Anda di halaman 1dari 15

TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIORAPY DENGAN HERNIA INGULNALIS


DEKTRA PADA Tn. P DI RUANG BOUGENVIL
RSUD RAA SOEWONDO PATI

OLEH : MUHAMMAD SHOLEH


NIM : 06.599

AKADEMI KEPERAWATAN PRAGOLOPATI


PATI
2009

i
3

BAB II

KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Hernia adalah penonjolan suatu organ atau struktur organ dan

tempatnya yang normal melalui sebuah defek congenitas atau yang didapat

(long, 2000 : 246)

Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui

suatu defek fasia dan muskulo aponeurotik dinding perut baik secara

congenital atau di dapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh

selain yang biasa melewati dinding tersebut. (manssoer. 2000 : 313)

Hernioraphy tindakan memparkecil annulus ingurnalis internus dan

memperkuat dinding belakang kanalis ingurnalis. (Warjiniwati, 2005)

Macam – macam Hernia

1. Ingurnalis :

Indirek : batang usus melewati cincin abdomen dan

mengikuti saluran sperma masuk ke dalam

kanalis linguinalis dan seringkali turun ke

scrotum.

Direk : batang usus melewati dinding inguinalis bagian

posterior dan tidak menembus kanalis inguinalis.

2. Femoralis : batang usus melewati femoral kebawah kedalam

kanalis femoralis

3
4

3. Umbilikal : usus melewati cincin umbilical, banyak terjadi

pada bayi

4. Inarsional : Batang usus atau organ lain menonjol melalui

jaringan perut yang lemah (pada ibu hamil)

(Long. 2000 : 246)

B. ETIOLOGI

1. Kongenital

a. Hernia Congenital sempurna

Bayi sudah menderita Hernia sejak lahir karena adanya defek pada

tempat – tempat tertentu.

b. Hernia Congenital tidak sempurna

Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi

mempunyai defek pada tempat – tempat tertentu (predisposisi) dan

beberapa bulan (0 – 1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia

melalui defek tersebut karena di pengaruhi oleh kenaikan tekanan

intra abdomen (mengejan, batuk, menangis)

2. Aqursital

Adalah hernia yang bukan di sebabkan karena adanya defek bawaan

tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama

hidupnya, antara lain :

a. Tekanan Intra abdominal yang tinggi

Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan baik saat

BAB maupun BAK, misalnya pasien Benigna Prostat Hipertropi,

batu uretra, konstipasi, penderita batuk kronis, partus, dll.


5

b. Konstitusi tubuh

Orang kurus cenderung terkena hernia karena jaringan ikatnya

yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena

hernia. Karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang

menambah beban kerja jaringan ikat penyokong.

c. Banyaknya Preperitoncal fat

Banyak terjadi pada orang gemuk

d. Distensi dinding abdomen

Karena peningkatan tekanan intra abdominal

e. Penyakit yang melemahkan dinding perut

(Wariniwati 2005)

C. MANIFESTASI KLIMIS

Umum pasien mengatakan turun berok, atau kelingsir atau mengatakan

adanya benjolan di selangkangan atau kemaluan. Benjolan tersebut bisa

mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Dan bila menangis, mengejan,

atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul

kembali bila terjadi komplikasi terdapat nyeri.

Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak,

pasien dapat di suruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan

berdiri. Bila ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah

tampak benjolan harus di periksa apakah benjolan tersebut dapat dimasukkan

kembali. Pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk mengurangi

tekanan intra abdominal lalu skrotum di angkat perlahan – lahan. Diagnosis


6

pasti hernia pada umumnya sudah dapat ditegakkan dengan pemeriksaan

klinis yang teliti.

Keadaan cincin hernia juga perlu diperiksa melalui skrotum jari

telunjuk dimasukkan ke atas literal dari fuberkulum pubikum, ikut fasikulus

spermatikus sampai ke annulus ingurnalis laternus. Pada keadaan normal jari

tangan tidak dapat masuk, pasien diminta mengejan dan merasakan apakah

ada masa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut menyentuh ujung

jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh

sisi jari maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis. (masjoer,

2000 : 319)

D. PATOFISIOLOGI

Kanalis Ingurnalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke

– 8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis

tersebut akan menarik Peritonium yang disebut dengan Prosesus

Vaginalisperitonel. Pada bayi yang sudah lahir umumnya prosesus ini telah

mengalami obliterasi. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini

tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis

inguinalis kanan lebih sering terbuka terus maka biasanya yang kanan juga

terbuka dalam keadaan normal. Kanalis yang terbuka ini akan menutup pada

usia 2 bulan bila proses terbuka terus. (karena tidak mengalami obleterasi)

akan timbul hernia inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua kanalis

tersebut telah menutup, namun karena merupakan lokus minoris resistensi

maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meningkat,


7

kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateral

akuisita.

Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra

abdominal adalah kehamilan, batuk kronik, pekerjaan mengangkat beban

berat, menyebabkan pada saat defekasi dan mengejan pada saat miksi

misalnya akibat hipertropi prostat. ( mansjoer,2000 : 314 )

E. KOMPLIKASI

1. Terjadi perlengkapan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia

sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali, keadaan ini disebut

hernia inguinalis ireponibilis adalah amentuns, karena mudah melekat

pada dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena

infiltrasi lemak, usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis, da

pada usus halus.

2. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus

yang masuk, keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti

dengan gangguan vascular (proses strangulasi) keadaan ini disebut

ingurnalis strangulata. (mansjoer, 2000 : 313)


8

Faktor Kongenital Faktor Didapat


PATHWAYS
Kelemahan dinding otot peningkatan
Tekanan intra abdomen

Terjadi profusi organ

Pada ibu hamil

Batang usus Batang usus Usus melewati


melewati femoral cincin abdomen

Masuk kanalis Cincin umbilikus Mengikuti saluran Batang usus atau


femoralis sperma organ lain menonjol
Kanalis Inguinalis
Hernia femoralis Hernia umbilikus
Sering turun ke Jaringan Perut yang
strotum lemah
Bag. Postenor
Dinding inguinalis

Hernia Inasional

Hernia Inguralis Tidak menembus Hernia Inguinalis


direk kanalis inguinalis Indirek
Penekanan pada cincin
hernia

Usus terjepit Terapi aperatif / Penekanan pada


pembedahan syaraf parasipatik
Nyeri pada daerah Pre Peningkatan asam
Gangguan Penurunan Luka
inguinal Operasi lambung
vaskuler usus Peristaltik usus Insisi Post
Anestesi Cemas
Isi Hernia Konstipasi Nyeri
Terputusnya Mual dan muntah
menjadi nikrosis
kontinuitas Tubuh
Terdapat barier jaringan
Nyeri bertambah terasa lemas
kuman post perifer Resti Kekurangan
berat operasi volume cairan &
Intolerasi elektrolit
Nyeri aktivitas
Resti Infeksi
9

F. DIAGNOSA BANDING

1. Hidrokel mempunyai batas atas tegak, numinesi positif, dan tidak dapat

dimasukkan kembali, testis pada pasien hidrokel tidak dapat dimasukkan

kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak dapat diraba. Pada hidrokel

pemeriksaan transiluminasi diaposkopi akan memberi hasil positif.

2. Limfa denopati inguinal. Perhatikan apakah ada infeksi pada kala sesisi

3. Testis ektopik yaitu testis yang masih berada di kanalis inguinalis

4. lipoma atau hernia lemak properitoneal melalui cincin inguinalis.

5. Orkitis

(Mansjoer, 2000 : 314)

G. PENATALAKSANAAN

1. Teori umum

a. Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses

alami dapat dilakukan pada hernia umbilikalis sebelum anak

berumur dua tahun. Terapi konservatif berupa alat penyangga

dapat di pakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian

korset pada hernia ventralis sedangkan pada inguinalis

pemakaiannya tidak dianjurkan karena selain tidak dapat

menyembuhkan alat ini dapat melemahkan alat dinding perut.

1. Reposisi

Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya

semula secara hati – hati dengan tindakan yang lembut tapi

pasti, tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia


10

reponbilis dengan menggunakan dua tangan. Tangan yang

satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain

memasukkan isi hernia melalui leher hernia. Tindakan ini

terkadang dilakukan pada hernia iriponibilis apabila pasien

takut dioperasi yaitu dengan cara : bagian hernia di kompres

dingin. Penderita diberi penenang valium 10 mg agar tidur,

pasien di posisikan Trenderenberg. Jika reposisi tidak

berhasil jangan di paksa, segera lakukan operasi.

2. Suntikan

Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik

untuk memperkecil hernia

3. Sabuk Hernia

Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu

hernia relatif kecil.

2. Hernioplastik endoskopi

Hernia Inguisnalis

a. Pengobatan konservatif

Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian

penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang

telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan dengan bimanual.

Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan

tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan

lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi dilakukan


11

dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres

es diatas hernia, Bila reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk

operasi pada hari berikutnya. Jika operasi hernia tidak berhasil,

dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.

b. Pengobatan Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu – satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional

Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis di tegakkan prinsip

dasar operasi hernia terdiri dari herniatomi dan hernioraphy

1. Herniotomi

Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,

kantong di buka dan isi hernia di bebaskan kalau ada

perekatan, kemudian diresposisi kantong hernia dijahit, ikat

setinggi mungkin lalu di potong.

2. Hernioraphy

Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus

dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.

(warsiniwati : 2005)

H. FOKUS PENGKAJIAN

1. Aktivitas

a. Gejala riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat,

duduk mengemudi, dalam waktu lama, rentang gerak dari


12

ektermitas pada salah satu bagian tubuh tidak mampu melakukan

aktivitas yang bisa dilakukan.

b. Tanda atrofi erat pada bagan tubuh yang terkena dalam benjolan

2. Eliminasi

Gejala : Konstipasi mengalami kesulitan dalam defekasi adanya

setansimin

3. Integritas Ego

Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisos, ansietas masalah

pekerjaan.

Tanda : tampak lemas, depresi, menghindar dari keluarga.

4. Neurosensori

Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan dan kaki

Tanda : Reflek tendan dalam, kelemahan otot nyeri

5. Nyeri / kenyamanan

Gejala / nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk

dengan adanya batuk, bersin.

6. Keamanan

Gejala adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi

(Warjniwati, 2005)

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,

muntah.

2. Konstipasi beda penurunan peristaltic usus.


13

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian pra

operasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.

5. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan perifer

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terdapatnya barier kuman

pada luka post operasi.

J. FOKUS INTERVENSI

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah.

Tujuan : kebutuhan volume cairan terpenuhi.

Kriteria hasil : memperlihatkan tidak ada tanda – tanda dehidrasi.

Intervensi :

a. Pantau masukan pastikan sedikitnya 1200 ml / hari.

b. Pantau keluaran urin pastikan sedikitnya 1000 – 1200 ml / hari.

c. Ajarkan bahwa kopi, the, dan jus buah anggur menyebabkan

deuresis dan dapat menambah kehilangan cairan

2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus

Tujuan : tidak terjadi konstipasi

Kriteria hasil : klien melaporkan eliminasi yang baik

Intervensi :

a. Ajarkan pentingnya diet yang seimbang

b. Dorong masukan harian sedikitnya 1500ml atau 8 –10 gelas

c. Anjurkan satu gelas air hangat yang diminum 30 menit sebelum

sarapan.
14

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian pra

operasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.

Tujuan : cemas berkurang

Kriteria hasil : klien menyatakan sudah tidak cemas

Intervensi :

a. Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca

operasi

b. Ajarkan dan anjurkan nafas dalam

c. Biarkan pasien dan orang terdekat mengungkapkan perasaan

tentang pengalaman pembedahan

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.

Tujuan : Aktivitas klien meningkat

Kriteria hasil : klien berpartisipasi secara fisik dan atau verbal dalam

aktivitas.

Intervensi :

a. Kaji faktor penyebab atau yang menyertai

b. Tingkatkan partisipasi secara optimal

c. Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi setiap aktivitas

5. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan perifer

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil : klien menyatakan sudah tidak terasa nyeri atau berkurang

Intervensi :

a. Kaji skala nyeri

b. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi (nafas dalam)


15

c. Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman

d. Kolaborasi pemberian analgetik

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terdapatnya barier kuman

pada luka post operasi.

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil : tidak terjadi infeksi

Intervensi :

a. kaji tanda – tanda vital

b. kaji tanda – tanda infeksi

c. lakukan perawatan luka

d. kolaborasi pemberian antibiotik


16

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J.(2006). Buku Saku diagnosis Keparawatan (terjemahan), Jakarta


: EGC

Long, Barbara.C.(2000). Perawatan Medical Bedah, Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan (terjemahan), Bandung : Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Padjajaran

Mansjoer, Arief .(2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Jilid II. Jakarta :
Media Aeseulapius fkul

Warjiniwati, S.Kep. (2005). Internet. hernia.Padang : www.goegle.com

Anda mungkin juga menyukai