Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN ULKUS PEPTIKUM


TUGAS SEMESTER PENDEK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I
 AGUS CAHYONO
 ANDREAS SETYONO
 BETTY SUNARYANTI
 DWI RETNANINGSIH

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2004
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ulkus peptikum merupakan suatu keadaan yang dikarenakan
ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan mukosa.
Setiap orang menghasilkan asam lambung dalam jumlah yang berlainan dan pola
pembentukan asam ini cenderung menetap sepanjang hidup seseorang. Sehingga
hampir 1 diantara 10 orang akan terbentuk ulkus peptikum. Kira-kira 5% dari
semua tukak akan mengalami perforasi, dan komplikasi ini akan mengakibatkan
65% terjadi kematian akibat tukak peptikum.
Insidensi yang lain, tukak duodenum menyusun sekitar 80% dari semua
tukak peptikum, dan menyerang sekitar 10-12% populasi. Individu dengan
golongan darah O 35% lebih rentan terjadi Ulkus, dibandingkan dengan orang
yang bergolongan darah A, B, atau AB. Hal ini belum diketahui secara pasti
penyebabnya
Ulkus peptikum lebih sering terjadi pada usia 40-60 tahun. Pria 3 kali
lebih sering daripada perempuan, karena diduga bahwa laki-laki mempunyai
kecenderungan gaya hidup yang mengakibatkan rusaknya salah satu sawar
pelindung lambung, misalnya merokok, kafein, aspirin, alkohol dan penggunaan
kronis obat anti inflamasi non steroid seperti penggunaan NSAID.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar dapat menerapkan asuhan keperawatan ulkus peptikum dalam
praktek keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Agar dapat menerapkan pengkajian asuhan keperawatan ulkus
peptikum dengan benar.
b. Agar dapat menerapkan diagnosa keperawatan ulkus peptikum dengan
benar.
c. Agar dapat menerapkan intervensi keperawatan ulkus peptikum
dengan benar.
d. Agar dapat menerapkan evaluasi keperawatan ulkus peptikum dengan
benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi:
Ulkus peptikum adalah suatu peronggaan yang dibentuk dalam dinding
mukosa lambung, pylorus, duodenum, atau esophagus.(Brunner dan Suddarth,
2000)
Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung
terputus dan meluas sampai ke bawah epitel (Price, Sylvia Anderson, 1995)

B. Etiologi:
Ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta perubahan
mukosa. (Charlene dkk, 2001)
Faktor lain yang menyebabkan Ulkus Pepetikum: Genetik, merokok,
alkohol, kafeine, obat-obatan (NSAID), kuman Helicobacter Pylori.

C. Tanda dan gejala :


1. Nyeri
 Nyeri pekak, persisten; rasa terbakar pada mid epigastrium, atau
dipunggung
 Nyeri hilang dengan makan atau minum antasida; bila lambung telah
kosong dan alkali menghilang nyeri kembali timbul
 Nyeri tekan tajam setempat yang ditimbulkan dengan memberi tekanan
kuat pada epigastrium atau sedikit tekanan garis tengah tubuh
2. Pirosis,(nyeri ulu hati)
 Sensasi terbakar pada esophagus atau lambung; karena adanya asam.
3. Muntah
 Jarang terjadi pada ulkus duodenum tak terkomplikasi
 Mungkin didahului oleh mual atau bisa saja tidak; biasanya mengikuti
serangan nyeri hebat; hilang dengan ejeksi kandungan asam lambung
4. Konstipasi dan perdarahan,
 Sebagai akibat diet dan obat
 Beberapa pasien yang mengalami perdarahan akibat ulkus akut tidak
mempunyai keluhan pencernaan sebelumnya, tetapi mengalami gejala

D.Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi, digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi,
ulkus, dan lesi.
b. Spesimen feses. yaitu untuk mengetahui adanya darah samar.
c. Pemeriksaan cairan lambung, digunakan untuk menentukan dalam
mendiagnosis aklorhidria.
d. Biopsi, merupakan tes laboratorium khusus yang digunakan untuk
mengetahui bahwa ulkus lambung dapat dihubungkan dengan infeksi
bakteri dengan agen seperti H. Pylori.

E. Penatalaksanaan
1. Diet
Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk menghindari
sekresi asam yang berlebihan dan hipermotilitas saluran gastrointestinal
dengan menghindari makanan yang sifatnya meningkatkan sekresi asam
lambung. Pasien dianjurkan untuk makan apa saja yang disukainya.Selain
itu untuk menetralisir asam dengan makan tiga kali sehari makanan biasa.
2. Berhenti Merokok
Pasien dianjurkan untuk berhenti merokok karena penelitian terbaru
menunjukkan bahwa merokok terus menerus dapat menghambat secara
bermakna perbaikan ulkus.
3. Penurunan Stress dan Istirahat
Penurunan stress lingkungan adalah tugas sulit yang memerlukan
intervensi fisik dan mental pada pihak pasien dan bantuan serta kerjasama
anggota keluarga. Stress dapat meningkatkan sekresi asam lambung oleh
karena itu intervensi penurunan stress perlu dilakukan dengan melibatkan
anggota keluarganya.
4. Obat- obatan seperti
a. Sucralfate
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung
melapisi dasar ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif
untuk mengobati ulkus peptikum dan merupakan pilihan ke dua dari
antacid. Sucralfat diminum 3-4x/hari dan tidak diserap ke dalam darah,
sehingga efek sampingnya sedikit tetapi bisa menyebabkan sembelit.
b. Antagonis H2
Contohnya adalah cimetidine, ranitidine, famotidine, dan
nizatidine. Obat ini mempercepat penyembuhan ulkus dengan mengurangi
jumlah asam dan enzim pencernaan di dalam lambung dan duodenum.
Diminum 1x/hari dan beberapa diantaranya diperoleh tanpa resep dokter.
c. Omeprazole dan Iansoprazole
Merupakan obat yang sangat kuat menghambat pembentukan
enzim yang diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat ini dapat
secara total menghambat pelepasan asam dan efeknya berlangsung lama.
d. Antibiotik
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah
Helicobacter Pylori. Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus, bahkan
bila ulkus tidak memberikan respon terhadap pengobatan sebelumnya atau
jika ulkus sering mengalami kekambuhan.
e. Misoprostol
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh
obet-obet anti peradangan non steroid.
Penggunaan NSAID yg lama,
alkohol,merokok berlebihan
Pathway (Price, S, 1994) k

Asam dalam lumen + empedu

Penghancuran epitel sawar

Asam kembali berdifusi ke mukosa

Penghancuran sel
mukosa,iritasi mukosa
Nyeri

Peningkatan pepsinogen Peningkatan asam Peningkatan


menjadi pepsin histamin

Perubahan Perangsangan kolinergik


nutrisi

Fungsi sawar menurun Meningkatkan motilititas


Meningkatkan pepsinogen

1. Peningkatan vasodilatasi
Penghancuran kapiler dan vena kecil 2. Permiabilitas terhadap protein
3. Plasma bocor ke interstisium
4. Edema
Luka,laserasi 5. Plasma bocor ke lumen lambung

Perdarahan
Iskemia jaringan

Tindakan tdk
Cemas adekuat
Kurang pengetahuan Tukak
F. Pengkajian
1. Keadaan Umum
2. Tanda –Tanda Vital: Tensi; Suhu; Nadi; Respirasi.
3. Riwayat pola makan pasien: pola makan tidak teratur, mengkonsumsi
makanan yang merangsang sekresi asam lambung seperti makanan pedas
dan masam.
4. Riwayat merokok; bila ya seberapa banyak konsumsi dalam sehari.
5. Riwayat penggunaan obat anti inflamasi non steroid yang lama.
6. Riwayat minuman; kafein, alkohol berapa banyak dalam sehari.
7. Riwayat muntah; warna merah terang atau seperti kopi, jumlah.
8. Riwayat psikologis ; stress terhadap pekerjaan, keluarga, penyakit .
9. Riwayat keluarga terhadap penyakit ulkus peptikum.
10. Kaji BAB Pasien; bercampur darah, atau tidak, berapa kali.
11. Pemeriksaan fisik terfokus pada ulkus peptikum:
Mata: konjungtiva merah muda,
Abdomen : pada palpasi untuk melokalisir nyeri tekan dan didapatkan
nyeri tekan kuadran atas tengah.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi sekunder terhadap peningkatan asam
gastrik, iritasi mukosa dan spasme otot.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam nyeri pasien dapat
berkurang.
Kriteria evaluasi:
 Klien dapat menggunakan obat-obatan sesuai resep yang telah
dianjurkan.
 Klien menyatakan penurunan nyeri.
Intervensi:
a. Jelaskan hubungan antara sekresi asam hidroklorida dan
awitan nyeri
b. Berikan antasida, antikolinergik, sukralfat dan bloker H2
sesuai tujuan
c. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas yang
meningkatkan istirahat dan relaksasi
d. Bantu klien untuk mengidentifikasi substansi pengiritasi,
misalnya merokok, kopi
e. Nasihatkan klien untuk makan dengan teratur
f. Dorong klien untuk menghindari merokok dan penggunaan
alkohol
g. Dorong klien untuk menurunkan masukan minuman yang
mengandung kafein
h. Peringatkan klien berkenaan dengan penggunaan salisilat
i. Ajarkan klien tentang pentingnya pengobatan berkelanjutan
bahkan saat tidak nyeri sekalipun.

2. Ansietas berhubungan dengan koping penyakit akut, perdarahan,


penatalaksanaan jangka panjang.
Tujuan: Setelah dilakukan 1x24 jam perawatan terjadi penurunan
kecemasan pada klien.
Kriteria evaluasi:
 Klien dapat mengekspresikan rasa takut dan masalah
 Klien dapat memahami rasional untuk berbagai pengobatan dan
pembatasan
 Klien dapat mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.
 Klien dapat menggunakan strategi penatalaksanaan stress dengan
tepat
Intervensi:
a. .Kaji apa yang ingin pasien ketahui tentang penyakit dan
evaluasi tingkat ansietas; berikan dorongan untuk
mengekspresikanperasaan secara terbuka
b. Jelaskan pemeriksaan diagnostik; berikan obat tepat jadwal
c. Pastikan pasien bahwa perawat selalu tersedia untuk
membantu masalah
d. Berinteraksi dengan cara yang santai, Bantu dalam
mengidentifikasi stressor, dan jelaskan teknik koping efektif dan
metode relaksasi
e. Berikan dorongan keikutsertaan keluarga dalam perawatan
dan berikan dukungan emosional.
f. Jelaskan mekanisme terjadinya perdarahan dan dalam
perawatannya

3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


nyeri yang berkaitan dengan makan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan 2x24 jam kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi.mendapatkan tingkat nutrisi optimal.
Kriteria evaluasi:
 Klien dapat menghindari makanan yang mengiritasi
 Klien dapat makan makanan pada interval yang dijadwalkan secara
teratur.
 Klien dapat terpenuhi atau memilih lingkungan yang tenang untuk
makan.
Intervensi:
a. Anjurkan makan makanan dan minuman yang tidak
mengiritasi, seperti makanan yang tidak beralkohol, pedas, kecut.
b. Anjurkan makan sesuai jadwal.
c. Anjurkan makan pada suasana yang tenang.

4. Kurang pengetahuan mengenai pencegahan gejala dan penatalaksanaan


kondisi berhubungan dengan minimnya informasi yang pernah didapat.
Tujuan: Setelah dilakukan 2x24 jam penyuluhan tentang pencegahan dan
penatalaksanaan penyakit ulkus peptikum pengetahuan klien bertambah.

Kriteria evaluasi:
 Mengekspresikan minat dalam belajar bagaimana mengatasi
penyakit.
 Berpartisipasi dalam penyuluhan.
 Manyatakan keinginan untuk bertanggung jawab terhadap
perawatan diri.

Intervensi:
Bantu pasien dalam mengerti tentang kondisi dan faktor-faktor yang dapat
atau yang memperburuk situasi
1. Obat-obatan
a. Ajarkan pasien obat apa yang harus diminum dirumah, termasuk
nama, dosis, frekuensi, dan kemungkinan efek samping
b. b.Ajarkan pasien obat-obat apa yang harus dihindari

2. Diet
a. Ajarkan pasien untuk mewaspadai makanan tertentu yang dapat
mengganggu pencernaan
b. Ajarkan untuk menghindari kopi, alcohol, yang mempunyai
kekuatan pembentuk asam
c. Berikan dorongan makan teratur dalam suasana rileks dan untuk
menghindari terlalu banyak makan

3. Merokok
a. Ajarkan pasien bahwa merokok dapat mengganggu penyembuhan
ulkus
b. Buat pasien sadar terhadap program untuk membantu penghentian
merokok

4. Istirahat dan reduksi stress


a. Bantu pasien untuk waspada terhadap sumber-sumber stress dalam
keluarga dan lingkungan kerja
b. Bantu untuk mengidentifikasi periode istirahat selama siang hari
c. Evaluasi kebutuhan akan konseling psikologis lebih lanjut

5. Kesadaran akan Komplikasi: ingatkan pasien terhadap tanda-


tanda dan gejala-gejala komplikasi yang harus dilaporkan
a. Hemoragi: kulit dingin, kusut pikir, frekuensi jantung meningkat,
darah dalam feses
b. Perforasi: nyeri abdomen hebat, abdomen kaku dan keras, muntah
kenaikan suhu, frekuensi jantung meningkat
c. Obstruksi pilorik: mual, muntah, distensi abdomen, nyeri abdomen

6. Perawatan Pasca pengobatan


a. Ajarkan pasien bahwa supervisi tindak lanjut diperlukan selama
sekitar 1 tahun
b. Ajarkan bahwa ulkus dapat terjadi kembali dan untuk mencari
bantuan obat jika terjadi gejala
c. Informasikan pasien dan keluarga bahwa tindakan bedah tidak
menjamin kesembuhan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penyakit ulkus peptikum meliputi erosi
pada dinding mukosa lambung, pylorus,
duodenum, atau esophagus. Area yang
terkikis mempunyai batas dan hanya
terjadi pada area saluran gastrointestinal
yang terpajan pada asam hidroklorida dan
pepsin. Ulkus duodenum biasanya
disesbabkan oleh hipersekresi asam
lambung dan kerusakan barier mukosa
lambung.
Asuhan keperawatan ulkus peptikum
meliputi pengkajian, diagnosa perawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi
yang pada intinya mengurangi nyeri
pasien sehingga masalah nutrisi, ansietas,
kurang pengetahuan pada pasien dapat
diatasi perawat dengan optimal.
Untuk mengatasi terulangnya kembali
ulkus peptikum pada pasien, perlu
mendapatkan informasi tentang proses
penyakit, perawatan di rumah, dan
pencegahan ulkus peptikum.
LEMBAR KONSULTASI

TANGGAL CATATAN KONSULTASI Tanda Tangan


DAFTAR PUSTAKA

Baughman DC, Hackle JC. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.


2000.

Capernito. JL.Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta.


EGC. 1999

Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta . EGC. 2000

Price SA. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta.


EGC.1994

Reeves CJ, Roux G, Lockhart R. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta.


Salemba Medika. 2001

Sodeman. Patofisiologi Mekanisme Penyakit. Jakarta. Hipocrates. 1995

Tambayong Jan. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC. 2000

Anda mungkin juga menyukai