SKRIPSI
Oleh:
ROSLIANI
1601011191
SKRIPSI
ROSLIANI
1601011191
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Pembimbing I Pembimbing II
(apt. Ihsanul Hafiz, S.Farm., M.Si) (apt. Pricella Ginting, S.Farm., M.Si)
Mengetahui:
Ka. Prodi Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan
Rosliani
1601011191
RIWAYAT HIDUP PENULIS
IDENTITAS
Nama Lengkap : Rosliani
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Kota Tinggi, 23 Maret 1997
Agama : Islam
Nama Ayah : Muhammad Nur
Nama Ibu : Duma Sari
Anak Ke : 2 dari 4 bersaudara
No. Hp : 081260590206
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 2003 – 2009 : SD Negeri 142671 Bandar Panjang
Tahun 2009 – 2012 : MTS Negeri 1 Muara Sipongi
Tahun 2012 – 2015 : SMA Negeri 1 Kota Nopan
Tahun 2016 – 2020 : S1 Farmasi Institut Kesehatan helvetia
KATA PENGANTAR
Rosliani
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I PENDAHULUAN
vi
1.1. Latar Belakang................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah........................................................... 5
1.3. Hipotesis Penelitian............................................................ 5
1.4. Tujuan Penelitian............................................................... 6
1.5. Manfaat Penelitian............................................................. 6
1.6. Kerangka Pikir Penelitian.................................................. 7
ii
2.3.7. Pelarut.................................................................... 17
2.4. Penyakit.............................................................................. 18
2.4.1. Agen Patogen Penyebab Penyakit.......................... 18
2.4.2. Penularan Penyakit................................................. 19
2.4.3. Infeksi..................................................................... 20
2.4.4. Bakteri.................................................................... 20
2.4.5. Penggolongan Bakteri............................................ 20
2.4.6. Komponen Struktur Bakteri................................... 22
2.4.7. Penyakit Bakterial.................................................. 24
2.4.8. Bacillus cereus........................................................ 25
2.4.9. Bacillus subtilis...................................................... 26
2.4.10. Eschericia Coli....................................................... 26
2.5. Antibakteri......................................................................... 27
2.5.1. Bakterisid............................................................... 27
2.5.2. Bakteriostatik......................................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN
39
4.1. Hasil Penelitian.................................................................. 39
4.2. Hasil Ekstraksi Dan Fraksinasi.......................................... 39
4.3. Hasil Dan Pembahasan Fraksinasi Ekstrak Daun Pagoda. 40
4.4. Hasil Skrining Fitokimia.................................................... 40
iii
4.5. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri............................... 43
DAFTAR PUSTAKA
48
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Jenis penyakit yang sering diderita adalah infeksi yang semakin meningkat dalam
beberapa tahun terakhir (1). Infeksi merupakan penyakit yang banyak terjadi
seluruh bagian dunia, insiden penyakit infeksi merupakan pola yang selalu
berubah sehingga menjadi salah satu alasan studi tentang penyakit infeksi sangat
fekal-oral, baik secara langsung atau melalui vektor misalnya makanan dan air.
Gejala berupa diare, muntah, nyeri perut dan demam (3). Diare dapat disebabkan
oleh infeksi maupun non infeksi. Penyakit infeksi yang menyerang saluran
pencernaan hampir selalu di jumpai oleh dokter dalam praktik sehari-hari. Infeksi
ini ditandai dengan timbulnya diare dengan onset yang akut (serangan datang tiba-
tiba) yang kadang disertai atau tanpa rasa nyeri di perut dan muntah (4). Prinsip
saluran cerna dapat ditemukan pada tinja, dan usap rektum, pada feses akut
penyakit saluran cerna menggunakan tehnik khusus, agen infeksi saluran cerna
1
2
Spora Bacillus cereus bersifat tahan panas, tersebar luas, dan mencemari
(dalam 1-5 jam) dan dapat menyebabkan diare. Bacillus subtilis memiliki bentuk
morfologi berupa batang dan merupakan bakteri yang dapat ditemukan di saluran
pencernaan seperti didalam usus, apabila jumlah bakteri Bacillus subtilis terlalu
banyak didalam usus maka mampu menyebabkan penyakit diare yang ditularkan
Kesehatan dari tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun
2000 IR (indeks radius) penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. KLB (Kejadian Luar Biasa) diare juga
masih sering terjadi, dengan CFR (Case Fatality Rate) yang masih tinggi. Pada
tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang,
kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 jumlah kasus 5.756 orang,
kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare
dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %) (7).
3
dirinya sendiri, namun sebagian besar orang tidak mengalami infeksi yang
kedua yang digunakan. Satu dari tiga pasien rumah sakit mendapat antibiotik,
mencakup 25% dari total biaya obat (1). Pengobatan dengan antibiotik yang tepat
biasanya sangat efektif dan aman. Walaupun semua anti mikroba berpotensi
menimbulkan efek yang tidak di inginkan, Dosis yang menyebabkan efek yang
tidak lagi terhambat oleh antibiotik pada kadar yang dapat dicapai dengan aman
secara klinis. Hal ini terjadi karena gen bakteri mengalami perubahan, difasilitasi
merupakan salah satu negara pengguna tumbuhan obat terbesar di dunia bersama
negara lain di Asia, seperti Cina dan India (9). Penggunaan tanaman untuk
mengobati berbagai macam penyakit telah dilakukan sejak dahulu kala di seluruh
dunia (10). Bunga pagoda merupakan salah satu spesies tanaman yang termasuk
dalam genus Clerodendrum yang memiliki jumlah spesies yang berbeda sejumlah
580 spesies. Dan tersebar merata di Asia, Afrika, Amerika, dan Australia.
Sejumlah spesies dari genus ini telah digunakan dalam pengobatan tradisional di
kawasan Asia dan Afrika. India, China, Korea, Thailan, dan Jepang merupakan
4
Negara-negara yang telah menggunakan beberapa spesies dari genus ini dalam
yang di ekstrak dengan pertolium eter terhadap Escherichia coli tidak memiliki
tidak memilki efek antibakteri, dan pada Vibrio parahamoliycus 22 mm. Ekstrak
dengan etil asetat, terhadap Escherichia coli tidak memiliki efek, Salmonella
Dari uraian diatas, peneliti merasa penting untuk melakukan uji aktivitas
Bacillus Cereus, Bacillus subtilis, Esherichia coli, dalam penelitian ini akan
berfokus kepada pengaruh fraksi etanol daun pagoda terhadap pengukuran daya
daun pagoda ?
b. Apakah fraksi etanol daun pagoda memiliki aktivitas anti bakteri terhadap
c. Terdapat perbedaan hasil uji aktivitas antibakteri fraksi etanol daun pagoda
yang akan diuji pada bakteri (Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan
Escherichia coli).
Ekstraksi simplisia
daun pagoda
dengan metode
maserasi 1. Alkaloid
2. Steroid/triterpe
noid
Fraksi ekstrak daun 3. Tannin
Golongan senyawa
pagoda kimia 4. Glikosida
5. Flavonoid
6. saponin
Kontrol (+) :
Cefixime
Kontrol (-) :
DMSO
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheophyta
Division : Spermatophyta
Class : Magnoliophyta
Ordo : Lamiales
Family : Perbenaceae
Genus : Clerodendrum L.
8
9
2.1.2. Morfologi
Bunga pagoda adalah salah satu tanaman yang termasuk dalam famili
Verbenaceae, biasa ditanam di taman, pekarangan rumah, atau tepi jalan daerah
luar kota sebagai tanaman hias. Tanaman ini merupakan jenis tanaman semak
dengan tinggi 1-4 meter dengan percabangan 4 sisi. Batangnya dipenuhi rambut
halus. panjang tangkai daun 0,5-15 cm, berdaun tunggal, letak berhadapan dengan
bentuk bulat telur dengan pangkal berbentuk hati, ukuran daun 8-36 cm x 6-24
cm. Bunganya majemuk berwarna merah. Terdiri dari bunga kecil-kecil yang
2.1.3. Sinonim
(14).
Pagoda flower di Inggris dan bai jek hong atau he bao hua di Cina (14).
senyawa metabolit sekunder. Hasil dari skirining fitokimia terhadap simplisia dan
ekstrak etanol daun pagoda, dimana penelitian melakukan skiring fitokimia pada
adanya kandungan alkaloid yang teridentifikasi pada larutan air, proteulen eter
digunakan yaitu air, petroleum ether, kloroform, etanol, dan aseton. Senyawa
10
glikosida dapat di identifikasi pada pelarut air, ether dan kloroform. Senyawa
saponin hanya dapat pada pelarut ether dan kloroform. Senyawa steroid dalam
larutan ether, kloroform, dan etanol. Senyawa terpenoid sama halnya dengan
berdasarkan pengukuran jaringan granular yang terbentuk dari uji EEDP. dosis 50
mg/kg dan 100 mg/kg memberikan aktifitas dalam menekan dalam terbentuknya
2.2. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan cair, kental atau kering merupakan hasil proses
ekstraksi atau penyarian suatu matriks atau simplia menurut cara yang sesuai.
Ekstra cair diperoleh dari ekstraksi yang masih mengandung sebagian besar cairan
penyari. Ekstrak kental bisa didapat apabila sebagian cairan penyari sudah
diuapkan, sedangkan ekstrak kering bisa diperoleh jika sudak tidak mengandung
11
cairan penyari. Tingtur (tincture) merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara
maserasi atau perkolasi suatu simplisia dengan pelarut yang tertera pada masing-
2.2.1. Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Umumnya
atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu. Simplisia yang digunakan umumnya
dihaluskan lebih dahulu agar proses difusi zat yang berkhasiatnya lebih cepat (17).
3. Proses ekstraksi
4. Ukuran partikel
1. Tipe ekstraksi
2. Waktu ekstraksi
3. Suhu ekstraksi
4. Konsentrasi pelarut
campurannya atau simplisia. Ada berbagai cara ekstraksi yang telah diketahui.
metode dilakukan dengan memperhatikan antara lain sifat senyawa, pelarut yang
digunakan, dan alat tersedia. Struktur untuk setiap senyawa, suhu, dan tekanan
a. Maserasi
larutan diluar dan didalam sel sehingga diperlukan penggantian pelarut secara
dengan pengadukan, sedangkan digesti adalah cara maserasi yang dilakukan pada
suhu yang lebih tinggi dan suhu kamar, yaitu 40-600 C (18).
b. Perkolasi
sempurna. Cara ini memerlukan waktu lebih lama dan pelarut yang lebih banyak
(18).
13
c. Refluks
Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didihnya
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Agar hasil penyarian lebih sempurna, refluks umumnya
d. Soxhletasi
didih dengan alat soxhlet. Pada soxhletasi, simplisia dan ekstrak berada pada labu
berbeda. Pemanasan mengakibatkan pelarut menguap, dan uap masuk dalam labu
e. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut air, pada suhu 96-
980C selama 15-20 menit (dihitung setelah 960C tercapai). Bejana infusa tercelup
dalam tagas air. Cara ini sesuai untuk simplisia yang bersifat lunak, seperti bunga
f. Dekok
Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa, hanya saja waktu
eksraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya mencapai titik didih air (18).
14
g. Destilasi (penyulingan)
yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses pendinginan,
penyulingan senyawa dan uap air akan terkondensasi dan terpisah menjadi
destilasi air dan senyawa yang diesktraksi. Cara ini umum digunakan untuk
Cara ekstrasi ini merupakan serupa dengan cara perkolasi, tetapi simplisia
bergerak berlawanan arah dengan pelarut yang digunakan. Cara ini banyak
i. Ultrasonik
frekuenzi 20-2000 kHz sehingga permebialitas dinding sel meningkat dan sel
j. Gelombang mikro
ekstraksi yang selektif digunakan untuk senyawa yang memiliki dipol polar. Cara
2.2.3. Fraksinasi
utama kandungan satu dari golongan utama yang lainnya. Fraksinasi merupakan
15
perpindahan. Senyawa dalam fase gerak dan fase diam. Pemeriksaan fraksi
menggunakan kromatografi lapis tipis dengan fase diam silika gel (19).
suatu tanaman, kajian fitokimia meliputi uraian yang mencakup aneka ragam
senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh mikroorganisme, yaitu struktur
menentukan ciri komponen bioaktif suatu estrak kasar yang mempunyai efek
racun atau efek farmakologis lain yang bermanfaat bila diujikan dengan sistem
biologi atau bioassay. Alasan lain melakukan fitokimia adalah untuk menentukan
ciri senyawa aktif penyebab racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan
Pemanfaat prosedur fitokimia telah memliki peranan yang mapan dalam semua
cabang ilmu tumbuhan. Meskipun cara ini penting dalam semua kimia dan
2.3.1. Flavonoid
C3-C6 yaitu dua cincin aromatik oleh 3 atom C, biasanya dengan ikatan atom O
16
yang berupa ikatan oksigen heterosiklik. Senyawa ini dapat dimasukkan sebagai
senyawa polifenol karena mengandung dua atau lebih gugus hindrosik, bersifat
2.3.2. Alkaloid
nitrogen (N) biasanya pada cincin heterosiklik dan bersifat basa. Senyawa alkaloid
kebanyakan berbentuk padatan dan berwarna putih, tetapi ada juga yang berupa
cairan berupa nikotin. Ada juga yang berwarna Kuning, seperti berbenin dan
serpeti kolkisin dan risinin merupakan alkaloid yang bersifat tidak basa. Senyawa
efebrin dan meskalin merupakan contoh alkaloid dengan unsur N pada rantai
alifatik yang sering disebut dengan istilah aminalkaloid atau protoalkaloid, antara
lain asam amino, amina, asam nukleat, nukleotida, porfirin, senyawa nitro dan
nitroso (18).
2.3.3. Triterpenoid/Steroid
gugus fungsi atau lebih. Terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat
dalam sitoplasma sel tumbuhan. Senyawa terpenoid terdiri atas bahan alam yang
digunakan beberapa kelompok. Senyawa terpenoid ini adalah salah satu senyawa
kimia yang banyak digunakan sebagai obat. Sudah banyak peran terpenoid dari
2.3.4. Saponin
Saponin adalah suatu senyawa yang memiliki bobot molekul tinggi atau
besar, terbesar dalam beberapa tumbuhan, merupkan bentuk dari glikosida dengan
molekul gula yang terikat dengan aglikon triterpen atau steroid (18).
2.3.5. Glikosida
dan bukan gula. Komponen gula dikenal dengan nama glikon dan komponen
2.3.6. Tanin
dan pada beberapa tanaman terdapat turunan dalam beberapa jaringan kayu seperti
terjadinya keloid dalam air, memiliki rasa sepat, dengan protein membentuk
2.3.7. Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau
gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut yang paling umum digunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan
bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik.
Pelarut ini biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap
pelarut dan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih
besar (20).
melarutkan reaktan dan reagen agar keduanya bercampur, sehingga hal ini akan
agar dapat merubah reaktan menjadi produk. Pelarut menggunakan prinsip like
dissolve like, dimana reaktan yang non polar akan larut dalam pelarut non polar
sedangkan reaktan yang polar akan larut dalam pelarut polar. Pelarut juga
bertindak sebagai kontrol suhu, salah satunya untuk meningkatkan energi dari
atau untuk menyerap panas yang dihasilkan selama reaksi eksotermik (20).
2.4. Penyakit
infektif selalu dapat ditemukan, sering kali sebagai infeksi laten yang mengalami
hubungan seksual.
hospes lain
parasite.
jalan, melalui kontak langsung atau kontak tidak langsung. Kontak secara
denggan karena minum air yang tercemara. Infeksi kontak langsung juga terjadi
karena terhirup organisme infektif yang terdapat pada partikel aerosol yang
berada di lingkungan diluar tubuh hospes, dalam keadaan tetap infektif. Benda-
benda mati yang sering tercemar agen patogen adalah perabot rumah, pegangan
pintu, atau produk perawatan badan dari individu yang terinfeksi (21).
20
makanan atau minuman kontak dengan organisme yang terinfeksi juga termasuk
penularan penyakit melalui kontak tidak langsung. Penularan penyakit dari orang
ke orang lain yang berasal dari satu generasi yang sama disebut penularan
2.4.3. Infeksi
penyakit, di ikuti perbanyakan diri, dan reaksi jaringan hospes terhadap organisme
atau racun yang dihasilkannya. Infeksi dapat disebabkan oleh agen infektif, antara
2.4.4. Bakteri
Bakteri adalah sel prokariotik yang berukuran sekitar 0,1-10,0 μm. Bakteri
spiral, dan batang (basil). Bentuk-bentuk ini menjadi dasar untuk klasifikasi.
Bakteri secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu gram-positif
a. Berdasarkan pewarnaan
Bakteri gram positif adalah bakteri yang dinding selnya terdiri atas 60-100
persen peptidoglikan dan semua bakteri gram positif memiliki polimer lurus asam
N-asetil muramat N-asetil glokosamin dinding sel beberapa bakteri gram positif
21
mengandung subtansi asam terikoat yang dikaitkan dengan asam muramat dari
lapisan peptidoglikan. Asam terikoat ini berbentuk dalam dua bentuk utama yaitu
asam terikoat ribitoil dan asam terikoat gliserol fungsinya adalah mengatur
peptidoglikan ada struktur membran yang tersusun dari protein fostolipida dan
1. Obligat aerob
berkembang.
2. Anaerob
Anaerob adalah bakteri yang tidak memerlukan oksigen untuk hidup dan
berkembang biak.
3. Anaerob fakultif
Anaerob fakultif adalah bakteri yang hidup pada kondisi ada atau tidak
hidup.
a. Kapsul
Dari beberapa bakteri kapsul yang terletak disebelah luar dari dinding sel.
Kapsul ini terikat erat dengan sel bakteri dan memiliki struktur padat dan batas
yang tegas. Kapsul ini biasanya terdiri dari polisakarida dengan molekul tinggi.
Kapsul merupakan penentu vilurensi yang penting pada bakteri gram-positif dan
bakteri gram-negatif karena struktur ini dapat melindungi bakteri dari pertahanan
Fimbria atau pili adalah apendiks tipis mirip rambut pada permukaan
lebih separuh dari lebar flagella dan terdiri dari protein yang disebut pili. Pada
c. Flagella
Flagela bakteri memiliki panjang 3-14 μm dan diameter 0,02 μm. Flagella
adalah pilamen berbentuk spiral yan terutama yang terdiri dari protein, flagelin.
23
d. Lendir
kepermukaan sel lebih longgar dibandingkan dengan kapsul dan juga larut dalam
air. Lapisan lendir ini terutama terdiri dari polisakarida kompleks (glikokaliks)
yang juga dapat berperan sebagai faktor virulensi, misalnya dalam mempermudah
e. Spora
terhadap perubahan lingkungan, misalnya suhu yang tinggi, radiasi, asam kuat,
f. Membran sitoplasma
terdiri dari pospolipid dan protein, meliputi bagian dalam bakteri, mengatur keluar
g. Ribosom
terdapat luka yang memungkinkan bakteri masuk kedalam darah dan terjadi
mampu hidup dan berkembang biak didalam sel organisme lainnya. Infeksi oleh
asimtomatik.
menjadi :
oleh bakteri, terutama Escherichia coli. Gejala klinis yang sering terjadi
25
adalah berupa disuri, poliuri, atau piuri. Bakteriuri tidak selalu terjadi.
yang bisa dibedakan dari bakteri flora normal usus. Escherichia coli,
Bacillus cereus, dan Bacillus subtilis yang bersifat sebagai flora usus
et al (2004) adalah:
Ordo : Bacillales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
1,2-7,0 μm. Bakteri Bacillus cereus ini dapat meyebabkan keracunan makanan,
pneumonia, bronkopneumonia dan luka (22) . Spora Bacillus cereus bersifat tahan
panas, tersebar luas, dan mencemari makanan. Spora dapat bertahan hidup
meskipun beras sudah direbus, tetapi akan bertunas jika dibiarkan pada suhu
Toksin tidak tahan panas yang dihasilkan setelah ingesti organisme dapat
Ordo : Bacillales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
memiliki bentuk morfologi berupa batang dan merupakan bakteri yang dapat
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobakteria
Ordo : Entorobacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Eschericia
berbentuk batang, gram negatif, fakultatif anaerob, tumbuh baik pada media
27
didalam kolon manusia dan diduga membantu pembuatan vitamin K yang penting
endocarditis, infeksi pada luka-luka dan abses pada berbagai organ. Jenis tertentu
penyakit diarrhea pada anak-anak. Bakteri ini sering menimbulkan wabah diarrhea
Eschericia coli yang dapat menyebabkan diare akut dapat dikelompokkan menjadi
2.5. Antibakteri
2.5.1. Bakterisid
bakitransin (24).
2.5.2. Bakteriostatik
METODE PENELITIAN
simplia dan ekstrak, uji daya hambat ekstrak daun pagoda terhadap bakteri
patogen saluran cerna (Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Esherichia coli)
membandingkan dengan tumbuhan serupa dari daerah lain. Sampel penelitian ini
adalah daun pagoda (Clerodendrum paniculatum L.) yang diperoleh dari sekitar
28
3.4. Alat dan Bahan yang Digunakan
enlemeyer, gelas ukur, corong pisah, incubator, jangka sorong, kassa, kapas,
kawat ose, kertas cakram, perkamen kajang, pinset, pipet tetes, pipet volume, rak
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah: Aquadest, Etanol
96%, bakteri Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Eshericia coli, antibiotik
cefixime, ekstrak daun pagoda, media nutrient agar, MHA, larutan Mc Farlan,
larutan raksa (II), klorida, kalium yodida, larutan bismuth nitrat, larutan n-heksan,
pereaksi asam sulfat, pereaksi besi (III) klorida1%, timbal (II) asetat, asam klorida
Utara. Kemudian dibersihkan dengan air, daun yang bagus diseleksi lalu
29
30
cairan penyari. Cairan akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
etanol 96%, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil
ditambah cairan penyari 25 bagian dan dibiarkan Selama 2 hari perlakuan sama
seperti sebelumnya, setelah 2 hari sari diserkai sehingga diperoleh seluruh sari
al. (2004) yaitu proses partisi menggunakan pelarut etanol, n-heksan, dan etil
selama 30-60 menit dan dipisahkan lapisan yang terbentuk (lapisan etanol air
31
tidak ada lagi senyawa yang dapat tertarik) dan lapisan n-heksan yang diperoleh
digabungkan menjadi satu fraksi heksan. Lapisan etanol dari sisa partisi n-heksan
dipartisi lanjut dengan etil asetat, Sebanyak 150 ml pelarut etil asetat ditambahkan
dalam lapisan etaanol air, dikocok dalam labu pemisanh, dan di diamkan selama
30-60 menit dan dipisahkan lapisan yang terbentuk (lapisan etanol air bagian
bawah, dan lapisan etil asetat bagian atas). Proses penambahan etil asetat pada
seperti fraksi n-heksan yaitu sampai lapisan etil asetat menjadi bening, dan lapisan
etil asetat yang diperoleh digabunggakan menjadi satu sebagai fraksi etil asetat.
Lapisan etanol sisa setelah proses partisi pelarut etil asetat dipisahkan jadi fraksi
rotary evaporator pada suhu 500 C hingga diperoleh eksrak kental dan dikeringkan
dengan pengeringgan beku selama 24 jam hingga diperoleh fraksi ekstrak (26).
a. Pereaksi Mayer
kalium yodida P 50% b/v, tambahkan air secukupnya hingga 100 ml (27).
b. Bouchardat
c. Dragendorff
d. Asam Klorida 2 N
100 ml (28).
Sebanyak 1 gram besi (III) klorida dilarutkan dalam aquades sampai 100
ml (28).
Timbal (II) Asetat sebanyak 15,7 gram dilarutkan di dalam aquades bebas
g. Pereaksi Molisch
a. Pemeriksaan Alkaloid
Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga percobaan
diatas (29).
b. Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid
dinding cawan. Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi
c. Pemeriksaan Tanin
Fraksi daun pagoda ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%
b/v, jika terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya
tannin (29).
d. Pemeriksaan Glikosida
(3:2) sebanyak 3 kali. Pada kumpulan sari ditambahkan natrium sulfat anhidrat,
disaring, dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 500 C. Sisanya dilarutkan dengan
penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish.
3. Percobaan terhadap gula pereduksi yaitu sampel disari dengan cara merebus
e. Pemeriksaan Flavonoid
klorida pekat dan 2 ml amil alkohol. Dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid
positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol
(29).
f. Pemeriksaan saponin
dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang
stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam suatu uji aktivitas antibakteri
pertumbuhan disterilkan di autoklaf pada suhu 121o C selama 15 menit dan alat-
alat gelas yang digunakan disterilkan di oven pada suhu 160-170o C selama 1-2
jam. Jarum ose dan pinset disterilkan dengan cara dibakar dengan nyala Bunsen
reaksi, ditutup dan dibungkus lalu disterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit
pada suhu 121o C pada tekanan 15 psi. kemudian tabung yang berisi media agar
Komposisi :
Agar-agar 6,0 g
disuspensikan ke dalam air suling sebanyak 500 ml, lalu dipanaskan sampai bahan
larut sempurna, lalu disterilkan di dalam otoklaf pada suhu 121 o C selama 15
menit (31).
miring dimana kemiringannya media tersebut yaitu 45o dengan cara menggores,
setelah itu di inkubasi dalam inkubator pada suhu 36 ± 1o C selama 18 jam (27).
36
b. Peremajaan Bakteri
Satu koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril, lalu
dalam inkubator pada suhu 36-37o C selama 18-24 jam. Peremajaan ini dilakukan
masing-masing perlakuan sama dimana, diambil dari stok kultur dengan jarum ose
steril, lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan NaCl
0,9%, sampai didapat kekeruhan yang sama dengan larutan Standar Mc.Farland
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan nutrient broth (NB)
15%, dan 20% . sebelumnya dibuat larutan konsentrasi induk dimana ekstrak
Masing-masing konsentrasi 1%, 3%, 5%, 10%, 15%, dan 20% yang telah
subtilis dimasukkan dalam cawan petri steril, kemudian dituang MHA sebanyak
terlebih dahulu dimasukkan MHA kedalam cawan petri setelah itu dituangkan
inoculum bakteri Escherichia coli dengan suhu 40-50o C. Cawan petri digoyang di
atas permukaan meja agar media dan suspensi bakteri tercampur rata dan
dibiarkan memadat. Pencadang kertas yang telah direndam kedalam larutan uji
pada berbagai konsentrasi, diletakkan di atas permukaan media padat yang telah
selama 18-24 jam, selanjutnya diameter daerah hambat disekitar pencadang kertas
(1).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu diameter zona bening.
aktivitas antibakteri fraksi etanol terhadap Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan
proses keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel terjadi
Senyawa-senyawa yang terdapat dalam simplisia akan larut dalam pelarut selama
proses maserasi karena aktivitas dari pelarut tersebut, pelarut yang digunakan
selama ekstraksi akan menembus dinding sel san masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut, karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan pelarut sehingga larutan
terpekat akan didesak keluar (1). Berat basah daun pagoda sebanyak 5 kg dan
utuk proses maserasi sebanyak 800 g serbuk simplisia daun pagoda menggunakan
pelarut etanol 96% sebanyak 8 liter, rendemen simplisia yang didapat adalah 16%
pada proses penyarian, lama ekstraksi sangat berpengaruh terhadap hasil yang
38
39
bereaksi bahan dengan pelarut semakin lama sehingga proses penetrasi pelarut ke
dalam semakin baik yang menyebabkan semakin banyak senyawa yang berdifusi
pelarut n-heksan dan etil asetat menghasil fraksinasi etanol sebanyak 1.41g
beda yang disebabkan perbedaan stuktur dan ikatan kimia yang dimilikinya,
senyawa yang polar dapat diikaat oleh pelarut yang polar dan semipolar seperti
etanol, sedangkan senyawa non-polar dapat di ikat oleh pelarut yang non-polar
1 Alkaloid Dragendrof -
Bouchardat -
Meyer -
2 Flavonoid Serbuk Mg + Amil +
Alkohol + HCLp
3 Glikosida Molish +H2SO4 +
4 Sapononin Air Panas/Dikocok +
5 Tannin FeCl3 +
6 Triterpenoid/Steroid Lieberman-Bourchat -
Hasil skrining fitokima yang telah didapatkan sejalan dengan hasil yang
ditulis oleh Srivasvata Dan Patel tahun 2007, yang menyatakan bahwa senyawa
Menurut harbone 2006, senyawa fenol seperti flavonoid, tanin, ligin, dan
melanin mempunyai cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih
mempunyai struktur siklik dan mempunyai satu gugus fungsi atau lebih (hidroksil,
karbonil, dll) sehingga bersifat nonpolar dan dapat larut dalam lemak atau
simplisia dan eksrtak etanol terdapat kesamaan hasil, dimana tidak terdapat
terbetuknya warna merah atau kuning jingga pada lapisan amil alkohol. Senyawa
terbentuk warna ungu atau merah berubah menjadi biru ungu atau hijau. Senyawa
menggunakan air panas kemudian kikocok, dimana tidak terbentuk busa. Dan
Pada hasil skrining fitokima terhadap fraksi etanol daun pagoda yang
simplisia dan ekstrak etanol daun pagoda yang dilakukan oleh Ihsanul Hafiz.
Perbedan ini terjadi karena peulis telah melakukan fraksi pada ekstrak etanol,
dimana perbedaan hasil ini juga tidak berpengaruh besar pada nilai penelitian.
senyawa kimia yang memiliki potensi sebagai antibakteri dan antivirus (35).
keluar dari sel dan juga dapat mencegah masuknya bahan-bahan penting kedalam
sel (36).
dilakukan dengan metode difusi agar dengan menggunakan kertas cakram. Zona
diameter bening yang berada disekitar kertas cakram dapat diukur dengan tujuan
Diagram Hasil Zona bening Bakteri Dari Fraksi Etanol Daun Pagoda
(Clorodendrum paniculatum L.)
35
30
25
B.cereus
20
B.subtilis
15 E.coli
10
0
k(-) k(+) fraksi fraksi fraksi fraksi fraksi fraksi
1% 3% 5% 10% 15% 20%
Tabel 4.2: Hasil Pengujian Fraksi Etanol Daun Pagoda Terhadap bakteri
Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli
1 Kontrol (+) 30,00 ± 0,00 19,30 ± 0,00 25,20 ± 0,00 Sangat kuat
20% menunjukkan adanya perbedan yang signifikan atau berbeda nyata dengan
nilai rata-rata kontrol positif yaitu cefixime dimana nilai p ≤0,05, berdasarkan uji
statistik ANOVA yang merupakan uji statistik parametrik yang mensyaratkan data
terdistribusi normal, uji One Way Anova untuk menguji apakah variable X
ANOVA dapat diketahui dari tabel ANOVA kolom sig, jika nilai p signifikan ≥
0,05 maka rata-rata sama, namun jika nilai p signifikan ≤ 0,05 maka rata-rata
berbeda (37).
44
(DMSO) adalah senyawa organosulfur, yang dapat melarutkan baik senyawa polar
dan non-polar, serta larut dalam berbagai pelarut organik maupun air, selain itu
bening antibakteri yang terbentuk, berdasarkan tabel 4.2 dapat diperoleh bahwa
aktivitas antibakteri sebesar (9,2 mm), 15% sebesar (9.7 mm) termasuk pada
kategori sedang dan 20% memilki aktivitas antibakteri sebesar (11,1 mm)
termasuk pada kategori kuat. Kemudian pada hasil percobaan terhadap bakteri
sebesar (6,6 mm), 5% sebesar (8,2 mm), 10% sebesar (8,7 mm), 15% sebesar (9,1
mm) dan konsentrasi 20% sebesar (9,5mm). Hasil percobaan terhadap bakteri
Escherichia coli diperoleh hasil pada konsentrasi 1%, 3% tidak memiliki aktivitas
(7.3 mm), 10% sebesar (8,4 mm), 15% sebesar (9 mm), dan 20% memilki
aktivitas antibakteri sebesar (9,5 mm) termasuk pada kategori sedang. Hasil
kategori aktivitas antibakteri penelitian ini berdasarkan Davis dan stout (2009),
menghambat lemah (<5 mm), sedang (5-10 mm), kuat (10-20 mm), dan sangat
Gambar 4.2. Zona Bening Yang Terbentuk Pada Bakteri Bacillus cereus,
Bacillus subtilis, Dan Escherichia coli, Menggunakan Difusi Agar dan
Pencadang Kertas Cakram.
Hasil zona bening yang terbentuk pada penelitian ini terjadi peningkatan
dimulai dari konsentrasi 1% sampai 20% pada Bacillus cereus, Bacillus subtilis,
dan Escherichia coli. Menurut penelitian rastina dkk. (2015), kemampuan suatu
bahan antimikroba dan jenis bahan antimikroba yang dihasilkan. Semakin besar
konsentrasi suatu antibakteri, maka semakin banyak zat aktif yang terkandung
maka semakin kuat aktivitas kerjanya sehingga, kemampuan fraksi etanol daun
Hasil pengukuran zona bening dapat dilihat pada lampiran. Kemudian hasil
perbandingan konsentrasi fraksi etanol daun pagoda dengan obat cefixime, bahwa
hasil daya hambat cefixime lebih besar, obat antibiotik cefixime merupakan obat
sintetik, yang dapat membunuh bakteri dengan cara menghambat sintesa dinding
sel bakteri, karena tanpa adanya dinding sel bakteri akan mati, selain itu cefixime
juga memliki spektrum kerja yang lebih luas dan aktif terhadap bakteri gram
5.1. Kesimpulan
b. Berdasarkan uji aktivitas antibakteri maka dipeloreh hasil bahwa fraksi etanol
c. Terdapat perbedaan yang signifikan pada uji aktivitas antibakteri fraksi etanol
daun pagoda dengan cefixime terhadap Bacillus cereus, Basillus subtili, dan
5.2. Saran
a. Untuk melakukan penelitian lebih lanjut fraksi etanol daun pagoda dengan
(KBM) pada bakteri Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli.
47
DAFTAR PUSTAKA
48
49
Lampiran 8. Perhitungan
Berat kering
1. Rendemen simplisia = x 100%
Berat basa h
800 g
= x 100%
5000 g
= 16%
Berat ekstrak
2. Rendemen ekstrak = x 100%
Berat segar
73 g
= x 100%
800 g
= 9,13%
3. Pembuatan larutan stok fraksi 20%
20 g 2g 1g
Larutan 20% = = =
100 ml 10 ml 5 ml
Jadi pembuatan larutan stok 20% Fraksi etanol daun pagoda dibuat dengan cara
1g fraksi dilarutkan dalam 5 ml DMSO.
6
V1=
20
V1= 0,3ml
Jadi dipipet 0,3ml larutan fraksi 20% kemudian ditambahkan DMSO
hingga volumenya 2ml.
c. Konsentrasi 5%
Dik: C1 = 20%
C2= 5%
V2 = 2 ml
Dit: V1 = ……?
Jawab: C1.V1 = C2.V2
20%.V1 = 5%.2ml
10
V1=
20
V1= 0,5ml
Jadi dipipet 0,5ml larutan fraksi 20% kemudian ditambahkan DMSO
hingga volumenya 2ml.
d. Konsentrasi 10%
Dik: C1 = 20%
C2= 10%
V2 = 2 ml
Dit: V1 = ……?
Jawab: C1.V1 = C2.V2
20%. V1 = 10%.2ml
20
V1=
20
V1= 1ml
Jadi dipipet 1ml larutan fraksi 20% kemudian ditambahkan DMSO hingga
volumenya 2ml.
Konsentrasi 15%
Dik: C1 = 20%
C2= 10%
V2 = 2 ml
Dit: V1 = ……?
Jawab: C1.V1 = C2.V2
20%.V1 = 10%.2ml
20
V1=
20
V1= 1ml
59
Jadi dipipet 1ml larutan fraksi 20% kemudian ditambahkan DMSO hingga
volumenya 2ml.
60
Lampiran 11. Hasil Zona Bening Antibakteri Fraksi Etanol Daun Pagoda
Terhadap Bacillis cereus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli.
Lampiran 12. Hasil Zona Bening Antibakteri K (+) Cefixime Terhadap Bacillus
cereus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli
Hasil daya antibakteri fraksi etanol daun pagoda terhadap bakteri Ecsherichia
coli dengan kode bakteri ATCC R 25922TM terdapat pada tabel berikut:
Hasil daya antibakteri fraksi etanol daun pagoda terhadap bakteri Bacillus
cereus dengan kode bakteri ATCC R 14579TM terdapat pada tabel berikut :
Hasil daya antibakteri fraksi etanol daun pagoda terhadap bakteri Bacillus
subtilis dengan kode bakteri ATCC R 6051TM terdapat pada tabel berikut :
N Konsentrasi
O Fraksi Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3 Rata-rata
1%
1 6,0 mm 6,0 mm 7,6 mm 6,5 mm
Descriptives
Bacillus cereus
Lower Upper
N Mean Std. Deviation Std. Error Bound Bound
ANOVA
Bacillus cereus
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Total 1217.220 23
71
Multiple Comparisons
Tukey HSD
(+)
Homogeneous Subsets
Pengulangan
Tukey HSDa
Konsentrasi N 1
1% 3 .000
3% 3 .000
5% 3 .000
10% 3 9.267
15% 3 9.767
20% 3 11.133
Sig. .393
75
Descriptives
Bacillus subtilis
95% Confidence
Interval for Mean
ANOVA
Bacillus subtilis
Total 294.840 23
76
Multiple Comparisons
Homogeneous Subsets
Bacillus subtilis
a
Tukey HSD
konsentrasi N 1
1% 3 6.533
3% 3 6.633
5% 3 8.200
10% 3 8.733
15% 3 9.133
20% 3 9.533
Sig. .951
79
Descriptives
Escherichia coli
95% Confidence
Interval for Mean
ANOVA
Escherichia coli
Total 663.940 23
80
Multiple Comparisons
Escherichia coli
Tukey HSD
Homogeneous Subsets
Escherichia coli
a
Tukey HSD
konsentrasi N 1
1% 3 6.000
3% 3 6.000
5% 3 7.333
10% 3 8.433
15% 3 9.000
20% 3 9.467
Sig. .991