Anda di halaman 1dari 22

KLASIFIKASI OBAT : NARKOTIKA & NON NARKOTIKA, ANTIHISTAMIN,

ANTI EMETIC, VITAMIN & MINERAL

Dosen Pembimbing :
Ida Erni Sipahutar, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh : Kelompok 6


Ildha Farah Syafika (P07120222002)
Putu Dina Wulan Maheswari (P07120222016)

Kelas : I A
FARMAKOLOGI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Klasifikasi Obat :
Narkotika & Non Narkotika, Antihistamin, Anti Emetic, Vitamin & Mineral” ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Farmakologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang “Klasifikasi Obat : Narkotika & Non Narkotika, Antihistamin, Anti Emetic,
Vitamin & Mineral” bagi para pembaca dan juga bagi para penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu selaku dosen mata kuliah
Farmakologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Denpasar, 18 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

2.1 Narkotika dan Non Narkotika ..........................................................................................3

2.2 Antihistamin .....................................................................................................................5

2.3 Antiemetic ........................................................................................................................8

2.4 Vitamin dan Mineral ......................................................................................................11

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 18

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18

3.2 Saran ...............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyaknya jenis obat di zaman sekarang ini menyebabkan banyaknya obat yang
terjual secara bebas maupun harus dengan resep dokter. Jika kita tidak mengetahui jenis
obat yang kita ingin gunakan itu akan mempengaruhi kesehatan kita dimasa yang akan
datang. Masyarakat masih banyak kurang mengetahui klasifikasi dan jenis jenis obat,
sehingga pengklasifikasian obat sangat diperlukan agar memudahkan masyarakat
membedakan mana obat yang dapat digunakan secara bebas dan mana yang harus
dengan resep dokter. Salah satu klasifikasi obat adalah jenis narkotika dan non narkotika,
antihistamin, antiemetic, dan vitamin dan mineral. Narkotika adalah obat yang dapat
menyebabkan ketergantungan jika digunakan tidak sesuai resep dokter, narkoba sudah
menjadi masalah bagi pemerintah indonesia karena penyebarannya yang ilegal dan
penggunaannya yang tidak terkontrol. Sama seperti narkoba jika kita memakan sesuatu
hal yang sama selama bertahun tahun bisa saja tubuh kita akan menjadi alergi terhadap
makanan yang sering kita makan tersebut, jika kita memakan makanan yang tidak dapat
ditolerir oleh tubuh akan terjadi reaksi pada tubuh, sehingga antihistamin diciptakan,
antihistamin adalah obat untuk meredakan alergi.
Pasca operasi biasanya kita akan merasakan mual dan ingin muntah sehingga
antiemetic diciptakan untuk meredakan mual dan muntah. Pasca operasi kita akan
disuruh menjaga kesehatan oleh tenaga kesehatan. Salah satu nutrisi untuk menjaga
kesehatan adalah vitamin dan mineral yang tidak hanya didapatkan oleh buah buahan
tapi bisa didapatkan di dalam obat juga, vitamin dan mineral berfungsi untuk menutrisi
tubuh kita sehingga tubuh menjadi semakin kuat jika dikonsumsi dengan baik. Sehingga
banyaknya masalah kesehatan yang ada pengklasifikasian obat sangat diperlukan agar
dengan adanya klasifikasi ini akan menentukan manakah obat obat yang baik dan tidak
baik untuk dikonsumsi serta mengetahui berbagai macam jenis obat dari
pengklasifikasian obat ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian dan macam-macam narkotika dan non narkotika
1.2.2 Pengertian dan macam-macam antihistamin
1.2.3 Pengertian dan macam-macam anti emetic

1
1.2.4 Pengertian dan macam-macam vitamin dan mineral
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu narkotika dan non narkotika beserta macam-macamnya
1.3.2 Untuk mengetahui apa itu antihistamin beserta macam-macamnya
1.3.3 Untuk mengetahui apa itu anti emetic beserta macam-macamnya
1.3.4 Untuk mengetahui apa itu vitamin dan mineral beserta macam-macamnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Narkotika dan Non Narkotika


2.1.1 Obat-obatan Narkotika
Menurut istilah kedokteran, Narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan
terutama rasa sakit yang nyeri yang berasal dari viseral atau alat-alat rongga dada dan
rongga perut juga dapat menimbulkan efek stupor atau bengong yang lama dalam
keadaan masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan. Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika menyebutkan pengertian Narkotika
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir
dalam Undang-Undang ini.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika pada Pasal
1 Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan yang dibebankan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampiran dalam Undang-Undang ini yang kemudian ditetapkan dengan
keputusan Menteri Kesehatan.
Pasal 1 ayat (1) Narkotika Golongan 1 dilarang diproduksi atau digunakan
dalam proses produksi terkecuali dalam jumlah yang sangat terbatas untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan teknologi Narkoba singkatan dari Narkotika dan obat-obat
terlarang. Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat atau obat
yang jika digunakan secara berlebihan dapat mempengaruhi atau bahkan dapat
menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi atau bahkan dapat
menghilangkan kesadaran karena dapat mempengaruhi fungsi saraf sentral dan dapat
menimbulkan ketergantungan serta mengganggu kesehatan. Penggolongan narkotika
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.4 tahun 2021, yaitu :
1. Narkotika Golongan I adalah Narkotika Golongan I serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, narkotika golongan I dilarang

3
digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan namun dalam jumlah terbatas,
Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia
laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contohnya adalah Heroin, Kokain, Ganja,
Meskalin, Amfetamin, Metamfetamin dan lain sebagainya.
2. Narkotika Golongan II adalah Narkotika golongan II adalah Narkotika berkhasiat
pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan Pihak yang menyerahkan dan pengguna
harus memiliki bukti yang sah dari kepemilikan dan pemberian narkotika tersebut.
Contoh narkotika golongan II: Fentanil, Hidrokodon, Morfin, Metadon.
3. Narkotika Golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Sama seperti
halnya golongan II, golongan III juga dapat digunakan dalam pengobatan dengan
syarat-syarat yang sama. Golongan ini memiliki resiko ketergantungan lebih kecil
daripada golongan diatasnya. Contoh: Codein, Buprenorfin

2.1.2 Obat-obatan Non Narkotik


Obat-obatan non Narkotik merupakan psikotropika, sesuai dengan Undang-
Undang No.5 tahun 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Seperti halnya
narkotika, psikotropika juga terbagi dalam beberapa golongan berdasarkan peraturan
terbaru yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No.4 tahun 2021, yaitu:
1. Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat
kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Deskloroketamin,
Flualprazolam.
2. Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

4
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh:
Metilfenidat, Sekobarbital.
3. Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh:
Flunitrazepam, Pentobarbital, Pentazosin.
4. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh:
Alprazolam, Lorazepam, Clobazam, Diazepam dan sebagainya

Secara terminologi, sebenarnya masih banyak substansi atau obat psikotropika


namun tidak masuk dalam penggolongan psikotropika karena tidak memiliki potensi
ketergantungan sehingga digolongkan sebagai obat keras.

2.2 Antihistamin
2.2.1 Pengertian
Antihistamin merupakan obat yang sering dipakai di bidang dermatologi,
terutama untuk kelainan kronik dan rekuren. Antihistamin adalah zat yang dapat
mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok
reseptor histamin. Antihistamin dan histamin berlomba untuk menempati reseptor yang
sama. Ada empat tipe reseptor histamin, yaitu H1, H2, H3, dan H4 yang keempatnya
memiliki fungsi dan distribusi yang berbeda. Pada kulit manusia hanya reseptor H1 dan
H2 yang berperan utama. Blokade reseptor oleh antagonis H1 menghambat terikatnya
histamin pada reseptor sehingga menghambat dampak akibat histamin misalnya
kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan vasodilatasi
pembuluh darah. Reseptor H1 ditemukan pada neuron, otot polos, epitelium dan
endotelium. Reseptor H2 ditemukan pada sel parietal mukosa lambung, otot polos,
epitelium, endotelium, dan jantung. Sementara reseptor H3 dan H4 ditemukan dalam
jumlah yang terbatas. Reseptor H3 terutama ditemukan pada neuron histaminergik, dan
reseptor H4 ditemukan pada sumsum tulang dan sel hematopoietik perifer.

Histamin memiliki peranan yang penting dalam patofisiologi penyakit alergi.


Histamin adalah amina dasar yang dibentuk dari histidin oleh histidine dekarboksilase.

5
Histamin ditemukan pada semua jaringan, tetapi memiliki konsentrasi yang tinggi pada
jaringan yang berkontak dengan dunia luar, seperti paru-paru, kulit, dan saluran
pencernaan. Istilah antihistamin pertama kali ditujukan pada reseptor antagonis H1 yang
digunakan untuk terapi penyakit inflamasi dan alergi. Antagonis reseptor H1 dapat dibagi
menjadi generasipertama dan generasi kedua.

2.2.2 Macam-macam Antihistamin


A. Antihistamin generasi pertama
1. Chlorpheniramine : Brontusin, Ceteem, Chlorpheniramine,
Chlorpheniramine Maleate, Cough En Plus, Etaflusin, Molexflu, Nalgestan,
Omecough, Samcodin, Zacoldine
2. Cyproheptadine : Bimatonin, Cydifar, Ennamax, Erphacyp, Graperide,
Heptasan, Lexahist, Lycipron, Profut, Pronam, Pronicy
3. Ketotifen : Astifen, Ertifen, Intifen, Profilas, Scanditen, Tosma, Zaditen
4. Promethazine : Berlifed, Bufagan Expectorant, Erpha Allergil, Gigadryl,
Guamin, Hufallerzine Expectorant, Metagan Expectorant, Mezinex, Nufapreg,
Phenerica, Prome, Promedex, Promethazine, Prozine Expectorant, Rhinathiol
Romethazine, Winasal, Zenirex
5. Triprolidine : Actifed, Alerfed Plus Expectorant, Bronchitin, Ersylan
Expectorant, Lapifed, Librofed, Quantidex
6. Brompheniramine : Alco Plus, Alco Plus DMP, Bromophenyl
7. Hydroxyzine : Bestalin
8. Doxylamine : Dexmolex, Oradex, Siladex Cough & Cold, Vicks Formula 44
B. Antihistamin generasi kedua
1. Cetirizine : Alergia, Allerzen, Cerini, Cetinal, Cetirizine HCl, Cetirizine
Hydrochloride, Etarizine, Falergi, Ozen, Rinocet, Yarizine, Zentris
2. Loratadine : Deslo, Inalergi, Inclarin, Lorhis, Loratadine, Lorahistin,
Omellegar

6
3. Levocetirizine : Avocel, Levocetirizine Dihydrochloride, Histrine Levo, L-
Falergi, Xyzal
4. Astemizole
C. Antihistamin generasi ketiga
1. Fexofenadine : Fexofen OD, Telfast,Telfast BD, Telfast HD, Telfast OD,
Telfast Plus
2. Desloratadine : Aerius, Desdin, Desfumed, Desloratadine, Deslotine,
Destavell, Eslor

2.2.3 Efek Samping Antihistamin


Pada dosis terapi, semua AH1 menimbulkan efek samping walaupun jarang
bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Efek samping yang
paling sering ialah sedasi, yang justru menguntungkan bagi pasien yang dirawat di RS
atau pasien yang perlu banyak tidur. Tetapi efek ini mengganggu bagi pasien yang
memerlukan kewaspadaan tinggi sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan. Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenis lain mungkin dapat
mengurangi efek sedasi ini. Astemizol, terfenadin, loratadin tidak atau kurang
menimbulkan sedasi.
Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 ialah vertigo, tinitus,
lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euphoria, gelisah, insomnia dan
tremor. Efek samping yang termasuk sering juga ditemukan ialah nafsu makan
berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare, efek samping
ini akan berkurang bila AH1 diberikan sewaktu makan. Efek samping lain yang mungkin
timbul oleh AH1 adalah mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat
dan lemah pada tangan. Insidens efek samping karena efek antikolinergik tersebut kurang
pada pasien yang mendapat antihistamin non sedatif.
AH1 bisa menimbulkan alergi pada pemberian oral, tetapi lebih sering terjadi
akibat penggunaan lokal berupa dermatitis alergik. Demam dan foto sensitivitas juga
pernah dilaporkan terjadi. Selain itu pemberian terfenadin dengan dosis yang dianjurkan
pada pasien yang mendapat ketokonazol, troleandomisin, eritromisin atau lain makrolid
dapat memperpanjang interval QT dan mencetuskan terjadinya aritmia ventrikel. Hal ini
juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi hati yang berat dan pasien-pasien
yang peka terhadap terjadinya perpanjangan interval QT (seperti pasien hipokalemia).

7
Kemungkinan adanya hubungan kausal antara penggunaan antihistamin non sedative
dengan terjadinya aritmia yang berat perlu dibuktikan lebih lanjut.

2.3 Antiemetic
2.3.1 Pengertian
Obat antiemetik adalah obat yang meredakan mual atau muntah. Rasa mual
dihasilkan dari beberapa proses yang kompleks di dalam tubuh, dan inilah mengapa
berbagai obat dirancang untuk meredakan mual dalam berbagai situasi, misalnya:
● mabuk
● infeksi virus atau bakteri, seperti yang menyebabkan flu perut
● kehamilan
● efek pembedahan
● obat lain, seperti kemoterapi
Obat-obatan ini bekerja dengan memblokir pembawa pesan kimia yang disebut
neurotransmitter, yang mengirimkan informasi tentang mual ke otak. Memblokir sinyal
mereka dapat membuat seseorang tidak merasa mual dan muntah.

2.3.2 Macam-macam Antiemetic


a. D2 receptor antagonists
Penghambat reseptor D2 seperti fenotiazin, butyrophenones, dan olanzapine
adalah obat yang memblokir D2 reseptor di chemoreceptor trigger zone (CTZ).
Fenotiazin seperti proklorperazin (Compro) adalah obat antipsikotik dan biasanya
digunakan untuk pengobatan mual dan muntah terkait dengan mabuk perjalanan,
migrain, radioterapi, kemoterapi, pasca operasi, gastroenteritis virus, dan morning
sickness yang parah selama kehamilan. antagonis reseptor D2 jika menggunakan
dosis tinggi memiliki efek penghambatan di pusat muntah. Ini memiliki profil efek
samping yaitu efek antikolinergik, ikterus kolestatik, agranulositosis, dan anemia
hemolitik.
Butyrophenones seperti droperidol (Inapsine) adalah obat antipsikotik yang
digunakan untuk mengobati banyak psikiatri gangguan seperti skizofrenia serta
bertindak sebagai kuat agen antiemetik dengan menghambat D2 dopaminergik
reseptor di CTZ. Droperidol antagonis dopamin sentral reseptor di CTZ dan profil
efek sampingnya mirip dengan golongan fenotiazin. Sedasi lebih jelas dan kejadian

8
efek ekstrapiramidal meningkat pada dosis yang lebih tinggi. Olanzapine (Zyprexa)
adalah obat antipsikotik atipikal dan reseptor dopaminergik D2 pemblokir.
Olanzapine terutama digunakan untuk pengobatan skizofrenia, tetapi telah
dilaporkan efektif terhadap mual dan muntah yang berhubungan dengan kanker
kemoterapi dan PONV terkait dengan opioid. efek samping yang paling umum dari
penghambat reseptor D2 adalah sedasi, mulut kering, gangguan penglihatan,
persepsi gangguan, bradikardia (detak jantung lambat yang tidak normal), hipotensi,
somnolen (mengantuk) dsb.
b. 5-HT3 Receptor Antagonists
Reseptor 5-HT3 ditemukan di beberapa situs yang terlibat dalam emesis,
termasuk nukleus traktus solitarius (NTS), vagal aferen, dan AP. Ondansetron
(Zofran) dan palonosetron (Aloxi) adalah penghambat reseptor 5-HT3, yang
mencegah mual dan muntah dengan menghambat serotonin dari pengikatan ke
reseptor 5-HT3. Ondansetron memiliki efek anti muntah yang lebih baik daripada
efek anti mualnya. Obat ini efektif bila diberikan pada saat akhir pembedahan. Efek
ondansetron timbul dengan berikatan dengan reseptor 5-HT3 di CTZ dan vagal
aferen di traktus gastrointestinal.
Palonosetron adalah penghambat reseptor 5-HT3 generasi kedua dan lebih
manjur dan lebih aman daripada reseptor 5-HT3 lainnya antagonis dalam profilaksis
dan pengobatan kedua akut dan menunda mual dan muntah akibat kemoterapi
(CINV) dan PONV pada pasien yang menjalani laparoskopi operasi. Efek samping
yang paling umum dari Penghambat reseptor 5- HT3 adalah mulut kering
(xerostomia), sembelit atau diare, pusing, sakit perut, insufisiensi ginjal, sensasi
hangat, cegukan, trombositopenia, dan perubahan elektrokardiografi. Granisetron,
Dolasetron, tropisetron dan ramosetron adalah antagonis reseptor 5-HT3 lainnya
yang juga memiliki efektifitas yang sama. Semua obat pada kelompok ini juga dapat
menyebabkan pemanjangan interval QT.
c. Antikolinergik
Antikolinergik adalah antagonis yang efektif pada reseptor muskarinik,
mereka memiliki aktivitas minimal pada reseptor nicotinic acetylcholine (Ach), yang
ditemukan di ganglia otonom dan sambungan neuromuskular.Salah satu contohnya
adalah skopolamin. Skopolamin adalah obat antikolinergik yang secara luas

9
digunakan dan mencegah rangsangan di pusat muntah dengan memblok kerja dari
asetilkolin di pada reseptor muskarinik di system vestibular.
d. Antihistamin
Contoh obat antihistamin adalah siklizin, Obat ini mempunyai efek dalam
penatalaksanaan PONV yang berhubungan dengan aktivasi sistem vestibular tetapi
mempunyai efek yang kecil untuk muntah yang dirangsang langsung di CTZ. obat
ini memblok H1 dan reseptor muskarinik di pusat muntah. Penghambat reseptor H1
seperti promethazine (Phenergan) dan dimenhydramine (Dramamine) adalah
generasi pertama antihistamin dan memiliki sifat antiemetik yang berasal dari
blokade reseptor H1 mereka di nukleus vestibular. Antagonis reseptor H1 dapat
menyebabkan sedasi, mengantuk, mulut kering, penglihatan kabur, gangguan
berpikir, kencing retensi, halusinasi, mimpi buruk, kebingungan, insomnia, sakit
kepala, dan gejala ekstrapiramidal seperti distonia.
e. Deksametason
Deksametason merupakan salah satu obat yang juga menunjukkan
efektivitas untuk menurunkan kejadian PONV. Mekanisme kerjanya berhubungan
dengan hambatan pada sintesa prostaglandin dan rangsangan pada pelepasan
endorphin yang menghasilkan peningkatan mood dan perasaan sehat. Deksametason
telah terbukti bermanfaat dalam pengobatan PONV dan untuk mual dan muntah
yang berhubungan dengan kemoterapi. Efek samping dari deksametason adalah
seperti diabetes melitus, depresi, insomnia, kecemasan, euforia, osteoporosis,
kelemahan otot, ulkus peptikum, natrium dan retensi air, hipertensi, edema, dan
katarak.
f. Cannabinoids
Tanaman Cannabis sativa (Ganja) mengandung lebih dari 80 jenis
cannabinoid berbeda, tetapi yang paling populer komponennya adalah Δ9-
tetrahydrocannabinol (Δ9-THC). Dronabinol (Marinol) dan nabilone (Cesamet)
adalah sintetis Δ9-THC yang memblokir emesis melalui agonisme CB1/CB2
receptor cannabinoid di NTS, AP, dan motor dorsal nukleus di batang otak. Marinol
dan Cesamet adalah makanan dan pemberian obat (FDA) disetujui untuk pengobatan
mual dan muntah yang berhubungan dengan kemoterapi dan radioterapi pada pasien
yang gagal merespon obat antiemetik lainnya.

10
Beberapa efek samping telah diperhatikan setelah asupan cannabinoid
seperti mulut kering, palpitasi (detak jantung cepat dan tidak teratur), takikardia
(cepat abnormal detak jantung), hipotensi postural (tekanan darah rendah terjadi
ketika berdiri), euforia (perasaan kebahagiaan), mengantuk, depresi, halusinasi,
visual gangguan, dan panik (ketakutan tiba-tiba).

2.4 Vitamin dan Mineral


2.4.1 Pengertian
Vitamin adalah zat organik yang umumnya diklasifikasikan menjadi dua jenis
yaitu larut dalam lemak dan larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak adalah
vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K. Vitamin yang larut dalam air adalah
vitamin C dan vitamin B yang harus larut dalam air sebelum dapat diserap oleh tubuh,
dan karena itu tidak dapat disimpan. Setiap vitamin yang larut dalam air yang tidak
digunakan oleh tubuh akan hilang terutama melalui urin.
Mineral adalah unsur anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, yang diserap
oleh tanaman atau dikonsumsi oleh hewan. Contoh mineral adalah kalsium, natrium, dan
kalium, tembaga, yodium, dan seng yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil.
Vitamin dan mineral adalah mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
menjalankan berbagai fungsi tubuh secara normal. Namun mikronutrien ini tidak
diproduksi di dalam tubuh kita dan harus berasal dari makanan yang kita makan.
2.4.2 Macam-macam Vitamin dan Mineral
a. Vitamin yang larut dalam air
- Thiamin (B1), Dalam bentuk pirofosfat (TPP) atau difosfat (TDP), thiamin
berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi metabolisme energi. Thiamin
dibutuhkan untuk dekarboksilasi oksidatif piruvat menjadi asetil KoA dan
memungkinkan masuknya substrat yang dapat dioksidasi ke dalam siklus
Krebs untuk pembentukan energi.thiamin memiliki peran utama pada
metabolisme karbohidrat. Sumber thiamin adalah kacang-kacangan, termasuk
sayur kacang kacangan, semua daging organ, daging tanpa lemak, dan kuning
telur serta unggas
- Riboflavin (B2), Riboflavin mengikat asam fosfat dan menjadi bagian dari 2
jenis koenzim FMN dan FAD. Kedua jenis enzim ini berperan dalam reaksi
oksidasi-oksidasi dalam sel sebagai pembawa hidrogen dalam sistem transfor

11
elektron dalam mitokondria. Riboflavin terdapat luas di dalam makanan
hewani dan nabati yaitu susu, keju, hati, daging dan sayuran berwarna hijau.
- Niasin (asam Nikotinat), Nikotinamida berfungsi di dalam tubuh sebagai
bagian koenzim NAD dan NADP. Koenzim Koenzim ini diperlukan dalam
reaksi oksidasi-oksidasi pada glikolisis, metabolisme protein, asam lemak,
pernapasan sel dan detoksifikasi, dimana peranannya adalah melepas dan
menerima atom hidrogen. Sumber niasin adalah hati, ginjal, ikan, ayam dan
kacang tanah.
- Biotin, Biotin berfungsi sebagai koenzim pada reaksi-reaksi yang menyangkut
penambahan atau pengeluaran karbon dioksida kepada atau dari senyawa aktif.
Sumber biotin yang baik adalah hati, kuning telur, serealia, kacang kedelai,
kacang tanah, sayuran dan buah-buahan tertentu (jamur, pisang, semangka,
strawberry).
- Asam Pantotenat, Peranan utama asam Pantotenat adalah sebagai bagian
koenzim A, yang diperlukan dalam berbagai reaksi metabolisme sel. Sebagai
bagian dari asetil KoA, asam pantotenat terlibat dalam berbagai reaksi yang
berkaitan dengan metabolisme karbohidrat dan lipid, termasuk sintesis dan
pemecahan asam lemak. Sumber pantotenat paling baik adalah hati, ginjal,
kuning telur, daging, ikan, unggas, serealia utuh dan kacang-kacangan.
- Piridoksin (B6), Piridoksin berperan dalam bentuk fosforilasi PLP dan PMP
sebagai koenzim terutama dalam transaminasi, dekarboksilasi, dan reaksi lain
yang berkaitan dengan metabolisme protein. B6 paling banyak terdapat di
dalam kecambah, gandum, hati, ginjal, serealia tumbuk, kacang kacangan,
kentang dan pisang
- Asam Folat, Folat dibutuhkan dalam untuk pembentukan sel-sel darah merah
dan sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya. Folat
terutama terdapat di dalam sayuran hijau, hati, daging tanpa lemak, serealia
utuh, biji-bijian, kacang-kacangan, dan jeruk.
- Kobalamin (B12), Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi
bentuk aktif, dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel
saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan syaraf. Sumber utama vitamin B12
adalah makanan protein hewani yang diperoleh dari hasil sintesis bakteri
didalam usus, seperti hati, ginjal, susu, telur, ikan, keju dan daging.

12
- vitamin c, vitamin c berfungsi untuk Sintesis Kolagen, Sintesis Karnitin,
Noradrenalin, Serotonin, Absorbsi dan metabolisme zat besi, Absorbsi
kalsium, Mencegah infeksi, Mencegah kanker dan penyakit jantung. Vitamin
C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah
terutama yang asam seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, gandaria, dan
tomat. Vitamin C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan
jenis kol.
b. Vitamin yang larut dalam lemak
- Vitamin A, Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya
remang. Kebutuhan vitamin A untuk penglihatan dapat dirasakan, bila kita
dari cahaya terang di luar kemudian memasuki ruangan yang remang-remang
cahayanya. Mata membutuhkan waktu untuk dapat melihat, begitu pula bila
pada malam hari bertemu dengan mobil yang memasang lampu yang
menyilaukan. vitamin A, dalam bentuk asam retinoat memegang peranan aktif
dalam kegiatan inti sel, dengan demikian dalam pengaturan faktor penentu
keturunan/gen yang berpengaruh terhadap sintesis protein. Pada diferensiasi
sel terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi sel yang dapat dikaitkan dengan
perubahan perwujudan gen-gen tertentu. Vitamin A juga berfungsi pada
kekebalan tubuh manusia, pertumbuhan dan perkembangan, dan pertumbuhan
gigi. Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani seperti hati, kuning telur,
susu (di dalam lemaknya) dan mentega. sedangkan karoten terutama di dalam
pangan nabati seperti sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan yang
berwarna kuning-jingga, seperti daun singkong, daun kacang, kangkung,
bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning, pepaya,
mangga, nangka masak dan jeruk.
- Vitamin D, fungsi vitamin D adalah membantu pembentukan dan
pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan vitamin C. Fungsi khusus vitamin
D dalam hal ini adalah membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur
agar kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah untuk diendapkan pada proses
pengerasan tulang. Vitamin D diperoleh melalui sinar matahari dan makanan.
Makanan hewani merupakan sumber utama vitamin D dalam bentuk
kolekalsiferol, yaitu kuning telur, hati, krim, mentega dan minyak hati-ikan.

13
- Vitamin E, berfungsi untuk penyembuhan luka dan merangsang reaksi
kekebalan tubuh. Vitamin E banyak terdapat dalam bahan makanan. Sumber
utama vitamin E adalah minyak tumbuh tumbuhan, terutama minyak
kecambah gandum dan biji bijian
- Vitamin K, berfungsi di dalam proses sintesa prothrombine yang diperlukan
dalam pembekuan darah. Selain itu, fungsi lain vitamin K adalah sebagai pen
transpor elektron di dalam proses redoks di dalam jaringan (sel), Sumber
utama vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau, kacang buncis,
kacang polong, kol dan brokoli. Semakin hijau daun-daunan semakin tinggi
vitamin kandungan vitamin K-nya.
c. Mikromineral
- Besi, zat besi berperan dalam Metabolisme energi. Di dalam sel, besi bekerja
sama dengan rantai protein-pengangkut-elektron, yang berperan dalam
langkah-langkah akhir metabolisme energi. Protein ini memindahkan hidrogen
dan elektron yang berasal dari zat gizi penghasil energi ke oksigen, sehingga
membentuk air. fungsi lain yaitu sebagai kekebalan tubuh, kemampuan
belajar, dan pelarut obat-obatan. Sumber baik besi adalah makanan hewani,
seperti daging, ayam dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia
tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah
- Seng, Seng memegang peranan esensial dalam banyak fungsi tubuh. Sebagai
bagian dari enzim atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari dua ratus
enzim. Seng berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti reaksi-reaksi
yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida dan
asam nukleat. Sumber paling baik adalah sumber protein hewani, terutama
daging, hati, kerang, dan telur.
- Tembaga, Fungsi utama tembaga di dalam tubuh adalah sebagai bagian dari
enzim. Enzim-enzim mengandung tembaga mempunyai berbagai macam
peranan berkaitan dengan reaksi yang menggunakan oksigen atau radikal
oksigen. Tembaga memiliki peranan dalam mencegah anemia dengan cara
membantu absorbsi besi, merangsang sintesis hemoglobin dan melepas
simpanan besi dari feritin dalam hati. Sumber utama tembaga adalah tiram,
kerang, hati, ginjal, kacang- kacangan, unggas, biji-bijian, serealia dan coklat.

14
- Mangan, Mangan tampaknya berperan sebagai kofaktor berbagai enzim yang
membantu bermacam proses metabolisme. Enzim-enzim lain yang berkaitan
dengan mangan juga berperan dalam sintesis ureum, pembentukan jaringan
ikat dan tulang serta pencegahan peroksidasi lipida oleh radikal bebas.
- Krom, krom dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat dan lipida. Sumber
krom terbaik adalah makanan nabati dan Kandungan krom dalam tanaman
tergantung pada jenis makanan, kandungan krom tanah dan musim.
- Selenium, selenium bekerjasama dengan vitamin E dalam peranannya sebagai
antioksidan. Selenium dan vitamin E melindungi membran sel dari kerusakan
oksidatif, membantu reaksi oksigen dan hidrogen pada akhir rantai
metabolisme, memindahkan ion melalui membrane sel sel dan membantu
sintesis imunoglobulin dan ubikuinon. Sumber utama selenium adalah
makanan laut, hati dan ginjal.
- Fluor, berfungsi dalam mineralisasi tulang dan pengerasan email gigi.
d. Makromineral
- Natrium, natrium menjaga keseimbangan asam basa didalam tubuh dengan
mengimbangi zat-zat yang membentuk asam. Natrium berperan dalam
transmisi saraf dan kontraksi otot. Natrium berperan pula dalam absorpsi
glukosa dan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui membrane. Sumber
natrium adalah garam dapur, monosodium glutamate (MSg), kecap dan
makanan yang diawetkan dengan garam dapur
- Klor, Sebagai anion utama dalam cairan ekstraseluler, klor berperan dalam
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit. Klor terdapat bersamaan
dengan natrium di dalam garam dapur
- Kalium, Bersama natrium, kalium memegang peranan dalam memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa. Bersama
kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot. Sumber
utama adalah makanan mentah/segar, terutama buah, sayuran dan kacang-
kacangan.
- Kalsium, Kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh, seperti
pembentukan tulang dan gigi. Fungsi lain kalsium adalah mengatur
pembekuan darah, katalisator reaksi reaksi biologik, kontraksi otot dan
meningkatkan fungsi transport membrane sel. Sumber kalsium utama adalah

15
susu dan hasil susu, seperti keju. Ikan dimakan dengan tulang, termasuk ikan
kering merupakan sumber kalsium yang baik.
- Fosfor, fungsi fosfor adalah untuk pengklasifikasian tulang dan gigi,
Mengatur pengalihan energi, Absorpsi dan transportasi zat gizi. Fosfor
terdapat di dalam semua makanan, terutama makanan kaya protein, seperti
daging, ayam, ikan, telur, susu dan hasil olahannya, kacang-kacangan dan
hasil olahannya serta serealia.
- Magnesium, Di dalam cairan sel ekstraseluler magnesium berperan dalam
transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah. Magnesium mencegah
kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium di dalam email gigi. Sumber
utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan
kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya serta cokelat juga merupakan
sumber magnesium yang baik.
2.4.3 Contoh-contoh Obat Vitamin dan Mineral
- Folamin genio, berfungsi sebagai Suplemen untuk ibu hamil dan menyusui,
mencegah cacat janin, mencegah tubuh mudah sakit,memperbaiki sel tubuh,
membentuk tulang, membentuk energi,memproduksi sel darah merah,
memproduksi sel darah merah di tulang. Folamil Genio membantu untuk
memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral untuk bayi.
- Obical, berguna untuk Memenuhi kebutuhan kalsium untuk menjaga kesehatan
dan kekuatan tulang dan gigi, Osteoporosis, serta Memenuhi peningkatan
kebutuhan Ca selama hamil dan menyusui
- Elkana, sebagai Terapi dalam mengatasi keadaan defisiensi vitamin dan mineral
Tambahan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral anak pada masa
pertumbuhan, pada saat hamil dan pada saat menyusui.
- Calmin AF, Sebagai Suplemen makanan selama masa kehamilan dan setelah
melahirkan, terutama ibu yang menyusui. Membantu mengatasi kekurangan
vitamin pada wanita hamil.
- Folavit, berguna untuk Mengobati defisiensi asam folat, anemia megaloblastik
dan pada anemia karena kekurangan suplemen nutrisi, Suplemen makanan wanita
yang merencanakan kehamilan dan selama 12 minggu pertama kehamilan untuk
membantu mencegah cacat tabung saraf lahir seperti spina bifida dan cacat

16
bawaan lain seperti bibir sumbing atau celah bibir pada bayi sejak dalam
kandungan.
- Cavit D3, berguna untuk Memenuhi kebutuhan kalsium bagi ibu hamil dan
menyusui. Mencegah terjadinya osteoporosis bagi wanita yang telah memasuki
masa menopause. Menjaga kadar kalsium dalam taraf normal pada ginjal.
- Folda, berfungsi Memelihara kesehatan pada wanita hamil dan mendukung
perkembangan janin secara optimal.
- Fetavita, berfungsi Membantu menjaga kesehatan, mencegah serangan penyakit,
bertindak sebagai antioksidan (penangkal radikal bebas), menjaga kesetimbangan
kolesterol, serta membantu memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Asam askorbat (vitamin C), membantu Pengobatan dan pencegahan sariawan,
membuat suasana asam urin, defisiensi vitamin C.
- Riboflavin, Mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B2, Mencegah Migrain,
Mencegah Katarak.
- Licokalk, Untuk membantu mencegah dan mengobati defisiensi (kekurangan)
kalsium.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang N0 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
menyebutkan pengertian Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-golongan
sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang tersebut. Sedangkan obat-obatan non Narkotik
merupakan psikotropika, sesuai dengan Undang-Undang No.5 tahun 1997 adalah zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Antihistamin adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin
terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Antihistamin dan histamin
berlomba untuk menempati reseptor yang sama. Ada empat tipe reseptor histamin, yaitu H1,
H2, H3, dan H4 yang keempatnya memiliki fungsi dan distribusi yang berbeda. Kemudian
terdapat obat antiemetik yang merupakan obat yang meredakan mual atau muntah. Rasa mual
dihasilkan dari beberapa proses yang kompleks di dalam tubuh, dan inilah mengapa berbagai
obat dirancang untuk meredakan mual dalam berbagai situasi. Vitamin dibedakan menjadi
dua yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang larut dalam lemak
(vitamin A, D, E, K). Mineral adalah unsur anorganik yang terdapat dalam tanah dan air,
yang diserap oleh tanaman atau dikonsumsi oleh hewan. Vitamin dan mineral adalah
mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi tubuh secara
normal. Namun mikronutrien ini tidak diproduksi di dalam tubuh kita dan harus berasal dari
makanan yang kita makan.
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini,
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
Sehingga bisa terus menghasilkan makalah yang bermanfaat bagi banyak orang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, N. A. M., Mansour, Y. S. E., & Sulieman, A. A. M. (2019). Antiemetic medications:


Agents, current research, and future directions, 4(3).
Ii, B. A. B., & Narkotika, A. P. (n.d.). Bab ii bahaya narkotika.
Indonesia. (1997). Undang-Undang No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta
Indonesia. (2009). Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta
Kementerian Kesehatan. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2021 Tentang Penetapan Dan Perubahan Penggolongan Psikotropika.
Jakarta
Kementerian Kesehatan. (2021). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2021 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika. Jakarta
Lyons, S., & Ballisat, B. (2016). Antiemetic drugs: pharmacology and an overview of their
clinical use. 31, 38-42.
Ortonne J. (2012). Urticaria and its subtypes: The role of second-generation antihistamines.
Euro J ofInt Med. 2012;23(1):26-30.
Pane, M. D. C. (2021). Antihistamin. Diakses pada 19 Januari 2023 melalui: Aladokter.com
Rahayu, A., Yulidasari, F., & Setiawan, M. I. (2020). Buku Ajar “Dasar-dasar Gizi”.
Cetakan I. Yogyakarta: CV Mine
Sargo, S. S. & Subagyo, R. (2014). Farmakoterapi Penyalahgunaan Obat dan NAPZA.
Surabaya: Airlangga University Press
Ule, M. F. (2017). FARMAKOLOGI VETERINER “FARMAKODINAMIK: OBAT
ANTIHISTAMIN’’. Denpasar : Universitas Udayana.
Wahyuni, C. (2018). Buku Ajar Farmakologi Kebidanan. Jawa Timur: Strada Press

19

Anda mungkin juga menyukai