifatnya dingin,

dan astrigen. Pisang bermanfaat untuk melumas usus, penawar racun,

penurun panas (antipiretik), anti radang (santiinflamasi), pemudah

keluarnya cairan kencing (diuretic), dan menurunkan tekanan darah

(hipertensi).23
28

Sedangkan, menurut Dalimartha (2005) menyebutkan bahwa

buah pisang mengandung, glukosa, fruktosa, sukrosa, tepung, protein,

lemak, minyak menguap, kaya akan vitamin (A, B, C, dan E), mineral

(kalium, kalsium, fosfor, dan besi), pektin, serotonin, 5-hidroxi

triptamine, dopamin, dan noreadrenalin.23

Selain buahnya yang mempunyai banyak kandungan nutrisi,,

kulit pisang per 100 gr juga mengandung berbagai macam nutrisi

seperti air 68,9%, karbohidrat 18,5%, lemak 2,11%, protein 0,32%,

kalsium 715 mg, fosfor 117 mg, besi 166 mg, vitamin B 0,12 mg, dan

vitamin C 17,5 mg yang sangat diperlukan oleh tubuh dalam

mempertahankan keseimbangan cairan (elektrolit). kulit pisang

ternyata juga mengandung vitamin B6 dan serotonin.22

f. Penatalaksanaan (dari pembimbing yang satunya meminta

tambahan ini bu)

1) Persiapan

a) Memberikan salam, perkenalan diri identififkasi klien dengan

memeriksa identitas klien dengan cermat.

b) Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,

berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab

seluruh pertanyaan klien.

2) Alat dan bahan

Buah pisang raja

3) Prosedur tindakan
29

a) Mempersiapkan alat dan bahan

b) Pemberian jus buah pisang raja

c) Memberikan jus buah pisang raja sebanyak 200 gram (2 buah)

setiap hari selama 14 hari.

4) Evaluasi

a) Evaluasi hasil yang di capai

b) Kontrak pertemuan selanjutnya

c) Mengakhiri pertemuan dengan baik


30

B. Kerangka Teori

(dari pembimbing yang satunya meminta

tambahan ini bu, karena kurang ) Penyebab nyeri gastritis


1. Mengonsumsi obat-obatan
antinyeri seperti aspirin atau obat
antiradang non-steroid (NSAID)
Gastritis 2. Sering mengonsumsi alcohol.
3. Infeksi perut yang disebabkan oleh
bakteri Helicobacter pylori.
4. Penyakit autoimun
Nyeri Gastritis
5. Refluks cairan empedu menuju
lambung.
6. Penyalahgunaan kokain.
Penatalaksanaan 7. Stres.

Farmakologi Non farmakologi

Jus pepaya Pisang


Antihistamine-2 (H2):
famotidine, cimetidine, Betakaroten, vitamin C, saponin, flavonoid, glikosid,
ranitidine, dan nizatidine. vitamin B, mineral, serat, steroid,norepinefrin,
lycopene dan flavonoid, komponenindol, dan alkaloid

Kalium, kalsium dan Komponen-komponen


magnesium, yang sangat fitokonstituen seperti tannin,
dibutuhkan tubuh, terutama terpenoid, dan flavonoid dapat
untuk menetralisir asam Menstimulasi pertumbuhan
lambung mukosa lambung

Nyeri berkurang

Bagan 2.1 Kerangka Teori 27,28,31


31

C. Kerangka Konsep

Jus pepaya
Nyeri gastritis
Jus Pisang

Bagan 2.2. Kerangka Konsep

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah setiap hal dalam suatu peneliatian yang datanya ingin

diperoleh 35. Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu :

1. Variabel bebas (Independent), merupakan stimulus atau intervensi

yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku

klien35. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian jus

pepaya dan jus buah pisang

2. Variabel terikat (dependent) adalah faktor yang diamati dan diukur

untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel

bebas 35. Variabel terikat pada penelitian ini adalah nyeri gastritis
32

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas dapat

dirumuskan dua hipotesis penelitian yang peneliti rumuskan yaitu :

Ha : Ada pengaruh pemberian jus buah pepaya dan jus pisang terhadap

tingkat nyeri pada pasien gastritis di wilayah Puskesmas I Rembang

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian jus buah pepaya dan jus pisang

terhadap tingkat nyeri pada pasien gastritis di wilayah Puskesmas I

Rembang

Anda mungkin juga menyukai