Anda di halaman 1dari 19

PENGGOLONGAN OBAT, FARMAKODINAMIKA DAN

FARMAKOKINETIK, INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI SERTA


EFEK SAMPING OBAT.

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II

Dosen Pengampu : Indra Gunawan, S. Kep., Ners., MSN.

Disusun Oleh:
Putri Nabila (C1914201045)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II. Makalah ini berisikan tentang
penggolongan obat, farmakodinamika dan farmakokinetik, indikasi dan
kontraindikasi serta efek samping obat, diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua.

Dalam menyelesaikan makalah ini, banyak kesulitan yang saya hadapi.


Namun berkat bimbingan dari Dosen, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Saya menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang
pengetahuannya belum seberapa dan masih banyak belajar dalam membuat
makalah.

Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan saya,
mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Tasikmalaya, April 2020

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI:

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Peran Obat ............................................................................................ 3
B. Pengertian ............................................................................................. 3
C. Jenis Penggolonagn Obat Secara Luas................................................. 4
D. Macam-macam Penggolongan Obat .................................................... 4
E. Farmakodinamika dan Farmakokinetik................................................ 8
F. Indikasi dan Kontraindikasi Obat......................................................... 12
G. Efek Samping Obat .............................................................................. 13
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 15
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 15
Daftar Pustaka................................................................................................ iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan
kesehatan. Sebagian besar intervensi medik menggunakan obat, oleh
karena itu diperlukan obat tersedia pada saat diperlukan dalam jenis dan
jumlah yang cukup, berkhasiat nyata dan berkualitas baik (Sambara,
2007). Saat ini banyak sekali beredar berbagai macam jenis obat baik
itu produk generik maupun produk dagang, pada umumnya konsumen
atau masyarakat lebih tertarik untuk mengkonsumsi produk obat
bermerk/produk dagang dibandingkan produk generik, hal itu
disebabkan adanya anggapan bahwa obat generik mutunya lebih rendah
dari pada produk yang bermerk dagang (Rahayu dkk, 2006).
Berkaitan dengan pengobatan sendiri, telah dikeluarkan berbagai peraturan
perundangan, antara lain pengobatan sendiri hanya boleh menggunakan obat
yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas (SK
Menkes No.2380/1983). Semua obat yang termasuk golongan obat bebas
dan obat bebas terbatas wajib mencantumkan keterangan pada setiap
kemasannya tentang kandungan zat berkhasiat, kegunaan, aturan
pemakaian, dosis, dan pernyataan lain yang diperlukan (SK Menkes No.917/
1993).
Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral
maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus
sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan.
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksud untuk peningkatan
keamanan dan ketepatan penggunaan distribusi yang terdiri dari obat bebas,
obat keras, psikotropika dan narkotika, obat bebas terbatas yang akan dibahas
secara mendetail pada pembahasan selanjutnya.

1
Untuk mengawasi penggunaan obat oleh rakyat serta untuk menjaga
keamanan penggunaannya, maka pemerintah menggolongkan obat. Serta
untuk melihat penggunaan obat bisa dilihat dari indikasi dan kontraindikasi
serta efek samping obat.

B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Apa itu Obat?
2. Bagaimana Penggolongan Obat?
3. Bagaimana Farmakodinamika dan Farmakokinetik?
4. Bagaimana Indikasi dan Kontraindikasi Obat?
5. Bagaimana Efek Samping Obat?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
yaitu untuk mengetahui:
1. Penggolongan Obat.
2. Farmakodinamika dan Farmakokinetik.
3. Indikasi dan Kontraindikasi Obat.
4. Efek Samping Obat-obatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan
atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi
proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas
cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu
agar dapat menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan
pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia).
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan
Obat Nasional, Departemen Kesehatan RI, 2005). Obat diperoleh:
1. Tumbuhan: Kuinin
2. Hewan: Insulin
3. Mineral: Koalin
4. Mikroorganisme: Penisilin
5. Sintesa: Sulfonamida
B. Peran Obat
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena
selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial.

3
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena
penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari
tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan
pada pengertian obat diatas, maka peran obat secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Penetapan diagnose
2. Untuk pencegahan penyakit
3. Menyembuhkan penyakit
4. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
6. Peningkatan kesehatan
7. Mengurangi rasa sakit

C. Jenis Penggolonagn Obat Secara Luas


Berikut ini merupakan penggolongan obat berdasarkan jenisnya
1. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
2. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
3. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
4. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
5. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
6. Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya

D. Macam-macam Penggolongan Obat


Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusinya. Penggolongan obat
menurut Permenkes No. 917/1993 adalah :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat
bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh :
Parasetamol

4
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan
disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna
hitam. Contoh : CTM
3. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K
dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku. Contoh : Diazepam, Phenobarbital
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-5uPIujUq1mg/U-
ueZ7R7WKI/AAAAAAAABI0/xb1CwJCrUlw/s1600/Penggolongan%2B
Obat.jpg

5
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas
terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang
5 (lima) centimeter, lebar 2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan
berwarna putih sebagai berikut :

Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-C5-
7IqlIQ3k/UMkR3ZhguxI/AAAAAAAAA4s/-
2zm_ZLUHpo/s320/peringatan+obat+bebas+terbatas.jpg

5. Obat Wajib Apotek


Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa
resep dokter dengan syarat obat tersebut diserahkan oleh apoteker yang
sedang melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek. Selain memproduksi
obat generik, untuk memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan
khususnya akses obat, pemerintah mengeluarkan kebijakan OWA.
Adapun undang-undang yang mengatur tentang obat wajib apotek, antara
lain sebagai berikut :
a. Permenkes No. 919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria OWA

b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/VII/1990


tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 1, yang kemudian diperbarui
dengan ;

c. Permenkes RI No. 925/MENKES/PER/X/1993 tentang Perubahan


Golongan OWA No. 1

6
d. Permenkes RI No. 924/Menkes/SK/VII/1993 tentang Daftar Obat
Wajib Apotek No. 2
e. Permenkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat
Wajib Apotek No. 3

Penggolongan Obat Tradisional Obat tradisional dibagi 3: Jamu,


Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka. Dulu pada awalnya
Penggolongan hanya berdasarkan klasifikasi obat kimia, namun setelah
berkembangnya obat bahan alam, muncul istilah obat tradisional, awal
mulanya dibagi menjadi 2, yaitu obat tradisional (jamu) dan fitofarmaka,
seiring perkembangan teknologi pembuatan obat bisa dalam berbagai
bentuk, berasal dari ekstrak dengan pengujian dan standar tertentu, maka
dibagilah obat tradisional menjadi 3, yaitu :
1. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang berdasarkan dari pengalaman
empiris secara turun temurun, yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya dari generasi ke generasi. bentuk obat umumnya disediakan
dalam berbagai bentuk serbuk, minuman, pil, cairan dari berbagai
tanaman. Jamu umumnya terdiri dari 5-10 macam tumbuhan bahkan
lebih, bentuk jamu tidak perlu pembuktian ilmiah maupun klinis, tetapi
cukup dengan bukti empiris saja. Contoh : jamu buyung upik, jamu
nyonya menier
2. Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang telah teruji
berkhasiat secara pra-klinis (terhadap hewan percobaan), lolos uji
toksisitas akut maupun kronis, terdiri dari bahan yang terstandar (Seperti
ekstrak yang memenuhi parameter mutu), serta dibuat dengan cara
higienis. Contoh : Tolak angin

7
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji khasiatnya
melalui uji pra-klinis (pada hewan percobaan) dan uji klinis (pada
manusia), serta terbukti aman melalui uji toksisitas, bahan baku
terstandar, serta diproduksi secara higienis, bermutu, sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
Contoh : Stimuno

Sumber: https://www.husadautamahospital.com/images/artikel-98-01.jpg

E. Farmakodinamika dan Farmakokinetik


Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia
selular dan mekanisme kerja obat. Respons obat dapat menyebabkan efek
fisiologis primer atau sekunder atau kedua-duanya. Efek primer adalah efek
yang diinginkan dan efek sekunder bisa diinginkan atau tidak diinginkan.
Salah satu contoh dari obat dengan efek primer dan sekunder adalah
difenhidramin (Benadryl), suatu antihistamin. Efek primer dari difenhidramin
adalah untuk mengatasi gejala-gejala alergi, dan efek sekundernya adalah
penekanan susunan saraf pusat yang menyebabkan rasa kantuk. Efek sekunder
ini tidak diinginkan jika pemakai obat sedang mengendarai mobil atau
beraktivitas lain, tetapi pada saat tidur, efek ini menjadi diinginkankarena
menimbulkan sedasi ringan.
1. Mula Kerja Obat
Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan
berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC= minimum
effective concentration). Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai
konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma.

8
Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis.
Beberapa obat menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain
dapat memakan waktu beberapa hari atau jam.
2. Puncak Obat
Ada 4 kategori kerja obat, yaitu perangsangan atau penekanan,
penggantian, pencegahan atau membunuh organisme dan iritasi. Kerja
obat yang merangsang akan meningkatkan kecepatan aktivitas sel atau
meningkatkan sekresi dari kelenjar. Obat-obat yang menekan akan
menurunkan aktivitas sel dan mengurangi fungsi organ tertentu. Obat-
obat pengganti, seperti insulin, menggantikan senyawa-senyawa tubuh
yang esensial. Obat - obat yang mencegah atau membunuh organisme
menghambat pertumbuhan sel bakteria. Penisilin mengadakan efek
bakterisidalnya dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Obat-
obat juga dapat bekerja melalui mekanisme iritasi. Laksatif dapat
mengiritasi dinding kolon bagian dalam, sehingga meningkatkan
peristaltik dan defekasi.
3. Lama Kerja Obat
Kerja obat dapat berlangsung beberapa jam, hari, minggu, atau bulan.
Lama kerja tergantung dari waktu paruh obat, jadi waktu paruh
merupakan pedoman yang pentinguntuk menentukan interval dosis obat.
Obat-obat dengan waktu paruh pendek, seperti penisilin G (t .-nya 2 jam),
diberikan beberapakali sehari; obat-obat dengan waktu paruh panjang,
seperti digoksin (36 jam), diberikansekali sehari. Jika sebuah obat dengan
waktuparuh panjang diberikan dua kali atau lebihdalam sehari, maka
terjadi penimbunan obatdi dalam tubuh dan mungkin dapat
menimbulkantoksisitas obat. Jika terjadi gangguanhati atau ginjal, maka
waktu paruh obat akanmeningkat. Dalam hal ini, dosis obat yang tinggi
atau seringnya pemberian obat dapat menimbulkan toksisitas obat.

9
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat.
Empat proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi,distribusi,
metabolisme (atau biotransformasi) dan ekskresi (atau eliminasi).
1. Absorbsi
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran
gastrointestinal ke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif,
absorpsiaktif atau pinositosis. Absorbsi pasif umumnya terjadi melalui
difusi. Absorbsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk bergerak
melawan perbedaan konsentrasi. Pinositosis berarti membawa obat
menembus membran dengan proses menelan. Kebanyakan obat
oraldiabsorpsi di usus halus melalui kerja permukaan vili mukosa yang
luas. Jika sebagiandari vili ini berkurang, karena pengangkatan sebagian
dari usus halus, maka absorpsi jugaberkurang. Obat-obat yang
mempunyai dasar protein, seperti insulin dan hormon pertumbuhan,
dirusak di dalam usus halus oleh enzim-enzim pencernaan. Absorpsi obat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aliran darah,rasa nyeri, stres,
kelaparan, makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok,obat-obat
vasokonstriktor, penyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stres, dan
makanan yang padat, pedas, dan berlemak dapat memperlambat masa
pengosongan lambung, sehingga obat lebih lama berada di dalam
lambung. Latihan dapat mengurangi aliran darah dengan mengalihkan
darah lebih banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi ke
saluran gastrointestinal.
2. Distribusi
Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan
tubuh dan jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah,
afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan, dan efek pengikatan
dengan protein.Ketika obat didistribusi di dalam plasma, kebanyakan
berikatan dengan protein (terutamaalbumin) dalam derajat (persentase)
yang berbeda-beda. Salah satu contoh obat yang berikatan tinggi dengan
protein adalah diazepam (Valium): yaitu 98% berikatan dengan protein.

10
Aspirin 49% berikatan dengan protein dan termasuk obat yang berikatan
sedang dengan protein. Bagian obat yang berikatan bersifat inaktif, dan
bagian obat selebihnya yang tidak berikatan dapat bekerja bebas.Hanya
obat-obat yang bebas atau yang tidak berikatan dengan protein yang
bersifat aktif dan dapat menimbulkan respons farmakologik. Perawat
harus memeriksa kadar protein plasma dan albumin plasma, karena
penurunan protein atau albumin menurunkan pengikatan sehingga
memungkinkan lebih banyak obat bebas dalam sirkulasi. Tergantung dari
obat yang diberikan.
3. Metabolisme atau Biotransformasi
Hati merupakan tempat utama untuk metabolisme. Kebanyakan
obat diinaktifkan oleh enzim-enzim hati dan kemudian diubah atau
ditransformasikan oleh enzim-enzim hati menjadi metabolit inaktif atau
zat yang larut dalam air untuk diekskresikan. Tetapi, beberapa obat
ditransformasikan menjadi metabolit aktif, menyebabkan peningkatan
respons farmakologik. Penyakit-penyakit hati, seperti sirosis , hepatitis,
mempengaruhi metabolisme obat. Waktu paruh, dilambangkan dengan
t1/2dari suatu obat adalah waktu yang dibutuhkan oleh separuh
konsentrasi obat untuk dieliminasi.Metabolisme dan eliminasi
mempengaruhi waktu paruh obat, contohnya pada kelainan fungsi hati
atau ginjal, waktu paruhobat menjadi lebih panjang dan lebih sedikit obat
dimetabolisasi dan dieliminasi. Jika suatu obat diberikan terus menerus,
maka dapat terjadi penumpukan obat. Suatu obat akan melalui beberapa
kali waktu paruh sebelum lebih dari 90% obat itu dieliminasi. Jika
seorang klien mendapat 650 mg aspirin (miligram) dan waktu paruhnya
adalah 3 jam, maka dibutuhkan 3 jam untuk waktu paruh pertama untuk
mengeliminasi 325 mg, dan waktu paruh kedua (atau 6 jam) untuk
mengeliminasi 162 mg berikutnya, dan seterusnya, sampai pada waktu
paruh keenam (atau 18 jam) di mana tinggal 10 mg aspirin terdapat dalam
tubuh.Waktu paruh selama 4-8 jam dianggap singkat, dan 24 jam atau
lebih dianggap panjang.Jika suatu obat memiliki waktu paruh yang

11
panjang (seperti digoksin, 36 jam), maka diperlukan beberapa hari agar
tubuh dapat mengeliminasi obat tersebut seluruhnya.
4. Ekskresi atau Eliminasi
Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain
meliputi empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat
bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat yang
tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan
protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obat dilepaskanikatannya
dengan protein, maka obat menjadi bebas dan akhirnya akan
diekskresikan melalui urin. pH urin mempengaruhi ekskresi obat. pH urin
bervariasi dari 4,5 sampai 8. Urin yang asam meningkatkan eliminasi
obat-obat yang bersifat basa lemah. Aspirin, suatu asam lemah,dieksresi
dengan cepat dalam urin yang basa. Jika seseorang meminum aspirin
dalam dosis berlebih, natrium bikarbonat dapat diberikan untuk
mengubah pH urin menjadi basa. Juice cranberry dalam jumlah yang
banyak dapat menurunkan pH urin, sehingga terbentuk urin yang asam.

F. Indikasi dan Kontraindikasi Obat


Dalam kedokteran , indikasi adalah alasan yang sah untuk menggunakan
tes, pengobatan, prosedur, atau operasi tertentu. Peran utama dari bagian
pelabelan Indikasi dan Penggunaan adalah untuk memungkinkan praktisi
perawatan kesehatan dengan mudah mengidentifikasi terapi yang sesuai untuk
pasien dengan mengkomunikasikan dengan jelas indikasi yang disetujui obat.
Bagian indikasi dan penggunaan menyatakan penyakit atau kondisi, atau
manifestasi atau gejala-gejalanya, untuk mana obat tersebut disetujui, serta
apakah obat tersebut diindikasikan untuk perawatan, pencegahan, mitigasi,
penyembuhan, pemulihan, atau diagnosis penyakit itu atau kondisi.

12
Kontraindikasi adalah salah satu hal yang harus diperhatikan sebelum kita
meminum obat. Apalagi jika obat tersebut tanpa resep dokter.
Kontraindikasi menerangkan mengenai kondisi-kondisi yang tidak cocok
atau berisiko untuk mengonsumsi obat tersebut. Misalnya pada keterangan
obat dijelaskan bahwa obat tersebut kontraindikasi hipertensi, ini berarti obat
tersebut tidak boleh dikonsumsi atau tidak akan bekerja sebagaimana mestinya
pada orang yang menderita hipertensi, bahkan bisa berisiko terhadap
kesehatan orang tersebut.
Dalam hal dampaknya terhadap kesehatan, ada dua jenis kontraindikasi
yaitu :
1. Kontraindikasi relatif
Suatu kondisi yang dapat meningkatkan risiko buruk bagi
kesehatan jika mengonsumsi obat tersebut. Meskipun demikian pada
situasi tertentu ketika tidak ada pilihan lain maka obat ini dapat
dikonsumsi.
2. Kontraindikasi absolut
Jenis kontraindikasi yang harus benar-benar dipatuhi karena jika
tetap dilakukan akan berbahaya bagi kesehatan.

G. Efek Samping Obat


Efek samping adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek obat
yang diinginkan. Semua obat mempunyai efek samping, baik yang diingini
maupun tidak. Istilah efek samping dan reaksi yang merugikan kadang dipakai
bergantian.Efek samping atau efek sekunder dari suatu obat adalah hal yang
tidak diinginkan. Efek samping biasanya dapat diprediksikan dan mungkin
berbahaya atau kemungkinan berbahaya. Contoh :Difenhidramin memiliki
efek terapeutik berupa pengurangan sekresi selaput lendir hidung sehingga
melegakan hidung, sedangkan efek sampingnya adalah mengantuk.
Namun ketika difenhidramin digunakan untuk mengatasi masalah sukar
tidur, maka efek terapeutik difenhidramin adalah mengantuk dan efek
sampingnya adalah kekeringan pada selaput lendir.

13
Efek samping terjadi karena interaksi yang rumit antara obat dengan
sistem biologis tubuh, antar individu bervariasi. Efek samping obat bisa terjadi
antara lain :
1. Penggunaan lebih dari satu obat sehingga interaksi antara obat menjadi
tumpang tindih pengaruh obat terhadap organ yang sama
2. Obat-obat tersebut punya efek saling berlawanan terhadap organ tertentu
Reaksi merugikan merupakan batas efek yang tidak diinginkan dari obat
yang mengakibatkan efek samping yang ringan sampai berat. Reaksi
merugikan selalu tidak diinginkan.Efek toksik atau toksitas suatu obat dapat
diidentifikasi melalui pemantauan batas terapetik obat tersebut dalam plasma.
Jika kadar obat melebihi batas terapetik, maka efek toksik kemungkinan besar
akan terjadi akibat dosis yang berlebih atau penumpukan obat.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan obat
dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisiknya, kegiatan
fisiologi, resorbsi dan nasibnya dalam organisme hidup. Obat didefinisikan
sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis
penyakit atau gangguan, atau menimbulkan kondisi tertentu. Perjalanan obat
dari diberikan sampai menimbulkan efek mencakup beberapa fase yaitu fase
biofarmasetika, farmakokinetika dan farmakodinamika.
Dalam pelayanan, obat digolongkan berdasarkan keamanannya menjadi
obat bebas, bebas terbatas, obat keras. Pemahaman tentang efek samping dan
kontraindikasi diperlukan agar peserta dapat memberikan pelayanan dengan
baik terutama obat obat untuk penyakit saluran cerna, saluran nafas dan
antihistamin.

B. Saran
Saran dari penulis Bijaklah dalam menggunakan obat-obatan, dan
memnggunakannya secara baik dan benar. Penulis juga sadar dan megakui,
masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus ditutupi. Oleh karena itu,
penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca guna dan
tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang di makalah ini.
Kebenaran dan keasihan hanya milik Allah dan Rasul-Nya, kesalahan dan
kekhilafan itu semua datang dari penulis yang sedang belajar.

15
Daftar Pustaka:

DepKes RI, 2007, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Indijah, S.W., Fajri, P. 2016. Bahan Ajar Cetak Farmakologi. Kemenkes RI,
Jakarta.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Farmakologi-dalam-Keperawatan-Komprehensif.pdf
diakses pada tanggal 13 April 2020 pukul 12:35
https://www.husadautamahospital.com/images/artikel-98-01.jpg diakses pada
tanggal 13 April 2020 pukul 13:00
http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/master/pluginfile.php/80118/mod_resource/conte
nt/2/KB%201-MATERI%20LENGKAP%20FARMAKOLOGI%20OBAT.pdf
http://1.bp.blogspot.com/-5uPIujUq1mg/U diakses pada tanggal 13 April 2020
pukul 13:15
ueZ7R7WKI/AAAAAAAABI0/xb1CwJCrUlw/s1600/Penggolongan%2BObat.jp
g diakses pada tanggal 13 April 2020 pukul 14:00
http://2.bp.blogspot.com/-C5-7IqlIQ3k/UMkR3ZhguxI/AAAAAAAAA4s/-
2zm_ZLUHpo/s320/peringatan+obat+bebas+terbatas.jpg diakses pada tanggal 13
April 2020 pukul 14:30

iv

Anda mungkin juga menyukai