Alamat Redaksi:
AKADEMI FARMASI SURABAYA
Jl. Ketintang Madya 81 Surabaya Telp. (031) 828 0996
Email: pharmasci@akfarsurabaya.ac.id .
Kesalahan penulisan (isi) diluar tanggung jawab percetakan
iii
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Halaman Kosong
iv
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
v
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Halaman Kosong
vi
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
DAFTAR ISI
vii
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Halaman Kosong
viii
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Artikel Penelitian
Efektivitas Kandungan Senyawa Kimia Daun Waru (Hibiscus
tiliaceus) di Kawasan Lingkar Timur Sidoarjo
Surahmaida1*), Amelinda Rachmawati1, Elia Handayani1
1
Akademi Farmasi Surabaya
*)
E-mail: (fahida1619@gmail.com)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam daun waru
(Hibiscus tiliaceus) yang diekstrak menggunakan dua pelarut yang berbeda (metanol dan etanol 96%).
Metode penelitian ini meliputi ekstraksi secara maserasi dan uji skrining senyawa kimia menggunakan
reagen kimia. Didapatkan hasil bahwa daun waru yang diekstrak menggunakan pelarut metanol dan etanol
96% mengandung senyawa alkaloid, tannin, saponin, dan flavonoid. Dapat disimpulkan bahwa senyawa
kimia yang terkandung dalam daun waru relevan bagi kesehatan manusia.
Kata kunci: daun waru (Hibiscus tiliaceus), ekstrak metanol, ekstrak etanol 96%, senyawa kimia.
39
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
40
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
positif maupun Gram negatif, antikanker dan 3. Abdul-Awal, S.M., Nazmir, S., Nasrin, S.,
antioksidan [11,13]. Nurunnabi, T.R., Uddin, S.J. Evaluation of
Flavonoid yang terkandung dalam daun waru pharmacological activity of Hibiscus tiliaceus.
Springer Plus. 2016: 5(1209): 1-6.
(Hibiscus tiliaceus) memiliki aktivitas
4. Iriyanti, I., Hastuti, S. Toksisitas Ekstrak Etanol
farmakologis sebagai antikanker, antiinflamasi dan Daun Waru (Hibiscus tiliaceus L.) Terhadap
anti alergi. Senyawa ini juga bisa digunakan Larva Arthemia salina Leach Dengan Metode
sebagai pewarna makanan maupun pewarna untuk Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). IJMS
pembuatan tato [13]. Selain itu, senyawa flavonoid Indonesian Journal On Medical Science, 2016:
bersifat antibakteri dan antivirus [14]. 3(1): 15-21.
5. Rustini, N.L., Ariati, K., Dewi, A.A.I.P., Swantara,
Tannin digunakan sebagai bahan obat diet
I.M.D. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Waru
[13]. Senyawa ini juga efektif untuk mengobati (Hibiscus tiliaceus L.) Terhadap Larva Artemia
diare dan detoksifikasi [15]. salina Leach Serta Identifikasi Golongan
Alkaloid juga bertindak sebagai senyawa Senyawanya. Jurnal Kimia. 2015: 9(1): 47-52.
antikanker [15]. Alkaloid dan saponin memiliki 6. Kinho, J., Arini, D.I.D., Tabba, S., Kama, H., Kafiar,
efek farmakologis yaitu analgesik (pereda nyeri), Y., Shabri, S.Y., Karundeng, M.C. Tumbuhan
Obat Tradisional di Sulawesi Utara. Jilid 1.
antispasmodik (pereda kram pada perut), dan
Manado: Badan Penelitian dan Pengembangan
pengobatan artritis (radang persendian) [3]. Kehutanan dan Kementrian Kehutanan; 2011.
7. Lusiana, K., Soetjipto, H., Dewi, K., Hastuti, A.K.
Aktivitas Antibakteri dan Kandungan
4. KESIMPULAN
Fitokimia Ekstrak Daun Waru Lengis
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat (Hibiscus tiliaceus L.) Sebagai Bahan Dasar
melengkapi informasi dalam keberadaan senyawa Pembuatan Sampo. Seminar Nasional Kimia
dan Pendidikan Kimia. Universitas Kristen
kimia yang terkandung dalam daun waru (Hibiscus
Satya Wacana Salatiga. 2013.
tiliaceus). Selain itu, penelitian ini mungkin 8. Vijay, T., Rajendra, B. Phytochemical Screening
berguna untuk isolasi senyawa kimia dari daun And Antihelmintic Activity Of Wood And
waru sebagai perkembangan untuk pembuatan Leaves Of Hibiscus tiliaceus Linn. World
bahan obat baru yang bermanfaat bagi kesehatan Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
manusia dan aplikasi di bidang industri lainnya. Science. 2014: 3(10): 880-889.
9. Prachiti, R.P., Berde, P.C. Phytochemical Screening
of Hibiscus tiliaceus by FTIP Spectroscopic
5. UCAPAN TERIMA KASIH Analysis. International Jounral of Pharmacy
and Biological Sciences – IJPBS. 2019: 9(3):
Ucapan terima kasih kepada Akademi
1308-1319.
Farmasi Surabaya yang telah memberikan
10. Sopan, B.P., Kshitij, R.P., Anil, C.N., Ananda, A.S.,
dukungan dan fasilitas sehingga penulis dapat Bhagwan, P.R. Pharmacognostic Studies Of
menyelesaikan artikel ini. Wood Of Hibiscus tiliaceus Linn. World
Journal Of Pharmaceutical Researchi. 2012:
6. KONFLIK KEPENTINGAN 1(3): 653-660.
Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat 11. Andriani, Y., Mohamad, H., Bhubalan, K., Abdullah,
M.I., Amir, H. Phytochemical Analysis, Anti-
potensi konflik kepentingan dengan penelitian, Bacterial And Anti-Biofilm Activities of
kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel Mangrove Associated Hibiscus tiliaceus
ini. Extracts And Fractions Against Pseudomonas
aeruginosa. Journal of Sustainability, Science
DAFTAR PUSTAKA and Management. 2017: 12(2): 45-51.
12. Inacio, M.C., Paz, T.A., Bertoni, B.W., Soares, A.M.
1. Pagare, S., Bhatia, M., Tripathi, N., Pagare, S.,
Effect on environmental and phenological
Bansal, Y.K. Secondary metabolites of plants
factors on the antimicrobial activity of
and their role. Currents Trends in
Cochlospermum regium (Schrank) Pilg. Roots.
Biotechnology and Pharmacy. 2015: 9(3): 293-
Acta Scientiarum Agronomy. 2016: 38(4):
304.
467-473.
2. Kumar, N.S., Kumar, D., Kumar, V. Antinociceptive
13. Samsudin, M.S., Andriani, Y., Sarjono, P.R.,
and anti-inflammatory activity of Hibiscus
Syamsumir, D.F. Study On Hibiscus tiliaceus
tiliaceus leaves. International Journal of
Leaves As Antibacterial And Antioxidant
Pharmacognosy and Phytochemical Research.
Agents. ALOTROP-Jurnal Pendidikan Dan
2009: 1(1): 15-17.
Ilmu Kimia. 2019: 3(2): 123-131.
41
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
42
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Artikel Penelitian
Pengaruh Rasio Karbomer dan HPMC Terhadap Karakteristik dan
Stabilitas Fisik Emulgel Minyak Ikan Salmon
Dita Nurlita Rakhma1, Yuli Ainun Najih1*), Fadhilah Eka Pratiwi1
1
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah Surabaya
*)
Email : (yuli.najih@hangtuah.ac.id)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio gelling agent Karbomer dan HPMC terhadap
karakteristik dan stabilitas fisik emulgel minyak ikan salmon. Pada penelitian ini digunakan minyak ikan
salmon sebagai bahan aktif karena mengandung Omega-3 yaitu EPA dan DHA yang berkhasiat sebagai
antiiflamasi secara topikal. Rasio karbomer:HPMC yang digunakan yaitu 2:0 (FI), 0:2 (FII), 0,5 :1,5 (FIII) dan
1:1 (FIV). Pengujian yang dilakukan meliputi pH, viskositas, dan daya sebar. Pengujian stabilitas fisik yang
dilakukan meliputi uji sentrifugasi dan cycling test. Pada uji pH diperoleh hasil semua formula memenuhi
rentang pH kulit. Pada pengukuran viskositas dan daya sebar terdapat perbedaan bermakna pada masing-
masing formula (p<0,05) dimana FI memiliki viskositas yang paling tinggi dan untuk uji daya sebar
menunjukkan bahwa FII mempunyai nilai daya sebar paling tinggi. Pada uji stabilitas fisik baik uji cycling
test maupun sentrifugasi menunjukkan bahwa perbedaan rasio gelling agent tidak memberikan pengaruh
terhadap stabilitas fisik emulgel minyak ikan salmon pada FI, FIII, dan FIV. Namun memberikan pengaruh
pada FII dengan rasio gelling agent Karbomer:HPMC (0:2) yang ditunjukkan dengan pemisahan fase pada uji
sentrifugasi. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan rasio gelling agent
karbomer:HPMC memberikan pengaruh terhadap karakter dan stabilitas fisik emulgel minyak ikan salmon
1. PENDAHULUAN
Eicosapentaenoic acid (EPA) dan Docoaheaenoic
Minyak ikan salmon merupakan salah satu
Acid (DHA). Omega-3 (EPA dan DHA) diketahui
asupan minyak essensial dari sumber hewani yang
memiliki manfaat sebagai antiinflamasi secara
paling banyak digunakan sebagai suplemen
topikal [3]. Pada penelitian yang dilakukan oleh
kesehatan[1]. Di dalam minyak ikan terkandung
Soha et al [4], diketahui bahwa asam lemak omega-
sekitar 25 % asam lemak jenuh dan 75 % asam
3 yang diberikan dalam bentuk sediaan topikal
lemak tak jenuh yang merupakan nutrisi penting
menjadi lebih efektif daripada pemberian oral pada
bagi tubuh [2]. Asam lemak yang dominan dalam
penyembuhan ulkus hewan coba.
minyak ikan salmon yaitu omega-3 seperti
43
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
44
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
45
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
pasien dalam penggunaan sediaan. [16]. Pada Stokes yaitu dengan adanya penurunan viskositas
formula dengan kombinasi gelling agent Karbomer maka akan meningkatkan laju koalesensi dimana
dan HPMC diperoleh hasil konsistensi semi padat. droplet akan bergabung membentuk ukuran yang
lebih besar. Semakin besar ukuran droplet
FIV lebih viskus dibandingkan FIII karena pada
menyebabkan terjadinya pengendapan sehingga
FIV digunakan konsentrasi karbomer lebih tinggi. sediaan mengalami pemisahan fase [18].
Namun pada uji daya sebar tidak terdapat
perbedaan bermakna antara FIII dan FIV. 4. KESIMPULAN
Karbomer dapat membentuk massa gel dengan Formulasi emulgel minyak ikan salmon
konsentrasi rendah, sedangkan HPMC dengan rasio gelling agent karbomer dann HPMC
membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi untuk 0,5 : 1,5 dan 1:1 dapat menghasilkan sediaan
dapat membentuk massa gel. dengan karakteristik yang optimal dan stabil
dibandingkan dengan penggunaan gelling agent
tunggal
*
*# *#
46
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
47
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Halaman Kosong
48
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Artikel Penelitian
Formulasi Emulgel Tabir Surya Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas (L.)) Varietas Antin-3
Damaranie Dipahayu1*)
1
Akademi Farmasi Surabaya
*)
E-mail: (d.dipahayu@akfarsurabaya.ac.id)
ABSTRAK
Radiasi sinar ultraviolet secara intensive dapat menginduksi terjadinya oksidasi kulit dan menyebabkan
penuaan dini pada kulit. Radiasi UV B dapat menyebabkan kulit terbakar dan pigmentasi. Tabir surya
digunakan untuk melindungi kulit akibat paparan UV matahari yang berlebihan. Tujuan dari penelitian ini
adalah menentukan karakteristik fisika dan nilai SPF dari sediaan emulgel yang mengandung ekstrak daun
ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.)) varietas Antin-3. Penentuan nilai SPF menggunakan metode
spektrofotometer UV-VIS. Kedua sediaan baik emulgel Antin-3 dan basis tidak menunjukkan pemisahan
fase setelah uji mekanik. Keduanya tidak hanya homogen secara fisik namun juga lembut dan segar di kulit.
Emulgel Antin-3 berwarna coklat muda dengan aroma ekstrak daun sedangkan basis berwarna putih dengan
aroma basis. Kapasitas sebar dan nilai pH emulgel Antin-3 dan basis, berturut-turut adalah 3,6 cm; 6,28; dan
3,2 cm; 6,41. Nilai SPF emulgel Antin-3 adalah 6,50 dan basis adalah 1,17. Emulgel Antin-3 memiliki
potensi ekstra untuk melindungi radiasi UV B.
Kata kunci: Ekstrak daun Antin-3, Emulgel, Tabir surya, SPF, Karakteristik fisik.
49
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
50
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
perlahan dengan ditetesi TEA sedikit demi labu ukur 100,0 mL dan di adkan hingga tanda
sedikit dan didiamkan selama 30 menit. Fase batas dengan etanol 70 %. Masing-masing
minyak disiapkan dengan melebur oil olive dan sampel diukur absorbannya pada panjang
cethy alcohol di atas waterbath pada suhu 70 gelombang 290-320 nm, absorban dicatat pada
0
C. Fase air disiapkan dengan memanaskan SLS tiap penambahan panjang gelombang 5 nm
dengan aquadest bebas CO2 yang tersisa pada [10]. Pengujian nilai SPF dilakukan sebanyak
suhu 70 0C. Fase air dimasukkan ke dalam fase 3x replikasi. Adapun rumus Mansur yang
minyak pada suhu yang sama yaitu 70 0C dan digunakan adalah :
diaduk pada mortar panas secara perlahan
hingga krim terbentuk pada suhu 35 0C.
Nipagin, nipasol dan tokoferol dilarutkan dalam
propilenglikol qs, campuran ini ditambahkan
kedalam krim yang sudah terbentuk. Campuran Keterangan :
EE : Erythermal effect spectrum
krim selanjutnya dimasukkan ke dalam gelling
I : Solar intensity spectrum
agent dan diaduk hingga homogen [10]. Abs : Absorbance of sunscreen product
CF : Correction factor (=10)
Formulasi tabir surya emulgel sama dengan
formulasi untuk basis, perbedaannya 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
penambahan ekstrak daun Antin-3 yang telah
3.1 Ekstrak daun Antin-3:
dilarukan dengan aquadest bebas C02 (sejumlah
1/3 bagian aquadest) ke dalam krim yang Hasil rendemen ekstrak yang diperoleh adalah :
terbentuk kemudian dimasukkan ke dalam
34,7 gram ekstrak kental x 100 % = 15,1 %
gelling agent.
230 gram serbuk kering
2.3.3 Evaluasi karakteristik fisik
Serbuk daun kering Antin-3 yang dikeringkan
Organoleptis dilakukan dengan mengamati secara metode dianginkan pada suhu ruang dan
warna, bau dan kosistensi dengan indera perasa diekstraksi secara remaserasi kinetik dengan
mata, hidung dan kulit. Untuk homogenitas
perbandingan simpilisa: pelarut etanol 70 % (1:10)
fisik dilakukan dengan menempatkan sejumlah dalam penelitian ini, didapatkan persen rendemen
kecil sediaan (basis dan elmulgel) diantara dua 15,1 %
gelas arloji dan dilakukan pengamatan apakah
ada partikel yang belum homogen. Uji mekanik 3.2 Formulasi basis dan emulgel :
dilakukan dengan cara memasukkan sediaan di Pada formulasi basis maupun emulgel ini,
tabung reaksi bertutup kemudian dilakukan faktor kritis pentuan keberhasilan terbentuknya
sentrifuse selama 30 menit pada kecepatan 3000 basis/emulgel adalah pertama saat praparasi gelling
rpm kemudian diamati apakah ada pemisahan agent dengan carbopol 940- TEA, pada
fase 15 .Uji pH menggunakan alat pH meter, perbandingan yang sama. Pemakaian aquadest
larutan uji adalah sampel sebanyak 1 gram bebas CO2 dengan suhu 80 0C dan
dilarutkan dalam aquadest bebas CO2 sebanyak pengadukan konstan disertai penambahan TEA
10 mL. Daya sebar dilakukan dengan cara menjadi dan didiamkan selama minimal 30 menit
menimbang sampel 500 mg dan ditempatkan menjadi kunci keberhasilan carbopol tersebut
pada plat kaca dilengkapi diameter kemudian mengembang.
ditutup plate akrilic, beban 50 gram, 100 gram,
150 gram dan 200 gram. Setiap penambahan
beban ditunggu 5 menit dan diukur diameter
sebarnya. Pengamatan dilakukan pada diameter
sebar bobot 200 gram. Pengujian karakteristik
fisik dilakukan sebanyak 3 kali [6].
2.3.4 Penentuan nilai SPF
Basis maupun emulgel tabir surya a b
ditimbang masing- masing 100,0 mg dan Gambar 1. Basis emulgel (a) dan Emulgel Antin-3 (b)
dilarutkan pada etanol 70 % , dituang ke dalam
51
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Carbopol 940 bersifat asam dan tidak dapat partikel dengan BJ yang lebih besar
menjadi gel bila tidak dalam kondis basa, TEA menandakan sediaan tidak stabil [10]. Hasil
dipakai sebagai alkalizing agent sekaligus penelitian ini menunjukkan baik basis dan
stabilizing agent pada system emulsi minyak dalam emulgel tidak mengalami pemisahan fase.
air [11].
Tabel 2. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik
Suhu air yang panas juga menjadi faktor kritis Pengamatan Basis Emulgel
karena air molekul air yang memuai disertai Antin-3
Organoleptis (putih (coklat muda,
pengadukan akan sangat memfasilitasi molekul (Warna,bau, susu,basis,lembut dan ekstrak
carbopol 940 (polimer) untuk cross linking dengan konsistensi) segar) tanaman,
molekul air dan TEA, sehingga bisa mengembang lembut dan
segar)
sempurna. Kedua adalah saat pembetukan emulsi
dimana pencampuran fase minyak dan air harus Homogenitas Homogen Homogen
dalam suhu panas yang sama dengan pengadukan
yang kosntan. pH 6,41 6,28
Tabel 3. Nilai Kalkulasi SPF Emulgel Antin-3 2. Emulgel daun Antin-3 terasa lembut dan
Panjang EE x I Absorban EE x I x segar ketika digunakan, memiliki pH 6,28
Gelombang rata-rata Abs x CF dan kapasitas sebar 3,6 cm
290 0,0150 0,062 0,093
3. Emulgel daun Antin-3 dapat digunakan
295 0,0817 0,064 0,52288
sebagai tabir surya karena memiliki SPF
300 0,2874 0,065 1,8681
6,50 dengan kategori tabir surya extra
305 0,3278 0,065 2,1307
310 0,1864 0,065 1,2116 protection.
315 0,0839 0,066 0,55374
320 0,0180 0,069 0,1242 4.2 Saran :
Nilai SPF 6,50422 Perlu dilakukan penelitian serupa dengan
persentase carpobol 940_TEA yang berbeda
untuk meningkatkan daya sebar dan lebih
Tabel 4. Nilai Kalkulasi SPF Basis Emulgel menyesuaikan pH kulit, selain itu
Panjang EE x I Absorban EE x I x mengurangi konsentrasi ekstrak daun Antin-3
Gelombang rata-rata Abs x CF
menjadi 5 % (untuk menyamakan dengan data
290 0,0150 0,130 00,0195
keamanan penggunaan ekstrak daun Antin-3
295 0,0817 0,120 0,09804
terhadap kulit manusia) dan untuk melihat
300 0,2874 0,120 0,34488
305 0,3278 0,120 0,39336
berapa nilai SPF yang diberikan.
310 0,1864 0,110 0,20504 7. UCAPAN TERIMAKASIH
315 0,0839 0,110 0,09229
320 0,0180 0,110 0,0198 Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
Nilai SPF 1,17291 Akademi Farmasi karena telah memfasilitasi
penggunaan laboratorium farmasetika dan kimia.
Bila kita keluar rumah dan terkena mata
hari perlindungan alami kulit tehadap UV B
8. PENDANAAN
agar tidak menyebabkan erythema adalah
selama 15 menit dan dinamakan SPF. Penelitian ini tidak didanai oleh sumber hibah
Emulgel tabir surya ekstrak daun Antin-3 manapun.
memberikan perlindungan SPF 6,50 yang
berarti 6,50 x 15 menit = 97,5 menit = 1,6
9. KONFLIK KEPENTINGAN
jam. Penggunaan emulgel tabir surya ini
hendaknya pemakaian diulang setiap 1, 6 jam. Penulis menyatakan tidak terdapat potensi
konflik kepentingan dengan penelitian, kepenulisan
Untuk basis, dikarenakan tidak
(authorship), dan atau publikasi artikel ini.
mengandung bahan aktif sehingga pemakaian
basis emulgel hanya akan memberikan efek
7. DAFTAR PUSTAKA
emollient/ melembabkan saja, SPF = 1,17 x
15 menit = 17,6 menit. 1. Afaq F, Adhami VM, Ahmad N, Mukhtar H.
Botanical antioxidants for chemoprevention of
Emulgel tabir surya ekstrak daun Antin-3 photocarcinogenesis. Front Biosci. 2002; 7:784–
memiliki termasuk kategori extra protection. 792.
2. Aitken GR, Henderson JR, Chang SC, McNeil CJ,
Bila dilihat berdasar kategori tabir surya yaitu
BirchMachin MA. Direct monitoring of UV-
rentang SPF >15 : ultra protection; SPF 8-15 : induced free radical generation inHaCaT
maximal protection; SPF 6-8 : extra keratinocytes. Clin Exp Dermatol. 2007; 32:722-
protection dan SPF 2-4 : minimal protection 727.
[14]. 3. Andriani L. Perbandingan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Kulit Batang Jatropha curcus L.
4. KESIMPULAN Dengan Berbagai Metode Remaserasi (Skripsi).
Malang : Universitas Muhammadiyah Malang;
4.1 Kesimpulan : 2015.
1. Elmugel daun Antin-3 memiliki sifat fisik 4. Arifiyana D, Dipahayu D. Pengaruh Metode
Pengeringan Terhadap Kadar Flavonoid Total
organoleptis yaitu warna coklat muda,
Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas
aroma ekstrak tanaman, memiliki (L.)) Varietas Antin-3. Prosiding Seminar
tampilan homogen. Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat; 2018 Oktober 27; Surabaya,
53
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
54
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Artikel Penelitian
Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kabupaten
Pamekasan Tahun 2020
Achmad Faruk Alrosyidi1*), Septiana Kurniasari 1
1
D3 Farmasi, Universitas Islam Madura
E-mail: (faruk.alrosyidi@gmail.com)
ABSTRAK
Paradigma pelayanan kefarmasian telah berubah orientasinya dari pengelolaan obat menjadi pelayanan yang
komprehensif ke pasien. Standar pelayanan farmasi di apotek disusun dalam Permenkes nomor 73 Tahun 2016
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian di apotek. Penelitian
ini dilakukan di Kabupaten Pamekasan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan standar
pelayanan kefarmasian di apotek di daerah Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan teknik survei menggunakan kuisioner. Survei menggunakan kuisioner dengan teknik convenience
sampling. Instrumen kuisioner dikembangkan berdasarkan Permenkes nomor 73 tahun 2016. Metode analisis
data dilakukan secara deskriptif untuk melihat distribusi pelaksanaan standar pelayanan kefamasian di
Kabupaten Pamekasan. Hasil menunjukkan bahwa pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP (Bahan Medis
Habis Pakai) di Apotek Pamekasan dilakukan oleh apoteker dan dibantu oleh TTK (Tenaga Teknis
Kefarmasian), beberapa kegiatan dilakukan oleh TTK dibawah tanggung jawab apoteker. Dalam pelaksanaan
standar pelayanan farmasi klinis, ada beberapa kegiatan yang mayoritas belum dilaksanakan di 40 apotek
Pamekasan yaitu dokumentasi pelayanan informasi obat, dokumentasi konseling, Pelayanan Kefarmasian di
rumah, dokumentasi pelayanan kefarmasian di rumah, pemantauan Terapi Obat (PTO), dokumentasi pemantauan
terapi obat, dan monitoring efek samping obat.
1. PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan Paradigma pelayanan kefarmasian saat ini telah
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berubah orientasinya dari pengelolaan obat
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan (drug oriented) menjadi pelayanan yang
maksud mencapai hasil yang pasti untuk komprehensif ke pasien (patient oriented)
meningkatkan mutu kehidupan pasien [2].
55
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
dengan mengacu pada asuhan kefarmasian (QVS). QVS merupakan sampel yang dipilih
(Pharmaceutical care) untuk meningkatkan berdasarkan suatu panduan tertentu. Kriteria
kualitas hidup pasien. Tenaga kefarmasian, dari sampel yang akan dipilih dari populasi adalah
apoteker dan asisten apoteker, dituntut untuk sebagai berikut: apoteker yang bekerja sebagai
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan APA (Apoteker Penanggungjawab Apotek) di
perilaku untuk menjalankan pelayanan Kabupaten Pamekasan yang telah beroperasi
kefarmasian sesuai dengan standar pelayanan minimal 1 (satu) tahun dan bersedia mengisi
kefarmasian yang berlaku agar pelayanan kuesioner penelitian. Hasil kuesioner yang terdiri
kefarmasian mempunyai mutu yang baik [6]. dari 35 pertanyaan akan memberikan data tentang
Standar pelayanan farmasi di apotek implementasi standar praktek kefarmasian apotek
disusun dalam Peraturan Menteri Kesehatan sesuai Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 dan data
Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016. karakteristik apotek di Kabupaten Pamekasan.
Pengaturan standar pelayanan farmasi di apotek
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
ini ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi 3.1 Karakteristik responden
tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan Penelitian ini dilakukan dengan survei
masyarakat dari penggunaan obat yang tidak terhadap 40 responden yang merupakan apoteker
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient yang bekerja sebagai APA (Apoteker
safety). Pelayanan kefarmasian diapotek yang Penanggungjawab Apotek) di Kabupaten
komprehensif meliputi dua kegiatan, yaitu (1) Pamekasan. Dari survei yang didapatkan data
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan karakteristik responden dan apotek di Kabupaten
bahan medis habis pakai dan (2) pelayanan Pamekasan. Karakteristik responden dan Apotek
farmasi klinik [2]. dapat dilihat pada Tabel 1.
Peran apoteker di apotek masih menjadi Mayoritas responden dalam penelitian ini
pertanyaan di Indonesia. Penelitian sebelumnya adalah perempuan yaitu 80%. Proporsi perempuan
menunjukkan bahwa apoteker belum sepenuhnya yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki juga telah
menunjukkan peranannya untuk memberikan dilaporkan pada penelitian lainnya [3,5]. Selain itu
pelayanan kefarmasian di apotek [1]. Adanya mayoritas responden dalam penelitian ini
kesenjangan antara pelayanan kefarmasian yang memiliki umur 20-30 tahun (55%).
ideal sesuai dengan standar dengan keadaan yang Dari 40 Apotek yang disurvei 28 apotek
sebenarnya dilapangan yang telah dilaporkan di (70%) adalah milik PSA, 10 apotek (25%) adalah
beberapa penelitian sebelumnya menjadi alasan milik sendiri, 1 apotek (2,5%) adalah apotek
dilakukan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan jejaring, dan 1 apotek (2,5%) adalah milik
untuk mengetahui gambaran pelaksanaan standar BUMN.
pelayanan kefarmasian di apotek di daerah
Kabupaten Pamekasan. 3.2 Pelaksanaan standar pelayanan kefamasian
Hasil dari kuiesioner digunakan untuk
2. METODE PENELITIAN mengetahui kegiatan yang paling sering dilakukan
Penelitian ini merupakan penelitian oleh apoteker dalam hal melaksanakan standar
deskriptif. Alat yang digunakan dalam penelitian pelayanan kefarmasian di Apotek. Berdasarkan
ini adalah kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan Permenkes nomor 73 tahun 2016 standar
pada 40 apotek yang ada di Kota Pamekasan, yang pelayanan kefarmasian di apotek terdiri dari dua
dilakukan pada bulan Februari s/d Maret 2020. standar yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kesehatan (alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai
apotek di wilayah Kabupaten Pamekasan. Jumlah (BMHP) serta pelayanan farmasi klinis di Apotek.
total apotek akan didapatkan dari Dinas Kesehatan Dari hasil survei diketahui bahwa dalam
Kota Pamekasan per-Februari 2020. Sampel pada hal pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian,
penelitian ini adalah apotek di Kabupaten apoteker lebih sering melaksanakan perencanaan
Pamekasan yang diwakili oleh apoteker pengadaan, pengendalian, pelaporan narkotika dan
penanggung jawab apotek. Penelitian ini psikotropika, dan pelaporan pelayanan
menggunakan tipe convenience sampling yang kefarmasian. Sedangkan TTK lebih sering
memenuhi kriteria atau qualified volunteer sample melaksanakan penerimaan dan pencatatan pada
56
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
setiap proses pengelolaan sediaan farmasi penerimaan dan pencatatan pada setiap proses
dibawah pengawasan apoteker. Namun masih ada pengelolaan sediaan farmasi.
beberapa kegiatan yang mayoritas dilakukan oleh
tenaga non farmasi seperti kegiatan pengadaan,
Pelayanan Kefarmasian telah mengalami pasien [6]. Sehingga apoteker harus mampu
perubahan yang semula hanya berfokus kepada memahami dan menyadari kemungkinan
pengelolaan Obat (drug oriented) berkembang terjadinya kesalahan pengobatan (medication
menjadi pelayanan komprehensif meliputi error) dalam proses pelayanan dan
pelayanan Obat dan pelayanan farmasi klinik yang mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masalah terkait Obat (drug related problems),
57
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial oleh TTK dan tenaga non farmasi, namun
(socio-pharmacoeconomy). Oleh karena itu semua pekerjaan ini tetap dibawah pengawasan apoteker
kegiatan dalam apotek harus dalam pengawasan agar tujuan utama dari pelayanan kefarmasian
apoteker. Walaupun beberapa pekerjaan dilakukan tercapai.
Tabel 2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan (Alkes) dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di Apotek
Kabupaten Pamekasan Berdasarkan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016
Tabel 3. Pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek Kabupaten Pamekasan berdasarkan Permenkes
Nomor 73 Tahun 2016
Frekuensi hasil observasi (%) n = 40
No Uraian Pelayanan Farmasi Klinis di Apotek Non Tidak
Apoteker TTK
Farmasi dilaksanakan
1 Pengkajian administratif resep 55 35 5 5
2 Pengkajian kesesuaian farmasetik pada resep 80 15 0 5
3 Pengkajian pertimbangan klinis pada resep 90 5 0 5
4 Penyiapan obat sesuai dengan permintaan resep 25 55 20 0
5 Pengkajian pertimbangan klinis 85 10 0 5
Penyerahan obat dengan memastikan kesesuaian
6 25 65 10 0
identitas dan alamat pasien
58
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
59
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Halaman Kosong
60
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Artikel Penelitian
Potensi Ekstrak Daun Sawo Manila (Manilkara zapota) Dan Daun
Sawo Kecik (Manilkara kauki) Terhadap Zona Hambat
Pertumbuhan Candida albican
Susie Amilah1*), Purity Sabila Ajiningrum1, Binti Airin Aisyah2
1
Dosen Prodi Biologi FMIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
2
Mahasiswa Prodi Biologi FMIPA Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
*)
E-mail: (susieamilah3@gmail.com)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan konsentrasi terbaik dari ekstrak daun sawo
manila (Manilkara zapota) dan daun sawo kecik (Manilkara kauki) terhadap zona hambat pertumbuhan
Candida albicans. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan metode difusi cakram dan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun sawo manila
(Manilkara zapota) dan daun sawo kecik (Manilkara kauki) berpotensi dalam menghambat pertumbuhan
Candida albicans. Ekstrak daun sawo manila (Manilkara zapota) yang terbaik dalam menghambat
pertumbuhan Candida albicans yaitu pada konsentrasi 80% dengan diameter zona hambat 1,62 mm. Ekstrak
daun sawo kecik (Manilkara kauki) yang terbaik dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans yaitu
pada konsentrasi 80% dengan besar zona hambat 3,96 mm .
Kata Kunci : zona hambat, ekstrak daun sawo kecik, ekstrak daun sawo manila.
Keywords: drag zone, extract, sapodilla kecik leaf, sapodilla manila leaf
I. PENDAHULUAN
Iklim tropis dengan kelembaban udara yang Penggunaan obat anti jamur dapat menimbulkan
tinggi di Indonesia sangat mendukung resistensi terhadap jamur serta dapat menimbulkan
pertumbuhan jamur. Jamur yang patogen efek samping [4]. Penggunaan obat sintetik dapat
kebanyakan hidup di alam bebas dan dalam kondisi menekan Candida, namun dapat menimbulkan efek
tertentu dapat menimbulkan kerugian pada samping bagi manusia seperti alergi, iritasi, dan
manusia, salah satunya yaitu Candida albicans [1]. mual [5]. Terdapat pilihan lain dalam mengobati
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang penyakit kandidiasis, yaitu memanfaatkan
disebabkan oleh Candida dan merupakan salah tanaman obat tradisional. Ekstrak tanaman yang
satu infeksi jamur yang sering ditemukan terstandarisasi dapat menjadi sumber obat-obatan
menyerang manusia dan terjadi karena adanya baru karena adanya kandungan senyawa kimia
pertumbuhan jamur secara berlebihan [2][3]. yang beraneka ragam. Kandungan zat aktif
61
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No.1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
tanaman yang memiliki kemampuan fungicidal setiap perlakuan. Data diuji dibantu dengan
dapat menjadi pilihan alternatif sumber senyawa menggunakan SPSS.
aktif pada obat-obatan antifungi [6][7]. Tumbuhan
sawo kecik dan sawo manila diketahui 2.7. Pengambilan Sampel
mengandung saponin, flavonoid dan polifenol. 2.4.1 Pembuatan Ekstrak Daun Sawo Manila
Kandungan senyawa aktif tersebut mempunyai dan Daun Sawo Kecik
potensi dapat menghambat pertumbuhan jamur Daun sawo manila (Manilkara zapota)
[8][10]. Penelitian lain menyebutkan bahwa ada dan sawo kecik (Manilkara kauki) dicuci,
pengaruh ekstrak daun sawo kecik terhadap daya kemudian dikeringkan pada tempat yang tidak
langsung terkena matahari. Daun yang telah kering
hambat pertumbuhan Fusarium solani dan pada
di blender sampai halus sehingga berbentuk serbuk
ekstrak kulit batang dan daun sawo manila yang yang siap untuk diekstraksi. Ekstraksi dilakukan
ditunjukkan dengan zona penghambatan Fusarium dengan menggunakan metode maserasi. Simplisia
sp pada kisaran diameter zona hambat 8-16 mm [9] berupa serbuk sebanyak 50 gram ditambahkan
[10]. pelarut etanol absolut sebanyak 200 mL (1:4),
Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk kemudian diaduk dan dimaserasi selama 24 jam.
Simplisia yang telah direndam selanjutnya disaring
mengetahui potensi ekstrak daun sawo manila dengan menggunakan kertas saring Whatman No.1.
(Manilkara zapota) dan daun sawo kecik Masing-masing ekstrak etanol daun sawo manila
(Manilkara kauki) terhadap zona hambat dan sawo kecik selanjutnya dievaporasi dengan
pertumbuhan Candida albicans. menggunakan rotary evaporator pada suhu 50°C
kemudian dipisahkan dari pelarut etanol
2. METODE PENELITIAN menggunakan waterbath.
Perhitungan pengenceran konsentrasi
2.4. Tempat dan Waktu Penelitian
larutan pada penelitian ini yaitu, konsentrasi
Penelitian ini dilakukan di laboratorium ekstrak 0% = 10 ml etanol 96%; konsentrasi
Mikrobiologi Prodi Biologi FMIPA Universitas ekstrak 20 % = sebanyak 20 gram ekstrak
PGRI Adi Buana Surabaya. ditambahkan aquades hingga 100 ml; konsentrasi
ekstrak 40 % = sebanyak 40 gram ekstrak
2.5. Alat dan Bahan Penelitian ditambahkan aquades hingga 100 ml; konsentrasi
kompor gas, autoclave, gelas ukur, kawat ekstrak 60 % = sebanyak 75 gram ekstrak
ditambahkan aquades hingga 100 ml; dan
ose, tabung reaksi, timbangan ohaus, cawan petri, konsentrasi ekstrak 80 % = sebanyak 80 gram
jangka sorong, blender, pisau, nampan, pengaduk, ekstrak ditambahkan aquades hingga 100 ml.
tabung erlenmeyer, oven dan rotary evaporator.
Bahan yang digunakan adalah daun sawo manila a. Pembuatan Media SDA
(Manilkara zapota), daun sawo kecik (Manilkara Sebanyak 6,5 gram bubuk media SDA dan
kauki), Candida albicans, media SDA (Saboraud 100 ml aquades steril dicampur kedalam tabung
Dextrose Agar), NaCl steril, Aquades steril, alcohol elenmeyer, diaduk hingga homogen dan dipanaskan
96%, kertas pembungkus, kertas cakram, tali, diatas hotplate hingga mendidih.
kertas whattman no 42 dan Alumunium foil. Setelahxdxscdskemudian diangin-anginkan sampai
tidak ada larutan yang menetes. Kertas cakram
2.6. Rancangan Penelitian diletakkan diatas permukaan medium agar, jarak
Penelitian ini adalah penelitian kertas cakram antara satu dengan yang lainnya
eksperimental Rancangan penelitian yang sebesar 3 cm dan dari tepi media sebesar 2 cm.
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Cawan petri ditutup kemudian diinkubasi selama 4
dan data yang diukur adalah besar zona hambat hari pada suhu ruang. Aktivitas antifungi diamati
yang dihasilkan oleh ekstrak daun sawo manila dan berdasarkan diameter daerah hambat yang
ekstrak daun sawo kecik terhadap jamur Candida ditunjukkan dengan daerah bening yang dibentuk
albicans dengan 5 perlakuan yaitu 0%, 20%, 40%, disekeliling kertas cakram. Zona hambat yang
60% dan 80% dan 5 kali pengulangan. Data diuji terbentuk disekitar kertas saring diukur diameter
dengan uji F (ANOVA) taraf 5%. Jika ada vertikal dan diameter horizontalnya dalam satuan
pengaruh ekstrak daun sawo manila dan daun sawo milimeter (mm) menggunakan jangka sorong.
kecik terhadap Candida albicans, maka dilanjutkan Pengukuran diameter zona hambat
dengan uji LSD untuk mengetahui perbedaan pada dilakukan sebanyak 3 kali pada sisi horizontal,
vertikal, dan diagonal lalu dijumlahkan dan dirata-
62
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No.1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
rata. Hasil diameter zona hambat diperoleh dengan sebesar 0,86 mm, rata-rata zona hambat pada
cara mengurangi diameter zona bening yang konsentrasi 40% sebesar 1,87 mm, rata-rata zona
terbentuk di sekitar kertas cakram dengan diameter hambat pada konsentrasi 60% sebesar 2,65 mm dan
kertas cakram yang mengandung ekstrak. rata-rata zona hambat pada konsentrasi 80%
sebesar 3,96 mm. Semakin tinggi konsentrasi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ekstrak daun sawo kecik maka semakin besar
Hasil analisis menggunakan ANOVA persentase daya hambat pertumbuhan Candida
menunjukkan bahwa ekstrak daun sawo manila albicans.
berpengaruh signifikan (P<0,05) terhadap diameter Perbandingan yang terlihat pada Gambar 1 dan
zona hambat pertumbuhan Candida albicans. Gambar 2 menunjukkan bahwa ekstrak daun sawo
Berdasarkan Gambar 1, pengukuran diameter zona manila memiliki diameter zona hambat lebih
hambat yang terbentuk pada ekstrak daun sawo rendah dibandingkan dengan ekstrak daun sawo
manila dapat dilihat bahwa rata-rata zona hambat kecik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada konsentrasi 20% sebesar 0,23 mm, rata-rata pemberian ekstrak daun sawo manila pada
zona hambat pada konsentrasi 40% sebesar 0,88 konsentrasi 80% memiliki daya hambat terhadap
mm, rata-rata zona hambat pada konsentrasi 60% pertumbuhan jamur Candida albicans dengan
sebesar 1,21 mm dan rata-rata zona hambat pada rerata 1,62 mm dapat dikategorikan lemah.
konsentrasi 80% sebesar 1,62 mm. Berdasarkan kriteria Davis and Stout (1971)
menyatakan bahwa diameter zona bening < 5 mm
memiliki daya hambat yang lemah [11] [12].
Penelitian terdahulu juga mengungkapkan bahwa
berbagai konsentrasi ekstrak daun sawo manila
tidak mampu menghasilkan diameter zona hambat
jamur Candida albicans[13].
Besar atau kecilnya diameter zona hambat
yang terbentuk dari pengujian aktivitas antifungi
tergantung pada tinggi rendahnya zat aktif yang
terkandung didalam ekstrak. Zona hambat yang
kecil mungkin disebabkan oleh rendahnya zat aktif
yang ada didalam ekstraksi dan tidak terbentuknya
Gambar 1. Grafik zona hambat ekstrak daun sawo
manila (Manilkara zapota) terhadap pertumbuhan zona hambat pada konsentrasi tertentu mungkin
Candida albicans disebabkan oleh kecilnya kadar konsentrasi zat
aktif sehingga belum mampu menghambat
jamur[14].
Selain itu, kepolaran pelarut yang digunakan
dapat mempengaruhi proses difusi ekstrak
kedalam media SDA [15]. Ekstrak dengan pelarut
yang polar akan lebih mudah masuk kedalam
media SDA dan lebih maksimal menghambat
pertumbuhan koloni jamur. Pelarut yang
digunakan harus memiliki sifat kepolaritasan yang
sama dengan senyawa yang akan ditarik[16].
Gambar 2. Grafik zona hambat ekstrak daun sawo Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa aktivitas
kecik (Manilkara kauki) terhadap pertumbuhan antijamur Candida albicans paling besar
Candida albicans menggunakan ekstrak daun gelinggang
ditunjukkan oleh pelarut metanol dibandingkan
Berdasarkan Gambar 2, hasil penelitian
dengan pelarut etanol. Hal ini diduga karena
menunjukkan bahwa ekstrak daun sawo kecik
senyawa metabolit sekunder spesifik yang
berpengaruh signifikan (P<0,05) terhadap diameter
berperan sebagai antifungi tidak terekstraksi
zona hambat pertumbuhan Candida albicans.
dengan pelarut etanol, sehingga senyawa metabolit
Pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk
sekunder yang didapat tidak akurat dalam
pada ekstrak daun sawo kecik dapat dilihat bahwa
rata-rata zona hambat pada konsentrasi 20%
63
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No.1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
menghambat pertumbuhan jamur Candida kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel
albicans [15]. ini.
Menurut penelitian terdahulu, hasil uji
kualitatif kandungan senyawa antifungal dalam DAFTAR PUSTAKA
ekstrak daun sawo kecik menunjukkan hasil positif 1. Novandi, SA. Uji aktivitas antijamur ekstrak etil
adanya tannin, flavonoid, alkaloid dan saponin asetat buah ceremai (Phyllanthus acidus (l.)
[10]. Penelitian aktivitas antifungal tanin yang skeels terhadap Candida albicans dan
Trichophyton rubrum (skripsi). Surakarta:
terdapat pada ekstrak etanol daun sawo kecik Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2010.
dalam menghambat Fusarium solani terbukti 2. Yugo, MR. Pola Kepekaan Candida albicans
menghambat sintesis kitin yang digunakan untuk Terhadap Flukonazol dan Itrakonazol secara In
Vitro: Tinjauan pada Bahan Klinik
pembentukan dinding sel pada kapang dan
Laboratorium Mikologi Departemen
merusak membran sel sehingga pertumbuhan Parasitologi FKUI Periode 2010-2011. Jakarta:
kapang terhambat, sedangkan senyawa flavonoid Departemen Parasitologi, FK UI; 2011.
menyebabkan protein terdenaturasi, sehingga 3. Darmadi, IPA. Isolasi dan Uji Sensitivitas Jamur
Candida albicans dan Candida non-albicans
lapisan lipid dan dinding sel rusak [10]. Terhadap Flukonazol (karya tulis ilmiah).
Mekanisme antifungal saponin yaitu Denpasar: Politeknik Kesehatan Kemenkes;
menganggu membran sel jamur dan 2018.
kemampuannya untuk berikatan dengan sterol 4. Gunawan, SG, Setiabudy, R, Nefrialdi, Elysabeth.
Farmakologi dan Terapi Edisi Ke-5. Jakarta:
dalam membran kapang yang menyebabkan Balai Penerbit FKUI; 2013.
hilangnya integritas membran[10][18]. Senyawa- 5. Deza, AI. Kemampuan Tanaman Obat Menghambat
senyawa tersebut dapat mengakibatkan kematian Pertumbuhan Candida albicans Penyebab
Sariawan Secara Invitro (skripsi). Padang:
dan dapat menurunkan jumlah koloni dari sel C. Universitas Negeri Padang; 2010.
albicans [18] [19]. 6. Ajiningrum, PS, Ngadiani, Budiarti FF. Uji Banding
Ekstrak Bawang Hitam dan Ekstrak Bawang
Putih (Allium sativum) Sebagai Antifungi
4. KESIMPULAN Terhadap Pertumbuhan Candida albicans.
Berdasarkan analisis data, maka dapat Journal of Pharmacy and Science. 2019; 4(2):
disimpulkan bahwa: 101-104.
7. Dellavalle, RP, Garner, S. Acne vulgaris. The
1. Ada pengaruh pemberian ekstrak daun sawo
Lancet. 2011; 379(9813): 361– 372.
manila (Manilkara zapota) dan daun sawo 8. Prayudhani, MF, Hastuti, US, Suarsini, E. Daya
kecik (Manilkara kauki) terhadap zona hambat Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan Kulit
pertumbuhan Candida albicans. Batang Sawo Kecik (Manilkara kauki) terhadap
Bakteri Escherchia coli. Makalah disajikan
2. Ekstrak daun sawo manila (Manilkara zapota) dalam Seminar Nasional X Pendidikan Biologi
memiliki efek daya hambat terbaik pada FKIP UNS; 2013.
konsentrasi 80% dengan besar zona hambat 9. Osman MA, Aziz MA, Habib MR dan Karim MR.
1,62 mm dan daun sawo kecik (Manilkara Antimicrobial investigation on Manilkara
zapota (L.) P. Royen International Journal of
kauki) memiliki efek daya hambat terbaik pada Drug Development & Research. 2011; 3(1):185-
konsentrasi 80% dengan besar zona hambat 190.
3,96 mm. 10. Sari, EN. Pengaruh Ekstrak Daun Sawo Kecik
(Manilkara kauki (L.) Dubard) Terhadap Daya
Hambat Pertumbuhan Fusarium Solani Secara
5. UCAPAN TERIMAKASIH In Vitro (Skripsi). Malang: Universitas Negeri
Malang; 2015.
Terima kasih kepada rekan-rekan yang 11. Rahmawaty, N, E Sudjarwo, E. Widodo. Uji
membantu memberikan saran dan masukan selama aktivitas antibakteri ekstrak herbal terhadap
proses penelitian ini. bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. 2014; 24 (3): 24 – 31.
12. Davis, W. W. dan T. R. Stout. Disc plate methods of
6. PENDANAAN microbiological antibiotic assay. Microbiology.
1971; 22: 659-665.
Penelitian ini tidak didanai oleh sumber hibah 13. Andriani, A. Pengaruh Berbagai Konsentrasi
manapun. Ekstrak Daun Sawo (Manilkara zapota)
Terhadap Diameter Zona Hambat Jamur
7. KONFLIK KEPENTINGAN Candida albicans Sebagai Sumber Belajar
Biologi (Undergraduate (S1) thesis). Malang:
Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat University of Muhammadiyah Malang; 2019
potensi konflik kepentingan dengan penelitian,
64
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No.1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
65
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No.1, (Januari 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Halaman Kosong
66
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Artikel Penelitian
Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran
Pernafasan Rawat Jalan di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten
Tebo Tahun 2018
Rasmala Dewi 1, Deny Sutrisno 1. Febri Fernando 1*)
1
STIKES Harapan Ibu Jambi
*)
E-mail: (febrifernando019@gmail.com)
ABSTRAK
Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.
Terapi pengobatan pada penyakit infeksi saluran pernafasan terdiri dari pemberian antibiotik dan pengobatan
simtomatis. Keberhasilan terapi sangat tergantung pada penggunaan antibiotik secara rasional yang tepat dan
bijak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran
pernafasan rawat jalan di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo dengan parameter yang meliputi tepat
indikasi obat, tepat pasien, tepat dosis obat, dan interaksi obat. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan metode analisis deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif dengan sampel
meliputi seluruh pasien penderita infeksi saluran pernafasan rawat jalan di Puskesmas Sungai Abang
Kabupaten Tebo tahun 2018 yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran
pernafasan rawat jalan tahun 2018 berdasarkan analisa kualitatif yang telah dilakukan di Puskesmas Sungai
Abang Kabupaten Tebo, didapat tepat indikasi obat sebesar 81,73%, tepat pasien sebesar 100%, tepat dosis
obat sebesar 92,31%, dan kejadian interaksi obat antibiotik sebanyak 13 kejadian. Berdasarkan 104 data
rekam medik pasien di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo tahun 2018 masih ditemukan
ketidakrasionalan dalam penggunaan antibiotik.
Kata kunci: Infeksi Saluran Pernafasan, Rasionalitas Penggunaan Antibiotik, Puskesmas Sungai Abang
Keywords: Respiratory Tract Infections; Rationality Of Antibiotic Use; Sungai Abang Health Center.
1. PENDAHULUAN
Kebakaran hutan dan lahan selalu terjadi setiap Kabupaten Tebo merupakan kabupaten yang
tahun di Indonesia, terutama di Pulau Sumatera. memiliki tingkat kerawanan kebakaran hutan dan
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada tahun lahan yang paling tinggi. Jumlah hotspot yang
2015 menempatkan Indonesia ke titik perhatian ditemukan di Kabupaten Tebo menduduki
dunia. Provinsi Jambi termasuk wilayah yang peringkat pertama di tahun 2015 [2] . Dampak dari
sering menyumbangkan hotspot di Indonesia [1]. hasil kebakaran hutan dan lahan akan menghasilkan
67
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Jenis Kelamin
Laki-laki 53 50,96
Perempuan 51 49,04
Total 104 100
68
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
69
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
anak maupun dewasa tidak mempercepat kondisi patologi maupun fisiologi pasien serta tidak
penyembuhan penyakit dan tidak pula mengurangi ada kontraindikasi. Cara analisis untuk tepat pasien
keparahan penyakit. Di sisi lain penggunaan sendiri hanya terbatas berdasarkan hasil rekam
antibiotik memberikan risiko efek samping pada medis yang ada dikarenakan sangat terbatasnya
saluran cerna, meningkatkan biaya pengobatan, dan data catatan rekam medis dan tidak adanya data
meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik laboratorium seperti fungsi hati, serum kreatinin
[18] . dan sebagainya.
Penggunaan antibiotik pada pasien dengan Ketepatan dosis dari obat antibiotik yang
diagnosis influenza juga tidak tepat. Influenza digunakan dari 104 pasien menunjukkan ketepatan
umumnya dapat disembuhkan hanya dengan dosis obat sebesar 92,31% sedangkan yang tidak
meningkatkan daya tahan tubuh penderitanya. tepat dosis sebesar 7,69%. Beberapa kasus yang
Namun dapat pula diberikan obat-obatan tidak tepat pada penelitian ini, terjadi pada
simptomatis untuk meringankan gejalanya [8] . pemberian antibiotik kotrimoksazol dan eritromisin
Penyakit influenza merupakan penyakit menular yang diberikan cenderung kurang dibandingkan
yang disebabkan oleh virus influenza dan bersifat range dosis acuan menurut standard
dapat sembuh sendiri (self-limited desease) karena (Pharmaceutical care). Pada pasien yang di
adanya sistem imunitas tubuh, sehingga diagnosis bronkitis diberikan antibiotik
penggunaan antibiotik tidak perlu diberikan apabila kotrimoksazol dengan dosis 2x480 mg dengan
tidak disertai radang maupun adanya infeksi range dosis acuan 2x2 tab (1 tab = 480 mg), dosis
sekunder yang lain [19] . yang diberikan cenderung kurang dibandingkan
Beberapa penatalaksanaan terapi influenza di dengan dosis acuan menurut standar. Begitu pula
Puskesmas tidak tepat indikasi, hal tersebut pada pasien faringitis tanpa gangguan ginjal
dikarenakan petugas kesehatan puskesmas diberikan antibiotik eritromisin dengan dosis 2x500
memberikan antibiotik ketika pasien mengalami mg dan range dosis acuan 4x500 mg. Dosis yang
gejala demam dan batuk yang parah. Penggunaan diberikan cenderung kurang dibandingkan range
antibiotik tidak memiliki peran dalam mengobati dosis acuan karena frekuensi atau interval yang
influenza [20] . Penyalahgunaan antibiotik ini dapat diberikan tidak tepat yang menyebabkan dosis
menyebabkan peningkatan resistensi bakteri, menjadi kurang (underdose). Hal ini dapat
meningkatkan beban penyakit kronis, menyebabkan efektivitas terapi yang tidak
meningkatkan biaya layanan kesehatan dan efek maksimal dan dapat memicu terjadinya resistensi
samping [13] . bakteri [6] .
Pada penelitian ini, cara analisis untuk tepat
Tabel 3. Analisis Interaksi Obat Antibiotik
indikasi sendiri hanya terbatas berdasarkan hasil
rekam medis yang ada. Peneliti hanya bisa Analisis Interaksi Jumlah Persentase
menyimpulkan bahwa adanya indikasi infeksi dari Obat Kejadian (%)
Interaksi Obat
diagnosa semata yang dipercayakan pada profesi
Antibiotik
dokter, hal ini dikarenakan sangat terbatasnya data Ciprofloksasin ><
rekam medis riwayat klinis yang mengindikasikan 10 76,92
Deksametason
adanya infeksi dan tidak adanya data hasil Ciprofloksasin ><
3 23,08
pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, Metilprednisolon
serologi, dan penunjang lainnya. Analisis yang Total 13 100
dilakukan untuk indikasi hanya terbatas
Tingkat Keparahan
berdasarkan kesesuaian pemberian obat antara Mayor 13 100
indikasi dengan diagnosa dokter. Moderat 0 0
Berdasarkan data rekam medik pasien infeksi Minor 0 0
saluran pernafasan tahun 2018, didapat hasil 100% (Sumber : Data Rekam Medik Puskesmas Sungai Abang
tepat pasien. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada Periode Januari - Desember 2018)
pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap Berdasarkan drug interaction checker,
antibiotik ataupun memiliki penyakit penyerta yang diperoleh interaksi obat antibiotik yang terjadi
dikontraindikasikan untuk menggunakan antibiotik adalah sebanyak 13 kejadian. Interaksi obat
tersebut. Hal tersebut menunjukkan penggunaan antibiotik yang terjadi pada penelitian ini adalah
antibiotik yang diberikan sudah sesuai dengan interaksi obat dengan tingkat keparahan mayor
70
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
71
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
72
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Artikel Penelitian
ABSTRAK
Produk piring melamin merupakan salah satu jenis produk kemasan pangan yang banyak digunakan saat ini.
Produk piring melamin banyak diminati karena memiliki kelebihan antara lain ringan, tidak mudah pecah,
berwarna-warni, desain menarik, dan harganya terjangkau. Akan tetapi semakin meningkatnya penggunaan
produk piring melamin, masyarakat harus mewaspadai beredarnya produk piring melamin yang mutunya
kurang baik. Piring melamin dapat membahayakan kesehatan jika digunakan untuk makanan bersuhu tinggi,
karena dapat memicu terlepasnya formalin dari peralatan makan melamin ke dalam tubuh. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh suhu simulan pangan terhadap migrasi formalin dari piring melamin
dan untuk mengetahui suhu makanan yang aman bagi peralatan makan melamin. Metode yang digunakan
untuk mengetahui kadar formalin terekstrak dari piring melamin menggunakan SNI 7322:2008, dengan
pereaksi Nash sebagai pereaksi ujinya. Hasil dari penelitian ini adalah suhu simulan pangan berpengaruh
terhadap kadar formalin terekstrak dari piring melamin. Makin tinggi suhu simulan semakin besar kadar
formalin yang terekstrak. Pada suhu simulan pangan 25°C, menghasilkan kadar formalin terekstrak dengan
range sebesar 0,0732 - 0,609 ppm. Pada suhu simulan pangan 60°C, menghasilkan kadar formalin terekstrak
dengan range sebesar 0,756 - 6,903 ppm. Pada suhu simulan pangan 80°C, menghasilkan kadar formalin
terekstrak dengan range sebesar 2,707 - 206,58 ppm. Pada suhu simulan pangan 100°C, menghasilkan kadar
formalin terekstrak dengan range sebesar 6,536 - 855,6 ppm. Suhu makanan yang aman untuk semuan jenis
piring melamin baik yang foodgrade amaupun non foodgrade adalah suhu 25°C karena kadar formalin
terekstrak yang dihasilkan kurang dari 3 ppm.
73
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
lainnya sebagai wadah tempat makanan. Seiring peralatan makan melamin, akan tetapi peningkatan
dengan perkembangan teknologi maka kemasan permintaan ini sering tidak dibarengi dengan
pangan dari produk-produk industri peralatan peningkatan kualitas peralatan makan melamin.
makan semakin berkembang, diantaranya adalah Untuk itu pemerintah melalui Badan Standarisasi
peralatan makan melamin. Nasional memberikan acuan dan menetapkan
Tahun 1970-an peralatan makan melamin syarat mutu produk melamin untuk perlengkapan
mulai diperkenalkan di Indonesia. Peralatan makan makan dan minum bagi produsen serta upaya
melamin banyak diminati konsumen karena tidak melindungi masyarakat. Salah satu syarat mutu
mudah pecah, ringan, berwarna-warni, bentuknya yang harus dipenuhi oleh produsen peralatan
bervariasi, dan harganya terjangkau. Akan tetapi makan melamin adalah kadar formalin terekstrak
animo masyarakat terhadap peralatan makan tidak boleh melebihi 3 ppm [5].
melamin berkurang dengan adanya public warning Penelitian ini mempelajari pengaruh suhu
dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia simulan pangan terhadap kadar formalin terekstrak
pada tahun 2009 tentang bahaya formalin dari dari sampel piring melamin dan berapakah suhu
produk peralatan makan melamin. Informasi ini simulan pangan yang aman bagi peralatan makan
disampaikan setelah melakukan pengujian melamin. Contoh uji yang digunanakan pada
laboratorium terhadap 62 produk sampel melamin penelitian ini adalah piring melamin dari jenis food
yang dijual baik di pasar modern maupun grade dan non food grade dengan berbagai ukuran
tradisional di Jakarta dan menemukan bahwa ada diameter.
30 produk positif melepaskan formalin dengan
kadar terendah 1 ppm hingga 161 ppm [1]. 2. METODE PENELITIAN
Formalin berbahaya terhadap kesehatan 2.1. Rancanan Penelitian
manusia karena dapat mengakibatkan terjadinya Penelitian ini diawali dengan melakukan
iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik standarisasi larutan baku formalin 37% dengan
(penyebab kanker) dan bersifat mutagen metode yang terdapat dalam SNI ISO 14184-
(menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta 2:2015, yaitu dengan melakukan pembakuan NaOH
orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare dengan asam oksalat, kemudian pembakuan H2SO4
bercampur darah, kencing bercampur darah dan dengan NaOH yang sudah dibakukan dan terakhir
kematian yang disebabkan adanya kegagalan pembakuan larutan Formalin dengan H2SO4 yang
peredaran darah [2]. Oleh karena itu, Badan POM sudah dibakukan [6]. Kondisi optimal analisis
meminta masyarakat berhati-hati dalam Spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi nash
menggunakan perangkat makan berbahan dasar diperoleh dengan mencari panjang gelombang
melamin, hal ini dikarenakan dalam kondisi maksimal berdasarkan hasil selektivitas. Terakhir,
tertentu peralatan tersebut dapat melepaskan mencari persamaan regresi linier dari kurva
formalin yang berpotensi menimbulkan dampak linieritas baku formalin dan menghitung kadar
buruk terhadap kesehatan [1]. formalin terekstrak dari sampel piring melamin.
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan 2.2 Alat dan Bahan
peralatan makan dan minum melamin telah
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan oleh Harahap I. W. (2007), meneliti
adalah kuvet, spektrofotometer ultraviolet-visibel
terhadap pengaruh suhu pada sampel gelas dan
split beam (Thermofisher), neraca analitik
mangkok melamin menghasilkan kesimpulan
(shimadzu), kaca arloji, termometer, pipet volum,
bahwa formalin muncul pada suhu air 40°C-100°C
pipet tetes, alat-alat gelas (Pyrex), kompor listrik
dengan kandungan formalin yang bervariasi 0,15 %
(Maspion).
- 1,05 % atau 15.000 – 105.000 ppm [3].
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Sedangkan Artha E. (2007) menyimpulkan bahwa
adalah Larutan standar formalin , asam sulfat,
peralatan makan melamin yang terdapat di pusat
Natrium Sulfit, indikator timolftalin, asam oksalat,
Kota Medan tidak aman jika digunakan sebagai
natrium hidroksida, indikator phenolphthalein,
wadah makanan maupun minuman yang panas [4].
indikator metil merah, asam asetat glasial,
Makin bertambahnya minat masyarakat
amonium asetat, asetil aseton, aquades, pirinng
menggunakan peralatan makan melamin
melamin dengan jenis food grade & non food
memberikan peluang keuntungan bagi industri
grade.
74
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
75
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
0,25
Formalin
0,2
Konsentrasi Larutan
0,15 No. Absorbansi
Baku Kerja (ppm)
0,1
1 10 0,225
0,05
2 8 0,167
0
400 420 440 460 480 500 3 6 0,147
Panjang Gelombang 4 4 0,100
Standar 10 ppm Piring Melamin Adisi
Piring melamin Non Adisi
5 2 0,058
76
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Tabel 3.3 Kadar Formalin Terekstrak pada Berbagai Suhu Simulan Pangan
Kode Sampel Suhu Simulan Kadar Formalin % Kenaikan Kadar
Piring Melamin Pangan (°C) Terekstrak (ppm) Formalin Terkestrak
25 0,609 -
60 1,195 96,2
FG 1
80 2,707 126,5
100 6,536 141,4
25 0,268 -
60 0,756 182,1
FG 2
80 9,195 1116,3
100 17,171 86,7
25 0,561 -
60 6,903 1130,5
N-FG 1
80 126,58 1733,7
100 471,7 272,6
25 0,0732 -
60 6,854 9263,4
N-FG 2
80 206,58 2914,0
100 855,6 314,2
Pada tabel 3.3 semakin tinggi suhu simulan ( 0,609 ppm), FG2 (0,268 ppm), N-FG1(0,561
pangan maka semakin banyak migrasi formalin dari ppm) dan N-FG2 (0,0732 ppm) masih memenuhi
sampel piring melamin. Simulan pangan yang persyaratan, yaitu di bawah 3 ppm. Dari penelitian
digunakan pada penelitian ini adalah air suling ini dapat diketahui bahwa untuk makanan-makanan
karena formalin larut dengan baik dalam air. dengan suhu 25°C (suhu ruangan) masih aman
Tingkat kelarutannya sebesar 400 g/L [10]. menggunakan wadah makan piring melamin.
Sedangkan pengertian simulan pangan menurut Karena makanan dengan suhu 25°C tidak memicu
BPOM tahun 2011 adalah media yang digunakan terjadinya migrasi formalin dari sampel piring
untuk meniru karakteristik pangan tertentu [11]. melamin.
Migrasi formalin dari sampel piring melamin Pada suhu simulan 60°C, kadar formalin
ke dalam simulan pangan diuji dengan cara terekstrak dari sampel piring melamin FG1 (1,195
memanaskan simulan pangan yang digunakan pada ppm) dan FG2 (0,756 ppm) masih memenuhi
suhu tertentu (25°C, 60°C, 80°C, dan 100°C), persyaratan, sedangkan pada sampel piring
kemudian memasukan ke dalam sampel piring melamin N-FG1(6,903 ppm) dan N-FG2 (6,854
melamin sambil mempertahankan ppm) tidak memenuhi persyaratan karena melebihi
panasnya selama 30 menit dengan menggunakan 3 ppm. Hal ini dikarenakan suhu 60°C merupakan
penangas air. Penggunaan penangas air bertujuan flashpoin formalin sehingga pada suhu tersebut
untuk mempertahankan suhu piring melamin. formalin mudah bereaksi. Menurut Zainal (2012),
Sehingga formalin akan terekstrak dari sampel pada formalin akan segera bereaksi bila terkena suhu
suhu yang diinginkan. Dari SNI 7322:2008 hingga 60°C, di mana pada suhu tersebut formalin
dicantumkan syarat mutu formalin terekstrak pada akan larut dan mudah berpindah media [13].
perlengakapan makan dan minum dari produk Pada suhu simulan 80°C kadar formalin
melamin sebesar 3 ppm [7]. terekstrak dari sampel FG1 (2,707 ppm) masih
Pada penelitian ini menggunakan Nash sebagai memenuhi persyaratan karena tidak melebihi 3
pereaksi uji formalin karena pereaksi Nash ppm. Sedangkan kadar formalin terekstrak dari
merupakan pereaksi yang paling baik digunakan sampel FG2 (9,195 ppm), N-FG1 (9,195 ppm) dan
dalam analisis formalin secara kuantitatif N-FG2 (126,58 ppm) tidak memenuhi persyaratan
dibandingkan dengan asam kromaropat dan peraksi karena diatas 3 ppm. Meskipun diuji dengan
schryver [12]. simulan bersuhu tinggi (>60°C), kadar formalin
Pada tabel 3.3 untuk suhu simulan 25°C kadar terekstrak dari sampel piring melamin yang
formalin terekstrak dari keempat sampel FG1 foodgrade, FG1 dan FG2 masih jauh lebih kecil
77
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
dari pada piring melamin yang non foodgrade. Hal Secara fisik piring melamin foodgrade lebih tebal
ini karena ikatan monomer formalin dengan dan berat dari pada nonfoodgrade [14].
melamin pada piring melamin yang foodgrade Kadar formalin terekstrak pada sampel piring
lebih kuat daripada yang nonfoodgrade. Hal ini melamin nonfoodgrade mulai naik pada suhu
menunjukkan bahwa kualitas produk sampel piring simulan > 60°C dan mengalami kenaikan yang
melamin foodgrade lebih bagus dari pada tajam ketika suhu simulan > 80°C. Hal ini karena
nonfoodgrade. pada suhu 60°C formalin mudah bereaksi dan akan
Pada suhu simulan 100°C, kadar formalin larut dan mudah berpindah media [13].
terekstrak dari semua sampel baik FG1 (6,536 Makanan bersuhu tinggi dapat memicu migrasi
ppm), FG2 (17,171 ppm), N-FG1 (471,7 ppm), dan formalin dari sampel piring melamin. Hal ini
N-FG2 (855,6 ppm) mengalami kenaikan cukup karena produk melamin adalah produk yang terbuat
besar, jauh diatas kadar yang diperbolehkan. Dari dari resin sintesis hasil kondensasi melamin dan
penelitian ini menunjukkan bahwa untuk makanan formalin membentuk polimer melamin-formalin
yang sangat panas, misalnya kuah bakso atau kuah (SNI 7322:2008). Formalin sendiri merupakan
sop dan nasi yang baru saja matang sangat tidak senyawa yang mudah menguap. Dimana polimer-
aman menggunakan wadah dari melamin. Karena polimer yang dibentuk melalui kondensasi,
makanan bersuhu tinggi (> 60°C) dapat memicu kereaktifan suatu gugus fungsi dalam bentuk
migrasi formalin dari peralatan makan melamin. polimernya sama dengan dalam bentuknya sewaktu
900 sebagai monomer [15]. Oleh karena itu produk
Kadar Fomalin Terekstrak (ppm)
78
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
79
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Halaman Kosong
80
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Artikel Penelitian
Formulasi Krim Epigallocatechin gallate Sebagai Anti Aging
Yuyun Nailufa1*), Yuli Ainun Najih1
1
Prodi Farmasi Universitas Hang Tuah Surabaya
*)
E-mail: (yuyun.nailufa@hangtuah.ac.id)
ABSTRAK
Penuaan dini merupakan masalah besar bagi seorang wanita. Penuaan dini dapat menimbulkan rasa kurang
percaya diri. Tanda – tanda penuaan dini diantaranya adalah munculnya bintik-bintik hitam, muncul garis
halus, pori-pori terlihat mulai membesar, kusam, wajah terasa kasar, mata berubah bentuk, kulit wajah
mengendur bahkan bisa terjadi perubahan warna kulit. Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya penuaan
dini yaitu paparan sinar matahari yang berlebih, posisi tidur, konsumsi makanan dan minuman yang tidak
sehat, kulit kurang istirahat karena selalu memakai make up, stres, kurang tidur dan genetik. Penuaan dini
dapat dicegah dengan menggunakan kosmetik anti aging. Salah satu zat yang dapat digunakan sebagai anti
aging adalah epigallocatechin gallate. Epigallocatechin gallate merupakan senyawa dari bahan alam yang
memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan epigallocatechin gallate lebih tinggi daripada
vitamin C dan vitamin E. Epigallocatechin gallate merupakan antioksidan yang tinggi (100 kali vitamin C
atau 25 kali vitamin E). Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi krim anti aging dengan bahan aktif
epigallocatechin gallate dengan konsentrasi basis krim yang berbeda sehingga didapatkan krim anti aging
dengan karakteristik fisik yang optimal. Basis krim merupakan bahan eksipien utama dalam membentuk
konsistensi sediaan krim. Pada penelitian ini basis krim yang digunakan adalah lexemul CS-20 dimana basis
krim ini mengandung kombinasi 2 basis krim yaitu cetearyl alcohol dan ceteareth-20). Peneliti berharap
dengan hanya menggunakan satu bahan saja mampu memberikan hasil yang optimal. Pada penelitian ini
ingin mengetahui pengaruh konsentrasi basis krim terhadap karakteristik fisik krim epigallocatechin gallate.
Konsentrasi basis krim yang digunakan adalah 10%, 15% dan 20%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
formula F1, F2 dan F3 secara organoleptis sama yatu berwarna putih dan homogen, hanya pada formula F1
sedikit encer . Berdasarkan hasil uji pH pada formula F1, F2 dan F3 memberikan hasil yang tidak berbeda
bermakna. Semua formula adalah krim dengan tipe emulsi minyak dalam air. Semakin tinggi konsentrasi
basis krim memberikan nilai viskositas yang lebih tinggi, sebaliknya semakin tinggi konsentrasi basis krim
daya sebar krim semakin kecil. Berdasarkan uji stabilitas dengan metode sentrifugasi terlihat formula F1
tidak stabil karena sediaan memisah menjadi 2 fase, sedangkan pada formula F2 dan F3 sediaan tidak
memisah (stabil).
Kata kunci: epigallocatechin gallate, lexemul CS-20, krim, antioksidan, anti aging.
81
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
creams with oil-in-water type emulsions. The higher concentration of cream base gives a higher viscosity
value, conversely the higher the concentration of cream base the smaller the spread of cream. Based on the
stability test with the centrifugation method F1 formula looks unstable because the preparation separates
into 2 phases, whereas in formulas F2 and F3, the preparation does not separate (stable).
Keywords: epigallocatechin gallate, lexemul CS-20, cream, antioxidant, anti aging.
1. PENDAHULUAN
Proses penuaan dini merupakan proses 2.2 Bahan
fisiologis yang akan terjadi pada setiap makhluk Bahan yang digunakan adalah
hidup. Penuaan dini yang paling terlihat adalah Epigallocatechin gallate, Lexemul CS-20,
pada kulit [1]. Kulit merupakan lapisan terluar yang
Dimeticon, Cetyl alcohol, Glycerin,
akan terpapar oleh bahan oksidatif lingkungan yang
dapat menimbulkan gangguan pada kulit dan salah Propileneglycol, Methyl paraben, Propyl paraben,
satunya adalah penuaan dini. Penuaan dini dapat Aquadest.
terjadi karena faktor lingkungan yaitu sinar
2.3 Prosedur Penelitian
matahari, kelembapan udara, suhu, asap rokok dan
polusi udara [2]. Formulasi krim dibuat dengan konsentrasi
basis krim yang berbeda yaitu :
Proses penuaan dini telah terbukti dapat
dicegah dengan menggunakan kosmetik topikal 1. Formula F1 : Lexemul CS-20 10%
yang mengandung antioksidan karena dapat 2. Formula F2 : Lexemul CS-20 15%,
memberikan proteksi tambahan dari kerusakan 3. Formula F3 : Lexemul CS-20 20%
akibat paparan sinar matahari, memperlambat Tabel Formula dapat dilihat pada tabel 1 di bawah :
penuaan dini, mengurangi peradangan dan
memperbaiki tampilan kulit [3]. Tabel 1. Formula Krim Anti Aging Epigallocatechin
gallate
Krim adalah bentuk sediaan setengan padat
yang mengandung satu atau lebih bahan obat F1 F2 F3
Komposisi Kegunaan
terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai [4]. % b/v
Sediaan krim yang baik harus memenuhi EGCG Bahan aktif 3 3 3
persyaratan yaitu stabil, mudah dipakai, halus, Lexemul CS-
20 Basis krim 10 15 20
mudah diratakan [5]. Basis krim merupakan bahan
Dimeticon Emolien 0,5 0,5 0,5
tambahan utama krim untuk mendapatkan
Emulsifying
konsistensi krim yang baik. Lexemul CS-20 Cetyl alcohol agent 3 3 3
merupakan bahan basis krim yang mengandung dua Glycerin Humektan 5 5 5
bahan yaitu cetearyl alcohol dan ceteareth-20 yang Propilenglikol Kosolven 10 10 10
juga bisa digunakan sebagai emulsifier. Methyl
Konsentrasi penggunaan basis krim akan paraben Pengawet 0,1 0,1 0,1
berpengaruh pada viskositas suatu krim. Sediaan Propyl
krim anti aging epigallocatechin gallate paraben Pengawet 0,05 0,05 0,05
diformulasikan dengan konsentrasi basis krim yang Aquadest Solven 68,35 73,35 78,35
berbeda yaitu 10%, 15% dan 20%. Penelitian ini Cara pembuatan krim adalah dengan cara fase
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terbaik
air dipanaskan pada suhu 80⁰ C, sedangkan fase
dari basis yang digunakan sehingga mendapatkan
karakteristik fisik krim yang optimal yang minyak dipanaskan pada suhu 70⁰ C, kemudian
memenuhi aspek farmasetik. Evaluasi karakteristik fase minyak dimasukan ke dalam fase air sambil
fisik dilakukan dengan beberapa parameter yaitu diaduk sampai terbentuk masa krim yang homogen.
organoleptis, homogenitas, uji pH, uji tipe emulsi, Epigallocatechin gallate dilarutkan dengan
uji daya sebar, viskositas dan uji stabilitas. aquadest dan ditambahkan setelah basis krim jadi
karena epigallocatechin gallate tidak stabil pada
2. METODE PENELITIAN
suhu tinggi karena epigallocatechin gallate akan
2.1. Alat terdegradasi mulai suhu 60⁰ C. Pada penelitian ini
Alat yang digunakan antara lain : Alat gelas dilakukan replikasi 3 kali pada F1, F2 dan F3.
(Herma), Timbangan analitik Fujitsu, Mortir dan
2.4 Prosedur Evaluasi
Stamper, Cawan porselen, Sendok tanduk, Batang
Organoleptis
pengaduk, Termometer, pH meter Laqua,
Uji organoleptis antara lain dengan mengamati
Viskosimeter brookfield, Centrifuge Health H-C-8
bentuk, warna, bau, terjadinya pemisahan fase pada
dan Hotplate Fisher Scientific.
sediaan krim yang dilakukan secara visual [6].
82
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
83
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Stabilitas
Uji stabilitas hanya dilakukan dengan
menggunakan metode sentrifugasi yaitu dengan
memasukkan sebanyak 5 gram krim dimasukkan ke
dalam tabung sentrifugasi, disentrifugasi dengan
kecepatan 3500 rpm selama 30 menit. Dari hasil uji
Gambar 2. Hasil Uji Tipe Emulsi didapatkan hasil pada formula F1 terjadi pemisahan
Daya Sebar yang artinya sediaan tidak stabil, sedangkan pada
formula F2 dan F3 tidak terjadi pemisahan fase
Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui yang artinya formula F2 dan F3 stabil.
penyebaran untuk mengetahui bahwa sediaan krim
tersebut mudah diratakan (5). Daya sebar 4. KESIMPULAN
dipengaruhi oleh viskositas suatu sediaan. Semakin
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil
tinggi viskositas sediaan maka semakin sulit untuk
kesimpulan bahwa lexemul CS-20 dapat dijadikan
menyebar dan diratakan ke permukaan kulit
sebagai basis krim tunggal dengan konsentrasi 15-
(14,15). Pada penelitian di dapatkan hasil dari
20%. Semakin tinggi konsentrasi lexemul CS-20
ketiga formula terdapat perbedaan yang bermakna
maka viskositas krim epigallocatechin gallate
pada uji daya sebar sehingga dapat diambil
semakin tinggi. Semakin besar konsentrasi lexemul
kesimpulan semakin tinggi konsentrasi basis krim
CS-20 semakin kecil daya sebar yang didapatkan.
maka semakin kecil daya sebar yang dihasilkan.
Sediaan krim epigallocatechin gallate dengan
Tabel 5. Hasil Uji Daya Sebar konsentrasi lexemul CS-20 15 dan 20% tetap stabil
Formula Daya Sebar (cm) setelah dilakukan uji stabilitas dengan metode
F1 7,54 ± 0,051 sentrifugasi.
F2 6,81 ± 0,082 5. UCAPAN TERIMAKASIH
F3 5,55 ± 0,122 -
Viskositas 6. PENDANAAN
Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan -
viskosimeter brookfield dengan menggunakan
7. KONFLIK KEPENTINGAN
spindel No. 64 dengan kecepatan 15 rpm.
Pengujian viskositas dilakukan 2 kali yaitu saat Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat potensi
awal dan setelah penyimpanan 3 bulan. konflik kepentingan dengan penelitian, kepenulisan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil (authorship), dan atau publikasi artikel ini.
kesimpulan bahwa ada perbedaan bermakna pada
ketiga formula krim yang diuji, dimana semakin
tinggi konsentrasi basis krim yaitu Lexemul CS-20
84
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
85
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Halaman Kosong
86
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Artikel Penelitian
Uji In Vitro Interaksi Cefadroxil dengan Pisang dan Susu terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi Cakram
Widya Handayani1*) Andhika Dwi Aristyawan 1 Octavia Ega Safitri1
1
Akademi Farmasi Surabaya
*)
E-mail: (widya.handayani@akfarsurabaya.ac.id)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya interaksi Cefadroxil dengan makanan dan minuman
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Penelitian ini dilakukan secara
eksperimental kualitatif . Sebagai kontrol positif digunakan antibiotik Cefadroxil 0,01%, kontrol negatif
aquadest steril, dan sampel yang digunakan pisang dan susu. Terdapat 4 perlakuan yaitu konsentrasi 10%,
20%, 40%, dan 80% dengan tiga kali pengulangan menggunakan metode difusi cakram. Uji One Way Anova
dan LSD memperoleh nilai p < α (0,05) sehingga menunjukkan adanya perbedaan zona hambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus pada berbagai konsentrasi.
Kata kunci: Interaksi obat; Cefadroxil; Pisang; Susu; Staphylococcus aureus; Metode difusi cakram.
1. PENDAHULUAN
Mekanisme kerja tersebut menjadikan Cefadroxil
Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang
obat yang memiliki spektrum luas untuk
utama dalam penatalaksanaan penyakit infeksi [1].
membunuh berbagai macam bakteri, baik bakteri
Antibiotik merupakan obat yang paling banyak
gram positif maupun gram negatif [8][6].
digunakan, terkait dengan banyaknya kejadian
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram
infeksi bakteri yang diderita oleh banyak orang [2].
positif tipikal yang membentuk kelompok seperti
Antibiotik mempunyai efek menekan atau
buah anggur [6]. Staphylococcus aureus merupakan
menghentikan proses biokimiawi di dalam
bakteri penyebab infeksi saluran nafas yang relatif
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh
sering dijumpai pada manusia. Beberapa infeksi
bakteri [3]. Cefadroxil merupakan salah satu
yang disebabkan oleh bakteri ini yaitu infeksi kulit
antibiotik yang dapat mengatasi sejumlah penyakit
(bisul, impetigo, furunkel, infeksi luka,
infeksi yang disebabkan oleh bakteri [4][5]
staphylococcus scalded skin syndrome) dan infeksi
Cefadroksil merupakan obat golongan antibiotik
saluran pernapasan (pneumonia, abses paru,
sefalosporin generasi pertama. Antibiotik ini
eksaserbasi penyakit paru kronis). Mikroba ini
bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri
ditemukan di hidung pada 30-50% orang dewasa
[6]. Cefadroxil juga bekerja dengan menghambat
sehat, di feses sekitar 20%, dan di kulit sekitar 5-
pembentukan protein yang membentuk dinding sel
10%, terutama di ketiak dan perineum[9].
bakteri [7]. Obat ini akan merusak ikatan yang
Telah diketahui penggunaan antibiotik memang
menahan dinding sel bakteri untuk membunuh
sangat berpengaruh untuk mengatasi infeksi dari
bakteri – bakteri penyebab penyakit. Cefadroxil
bakteri patogen tersebut. Namun, kebiasaan
hanya mengobati infeksi bakteri dan tidak dapat
digunakan untuk mengobati infeksi virus.
87
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
orang Indonesia yang awam dalam penggunaan digunakan dalam penelitian, cepat, mudah dan
antibiotik menyebabkan suatu interaksi, yaitu sederhana dalam pengerjaannya (Prayoga, 2013;
interaksi obat. Pengertian interaksi obat itu sendiri Utomo et al., 2018). Sedangkan pemilihan
merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi perlakuan secara pour plate karena memiliki
respon tubuh terhadap pengobatan. Obat dapat keunggulan yaitu pour plate menunjukkan
berinteraksi dengan makanan atau minuman, zat permukaan bakteri lebih halus dan merata di
kimia atau dengan obat lain. Dikatakan terjadi seluruh permukaan media sehingga zona bening
interaksi apabila makanan, minuman, zat kimia, nampak lebih jelas, dan pengukuran diameter akan
dan obat lain tersebut mengubah efek dari suatu lebih mudah, durasi waktu yang digunakan untuk
obat yang diberikan bersamaan atau hampir mengkultur satu cawan petri lebih singkat dan
bersamaan [10] resiko kontaminasinya lebih sedikit (Seniati et al.,
Kejadian interaksi obat yang mungkin 2016).
terjadi diperkirakan berkisar antara 2,2% sampai 2.1 Alat dan Bahan
30% dalam penelitian pasien rawat inap di rumah Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu
sakit, dan berkisar antara 9,2% sampai 70,3% pada cawan petri, tabung reaksi, rak tabung, timbangan
pasien di masyarakat. Kemungkinan tersebut analitik, laminar air flow (LAF), inkubator,
sampai 11,1% pasien yang benar-benar mengalami autoklaf, oven, inkubator, tisu, pinset, cakram uji
gejala yang diakibatkan oleh interaksi obat [11]. kosong, korek api, lampu bunsen (spiritus), kaca
Banyak masyarakat Indonesia yang tidak arloji, beaker glass, erlenmeyer, batang pengaduk,
mengetahui tentang interaksi obat. Salah satu pipet ukur, batang L, pipet tetes, gelas ukur,
kejadian interaksi obat yang mungkin terjadi antara mikropipet, kompor, jangka sorong, ose, spidol,
lain dapat mengubah efek dari obat tersebut atau label, vortex, dan mikroskop. Bahan yang
bahkan dapat menimbulkan toksik yang tidak diperlukan media NA, aquadest, susu, dan pisang.
diinginkan. Interaksi obat bukan hanya terjadi pada
obat dengan obat lain, tetapi juga bisa terjadi pada 2.2. Pembuatan Aquadest Steril (Kontrol
obat dengan makanan dan minuman [11] Negatif)
Cara minum obat yang terjadi di sebagian besar Pada pembuatan kontrol negatif dilakukan
dengan cara mengukur aquadest sebanyak 100 ml
masyarakat Indonesia yaitu mencari makanan atau
yang dimasukan ke dalam erlenmeyer, ditutup
minuman yang dapat membantu mengurangi rasa
dengan sumbat dari kapas atau kassa dan
pahit saat mengkonsumsi obat, seperti susu dan
dibungkus dengan aluminium foil, selanjutnya
pisang [12]. Pada penelitian ini dilakukan “Uji In
sterilisasikan dengan menggunakan autoclave
Vitro Interaksi Cefadroxil dengan Makanan dan
dengan suhu 121˚C selama 15 menit.
Minuman terhadap Staphylococcus aureus dengan
menggunakan metode Difusi Cakram”.
2.3 Pembuatan Sampel Susu
a. Pembuatan larutan induk susu 100%
2. METODE PENELITIAN
Susu diukur menggunakan gelas ukur
Rancangan penelitian ini dilakukan secara
sebanyak 100 ml dan dimasukkan ke dalam
eksperimental kualitatif. Cefadroxil diambil dan
erlenmeyer secara aseptis.
dilarutkan dengan menggunakan pelarut aquadest
b. Pembuatan pengenceran sampel dengan
steril kemudian diencerkan dengan konsentrasi
konsentrasi susu 10%, 20%, 40%, dan 80%
0,01%. Sampel susu dan pisang diencerkan
kemudian dibuat konsentrasi 10%, 20%, 40%, dan Tabel 1 Pengenceran Sampel Susu
80%. Cefadroxil 0,01% dan sampel yang telah Sampel Konsentrasi Volume Aquadest
diencerkan dibuat larutan kerja. Larutan kerja Sampel (%) Larutan steril
dipipet sebanyak 20 µl pada kertas cakram. Lalu Induk
(100%)
masing – masing kertas cakram diletakkan di atas
10% 1 ml ad 10 ml
media NA yang telah ditanamkan bakteri
20% 2 ml ad 10 ml
Staphylococcus aureus ATCC 25923 secara pour Susu 40% 4 ml ad 10 ml
plate. Kemudian diinkubasi selama 24 jam.
80% 8 ml ad 10 ml
Pengujian aktivitas antibakteri
menggunakan metode difusi cakram secara pour
2.4 Pembuatan Sampel Pisang
plate. Pemilihan metode difusi cakram didasarkan
a. Pembuatan larutan induk pisang 100%
karena metode ini merupakan metode yang sering
92
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
93
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
aureus, karena hasil Cefadroxil dengan sampel karier yang dimediasi oleh nutrient ditujukan
pisang dan Cefadroxil dengan sampel sebagai faktor yang
Tabel 7. Tabel Perbandingan Signifikansi
Tabel 5. Hasil Pengukuran Zona Hambat
Figure antara Sampel dengan
Bakteri Staphylococcus aureus pada Sampel+Perlakuan
konsentrasi 40% Sampel Sampel+Perlakuan Signifikansi
Kontrol Kontrol Diameter zona (p)
Replikasi Negatif Positif hambat (mm) Kontrol 10% susu + Kontrol 0.001
(-) (+) 40% 40% Positif positif
Susu Pisang 20% susu + Kontrol 0.003
positif
1 - 22,50 19,61 20,00
40% susu + Kontrol 0.003
2 - 22,93 20,80 21,13 positif
3 - 23,73 20,96 21,09 80% susu + Kontrol 0.002
Rata-rata - 23,05 20,45 20,74 positif
(mm) Kontrol 10% pisang + Kontrol 0.003
Positif positif
Kategori Tidak Sangat Sangat Sangat
20% pisang + Kontrol 0.009
ada kuat kuat kuat positif
aktivitas
40% pisang + Kontrol 0.026
Tabel 6. Hasil Pengukuran Zona Hambat positif
Bakteri Staphylococcus aureus pada 80% pisang + Kontrol 0.083
konsentrasi 80% positif
berkontribusi untuk efek negatif makanan pada
Kontrol Kontrol Diameter zona
beberapa obat. Transporter monokarboksilat,
Replikasi Negatif Positif hambat (mm)
transporter kation organik, nukleosida, dan
(-) (+) 80% 80% transporter dipeptide intestinal telah ditemukan
Susu Pisang menjadi signifikan termasuk pada absorpsi
1 - 22,36 19,38 20,20 antibiotik cephalosporin pada intestinal, liver,
2 - 22,83 21,00 21,30 ginjal, jantung, dan rongga mulut [14]
Pisang Cavendish mengandung sejumlah
3 - 23,00 20,72 21,33
mineral kalsium dan fosfor [15]. Pisang Cavendish
Rata-rata - 22,73 20,36 20,87 memiliki nilai gizi protein, karbohidrat, energi,
(mm) gula reduksi dan kalsium yang cukup tinggi jika
Kategori Tidak Sangat Sangat Sangat dibandingkan dengan jenis pisang yang lainnya
ada kuat kuat kuat [16]. Makanan tinggi protein dapat meningkatkan
aktivitas
laju aliran darah splanchnic. Peningkatan aliran
darah biasanya dapat memengaruhi absorpsi obat.
susu lebih rendah dibandingkan kontrol positif
Di sisi lain makanan tinggi protein dicerna menjadi
Cefadroxil.
peptide yang kecil atau asam amino yang
Hasil uji aktivitas antibakteri dianalisa
absorpsinya bergantung pada peptide intestinal atau
dengan SPSS 20 menggunakan metode Anova one
way, dilanjutkan dengan uji LSD. Pada analisis uptake reseptor asama amino. Makanan tinggi
data ANOVA diameter zona hambat bakteri protein berkompetisi dengan peptide atau asam
Staphylococcus aureus menunjukkan nilai amino-seperti obat untuk transporter-memediasi
adsorpsi. Sebagai contoh , setelah intake diet tinggi
signifikan p < α (0,05) yang artinya ada perbedaan
diameter zona hambat pertumbuhan protein, uptake transporter, seperti peptide
Staphylococcus aureus pada berbagai konsentrasi. transporter 1 (PepTI), yang bertanggung jawab
membawa agen seperti levodopa dan penisilin,
Interaksi antara komponen makan dan
dapat berkompetisi menghambat karena obat
pemberiaan obat secara oral dapat terjadi tiga
tersebut memiliki kemiripan struktur asam amino
kemungkinan. Absorpsi obat dapat meningkat,
tidak terpengaruh atau menurun, dan semua hal ini dan peptide rantai pendek. Dengan cara yang
ini telah diamati [13]. Kompetisi active/transporter sama, absorpsi menurun pada obat beta lactam
94
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
95
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Halaman Kosong
88
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Artikel Penelitian
Hasil Responden Pengetahuan Masyarakat Terhadap Cara
Pengolahan Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) dan Kencur
(Kaemferia galanga) Sebagai Peningkatan Imunitas Selama
COVID-19 dengan Menggunakan Kedekatan Konsep Program
Leximancer
Farizah Izazi1*), Astrid Kusuma P1
1
Prodi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah, Surabaya, Indonesia.
*)
E-mail: (Farizah.Izazi@hangtuah.ac.id)
ABSTRAK
Covid-19 merupakan salah satu virus yang sedang melanda di seluruh dunia. Banyak pasien COVID-19 yang
terinfeksi dikarenakan imunitas yang rendah. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu bentuk yang
dapat dilakukan untuk menangani COVID-19 adalah dengan meningkatkan imunitas. Meningkatkan
imunitas dengan mengkonsumsi obat yang berasal dari bahan alam atau OMAI (Obat Modern Asli
Indonesia). Salah satu bentuk OMAI adalah temulawak (Curcuma Xanthorrhiza) dan kencur (Kaemferia
galanga). Kedua bahan tersebut dapat digunakan apabila cara pengolahannya baik dan benar. Hingga saat ini
cara pengolahan OMAI yang baik dan benar belum tersampaikan seluruhnya kepada masyarakat. Kurangnya
informasi yang didapat oleh masyarakat inilah yang mendasari penelitian ini dilakukan. Oleh karenanya
dilakukan penelitian terkait pemahaman masyarakat cara pengolahan kedua OMAI tersebut. Hasil data
leximancer 4.51 menunjukkan masyarakat belum memahami cara pengolahan yang baik dan benar untuk
sediaan serbuk instan ataupun sediaan yang lainnya sedangkan untuk sediaan siap minum (larutan)
masyarakat sebagian besar memahami dengan baik dan benar cara pengolahannya. Hal ini juga di sebabkan
karena masyarakat masih banyak yang belum menjumpai sediaan selain larutan. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa perlu adanya pendekatan kepada masyarakat terkait cara pengolahan bentuk sediaan
yang lainnya seperti bentuk sediaan serbuk instan, lozenges, dan kapsul.
Kata kunci: Curcuma xanthorrhiza, Kaempferia galanga, Imunitas, COVID, Leximancer 4.51.
93
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
94
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Gambar 3.1 Leximancer 4.51 kedekatan konsep Hampir seluruh responden mengetahui
identitas responden meliputi jenis kelamin, asal kota,
pekerjaan dan tingkat pendidikan bahwa seseorang yang memiliki imunitas yang
rendah mudah terkena COVID 19. Pengetahuan
Responden terdiri laki-laki dan perempuan. masyarakat terkait dengan imunitas sama dengan
Jumlah responden perempuan lebih banyak dari antibodi memiliki jumlah 59% sedangkan imunitas
pada jumlah responden laki-laki. Hal ini terlihat sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing
dengan hasil prosentase yaitu perempuan 57% dan sebagai bentuk perlindungan diri memiliki jumlah
laki-laki 43%. Asal kota yang paling banyak adalah 31%. Responden mengalami kondisi imunitas yang
95
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
rendah ini menunjukkan 100% semua pernah Hasil tahapan keempat adalah analisis data
mengalami kondisi imunitas rendah. Hal ini tampak diatas menunjukkan adanya kedekatan empat
dari kedekatan konseptual di mana antara konsep penting yaitu serbuk, lozenges, kapsul dan
pengetahuan tentang imunitas dengan kondisi larutan Pada data leximancer 4.51 juga
imunitas rendah berdekatan. Dalam usaha menunjukkan konsep kedekatan yang mana
meningkatkan imunitas sebagian besar responden masyarakat menginginkan bentuk lain dari
melakukan dengan cara makan makanan bergizi, temulawak dan kencur adalah bentuk kapsul. Hasil
untuk minum vitamin dan minum obat tradisional ini terlihat 3,87% masyarakat menginginkan bentuk
memiliki jumlah yang sama sedangkan untuk sediaan kapsul. Oleh karenanya pelu adanya
olahraga responden yang melakukan jauh lebih pendekatan terhadap masyarakat terkait
sedikit hal ini tampak bahwa data responden yang pengetahuan manfaat sedian obat tradisional serta
melakukan olahraga kedekatannya jauh bila cara pengolahannya salah satunya adalah
dibandingkan dengan makan makanan bergizi temulawak dan kencur.
ataupun meminum obat vitamin ataupun obat
4. KESIMPULAN
tradisional. Banyak manfaat kesehatan dari
Dari hasil penelitian ini di dapatkan bahwa
temulawak dan kencur yang dapat digunakan
pengetahuan masyarakat terkait dengan pengolahan
namun masyarakat masih banyak yang masih
temulawak dan kencur sebagai peningkat imunitas
belum mengetahui, hal ini tampak dengan data
selama COVID 19 untuk sediaan siap minum atau
bahwa sebanyak 100% responden menjawab
larutan responden memberikan hasil mengetahui
sebagai penambah nafsu makan sedangkan masih
cara pengolahan yang baik sedangkan untuk bentuk
banyak fungsi yang lainnya. Pengolahan
sediaan yang lain masih kurang memahami. Oleh
temulawak dan kencur sebagai sediaan obat
karenanya perlu di lakukan pendekatan kepada
tradisional siap minum seluruh responden
masyarakat terkait cara pengolahan bentuk sediaan
mengetahui cara pengolahan sediaan obat
yang lainnya seperti bentuk sediaan serbuk instan,
tradisional siap minum dengan baik namun yang
lozenges, dan kapsul.
belum banyak mengetahui adalah cara pengolahan
bentuk sediaan obat tradisional serbuk instan hal ini 5. UCAPAN TERIMAKASIH
nampak juga pada kedekataan konsep dengan hasil Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh
masih banyak masyarakat yang menjumpai serbuk responden, kepada Universitas Hang Tuah
instan temulawak dan kencur di pasar. Hal ini juga Surabaya, dan Kepada Prodi Farmasi Universitas
di perkuat dengan data pada hasil tahapan keempat. Hang Tuah Surabaya.
Hasil tahapan terakhir yaitu tahapan keempat
adalah mengetahui keinginan masyarakat terkait 6. PENDANAAN
dengan bentuk sediaan temulawak dan kencur yang Penelitian ini di danai oleh Universitas Hang
lebih efektif dan efisien. Berikut ini adalah hasil Tuah Surabaya.
dari tahapan keempat:
7. KONFLIK KEPENTINGAN
Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat
potensi konflik kepentingan dengan penelitian,
kepenulisan (authorship), dan atau publikasi artikel
ini.
DAFTAR PUSTAKA
19. Damayanti R. 2008.Uji efek sediaan serbuk
instan rimpang temulawak (Curcuma
xanthorrhiza) sebagai tonikum terhadap
mencit jantan. [Skripsi]. Surakarta (ID):
Universitas Muhammadiyah Surakarta
20. Hui, D. S., E., I.A., Madani, T.A., Ntoumi,
F.,Kock, R., Dar, O., et al. 2020. The
Gambar 3.3 Leximancer 4.51 kedekatan konsep Continuing 2019-nCoV epidemic threat of
bentuk sediaan lainnya yang diinginkan masyarakat novel coronaviruses to global health-The latest
untuk temulawak dan kencur 2019 novel coronavirus outbreak in Wuhan,
China. International Journal of infectious
Diseaese, 91, 264-66.
96
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
97
Journal of Pharmacy and Science
Vol. 5, No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558
Halaman Kosong
98