Anda di halaman 1dari 21

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori

yang mendasari atau mendukung penelitian ini,

berdasarkan landasan teori yang meliputi : konsep

hipertensi, konsep daun alvokad, konsep bawang putih.

A. Konsep Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan

kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan

darah secara lambat ataupun mendadak (akut). Diagnosa

hipertensi ditegakan jika tekanan darahsistolik

seseorang menetap pada 140 mmHg atau lebih, dan

tekanan darah diastol menetap pada 90 mmHg atau

lebih. (Agoes, 2008).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik dan diastolik dengan konsistensi 140/90mmHg,

diagnosa hipertensi tidak berdasarkan pada

peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan

darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring

(Baradero,2008).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang-

kadang disebut juga dengan hipertensi arteri,

adalah kondisi mediskronisdengan tekanan darahdi


13

arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung

harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk

mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan

darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan

diastolik, tergantung apakah otot jantung

berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara

denyut (diastole). 8Sedangkan menurut Lembaga-

lembaga Kesehatan Nasional the National Institute

of Health (NIH)mendefinisikan hipertensi sebagai

tekanan sistolik yang sama atau diatas 140mmHg

dan diastolik yang sama atau diatas 90mmHg

(Diehl, 2004)adalah segala usaha manusia dalam

memenuhi kebutuhanya guna mencapai kemakmuran

hidupnya (Pius dan Dahlan, 2001).

b. Kriteria dan klasifikasi hipertensi

Menurut petunjuk World Healt Organization(WHO)

dan International Society of Hypertension(ISH) yang

baru (WHO-ISH 1999) klasifikasi hipertensi menyerupai

JNC IV, dengan definisi tekanan darah optimal <

120/80 mmHg dan tekanan darah normal bila tekanan

darah <130/85 mmHg (Tabel 1)Menurut Notoatmodjo

(2012:100),
14

kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

1 Optimal <120 <80

2 Normal <130 <85

3 Normal tinggi 130 85

3 - -

139 89

Hipertensiderajat1(ringan)
4 140-159 140-159

4 Subgrup:perbatasan 140-149 140-149

Hipertensi
5 deraja2(sedang) 160-179 100-109

6
Hipertensiderajat3(berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi
7 Sistolik ≥ 140 < 90

7 (isolated

systolicHypertension)
<90
140-149
Sub: Perbatasan

(Sumber:Joewono,2003)Tabel 1.2 Klasifikasi

Derajat Tekanan Darah berdasarkan The Sixth Report Of

the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure,1997.
15

Kategori Sistolik Diastoli

(mmHg) k(mmHg)

1
Normal <130 <85

Perbatasan
2 130-139 85-89

3 Hiperten 140-159 90-99

3 si tingkat 1

4 Hiperten 160-179 100-109

4 si tingkat 2

5
Hipertensi ≥ 180 ≥ 110

5 tingkat 3

(Sumber Mansjoer.dkk, 2001)

Berdasarkan penyebabanya hipertensi di bedakan

menjadi hipertensi primer (esensial) dan hipertensi

sekunder. Hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.

Terdapat sekitar 95% kasus (Mansjoer.dkk,

2001).Beberapa faktor yang pernah dikemukakan

relevan terhadap mekanisme penyebab

hipertensiadalahgenetik, geografi dan lingkungan,


16

jenis kelamin, natrium, sistem renin-angiotensin,

hiperaktivitas simpatis, retensi insulin dan

disfungsi sel endotel. Sedangkan sekitar 5% kasus

hipertensi telah diketahui penyebabnya,hal ini

disebut hipertensi sekunder(Gray,2005).

c. Gejala hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi

tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak

sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi

(padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud

adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,

wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi

baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang

dengan tekanan darah yang normal.

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi

masalah kesehatan yang lebih serius dan bahkan dapat

menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut

sebagai silent killer karena dua hal yaitu:

a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena

hipertensi tidak memiliki gejala khusus, gejala

ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit

kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan

hipertensi,hipertensi dapat diketahui dengan

mengukur secara teratur.


17

b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik,

akan mempunyai risiko besar untuk meninggal karena

komplikasi kardiovaskular seperti stroke,

Serangan jantung, gagal jantung dan gagal

ginjal.

d. Faktor-faktor resiko

a. Faktor Keturunan atau Gen

Kasus hipertensi esensial 70%-80% diturunkan dari

orang tuanya. Apabila riwayat hipertensi di dapat

pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi

esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua

orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada

kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya

menderita hipertensi maka orang tersebut

kemungkinan besar menderita hipertensi.

b. Faktor Berat (Obesitas atau Kegemukan)

Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya

cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu

bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang

lebih besar jantungpun bekerja ekstra karena

banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar

lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan

darah menjadi tinggi (Suparto, 2000).

c. Stres Pekerjaan
18

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan,

murung, rasa marah, dendam rasa takut) dapat

merangsang belajar anak ginjal melepaskan hormone

adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat

serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan

meningkat, jika stress berlangsung cukup lama,

tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga

timbul kelainan organis atau perubahan patologis

(Arora, 2008).

d. Faktor Jenis Kelamin (Gender).

Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak

dari pada laki-laki. Tetapi wanita lebih tahan

dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung

dan pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami

kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita.

Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan

oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman

terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria

beresiko lebih tinggi terkena hipertensi

dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich

seorang pria dewasa akan mempunyai peluang

lebih besar yakni satu di antara 5 untuk

mengidap hipertensi (Sustrani, 2004).

e. Faktor usia.
19

Insiden Hipertensi meningkat dengan meningkatnya

usia, perubahan akibat proses menua menyebabkan

disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan

berbagai sitokinin dan subtansi kimiawi yang lain

kemudian menyebabkan rebsorbsi natrium, proses

sklerosis yang berakibat pada kenaikan tekanan

darah (Martono, 1999).

f. Faktor Asupan Garam

Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki

kecenderungan menderita hipertensi secara keturunan

memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk

mengeluarkan garam dari tubuhnya. Namun mereka

mengkonsumsi garam tidak lebih banyak dari orang

lain, meskipun tubuh mereka cenderung menimbun

apa yangmereka makan (Beevers, 2002).

g. Kebiasaan Merokok

Kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol dan

kurang olahraga serta bersantai dapat mempengaruhi

peningkatan tekanan darah. Rokok mempunyai beberapa

pengaruh langsung yang membahayakan jantung.

Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam

keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka

rokok dapat memperburuk keadaan tersebut (Tom,

1986).

B. Konsep Daun Alvokad


20

1. Pengertian

Tanaman Alpukat (Persea americana Mili)

merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama

alpuket (Jawa Barat), Alpokat (Jawa Timur/Jawa

Tengah), buah pokat, jambo pokat (Batak), Advokat,

jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan

lain-lain. Tanaman alpukat berasal dari dataran

rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk

ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara

tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20

varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika

Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul

guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat,

khususnya di daerah dataran tinggi (Prihatman,

2000:1).

2. HabitatAlpukat

Alpukat tumbuh di daerah tropis dan subtropis

dengan curah hujan antara 1.800-4.500 mm/th. Pada

umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan

Digital Repository Universitas JemberDigita

Repository Universitas Jember basah. Tumbuhan ini

tidak tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi,

kelembaban rendah pada saat berbunga dan angin yang

keras pada saat pembentukan buah. Di Indonesia,

tanaman alpukat tumbuh pada ketinggian antara

1-1.000m di atas permukaan laut (Prawita, 2012:4).


21

3. Morfologi Alpukat

Pohon alpukat memiliki ketinggian 3-10 m,

berakar tunggang, batang berkayu, bulat, warnanya

coklat, bercabang banyak, serta ranting berambut

halus. Daun tunggal, dengan tangkai yang panjangnya

1-5,5 cm, letaknya berdesakan di ujung ranting,

bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang,

tebal seperti kulit, ujung dan pangkal ranting,

bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang,

tebal seperti kulit, ujung dan pangkal runcing,

serta bertulang menyirip. Ukuran daun panjang 10-20

cm, lebar 3-10 cm, daun muda berwarna kemerahan dan

berambut rapat, daun tua berwarna hijau gundul, serta

memiliki rasa pahit (Prawita, 2012:4-5).

Pohon ini berbunga majemuk, berkelamin dua, dan

tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung

ranting. Bunga tersembunyi dengan warna hijau

kekuningan dan memiliki ukuran 5-10 mm. Buah alpukat

bertipe buni, bentuk bola atau bulat telur panjangnya

5-50mm, memiliki kulit lembut tak rata berwarna

hijau tua hingga ungu kecoklatan berbiji satu. Buah

tumbuh tergantung pada varietasnya. Daging buah

alpukat berwarna hijau dekat kulit dan kuningdekat

biji yang memiliki tekstur lunak dan lembut. Biji

bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keeping biji


22

putih kemerahan. Perbanyakan tanaman alpukat dengan

biji dan okulasi pada tanah gembur dan subur

(Prawita, 2012:5).

4. Kandungan Daun Alpukat

Kandungan senyawa kimia daun alpukat yang

dilaporkan dari penelitian tentang uji aktivitas

hipoglemik (kadar gula darah rendah) ekstrak daun

alpukat (Persea americana Mill.) oleh Antia dkk

(2005:325) yaitu ditemukannya senyawa saponin,

tanin, flavonoid, alkaloid, dan polisakarida melalui

uji fitokimia. Menurut Waluyo (2009) daun alpukat

mengandung zat kimia alkaloid, saponin, flavonoid,

polifenol, kuersetin, dan gula alkohol persit.

Penelitian lain mengenai kandungan senyawa kimia pada

daun alpukat yaitu hasil penelitian yang dilakukan

oleh Maryati, dkk (2007) mengenai telaah kandungan

kimia daun alpukat menunjukan bahwa simplisia daun

alpukat mengandung flavonoid, saponin, dan steroid

atau triterpenoid. Penelitian selanjutnya tentang

penggunaan tanaman alpukat sebagai tanaman obat bahwa

ekstrak daun alpukat diketahui memiliki kandungan

senyawa aktif seperti alkaloid, saponin, dan

flavonoid yang mampu menghambat pertumbuhan beberapa

bakteri (Sari, 2014:3). Menurut Ismiyati (2014:46),

daun Alpukat mengandung saponin, alkaloid, flavonoid,

polifenol, quersetin yang bersifat antiradang,9


23

antidiuretika, dan antibakteri. Sebagai obat

tradisional daun alpukat dilaporkan bersifat

antibakteri dan dapat menghambat pertumbuhan

beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus stain

A dan B, Staphylococcusalbus,Pseudomonassp.,

Proteussp., Eschericeae sp., dan Bacillus subtilis

(Wijayakusuma,1996). Hasil penelitian juga

dibuktikan oleh Aditya (2010)

menyebutkanbahwadaunAlpukat(PerseaamericanaMill.)

mengandung beberapa zat kimia seperti saponin,

alkaloid dan flavonoid yang mempunyai efek

antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Selain itu ekstrak daun alpukat juga mempunyai efek

antimikroba terhadap bakteri Escherichia coli

(Nastiti, 2010). Senyawa aktif yang terkandung

dalam ekstrak daun Alpukat yang bersifat

antibakteri adalah saponin, tanin dan flavonoid

(quercetin)(Ogundare, 2014; Kharya, 2010). Adapun

deskripsi lengkap dari masing-masing senyawa

antibakteri yang terkandung dalam daun alpukat

adalah sebagai berikut :

a.Saponin

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang

dihasilkan dari grup steroid atau triterpen yang

berikatan dengan gula, senyawa ini memiliki pengaruh

biologis yang menguntungkan yaitu bersifat sebagai


24

hipokolesterolemik dan antikarsinogen serta dapat

meningkatkan system imun. Saponin menghambat

pertumbuhan atau membunuh mikroba dengan cara

berinteraksi dengan membrane sterol. Efek utama

saponinterhadap bakteri adalah pelepasan protein dan

enzim dari dalam sel-sel (Ar, 2014:10). Mekanisme

kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan

tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya

permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan

senyawa intraseluler akan keluar (Nuria, etal.,

2009:34). Menurut Karlina et al., (2013) menyatakan

bahwa saponin dapat menekan pertumbuhan bakteri,

karena senyawa tersebut dapat menurunkan tegangan

permukaan dinding sel dan apabila berinteraksi

dengan dinding sel bakteri maka dinding sel tersebut

akan lisis. Senyawa saponin akan mengganggu tegangan

permukaan dinding sel, maka pada saat tegangan

permukaan terganggu zat antibakteri akan masuk

dengan mudahke dalam sel dan akan mengganggu

metabolism hingga akhirnya terjadi kematian

bakteri.

b. QuercetinQuersetin

merupakan golongan dari flavonol yang banyak

sekali ditemukan padatanaman. Quercetinberpotensi

sebagai antivirus, antibakteri dan anti-inflamasi.

Sebagai senyawaantibakteri, quercetin mampu berikatan


25

dengan DNA girase bakteri yang berperan dalam

replikasi DNA. Quercetin mengganggu kerja enzim

girase sehingga proses replikasi DNA terhenti.

Quercetin memiliki aktivitas antibakteri yang baik

karena adanya gugus fenol dengan mekanisme kerja

mengkoagulasi protein dengan menonaktifkan enzim-

enzim dan mengganggu dinding sel sehingga memiliki

sifat bakterisida yang baik (Katzung, 2004).

Sedangkan menurut Pelczar dan chan (2008), quercetin

memiliki aktivitas sebagai antibakteri karena dapat

mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel

bakteri. Mekanisme quercetin sebagai antibakteri

berhubungan dengan pembentukan ikatan kompleks

dengan protein pada membran (protein–fenol) sehingga

menyebabkan permeabelitasnya turun. Ikatan kompleks

yang telah terbentuk kemudian terurai dan

berpenetrasi ke dalam sel sehingga terjadi koagulasi

protein dan menyebabkan enzim bakteri tidak aktif.

Akibatnya dinding sel bakteri terbentuk dengan baik

sehingga terjadi kebocoran sel dan bakteri mati.

c. Tanin

Tanin merupakan senyawa yang hampir ditemukan

dalam semua genus tanaman dikotil. Penyebaran tannin

dalam tanaman beragam. Perbedaan kadar tannin

dipengaruhi oleh tingkat kematangan, umur daun dan

musim. Tanin terdapat dalam berbagai tanaman baik


26

digunakan sebagai sebagai bahan makanan oleh manusia

ataupun hewan (Savitri, 2014:19). Tanin merupakan

suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul

besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa

gugus yang bersangkutan seperti karboksil untuk

membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein

dan beberapa makromolekul. Tanin terdiri dari dua

jenis yaitu tannin terkondensasi dan tanin

terhidrolisis. Kedua jenis tannin ini terdapat dalam

tumbuhan, tetapi yang paling dominan terdapat dalam

tanaman adalah tannin terkondensasi (Hayati,

2010:194). Senyawa tanin memberikan sifat antibakteri

dengan cara merusak membrane sitoplasma sehingga

bakteri akan mati. Tanin juga mempunyai kemampuan

dalam menginaktivasi adhesisel mikroba (molekul yang

menempel pada sel inang) yang terdapat pada

polipeptida dinding sel, karena tanin merupakan

senyawa fenol (Riwayati, 2012:12). Mekanisme kerja

tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim

reversetranskriptase dan DNA topoisomerase sehingga

sel bakteri tidak dapat terbentuk (Nuria etal.,

2009:35-36)
27

A. Bawang putih

1. Pengertian

Bawang putih (Allium sativum) adalah tanaman

rempah yang berasal dari Asia Tengah, diantaranya

Cina dan Jepang yang beriklim subtropis. Kemudian

bawang putih menyebar ke seluruh Asia, Eropa, dan

akhirnya ke seluruh dunia. Di Indonesia bawang

putih masuk melalui alur perdagangan internasional

sejak berabad-abad lampau, dimulai dari daerah

pesisir dan semakin lama meluas ke daerah

pedalaman (Palungkun dan Budiarti, 1992). Bawang

putih adalah tanaman berbentuk rumput, memiliki

umbi berwarna putih yang aromanya sangat menyengat.

Daunnya panjang berbentuk pipih (tidak berlubang).

Helai daun seperti pita dan melipat kearah panjang

dengan membuat sudut pada permukaan bawahnya.

Kelopak daun kuat, tipis, dan membungkus kelopak

daun yang lebih muda sehingga membentuk batang

semua yang tersembul keluar. Bunganya hanya

sebagian keluar atau sama sekali tidak keluar

karena sudah gagal tumbuh pada waktu masih berupa

tunas bunga (Palungkun dan Budiarti, 2001). Bawang

putih (Allium sativum Linn.) merupakan satu dari

600 jenis genus Allium. Bawang putih terkait erat

dengan bawang bombay (Allium cepa), daun bawang

(Allium porum), bawang merah (Allium


28

ascalonicum), rocambole, dan chives. Bawang putih

telah digunakan sejak lama, baik dalam

masakan atau untuk tujuan kesehatan. Asal bawang

putih diperkirakan dari Asia Tengah (Whitmore dan

Naidu, 2000).

2. Klasifikasi Bawang Putih

Bawang putih (Allium sativum) termasuk genus

afflum dan family Liliaceae. Bawang putih termasuk

klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau

suing yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara

berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30-75

cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari

pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita,

berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih

terdiri dari serabut-serabut kecil yang berjumlah

banyak dan setiap umbi bawang putih terdiri dari

sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya

terbungkus kulit tipis berwarna putih. Bawang

putih yang semula merupakan tumbuhan daerah

dataran tinggi, sekarang di Indonesia, jenis

tertentu dibudidayakan di dataran rendah (Anonim a,

2005). Berdasarkan SNI nomor 01-3190-1992 tentang

bawang putih, bawang putih adalah umbi tanaman

bawang putih (Allium sativum L.) yang terdiri dari

siung-siung bernas, kompak dan masih terbungkus

oleh kulit luar, bersih dan tidak berjamur.


29

Bawang putih tersusun atas beberapa senyawa kimia

dimana air adalah komponen dengan jumlah terbesar.

Komposisi kimia bawang putih selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Komposisi bawang putih per 100 gram umbi

Protein 4,5 g

Lemak 0,20 g

Karbohidrat 23,10 g

Vitamin B1 0,22 mg

Vitamin C 15 mg

Kalori 95 kal

Fosfor 134 mg

Kalsium 42 mg

Besi 1 mg

Air 71 g

* Anonim a (2005)

Di Indonesia, bawang putih yang umum ditanam oleh

para petani dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu

bawang putih dataran rendah dan bawang putih


30

dataran tinggi. Bawang putih dataran rendah

termasuk varietas lumbu putih, Bagor, Nganjuk,

Sanur, Jatibarang dan Sumbawa (Anonim b, 2006).

Bawang putih ternyata juga dapat mengobati berbagai

jenis penyakit, seperti hipertensi, asma, batuk,

masuk angin, sakit kepala, sakit kuning, sesak

nafas, busung air, ambeien, sembelit, luka memar,

abses, luka benda tajam, gigitan serangga,

cacingan, insomnia (Anonim a, 2005).

3. Kandungan Bawang putih

Menurut Reynold (1982), dari bawang putih terdapat

diekstrak senyawa antara lain :

1.Air, protein, lemak, dan karbohidrat ;

2.Vitamin B1 dan Vitamin C ;

3.Mineral kalsium, fosfor, magnesium dan kalium ;

4.Zat-zat aktif :

a.Allicin(Thiopropen sulfinic acid allyl ester)

Senyawa yang diduga dapat menurunkan kadar kolesterol

darah serta bersifat anti bakteri 3

b.Skordinin

Memberi bau yang tidak sedap pada bawang putih,

tetapi senyawa ini berkhasiat sebagai antiseptik.

c.Alliil(Propenyl alanina)

Memberi bau khas pada bawang putih dan juga

berfungsi sebagai antiseptik dan antioksidan.


31

d.Saponin

Kandungan saponin dalam bubuk bawang putih

dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi

terhidrolisis

e.Diallyl sulfida & Prophyl allyl sulfida

Kedua senyawa ini bersifat trombolik dan

penghancur gumpalan darah. Senyawa ini juga diduga

bersifat antelmintika.

f.Methilalil trisulfida

Zat yang dapat mencegah terjadinyaperlengketan sel

darah merah.

Kandungan alami dari Bawang putih yang mengandung

senyawa kimia yang sangat penting, salah satunya

termasuk volatile oil (0,1-0,36%) yang mengandung

sulfur, termasuk didalamnya adalah alliin, ajoene dan

viny ldithiines yang dihasilkan secara non enzimatik

dari allicin yang dapat mengencerkan darah dan

berperan dalam mengatur tekanan darah sehingga dapat

memperlancar peredaran darah. Bawang putih tunggal

juga mengadung enzim allinase, peroxidase dan

myrosinase, berfungsi memperlebar pembuluh darah

sahingga aliran darah menjadi lancar, bawang putih

juga mengandung tinggi kalium sehingga dapat

menghambat vasokontriksi otot polos dan bersifat

diuretik sehingga dapat menurukan tekanan darah (John

Briffa, 2008).
32

Di Indonesia, bawang putih yang umum ditanam oleh

para petani dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu

bawang putih dataran rendah dan bawang putih dataran

tinggi. Bawang putih dataran rendah termasuk varietas

lumbu putih, Bagor, Nganjuk, Sanur, Jatibarang dan

Sumbawa (Anonim b, 2006). Bawang putih ternyata juga

dapat mengobati berbagai jenis penyakit, seperti

hipertensi, asma, batuk, masuk angin, sakit kepala,

sakit kuning, sesak nafas, busung air, ambeien,

sembelit, luka memar, abses, luka benda tajam,

gigitan serangga, cacingan, insomnia (Anonim a,

2005).

Anda mungkin juga menyukai