Anda di halaman 1dari 72

Journal of Pharmacy and Science

Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Journal of Pharmacy and Science


Jurnal Ilmiah Ilmu Farmasi dan Sains (Kimia, Biologi, Fisika)

Volume 5, Nomor 2, Juli 2020


Journal of Pharmacy and Science yang diterbitkan sejak 2016 berisi kumpulan artikel
yang telah ditelaah dari hasil penelitian dan studi kepustakaan berbasis pengetahuan
dan terkait dengan bidang farmasi, biologi, kimia, dan kesehatan. Artikel berasal dari
penulis yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, badan penelitian dan pengembangan,
lembaga penelitian non-departemen (LPND) atau lembaga lain yang memiliki aktifitas
dalam riset, ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap naskah yang diterima redaksi
Journal of Pharmacy and Science akan ditelaah oleh penelaah ahli dan anggota redaksi.
Journal of Pharmacy and Science terbit 2 kali dalam setahun, pada bulan Juli dan
Januari.

Alamat Redaksi:
AKADEMI FARMASI SURABAYA
Jl. Ketintang Madya 81 Surabaya Telp. (031) 828 0996
Email: pharmasci@akfarsurabaya.ac.id .
Kesalahan penulisan (isi) diluar tanggung jawab percetakan

iii
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Halaman Kosong

iv
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

DEWAN REDAKSI VOLUME 5 NOMOR 2

Penanggung Jawab : Dr. Abd. Syakur, M. Pd.


Pimpinan Redaksi : Prasetyo Handrianto, S.Si., M.Si.
Ketua Penyunting : Ratih Kusuma Wardani, S.Si., M.Si.
Anggota Penyunting : Ilil Maidatuz Zulfa, S.Farm., M.Si., Apt.
Djamilah Arifiyana, S.Si., M.Si.
Vika Ayu Devianti, S.Si., M.Si.

Editor/Layout : Alfian Aldianto, S. IP.


Rizky Darmawan, M.Si.
Dewi Setiowati, S.Pd.

Kesekretariatan : Suci Reza Syafira, SE.I.


Penelaah Ahli : apt. Hilya Nur Imtihani, M.Farm.
(Akademi Farmasi Surabaya)
apt. Galuh Gondo Kusumo, M.Farm.
(Akademi Farmasi Surabaya)
Floreta Fiska Yuliarni, M.Si.
(Akademi Farmasi Surabaya)
Tri Puji Lestari Sudarwati, S.Si., M.Si.
(Akademi Farmasi Surabaya)
Djamilah Arifiyana, S.Si., M.Si.
(Akademi Farmasi Surabaya)
apt. Selly Septi Fandinata, S.Farm., M.Farm.
(Akademi Farmasi Surabaya)
apt. Iin Ernawati, M.Farm-Klin.
(Akademi Farmasi Surabaya)

v
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Halaman Kosong

vi
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

DAFTAR ISI

Journal of Pharmacy and Science ................................................................................................................. iii


Jurnal Ilmiah Ilmu Farmasi dan Sains .............................................................................................................. iii
DEWAN REDAKSI VOLUME 5 NOMOR 2 ................................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. vii
Efektivitas Kandungan Senyawa Kimia Daun Waru (Hibiscus tiliaceus) di Kawasan Lingkar Timur Sidoarjo...39
Surahmaida1*), Amelinda Rachmawati1, Elia Handayani1 ....................................................................39
Pengaruh Rasio Karbomer dan HPMC Terhadap Karakteristik dan Stabilitas Fisik Emulgel Minyak Ikan Salmon
.......................................................................................................................................................................43
Dita Nurlita Rakhma1, Yuli Ainun Najih1*), Fadhilah Eka Pratiwi1 .....................................................43
Formulasi Emulgel Tabir Surya Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.)) Varietas Antin-3............49
Damaranie Dipahayu1*)..........................................................................................................................49
Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten Pamekasan Tahun 2020 .............................55
Achmad Faruk Alrosyidi1*), Septiana Kurniasari 1 ...............................................................................55
Potensi Ekstrak Daun Sawo Manila (Manilkara zapota) Dan Daun Sawo Kecik (Manilkara kauki) Terhadap
Zona Hambat Pertumbuhan Candida albican ...................................................................................................61
Susie Amilah1*), Purity Sabila Ajiningrum1, Binti Airin Aisyah2 ..........................................................61
Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Rawat Jalan di Puskesmas Sungai
Abang Kabupaten Tebo Tahun 2018 ................................................................................................................67
Rasmala Dewi 1, Deny Sutrisno 1. Febri Fernando 1*).............................................................................67
Analisis Pengaruh Suhu Simulan Pangan Terhadap Migrasi Formalin Dari Piring Melamin .............................73
Cicik Herlina Yulianti1*) ........................................................................................................................73
Formulasi Krim Epigallocatechin gallate Sebagai Anti Aging .........................................................................81
Yuyun Nailufa1*), Yuli Ainun Najih1 ......................................................................................................81
Uji In Vitro Interaksi Cefadroxil dengan Pisang dan Susu terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dengan
Metode Difusi Cakram ....................................................................................................................................87
Widya Handayani1*) Andhika Dwi Aristyawan 1 Octavia Ega Safitri1 ..................................................87
Hasil Responden Pengetahuan Masyarakat Terhadap Cara Pengolahan Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) dan
Kencur (Kaemferia galanga) Sebagai Peningkatan Imunitas Selama COVID-19 dengan Menggunakan
Kedekatan Konsep Program Leximancer..........................................................................................................93
Farizah Izazi1*), Astrid Kusuma P1.........................................................................................................93

vii
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Halaman Kosong

viii
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Artikel Penelitian
Efektivitas Kandungan Senyawa Kimia Daun Waru (Hibiscus
tiliaceus) di Kawasan Lingkar Timur Sidoarjo
Surahmaida1*), Amelinda Rachmawati1, Elia Handayani1
1
Akademi Farmasi Surabaya
*)
E-mail: (fahida1619@gmail.com)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam daun waru
(Hibiscus tiliaceus) yang diekstrak menggunakan dua pelarut yang berbeda (metanol dan etanol 96%).
Metode penelitian ini meliputi ekstraksi secara maserasi dan uji skrining senyawa kimia menggunakan
reagen kimia. Didapatkan hasil bahwa daun waru yang diekstrak menggunakan pelarut metanol dan etanol
96% mengandung senyawa alkaloid, tannin, saponin, dan flavonoid. Dapat disimpulkan bahwa senyawa
kimia yang terkandung dalam daun waru relevan bagi kesehatan manusia.
Kata kunci: daun waru (Hibiscus tiliaceus), ekstrak metanol, ekstrak etanol 96%, senyawa kimia.

Chemical Composition of Waru Leaf (Hibiscus tiliaceus) in Lingkar


Timur Area, Sidoarjo
ABSTRACT
This study aims to analyze the content of chemical compounds contained in hibiscus leaves (Hibiscus
tiliaceus) extracted using two different solvents (methanol and 96% ethanol). This research method includes
maceration extraction and chemical compound screening test using chemical reagents. The results showed
that Hibiscus tiliaceus leaves were extracted using 96% methanol and ethanol as solvents containing
alkaloids, tannins, saponins, and flavonoids. It can be concluded that the chemical compounds contained in
hibiscus leaves are relevant for human health.
Keywords: hibiscus tiliaceus leaf, methanol extract, ethanol 96%extract, chemical compound.

1. PENDAHULUAN Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk


Tanaman mengandung senyawa kimia atau mengetahui kandungan senyawa kimia daun waru
juga disebut dengan metabolit sekunder yang tidak (Hibiscus tiliaceus) di daerah kawasan lingkar
hanya berfungsi untuk pertumbuhan, timur Sidoarjo, dimana pada daerah tersebut
perkembangan atau reproduksi tanaman, banyak sekali dijumpai tanaman waru yang
pertahanan tanaman dan juga sebagai tanaman obat umumnya hanya digunakan sebagai tanaman
[1]. Famili Malvaceae memiliki sekitar kurang peneduh.
lebih 250 spesies yang dapat dimanfaatkan sebagai
tanaman obat, salah satunya adalah waru (Hibiscus 2. METODE PENELITIAN
tiliaceus) [2]. Penelitian ini merupakan penelitian
Di Indonesia, tanaman waru mudah eksperimental atau penelitian kualitiatif untuk
ditemukan dan dapat tumbuh di segala macam mengetahui kandungan senyawa kimia pada daun
lingkungan. Oleh masyarakat, selain sebagai waru (Hibiscus tiliaceus).
tanaman peneduh, umumnya daun waru digunakan
sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan 2.1. Alat
penyakit demam, batuk, infeksi telinga, sesak Peralatan yang digunakan antara lain
nafas, diare, disentri, tipus, TBC, randang amandel, timbangan digital, alat-alat gelas, toples kaca,
peradangan usus, abses, penyubur rambut dan bisul kompor, ayakan dan blender.
[3,4,5]. Berbagai macam khasiat daun waru ini
2.2. Bahan
disebabkan adanya kandungan senyawa kimia yang
terkandung di dalamnya, seperti flavonoid, tannin, Bahan utama yang digunakan dalam
polifenol, saponin, alkaloid dan steroid [6,7,8]. penelitian ini yaitu daun waru (Hibiscus tiliaceus)

39
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

kemudian dianalisis secara biologis.


yang diperoleh dari Kawasan Lingkar Timur
Sidoarjo. Pelarut metanol, pelarut etanol 96%, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kertas saring, aluminium foil, pereaksi Hasil uji skrining senyawa kimia daun waru
Dragendorff, pereaksi Mayer, pereaksi Wagner, yang diperoleh dari Kawasan Lingkar Timur
HCl 2N, akuades, larutan FeCl3 dan serbuk Mg. Sidoarjo dan diekstrak menggunakan pelarut
metanol dan etanol 96% menunjukkan kandungan
2.3. Cara Kerja
senyawa tannin, flavonoid, alkaloid dan saponin.
2.3.1. Ekstraksi Sampel Daun Waru Adapun hasil skrining senyawa kimia tersebut
Daun waru (Hibiscus tiliaceus) dicuci bersih ditampilkan pada Tabel 1 berikut ini:
kemudian dicacah hingga halus dan dikeringkan
Tabel 1. Hasil skrining senyawa kimia terhadap daun
dengan cara diangin-anginkan. Lalu daun waru
waru (Hibiscus tiliaceus)
yang telah kering diblender dan diayak hingga
Pelarut
menjadi serbuk halus. Masing-masing serbuk halus Senyawa
No Uji Etanol
Kimia Metanol
daun waru ditimbang sebanyak 50 gram dan 96%
diekstraksi secara maserasi menggunakan 500 ml 1 Tannin FeCl3 + +
2 Flavonoid HCl + +
pelarut metanol dan 500 ml pelarut etanol 96%
Wagner + +
selama 3 hari. Setelah 3 hari, kemudian disaring
3 Alkaloid Mayer - -
hingga didapatkan filtrat metanol dan etanol 96% Dragendorf + +
daun waru. 4 Saponin Busa + +
2.3.2. Analisis Skrining Senyawa Kimia
Uji senyawa kimia terhadap ekstrak metanol Menurut penelitian sebelumnya, yang telah
dan etanol 96% daun waru dilakukan menurut dilakukan oleh [10], daun waru (Hibiscus tiliaceus)
metode [9]. yang diperoleh di daerah Maharashtra India
A. Uji Tanin ternyata kandungan senyawa kimianya berbeda.
5 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung Ekstrak metanol daun waru didaerah tersebut hanya
reaksi. Lalu ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. mengandung senyawa flavonoid.
Warna hitam kehijauan atau biru tua menunjukkan Namun, ekstrak metanol daun waru yang
adanya senyawa tannin. diperoleh di daerah mangrove dekat Universiti
B. Uji Flavonoid Malaysia Terengganu mengandung tannin,
Sebanyak 0,2 mg serbuk Mg dan 5 tetes HCl flavonoid, alkaloid, saponin [11].
pekat dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang Berdasarkan penelusuran pustaka, belum ada
berisi 5 ml sampel. Reaksi positif flavonoid penelitian yang melakukan uji senyawa kimia daun
ditandai dengan terbentuknya warna kuning atau waru (Hibiscus tiliaceus) yang diekstrak
jingga. menggunakan etanol 96%. Sehingga hasil
C. Uji Alkaloid penelitian ini dapat dijadikan acuan/referensi bagi
Disipkan 3 tabung reaksi yang masing- masyarakat maupun peneliti untuk bahan penelitian
masing diberi 5 ml sampel. Tabung A ditambahkan selanjutnya.
4 tetes pereaksi Wagner, tabung B ditambahkan 4 Adanya perbedaan kandungan senyawa kimia
tetes pereaksi Mayer, dan tabung C ditambahkan 4 dari daun waru ini kemungkinan dari tempat asal
tetes pereaksi Dragendorff. Reaksi positif adanya tanaman waru tersebut. Menurut [12], kualitas atau
alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan jumlah kandungan senyawa kimia dipengaruhi oleh
warna coklat kemerahan (Wagner), endapan warna iklim, geografis, genetis tanaman, kelembaban,
putih (Mayer) dan endapan warna jingga ketinggian, suhu dan faktor lainnya (seperti
(Dragendorff). kandungan unsur hara tanah). Kandungan unsur
D. Uji Saponin hara dan mineral dalam tanah ini kemungkinan
5 ml sampel ditambahkan dengan 5 ml juga berpengaruh terhadap kandungan senyawa
akuades panas, dikocok selama 10 detik. Apabila kimia dari daun waru.
timbul busa stabil selama 1 menit, maka Senyawa-senyawa kimia seperti tannin,
menunjukkan adanya saponin. flavonoid, alkaloid dan saponin yang terkandung
Senyawa kimia yang teridentifikasi dari pada daun waru ini memiliki berbagai macam
ekstrak metanol dan etanol 96% dari daun waru aktivitas biologis. Keempat senyawa tersebut
mampu sebagai antibakteri terhadap bakteri Gram

40
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

positif maupun Gram negatif, antikanker dan 3. Abdul-Awal, S.M., Nazmir, S., Nasrin, S.,
antioksidan [11,13]. Nurunnabi, T.R., Uddin, S.J. Evaluation of
Flavonoid yang terkandung dalam daun waru pharmacological activity of Hibiscus tiliaceus.
Springer Plus. 2016: 5(1209): 1-6.
(Hibiscus tiliaceus) memiliki aktivitas
4. Iriyanti, I., Hastuti, S. Toksisitas Ekstrak Etanol
farmakologis sebagai antikanker, antiinflamasi dan Daun Waru (Hibiscus tiliaceus L.) Terhadap
anti alergi. Senyawa ini juga bisa digunakan Larva Arthemia salina Leach Dengan Metode
sebagai pewarna makanan maupun pewarna untuk Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). IJMS
pembuatan tato [13]. Selain itu, senyawa flavonoid Indonesian Journal On Medical Science, 2016:
bersifat antibakteri dan antivirus [14]. 3(1): 15-21.
5. Rustini, N.L., Ariati, K., Dewi, A.A.I.P., Swantara,
Tannin digunakan sebagai bahan obat diet
I.M.D. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Waru
[13]. Senyawa ini juga efektif untuk mengobati (Hibiscus tiliaceus L.) Terhadap Larva Artemia
diare dan detoksifikasi [15]. salina Leach Serta Identifikasi Golongan
Alkaloid juga bertindak sebagai senyawa Senyawanya. Jurnal Kimia. 2015: 9(1): 47-52.
antikanker [15]. Alkaloid dan saponin memiliki 6. Kinho, J., Arini, D.I.D., Tabba, S., Kama, H., Kafiar,
efek farmakologis yaitu analgesik (pereda nyeri), Y., Shabri, S.Y., Karundeng, M.C. Tumbuhan
Obat Tradisional di Sulawesi Utara. Jilid 1.
antispasmodik (pereda kram pada perut), dan
Manado: Badan Penelitian dan Pengembangan
pengobatan artritis (radang persendian) [3]. Kehutanan dan Kementrian Kehutanan; 2011.
7. Lusiana, K., Soetjipto, H., Dewi, K., Hastuti, A.K.
Aktivitas Antibakteri dan Kandungan
4. KESIMPULAN
Fitokimia Ekstrak Daun Waru Lengis
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat (Hibiscus tiliaceus L.) Sebagai Bahan Dasar
melengkapi informasi dalam keberadaan senyawa Pembuatan Sampo. Seminar Nasional Kimia
dan Pendidikan Kimia. Universitas Kristen
kimia yang terkandung dalam daun waru (Hibiscus
Satya Wacana Salatiga. 2013.
tiliaceus). Selain itu, penelitian ini mungkin 8. Vijay, T., Rajendra, B. Phytochemical Screening
berguna untuk isolasi senyawa kimia dari daun And Antihelmintic Activity Of Wood And
waru sebagai perkembangan untuk pembuatan Leaves Of Hibiscus tiliaceus Linn. World
bahan obat baru yang bermanfaat bagi kesehatan Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
manusia dan aplikasi di bidang industri lainnya. Science. 2014: 3(10): 880-889.
9. Prachiti, R.P., Berde, P.C. Phytochemical Screening
of Hibiscus tiliaceus by FTIP Spectroscopic
5. UCAPAN TERIMA KASIH Analysis. International Jounral of Pharmacy
and Biological Sciences – IJPBS. 2019: 9(3):
Ucapan terima kasih kepada Akademi
1308-1319.
Farmasi Surabaya yang telah memberikan
10. Sopan, B.P., Kshitij, R.P., Anil, C.N., Ananda, A.S.,
dukungan dan fasilitas sehingga penulis dapat Bhagwan, P.R. Pharmacognostic Studies Of
menyelesaikan artikel ini. Wood Of Hibiscus tiliaceus Linn. World
Journal Of Pharmaceutical Researchi. 2012:
6. KONFLIK KEPENTINGAN 1(3): 653-660.
Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat 11. Andriani, Y., Mohamad, H., Bhubalan, K., Abdullah,
M.I., Amir, H. Phytochemical Analysis, Anti-
potensi konflik kepentingan dengan penelitian, Bacterial And Anti-Biofilm Activities of
kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel Mangrove Associated Hibiscus tiliaceus
ini. Extracts And Fractions Against Pseudomonas
aeruginosa. Journal of Sustainability, Science
DAFTAR PUSTAKA and Management. 2017: 12(2): 45-51.
12. Inacio, M.C., Paz, T.A., Bertoni, B.W., Soares, A.M.
1. Pagare, S., Bhatia, M., Tripathi, N., Pagare, S.,
Effect on environmental and phenological
Bansal, Y.K. Secondary metabolites of plants
factors on the antimicrobial activity of
and their role. Currents Trends in
Cochlospermum regium (Schrank) Pilg. Roots.
Biotechnology and Pharmacy. 2015: 9(3): 293-
Acta Scientiarum Agronomy. 2016: 38(4):
304.
467-473.
2. Kumar, N.S., Kumar, D., Kumar, V. Antinociceptive
13. Samsudin, M.S., Andriani, Y., Sarjono, P.R.,
and anti-inflammatory activity of Hibiscus
Syamsumir, D.F. Study On Hibiscus tiliaceus
tiliaceus leaves. International Journal of
Leaves As Antibacterial And Antioxidant
Pharmacognosy and Phytochemical Research.
Agents. ALOTROP-Jurnal Pendidikan Dan
2009: 1(1): 15-17.
Ilmu Kimia. 2019: 3(2): 123-131.

41
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

14. Setyowati, U., Marwiyah, Widowati, T. Efektivitas


Daun Waru ebagai Bahan Dasar Shampoo
Daun Waru Untuk Mengurangi Rambut
Rontok. TEKNOBUGA. 2019: 7(1): 74-78.
15. Afolayan, A.J., Mabebie, B.O. Ethnobotanical study
of medicinal plants used as anti-obesity
remedies in Nkonkobe Municipality of South
Africa. Pharmacon Journal. 2010: 2(11): 368-
373.

42
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Artikel Penelitian
Pengaruh Rasio Karbomer dan HPMC Terhadap Karakteristik dan
Stabilitas Fisik Emulgel Minyak Ikan Salmon
Dita Nurlita Rakhma1, Yuli Ainun Najih1*), Fadhilah Eka Pratiwi1
1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah Surabaya
*)
Email : (yuli.najih@hangtuah.ac.id)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio gelling agent Karbomer dan HPMC terhadap
karakteristik dan stabilitas fisik emulgel minyak ikan salmon. Pada penelitian ini digunakan minyak ikan
salmon sebagai bahan aktif karena mengandung Omega-3 yaitu EPA dan DHA yang berkhasiat sebagai
antiiflamasi secara topikal. Rasio karbomer:HPMC yang digunakan yaitu 2:0 (FI), 0:2 (FII), 0,5 :1,5 (FIII) dan
1:1 (FIV). Pengujian yang dilakukan meliputi pH, viskositas, dan daya sebar. Pengujian stabilitas fisik yang
dilakukan meliputi uji sentrifugasi dan cycling test. Pada uji pH diperoleh hasil semua formula memenuhi
rentang pH kulit. Pada pengukuran viskositas dan daya sebar terdapat perbedaan bermakna pada masing-
masing formula (p<0,05) dimana FI memiliki viskositas yang paling tinggi dan untuk uji daya sebar
menunjukkan bahwa FII mempunyai nilai daya sebar paling tinggi. Pada uji stabilitas fisik baik uji cycling
test maupun sentrifugasi menunjukkan bahwa perbedaan rasio gelling agent tidak memberikan pengaruh
terhadap stabilitas fisik emulgel minyak ikan salmon pada FI, FIII, dan FIV. Namun memberikan pengaruh
pada FII dengan rasio gelling agent Karbomer:HPMC (0:2) yang ditunjukkan dengan pemisahan fase pada uji
sentrifugasi. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan rasio gelling agent
karbomer:HPMC memberikan pengaruh terhadap karakter dan stabilitas fisik emulgel minyak ikan salmon

Kata kunci: Emulgel, minyak ikan salmon, karbomer, HPMC.

The Effect of Carbomer and HPMC Ratios on the Characteristics and


Physical Stability of Salmon Fish Oil Emulgel
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of carbomer and HPMC ratios on the characteristics and physical
stability of salmon oil emulgel. In this study, salmon oil is used as an active compound because its Omega-3,
namely EPA and DHA which has the efficacy as a topical anti-inflammatory. The carbomer: HPMC ratios
used are 2: 0 (FI), 0: 2 (FII), 0.5: 1.5 (FIII) and 1: 1 (FIV). The pH, viscosity, and spreadability determined.
Centrifugation and cycling tests observed as a physical stability test. In the pH test, the results of all formulas
reach the skin pH range. In the measurement of viscosity and spreadability, there are significant differences in
each formula (p <0.05) where FI has the highest viscosity and for the test of dispersion showed that FII has the
highest dispersion value. In the physical stability test, both the cycling test and centrifugation showed that the
difference in the ratio of the gelling agent did not influence the physical stability of salmon oil emulgel in FI,
FIII, and FIV. However, it gives an effect on FII with a carbomer: HPMC gelling agent ratio (0: 2) by the
phase separation in the centrifugation test. From these results, it can be concluded that the difference in the
ratio of carbomer: HPMC influences the character and physical stability of salmon oil emulgel.
Keywords: Emulgel, salmon fish oil, carbomer, HPMC.

1. PENDAHULUAN
Eicosapentaenoic acid (EPA) dan Docoaheaenoic
Minyak ikan salmon merupakan salah satu
Acid (DHA). Omega-3 (EPA dan DHA) diketahui
asupan minyak essensial dari sumber hewani yang
memiliki manfaat sebagai antiinflamasi secara
paling banyak digunakan sebagai suplemen
topikal [3]. Pada penelitian yang dilakukan oleh
kesehatan[1]. Di dalam minyak ikan terkandung
Soha et al [4], diketahui bahwa asam lemak omega-
sekitar 25 % asam lemak jenuh dan 75 % asam
3 yang diberikan dalam bentuk sediaan topikal
lemak tak jenuh yang merupakan nutrisi penting
menjadi lebih efektif daripada pemberian oral pada
bagi tubuh [2]. Asam lemak yang dominan dalam
penyembuhan ulkus hewan coba.
minyak ikan salmon yaitu omega-3 seperti

43
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Beberapa sediaan topikal yang banyak digunakan Tabel 1. Formula Emulgel


pada kulit yaitu krim, pasta, lotion, emulgel, gel dan FI F2 F3 F4
Bahan
salep. Emulgel merupakan sediaan emulsi, baik tipe (%) (%) (%) (%)
minyak dalam air atau air dalam minyak yang
didispersikan dalam basis gel dengan adanya Minyak Ikan 5 5 5 5
Salmon
penambahan gelling agent[5]. Sediaan emulgel
Tween 80 5 5 5 5
memiliki kelebihan diantaranya memiliki
Span 80 5 5 5 5
konsistensi yang baik, waktu kontak yang lebih
Karbomer 2 - 0,5 1
lama, mudah menyerap, mudah menyebar, mudah
dihilangkan, tidak lengket, lembut pada saat HPMC - 2 1,5 1
dioleskan ke kulit, dan mempunyai penetrasi TEA 1 - 1 1
yang baik sehingga dapat meningkatkan Paraffin Cair 7 7 7 7
akseptabilitas pasien [6]. Propilenglikol 5 5 5 5
Pada formulasi emulgel terdapat beberapa Dapar fosfat pH Ad Ad Ad Ad
komponen dalam membentuk sediaan diantaranya 5,8 100 100 100 100
fase air, fase minyak dan gelling agent sebagai Keterangan :
F1 : Formula basis gel Karbomer dan HPMC 2:0
pembentuk massa gel. Gelling agent yang saat ini
F2 : Formula basis gel Karbomer dan HPMC 0:2
banyak digunakan yaitu karbomer dan HPMC. F3 :Formula basis gel Karbomer dan HPMC 0,5:1,5
Sebagai gelling agent karbomer memiliki F4 : Formula basis gel Karbomer dan HPMC 1:1
karakteristik membentuk gel yang transparan, daya 2.2. Alat dan Bahan
sebar pada kulit baik, dan membentuk gel dengan Alat yang digunakan dalam penelitian ini
viskositas tinggi pada konsentrasi rendah [7]. antara lain : timbangan analitik Fujitzu, hotplate
Konsentrasi yang dibutuhkan karbomer untuk Fisher Scientitic, alat-alat gelas, cawan porselin,
pembuatan masa gel antara 0,5-2 % dan pada pH sendok tanduk, pinset, mortir dan stamper, pipet
tetes, thermometer, pH meter Laqua, viskosimeter
lebih dari 6. Penggunaan HPMC sebagai gelling
Brookfield, lempeng kaca berdiameter, lemari
agent dapat menghasilkan karakteristik gel jernih pendingin, oven dan centrifuge.
hingga putih, dan stabil pada pH 3-11 [8,9]. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan antara lain Minyak Ikan Salmon Golden Bear
oleh Quinones dan Ghal [10], menunjukkan bahwa Laboratory INC. dengan komposisi : Pure Salmon
kombinasi karbomer dan HPMC pada pembuatan Oil 2000 mg, EPA (Eicosapentanoic Acid) 360 mg,
gel nystatin dapat menghasilkan sifat fisika gel yang DHA (Docosahexaenoic Acid) 240 mg, dan Natural
Vitamin E (d-alphatocopherol) 2.I.U.), karbomer,
lebih baik dibandingkan tunggal. Penggunaan
HPMC, TEA, Span 80, Tween 80, Propilenglikol,
kombinasi antara karbomer dan HPMC dapat dapar fosfat pH 5,8 dan Aquadest.
menurunkan viskositas dari karbomer dan menutupi
kekurangan dari HPMC sehingga dapat 2.3. Cara Kerja
Fase minyak dibuat dengan mencampur
menghasilkan tekstur gel yang tidak terlalu kaku. Minyak ikan salmon, dan Span 80 dalam Paraffin
Pada penelitian ini dilakukan formulasi sediaan cair, sedangkan fase air dibuat dengan mencampur
emulgel minyak ikan salmon dengan perbedaan Tween 80 dan sisa dapar fosfat pH 5,8. Kemudian
rasio gelling agent karbomer dan HPMC untuk masing- masing fase dipanaskan pada suhu
mengetahui pengaruhnya terhadap karakteristik dan 70-
stabilitas fisik emulgel yang terbentuk. 75°C. Setelah itu, fase air dimasukkan ke dalam
fase minyak diaduk kuat sampai terbentuk emulsi.
1. METODE PENELITIAN Basis gel dibuat dengan cara basis gel (karbomer
dan atau HPMC) dikembangkan secara bersamaan
2.1. Rancangan Penelitian
(karbomer = air panas 10 x berat karbomer,
Penelitian ini merupakan penelitian
sedangkan HPMC = air panas 1/3 x berat
eksperimental laboratorium. Pada penelitian ini
HPMC + 2/3 x berat HPMC), kemudian di aduk
dilakukan formulasi sediaan emulgel minyak ikan
sampai membentuk gel, di aduk hingga
salmon dengan menggunakan total konsentrasi
mengembang. Selanjutnya ditambahkan TEA 1 ml
gelling agent sebesar 2% pada berbagai
hingga pH mencapai 6-6,5, aduk sampai terbentuk
perbandingan konsentrasi (Tabel 1).
massa gel. Setelah itu campur basis gel dan
emulsi diaduk sampai terbentuk emulgel.

44
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Kemudian ditambahkan propilenglikol diaduk 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


sampai homogen. Minyak ikan salmon mengandung Omega-3
Untuk F1 tidak perlu dilakukan tahap yaitu EPA dan DHA yang memiliki potensi sebagai
penambahan HPMC, sedangkan pada F2 tidak antiinflamasi topikal[11 ]
. Oleh karena itu pada
perlu dilakukan tahap penambahan karbomer. penelitian ini dilakukan formulasi minyak ikan
salmon untuk sediaan topikal dalam bentuk
2.4. Pengujian Karakteristik Fisik
emulgel. Sediaan emulgel telah berkembang
2.4.1 Organoleptis sebagai salah satu sediaan topikal yang paling
Pengamatan organoleptis meliputi bentuk, menarik dalam sistem penghantaran obat karena
bau dan warna. memiliki dua sistem pelepasan ganda yaitu emulsi
dan gel. Emulsi merupakan sistem dua fase, di
2.4.2 Pemgujian pH
mana satu fasa terdispersi / internal dalam fase
Sediaan emulgel yang telah ditimbang kontinyu / eskternal yang distabilkan oleh adanya
sebanyak 0,5 gram diencerkan dengan 5 ml agen pengemulsi [12], sedangkan gel terdiri dari
aquadest. Selanjutnya elektroda dicelupkan ke polimer alami atau sintetis yang membentuk
dalam emulgel sampai alat menunjukkan harga pH matriks pada media yang terdispersi atau larut air,
yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter dengan karakteristik tidak lengket dan lebih
merupakan harga pH sediaan. nyaman pada penggunaan dibandingkan salep[13].
2.4.3 Pemgujian viskositas Pada formulasi sediaan topikal, pH sediaan harus
Pengukuran viskositas sediaan emulgel memenuhi rentang pH kulit agar tidak
dengan menggunakan viskometer brook field menimbulkan iritasi. Hasil pengujian pH
(Brookfield DV-E viscometer) pada suhu pada menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
25°C. Kemudian emulgel dirotasi selama 10x signifikan terhadap pH masing-masing formula
putaran dengan kecepatan 6 rpm dengan (p>0,05), dan pH untuk seluruh formula masuk
menggunakan spindle 63. dalam rentang pH kulit yaitu 4-6 [14].

2.4.4 Pengujian daya sebar Hasil uji viskositas menunjukkan perbedaan


yang siginifkan antar formula (p<0,05), dengan
Emulgel sebanyak 0,5 gram diletakkan hati- urutas viskositas tertinggi yaitu F1 > F IV > F III >
hati diatas kaca transparan beralaskan kertas grafik, FII (Gambar 1). Formula FI merupakan formula
biarkan sediaan menyebar pada diameter tertentu. dengan konsentrasi karbomer 2%. Penggunaan
Kemudian ditutup dengan kaca transparan dan karbomer dengan konsentrasi maksimum akan
diberi beban (1 g, 2 g, 5 g, 10 g, 20 g, 50 g dan menghasilkan tekstur gel yang kaku. Hal ini dapat
100 g). Lalu diukur pertambahan luas setelah terlihat dari viskositas FI yang paling tinggi
diberi beban. Pemeriksaan dilakukan sebelum dan dibandingkan formula lainnya, namun memiliki
setelah uji cycling test. daya sebar paling rendah. Hasil sebaliknya pada
2.5. Pengujian stabilitas fisik FII dengan konsenrasi HPMC 2% menunjukkan
Uji sentrifugasi dilakukan pada suhu konsisntensi agak cair, viskositas paling rendah,
kamar, emulgel ditimbang sebanyak 1 g dan namun memiliki kemudahan untuk menyebar
dimasukkan ke dalam tabung centrifuge. paling baik dibandingkan formula lainnya. Hal ini
Kemudian disentrifugasi pada suhu kamar dikarenakan rendahnya konsentrasi HPMC yang
25°C dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam. digunakan yaitu 2%. Beberapa penelitian
Setelah itu sediaan diamati ada tidaknya sebelumnya menyebutkan bahwa konsentrasi
pemisahan fase. HPMC yang dibutuhkan agar dapat membentuk
sediaan dengan konsistensi yang kental adalah 7 %
2.6. Analisis statistik [15].
Analisi statistik dilakukan dengan
menggunakan SPSS melalui uji one way ANOVA Hasil pengujian viskositas dan daya sebar pada FI
kemudian dilanjutkan dengan Post-Hoc Test dan FII sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi
Tukey HSD. Data berbeda signifikan apabila viskositas maka semakin tinggi tahanan untuk
p<0,05 . menyebar. Kemampuan sediaan untuk menyebar
ketika dioleksan merupakan parameter penting
untuk meningkatkan akseptabilitas dan kepatuhan

45
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Tabel 2. Hasil uji karakteristik dan sentrifugasi


Uji Karakteristik Fisik
Uji
Formula Viskositas Daya
Warna Bau Konsistensi pH Sentrifugasi
(cPs) sebar (cm)

Putih Semi Padat Khas minyak Tidak


I 5,32±0,02 19.833±289 3,44±0,06 menisah
ikan
Mengalami
Putih Agak cair Khas minyak pemisahan
II 5,06±0,08 1.967±152 7,89±0,16
ikan
Tidak
Putih Semi Padat Khas minyak menisah
III 5,58±0,17 11.633±208 5,02±0,51
ikan
Tidak
Putih Semi Padat Khas minyak menisah
IV 5,32±0,15 14.266±115 5,03±0,41
ikan

pasien dalam penggunaan sediaan. [16]. Pada Stokes yaitu dengan adanya penurunan viskositas
formula dengan kombinasi gelling agent Karbomer maka akan meningkatkan laju koalesensi dimana
dan HPMC diperoleh hasil konsistensi semi padat. droplet akan bergabung membentuk ukuran yang
lebih besar. Semakin besar ukuran droplet
FIV lebih viskus dibandingkan FIII karena pada
menyebabkan terjadinya pengendapan sehingga
FIV digunakan konsentrasi karbomer lebih tinggi. sediaan mengalami pemisahan fase [18].
Namun pada uji daya sebar tidak terdapat
perbedaan bermakna antara FIII dan FIV. 4. KESIMPULAN
Karbomer dapat membentuk massa gel dengan Formulasi emulgel minyak ikan salmon
konsentrasi rendah, sedangkan HPMC dengan rasio gelling agent karbomer dann HPMC
membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi untuk 0,5 : 1,5 dan 1:1 dapat menghasilkan sediaan
dapat membentuk massa gel. dengan karakteristik yang optimal dan stabil
dibandingkan dengan penggunaan gelling agent
tunggal

*
*# *#

Gambar 1. Viskositas formula I-IV. Berdasarkan uji


post-hoc test dengan Mann-whitney diketahui bahwa
seluruh formula berbeda signifikan satu sama lain Gambar 2. Daya sebar formula I-IV. Berdasarkan uji
(p<0,05) post-hoc test dengan Mann-whitney. *p<0,05 vs
kelompok I, #p<0,05 vs kelompok II
Oleh karena itu Penggunaan kombinasi
Karbomer dan HPMC dapat mengatasi kelemahan
HPMC dalam membentuk massa gel dengan 5. UCAPAN TERIMAKASIH
konsentrasi rendah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Uji sentrifugasi bertujuan untuk mengetahui Universitas Hang Tuah dan semua pihak yang
stabilitas emulgel setelah pengocokan yang sangat telah mendukung dan menyediakan fasilitas
kuat, dapat digunakan untuk mengetahui efek sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel
guncangan pada saat transport produk terhadap penelitian ini.
stabilitas fisik produk[17]. Hasil yang diperoleh
dari uji sentrifugasi pada formula I, III, dan IV
tidak terjadi pemisahan fase sehingga emulgel 6. PENDANAAN
minyak ikan salmon dapat dikatakan stabil secara Penelitian ini tidak didanai oleh sumber hibah
fisik. Namun pada FII terjadi pemisahan fase, hal manapun.
ini dapat disebabkan oleh nilai viskositas yang
rendah. Fenomena tersebut sesuai dengan Hukum

46
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

7. KONFLIK KEPENTINGAN antinociceptive effects in rodents at low doses.


Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat Nutrition research. 2013;33(5):422-433.
potensi konflik kepentingan dengan penelitian, 12. Sapra, K., Sapra, A., Singh, S. K., & Kakkar, S.
kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel (2012). Self emulsifying drug delivery system:
ini A tool in solubility enhancement of poorly
DAFTAR PUSTAKA soluble drugs. Indo Global J Pharm Sci.
2012;2(3):313-32.
1. De Roos, B., Sneddon, A. A., Sprague, M.,
Horgan, G. W., & Brouwer, I. A. The potential 13. Verma, A., Singh, S., Kaur, R., & Jain, U. K.
impact of compositional changes in farmed Formulation and evaluation of clobetasol
fish on its health-giving properties: is it time to propionate gel. Asian J Pharm Clin Res.
reconsider current dietary recommendations?. 2013;6(5):15-18.
Public Health Nutrition,. 2017;20(11):2042-9.
14. Ali, S. M., & Yosipovitch, G. Skin pH: from basic
2. Hidayaturrahmah, H., Muhamat, M., Akbar, A.
science to basic skin care. Acta dermato-
Efek ekstrak minyak ikan patin (Pangasius
hypopthalmus) terhadap peningkatan memori venereologica. 2013;93(3),:261-269.
dan fungsi kognitif mencit berdasarkan 15. Ardana, M., Aeyni, V., & Ibrahim, A.. Formulasi
passive avoidance test. Jurnal Pharmascience,. dan optimasi basis gel HPMC (hidroxy propyl
2017; 3(2): 14-22
methyl cellulose) dengan berbagai variasi
3. Calder, Philip C. Omega-3 fatty acids and konsentrasi. Journal of Tropical Pharmacy and
inflammatory processes: from molecules to
Chemistry. 2015;3(2):101-8.
man. Biochemical Society Transactions. 2017;
45(5) : 1105-15. 16. Boisgard, A. S., Lamrayah, M., Dzikowski, M.,
4. Soha B, Mahmoud ES and Mervet M.. Assessment Salmon, D., Kirilov, P., Primard, C., et al.
of the Topical and Systemic Effects of Innovative drug vehicle for local treatment of
Omega-3 on Oral mucosal wound healing in inflammatory skin diseases: Ex vivo and in
albino rats: A Histopathological and vivo screening of five topical formulations
Biochemical study. Madridge J Case Rep containing poly (lactic acid)(PLA)
Stud. 2018; 63:26-31.
nanoparticles. European Journal of
5. Alexander, A., Khichariya, A., Gupta, S., Patel, R. Pharmaceutics and Biopharmaceutics.
J., Giri, T. K., & Tripathi, D. K. Recent 2017;116,:51-60.
expansions in an emergent novel drug delivery
technology: Emulgel. Journal of Controlled 17. Gozali, D., Bambang, R. M., & Mustarichie, R.
Release. 2017;171(2),:122-32. Ketoconazole Emulgel Formula Activity Test
6. Sah, S. K., Badola, A., Nayak, B. K. Emulgel: against Microsporum gypseum and Candida
Magnifying the application of topical drug albicans. Journal of Pharmaceutical Sciences
delivery. Indian Journal of Pharmaceutical and and Research. 2017;9(12):2458-62
Biological Research. 2017; 5(01); 25-33. 1. Hadning, I. (2016). Formulasi dan Uji Stabilita Fisik
7. Basha, B. N., Prakasam, K., Goli, D. Formulation Sediaan Oral Emulsi Virgin Coconut Oil.
and evaluation of gel containing fluconazole- Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan
antifungal agent. Int J Drug Dev Res. Kesehatan. 2016;11(2):88-100..
2011;3(4):119-27.
8. Rowe, R. C., Paul, J.S., Marian. E. Q. Handbook
of pharmaceutical excipient sixth edition.
Chicago. London : Pharmaceutical Press, 2009
9. Daood, N. M., Jassim, Z. E., Gareeb, M. M., &
Zeki, H. I. B. A. Studying the effect of
different gelling agent on the preparation and
characterization of metronidazole as topical
emulgel. Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Research. 2019;12(3):571-7.
10. Quiñones, D., & Ghaly, E. S. Formulation and
characterization of nystatin gel. Puerto Rico
health sciences journal,. 2008;27(1):61-7.
11. Nobre, M. E. P., Correia, A. O., de Brito Borges,
M., Sampaio, T. M. A., Chakraborty, S. A., de
Oliveira Gonçalves, D., et al.
Eicosapentaenoic acid and docosahexaenoic
acid exert anti-inflammatory and

47
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Halaman Kosong

48
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Artikel Penelitian
Formulasi Emulgel Tabir Surya Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas (L.)) Varietas Antin-3
Damaranie Dipahayu1*)
1
Akademi Farmasi Surabaya
*)
E-mail: (d.dipahayu@akfarsurabaya.ac.id)

ABSTRAK
Radiasi sinar ultraviolet secara intensive dapat menginduksi terjadinya oksidasi kulit dan menyebabkan
penuaan dini pada kulit. Radiasi UV B dapat menyebabkan kulit terbakar dan pigmentasi. Tabir surya
digunakan untuk melindungi kulit akibat paparan UV matahari yang berlebihan. Tujuan dari penelitian ini
adalah menentukan karakteristik fisika dan nilai SPF dari sediaan emulgel yang mengandung ekstrak daun
ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.)) varietas Antin-3. Penentuan nilai SPF menggunakan metode
spektrofotometer UV-VIS. Kedua sediaan baik emulgel Antin-3 dan basis tidak menunjukkan pemisahan
fase setelah uji mekanik. Keduanya tidak hanya homogen secara fisik namun juga lembut dan segar di kulit.
Emulgel Antin-3 berwarna coklat muda dengan aroma ekstrak daun sedangkan basis berwarna putih dengan
aroma basis. Kapasitas sebar dan nilai pH emulgel Antin-3 dan basis, berturut-turut adalah 3,6 cm; 6,28; dan
3,2 cm; 6,41. Nilai SPF emulgel Antin-3 adalah 6,50 dan basis adalah 1,17. Emulgel Antin-3 memiliki
potensi ekstra untuk melindungi radiasi UV B.
Kata kunci: Ekstrak daun Antin-3, Emulgel, Tabir surya, SPF, Karakteristik fisik.

Formulation Sunscreen Emulgel of Sweet Potatoes Leaves


Extract (Ipomoea batatas (L.)) Antin-3 Variety
ABSTRACT
Ultraviolet radiation intensively causes oxidation and premature skin aging. UV B radiation causes sunburn
and pigmentation. Sunscreen is used to protect the skin due to excessive sun UV exposure. The purpose of
this study was to determine the physical characteristics and SPF value of emulgel containing purple sweet
potatoes leaves extract (Ipomoea batatas (L.)) Antin-3 variety. Determination of the SPF value using the UV-
VIS spectrophotometer method. Both of Antin-3 emulgel and base emulgel were not show phase separation
after mechanically tested. Their not only had a homogeneous and soft consistency but also fresh on the skin.
Antin-3 emulgel had a light brown colour and leaves extract scent while base emulgel had a white colour
and base scent. Spread capacity and pH value of Antin-3 emulgel and base emulgel in a row were 3.6 cm;
6.28 and 3.2 cm; 6.41. SPF value of Antin-3 emulgel was 6.50 and base emulgel was 1.17. Antin-3 emulgel
have extra potency to protect against UV B radiation.
Keywords: Antin-3 extract, Emulgel, Sunscreen, SPF, Physical Characteristic
1. PENDAHULUAN
Sinar matahari mengandung radiasi ultraviolet tersebut perlu pemakaian sediaan tabir surya yang
(UV). Radiasi UV terbagi menjadi tiga kategori mampu melindungi kulit dari paparan sinar UV B
yaitu UV C pada panjang gelombang pendek yaitu dan UV A yang dapat mencapai kulit. Daya atau
200-280 nm; UV B pada panjang gelombang efektivitas perlindungan tabir surya ditunjukkan
sedang yaitu 280- 320 nm dan UV A pada dari nilai SPF yaitu “Sun Protection Factor” yaitu
panjang gelombang panjang yatu 320- 400 nm) [1]. waktu yang dibutuhkan kulit untuk terjadi
Radiasi UV B 1000 kali dapat menyebabkan kulit erythema.
terbakar (erythema) dan secara langsung atau tidak Tabir surya merupakan sediaan perawatan
langsung menyebabkan efek biologis yang kulit yang diharapkan mampu menyebar secara
merugikan contohnya radikal bebas dan penuaan merata di permukaan kulit. Penggunaan tabir surya
kulit [2]. Paparan UV B berlebih dapat dirasa sangat diperlukan sehingga kenyamanan
menimbulkan photocarcinogenic, dimana kondisi dalam pemakaiannya perlu dipertimbangkan tanpa
ini dapat menginduksi kanker kulit dan mengurangi efek perlindungannya itu sendiri. Salah
menurunkan imunitas tubuh [1]. Melihat kondisi satu bentuk sediaan tabir surya adalah emulgel

49
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

alat gelas Pyrex, blender (Miyako), neraca


Emulgel merupakan bentuk sediaan topikal
analitik (Ohaus), hotplate stirrer (Thermo
kombinasi emulsi tipe minyak dalam air dan gel.
SCIENTIFIC), rotary rotavapour Heidolph,
Bentuk emulsi mampu menjadikan bahan aktif tabir
mortar dan stamper, pipet tetes, thermometer,
surya bisa lebih mudah terpenertasi ke dalam
tabung reaksi bertutup, sentrifuse, pH meter
lapisan stratum corneum kulit, sedangkan gel dapat
Horiba, plate kaca ukuran 20x 20 cm setebal 1
menimbulkan sensasi segar ketika dipakai di kulit.
cm, water bath, Spektrofotometer UV-Vis
Emulgel menunjukkan kemudahan untuk menyebar
(Genesys 10S).
pada kulit [13].
Bahan aktif tabir surya dari bahan alami 2.2.2 Bahan :
yang mengandung flavonoid memiliki sifat
Ekstrak etanol 70 % daun ubi jalar ungu
photoprotection yaitu menyerap sinar UV dan
(Ipomoea batatas (L.)) Varietas Antin-3
bersifat antioksidan [12]. Ekstrak daun ubi jalar
(ekstrak daun Antin-3), olive oil, sodium lauryl
ungu (Ipomoea batatas (L.)) varietas Antin-3
sulfate (SLS), carbopol 940, nipagin, nipasol,
bagian daun muda yang dikeringkan dengan
cethyl alcohol, tocoferol, TEA dan aquadest
metode freeze drying memiliki kandungan
bebas CO2.
flavonoid sebesar 3,193±0,438 % [4]. Antin-3
merupakan varietas baru yang berarti antosianin 2.3 Metode
tinggi dibanding varietas sebelumnya Antin-1 dan 2.3.1 Persiapan ekstrak
Antin-2 [16].
Daun muda Antin-3 disortasi kering dan
Berdasarkan latar belakang tersebut di
basah selanjutnya dikeringkan secara diangin-
atas, pada penelitian ini akan dilakukan formulasi
anginkan pada suhu ruang hingga daun bisa
sediaan emulgel tabir surya dengan ekstrak etanol
diremas hancur oleh tangan. Daun Antin-3
daun Ekstrak daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas
diblender dan disekstraksi secara remaserasi
(L.)) varietas Antin-3 selanjutnya akan disingkat
dengan sediaan emulgel tabir surya. Selanjutnya kinetic dengan menggunakan magnetic stirer
dengan pelarut etanol 70 % dengan
akan dilakukan evaluasi karakteristik fisik untuk
perbandingan 1:10. Tiap maserasi selama 3 jam.
basis emulgel dan sediaan emulgel tabir surya
Maserat yang terkumpul kemudian dikentalkan
meliputi uji mekanik, homogenitas
fisik,organoleptis, nilai pH dan kapasitas sebar dengan rotary rotavapour pada suhu 40 0C 3.
[10]. Pada penelitian ini juga akan ditentukan nilai 2.3.2 Formulasi
SPF sediaan emulgel dan basis dengan metode
Formula basis emulgel dan emulgel tabir
Spektrofometri UV-Vis.
surya dapat dilihat pada Tabel 1.
2. METODE PENELITIAN Tabel 1. Formula Basis Emulgel dan Emulgel Tabir
Surya
Penelitian ini merupakan penelitian
Bahan Basis (%) Emulgel
eksperimental. Antin-3
2.1 Rancangan penelitian (%)
Olive oil 20 20
Penelitian ini diawali dengan ekstraksi daun SLS 1 1
Carbopol 940 2 2
Antin-3 dan formulasi basis emulgel. Selanjutnya
Nipagin 0,18 0,18
dilakuka uji karakteristik fisik meliputi Nipasol 0,02 0,02
organoleptis (warna, bau dan konsistensi), pH, Chetyl Alcohol 5 5
kapasitas sebar dan uji mekanik. Untuk uji nilai Tocoferol 0,03 0,03
TEA 2 2
SPF menggunakan alat spektrofotometer UV Vis Ekstrak daun Antin-3 - 9
menggunakan rumus Mansur. Penilaian SPF ini Aquadest bebas CO2 ad 100 ad 100
hanya untuk perlindungan terhadap UV B
dikarenakan panjang gelombang dalam rumus Formulasi basis emulgel adalah pertama
Mansur terbatas pada (295-320) nm 10. membuat gelling agent dengan cara carbopol
2.2 Alat dan Bahan 940 diayak dan didispersikan di atas permukaan
aquadest bebas CO2 (sebanyak 1/3 bagian
2.2.1 Alat : aquadest dalam formula) kemudian diaduk

50
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

perlahan dengan ditetesi TEA sedikit demi labu ukur 100,0 mL dan di adkan hingga tanda
sedikit dan didiamkan selama 30 menit. Fase batas dengan etanol 70 %. Masing-masing
minyak disiapkan dengan melebur oil olive dan sampel diukur absorbannya pada panjang
cethy alcohol di atas waterbath pada suhu 70 gelombang 290-320 nm, absorban dicatat pada
0
C. Fase air disiapkan dengan memanaskan SLS tiap penambahan panjang gelombang 5 nm
dengan aquadest bebas CO2 yang tersisa pada [10]. Pengujian nilai SPF dilakukan sebanyak
suhu 70 0C. Fase air dimasukkan ke dalam fase 3x replikasi. Adapun rumus Mansur yang
minyak pada suhu yang sama yaitu 70 0C dan digunakan adalah :
diaduk pada mortar panas secara perlahan
hingga krim terbentuk pada suhu 35 0C.
Nipagin, nipasol dan tokoferol dilarutkan dalam
propilenglikol qs, campuran ini ditambahkan
kedalam krim yang sudah terbentuk. Campuran Keterangan :
EE : Erythermal effect spectrum
krim selanjutnya dimasukkan ke dalam gelling
I : Solar intensity spectrum
agent dan diaduk hingga homogen [10]. Abs : Absorbance of sunscreen product
CF : Correction factor (=10)
Formulasi tabir surya emulgel sama dengan
formulasi untuk basis, perbedaannya 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
penambahan ekstrak daun Antin-3 yang telah
3.1 Ekstrak daun Antin-3:
dilarukan dengan aquadest bebas C02 (sejumlah
1/3 bagian aquadest) ke dalam krim yang Hasil rendemen ekstrak yang diperoleh adalah :
terbentuk kemudian dimasukkan ke dalam
34,7 gram ekstrak kental x 100 % = 15,1 %
gelling agent.
230 gram serbuk kering
2.3.3 Evaluasi karakteristik fisik
Serbuk daun kering Antin-3 yang dikeringkan
Organoleptis dilakukan dengan mengamati secara metode dianginkan pada suhu ruang dan
warna, bau dan kosistensi dengan indera perasa diekstraksi secara remaserasi kinetik dengan
mata, hidung dan kulit. Untuk homogenitas
perbandingan simpilisa: pelarut etanol 70 % (1:10)
fisik dilakukan dengan menempatkan sejumlah dalam penelitian ini, didapatkan persen rendemen
kecil sediaan (basis dan elmulgel) diantara dua 15,1 %
gelas arloji dan dilakukan pengamatan apakah
ada partikel yang belum homogen. Uji mekanik 3.2 Formulasi basis dan emulgel :
dilakukan dengan cara memasukkan sediaan di Pada formulasi basis maupun emulgel ini,
tabung reaksi bertutup kemudian dilakukan faktor kritis pentuan keberhasilan terbentuknya
sentrifuse selama 30 menit pada kecepatan 3000 basis/emulgel adalah pertama saat praparasi gelling
rpm kemudian diamati apakah ada pemisahan agent dengan carbopol 940- TEA, pada
fase 15 .Uji pH menggunakan alat pH meter, perbandingan yang sama. Pemakaian aquadest
larutan uji adalah sampel sebanyak 1 gram bebas CO2 dengan suhu 80 0C dan
dilarutkan dalam aquadest bebas CO2 sebanyak pengadukan konstan disertai penambahan TEA
10 mL. Daya sebar dilakukan dengan cara menjadi dan didiamkan selama minimal 30 menit
menimbang sampel 500 mg dan ditempatkan menjadi kunci keberhasilan carbopol tersebut
pada plat kaca dilengkapi diameter kemudian mengembang.
ditutup plate akrilic, beban 50 gram, 100 gram,
150 gram dan 200 gram. Setiap penambahan
beban ditunggu 5 menit dan diukur diameter
sebarnya. Pengamatan dilakukan pada diameter
sebar bobot 200 gram. Pengujian karakteristik
fisik dilakukan sebanyak 3 kali [6].
2.3.4 Penentuan nilai SPF
Basis maupun emulgel tabir surya a b
ditimbang masing- masing 100,0 mg dan Gambar 1. Basis emulgel (a) dan Emulgel Antin-3 (b)
dilarutkan pada etanol 70 % , dituang ke dalam

51
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Carbopol 940 bersifat asam dan tidak dapat partikel dengan BJ yang lebih besar
menjadi gel bila tidak dalam kondis basa, TEA menandakan sediaan tidak stabil [10]. Hasil
dipakai sebagai alkalizing agent sekaligus penelitian ini menunjukkan baik basis dan
stabilizing agent pada system emulsi minyak dalam emulgel tidak mengalami pemisahan fase.
air [11].
Tabel 2. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik
Suhu air yang panas juga menjadi faktor kritis Pengamatan Basis Emulgel
karena air molekul air yang memuai disertai Antin-3
Organoleptis (putih (coklat muda,
pengadukan akan sangat memfasilitasi molekul (Warna,bau, susu,basis,lembut dan ekstrak
carbopol 940 (polimer) untuk cross linking dengan konsistensi) segar) tanaman,
molekul air dan TEA, sehingga bisa mengembang lembut dan
segar)
sempurna. Kedua adalah saat pembetukan emulsi
dimana pencampuran fase minyak dan air harus Homogenitas Homogen Homogen
dalam suhu panas yang sama dengan pengadukan
yang kosntan. pH 6,41 6,28

Pada literature disebutkan pemakaian SLS Kapasitas sebar 3,2 cm 3,6 cm


sebagai anionik surfaktan yang berfungsi sebagai
Uji mekanik Fase tidak memisah Fase tidak
self emulsifying agent berada pada rentang 0,5 – memisah
2,5 % [11]. Berdasar penelitian ini, pemakaian
3.3.6 Uji nilai SPF
kosentrasi maksimum akan menyebabkan krim
menjadi “fluffy”seperti busa sehingga tidak Penentuan nilai SPF dengan metode
aseptabel untuk sediaan tabir surya. spektrofotometer UV-Vis untuk bahan aktif
yang diduga memiliki potensi tabir surya
3.3 Evaluasi karakteristik Fisika
contohnya ekstrak tanaman yang mengandung
3.3.1 Organoleptis : flavonoid ada pada rentang kosnsentrasi 900
Basis : warna putih, bau basis dan konsistensi ppm, 700 ppm, 500 ppm, 300 ppm dan 100
lembut dan segar ppm [8]. Dalam penelitian ini ekstrak daun
Emulgel : warna coklat muda, bau ekstrak Antin-3 yang digunakan adalah 9 % yaitu 10
daun dan konsistensi lembut dan x lipat lebih tinggi dibanding ekstrak murni
segar (900 ppm) dengan harapan akan memberikan
3.3.2 Homogenitas : nilai SPF yang maksimal.
Basis dan Emulgel tidak menunjukkan Penggunaan jumlah ekstrak sebesar 9000
partikel yang belum tercampur merata. ppm dalam formula emulgel dikarenakan
3.3.3 Nilai pH: ekstrak sudah tidak dalam bentuk murni
Nilai pH basis adalah 6,41 sedangkan pH melainkan sudah berinteraksi ke dalam
emulgel 6,28. Nilai pH tersebut tidak masuk formula emulgel. Esktrak Daun Antin-3
rentang untuk pH kulit (4,5 – 5,5) [5]. namun sebesar 5000 ppm tidak menunjukkan respon
demikian tetap pada pH netral yang tidak iritasi maupun alergi terhadap kulit manusia
menyebabkan iritasi pada kulit. [7] . Adanya emollient yaitu olive oil dan
cethyl alcohol diharapkan tidak menimbulkan
3.3.4 Nilai kapasitas sebar : reaksi alergi pada kulit.
Kapasitas sebar untuk basis adalah 3,2 cm
sedangkan emulgel adalah 3,6 cm. Rentang Hasil SPF yang didapatkan untuk emulgel
optimum formula emulgel untuk kapasitas adalah 6,50 dan basis adalah 1,17.
sebar adalah 2,58- 5 cm [5] , sehingga baik
basis maupum emulgel masih masuk ke dalam
rentang.
3.3.5 Uji mekanik :
Prinsip uji mekanik adalah melihat
stabilitas sediaan krim dimana bila tejadi
creaming yaitu globul minyak mulai memisah
di permukaan disertai dengan sedimentasi
52
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Tabel 3. Nilai Kalkulasi SPF Emulgel Antin-3 2. Emulgel daun Antin-3 terasa lembut dan
Panjang EE x I Absorban EE x I x segar ketika digunakan, memiliki pH 6,28
Gelombang rata-rata Abs x CF dan kapasitas sebar 3,6 cm
290 0,0150 0,062 0,093
3. Emulgel daun Antin-3 dapat digunakan
295 0,0817 0,064 0,52288
sebagai tabir surya karena memiliki SPF
300 0,2874 0,065 1,8681
6,50 dengan kategori tabir surya extra
305 0,3278 0,065 2,1307
310 0,1864 0,065 1,2116 protection.
315 0,0839 0,066 0,55374
320 0,0180 0,069 0,1242 4.2 Saran :
Nilai SPF 6,50422 Perlu dilakukan penelitian serupa dengan
persentase carpobol 940_TEA yang berbeda
untuk meningkatkan daya sebar dan lebih
Tabel 4. Nilai Kalkulasi SPF Basis Emulgel menyesuaikan pH kulit, selain itu
Panjang EE x I Absorban EE x I x mengurangi konsentrasi ekstrak daun Antin-3
Gelombang rata-rata Abs x CF
menjadi 5 % (untuk menyamakan dengan data
290 0,0150 0,130 00,0195
keamanan penggunaan ekstrak daun Antin-3
295 0,0817 0,120 0,09804
terhadap kulit manusia) dan untuk melihat
300 0,2874 0,120 0,34488
305 0,3278 0,120 0,39336
berapa nilai SPF yang diberikan.
310 0,1864 0,110 0,20504 7. UCAPAN TERIMAKASIH
315 0,0839 0,110 0,09229
320 0,0180 0,110 0,0198 Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
Nilai SPF 1,17291 Akademi Farmasi karena telah memfasilitasi
penggunaan laboratorium farmasetika dan kimia.
Bila kita keluar rumah dan terkena mata
hari perlindungan alami kulit tehadap UV B
8. PENDANAAN
agar tidak menyebabkan erythema adalah
selama 15 menit dan dinamakan SPF. Penelitian ini tidak didanai oleh sumber hibah
Emulgel tabir surya ekstrak daun Antin-3 manapun.
memberikan perlindungan SPF 6,50 yang
berarti 6,50 x 15 menit = 97,5 menit = 1,6
9. KONFLIK KEPENTINGAN
jam. Penggunaan emulgel tabir surya ini
hendaknya pemakaian diulang setiap 1, 6 jam. Penulis menyatakan tidak terdapat potensi
konflik kepentingan dengan penelitian, kepenulisan
Untuk basis, dikarenakan tidak
(authorship), dan atau publikasi artikel ini.
mengandung bahan aktif sehingga pemakaian
basis emulgel hanya akan memberikan efek
7. DAFTAR PUSTAKA
emollient/ melembabkan saja, SPF = 1,17 x
15 menit = 17,6 menit. 1. Afaq F, Adhami VM, Ahmad N, Mukhtar H.
Botanical antioxidants for chemoprevention of
Emulgel tabir surya ekstrak daun Antin-3 photocarcinogenesis. Front Biosci. 2002; 7:784–
memiliki termasuk kategori extra protection. 792.
2. Aitken GR, Henderson JR, Chang SC, McNeil CJ,
Bila dilihat berdasar kategori tabir surya yaitu
BirchMachin MA. Direct monitoring of UV-
rentang SPF >15 : ultra protection; SPF 8-15 : induced free radical generation inHaCaT
maximal protection; SPF 6-8 : extra keratinocytes. Clin Exp Dermatol. 2007; 32:722-
protection dan SPF 2-4 : minimal protection 727.
[14]. 3. Andriani L. Perbandingan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Kulit Batang Jatropha curcus L.
4. KESIMPULAN Dengan Berbagai Metode Remaserasi (Skripsi).
Malang : Universitas Muhammadiyah Malang;
4.1 Kesimpulan : 2015.
1. Elmugel daun Antin-3 memiliki sifat fisik 4. Arifiyana D, Dipahayu D. Pengaruh Metode
Pengeringan Terhadap Kadar Flavonoid Total
organoleptis yaitu warna coklat muda,
Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas
aroma ekstrak tanaman, memiliki (L.)) Varietas Antin-3. Prosiding Seminar
tampilan homogen. Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat; 2018 Oktober 27; Surabaya,

53
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Indonesia. Indonesia : Universitas Negeri


Surabaya.
5. Aulia D. Formulasi Emulgel Tabir Surya
Nanopartikel Seng Oksida Dengan Variasi
Kosentrasi Carbopol 934 sebagai Geeling Agent
dan Natrium Lauril Sulfat Sabagai Surfaktan
(Skripsi). Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2018.
6. Dipahayu D. Pengembangan formula krim
antioksidan dari ekstrak etanol daun ubi jalar
ungu (Ipomoea batatas (L.) Lamk) sebagai anti
aging (Thesis ). Surabaya : Universitas
Airlangga : 2014.
7. Dipahayu D, Arifiyana D, Indramaya D, Anggraeni
S. Safety study of purple sweet potatoes leaves
extract (Ipomoea batatas (l.) lamk) Antin-3
variety as a sunscreen active ingredient on
human skin. International Journal of Drug
Delivery Technology.2019; 9 (2): 120-124
8. Dutra EA, Daniella ACC, Erika RMK, Maria
IRMS. Determination of Sun Protection Factor
(SPF) of Sunscreen by UV Spectrophotometry.
Brazilian journal of Pharmaceutical Sciences.
2004 ; 40: 381-38.
9. Park HM, Moon E, Kim AJ, Kim MH, Lee S, Lee
JB, Park YK, et al. Extract of Punica granatum
inhibits skin photoaging induced by UVB
irradiation. Int J Dermatol. 2010; 49:276-282
10. Priani ES, Humanisya H, Darusman F. Development
of Sunscreen Emulgel Containing Cinnamomum
burmanni Stem Bark Extract. International
Journal of Science and Research (IJSR). 2014; 3
(12): 2338-2341.
11. Rowe C R, Sheskey J P, Quinn E M. Handbook of
Pharmaceutical Exipients. USA: Pharmaceutical
Press and American Pharmacist Association;
2009.
12. Saewan N, Jimtaisong A. Photoprotection of Natural
Flavonoids. Journal of Applied Pharmaceutical
Science. 2013; 3 (9): 129-141.
13. Supriya, U., ChauhanBisht Seema, Kothiyal
Preeti.Emulgel: A Boon for Dermatological
Diseases.International Journal of Pharmaceutical
Research &
Allied Sciences. 2014; 3(4): 1-4.
14. Syarif, U, ST. 2017. Uji Potensi Tabir Surya Ekstrak
Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Berdaging Putih Secara In Vitro. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
15. Trifena., 2012. Analisis Uji In Vitro dan In Vivo
Ekstrak Kombinasi Kulit Manggis (Garcinia
mangostana L.) Dan Pegagan (Centella asiatica
L) Sebagai Krim Antioksidan. Thesis.
Universitas Indonesia.
1. Yusuf., Ginting, E.,Rahmi,Y, Restuono,J.Antin-2
dan Antin-3, Varietas Unggul Ubijalar Ungu
Kaya Antosianin Sebagai Pangan Sehat
Menyehatkan [diunduh 5 Mei 2020] dari :
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id

54
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Artikel Penelitian
Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten
Pamekasan Tahun 2020
Achmad Faruk Alrosyidi1*), Septiana Kurniasari 1
1
D3 Farmasi, Universitas Islam Madura
E-mail: (faruk.alrosyidi@gmail.com)

ABSTRAK
Paradigma pelayanan kefarmasian telah berubah orientasinya dari pengelolaan obat menjadi pelayanan yang
komprehensif ke pasien. Standar pelayanan farmasi di apotek disusun dalam Permenkes nomor 73 Tahun 2016
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian di apotek. Penelitian
ini dilakukan di Kabupaten Pamekasan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan standar
pelayanan kefarmasian di apotek di daerah Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan teknik survei menggunakan kuisioner. Survei menggunakan kuisioner dengan teknik convenience
sampling. Instrumen kuisioner dikembangkan berdasarkan Permenkes nomor 73 tahun 2016. Metode analisis
data dilakukan secara deskriptif untuk melihat distribusi pelaksanaan standar pelayanan kefamasian di
Kabupaten Pamekasan. Hasil menunjukkan bahwa pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP (Bahan Medis
Habis Pakai) di Apotek Pamekasan dilakukan oleh apoteker dan dibantu oleh TTK (Tenaga Teknis
Kefarmasian), beberapa kegiatan dilakukan oleh TTK dibawah tanggung jawab apoteker. Dalam pelaksanaan
standar pelayanan farmasi klinis, ada beberapa kegiatan yang mayoritas belum dilaksanakan di 40 apotek
Pamekasan yaitu dokumentasi pelayanan informasi obat, dokumentasi konseling, Pelayanan Kefarmasian di
rumah, dokumentasi pelayanan kefarmasian di rumah, pemantauan Terapi Obat (PTO), dokumentasi pemantauan
terapi obat, dan monitoring efek samping obat.

Kata kunci: Standar Pelayanan Kefarmasian, Apotek, Pamekasan.

The Implementation of Pharmaceutical Service Standard in


Pamekasan District in 2020
ABSTRACT
The pharmaceutical service paradigm has changed its orientation from drug oriented to patient oriented.
Pharmaceutical service standards at the pharmacy are compiled in Permenkes 73th, 2016 as a guideline for
pharmacists in carrying out pharmacy services at the pharmacy. This research was conducted in Pamekasan
Regency with the aim of finding out the description of the implementation of pharmaceutical service standards in
pharmacies in the Pamekasan Regency area. This research is a descriptive study with a survey technique using a
questionnaire. The survey used a questionnaire with convenience sampling technique. The instrument of
questionnaire was developed based on Permenkes 73th, 2016. The method of data analysis was done
descriptively to see the distribution of the implementation of the standard of pharmaceutical services in
Pamekasan Regency. The results showed that the management of pharmaceutical preparations, medical devices
and consumable medical materials at 40 Pharmacies in Pamekasan was carried out by pharmacists and assisted
by pharmacy technicians, some activities carried out by pharmacy technicians under the responsibility of the
pharmacist. In the implementation of clinical pharmacy service standards, there were a number of activities
which the majority has not been carried out in the Pamekasan. The activities were documentation of drug
information services, counseling documentation, home pharmacy care, documentation of home pharmacy care,
monitoring of drug therapy, documentation of drug therapy monitoring, and monitoring of drug side effects.

Keywords: Standard of pharmaceutical services, pharmacy, Pamekasan

1. PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan Paradigma pelayanan kefarmasian saat ini telah
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berubah orientasinya dari pengelolaan obat
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan (drug oriented) menjadi pelayanan yang
maksud mencapai hasil yang pasti untuk komprehensif ke pasien (patient oriented)
meningkatkan mutu kehidupan pasien [2].

55
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

dengan mengacu pada asuhan kefarmasian (QVS). QVS merupakan sampel yang dipilih
(Pharmaceutical care) untuk meningkatkan berdasarkan suatu panduan tertentu. Kriteria
kualitas hidup pasien. Tenaga kefarmasian, dari sampel yang akan dipilih dari populasi adalah
apoteker dan asisten apoteker, dituntut untuk sebagai berikut: apoteker yang bekerja sebagai
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan APA (Apoteker Penanggungjawab Apotek) di
perilaku untuk menjalankan pelayanan Kabupaten Pamekasan yang telah beroperasi
kefarmasian sesuai dengan standar pelayanan minimal 1 (satu) tahun dan bersedia mengisi
kefarmasian yang berlaku agar pelayanan kuesioner penelitian. Hasil kuesioner yang terdiri
kefarmasian mempunyai mutu yang baik [6]. dari 35 pertanyaan akan memberikan data tentang
Standar pelayanan farmasi di apotek implementasi standar praktek kefarmasian apotek
disusun dalam Peraturan Menteri Kesehatan sesuai Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 dan data
Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016. karakteristik apotek di Kabupaten Pamekasan.
Pengaturan standar pelayanan farmasi di apotek
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
ini ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi 3.1 Karakteristik responden
tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan Penelitian ini dilakukan dengan survei
masyarakat dari penggunaan obat yang tidak terhadap 40 responden yang merupakan apoteker
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient yang bekerja sebagai APA (Apoteker
safety). Pelayanan kefarmasian diapotek yang Penanggungjawab Apotek) di Kabupaten
komprehensif meliputi dua kegiatan, yaitu (1) Pamekasan. Dari survei yang didapatkan data
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan karakteristik responden dan apotek di Kabupaten
bahan medis habis pakai dan (2) pelayanan Pamekasan. Karakteristik responden dan Apotek
farmasi klinik [2]. dapat dilihat pada Tabel 1.
Peran apoteker di apotek masih menjadi Mayoritas responden dalam penelitian ini
pertanyaan di Indonesia. Penelitian sebelumnya adalah perempuan yaitu 80%. Proporsi perempuan
menunjukkan bahwa apoteker belum sepenuhnya yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki juga telah
menunjukkan peranannya untuk memberikan dilaporkan pada penelitian lainnya [3,5]. Selain itu
pelayanan kefarmasian di apotek [1]. Adanya mayoritas responden dalam penelitian ini
kesenjangan antara pelayanan kefarmasian yang memiliki umur 20-30 tahun (55%).
ideal sesuai dengan standar dengan keadaan yang Dari 40 Apotek yang disurvei 28 apotek
sebenarnya dilapangan yang telah dilaporkan di (70%) adalah milik PSA, 10 apotek (25%) adalah
beberapa penelitian sebelumnya menjadi alasan milik sendiri, 1 apotek (2,5%) adalah apotek
dilakukan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan jejaring, dan 1 apotek (2,5%) adalah milik
untuk mengetahui gambaran pelaksanaan standar BUMN.
pelayanan kefarmasian di apotek di daerah
Kabupaten Pamekasan. 3.2 Pelaksanaan standar pelayanan kefamasian
Hasil dari kuiesioner digunakan untuk
2. METODE PENELITIAN mengetahui kegiatan yang paling sering dilakukan
Penelitian ini merupakan penelitian oleh apoteker dalam hal melaksanakan standar
deskriptif. Alat yang digunakan dalam penelitian pelayanan kefarmasian di Apotek. Berdasarkan
ini adalah kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan Permenkes nomor 73 tahun 2016 standar
pada 40 apotek yang ada di Kota Pamekasan, yang pelayanan kefarmasian di apotek terdiri dari dua
dilakukan pada bulan Februari s/d Maret 2020. standar yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kesehatan (alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai
apotek di wilayah Kabupaten Pamekasan. Jumlah (BMHP) serta pelayanan farmasi klinis di Apotek.
total apotek akan didapatkan dari Dinas Kesehatan Dari hasil survei diketahui bahwa dalam
Kota Pamekasan per-Februari 2020. Sampel pada hal pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian,
penelitian ini adalah apotek di Kabupaten apoteker lebih sering melaksanakan perencanaan
Pamekasan yang diwakili oleh apoteker pengadaan, pengendalian, pelaporan narkotika dan
penanggung jawab apotek. Penelitian ini psikotropika, dan pelaporan pelayanan
menggunakan tipe convenience sampling yang kefarmasian. Sedangkan TTK lebih sering
memenuhi kriteria atau qualified volunteer sample melaksanakan penerimaan dan pencatatan pada

56
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

setiap proses pengelolaan sediaan farmasi penerimaan dan pencatatan pada setiap proses
dibawah pengawasan apoteker. Namun masih ada pengelolaan sediaan farmasi.
beberapa kegiatan yang mayoritas dilakukan oleh
tenaga non farmasi seperti kegiatan pengadaan,

Tabel 1. Karakteristik Responden dan Apotek di Kabupaten Pamekasan


Frekuensi Persentase
No Variabel
(N=40) (%)
a. Laki-laki 8 20
1 Jenis Kelamin
b. Perempuan 32 80
a. 20-30 tahun 22 55
b. 31-40 tahun 12 30
2 Usia
c. 40-49 tahun 4 10
d. > 50 tahun 2 5
a. < 5 tahun 16 40
b. 5-10 tahun 14 35
3 Lama Bekerja di Apotek
c. 11-20 tahun 4 10
d. > 20 tahun 6 15
a. PNS 6 15
4 Status apoteker
b. Non PNS 34 85
a. Selama jam apotek buka 2 5
b. Setap hari jam tertentu 14 35
5 Jam praktek di apotek
c. 2-3 kali perminggu 24 60
d. Satu kali perbulan 0 0
a. Tidak ada 40 100
b. 1-2 0 0
6 Jumlah Apoteker Pendamping
c. 3-5 0 0
d. >5 0 0
a. Milik PSA 28 70
b. Milik Sendiri 10 25
7 Tipe Apotek
c. Jejaring/frenchise 1 2,5
d. BUMN 1 2,5
a. <5 orang 22 55
b. 5-20 orang 12 30
8 Rata-rata jumlah resep per hari
c. 21-50 orang 2 5
d. >50 orang 4 10
a. <10 orang 16 40
Rata-rata pelayanan swamedikasi b. 10-30 orang 18 45
9
perhari c. 31-50 orang 2 5
d. >50 orang 4 10
a. Tidak dilakukan 14 35
b. <10 orang 20 50
10 Layanan PIO perhari
c. 10-30 orang 6 15
d. >30 orang 0 0
a. Tidak dilakukan 18 45
b. <10 orang 14 35
11 Layanan Konseling
c. 10-20 orang 8 20
d. >20 orang 0 0

Pelayanan Kefarmasian telah mengalami pasien [6]. Sehingga apoteker harus mampu
perubahan yang semula hanya berfokus kepada memahami dan menyadari kemungkinan
pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang terjadinya kesalahan pengobatan (medication
menjadi pelayanan komprehensif meliputi error) dalam proses pelayanan dan
pelayanan Obat dan pelayanan farmasi klinik yang mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masalah terkait Obat (drug related problems),

57
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial oleh TTK dan tenaga non farmasi, namun
(socio-pharmacoeconomy). Oleh karena itu semua pekerjaan ini tetap dibawah pengawasan apoteker
kegiatan dalam apotek harus dalam pengawasan agar tujuan utama dari pelayanan kefarmasian
apoteker. Walaupun beberapa pekerjaan dilakukan tercapai.
Tabel 2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan (Alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Apotek
Kabupaten Pamekasan Berdasarkan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016

Frekuensi hasil observasi (%) n = 40


No Uraian Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes dan BMHP Non Tidak
Apoteker TTK
Farmasi dilaksanakan
1 Perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP 65 10 25 0
2 Pengadaan Sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan BMHP 45 10 45 0
3 Penerimaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP 5 45 50 0
4 Pemusnahan sediaan farmasi 50 0 5 45
5 Pengendalian sediaan farmasi 80 10 5 5

Pencatatan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi


6 berupa: surat pesanan, faktur, kartu stok, nota atau struk 25 35 40 0
penjualan, dan pencatatan lainnya
7 Pelaporan Narkotika dan Psikotropika 85 5 0 10
8 Pelaporan pelayanan kefarmasian 70 15 5 10

Tabel 3. Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek Kabupaten Pamekasan berdasarkan Permenkes
Nomor 73 Tahun 2016
Frekuensi hasil observasi (%) n = 40
No Uraian Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek Non Tidak
Apoteker TTK
Farmasi dilaksanakan
1 Pengkajian administratif resep 55 35 5 5
2 Pengkajian kesesuaian farmasetik pada resep 80 15 0 5
3 Pengkajian pertimbangan klinis pada resep 90 5 0 5
4 Penyiapan obat sesuai dengan permintaan resep 25 55 20 0
5 Pengkajian pertimbangan klinis 85 10 0 5
Penyerahan obat dengan memastikan kesesuaian
6 25 65 10 0
identitas dan alamat pasien

Pemberian informasi cara penggunaan obat dan hal-hal


7 75 25 0 0
yang terkait dengan obat
8 Pelayanan Informasi Obat 75 15 0 10
9 Dokumentasi pelayanan informasi Obat 35 10 5 50
Konseling untuk pasien dengan penyakit kronis (Misal :
10 75 0 0 25
DM, TB, Hipertensi, epilepsi)
11 Dokumentasi konseling 25 10 5 60
12 Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy care) 5 5 0 90

13 Dokumentasi pelayanan kefarmasian di rumah 5 0 5 90


14 Pemantauan Terapi Obat (PTO) 15 0 0 85
15 Dokumentasi pemantauan terapi obat 5 5 5 85
16 Monitoring efek Samping obat 15 0 0 85

58
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Selain pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan Pelayanan Kefarmasian di rumah,


(alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), dokumentasi pelayanan kefarmasian di rumah,
apoteker juga harus melaksanakan standar pemantauan Terapi Obat (PTO), dokumentasi
pelayanan farmasi klinis di apotek. Standar pemantauan terapi obat, dan monitoring efek
pelayanan farmasi klinis meliputi 16 kegiatan samping obat. Penelitian lebih lanjut perlu
seperti pada tabel 3. Hasil survey dari kuisioner dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang berisi 35 pertanyaan mengenai karakteristik yang menyebabkan pelaksanaan standar pelayanan
apotek dan pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek belum berjalan dengan
kefarmasian di Apotek menunjukkan bahwa maksimal.
mayoritas apoteker di Pamekasan sudah
5. UCAPAN TERIMAKASIH
melaksanakan tujuh kegiatan. Dua kegiatan dalam
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
standar ini mayoritas dilakukan oleh TTK yaitu
apoteker-apoteker PC Pamekasan yang telah
penyiapan obat sesuai dengan permintaan resep
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
dan penyerahan obat dengan memastikan
kesesuaian identitas dan alamat pasien. Ada
6. PENDANAAN
beberapa kegiatan yang mayoritas belum
Terimakasih pada Universitas Islam Madura
dilaksanan di apotek-apotek Pamekasan yaitu
yang telah mendanai penelitian ini.
dokumentasi pelayanan informasi obat,
dokumentasi konseling, Pelayanan Kefarmasian di
7. KONFLIK KEPENTINGAN
rumah, dokumentasi pelayanan kefarmasian di
Penulis menyatakan tidak terdapat potensi
rumah, pemantauan Terapi Obat (PTO),
konflik kepentingan dengan penelitian, kepenulisan
dokumentasi pemantauan terapi obat, dan
(authorship), dan atau publikasi artikel ini.
monitoring efek samping obat.
Hasil penelitian sebelumnya juga DAFTAR PUSTAKA
menunjukkan bahwa tidak sepenuhnya pelayanan
1. Apriansyah, A., Saibi, Y., Karyadi. 2018. Clinical
farmasi klinis berjalan di apotek. Adapun faktor
Pharmacy Service at Community Pharmacy in
penghambat yang menyebabkan hal ini adalah South Tangerang Regency. Journal of
dari faktor pasien yaitu adanya keragu-raguan Pharmacopolium, Vol. 1, No. 2. Hal. 81-87.
kepada tenaga farmasi, keterbatasan kehadiran 2. Menkes RI, 2016. Permenkes No.73 tahun 2016
apoteker, kurangnya keahlian, tidak ada ruang tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
layanan konseling, dan keterbatasan jumlah Apotek. Kemenkes: Jakarta.
sumber daya manusia farmasi di apotek [3]. 3. Mulyagustina, Wiedyaningsih, C., Kristina, S.A.
Penelitian ini hanya terbatas pada 2017. Implementation of Pharmaceutical Care
Standard In Jambi City’s Pharmacies. Jurnal
pengumpulan informasi mengenai pelaksanaan
Manajemen dan Pelayanan Farmasi, Vol. 7, No.
standar pelayanan kefarmasian di apotek
2. Hal. 83-96.
Kabupaten Pamekasan. Perlu dilakukan penelitian 4. Umar H. 2013. Metode Penelitian Untuk Skripsi
lebih jauh lagi untuk mengetahui faktor-faktor Dan Tesis Bisnis. 2nd Ed. Jakarta: Pt
kendala mengenai pelaksanaan standar pelayanan Rajagrafindo Persada.
kefarmasian di apotek Kabupaten Pamekasan. 5. Sarriff, A., Gillani, Ws., Babiker, G. 2010.
Pharmacist Perception To Importance And Self-
4. KESIMPULAN Competence In Pharmacy Practice. Int J Pharm
Pengelolaan sediaan farmasi, alat Stud Res. Vol. 1(2). Hal. 1–21.
kesehatan (alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai 6. Widha, P., Pribadi, P., Dianita, P.S. 2015.
(BMHP) di Apotek Pamekasan dilakukan oleh Gambaran Penerapan Standar Pelayanan
apoteker dan dibantu oleh TTK, beberapa kegiatan Kefarmasian di Puskesmas X Kota Magelang.
Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, Vol. I, No. 1.r
dilakukan oleh TTK dibawah tanggung jawab
apoteker. Dalam pelaksanaan standar pelayanan
farmasi klinis, ada beberapa kegiatan yang
mayoritas belum dilaksanakan di apotek
Pamekasan yaitu dokumentasi pelayanan
informasi obat, dokumentasi konseling,

59
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Halaman Kosong

60
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Artikel Penelitian
Potensi Ekstrak Daun Sawo Manila (Manilkara zapota) Dan Daun
Sawo Kecik (Manilkara kauki) Terhadap Zona Hambat
Pertumbuhan Candida albican
Susie Amilah1*), Purity Sabila Ajiningrum1, Binti Airin Aisyah2
1
Dosen Prodi Biologi FMIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
2
Mahasiswa Prodi Biologi FMIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
*)
E-mail: (susieamilah3@gmail.com)

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan konsentrasi terbaik dari ekstrak daun sawo
manila (Manilkara zapota) dan daun sawo kecik (Manilkara kauki) terhadap zona hambat pertumbuhan
Candida albicans. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan metode difusi cakram dan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sawo manila
(Manilkara zapota) dan daun sawo kecik (Manilkara kauki) berpotensi dalam menghambat pertumbuhan
Candida albicans. Ekstrak daun sawo manila (Manilkara zapota) yang terbaik dalam menghambat
pertumbuhan Candida albicans yaitu pada konsentrasi 80% dengan diameter zona hambat 1,62 mm. Ekstrak
daun sawo kecik (Manilkara kauki) yang terbaik dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans yaitu
pada konsentrasi 80% dengan besar zona hambat 3,96 mm .

Kata Kunci : zona hambat, ekstrak daun sawo kecik, ekstrak daun sawo manila.

The Potential of Sapodilla Manila Leaf Extract (Manilkara zapota)


and Sapodilla Kecik Leaf Extract (Manilkara Kauki) as Inhibitor of
Candida albicans Growth
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the best potency and concentration of sapodilla manila leaf extract
(Manilkara zapota) and sapodilla kecik leaf (Manilkara kauki) to blocked growth zone of Candida albicans.
This research is an experimental research using complete random design (RAL) with disc diffusion method
and conducted in Microbiology Laboratory of Faculty of Mathematics and Natural Sciences of PGRI Adi
Buana University. The results showed that the leaf of sapodilla manila leaf extract (Manilkara zapota) and
sapodilla kecik leaf (Manilkara kauki) has the potential to inhibit the growth of Candida albicans. Sapodilla
manila leaf extract (Manilkara zapota) is best in inhibit the growth of Candida albicans at 80%
concentration with a diameter of the inhibit zone of 1.62 mm. Sapodilla kauki leaf extract (Manilkara kauki)
is best in inhibit the growth of Candida albicans that is at 80% concentration with a large zone of 3.96 mm
inhibition.

Keywords: drag zone, extract, sapodilla kecik leaf, sapodilla manila leaf

I. PENDAHULUAN
Iklim tropis dengan kelembaban udara yang Penggunaan obat anti jamur dapat menimbulkan
tinggi di Indonesia sangat mendukung resistensi terhadap jamur serta dapat menimbulkan
pertumbuhan jamur. Jamur yang patogen efek samping [4]. Penggunaan obat sintetik dapat
kebanyakan hidup di alam bebas dan dalam kondisi menekan Candida, namun dapat menimbulkan efek
tertentu dapat menimbulkan kerugian pada samping bagi manusia seperti alergi, iritasi, dan
manusia, salah satunya yaitu Candida albicans [1]. mual [5]. Terdapat pilihan lain dalam mengobati
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang penyakit kandidiasis, yaitu memanfaatkan
disebabkan oleh Candida dan merupakan salah tanaman obat tradisional. Ekstrak tanaman yang
satu infeksi jamur yang sering ditemukan terstandarisasi dapat menjadi sumber obat-obatan
menyerang manusia dan terjadi karena adanya baru karena adanya kandungan senyawa kimia
pertumbuhan jamur secara berlebihan [2][3]. yang beraneka ragam. Kandungan zat aktif

61
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No.1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

tanaman yang memiliki kemampuan fungicidal setiap perlakuan. Data diuji dibantu dengan
dapat menjadi pilihan alternatif sumber senyawa menggunakan SPSS.
aktif pada obat-obatan antifungi [6][7]. Tumbuhan
sawo kecik dan sawo manila diketahui 2.7. Pengambilan Sampel
mengandung saponin, flavonoid dan polifenol. 2.4.1 Pembuatan Ekstrak Daun Sawo Manila
Kandungan senyawa aktif tersebut mempunyai dan Daun Sawo Kecik
potensi dapat menghambat pertumbuhan jamur Daun sawo manila (Manilkara zapota)
[8][10]. Penelitian lain menyebutkan bahwa ada dan sawo kecik (Manilkara kauki) dicuci,
pengaruh ekstrak daun sawo kecik terhadap daya kemudian dikeringkan pada tempat yang tidak
langsung terkena matahari. Daun yang telah kering
hambat pertumbuhan Fusarium solani dan pada
di blender sampai halus sehingga berbentuk serbuk
ekstrak kulit batang dan daun sawo manila yang yang siap untuk diekstraksi. Ekstraksi dilakukan
ditunjukkan dengan zona penghambatan Fusarium dengan menggunakan metode maserasi. Simplisia
sp pada kisaran diameter zona hambat 8-16 mm [9] berupa serbuk sebanyak 50 gram ditambahkan
[10]. pelarut etanol absolut sebanyak 200 mL (1:4),
Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk kemudian diaduk dan dimaserasi selama 24 jam.
Simplisia yang telah direndam selanjutnya disaring
mengetahui potensi ekstrak daun sawo manila dengan menggunakan kertas saring Whatman No.1.
(Manilkara zapota) dan daun sawo kecik Masing-masing ekstrak etanol daun sawo manila
(Manilkara kauki) terhadap zona hambat dan sawo kecik selanjutnya dievaporasi dengan
pertumbuhan Candida albicans. menggunakan rotary evaporator pada suhu 50°C
kemudian dipisahkan dari pelarut etanol
2. METODE PENELITIAN menggunakan waterbath.
Perhitungan pengenceran konsentrasi
2.4. Tempat dan Waktu Penelitian
larutan pada penelitian ini yaitu, konsentrasi
Penelitian ini dilakukan di laboratorium ekstrak 0% = 10 ml etanol 96%; konsentrasi
Mikrobiologi Prodi Biologi FMIPA Universitas ekstrak 20 % = sebanyak 20 gram ekstrak
PGRI Adi Buana Surabaya. ditambahkan aquades hingga 100 ml; konsentrasi
ekstrak 40 % = sebanyak 40 gram ekstrak
2.5. Alat dan Bahan Penelitian ditambahkan aquades hingga 100 ml; konsentrasi
kompor gas, autoclave, gelas ukur, kawat ekstrak 60 % = sebanyak 75 gram ekstrak
ditambahkan aquades hingga 100 ml; dan
ose, tabung reaksi, timbangan ohaus, cawan petri, konsentrasi ekstrak 80 % = sebanyak 80 gram
jangka sorong, blender, pisau, nampan, pengaduk, ekstrak ditambahkan aquades hingga 100 ml.
tabung erlenmeyer, oven dan rotary evaporator.
Bahan yang digunakan adalah daun sawo manila a. Pembuatan Media SDA
(Manilkara zapota), daun sawo kecik (Manilkara Sebanyak 6,5 gram bubuk media SDA dan
kauki), Candida albicans, media SDA (Saboraud 100 ml aquades steril dicampur kedalam tabung
Dextrose Agar), NaCl steril, Aquades steril, alcohol elenmeyer, diaduk hingga homogen dan dipanaskan
96%, kertas pembungkus, kertas cakram, tali, diatas hotplate hingga mendidih.
kertas whattman no 42 dan Alumunium foil. Setelahxdxscdskemudian diangin-anginkan sampai
tidak ada larutan yang menetes. Kertas cakram
2.6. Rancangan Penelitian diletakkan diatas permukaan medium agar, jarak
Penelitian ini adalah penelitian kertas cakram antara satu dengan yang lainnya
eksperimental Rancangan penelitian yang sebesar 3 cm dan dari tepi media sebesar 2 cm.
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Cawan petri ditutup kemudian diinkubasi selama 4
dan data yang diukur adalah besar zona hambat hari pada suhu ruang. Aktivitas antifungi diamati
yang dihasilkan oleh ekstrak daun sawo manila dan berdasarkan diameter daerah hambat yang
ekstrak daun sawo kecik terhadap jamur Candida ditunjukkan dengan daerah bening yang dibentuk
albicans dengan 5 perlakuan yaitu 0%, 20%, 40%, disekeliling kertas cakram. Zona hambat yang
60% dan 80% dan 5 kali pengulangan. Data diuji terbentuk disekitar kertas saring diukur diameter
dengan uji F (ANOVA) taraf 5%. Jika ada vertikal dan diameter horizontalnya dalam satuan
pengaruh ekstrak daun sawo manila dan daun sawo milimeter (mm) menggunakan jangka sorong.
kecik terhadap Candida albicans, maka dilanjutkan Pengukuran diameter zona hambat
dengan uji LSD untuk mengetahui perbedaan pada dilakukan sebanyak 3 kali pada sisi horizontal,
vertikal, dan diagonal lalu dijumlahkan dan dirata-

62
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No.1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

rata. Hasil diameter zona hambat diperoleh dengan sebesar 0,86 mm, rata-rata zona hambat pada
cara mengurangi diameter zona bening yang konsentrasi 40% sebesar 1,87 mm, rata-rata zona
terbentuk di sekitar kertas cakram dengan diameter hambat pada konsentrasi 60% sebesar 2,65 mm dan
kertas cakram yang mengandung ekstrak. rata-rata zona hambat pada konsentrasi 80%
sebesar 3,96 mm. Semakin tinggi konsentrasi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ekstrak daun sawo kecik maka semakin besar
Hasil analisis menggunakan ANOVA persentase daya hambat pertumbuhan Candida
menunjukkan bahwa ekstrak daun sawo manila albicans.
berpengaruh signifikan (P<0,05) terhadap diameter Perbandingan yang terlihat pada Gambar 1 dan
zona hambat pertumbuhan Candida albicans. Gambar 2 menunjukkan bahwa ekstrak daun sawo
Berdasarkan Gambar 1, pengukuran diameter zona manila memiliki diameter zona hambat lebih
hambat yang terbentuk pada ekstrak daun sawo rendah dibandingkan dengan ekstrak daun sawo
manila dapat dilihat bahwa rata-rata zona hambat kecik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada konsentrasi 20% sebesar 0,23 mm, rata-rata pemberian ekstrak daun sawo manila pada
zona hambat pada konsentrasi 40% sebesar 0,88 konsentrasi 80% memiliki daya hambat terhadap
mm, rata-rata zona hambat pada konsentrasi 60% pertumbuhan jamur Candida albicans dengan
sebesar 1,21 mm dan rata-rata zona hambat pada rerata 1,62 mm dapat dikategorikan lemah.
konsentrasi 80% sebesar 1,62 mm. Berdasarkan kriteria Davis and Stout (1971)
menyatakan bahwa diameter zona bening < 5 mm
memiliki daya hambat yang lemah [11] [12].
Penelitian terdahulu juga mengungkapkan bahwa
berbagai konsentrasi ekstrak daun sawo manila
tidak mampu menghasilkan diameter zona hambat
jamur Candida albicans[13].
Besar atau kecilnya diameter zona hambat
yang terbentuk dari pengujian aktivitas antifungi
tergantung pada tinggi rendahnya zat aktif yang
terkandung didalam ekstrak. Zona hambat yang
kecil mungkin disebabkan oleh rendahnya zat aktif
yang ada didalam ekstraksi dan tidak terbentuknya
Gambar 1. Grafik zona hambat ekstrak daun sawo
manila (Manilkara zapota) terhadap pertumbuhan zona hambat pada konsentrasi tertentu mungkin
Candida albicans disebabkan oleh kecilnya kadar konsentrasi zat
aktif sehingga belum mampu menghambat
jamur[14].
Selain itu, kepolaran pelarut yang digunakan
dapat mempengaruhi proses difusi ekstrak
kedalam media SDA [15]. Ekstrak dengan pelarut
yang polar akan lebih mudah masuk kedalam
media SDA dan lebih maksimal menghambat
pertumbuhan koloni jamur. Pelarut yang
digunakan harus memiliki sifat kepolaritasan yang
sama dengan senyawa yang akan ditarik[16].
Gambar 2. Grafik zona hambat ekstrak daun sawo Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa aktivitas
kecik (Manilkara kauki) terhadap pertumbuhan antijamur Candida albicans paling besar
Candida albicans menggunakan ekstrak daun gelinggang
ditunjukkan oleh pelarut metanol dibandingkan
Berdasarkan Gambar 2, hasil penelitian
dengan pelarut etanol. Hal ini diduga karena
menunjukkan bahwa ekstrak daun sawo kecik
senyawa metabolit sekunder spesifik yang
berpengaruh signifikan (P<0,05) terhadap diameter
berperan sebagai antifungi tidak terekstraksi
zona hambat pertumbuhan Candida albicans.
dengan pelarut etanol, sehingga senyawa metabolit
Pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk
sekunder yang didapat tidak akurat dalam
pada ekstrak daun sawo kecik dapat dilihat bahwa
rata-rata zona hambat pada konsentrasi 20%

63
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No.1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

menghambat pertumbuhan jamur Candida kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel
albicans [15]. ini.
Menurut penelitian terdahulu, hasil uji
kualitatif kandungan senyawa antifungal dalam DAFTAR PUSTAKA
ekstrak daun sawo kecik menunjukkan hasil positif 1. Novandi, SA. Uji aktivitas antijamur ekstrak etil
adanya tannin, flavonoid, alkaloid dan saponin asetat buah ceremai (Phyllanthus acidus (l.)
[10]. Penelitian aktivitas antifungal tanin yang skeels terhadap Candida albicans dan
Trichophyton rubrum (skripsi). Surakarta:
terdapat pada ekstrak etanol daun sawo kecik Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2010.
dalam menghambat Fusarium solani terbukti 2. Yugo, MR. Pola Kepekaan Candida albicans
menghambat sintesis kitin yang digunakan untuk Terhadap Flukonazol dan Itrakonazol secara In
Vitro: Tinjauan pada Bahan Klinik
pembentukan dinding sel pada kapang dan
Laboratorium Mikologi Departemen
merusak membran sel sehingga pertumbuhan Parasitologi FKUI Periode 2010-2011. Jakarta:
kapang terhambat, sedangkan senyawa flavonoid Departemen Parasitologi, FK UI; 2011.
menyebabkan protein terdenaturasi, sehingga 3. Darmadi, IPA. Isolasi dan Uji Sensitivitas Jamur
Candida albicans dan Candida non-albicans
lapisan lipid dan dinding sel rusak [10]. Terhadap Flukonazol (karya tulis ilmiah).
Mekanisme antifungal saponin yaitu Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes;
menganggu membran sel jamur dan 2018.
kemampuannya untuk berikatan dengan sterol 4. Gunawan, SG, Setiabudy, R, Nefrialdi, Elysabeth.
Farmakologi dan Terapi Edisi Ke-5. Jakarta:
dalam membran kapang yang menyebabkan Balai Penerbit FKUI; 2013.
hilangnya integritas membran[10][18]. Senyawa- 5. Deza, AI. Kemampuan Tanaman Obat Menghambat
senyawa tersebut dapat mengakibatkan kematian Pertumbuhan Candida albicans Penyebab
Sariawan Secara Invitro (skripsi). Padang:
dan dapat menurunkan jumlah koloni dari sel C. Universitas Negeri Padang; 2010.
albicans [18] [19]. 6. Ajiningrum, PS, Ngadiani, Budiarti FF. Uji Banding
Ekstrak Bawang Hitam dan Ekstrak Bawang
Putih (Allium sativum) Sebagai Antifungi
4. KESIMPULAN Terhadap Pertumbuhan Candida albicans.
Berdasarkan analisis data, maka dapat Journal of Pharmacy and Science. 2019; 4(2):
disimpulkan bahwa: 101-104.
7. Dellavalle, RP, Garner, S. Acne vulgaris. The
1. Ada pengaruh pemberian ekstrak daun sawo
Lancet. 2011; 379(9813): 361– 372.
manila (Manilkara zapota) dan daun sawo 8. Prayudhani, MF, Hastuti, US, Suarsini, E. Daya
kecik (Manilkara kauki) terhadap zona hambat Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Kulit
pertumbuhan Candida albicans. Batang Sawo Kecik (Manilkara kauki) terhadap
Bakteri Escherchia coli. Makalah disajikan
2. Ekstrak daun sawo manila (Manilkara zapota) dalam Seminar Nasional X Pendidikan Biologi
memiliki efek daya hambat terbaik pada FKIP UNS; 2013.
konsentrasi 80% dengan besar zona hambat 9. Osman MA, Aziz MA, Habib MR dan Karim MR.
1,62 mm dan daun sawo kecik (Manilkara Antimicrobial investigation on Manilkara
zapota (L.) P. Royen International Journal of
kauki) memiliki efek daya hambat terbaik pada Drug Development & Research. 2011; 3(1):185-
konsentrasi 80% dengan besar zona hambat 190.
3,96 mm. 10. Sari, EN. Pengaruh Ekstrak Daun Sawo Kecik
(Manilkara kauki (L.) Dubard) Terhadap Daya
Hambat Pertumbuhan Fusarium Solani Secara
5. UCAPAN TERIMAKASIH In Vitro (Skripsi). Malang: Universitas Negeri
Malang; 2015.
Terima kasih kepada rekan-rekan yang 11. Rahmawaty, N, E Sudjarwo, E. Widodo. Uji
membantu memberikan saran dan masukan selama aktivitas antibakteri ekstrak herbal terhadap
proses penelitian ini. bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. 2014; 24 (3): 24 – 31.
12. Davis, W. W. dan T. R. Stout. Disc plate methods of
6. PENDANAAN microbiological antibiotic assay. Microbiology.
1971; 22: 659-665.
Penelitian ini tidak didanai oleh sumber hibah 13. Andriani, A. Pengaruh Berbagai Konsentrasi
manapun. Ekstrak Daun Sawo (Manilkara zapota)
Terhadap Diameter Zona Hambat Jamur
7. KONFLIK KEPENTINGAN Candida albicans Sebagai Sumber Belajar
Biologi (Undergraduate (S1) thesis). Malang:
Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat University of Muhammadiyah Malang; 2019
potensi konflik kepentingan dengan penelitian,
64
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No.1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

14. Mutammima, N. Uji Aktivitas Antijamur, Penentuan


Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Dan
Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) Serta Klt-
Bioautografi Ekstrak Etanol Daun Plethekan
(Ruellia tuberosa L.) Terhadap Candida
albicans (Skripsi). Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim; 2017.
15. Alioes, Y, A. Kartika, EM Zain, V. Azura. Uji
Potensi Antijamur Candida albicans Ekstrak
Daun Gelinggang (Cassia alata L.)
Dibandingkan Dengan Sediaan Daun Sirih Yang
Beredar Di Pasaran Secara In Vitro. Jurnal
Kimia Riset,. 2018; 3(2): 108-115
16. Sudarmadji, S., Haryono., B, Suhardi. Analisis
untuk bahan makanan dan pertanian.
Yogyakarta: Liberty; 1989.
17. Islam R, Parvin S, Banu R, Jahan N, Nandita D,
Islam E. Antibacterial and phytochemical
screening of ethanol extracts of manilkara
zapota leaves and bark. IJPS. 2013; 3(6): 394-
397.
18. Azaleaa MR, Ashrin MN dan Widaningsih.
Efektivitas ekstrak daun mangrove Avicennia
alba terhadap penurunan jumlah koloni Candida
albicans pada basis gigi tiruan akrilik. Denta
jurnal kedokteran gigi. 2014;2(8): 24-25.
1. Nashrullah, M. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun
Manggrove (Avicenna Marina) Terhadap
Pertumbuhan Candida albicans Pada Gigi
Tiruan Lepasan Akrilik (skripsi). Universitas
Hasanudin, Makasar: 2017.

65
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No.1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Halaman Kosong

66
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Artikel Penelitian
Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran
Pernafasan Rawat Jalan di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten
Tebo Tahun 2018
Rasmala Dewi 1, Deny Sutrisno 1. Febri Fernando 1*)
1
STIKES Harapan Ibu Jambi
*)
E-mail: (febrifernando019@gmail.com)

ABSTRAK
Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.
Terapi pengobatan pada penyakit infeksi saluran pernafasan terdiri dari pemberian antibiotik dan pengobatan
simtomatis. Keberhasilan terapi sangat tergantung pada penggunaan antibiotik secara rasional yang tepat dan
bijak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran
pernafasan rawat jalan di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo dengan parameter yang meliputi tepat
indikasi obat, tepat pasien, tepat dosis obat, dan interaksi obat. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan metode analisis deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif dengan sampel
meliputi seluruh pasien penderita infeksi saluran pernafasan rawat jalan di Puskesmas Sungai Abang
Kabupaten Tebo tahun 2018 yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran
pernafasan rawat jalan tahun 2018 berdasarkan analisa kualitatif yang telah dilakukan di Puskesmas Sungai
Abang Kabupaten Tebo, didapat tepat indikasi obat sebesar 81,73%, tepat pasien sebesar 100%, tepat dosis
obat sebesar 92,31%, dan kejadian interaksi obat antibiotik sebanyak 13 kejadian. Berdasarkan 104 data
rekam medik pasien di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo tahun 2018 masih ditemukan
ketidakrasionalan dalam penggunaan antibiotik.
Kata kunci: Infeksi Saluran Pernafasan, Rasionalitas Penggunaan Antibiotik, Puskesmas Sungai Abang

Rationality of the Use of Antibiotics in Outpatient Respiratory Tract


Infection In Sungai Abang Health Center Tebo Regency in 2018
ABSTRACT
Respiratory tract infections are the leading cause of infectious disease morbidity and mortality in the world.
Treatment therapy in respiratory tract infections consists of antibiotics and symptomatic treatment. The
success of therapy is very dependent on the use of antibiotics in a rational way that is appropriate and wise.
This study aims to determine the accuracy of the use of antibiotics outpatients respiratory tract infections in
Sungai Abang Health Center, Tebo Regency with parameters that include the right indication of the drug,
the right patient, the right dose of drug, and the drug interactions. This research is a descriptive
observational study with descriptive analysis methods and retrospective data with samples including all
patients suffering from outpatients respiratory tract infections in Sungai Abang Health Center in Tebo
Regency in 2018 who met the inclusion criteria. Sampling in this study using a purposive sampling
technique. The rationality of the use of antibiotics in outpatients respiratory tract infections in 2018 based on
a qualitative analysis conducted at Sungai Abang Health Center in Tebo Regency, obtained a right
indication of the drug at 81.73%, the right patient at 100%, the right dose of the drug at 92.31% and the
incidence of antibiotic drug interactions by 13 events. Based on 104 data of medical records of patients in
Sungai Abang Health Center, Tebo Regency in 2018 there was still an irrationality in the use of antibiotics.

Keywords: Respiratory Tract Infections; Rationality Of Antibiotic Use; Sungai Abang Health Center.

1. PENDAHULUAN
Kebakaran hutan dan lahan selalu terjadi setiap Kabupaten Tebo merupakan kabupaten yang
tahun di Indonesia, terutama di Pulau Sumatera. memiliki tingkat kerawanan kebakaran hutan dan
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada tahun lahan yang paling tinggi. Jumlah hotspot yang
2015 menempatkan Indonesia ke titik perhatian ditemukan di Kabupaten Tebo menduduki
dunia. Provinsi Jambi termasuk wilayah yang peringkat pertama di tahun 2015 [2] . Dampak dari
sering menyumbangkan hotspot di Indonesia [1]. hasil kebakaran hutan dan lahan akan menghasilkan

67
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

berbagai polutan berupa partikel dan gas yang 2. METODE PENELITIAN


berdampak terhadap kesehatan manusia dan Penelitian ini merupakan penelitian
menimbulkan berbagai penyakit diantaranya infeksi observasional dengan metode analisis deskriptif
saluran pernafasan, asma, iritasi mata dan iritasi dan pengambilan data secara retrospektif.
kulit. Infeksi Saluran Pernafasan merupakan Pengambilan sampel pada penelitian ini
penyakit yang umum terjadi di masyarakat [3] . menggunakan teknik purposive sampling, dengan
Infeksi saluran pernafasan pada tahun 2019 sampel meliputi seluruh pasien penderita infeksi
merupakan penyebab utama morbiditas dan saluran pernafasan rawat jalan di Puskesmas
mortalitas penyakit menular di dunia [4] . Sungai Abang Kabupaten Tebo Tahun 2018 yang
Berdasarkan data yang didapat dari memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo
1. Kriteria Inklusi :
Kecamatan VII Koto, ISPA menduduki peringkat
pertama dari 10 penyakit terbesar terhitung pada (a) Pasien dengan diagnosis infeksi saluran
tahun 2015 35,21%, pada tahun 2016 37,69%, pada pernafasan yang mendapat terapi antibiotik
tahun 2017 35,70%, pada tahun 2018 40,99%. (b) Data rekam medis pasien yang jelas dan
Jumlah pasien ISPA di Puskesmas Sungai Abang lengkap (meliputi usia, jenis kelamin, diagnosis,
sebanyak 1.288 pasien (2015), 1.236 pasien (2016), antibiotik yang digunakan dan dosis antibiotik)
1.508 pasien (2017), dan 1.484 pasien (2018). (c) Dengan atau tanpa komplikasi,
Penatalaksanaan pada penyakit infeksi
(d) Usia > 25 tahun.
saluran pernafasan terdiri dari pemberian antibiotik
dan pengobatan simtomatis [5] . Keberhasilan 2. Kriteria eksklusi :
terapi sangat tergantung pada penggunaan (a) Pasien dengan diagnosis infeksi saluran
antibiotik secara rasional yang tepat dan bijak [6] . pernafasan yang tidak spesifik,
Menurut hasil penelitian, persentase kerasionalan
(b) Pasien dengan infeksi lain,
penggunaan antibiotik berdasarkan standar
Pharmaceutical Care dari 300 sampel pasien (c) Pasien infeksi saluran pernafasan yang
terdiagnosis ISPA di Puskesmas Kuamang Kuning meninggal dunia.
I Kabupaten Bungo tahun 2005 yaitu, tepat indikasi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
100%, tepat obat 96,33%, tepat dosis 86% dan Berdasarkan data rekam medik pasien
tepat rute 100% [7] . Menurut hasil penelitian di penderita infeksi saluran pernafasan rawat jalan di
Puskesmas Dirgahayu Kabupaten Kotabaru Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo Tahun
Kalimantan Selatan Periode Oktober-Desember 2018 diperoleh sampel yang memenuhi kriteria
2017 dari jumlah sampel sebanyak 94 data rekam inklusi sebanyak 104 pasien dan ekslusi sebanyak
medik diketahui persentase ketepatan penggunaaan 100 pasien dengan populasi sebanyak 204 pasien
antibiotik meliputi tepat indikasi 39%, tepat obat selama periode Januari – Desember 2018.
27,5%, tepat pasien 27%, tepat dosis 9,4%, dan
kerasionalan penggunaan antibiotik yaitu 9,4% [8] . Tabel 1. Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia,
Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Jenis Kelamin, dan Jenis Antibiotik Yang digunakan
masih terdapat banyak ketidakrasionalan dari Karakteristik Jumlah Persentase
penggunaan antibiotik ditinjau dari pedoman- pasien Pasien (%)
pedoman yang digunakan. Atas dasar ini maka Usia(tahun)
46-55 38 36,54
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
36-45 26 25,00
judul “Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada 26-35 18 17,31
Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Rawat Jalan Di 56-65 12 11,54
Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo Tahun >65 10 9,62
2018”. Total 104 100

Jenis Kelamin
Laki-laki 53 50,96
Perempuan 51 49,04
Total 104 100

68
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Antibiotik yang Golongan antibiotik yang paling banyak


digunakan digunakan pada pasien ISPA adalah antibiotik
Amoksisilin 54 51,92 golongan betalaktam golongan amino penisilin
Eritromisin 30 28,85
yaitu amoksisilin (51,92%). Semua kasus yang
Ciprofloksasin 16 15,38
diteliti menggunakan antibiotik tunggal, pemberian
Cefadroksil 2 1,92
Kotrimoksazol 2 1,92 antibiotik tunggal dapat memiliki manfaat seperti
Total 104 100 mencegah resiko terjadinya interaksi obat,
mengurangi efek samping dan menekan biaya
(Sumber : Data Rekam Medik Puskesmas Sungai Abang sehingga biaya terapi lebih murah (6).
Periode Januari - Desember 2018) Tabel 2. Analisis Data Kualitatif Tepat Indikasi Obat,
Karakteristik pasien infeksi saluran pernafasan Tepat Pasien, dan Tepat Dosis Obat
usia tertinggi adalah usia 46-55 tahun sebanyak Jumlah Persentase
Data Kualitatif
36,54% dan terendah usia > 65 tahun sebanyak Pasien (%)
9,62%. Menurut Depkes RI [9] usia 15-64 tahun Tepat Indikasi Obat
adalah kelompok usia produktif, dimana banyak Tepat 85 81,73
orang melakukan aktivitas di luar rumah sehingga Tidak Tepat 19 18,27
mudah terkena infeksi saluran pernafasan Total 104 100
dikarenakan pencemaran udara seperti berasal dari
Tepat Pasien
asap kendaraan, asap rokok ataupun fenomena Tepat 104 100
kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Usia Tidak Tepat 0 0
46-55 tahun termasuk kelompo lanjut usia awal Total 104 100
[10] , dalam hal ini lanjut usia lebih rentan terkena
berbagai macam penyakit infeksi [11]. Kerentanan Tepat Dosis Obat
tersebut terjadi dikarenakan berkurangnya produksi Tepat 96 92,31
immunoglobulin sebagai antibodi dan menurunnya Tidak Tepat 8 7,69
respon sistem kekebalan tubuh, adanya penyakit Total 104 100
pernyerta yang timbul setelah terjadi penurunan (Sumber : Data Rekam Medik Puskesmas Sungai
struktur dan fungsi organ tubuh, gangguan Abang Periode Januari - Desember 2018)
fungsional tubuh, malnutrisi yang menyebabkan Ketepatan indikasi yang diperoleh dari hasil
rentan terkena penyakit infeksi, dan kondisi sanitasi penelitian di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten
lingkungan yang buruk [12] . Tebo Tahun 2018 yaitu 81,73%. Sisanya 18,27%
Pada penelitian ini, pasien berjenis kelamin tidak tepat indikasi, ketidaktepatan terjadi pada
laki-laki lebih mendominasi, hal ini senada pemberian antibiotik untuk pasien dengan
diungkapkan [13] bahwa laki-laki memiliki resiko diagnosis common cold dan influenza, penggunaan
lebih tinggi terkena infeksi saluran pernafasan dari antibiotik tersebut tidak sesuai dengan pedoman
pada perempuan karena terdapat perbedaan pengobatan yang ada, dimana dikatakan pada
lingkungan dan perilaku antara laki-laki dan common cold tidak diberikan antibiotik karena
perempuan seperti kesadaran diri dalam hal etiologi terbanyak disebabkan oleh virus [17] .
menjaga kesehatan. Jenis kelamin laki-lakilah yang Pada common cold, terapi diutamakan dengan
banyak terserang ISPA karena mayoritas laki-laki menggunakan obat simptomatis sesuai dengan
merupakan perokok dan sering berkendaraan, keluhan yang dialami oleh pasien. Selain itu
sehingga mereka sering terkena polusi udara [14] . common cold juga akan sembuh dengan sendirinya
Selain itu, laki-laki lebih rentan terserang infeksi setelah 3-5 hari [17] .
dikarenakan laki-laki lebih aktif dalam beraktivitas Selain itu, ada juga beberapa persepsi yang
sehingga keterpaparan udara lebih banyak dari keliru terkait pengobatan penyakit ini dengan
perempuan [15] . Secara biologis sistem pertahanan menggunakan antibiotik di awal gejala batuk dan
tubuh laki-laki berbeda dengan perempuan. flu yang dialami. Padahal penggunaan antibiotik
Hormon estrogen memperkuat sistem kekebalan tidaklah tepat untuk mengobati infeksi common
tubuh membuat perempuan lebih tahan terhadap cold yang disebabkan oleh virus. Beberapa
infeksi [16] . pendapat dari jurnal internasional menyebutkan
bahwa pengobatan common cold (batuk dan pilek
biasa) dengan menggunakan antibiotik pada pasien

69
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

anak maupun dewasa tidak mempercepat kondisi patologi maupun fisiologi pasien serta tidak
penyembuhan penyakit dan tidak pula mengurangi ada kontraindikasi. Cara analisis untuk tepat pasien
keparahan penyakit. Di sisi lain penggunaan sendiri hanya terbatas berdasarkan hasil rekam
antibiotik memberikan risiko efek samping pada medis yang ada dikarenakan sangat terbatasnya
saluran cerna, meningkatkan biaya pengobatan, dan data catatan rekam medis dan tidak adanya data
meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik laboratorium seperti fungsi hati, serum kreatinin
[18] . dan sebagainya.
Penggunaan antibiotik pada pasien dengan Ketepatan dosis dari obat antibiotik yang
diagnosis influenza juga tidak tepat. Influenza digunakan dari 104 pasien menunjukkan ketepatan
umumnya dapat disembuhkan hanya dengan dosis obat sebesar 92,31% sedangkan yang tidak
meningkatkan daya tahan tubuh penderitanya. tepat dosis sebesar 7,69%. Beberapa kasus yang
Namun dapat pula diberikan obat-obatan tidak tepat pada penelitian ini, terjadi pada
simptomatis untuk meringankan gejalanya [8] . pemberian antibiotik kotrimoksazol dan eritromisin
Penyakit influenza merupakan penyakit menular yang diberikan cenderung kurang dibandingkan
yang disebabkan oleh virus influenza dan bersifat range dosis acuan menurut standard
dapat sembuh sendiri (self-limited desease) karena (Pharmaceutical care). Pada pasien yang di
adanya sistem imunitas tubuh, sehingga diagnosis bronkitis diberikan antibiotik
penggunaan antibiotik tidak perlu diberikan apabila kotrimoksazol dengan dosis 2x480 mg dengan
tidak disertai radang maupun adanya infeksi range dosis acuan 2x2 tab (1 tab = 480 mg), dosis
sekunder yang lain [19] . yang diberikan cenderung kurang dibandingkan
Beberapa penatalaksanaan terapi influenza di dengan dosis acuan menurut standar. Begitu pula
Puskesmas tidak tepat indikasi, hal tersebut pada pasien faringitis tanpa gangguan ginjal
dikarenakan petugas kesehatan puskesmas diberikan antibiotik eritromisin dengan dosis 2x500
memberikan antibiotik ketika pasien mengalami mg dan range dosis acuan 4x500 mg. Dosis yang
gejala demam dan batuk yang parah. Penggunaan diberikan cenderung kurang dibandingkan range
antibiotik tidak memiliki peran dalam mengobati dosis acuan karena frekuensi atau interval yang
influenza [20] . Penyalahgunaan antibiotik ini dapat diberikan tidak tepat yang menyebabkan dosis
menyebabkan peningkatan resistensi bakteri, menjadi kurang (underdose). Hal ini dapat
meningkatkan beban penyakit kronis, menyebabkan efektivitas terapi yang tidak
meningkatkan biaya layanan kesehatan dan efek maksimal dan dapat memicu terjadinya resistensi
samping [13] . bakteri [6] .
Pada penelitian ini, cara analisis untuk tepat
Tabel 3. Analisis Interaksi Obat Antibiotik
indikasi sendiri hanya terbatas berdasarkan hasil
rekam medis yang ada. Peneliti hanya bisa Analisis Interaksi Jumlah Persentase
menyimpulkan bahwa adanya indikasi infeksi dari Obat Kejadian (%)
Interaksi Obat
diagnosa semata yang dipercayakan pada profesi
Antibiotik
dokter, hal ini dikarenakan sangat terbatasnya data Ciprofloksasin ><
rekam medis riwayat klinis yang mengindikasikan 10 76,92
Deksametason
adanya infeksi dan tidak adanya data hasil Ciprofloksasin ><
3 23,08
pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, Metilprednisolon
serologi, dan penunjang lainnya. Analisis yang Total 13 100
dilakukan untuk indikasi hanya terbatas
Tingkat Keparahan
berdasarkan kesesuaian pemberian obat antara Mayor 13 100
indikasi dengan diagnosa dokter. Moderat 0 0
Berdasarkan data rekam medik pasien infeksi Minor 0 0
saluran pernafasan tahun 2018, didapat hasil 100% (Sumber : Data Rekam Medik Puskesmas Sungai Abang
tepat pasien. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada Periode Januari - Desember 2018)
pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap Berdasarkan drug interaction checker,
antibiotik ataupun memiliki penyakit penyerta yang diperoleh interaksi obat antibiotik yang terjadi
dikontraindikasikan untuk menggunakan antibiotik adalah sebanyak 13 kejadian. Interaksi obat
tersebut. Hal tersebut menunjukkan penggunaan antibiotik yang terjadi pada penelitian ini adalah
antibiotik yang diberikan sudah sesuai dengan interaksi obat dengan tingkat keparahan mayor

70
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

sebanyak 100% dengan metilprednisolon sebanyak 7. KONFLIK KEPENTINGAN


3 dari 13 kejadian (23,08%). Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat potensi
Pemberian ciprofloksasin dengan konflik kepentingan dengan penelitian, kepenulisan
kortikosteroid seperti deksametason dan (authorship), dan atau publikasi artikel ini.
metilprednisolon secara bersamaan dapat
DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan risiko tendinitis dan ruptur tendon
[21] . Mekanismenya tidak diketahui. Tendonitis 1. Yuniva, R. (2018). Hubungan Curah Hujan dan
Ttitik Panas (Hotspot) Sebagai Indikator
dan ruptor tendon paling sering melibatkan tendon Terjdinya Kebakaran Hutan dan Lahan di
Achilles. Beberapa kasus memerlukan pembedahan Provinsi Jambi. Institut Pertanian Bogor.
atau mengakibatkan kecacatan. Ruptur tendon 2. Supriyanto, Syarifudin, ardi. (2018). Analisis
dapat terjadi selama atau beberapa bulan setelah Kebijakkan Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan Berkelanjutan di
terapi fluoroquinolon. Perlu monitoring secara ketat Provinsi Jambi. Jurnal Pembangunan
apabila fluoroquinolon dikombinasikan dengan Berkelanjutan, 1(1).
kortikosteroid, terutama pada pasien usia diatas 60 3. Depkes RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan. Jakarta:
tahun, penerima transplantasi ginjal, jantung, dan Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
paru-paru. Fluoroquinolon hanya boleh digunakan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
untuk mengobati kondisi yang terbukti disebabkan dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
oleh bakteri dan hanya jika manfaatnya lebih besar RI.
4. Wulandhani, S. and Purnamasari, A. B. (2019).
daripada resikonya [21] . Analisis Faktor Risiko Kejadian Infeksi
Paparan kuinolon meningkatkan resiko Saluran Pernapasan Akut ditinjau dari
gangguan tendon Achilles, khususnya pada pasien Lingkungan Fisik Risk Factors Analysis of
Acute Respiratory Infections Reviewed from
di atas 60 tahun yang secara bersamaan
The Physicalenvironment. Jurnal sainsmat,
menggunakan kortikosteroid oral. Meskipun VIII (2), 70–81.
insiden kejadian tendon Achilles ini masih rendah, 5. Hermawan dan Kartika Sari, K. A. (2014). Pola
pemberi resep harus mengetahui resiko ini dan Pemberian Antibiotik Pada Pasien ISPA
Bagian Atas di Puskesmas Sukasada II pada
mencoba untuk menghindari kombinasi dengan Bulan Mei-Juni 2014.
kortikoteroid oral atau harus menentukan agen 6. Al Kausar, F. (2018). Evaluasi Penggunaan
antimikroba alternatif lainnya [22] . Antibiotik Pada Pasien Penderita Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Atas di
4. KESIMPULAN Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum
Daerah H. Damanhuri Barabai Tahun 2017.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Universitas Muhammadiyah Surakarta.
rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien 7. Tobat, S. R., Mukhtar, M. H., & Pakpahan, I. H.
infeksi saluran pernafasan rawat jalan tahun 2018 D. (2015). Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
Pada Penyakit ISPA Di Puskesmas Kuamang
berdasarkan analisa kualitatif yang telah dilakukan Kuning I Kabupaten Bungo. Scientia, 5 (2).
di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo, 8. Aulia, F. (2018). Evaluasi Rasionalitas
didapat tepat indikasi obat sebesar 81,73%, tepat Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi
pasien sebesar 100%, dan tepat dosis obat sebesar Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) Di
Puskesmas Dirgahayu Kabupaten Kotabaru
92,31% serta kejadian interaksi obat antibiotik Kalimantan Selatan Periode Oktober-
sebanyak 13 kejadian. Desember 2017. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
5. UCAPAN TERIMAKASIH 9. Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Ditjen Yankes.
Dengan selesainya penelitian ini, penulis 10. Depkes RI. (2009). Klasifikasi Umur Menurut
mengucapkan terimakasih kepada Puskesmas Kategori. Jakarta: Ditjen Yankes
Sungai Abang Kabupaten Tebo yang telah 11. Syahila. (2018). Analisis Penggunaan Antibiotik
Pada Infeksi Saluran Pernafasan Atas Rawat
memberikan izin dan fasilitas, serta Bapak/Ibu Inap Di RSUD DR. Moewardi Pada Tahun
dosen Program Studi Farmasi STIKES Harapan Ibu 2016. Universitas Setia Budi Surakarta.
Jambi yang telah memberikan ilmu dan bantuan 12. Anorital. (2015). Morbiditas dan Multi Morbiditas
kepada penulis. pada Kelompok Lanjut Usia di Indonesia.
Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 4 (2), 77-
88.
6. PENDANAAN 13. Ladipa. (2018). Evaluasi Penggunaan Antibiotik
Penelitian ini tidak didanai oleh sumber hibah Pada Pasien Anak Penyakit Infeksi Saluran
manapun. Pernafasan Atas Akut (ISPaA) di Puskesmas
Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan

71
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Tahun 2016. Universitas Muhammadiyah


Surakarta.
14. Dharmage. (2009). Risk Factor of Acute Lower
Tract Infection in Children Under Five Years
of Age. Jakarta: Medical Public Health.
15. Sari, & Ardianti. (2017). Hubungan Umur dan
Jenis Kelamin terhadap Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita
Di Puskesmas Tembilahan Hulu. An-Nadaa,
26–30.
16. Rikomah, S. E., Devi, N., & Rahma Septiana.
(2018). Gambaran Penggunaan Antibiotik
Pada Pasien Pediatri Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Di Klinik Sint.
Carolus Bengkulu. Jurnal Ilmiah Manuntung,
4(1), 28–35.
17. Dasopang, & Juniati. (2018). Ketepatan
Pemberian Antibiotik Pada Pasien ISPA
Bagian Atas Di Puskesmas Pekan Labuhan
Medan Pada Bulan Januari-Juni 2017.
BioLink, 5 (1). Retrieved from
http://dx.doi.org/10.31289/biolink.v5i1.1697
18. Maula, & Rusdiana. (2016). Terapi Herbal dan
Alternatif pada Flu Ringan atau ISPA Non-
Spesifik. Majalah Farmasetika, 1 (2).
19. Fernandez. B. A. M. (2013). Studi Penggunaan
Antibiotik Tanpa Resep Di Kabupaten
Manggarai dan Manggarai Barat NTT. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2
(2).
20. Mamo, G., & Teshome, A. (2017). Evaluation of
Antibiotics Use in the Treatment of Upper
Respiratory Tract Infection in Bedele District
Hospital Southwest Ethiopia. Journal of
Scientific and Innovative Research, 6 (1), 38–
43.
21. Drugs.com. (2020). Prescription Drug
Information, Interactions & Side Effects.
Retrieved from
http://www.drugs.com/drug_interactions.html
1. Linden, P., Sturkenboom, M., & Herings, R.
(2003). Increased Risk of Achilles Tendon
Rupture With Quinolone Antibacterial Use,
Especially in Elderly Patients Taking Oral
Corticosteroids. Arch Intern Med, 163, 1801–
1807.

72
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Artikel Penelitian

Analisis Pengaruh Suhu Simulan Pangan


Terhadap Migrasi Formalin Dari Piring Melamin
Cicik Herlina Yulianti1*)
1
Akademi Farmasi Surabaya
*)
E-mail: (cicikhelina@akfarsurabaya.ac.id )

ABSTRAK
Produk piring melamin merupakan salah satu jenis produk kemasan pangan yang banyak digunakan saat ini.
Produk piring melamin banyak diminati karena memiliki kelebihan antara lain ringan, tidak mudah pecah,
berwarna-warni, desain menarik, dan harganya terjangkau. Akan tetapi semakin meningkatnya penggunaan
produk piring melamin, masyarakat harus mewaspadai beredarnya produk piring melamin yang mutunya
kurang baik. Piring melamin dapat membahayakan kesehatan jika digunakan untuk makanan bersuhu tinggi,
karena dapat memicu terlepasnya formalin dari peralatan makan melamin ke dalam tubuh. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh suhu simulan pangan terhadap migrasi formalin dari piring melamin
dan untuk mengetahui suhu makanan yang aman bagi peralatan makan melamin. Metode yang digunakan
untuk mengetahui kadar formalin terekstrak dari piring melamin menggunakan SNI 7322:2008, dengan
pereaksi Nash sebagai pereaksi ujinya. Hasil dari penelitian ini adalah suhu simulan pangan berpengaruh
terhadap kadar formalin terekstrak dari piring melamin. Makin tinggi suhu simulan semakin besar kadar
formalin yang terekstrak. Pada suhu simulan pangan 25°C, menghasilkan kadar formalin terekstrak dengan
range sebesar 0,0732 - 0,609 ppm. Pada suhu simulan pangan 60°C, menghasilkan kadar formalin terekstrak
dengan range sebesar 0,756 - 6,903 ppm. Pada suhu simulan pangan 80°C, menghasilkan kadar formalin
terekstrak dengan range sebesar 2,707 - 206,58 ppm. Pada suhu simulan pangan 100°C, menghasilkan kadar
formalin terekstrak dengan range sebesar 6,536 - 855,6 ppm. Suhu makanan yang aman untuk semuan jenis
piring melamin baik yang foodgrade amaupun non foodgrade adalah suhu 25°C karena kadar formalin
terekstrak yang dihasilkan kurang dari 3 ppm.

Kata kunci : suhu, simulan pangan, piring melamin, formalin, migrasi.

The Analysis of Food Simulant Temperature Effects on


Formaldehyde Migration on Melamine Plate
ABSTRACT
Melamine plate products are one type of food packaging product that is widely used today. Melamine plate
products are in great demand because they have advantages including light, not easily broken, colorful,
attractive designs, and affordable prices. However, the increasing use of melamine plate products, people
must be aware of the circulation of melamine dish products whose quality is not good. Melamine plates can
be dangerous to health if used for high temperature food, because it can trigger the release of formalin from
melamine tableware into the body. This study aims to analyze the effect of food simulant temperature on
formaldehyde migration from melamine plates and to determine the safe food temperature for melamine
tableware. The method used to determine the levels of formalin extracted from melamine plates uses SNI
7322: 2008, with Nash reagents as test reagents. The results of this study are the temperature of the food
simulants influence the levels of formaldehyde extracted from melamine plates. The higher the simulant
temperature, the greater the formaldehyde extracted. At a food simulant temperature of 25°C, the extracted
formaldehyde content range from 0,0732 – 0,609 ppm. At a food simulant temperature of 60°C, extracted
formaldehyde content range from 0,756 – 6,903 ppm. At a food simulant temperature of 80°C, extracted
formaldehyde content range from 2,707 – 206,58 ppm. At a food simulant temperature of 100°C, it produces
extracted formaldehyde content range from 6,536 – 855,6 ppm. Safe food temperature for all types of
melamine plates both foodgrade and non-foodgrade is 25°C because the extracted formaldehyde content
produced is less than 3 ppm.
Keywords: antifertility, de graff follicles, tertiary follicles, pacing rhizome extract, srikaya leaves extract.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebelum ada kemasan pangan dari bahan gelas,
berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Salah keramik, dan logam, orang biasa menggunakan
satunya adalah produk kemasan pangan. Dahulu daun pisang, daun jati, atau bahan-bahan alam

73
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

lainnya sebagai wadah tempat makanan. Seiring peralatan makan melamin, akan tetapi peningkatan
dengan perkembangan teknologi maka kemasan permintaan ini sering tidak dibarengi dengan
pangan dari produk-produk industri peralatan peningkatan kualitas peralatan makan melamin.
makan semakin berkembang, diantaranya adalah Untuk itu pemerintah melalui Badan Standarisasi
peralatan makan melamin. Nasional memberikan acuan dan menetapkan
Tahun 1970-an peralatan makan melamin syarat mutu produk melamin untuk perlengkapan
mulai diperkenalkan di Indonesia. Peralatan makan makan dan minum bagi produsen serta upaya
melamin banyak diminati konsumen karena tidak melindungi masyarakat. Salah satu syarat mutu
mudah pecah, ringan, berwarna-warni, bentuknya yang harus dipenuhi oleh produsen peralatan
bervariasi, dan harganya terjangkau. Akan tetapi makan melamin adalah kadar formalin terekstrak
animo masyarakat terhadap peralatan makan tidak boleh melebihi 3 ppm [5].
melamin berkurang dengan adanya public warning Penelitian ini mempelajari pengaruh suhu
dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia simulan pangan terhadap kadar formalin terekstrak
pada tahun 2009 tentang bahaya formalin dari dari sampel piring melamin dan berapakah suhu
produk peralatan makan melamin. Informasi ini simulan pangan yang aman bagi peralatan makan
disampaikan setelah melakukan pengujian melamin. Contoh uji yang digunanakan pada
laboratorium terhadap 62 produk sampel melamin penelitian ini adalah piring melamin dari jenis food
yang dijual baik di pasar modern maupun grade dan non food grade dengan berbagai ukuran
tradisional di Jakarta dan menemukan bahwa ada diameter.
30 produk positif melepaskan formalin dengan
kadar terendah 1 ppm hingga 161 ppm [1]. 2. METODE PENELITIAN
Formalin berbahaya terhadap kesehatan 2.1. Rancanan Penelitian
manusia karena dapat mengakibatkan terjadinya Penelitian ini diawali dengan melakukan
iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik standarisasi larutan baku formalin 37% dengan
(penyebab kanker) dan bersifat mutagen metode yang terdapat dalam SNI ISO 14184-
(menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta 2:2015, yaitu dengan melakukan pembakuan NaOH
orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare dengan asam oksalat, kemudian pembakuan H2SO4
bercampur darah, kencing bercampur darah dan dengan NaOH yang sudah dibakukan dan terakhir
kematian yang disebabkan adanya kegagalan pembakuan larutan Formalin dengan H2SO4 yang
peredaran darah [2]. Oleh karena itu, Badan POM sudah dibakukan [6]. Kondisi optimal analisis
meminta masyarakat berhati-hati dalam Spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi nash
menggunakan perangkat makan berbahan dasar diperoleh dengan mencari panjang gelombang
melamin, hal ini dikarenakan dalam kondisi maksimal berdasarkan hasil selektivitas. Terakhir,
tertentu peralatan tersebut dapat melepaskan mencari persamaan regresi linier dari kurva
formalin yang berpotensi menimbulkan dampak linieritas baku formalin dan menghitung kadar
buruk terhadap kesehatan [1]. formalin terekstrak dari sampel piring melamin.
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan 2.2 Alat dan Bahan
peralatan makan dan minum melamin telah
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan oleh Harahap I. W. (2007), meneliti
adalah kuvet, spektrofotometer ultraviolet-visibel
terhadap pengaruh suhu pada sampel gelas dan
split beam (Thermofisher), neraca analitik
mangkok melamin menghasilkan kesimpulan
(shimadzu), kaca arloji, termometer, pipet volum,
bahwa formalin muncul pada suhu air 40°C-100°C
pipet tetes, alat-alat gelas (Pyrex), kompor listrik
dengan kandungan formalin yang bervariasi 0,15 %
(Maspion).
- 1,05 % atau 15.000 – 105.000 ppm [3].
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Sedangkan Artha E. (2007) menyimpulkan bahwa
adalah Larutan standar formalin , asam sulfat,
peralatan makan melamin yang terdapat di pusat
Natrium Sulfit, indikator timolftalin, asam oksalat,
Kota Medan tidak aman jika digunakan sebagai
natrium hidroksida, indikator phenolphthalein,
wadah makanan maupun minuman yang panas [4].
indikator metil merah, asam asetat glasial,
Makin bertambahnya minat masyarakat
amonium asetat, asetil aseton, aquades, pirinng
menggunakan peralatan makan melamin
melamin dengan jenis food grade & non food
memberikan peluang keuntungan bagi industri
grade.

74
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

2.3. Pembuatan pereaksi Nash 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pereaksi nash dibuat berdasarkan metode yang 3.1. Standarisasi Larutan Baku Formalin
terdapat dalam SNI ISO 14184-2:2015, yaitu Standarisasi larutan baku formalin bertujuan
melarutkan 150 g amonium asetat dalam 800 mL untuk mengetahui kadar sebenarnya larutan baku
air suling, menambahkan 3 mL asetat glasial dan 2 formalin. Sebelum menghitung kadar larutan baku
mL asetil aseton. Memindahkan ke dalam labu ukur formalin yang sebenarnya, maka dilakukan titrasi
1000 mL dan menambahkan dengan air suling pembakuan terlebih dahulu. Hasil titrasi
hingga tanda batas. Menyimpan larutan di dalam pembakuan terhadap NaOH dan H2SO4 dan
botol coklat & membiarkannya selama 12 jam formalin ditampilkan pada tabel 3.1
sebelum digunakan [6].
Tabel 3.1 Hasil Titrasi Pembakuan NaOH, H2SO4 dan
2.4. Penyiapan sampel piring melamin Formalin
Sampel piring melamin yang digunakan dalam Volume Hasil Titrasi (mL)
penelitian ini ada dua jenis, yaitu foodgrade dan NaOH H2SO4 Formalin
Replikasi
non foodgrade, sedangkan masing-masing jenis ada dengan dengan dengan
dua varian. Untuk piring melamin foodgrade varian As.Oksalat NaOH H2SO4
1 diberi kode FG1, varian 2 diberi kode FG2. 1 0,00 - 9,50 0,00 - 10,40 0,00 – 24,9
Untuk piring melamin non foodgrade varian 1 2 0,00 - 9,10 0,00 - 9,80 0,00 – 25,0
diberi kode N-FG1, varian 2 diberi kode N-FG2.
3 0,00 - 9,50 0,00 - 10,30 0,00 – 25,0
Keempat sampel piring melamin dicuci bersih
Dari hasil titrasi pembakuan pada tabel 3.1
menggunakan air mengalir untuk menghilangkan
dapat diperoleh kadar sebenarnya larutan baku
kotoran dan debu. Sampel kemudian diukur
formalin sebesar 40,2%. Berdasarkan referensi,
diameternya dan dihitung luas permukaan piring
formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar
bagian atas.
yang bervariasi antara 20-40 % [8].
2.5. Analisis formalin terekstrak dengan Kadar sebenarnya larutan baku formalin ini
menggunakan pereaksi nash akan digunakan untuk pembuatan larutan baku
Analisis formalin yang terekstrak dari sampel kerja, dimana konsentrasi larutan baku kerja
piring melamin menggunakan metode yang formalin yang dibutuhkan adalah sebesar 2,4,6,8
terdapat dalam SNI 7322:2008. Memasukkan dan 10 mg/L [7].
simulan pangan (air suling bersuhu 60° C)
3.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimal
sebanyak 2 mL per cm2 luas permukaan piring
melamin. Memasukkan sampel bersama simulan Sebelum melakukan uji kadar formalin
pangan ke dalam penangas air pada suhu 60° C terekstrak pada piring melamin, terlebih dahulu
selama 30 menit. memindahkan larutan ke dalam membuat kurva linieritas larutan baku formalin.
labu ukur yang sesuai, mendinginkan sampai suhu Penentuan panjang gelombang maksimal dilakukan
kamar dan menambahkan air suling hingga tanda dengan selektivitas kurva absorbansi dari larutan
batas, memipet 2 mL larutan dan memasukannya baku formalin 10 mg/L, larutan piring melamin
kedalam tabung reaksi, menambahkan 5 mL foodgrade yang tidak diadisi dan larutan piring
pereaksi nash. Memasukkan tabung ke dalam melamin foodgrade yang diadisi pada panjang
penangas air pada suhu 40° C selama 30 menit, lalu gelombang yang sama yaitu 400 – 516 nm. Fungsi
membiarkan dingin hingga suhu kamar. Absorbansi selektivitas ini adalah untuk mengetahui apakah
diukur menggunakan Spektrofotometri UV-Vis ada matrik lain yang dihasilkan dari pengujian
pada lamda maksimum dan kadar formalin formalin terekstrak pada sampel piring melamin
terekstrak dalam piring melamin dihitung [7]. yang mengganggu penyerapan senyawa formalin
Mengulangi prosedur ini untuk suhu simulan terhadap sinar UV-Visible. Hasil selektivitas ketiga
pangan 25° C, 80° C dan 100° C. kurva absorbansi ditampilkan pada gambar (3.1).

75
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

0,4 baku kerja formalin (variabel X) dan absorbansinya


0,35 (variabel Y).
0,3
Tabel 3.2 Hasil Absorbansi Larutan Baku Kerja
Absorbansi

0,25
Formalin
0,2
Konsentrasi Larutan
0,15 No. Absorbansi
Baku Kerja (ppm)
0,1
1 10 0,225
0,05
2 8 0,167
0
400 420 440 460 480 500 3 6 0,147
Panjang Gelombang 4 4 0,100
Standar 10 ppm Piring Melamin Adisi
Piring melamin Non Adisi
5 2 0,058

Gambar 3.1 Selektivitas dari kurva larutan baku


Persamaan linier yang dihasilkan dapat diterima
formalin, larutan piring melamin yang tidak diadisi jika nilai R mendekati satu.
dan larutan piring melamin yang diadisi. 0,250
Hasil uji selektivitas pada gambar 3.1 y = 0,0205x + 0,0097
menunjukkan kesamaan profil kurva absorbansi R = 0,997447
0,200
dari larutan baku formalin 10 ppm, larutan sampel
Absorbansi

piring melamin foodgrade dan larutan dari sampel 0,150


piring melamin foodgrade yang diadisi dengan
formalin. Hasil uji selektivitas didapatkan panjang 0,100
gelombang maksimum yang sama dari ketiga kurva
terletak pada panjang gelombang 414 nm (Gambar 0,050
3.1). Hasil ini berbeda dengan literature yaitu di
412 nm [9]. Akan tetapi perbedaan panjang 0,000
0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0
gelombang sebesar 2 nm ini tidak dianggap
Konsentrasi (ppm)
signifikan.
Panjang gelombang maksimum di 414 nm Gambar 3.2 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Formalin
yang diperoleh dari gambar 3.1 ini, merupakan Dari grafik pada gambar 3.2 diperoleh
panjang gelombang maksimum dari senyawa hasil persamaan regresi linier, Y = 0,0205 X + 00097
reaksi antara formalin dengan pereaksi Nash yang dengan nilai R yang mendekati 1, sebesar
menghasilkan kompleks senyawa diacethyl 0,997447. Dari hasil uji linieritas ini dapat
dihidrolutidine, yang membentuk warna kuning disimpulkan bahwa variabel X dan Y memiliki
kehijaun seiring dengan banyaknya ikatan yang hubungan yang linier, sehingga persamaan regresi
terjadi antara pereaksi Nash dengan formalin [9]. linier yang dihasilkan dapat digunakan untuk
menentukan kadar formalin terekstrak pada sampel
3.3. Hasil Uji Linieritas
piring melamin.
Pengujian linearitas dilakukan dengan
mengukur absorbansi dari 5 larutan baku kerja 3.4. Pengujian Kadar Formalin Terekstrak Dari
formalin pada panjang gelombang maksimum 414 Piring Melamin
nm. Hasil absorbansi terhadap lima konsentrasi Pengujian kadar formalin terekstrak dari
larutan baku kerja ditampilkan pada tabel 3.2 sampel piring melamin dilakukan pada berbagai
Pada tabel 3.2 semakin besar konsentrasi variasi suhu simulan pangan. Karena formalin
larutan baku kerja formalin semakin tinggi mudah menguap, maka perlu diteliti pengaruh suhu
absorbansinya. Hasil uji absorbansi dari kelima simulan terhadap kadar formalin terekstrak dari
larutan baku kerja kemudian dibuat grafik sampel piring melamin. hasil uji kadar formalin
hubungan antara konsentrasi larutan baku kerja terekstrak sampel piring melamin pada masing-
formalin dangan absorbansinya yang bertujuan masing suhu simulan ditampilkan pada tabel 4.3
untuk menentukan model persamaan linier yang
bisa menghubungkan variabel konsentrasi larutan

76
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Tabel 3.3 Kadar Formalin Terekstrak pada Berbagai Suhu Simulan Pangan
Kode Sampel Suhu Simulan Kadar Formalin % Kenaikan Kadar
Piring Melamin Pangan (°C) Terekstrak (ppm) Formalin Terkestrak
25 0,609 -
60 1,195 96,2
FG 1
80 2,707 126,5
100 6,536 141,4
25 0,268 -
60 0,756 182,1
FG 2
80 9,195 1116,3
100 17,171 86,7
25 0,561 -
60 6,903 1130,5
N-FG 1
80 126,58 1733,7
100 471,7 272,6
25 0,0732 -
60 6,854 9263,4
N-FG 2
80 206,58 2914,0
100 855,6 314,2

Pada tabel 3.3 semakin tinggi suhu simulan ( 0,609 ppm), FG2 (0,268 ppm), N-FG1(0,561
pangan maka semakin banyak migrasi formalin dari ppm) dan N-FG2 (0,0732 ppm) masih memenuhi
sampel piring melamin. Simulan pangan yang persyaratan, yaitu di bawah 3 ppm. Dari penelitian
digunakan pada penelitian ini adalah air suling ini dapat diketahui bahwa untuk makanan-makanan
karena formalin larut dengan baik dalam air. dengan suhu 25°C (suhu ruangan) masih aman
Tingkat kelarutannya sebesar 400 g/L [10]. menggunakan wadah makan piring melamin.
Sedangkan pengertian simulan pangan menurut Karena makanan dengan suhu 25°C tidak memicu
BPOM tahun 2011 adalah media yang digunakan terjadinya migrasi formalin dari sampel piring
untuk meniru karakteristik pangan tertentu [11]. melamin.
Migrasi formalin dari sampel piring melamin Pada suhu simulan 60°C, kadar formalin
ke dalam simulan pangan diuji dengan cara terekstrak dari sampel piring melamin FG1 (1,195
memanaskan simulan pangan yang digunakan pada ppm) dan FG2 (0,756 ppm) masih memenuhi
suhu tertentu (25°C, 60°C, 80°C, dan 100°C), persyaratan, sedangkan pada sampel piring
kemudian memasukan ke dalam sampel piring melamin N-FG1(6,903 ppm) dan N-FG2 (6,854
melamin sambil mempertahankan ppm) tidak memenuhi persyaratan karena melebihi
panasnya selama 30 menit dengan menggunakan 3 ppm. Hal ini dikarenakan suhu 60°C merupakan
penangas air. Penggunaan penangas air bertujuan flashpoin formalin sehingga pada suhu tersebut
untuk mempertahankan suhu piring melamin. formalin mudah bereaksi. Menurut Zainal (2012),
Sehingga formalin akan terekstrak dari sampel pada formalin akan segera bereaksi bila terkena suhu
suhu yang diinginkan. Dari SNI 7322:2008 hingga 60°C, di mana pada suhu tersebut formalin
dicantumkan syarat mutu formalin terekstrak pada akan larut dan mudah berpindah media [13].
perlengakapan makan dan minum dari produk Pada suhu simulan 80°C kadar formalin
melamin sebesar 3 ppm [7]. terekstrak dari sampel FG1 (2,707 ppm) masih
Pada penelitian ini menggunakan Nash sebagai memenuhi persyaratan karena tidak melebihi 3
pereaksi uji formalin karena pereaksi Nash ppm. Sedangkan kadar formalin terekstrak dari
merupakan pereaksi yang paling baik digunakan sampel FG2 (9,195 ppm), N-FG1 (9,195 ppm) dan
dalam analisis formalin secara kuantitatif N-FG2 (126,58 ppm) tidak memenuhi persyaratan
dibandingkan dengan asam kromaropat dan peraksi karena diatas 3 ppm. Meskipun diuji dengan
schryver [12]. simulan bersuhu tinggi (>60°C), kadar formalin
Pada tabel 3.3 untuk suhu simulan 25°C kadar terekstrak dari sampel piring melamin yang
formalin terekstrak dari keempat sampel FG1 foodgrade, FG1 dan FG2 masih jauh lebih kecil

77
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

dari pada piring melamin yang non foodgrade. Hal Secara fisik piring melamin foodgrade lebih tebal
ini karena ikatan monomer formalin dengan dan berat dari pada nonfoodgrade [14].
melamin pada piring melamin yang foodgrade Kadar formalin terekstrak pada sampel piring
lebih kuat daripada yang nonfoodgrade. Hal ini melamin nonfoodgrade mulai naik pada suhu
menunjukkan bahwa kualitas produk sampel piring simulan > 60°C dan mengalami kenaikan yang
melamin foodgrade lebih bagus dari pada tajam ketika suhu simulan > 80°C. Hal ini karena
nonfoodgrade. pada suhu 60°C formalin mudah bereaksi dan akan
Pada suhu simulan 100°C, kadar formalin larut dan mudah berpindah media [13].
terekstrak dari semua sampel baik FG1 (6,536 Makanan bersuhu tinggi dapat memicu migrasi
ppm), FG2 (17,171 ppm), N-FG1 (471,7 ppm), dan formalin dari sampel piring melamin. Hal ini
N-FG2 (855,6 ppm) mengalami kenaikan cukup karena produk melamin adalah produk yang terbuat
besar, jauh diatas kadar yang diperbolehkan. Dari dari resin sintesis hasil kondensasi melamin dan
penelitian ini menunjukkan bahwa untuk makanan formalin membentuk polimer melamin-formalin
yang sangat panas, misalnya kuah bakso atau kuah (SNI 7322:2008). Formalin sendiri merupakan
sop dan nasi yang baru saja matang sangat tidak senyawa yang mudah menguap. Dimana polimer-
aman menggunakan wadah dari melamin. Karena polimer yang dibentuk melalui kondensasi,
makanan bersuhu tinggi (> 60°C) dapat memicu kereaktifan suatu gugus fungsi dalam bentuk
migrasi formalin dari peralatan makan melamin. polimernya sama dengan dalam bentuknya sewaktu
900 sebagai monomer [15]. Oleh karena itu produk
Kadar Fomalin Terekstrak (ppm)

800 piring melamin sangat rentan terhadap suhu tinggi


700 karena dapat memicu depolimerisasi monomer-
600 monomer formadehid dari produk melamin. Hal ini
500 dapat diperparah jika pada proses pembuatan
400 produk melamin persenyawaan antara monomer
300 formalin dengan melamin kurang sempurna. Selain
200 diakibatkan suhu tinggi, monomer formalin dapat
100 terlepas akibat gesekan-gesekan atau abrasi [16].
0
25 60 80 100 4. KESIMPULAN DAN SARAN
Suhu simulan pangan (°C)
4.1. Kesimpulan
FG1 FG2 N-FG1 N-FG2
Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
Gambar 3.3 Hubungan suhu simulan dengan kadar berikut:
formalin terekstrak pada sampel FG1, FG2, N-FG1
dan N-FG1. 1. Suhu simulan pangan berpengaruh terhadap
Gambar 3.3 merupakan perbandingan kadar kadar formalin terekstrak dari piring melamin.
formalin terekstrak dari keempat sampel pada suhu Makin tinggi suhu simulan semakin besar kadar
simulan 25°C, 60°C, 80°C dan 100°C. Pada formalin yang terekstrak dari sampel piring
gambar 3.3 dapat diketahui bahwa pada sampel melamin. Pada suhu simulan pangan 25°C,
FG1 dan FG2 kadar formalin terekstrak yang menghasilkan kadar formalin terekstrak dengan
dihasilkan pada setiap suhu simulan jauh lebih range 0,0732 - 0,609 ppm. Pada suhu simulan
kecil dibandingkan dengan sampel N-FG1 dan N- pangan 60°C, menghasilkan kadar formalin
FG2. Hal ini menunjukan produk piring melamin terekstrak dengan range 0,756 - 6,903 ppm.
foodgrade memiliki kualitas bahan jauh lebih lebih Pada suhu simulan pangan 80°C, menghasilkan
bagus dibandingkan produk piring melamin kadar formalin terekstrak dengan range 2,707 -
nonfoodgrade. Beberapa cara untuk membedakan 206,58 ppm. Pada suhu simulan pangan 100°C,
produk piring melamin foodgrade dan menghasilkan kadar formalin terekstrak dengan
nonfoodgrade diantaranya adalah permukaan piring range 6,536 - 855,6 ppm.
melamin foodgrade licin dan mengkilat, sedangkan 2. Suhu makanan yang aman untuk semuan jenis
pada piring melamin nonfoodgrade mudah ternoda piring melamin baik yang foodgrade amaupun
oleh bahan makanan yang berwarna sehingga non foodgrade adalah suhu 25°C karena kadar
warnanya akan berubah dalam waktu singkat. formalin terekstrak yang dihasilkan kurang dari
3 ppm.

78
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

4.2. Saran 6. Badan Standarisasi Nasional. SNI ISO 14184-


2:2015 : Cara uji kadar formalin. 2015.
1. Sebaiknya menggunakan peralatan makan
melamin yang terdapat tanda foodgrade pada 7. Badan Standarisasi Nasional. SNI 7322:2008 :
Produk Melamin – Perlengkapan Makan Dan
produknya untuk menjaga mutu makanan dari Minum. 2008.
migrasi formalin.
8. Pramono S. Pengaruh Formalin Peroral Dosis
2. Tidak disarankan menggunakan peralatan Bertingkat Selama 12 Minggu Terhadap
makan melamin untuk makanan dengan suhu Gambaran Histopatologis Hepar Tikus Wistar.
Skripsi. Semarang. Univeritas Diponegoro. 2012.
diatas 60°C, karena dapat menyebabkan
migrasi formalin dari peralatan makan melamin 9. Nash T. Colorimetric Estimation of Formaldehyde by
Means of Hantzch Reaction. Biochem. J. 55 (3),
masuk kedalam makanan. 417-418. 1953.
10. Badan POM RI. Formalin (Larutan Formalin).
5. UCAPAN TERIMAKASIH
Jakarta. 2008.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada
11. Badan POM RI. Peraturan Kepala Badan Pengawas
pihak Akademi Farmasi Surabaya atas kesempatan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
melakukan penelitian di laboratorium Kimia Hk.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 Tentang
Farmasi. Selain itu juga kepada reviewer jurnal Pengawasan Kemasan Pangan. 2011.
Pharmaschi yang telah memberikan masukan 12. Suryadi H, Hayun, Harsono F.D. Pemilihan metode
perbaikan & saran penulisan sehingga artikel ini analisis formalin berdasakan reaksi warna dan
spektrofotometri UV-Tampak. Makalah
dapat terselesaikan. dipresentasikan pada konggres Ilmiah XVI Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia. Yogyakarta. 2008,
6. PENDANAAN 13. Zainal. Sabun cuci piring mungkin mengandung
Penelitian ini tidak didanai oleh sumber hibah formalin. 2012. Diakses dari
manapun. https://republika.co.id/berita/leasure/info-sehat/
m5gr7c/sabun-cuci-piring-mungkin-
mengandung-formalin.
7. KONFLIK KEPENTINGAN
14. Golden Dragon Houseware. Cara Membedakan
Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat Piring Melamin Asli Dengan Yang Palsu (Murni
potensi konflik kepentingan dengan penelitian, Vs Tidak Murni). 2019. Diakses dari
kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel http://goldendragonhouseware.com/product-
ini. knowledge/detail/id/5/cara-membedakan-piring-
melamine-asli-dengan-yang-palsu-murni-vs-
tidak-murni . tanggal 30 Juni 2020.
DAFTAR PUSTAKA
15. Cowd, M.A. and Stark, J.G. (1991) Kimia Polimer ,
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hati-Hati Penerbit ITB, Bandung.
Menggunakan Peralatan Makan dari Melamin.
2009. Diakses dari www.depkes.go.id. Tanggal 16. Harjono, (2006), Makan Sehat Hidup Sehat, Jakarta:
29 Juni 2020. Kompas13 Mei 2006.
2. Habibah T.P.Z. Identifikasi Penggunaan Formalin
pada ikan asin dan factor perilaku penjual di
pasar tradisional kota semarang. Unnes Journal
of Public Health. 2013. 2(3).
3. Harahap I.W. Pemeriksaan Kandungan Formalin
Berdasarkan Perbedaan Suhu Air yang
Dimasukkan ke dalam Peralatan Makan Melamin
yang Beredar di Kota Medan Tahun 2007.
(Skripsi). Medan. Universitas Sumatera Utara.
2007.
4. Artha E. Pemeriksaan Kandungan Formalin pada
Berbagai Jenis Peralatan Makan Melamin di
Kota Medan Tahun 2007. (Skripsi). Medan.
Universitas Sumatera Utara. 2007.
5. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Pengawasan Keamanan Pangan. 2014.
Diakses dari
http://www.pom.go.id/ppid/2015/rpusat/inspang.pdf
tanggal 29 Juni 2020

79
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Halaman Kosong

80
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Artikel Penelitian
Formulasi Krim Epigallocatechin gallate Sebagai Anti Aging
Yuyun Nailufa1*), Yuli Ainun Najih1
1
Prodi Farmasi Universitas Hang Tuah Surabaya
*)
E-mail: (yuyun.nailufa@hangtuah.ac.id)

ABSTRAK
Penuaan dini merupakan masalah besar bagi seorang wanita. Penuaan dini dapat menimbulkan rasa kurang
percaya diri. Tanda – tanda penuaan dini diantaranya adalah munculnya bintik-bintik hitam, muncul garis
halus, pori-pori terlihat mulai membesar, kusam, wajah terasa kasar, mata berubah bentuk, kulit wajah
mengendur bahkan bisa terjadi perubahan warna kulit. Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya penuaan
dini yaitu paparan sinar matahari yang berlebih, posisi tidur, konsumsi makanan dan minuman yang tidak
sehat, kulit kurang istirahat karena selalu memakai make up, stres, kurang tidur dan genetik. Penuaan dini
dapat dicegah dengan menggunakan kosmetik anti aging. Salah satu zat yang dapat digunakan sebagai anti
aging adalah epigallocatechin gallate. Epigallocatechin gallate merupakan senyawa dari bahan alam yang
memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan epigallocatechin gallate lebih tinggi daripada
vitamin C dan vitamin E. Epigallocatechin gallate merupakan antioksidan yang tinggi (100 kali vitamin C
atau 25 kali vitamin E). Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi krim anti aging dengan bahan aktif
epigallocatechin gallate dengan konsentrasi basis krim yang berbeda sehingga didapatkan krim anti aging
dengan karakteristik fisik yang optimal. Basis krim merupakan bahan eksipien utama dalam membentuk
konsistensi sediaan krim. Pada penelitian ini basis krim yang digunakan adalah lexemul CS-20 dimana basis
krim ini mengandung kombinasi 2 basis krim yaitu cetearyl alcohol dan ceteareth-20). Peneliti berharap
dengan hanya menggunakan satu bahan saja mampu memberikan hasil yang optimal. Pada penelitian ini
ingin mengetahui pengaruh konsentrasi basis krim terhadap karakteristik fisik krim epigallocatechin gallate.
Konsentrasi basis krim yang digunakan adalah 10%, 15% dan 20%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
formula F1, F2 dan F3 secara organoleptis sama yatu berwarna putih dan homogen, hanya pada formula F1
sedikit encer . Berdasarkan hasil uji pH pada formula F1, F2 dan F3 memberikan hasil yang tidak berbeda
bermakna. Semua formula adalah krim dengan tipe emulsi minyak dalam air. Semakin tinggi konsentrasi
basis krim memberikan nilai viskositas yang lebih tinggi, sebaliknya semakin tinggi konsentrasi basis krim
daya sebar krim semakin kecil. Berdasarkan uji stabilitas dengan metode sentrifugasi terlihat formula F1
tidak stabil karena sediaan memisah menjadi 2 fase, sedangkan pada formula F2 dan F3 sediaan tidak
memisah (stabil).
Kata kunci: epigallocatechin gallate, lexemul CS-20, krim, antioksidan, anti aging.

Epigallocatechin gallate Cream Formulation For Anti Aging


ABSTRACT
Premature aging is a big problem for a woman. Early aging can cause a feeling of lack of confidence. Signs
of premature aging include the appearance of black spots, fine lines appear, pores appear to be enlarged,
dull, the face feels rough, the eyes change shape, facial skin relaxes and even skin discoloration can occur.
Many factors can trigger premature aging, namely excessive sun exposure, sleeping position, consumption of
unhealthy foods and drinks, the skin lacks rest because it always wears makeup, stressful, sleep deprivation
and genetics. Premature aging can be prevented by using anti-aging cosmetics. One of the substances that
can be used as an anti-aging is epigallocatechin gallate. Epigallocatechin gallate is a compound from
natural ingredients that has antioxidant activity. The antioxidant activity of epigallocatechin gallate is
higher than that of vitamin C and vitamin E. Epigallocatechin gallate is a high antioxidant (100 times
vitamin C or 25 times vitamin E). This study aims to formulate anti-aging creams with active ingredients
epigallocatechin gallate with different concentrations of cream bases so as to obtain anti-aging creams with
optimal physical characteristics. Cream base is the main excipient material in forming the consistency of a
cream preparation. In this study the cream base used is lexemul CS-20 where the cream base contains a
combination of 2 cream bases namely cetearyl alcohol and ceteareth-20). Researchers hope that using only
one ingredient can provide optimal results. In this study, we want to know the effect of base cream
concentration on the physical characteristics of epigallocatechin gallate cream. The base cream
concentrations used are 10%, 15% and 20%. The results showed that the F1, F2 and F3 formulas were
organoleptically the same white and homogeneous, only that the F1 formula was slightly runny. Based on
the results of the pH test on the formula F1, F2 and F3 give no significant difference. All formulas are

81
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

creams with oil-in-water type emulsions. The higher concentration of cream base gives a higher viscosity
value, conversely the higher the concentration of cream base the smaller the spread of cream. Based on the
stability test with the centrifugation method F1 formula looks unstable because the preparation separates
into 2 phases, whereas in formulas F2 and F3, the preparation does not separate (stable).
Keywords: epigallocatechin gallate, lexemul CS-20, cream, antioxidant, anti aging.
1. PENDAHULUAN
Proses penuaan dini merupakan proses 2.2 Bahan
fisiologis yang akan terjadi pada setiap makhluk Bahan yang digunakan adalah
hidup. Penuaan dini yang paling terlihat adalah Epigallocatechin gallate, Lexemul CS-20,
pada kulit [1]. Kulit merupakan lapisan terluar yang
Dimeticon, Cetyl alcohol, Glycerin,
akan terpapar oleh bahan oksidatif lingkungan yang
dapat menimbulkan gangguan pada kulit dan salah Propileneglycol, Methyl paraben, Propyl paraben,
satunya adalah penuaan dini. Penuaan dini dapat Aquadest.
terjadi karena faktor lingkungan yaitu sinar
2.3 Prosedur Penelitian
matahari, kelembapan udara, suhu, asap rokok dan
polusi udara [2]. Formulasi krim dibuat dengan konsentrasi
basis krim yang berbeda yaitu :
Proses penuaan dini telah terbukti dapat
dicegah dengan menggunakan kosmetik topikal 1. Formula F1 : Lexemul CS-20 10%
yang mengandung antioksidan karena dapat 2. Formula F2 : Lexemul CS-20 15%,
memberikan proteksi tambahan dari kerusakan 3. Formula F3 : Lexemul CS-20 20%
akibat paparan sinar matahari, memperlambat Tabel Formula dapat dilihat pada tabel 1 di bawah :
penuaan dini, mengurangi peradangan dan
memperbaiki tampilan kulit [3]. Tabel 1. Formula Krim Anti Aging Epigallocatechin
gallate
Krim adalah bentuk sediaan setengan padat
yang mengandung satu atau lebih bahan obat F1 F2 F3
Komposisi Kegunaan
terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai [4]. % b/v
Sediaan krim yang baik harus memenuhi EGCG Bahan aktif 3 3 3
persyaratan yaitu stabil, mudah dipakai, halus, Lexemul CS-
20 Basis krim 10 15 20
mudah diratakan [5]. Basis krim merupakan bahan
Dimeticon Emolien 0,5 0,5 0,5
tambahan utama krim untuk mendapatkan
Emulsifying
konsistensi krim yang baik. Lexemul CS-20 Cetyl alcohol agent 3 3 3
merupakan bahan basis krim yang mengandung dua Glycerin Humektan 5 5 5
bahan yaitu cetearyl alcohol dan ceteareth-20 yang Propilenglikol Kosolven 10 10 10
juga bisa digunakan sebagai emulsifier. Methyl
Konsentrasi penggunaan basis krim akan paraben Pengawet 0,1 0,1 0,1
berpengaruh pada viskositas suatu krim. Sediaan Propyl
krim anti aging epigallocatechin gallate paraben Pengawet 0,05 0,05 0,05
diformulasikan dengan konsentrasi basis krim yang Aquadest Solven 68,35 73,35 78,35
berbeda yaitu 10%, 15% dan 20%. Penelitian ini Cara pembuatan krim adalah dengan cara fase
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terbaik
air dipanaskan pada suhu 80⁰ C, sedangkan fase
dari basis yang digunakan sehingga mendapatkan
karakteristik fisik krim yang optimal yang minyak dipanaskan pada suhu 70⁰ C, kemudian
memenuhi aspek farmasetik. Evaluasi karakteristik fase minyak dimasukan ke dalam fase air sambil
fisik dilakukan dengan beberapa parameter yaitu diaduk sampai terbentuk masa krim yang homogen.
organoleptis, homogenitas, uji pH, uji tipe emulsi, Epigallocatechin gallate dilarutkan dengan
uji daya sebar, viskositas dan uji stabilitas. aquadest dan ditambahkan setelah basis krim jadi
karena epigallocatechin gallate tidak stabil pada
2. METODE PENELITIAN
suhu tinggi karena epigallocatechin gallate akan
2.1. Alat terdegradasi mulai suhu 60⁰ C. Pada penelitian ini
Alat yang digunakan antara lain : Alat gelas dilakukan replikasi 3 kali pada F1, F2 dan F3.
(Herma), Timbangan analitik Fujitsu, Mortir dan
2.4 Prosedur Evaluasi
Stamper, Cawan porselen, Sendok tanduk, Batang
Organoleptis
pengaduk, Termometer, pH meter Laqua,
Uji organoleptis antara lain dengan mengamati
Viskosimeter brookfield, Centrifuge Health H-C-8
bentuk, warna, bau, terjadinya pemisahan fase pada
dan Hotplate Fisher Scientific.
sediaan krim yang dilakukan secara visual [6].

82
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Homogenitas kedalam tabung. Uji stabilitas dilakukan dengan


Dilakukan dengan menggunakan objek glass memasukkan sebanyak 5 gram krim dimasukkan ke
dengan cara sejumlah 10 gram sediaan dioleskan dalam tabung sentrifugasi, disentrifugasi dengan
pada sekeping kaca dan sediaan harus kecepatan 3500 rpm selang waktu 30 menit. Sistem
menunjukkan susunan yang homogen dan tidak emulsi yang stabil menunjukkan tidak terjadinya
terlihat adanya butiran kasar [7]. pemisahan fase setalah disentrifugasi [9].
Uji pH 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH
meter pH meter Laqua yang dikalibrasi terlebih Organoleptis
Berdasarkan pengamatan organoleptis
dahulu menggunakan buffer standar pH 4,00 dan
dihasilkan krim dengan ciri sebagaimana berikut
7,00 sebelum mengukur pH krim [8,9]. Dilakukan pada tabel 2 dan gambar 1 :
dengan cara mencelupkan elektroda pH ke dalam
setiap batch sediaan krim. Sediaan krim dituang Tabel 2. Hasil Pengamatan Organoleptis
kedalam beaker glass yang selanjutnya elektroda
Formula Warna Bau Bentuk
dicelupkan ke dalam sediaan krim hingga pH meter
menunjukkan angka yang stabil. Pengukuran F1 Putih Khas Cair
dilakukan pada suhu kamar dan suhu penyimpanan
[7,10]. F2 Putih Khas Krim

Uji tipe emulsi F3 Putih Khas Krim


Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan
mengambil Sejumlah sediaan diletakkan di atas
objek glass, kemudian tambahkan 1 tetes metil
blue, aduk hingga homogen. Krim tipe o/w akan
ditunjukkan terdistribusi merata berwarna biru pada
sediaan krim [11].
Uji Daya Sebar
Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui
kemampuan dari sediaan krim untuk dapat
menyebar pada kulit. Uji daya sebar dapat
dilakukan dengan cara krim ditimbang 1g, lalu
Gambar 1. Organoleptis F1, F2 dan F3
diletakan di atas plat kaca, dan biarkan beberapa
menit, lalu ukur diameter sebar krim, kemudian Homogenitas
ditambah dengan beban 25g, beban didiamkan
Berdasarkan hasil pengamatan uji homogenitas
selama 1 menit, lalu diukur diameter sebarnya. Hal
didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 3 :
tersebut dilakukan sampai didapat diameter sebar
yang konstan [7]. Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Homogenitas

Uji viskositas Formula Homogenitas


Pengukuran viskositas krim bisa dilakukan F1 Homogen
dengan menggunakan alat viskosimeter Brookfield F2 Homogen
dan menggunakan spindel, krim dimasukkan ke
F3 Homegen
dalam wadah gelas kemudian spindel yang telah
dipasang diturunkan sehingga batas spindel pH
tercelup ke dalam krim. Jalankan alat viskosimeter Pengukuran pH dilakukan selama 3 bulan dan
Brookfield kemudian baca dan catat skalanya ketika diukur pada awal bulan. Berdasarkan hasil uji pH
jarum merah yang bergerak telah stabil [7, 12, 13]. didapatkan hasil pada tabel 4. Pada penelitian ini
Uji stabilitas berdasarkan hasil uji pH didapatkan kesimpulan
Uji stabilitas dilakukan dengan metode bahwa dari ketiga formula tersebut memberikan
sentrifugasi untuk mengetahui pengaruh gravitasi nilai pH yang tidak berbeda bermakna.
terhadap kestabilan sediaan krim. Uji sentrifugasi
dilakukan dengan memasukkan sediaan krim

83
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Tabel 4. Hasil Uji pH maka viskositas yang didapatkan semakin tinggi.


Hasil Pengukuran pH Viskositas suatu sediaan akan mempengaruhi daya
Formula Bulan Bulan Bulan Bulan sebar suatu sediaan. Dari hasil penelitian ini
ke 0 ke 1 ke 2 ke 3 membuktikan bahwa formula 3 dengan konsentrasi
F1 5,28 5,28 5,24 5,22 basis krim yang paling tinggi memberikan
F2 5,22 5,14 5,16 5,14 viskositas yang paling tinggi dan daya sebar yang
F3 5,14 5,12 5,15 5,15 paling kecil. Hasil pengujiaan viskositas dapat
Tipe emulsi dilihat pada tabel 6 dibawah ini :
Pengujian tipe emulsi dilakukan dengan metilen Tabel 6. Hasil Uji Viskositas
blue, jika metilen blue tersebar merata menandakan
Viskositas Sediaan (cP)
sediaan krim tersebut tipe minyak dalam air. Formula Hari
Berdasarkan hasil pengamatan dihasilkan bahwa ke 0 Setelah penyimpanan 3 Bulan
semua formula yaitu F1, F2 dan F3 adalah minyak F1 760 750
dalam air karena terlihat warna terdistribusi merata F2 850 880
pada sediaan sebagaimana terlihat pada gambar 2. F3 890 895

Stabilitas
Uji stabilitas hanya dilakukan dengan
menggunakan metode sentrifugasi yaitu dengan
memasukkan sebanyak 5 gram krim dimasukkan ke
dalam tabung sentrifugasi, disentrifugasi dengan
kecepatan 3500 rpm selama 30 menit. Dari hasil uji
Gambar 2. Hasil Uji Tipe Emulsi didapatkan hasil pada formula F1 terjadi pemisahan
Daya Sebar yang artinya sediaan tidak stabil, sedangkan pada
formula F2 dan F3 tidak terjadi pemisahan fase
Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui yang artinya formula F2 dan F3 stabil.
penyebaran untuk mengetahui bahwa sediaan krim
tersebut mudah diratakan (5). Daya sebar 4. KESIMPULAN
dipengaruhi oleh viskositas suatu sediaan. Semakin
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil
tinggi viskositas sediaan maka semakin sulit untuk
kesimpulan bahwa lexemul CS-20 dapat dijadikan
menyebar dan diratakan ke permukaan kulit
sebagai basis krim tunggal dengan konsentrasi 15-
(14,15). Pada penelitian di dapatkan hasil dari
20%. Semakin tinggi konsentrasi lexemul CS-20
ketiga formula terdapat perbedaan yang bermakna
maka viskositas krim epigallocatechin gallate
pada uji daya sebar sehingga dapat diambil
semakin tinggi. Semakin besar konsentrasi lexemul
kesimpulan semakin tinggi konsentrasi basis krim
CS-20 semakin kecil daya sebar yang didapatkan.
maka semakin kecil daya sebar yang dihasilkan.
Sediaan krim epigallocatechin gallate dengan
Tabel 5. Hasil Uji Daya Sebar konsentrasi lexemul CS-20 15 dan 20% tetap stabil
Formula Daya Sebar (cm) setelah dilakukan uji stabilitas dengan metode
F1 7,54 ± 0,051 sentrifugasi.
F2 6,81 ± 0,082 5. UCAPAN TERIMAKASIH
F3 5,55 ± 0,122 -
Viskositas 6. PENDANAAN
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan -
viskosimeter brookfield dengan menggunakan
7. KONFLIK KEPENTINGAN
spindel No. 64 dengan kecepatan 15 rpm.
Pengujian viskositas dilakukan 2 kali yaitu saat Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat potensi
awal dan setelah penyimpanan 3 bulan. konflik kepentingan dengan penelitian, kepenulisan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil (authorship), dan atau publikasi artikel ini.
kesimpulan bahwa ada perbedaan bermakna pada
ketiga formula krim yang diuji, dimana semakin
tinggi konsentrasi basis krim yaitu Lexemul CS-20

84
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

DAFTAR PUSTAKA Gliserin Terhadap Sifat Fisika Masker Wajah


Gel Pell Off Ekstrak Etanol 96% Kulit Buah
1. Cunningham, W., B.R and Maibah, H., 2005. Aging
Manggis (Garcinia Mangostana L).
and Photoaging. In : Textbook of Cosmetic
Universitas Udayana.
Dermatology. Francis Taylor 3rd ed. London.,
15. Hasrawati, A., Hasyim, N., & Irsyad, N. A. 2016.
p.443.
Pengembangan Formulasi Mikroemulsi
2. Dayan, N., 2008. Skin aging handbook., New York :
William Andrew, p. 16-21: p.56-68. Minyak Sereh (Cymbopogon Nardus)
3. Wilkes, M., Wright, C. Y., du Plessis, J. L., and Menggunakan Emulgator Surfaktan Nonionik.
Reeder, A. 2015. Fitzpatrick Skin Type, Jurnal Fitofarmaka Indonesia, vol. 3, no. 1, pp.
Individual Typology Angle, And Melanin 151-154
Index In An African Population: Steps
Toward Universally Applicable Skin
Photosensitivity Assessments. JAMA
Dermatology, vol. 151, no. 8, pp. 902-903.
4. Yanhendri, S. W. Y. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan
Topikal Dalam Dermatologi. Cermin Dunia
Kedokteran, vol, 194, no. 36, pp. 423-30.
5. Departemen Kesehatan RI, 2014. Farmakope
Indonesia, edisi ke-5. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
6. Widodo, H. 2013. Ilmu Meracik Obat untuk
Apoteker. Yogyakarta: D-Medika.
7. Chen, M. X., Alexander, K. S., & Baki, G. 2016.
Formulation and evaluation of antibacterial
creams and gels containing metal ions for
topical application. Journal Of Pharmaceutics,
2016.
8. Lubis Erwina, S., Lely Sari, Julia Reweny, 2012.
Pelembab Kulit Alami Dari Sari Buah Jeruk
Bali (Citrus Maxima). Jurnal Departemen
Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
9. Priyadarsini, S. S. 2018. Formulation and evaluation
of a herbal antibacterial cream from ethyl
acetate extract of leaves of Spinacia oleracea
Linn. against Aeromonas skin and soft tissue
infections. International Journal of Green
Pharmacy (IJGP), vol. 12, no.3.
10. Elya, B., Dewi, R., and Budiman, M. H. 2013.
Antioxidant Cream Of Solanum
Lycopersicum L. International Journal of
PharmTech Research, vol. 5, no.1, pp. 233 -
238.
11. Hasrawati, A., Hasyim, N., & Irsyad, N. A. 2016.
Pengembangan Formulasi Mikroemulsi
Minyak Sereh (Cymbopogon Nardus)
Menggunakan Emulgator Surfaktan Nonionik.
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, vol. 3, no. 1, pp.
151-154.
12. Maha, H. L., Sinaga, K. R., and Masfria, M. 2018.
Formulation And Evaluation Of Miconazole
Nitrate Nanoemulsion And Cream. Asian
Journal of Pharmaceutical and Clinical
Research, Vol. 11, no. 3, pp. 19-321.
13. Dewi, R., Anwar, E., and Yunita, K. S. 2016. Uji
Stabilitas Fisik Formula Krim Yang
Mengandung Ekstrak Kacang Kedelai
(Glycine Max). Pharmaceutical Sciences and
Research (PSR), vol. 1, no. 3, pp. 194-208.
14. Sukmawati, Arisanti and Wijayanti, 2003. Pengaruh
Variasi Konsentrasi PVA, HPMC, Dan

85
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Halaman Kosong

86
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Artikel Penelitian
Uji In Vitro Interaksi Cefadroxil dengan Pisang dan Susu terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Cakram
Widya Handayani1*) Andhika Dwi Aristyawan 1 Octavia Ega Safitri1
1
Akademi Farmasi Surabaya
*)
E-mail: (widya.handayani@akfarsurabaya.ac.id)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya interaksi Cefadroxil dengan makanan dan minuman
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Penelitian ini dilakukan secara
eksperimental kualitatif . Sebagai kontrol positif digunakan antibiotik Cefadroxil 0,01%, kontrol negatif
aquadest steril, dan sampel yang digunakan pisang dan susu. Terdapat 4 perlakuan yaitu konsentrasi 10%,
20%, 40%, dan 80% dengan tiga kali pengulangan menggunakan metode difusi cakram. Uji One Way Anova
dan LSD memperoleh nilai p < α (0,05) sehingga menunjukkan adanya perbedaan zona hambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada berbagai konsentrasi.

Kata kunci: Interaksi obat; Cefadroxil; Pisang; Susu; Staphylococcus aureus; Metode difusi cakram.

In Vitro Test of Cefadroxil Interaction with Banana and Milk


Against Staphylococcus aureus using Disc Difusion Method
ABSTRACT
This study aims to determine the presence of cefadroxil interactions with food and drinks on the growth of
Staphylococcus aureus bacteria in vitro. This research was conducted in a qualitative experimental manner.
The positive control used was 0,01% cefadroxil antibiotics, the negative control used was sterile aquadest,
and the samples used were bananas and milk. There are 4 concentrations that is 10%, 20%, 40%, and 80%
with three repetitions using the disc diffusion method. The One Way Anova and LSD test obtained p <α
(0.05) so that there were differences in the growth inhibition zones of Staphylococcus aureus at various
concentrations.
Keywords: Staphylococcus aureus; Inhibition zone; Disc diffusion method.

1. PENDAHULUAN
Mekanisme kerja tersebut menjadikan Cefadroxil
Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang
obat yang memiliki spektrum luas untuk
utama dalam penatalaksanaan penyakit infeksi [1].
membunuh berbagai macam bakteri, baik bakteri
Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
gram positif maupun gram negatif [8][6].
digunakan, terkait dengan banyaknya kejadian
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram
infeksi bakteri yang diderita oleh banyak orang [2].
positif tipikal yang membentuk kelompok seperti
Antibiotik mempunyai efek menekan atau
buah anggur [6]. Staphylococcus aureus merupakan
menghentikan proses biokimiawi di dalam
bakteri penyebab infeksi saluran nafas yang relatif
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh
sering dijumpai pada manusia. Beberapa infeksi
bakteri [3]. Cefadroxil merupakan salah satu
yang disebabkan oleh bakteri ini yaitu infeksi kulit
antibiotik yang dapat mengatasi sejumlah penyakit
(bisul, impetigo, furunkel, infeksi luka,
infeksi yang disebabkan oleh bakteri [4][5]
staphylococcus scalded skin syndrome) dan infeksi
Cefadroksil merupakan obat golongan antibiotik
saluran pernapasan (pneumonia, abses paru,
sefalosporin generasi pertama. Antibiotik ini
eksaserbasi penyakit paru kronis). Mikroba ini
bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri
ditemukan di hidung pada 30-50% orang dewasa
[6]. Cefadroxil juga bekerja dengan menghambat
sehat, di feses sekitar 20%, dan di kulit sekitar 5-
pembentukan protein yang membentuk dinding sel
10%, terutama di ketiak dan perineum[9].
bakteri [7]. Obat ini akan merusak ikatan yang
Telah diketahui penggunaan antibiotik memang
menahan dinding sel bakteri untuk membunuh
sangat berpengaruh untuk mengatasi infeksi dari
bakteri – bakteri penyebab penyakit. Cefadroxil
bakteri patogen tersebut. Namun, kebiasaan
hanya mengobati infeksi bakteri dan tidak dapat
digunakan untuk mengobati infeksi virus.

87
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

orang Indonesia yang awam dalam penggunaan digunakan dalam penelitian, cepat, mudah dan
antibiotik menyebabkan suatu interaksi, yaitu sederhana dalam pengerjaannya (Prayoga, 2013;
interaksi obat. Pengertian interaksi obat itu sendiri Utomo et al., 2018). Sedangkan pemilihan
merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi perlakuan secara pour plate karena memiliki
respon tubuh terhadap pengobatan. Obat dapat keunggulan yaitu pour plate menunjukkan
berinteraksi dengan makanan atau minuman, zat permukaan bakteri lebih halus dan merata di
kimia atau dengan obat lain. Dikatakan terjadi seluruh permukaan media sehingga zona bening
interaksi apabila makanan, minuman, zat kimia, nampak lebih jelas, dan pengukuran diameter akan
dan obat lain tersebut mengubah efek dari suatu lebih mudah, durasi waktu yang digunakan untuk
obat yang diberikan bersamaan atau hampir mengkultur satu cawan petri lebih singkat dan
bersamaan [10] resiko kontaminasinya lebih sedikit (Seniati et al.,
Kejadian interaksi obat yang mungkin 2016).
terjadi diperkirakan berkisar antara 2,2% sampai 2.1 Alat dan Bahan
30% dalam penelitian pasien rawat inap di rumah Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu
sakit, dan berkisar antara 9,2% sampai 70,3% pada cawan petri, tabung reaksi, rak tabung, timbangan
pasien di masyarakat. Kemungkinan tersebut analitik, laminar air flow (LAF), inkubator,
sampai 11,1% pasien yang benar-benar mengalami autoklaf, oven, inkubator, tisu, pinset, cakram uji
gejala yang diakibatkan oleh interaksi obat [11]. kosong, korek api, lampu bunsen (spiritus), kaca
Banyak masyarakat Indonesia yang tidak arloji, beaker glass, erlenmeyer, batang pengaduk,
mengetahui tentang interaksi obat. Salah satu pipet ukur, batang L, pipet tetes, gelas ukur,
kejadian interaksi obat yang mungkin terjadi antara mikropipet, kompor, jangka sorong, ose, spidol,
lain dapat mengubah efek dari obat tersebut atau label, vortex, dan mikroskop. Bahan yang
bahkan dapat menimbulkan toksik yang tidak diperlukan media NA, aquadest, susu, dan pisang.
diinginkan. Interaksi obat bukan hanya terjadi pada
obat dengan obat lain, tetapi juga bisa terjadi pada 2.2. Pembuatan Aquadest Steril (Kontrol
obat dengan makanan dan minuman [11] Negatif)
Cara minum obat yang terjadi di sebagian besar Pada pembuatan kontrol negatif dilakukan
dengan cara mengukur aquadest sebanyak 100 ml
masyarakat Indonesia yaitu mencari makanan atau
yang dimasukan ke dalam erlenmeyer, ditutup
minuman yang dapat membantu mengurangi rasa
dengan sumbat dari kapas atau kassa dan
pahit saat mengkonsumsi obat, seperti susu dan
dibungkus dengan aluminium foil, selanjutnya
pisang [12]. Pada penelitian ini dilakukan “Uji In
sterilisasikan dengan menggunakan autoclave
Vitro Interaksi Cefadroxil dengan Makanan dan
dengan suhu 121˚C selama 15 menit.
Minuman terhadap Staphylococcus aureus dengan
menggunakan metode Difusi Cakram”.
2.3 Pembuatan Sampel Susu
a. Pembuatan larutan induk susu 100%
2. METODE PENELITIAN
Susu diukur menggunakan gelas ukur
Rancangan penelitian ini dilakukan secara
sebanyak 100 ml dan dimasukkan ke dalam
eksperimental kualitatif. Cefadroxil diambil dan
erlenmeyer secara aseptis.
dilarutkan dengan menggunakan pelarut aquadest
b. Pembuatan pengenceran sampel dengan
steril kemudian diencerkan dengan konsentrasi
konsentrasi susu 10%, 20%, 40%, dan 80%
0,01%. Sampel susu dan pisang diencerkan
kemudian dibuat konsentrasi 10%, 20%, 40%, dan Tabel 1 Pengenceran Sampel Susu
80%. Cefadroxil 0,01% dan sampel yang telah Sampel Konsentrasi Volume Aquadest
diencerkan dibuat larutan kerja. Larutan kerja Sampel (%) Larutan steril
dipipet sebanyak 20 µl pada kertas cakram. Lalu Induk
(100%)
masing – masing kertas cakram diletakkan di atas
10% 1 ml ad 10 ml
media NA yang telah ditanamkan bakteri
20% 2 ml ad 10 ml
Staphylococcus aureus ATCC 25923 secara pour Susu 40% 4 ml ad 10 ml
plate. Kemudian diinkubasi selama 24 jam.
80% 8 ml ad 10 ml
Pengujian aktivitas antibakteri
menggunakan metode difusi cakram secara pour
2.4 Pembuatan Sampel Pisang
plate. Pemilihan metode difusi cakram didasarkan
a. Pembuatan larutan induk pisang 100%
karena metode ini merupakan metode yang sering

92
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Pisang ± 100 gram, digerus sampai halus. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pisang yang telah dihaluskan kemudian 3.1 Hasil Pengukuran Zona Hambat Bakteri
diserkai dengan kain saring. Air perasan Staphylococcus aureus
pisang kemudian ditampung dalam Data hasil pengukuran diameter zona
erlenmeyer steril sebanyak 100 ml. hambat bakteri Staphylococcus aureus disajikan
b. Pembuatan pengenceran sampel dengan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
konsentrasi pisang 10%, 20%, 40%, dan
80% Tabel 3.Hasil Pengukuran Zona Hambat
Bakteri Staphylococcus aureus pada
Tabel 2. Pengenceran Sampel Pisang konsentrasi 10%

Sampel Konsentrasi Volume Aquadest Replikasi Kontrol Kontrol Diameter zona


Sampel (%) Larutan steril Negatif Positif hambat (mm)
Induk (-) (+) 10% 10%
(100%) Susu Pisang
10% 1 ml ad 10 ml 1 - 21,91 19,31 20,47
20% 2 ml ad 10 ml 2 - 22,32 20,43 21,50
Pisang 40% 4 ml ad 10 ml 3 - 23,16 20,50 20,73
80% 8 ml ad 10 ml Rata-rata - 22,46 20,08 20,90
(mm)
2.5 Pembuatan Larutan Kerja Kategori Tidak Sangat Sangat Sangat
a. Larutan Kerja Cefadroxil dengan Susu ada kuat kuat kuat
Cefadroksil 0,01% dicampurkan dengan aktivitas
sampel susu dengan masing- masing
konsentrasi 10%, 20%, 40% dan 80% Tabel 4. Hasil Pengukuran Zona Hambat
(perbandingan Cefadroxil dengan susu 1:1), Bakteri Staphylococcus aureus pada
kemudian masukkan ke dalam vial sebanyak konsentrasi 20%
10 ml secara aseptis.
b. Larutan Kerja Cefadroxil dengan Pisang Kontrol Kontrol Diameter zona
Cefadroksil 0,01% dicampurkan dengan Replikasi Negatif Positif hambat (mm)
sampel pisang dengan masing- masing (-) 20% 20%
(+)
konsentrasi 10%, 20%, 40% dan 80%
Susu Pisang
(perbandingan Cefadroxil dengan pisang
1 - 21,96 19,33 19,51
1:1), kemudian masukkan ke dalam vial
sebanyak 10 ml secara aseptis. 2 - 22,56 20,53 21,03
3 - 23,40 20,73 20,93
Rata-rata - 22,64 20,19 20,49
2.6 Pengisian Paper Disk
Menyiapkan 4 kertas cakram dengan (mm)
diameter 6 mm. Cefadroksil dengan susu, Kategori Tidak Sangat Sangat Sangat
Cefadroxil dengan pisang, kontrol positif, dan ada kuat kuat kuat
kontrol negatif dipipet sebanyak 20 µl pada kertas aktivitas
cakram. Lalu letakkan pada media Nutrient Agar
(NA). Kemudian diinkubasi dalam inkubator Hasil pengukuran diameter zona hambat
selama 24 jam dengan suhu 37˚C. Setelah 24 jam bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi
diamati zona bening pada media. 10%, 20%, 40%, dan 80% adalah >20 mm, dimana
nilai diameter zona hambat termasuk kedalam
2.7 Pengamatan Zona Hambat
kategori sangat kuat. Berdasarkan hasil yang
Amati zona hambat masing – masing
sampel, ukur diameter dengan menggunakan didapatkan pada semua konsentrasi, didapatkan
jangka sorong, kemudian catat dan hasil bahwa adanya interaksi cefadroksil dengan
dokumentasikan, hasil data penelitian dianalisa makanan dan minuman yaitu pisang dan susu
menggunakan statistik uji Anova satu arah. terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

93
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

aureus, karena hasil Cefadroxil dengan sampel karier yang dimediasi oleh nutrient ditujukan
pisang dan Cefadroxil dengan sampel sebagai faktor yang
Tabel 7. Tabel Perbandingan Signifikansi
Tabel 5. Hasil Pengukuran Zona Hambat
Figure antara Sampel dengan
Bakteri Staphylococcus aureus pada Sampel+Perlakuan
konsentrasi 40% Sampel Sampel+Perlakuan Signifikansi
Kontrol Kontrol Diameter zona (p)
Replikasi Negatif Positif hambat (mm) Kontrol 10% susu + Kontrol 0.001
(-) (+) 40% 40% Positif positif
Susu Pisang 20% susu + Kontrol 0.003
positif
1 - 22,50 19,61 20,00
40% susu + Kontrol 0.003
2 - 22,93 20,80 21,13 positif
3 - 23,73 20,96 21,09 80% susu + Kontrol 0.002
Rata-rata - 23,05 20,45 20,74 positif
(mm) Kontrol 10% pisang + Kontrol 0.003
Positif positif
Kategori Tidak Sangat Sangat Sangat
20% pisang + Kontrol 0.009
ada kuat kuat kuat positif
aktivitas
40% pisang + Kontrol 0.026
Tabel 6. Hasil Pengukuran Zona Hambat positif
Bakteri Staphylococcus aureus pada 80% pisang + Kontrol 0.083
konsentrasi 80% positif
berkontribusi untuk efek negatif makanan pada
Kontrol Kontrol Diameter zona
beberapa obat. Transporter monokarboksilat,
Replikasi Negatif Positif hambat (mm)
transporter kation organik, nukleosida, dan
(-) (+) 80% 80% transporter dipeptide intestinal telah ditemukan
Susu Pisang menjadi signifikan termasuk pada absorpsi
1 - 22,36 19,38 20,20 antibiotik cephalosporin pada intestinal, liver,
2 - 22,83 21,00 21,30 ginjal, jantung, dan rongga mulut [14]
Pisang Cavendish mengandung sejumlah
3 - 23,00 20,72 21,33
mineral kalsium dan fosfor [15]. Pisang Cavendish
Rata-rata - 22,73 20,36 20,87 memiliki nilai gizi protein, karbohidrat, energi,
(mm) gula reduksi dan kalsium yang cukup tinggi jika
Kategori Tidak Sangat Sangat Sangat dibandingkan dengan jenis pisang yang lainnya
ada kuat kuat kuat [16]. Makanan tinggi protein dapat meningkatkan
aktivitas
laju aliran darah splanchnic. Peningkatan aliran
darah biasanya dapat memengaruhi absorpsi obat.
susu lebih rendah dibandingkan kontrol positif
Di sisi lain makanan tinggi protein dicerna menjadi
Cefadroxil.
peptide yang kecil atau asam amino yang
Hasil uji aktivitas antibakteri dianalisa
absorpsinya bergantung pada peptide intestinal atau
dengan SPSS 20 menggunakan metode Anova one
way, dilanjutkan dengan uji LSD. Pada analisis uptake reseptor asama amino. Makanan tinggi
data ANOVA diameter zona hambat bakteri protein berkompetisi dengan peptide atau asam
Staphylococcus aureus menunjukkan nilai amino-seperti obat untuk transporter-memediasi
adsorpsi. Sebagai contoh , setelah intake diet tinggi
signifikan p < α (0,05) yang artinya ada perbedaan
diameter zona hambat pertumbuhan protein, uptake transporter, seperti peptide
Staphylococcus aureus pada berbagai konsentrasi. transporter 1 (PepTI), yang bertanggung jawab
membawa agen seperti levodopa dan penisilin,
Interaksi antara komponen makan dan
dapat berkompetisi menghambat karena obat
pemberiaan obat secara oral dapat terjadi tiga
tersebut memiliki kemiripan struktur asam amino
kemungkinan. Absorpsi obat dapat meningkat,
tidak terpengaruh atau menurun, dan semua hal ini dan peptide rantai pendek. Dengan cara yang
ini telah diamati [13]. Kompetisi active/transporter sama, absorpsi menurun pada obat beta lactam

94
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

seperti cefalexin dan cefadroxil, pada https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/47


eksperimental in-situ [17]. 965#section=Chemical-Vendors
8. Setiabudy, R. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-
Menurut Bushra et al., (2012) pemberian lima (cetak ulang dengan perbaikan). Jakarta:
antibiotik bersama dengan produk susu dapat Gaya Baru. 2007.
menyebabkan penurunan efektivitas dan 9. Elliott, T., Whorthington, O., dan Gill. Mikrobiologi
Kedokteran & Infeksi. Jakarta: EGC. 2013.
penyerapan antibiotik serta pemberian antibiotik
10. Ganiswara, G. S. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-
dengan asupan makanan dapat memengaruhi lima, Jakarta: Indonesia University. 2008.
efektivitas antibiotik. Susu dan pisang dapat 11. Fradgley, S. Interaksi Obat Dalam Farmasi Klinis.
memengaruhi efektivitas antibiotik. Hindari Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo
kelompok Gramedia. 2003.
pemberian antibiotik dengan produk susu yang 12. Olivia, Z., dan Suryana, A. L. Efek Penggunaan
kaya sumber ion divalent, seperti kalsium dan Obat Antihipertensi Bersamaan Dengan Pisang
magnesium yang kompleks dengan beberapa (Musa Sp.) Terhadap Kadar Kalium Serum
antibiotik dan menghambat absorsi obat tersebut Tikus Wistar Model Hipertensi. Journal of
Agromedicine and Medical Sciences. Program
[18]. Studi Gizi Klinik Jurusan Kesehatan, Politeknik
Negeri Jember, Jember. 2018.
10. KESIMPULAN 13. Welling, P. G .The influence of food on the
absorption of antimicrobial agents. Journal of
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan Antimicrobial Chemotherapy .1982. 9, 7-27
bahwa adanya perbedaan yang signifikan secara 14. Marasanapalle, V. P., Li, X., Jasti, B. R. Oral
statistik antara cefadroksil dengan cefadroxil+ susu Bioavailability: Basic Principles, Advanced
dan pisang terhadap pertumbuhan bakteri aureus Concepts, and Applications, Effects of Food on
Drug Absorption .First Edition. 2011 John
dengan metode uji in vitro. Wiley & Sons, Inc. Published
15. Sukasih, E., Sunarmani, S. dan Pertiwi, S. R. R.
11. UCAPAN TERIMAKASIH Optimasi Formula Tepung Pisang Cavendish
Terimakasih kepada Allah SWT. Semua (Musa cavendishii) Instan Dengan Metode
Respon Surface. 2018
dosen, laboran serta mahasiswa Akademi Farmasi 16. Arlini, D. N. Simulasi Transportasi Buah Pisang
Surabaya yang terlibat penelitian. Cavendish. Fakultas Pertanian Universitas
Lampung Bandar Lampung. 2018.
17. Deng, J., Zhu, X., Chen et al. A Review of Food–
12. PENDANAAN
Drug Interactions on Oral Drug Absorption.
Penelitian ini didanai oleh dana hibah Springer International Publishing AG. 2017.
penelitian internal Akademi Farmasi Surabaya 18. Bushra, R., Aslam, N., Khan, A. Y. Food-Drug
Interactions. Oman Medical Journal .2011. Vol.
13. KONFLIK KEPENTINGAN 26, No. 2: 77-8.
Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat
potensi konflik kepentingan dengan penelitian,
kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel
ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2406/Menkes/Per/ XII/2011. Pedoman
Umum Penggunaan Antibiotik. 2011. Jakarta:
Menteri Kesehatan RI.
2. Juwono, R. Demam Tifoid dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid 1. 2004. Edisi ke-3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Pratiwi, S. T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta:
Erlangga. 2008.
4. Sweetman, S. C. Martindale The Complete Drug
Reference. Edisi ke-36. New York:
Pharmaceutical Press. 2009
5. Micromedex.. Drugs Interactions. [diakses 4
September 2019]. Tersedia dari:
https://www.drugs.com/ppa/sefadroksil .html
6. Jawetz., Melnick., dan Adelberg. Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi ke-27. New York: Mc Graw
Hill. 2016
7. NCBI. 2019. Pubchem Compound Summary.
[Diakses 5 September 2019]. Tersedia dari:

95
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Halaman Kosong

88
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Artikel Penelitian
Hasil Responden Pengetahuan Masyarakat Terhadap Cara
Pengolahan Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) dan Kencur
(Kaemferia galanga) Sebagai Peningkatan Imunitas Selama
COVID-19 dengan Menggunakan Kedekatan Konsep Program
Leximancer
Farizah Izazi1*), Astrid Kusuma P1
1
Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah, Surabaya, Indonesia.
*)
E-mail: (Farizah.Izazi@hangtuah.ac.id)

ABSTRAK
Covid-19 merupakan salah satu virus yang sedang melanda di seluruh dunia. Banyak pasien COVID-19 yang
terinfeksi dikarenakan imunitas yang rendah. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu bentuk yang
dapat dilakukan untuk menangani COVID-19 adalah dengan meningkatkan imunitas. Meningkatkan
imunitas dengan mengkonsumsi obat yang berasal dari bahan alam atau OMAI (Obat Modern Asli
Indonesia). Salah satu bentuk OMAI adalah temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) dan kencur (Kaemferia
galanga). Kedua bahan tersebut dapat digunakan apabila cara pengolahannya baik dan benar. Hingga saat ini
cara pengolahan OMAI yang baik dan benar belum tersampaikan seluruhnya kepada masyarakat. Kurangnya
informasi yang didapat oleh masyarakat inilah yang mendasari penelitian ini dilakukan. Oleh karenanya
dilakukan penelitian terkait pemahaman masyarakat cara pengolahan kedua OMAI tersebut. Hasil data
leximancer 4.51 menunjukkan masyarakat belum memahami cara pengolahan yang baik dan benar untuk
sediaan serbuk instan ataupun sediaan yang lainnya sedangkan untuk sediaan siap minum (larutan)
masyarakat sebagian besar memahami dengan baik dan benar cara pengolahannya. Hal ini juga di sebabkan
karena masyarakat masih banyak yang belum menjumpai sediaan selain larutan. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa perlu adanya pendekatan kepada masyarakat terkait cara pengolahan bentuk sediaan
yang lainnya seperti bentuk sediaan serbuk instan, lozenges, dan kapsul.
Kata kunci: Curcuma xanthorrhiza, Kaempferia galanga, Imunitas, COVID, Leximancer 4.51.

Respondent Results of Community Knowledge on How to Process


Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) and Galangal (Kaemferia
galanga) as Improvement of Immunity during COVID-19 Using
The Concept of Leximancer Program Approach
ABSTRACT
Covid-19 is one of the viruses that is sweeping across the world. Many COVID-19 patients are infected due
to low immunity. Many factors affect it. One form that can be done to treat COVID-19 is to increase
immunity. Enhance immunity by consuming medicine derived from natural ingredients or OMAI (Modern
Indonesian Original Medicine). One form of OMAI is temulawak (Curcuma xanthorrhiza) and kencur
(Kaemferia galanga). Both of these materials can be used if the processing method is good and right. Until
now the OMAI processing method that is good and right has not been fully conveyed to the community. The
lack of information obtained by the community is what underlies this research.Therefore, a research related
to the community's understanding on how to process these two OMAIs. Leximancer 4.51 data results show
that the public does not yet understand the proper and correct processing methods for instant powder
preparations or other preparations, while for ready-to-drink preparations (solutions) the majority of people
understand well and correctly how to process them. This is also caused because there are still many people
who have not found preparations other than solutions. From these results it can be concluded that there is a
need for an approach to the community regarding the processing of other dosage forms such as instant
powder, lozenges, and capsules.
Keywords: Curcuma xanthorrhiza, Kaempferia galanga, Imunitas, COVID, Leximancer 4.51.

93
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

dapat dilakukan untuk penanganan COVID-19 saat


1. PENDAHULUAN
ini. Salah satu OMAI atau obat tradisional yang
Akhir tahun 2019 bulan Desember seluruh
terdapat di Indonesia yang dapat digunakan untuk
dunia di kagetkan dengan adanya virus baru.
meningkatkan sistem imun yaitu temulawak
Hingga saat ini pada bulan Juli 2020 di Indonesia
(Curcuma Xanthorrhiza), sedangkan untuk kencur
masih terdapat virus tersebut. Pada awalnya virus
(Kaemferia galanga) dapat digunakan sebagai anti
ini menyerang. hewan, namun pada saat pertama
inflamasi, expectorant, asma dll.
kali di temukan di China pada akhir tahun 2019
Manfaat yang lain dari temulawak
virus ini juga terdapat pada manusia.
(Curcuma Xanthorrhiza) adalah untuk
Dampak manusia yang terpapar oleh virus ini
menyegarkan tubuh, memperlancar metabolisme,
adalah menyebabkan penyakit infeksi saluran
menyehatkan fungsi hati, menambah nafsu makan,
pernafasan misalnya flu, MERS dan SARS [3].
sebagai imunomodulator dan hepatoprotektor. Serta
Gejala umunya adalah demam pada suhu 380C,
temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) juga
batuk kering, dan sesak nafas sehingga dapat
digunakan untuk meningkatkan daya tahan dan
menyebabkan kematian [2,3]. Saat ini di Indonesia
stamina tubuh1 Studi oleh Kim (2007)
pada bulan Mei 2020 telah tercatat kasus ±14.000
menunjukkan bahwa ekstrak temulawak (Curcuma
kasus COVID-19 seluruh Indonesia. Masing –
Xanthorrhiza) dapat menginduksi aktivitas sistem
masing daerah pada seluruh provinsi di Indonesia
imun, sedangkan penelitian Kosim et al. (2007)
menerapkan banyak cara untuk mengurangi jumlah
melaporkan pemberian temulawak (Curcuma
kasus COVID-19. Salah satu cara yang di terapkan
Xanthorrhiza) dapat meningkatkan respons imun
adalah dengan cara meningkatkan imunitas masing-
pada ayam yang diberi vaksin flu burung.
masing individu.
Penggunaan temulawak (Curcuma Xanthorrhiza)
Imunitas merupakan suatu sistem pertahanan
dalam pengobatan tradisional banyak digunakan
yang berperan dalam mengenal, menghancurkan,
dalam pengobatan gangguan pencernaan, sakit
serta menetralkan benda-benda asing atau sel-sel
kuning, keputihan, meningkatkan daya tahan tubuh
abnormal yang berpotensi merugikan bagi tubuh.
serta menjaga kesehatan. Sedangkan manfaat
Kemampuan tubuh untuk menahan atau
kencur (Kaemferia galanga) yaitu sebagai
menghilangkan benda asing serta sel-sel abnormal
pengobatan diare, migrain, meningkatkan energi,
disebut imunitas (kekebalan). Faktor yang
dan mengatasi kelelahan atau dikenal dengan
mempengaruhi sistem imun adalah genetik,
meningkatkan imun [6,7]. Rimpang kencur
fisiologis, stress, usia, hormon, olahraga,
(Kaemferia galanga) selama ini digunakan juga
kurangnya istirahat, nutrisi yang tidak terpenuhi,
untuk menghilangkan sakit gigi, sakit perut,
dan terpaparnya dengan zat yang berbahaya
pembengkakan pada otot dan rematik [7,8].
misalnya radioaktif, rokok, pestisida, bahan kimia
Seluruh manfaat dari tanaman tersebut
yang lainnya ataupun alkohol. Imunitas yang
memiliki peranan yang penting dalam salah satu
rendah pada manusia akan menyebabkan
bentuk penanganan COVID-19. Suatu tanaman jika
mudahnya terpapar penyakit atau virus salah
diolah dengan baik maka akan dapat digunakan
satunya adalah akan mudah terpapar COVID-19.
secara baik dan bermanfaat namun apabila tanaman
Hingga saat ini penanganan virus ini tergantung
tersebut di olah dengan cara yang salah maka
dari pola masing masing individu baik pola hidup
manfaat dari tanaman tersebut akan tidak dapat
ataupun pola kesehatan.
dipergunakan dengan baik atau kurang bermanfaat.
Pada FGD peran herbal, suplemen kesehatan
Karena hal tersebut perlu dilakukan cara
dan probiotik sebagai upaya menghadapi COVID-
pengolahan yang baik dan benar, namum
19 pada 14 Mei 2020 banyak hal yang dapat
masyarakat dalam pemahaman cara pengolahan
dilakukan untuk meningkatkan sistem imun, salah
kedua tanaman tersebut perlu di kaji lebih lanjut,
satunya mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
oleh karenanya maka dilakukan penelitian ini.
seimbang, olah raga, menghindari stress,
memperbaiki system pencernaan ataupun hormone
2. METODE PENELITIAN
serta mengkonsumsi vitamin. Mengkonsumsi
vitamin baik yang berasal dari bahan kimia (obat Penelitian ini menggunakan media kuisioner
paten) atau pun OMAI ( Obat Modern Asli yang mana kuisioner terbagi menjadi dua macam
Indonesia) atau biasa kita kenal dengan obat melalui google form dan di bagikan secara
tradisional ini adalah salah satu tindakan yang langsung pada pasien di Apotek.

94
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

2.8. Data Responden daerah luar surabaya dengan prosentase 66%,


dengan latar berlakang pendidikan sma sederajat
Total responden adalah 150 responden seluruh
47%. Responden lebih banyak dengan daerah luar
Indonesia.
surabaya dengan pekerjaan terbesar adalah
2.9. Analisis Data karyawan swasta 43%. Selain karyawan swasta
Data akan di analisis secara kualitatif juga pekerjaan sebagai mahasiswa juga
menggunakan program leximancer 4.51. menunjukkan hasil prosentasi 31%. Hal ini selaras
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan hasil yang tampak dalam kedekatan konsep
Pengolahan data menggunakan program anatara jenis kelamin perempuan dan daerah luar
leximancer 4.51. Untuk mengidentifikasi topik Surabaya serta tingkat pendidikan sma atau
dominan yang menjadi ciri penelitian PLSPM dan sederajatnya.
GSCA bersama domain, kami menerapkan Hasil tahapan kedua adalah pengetahuan
kombinasi ekstraksi semantik dan relasional dari masyarakat terkait dengan imunitas dan cara
teks, disebut sebagai Leximancer [9]. Dimana mengatasi sesuai dengan kondisi masyarakat sehari
program Leximancer 4.51 nantinya akan hari. Pengetahuan masyarakat terkait dengan
memberikan hasil kedekatan konsep yang imunitas dan cara mengatasi sesuai dengan kondisi
menggambarkan hasil dari responden. Data dibagi masyarakat sehari hari meliputi pengetahuan
menjadi empat tahapan. Terbaginya menjadi empat masyarakat tentang COVID 19, pengetahuan
tahapan agar dapat memberikan hasil kedekatan tentang imunitas, pengetahuan bagaimana cara
konsep secara detail. meningkatkan imunitas dan cara mengatasinya
Tahapan pertama adalah identitas atau data disesuaikan dengan masing masing kondisi
diri responden, tahapan kedua adalah pengetahuan responden. Hasil tahapan ketiga adalah tentang
masyarakat terkait dengan imunitas dan cara pengetahuan masyarakat cara mengolah temulawak
mengatasi sesuai dengan kondisi masyarakat sehari dan kencur. Pengetahuan masyarakat terkait cara
hari, tentang pengetahuan masyarakat cara mengolah temulawak dan kencur meliputi manfaat
mengolah temulawak dan kencur dan tahapan temulawak dan kencur untuk kesehatan, cara
terakhir adalah mengetahui keinginan masyarakat mengolah temulawak dan kencur menjadi bentuk
terkait dengan bentuk sediaan temulawak dan sediaan siap minum dan serbuk instan. Berikut ini
kencur yang diinginkan masyarakat. adalah hasil dari gabungan dari tahapan kedua dan
Hasil tahapan pertama adalah identitas atau tahapan ketiga:
data diri responden. Identitas atau data diri
responden meliputi jenis kelamin, asal kota,
pekerjaan dan tingkat pendidikan. Berikut ini
adalah hasil dari tahapan pertama:

Gambar 3.2 Leximancer 4.51 kedekatan konsep


pengetahuan masyarakat terkait dengan imunitas,
cara mengatasi sesuai dengan kondisi masyarakat
sehari hari.

Gambar 3.1 Leximancer 4.51 kedekatan konsep Hampir seluruh responden mengetahui
identitas responden meliputi jenis kelamin, asal kota,
pekerjaan dan tingkat pendidikan bahwa seseorang yang memiliki imunitas yang
rendah mudah terkena COVID 19. Pengetahuan
Responden terdiri laki-laki dan perempuan. masyarakat terkait dengan imunitas sama dengan
Jumlah responden perempuan lebih banyak dari antibodi memiliki jumlah 59% sedangkan imunitas
pada jumlah responden laki-laki. Hal ini terlihat sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing
dengan hasil prosentase yaitu perempuan 57% dan sebagai bentuk perlindungan diri memiliki jumlah
laki-laki 43%. Asal kota yang paling banyak adalah 31%. Responden mengalami kondisi imunitas yang

95
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

rendah ini menunjukkan 100% semua pernah Hasil tahapan keempat adalah analisis data
mengalami kondisi imunitas rendah. Hal ini tampak diatas menunjukkan adanya kedekatan empat
dari kedekatan konseptual di mana antara konsep penting yaitu serbuk, lozenges, kapsul dan
pengetahuan tentang imunitas dengan kondisi larutan Pada data leximancer 4.51 juga
imunitas rendah berdekatan. Dalam usaha menunjukkan konsep kedekatan yang mana
meningkatkan imunitas sebagian besar responden masyarakat menginginkan bentuk lain dari
melakukan dengan cara makan makanan bergizi, temulawak dan kencur adalah bentuk kapsul. Hasil
untuk minum vitamin dan minum obat tradisional ini terlihat 3,87% masyarakat menginginkan bentuk
memiliki jumlah yang sama sedangkan untuk sediaan kapsul. Oleh karenanya pelu adanya
olahraga responden yang melakukan jauh lebih pendekatan terhadap masyarakat terkait
sedikit hal ini tampak bahwa data responden yang pengetahuan manfaat sedian obat tradisional serta
melakukan olahraga kedekatannya jauh bila cara pengolahannya salah satunya adalah
dibandingkan dengan makan makanan bergizi temulawak dan kencur.
ataupun meminum obat vitamin ataupun obat
4. KESIMPULAN
tradisional. Banyak manfaat kesehatan dari
Dari hasil penelitian ini di dapatkan bahwa
temulawak dan kencur yang dapat digunakan
pengetahuan masyarakat terkait dengan pengolahan
namun masyarakat masih banyak yang masih
temulawak dan kencur sebagai peningkat imunitas
belum mengetahui, hal ini tampak dengan data
selama COVID 19 untuk sediaan siap minum atau
bahwa sebanyak 100% responden menjawab
larutan responden memberikan hasil mengetahui
sebagai penambah nafsu makan sedangkan masih
cara pengolahan yang baik sedangkan untuk bentuk
banyak fungsi yang lainnya. Pengolahan
sediaan yang lain masih kurang memahami. Oleh
temulawak dan kencur sebagai sediaan obat
karenanya perlu di lakukan pendekatan kepada
tradisional siap minum seluruh responden
masyarakat terkait cara pengolahan bentuk sediaan
mengetahui cara pengolahan sediaan obat
yang lainnya seperti bentuk sediaan serbuk instan,
tradisional siap minum dengan baik namun yang
lozenges, dan kapsul.
belum banyak mengetahui adalah cara pengolahan
bentuk sediaan obat tradisional serbuk instan hal ini 5. UCAPAN TERIMAKASIH
nampak juga pada kedekataan konsep dengan hasil Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh
masih banyak masyarakat yang menjumpai serbuk responden, kepada Universitas Hang Tuah
instan temulawak dan kencur di pasar. Hal ini juga Surabaya, dan Kepada Prodi Farmasi Universitas
di perkuat dengan data pada hasil tahapan keempat. Hang Tuah Surabaya.
Hasil tahapan terakhir yaitu tahapan keempat
adalah mengetahui keinginan masyarakat terkait 6. PENDANAAN
dengan bentuk sediaan temulawak dan kencur yang Penelitian ini di danai oleh Universitas Hang
lebih efektif dan efisien. Berikut ini adalah hasil Tuah Surabaya.
dari tahapan keempat:
7. KONFLIK KEPENTINGAN
Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat
potensi konflik kepentingan dengan penelitian,
kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel
ini.

DAFTAR PUSTAKA
19. Damayanti R. 2008.Uji efek sediaan serbuk
instan rimpang temulawak (Curcuma
xanthorrhiza) sebagai tonikum terhadap
mencit jantan. [Skripsi]. Surakarta (ID):
Universitas Muhammadiyah Surakarta
20. Hui, D. S., E., I.A., Madani, T.A., Ntoumi,
F.,Kock, R., Dar, O., et al. 2020. The
Gambar 3.3 Leximancer 4.51 kedekatan konsep Continuing 2019-nCoV epidemic threat of
bentuk sediaan lainnya yang diinginkan masyarakat novel coronaviruses to global health-The latest
untuk temulawak dan kencur 2019 novel coronavirus outbreak in Wuhan,
China. International Journal of infectious
Diseaese, 91, 264-66.

96
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

21. Ilmiyah, S. 2020. Upaya PBNU Mencegah


Penyebaran COVID-19. [Diunduh April 13].
Tersedia dari:
https://youtu.be/rYlypLWR3QW.
22. Kim AJ, Kim YO, Shim JS, Hwang JK.
2007.Immunostimulating activity of crude
polysaccharide extract isolated from
Curcuma xanthorrhixa Roxb. Biosci
Biotechnol Biochem.71(6):14281438.
23. Kosim L, Priosoeryanto BP, Purwakusumah
ED. 2007. Potensi Temulawak Testandar
Untuk Menanggulangi Flu Burung. [Laporan
penelitian]. Bogor (ID): Pusat Studi
Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor.
24. Kusumawati I, Yusuf H. Phospholipid complex as
a carrier of kaempferia galanga rhizome
extract to improve its analgesic activity. Int J
Pharm Pharm Sci. 3(1):44-46
25. Preetha TS, Hemanthakumar AS, Krishnan PN.
2016. A comprehensive review of Kaempferia
galanga L. (Zingiberaceae): A high sought
medicinal plant in Tropical Asia. Journal of
Medicinal Plants Studies.. 4(3): 270-276 2.
26. Sirisangtrakul W. Sripanidkulchai B. 2011. Effects
of Kaempferia galanga L. and ethyl-p-
methoxycinnamate (EPMC) on hepatic
microsomal cytochrome P450s enzyme
activities in mice. Songklanakarin J. Sci.
Technol.. 33 (4):411-417
27. Smith AE, Humphreys MS. 2006. Evaluation of
unsupervised semantic mapping of natural
language with Leximancer concept mapping.
Behav Res Methods 38(2):262–279.

97
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Halaman Kosong

98

Anda mungkin juga menyukai