Anda di halaman 1dari 99

FORMULASI SEDIAAN HAIR TONIK EKSTRAK ETANOL

DAUN WARU (Hibiscus tileaceus L. ) DIGUNAKAN


SEBAGAI PENUMBUH RAMBUT PADA
MARMUT (Cavia parcellus)

SKRIPSI

Oleh :

YUDITA HASRI KRISDIYANTI LASE


1501196164

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FORMULASI SEDIAAN HAIR TONIK EKSTRAK ETANOL
DAUN WARU (Hibiscus tileaceus L. ) DIGUNAKAN
SEBAGAI PENUMBUH RAMBUT PADA
MARMUT (Cavia parcellus)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi S1 Farmasi Dan Memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm.)

Oleh :

YUDITA HASRI KRISDIYANTI LASE


1501196164

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Telah Diuji Pada Tanggal :

Panitia Penguji Skripsi


Ketua : Leny, S.Farm., M.Si, Apt
Anggota : 1. Loura Novilia, S.Farm., M.Si, Apt
2. Khairani Fitri, S.Si., M.Kes, Apt
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS
Nama : Yudita Hasri Krisdayanti Lase
Tempat/TanggalLahir : Hilisimaetano, 04 maret 1997
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Ndraso Hilisimaetano Kec. Maniamolo
Kab. Nias Selatan
Alamat Domisili : Jl. Kapten Soemarsono no.107 Helvetia, Medan
Email : yuditalase97@gmail.com
Anak ke : 1 (satu) dari 4 (empat) bersaudara
Nama Ayah : Hasanotona Lase
NamaIbu : Evoris Bali

II. PENDIDIKAN
1. Tahun 2003-2009 : SDN So’onogeu Hilisimaetano
2. Tahun 2009-2012 : SMP Negeri 1 Maniamolo
3. Tahun 2012-2015 : SMAN 1 Maniamolo
ABSTRAK

FORMULASI SEDIAAN HAIR TONIK EKSTRAK ETANOL DAUN


WARU (Hibiscus tileaceus L.) SEBAGAI PENUMBUH RAMBUT
PADA MARMUT (Cavia parcellus).

YUDITA HASRI KRISDAYANTI LASE


1501196164

Daun waru (Hibiscus tileacus L.) telah dikenal secara empiris sebagai
tanaman penyubur rambut dan mencegah kerontokan rambut. Daun waru
mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan juga polifenol. Pada penelitian ini
20%, 25%, dan 30% ekstrak daun waru diformulasikan dalam sediaan hair tonik.
Tonik adalah sediaan kosmetik berbentuk cair,merupakan campuran bahan kimia
dan zat aktif lainnya. Dibuat dalam bentuk sediaan tonik karena penggunaannya
yang lebih mudah dan tidak lengket seperti sediaan semi solid lainnya sehingga
tidak meninggalkan lapisan tipis yang dapat memicu terbentuknya ketombe.
Penelitian ini bersifat eksperimental yang bertujuan untuk melihat apakah
ekstrak daun waru dapat dibuat dalam bentuk sediaan hair tonik dan melihat
pengaruh pebedaan konsentrasi dapat memberikan aktivitas yang berbeda dalam
memicu pertumbuhan rambut.
Metode penelitian ini menggunakan 5 kelompok hewan uji yaitu
kelompok blanko, ekstrak daun waru 20%, 25%, 30% dan kontrol positif
(minoksidil). Pengujian terhadap sediaan meliputi uji pH, uji stabilitas sediaan.
Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan dengan pengolesan hair tonik pada
punggung marmut dan diukur panjang rambut menggunakan jangka sorong pada
hari ke-7, ke-14, ke-21. Pada hari ke-21 dilakukan pengujian bobot rambut dengan
menimbang rambut marmut menggunakan timbangan analitik.
Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun waru memiliki aktivitas pada
pertumbuhan panjang rambut marmut dengan rata-rata 17,2633 dan bobot rambut
marmut dengan rata-rata 0,1450, dengan konsentrasi yang efektif yaitu 30%.

Kata Kunci : Tonik, daun waru, Pertumbuhan rambut

i
ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Hair
Tonik Ekstrak Etanol Daun Waru (Hibiscus tiliaceus L. ) Digunakan Sebagai
Penumbuh Rambut Pada Marmut (Cavia Parcellus)” yang disusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program S1 Farmasi di Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Ketua Pembina
Yayasan Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes., selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Efendi, M.Si., selaku Rektor Institut kesehatan Helvetia Medan
4. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
5. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku ketua program studi S1 Farmasi dan
kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. Leny, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan
kepada penulis selama penyusunan skripsi .
7. Loura Novilia, S.Farm., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing II yang
memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini.
8. Khairani Fitri, S.Si., M.Kes., Apt., selaku Penguji yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun dalam
penyempurnaan skripsi ini.
9. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah memberikan
ilmu dan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama pendidikan.
10. Teristimewa buat orang tua, Ayahanda Hasanotona Lase dan Ibunda Eforis
Bali, tercinta yang telah memberikan dukungan baik dari segi moril, material
dan doa sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Terimakasih buat paman dan tante sinta buat dukungannya selama ini baik
dari segi moril, dan material.
12. Terimakasih juga buat adikku vilsa dan frengki yang turut membantu proses
pembuatan skripsi saya ini.
13. Bagi teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu sehingga
penulis dapat menyesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat


kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
menerima saran, masukan dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.

iii
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Medan,

Penulis,

Yudita Hasri Krisdayanti Lase

iv
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .............................................................................................. i
ABSTRACK ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii
DAFTAR TABEL ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ............................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................... 4
1.3. Hipotesis ......................................................................... 5
1.4. Tujuan penelitian ............................................................ 5
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................... 5
1.6. Kerangka Konsep ........................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 7


2.1. Daun Waru ...................................................................... 7
2.1.1. Klasifikasi............................................................ 8
2.1.2. Morfologi Tanaman Waru ................................... 8
2.1.3. Habitat dan Penyebaran ....................................... 8
2.1.4. Kandungan Kimia ............................................... 9
2.1.5. Manfaat................................................................ 10
2.2. Ekstraksi .......................................................................... 11
2.2.1 Jenis-jenis ekstraksi ............................................. 11
2.3. Rambut ............................................................................ 14
2.3.1. Anatomi rambut................................................... 14
2.3.2. Susunan rambut ................................................... 15
2.3.3. Jenis rambut......................................................... 18
2.3.4. Siklus Pertumbuhan Rambut ............................... 20
2.4. Minoksidil ...................................................................... 23
2.5. Kosmetik ......................................................................... 23
2.6. Hair Tonik ....................................................................... 24
2.7. Marmut ............................................................................ 25
2.7.1. Klasifikasi Marmut .............................................. 25
2.7.2. Morfologi Marmut............................................... 27

v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 28
3.1. Metode penelitian .......................................................... 28
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................ 28
3.2.1. Waktu Penelitian ................................................ 28
3.2.2. Tempat Penelitian ............................................... 28
3.3. Populasi dan Sampel ...................................................... 28
3.3.1 Populasi .............................................................. 28
3.3.2. Sampel ................................................................ 28
3.4. Alat dan bahan................................................................. 29
3.4.1. Alat ...................................................................... 29
3.4.2. Bahan ................................................................... 29
3.5. Prosedur........................................................................... 29
3.5.1. Persiapan hewan uji ............................................. 29
3.5.2. Persiapan bahan uji.............................................. 30
3.5.3. Cara Pembuatan Hair Tonik ................................ 31
3.5.4. Evaluasi ............................................................... 32
3.5.5. Uji efektifitas pertumbuhan rambut .................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 35


4.1. Determinasi Tumbuhan .................................................... 35
4.2. Rendemen Ekstrak Kental ................................................ 36
4.3. Pengamatan Organoleptis ................................................. 36
4.4. Pemeriksaan pH ................................................................ 37
4.5. Uji Stabilitas Sediaan Hair Tonik Ekstrak Daun Waru .... 38
4.6. Uji Aktivitas Sediaan Hair Tonik Ekstrak Daun Waru
Terhadap Pertumbuhan Rambut ....................................... 39

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 42


5.1. Kesimpulan ....................................................................... 42
5.2. Saran ................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 43


LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................. 6


Gambar 4.1. Grafik Pertumbuhan Panjang Rambut Marmut ................ 40

vii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Formulasi Dan Bahan Yang Digunakan Pada Sediaan


Hair Tonik ......................................................................... 31
Tabel 3.2 Kelompok Perlakuan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Marmut .............................................................................. 33
Tabel 4.1 Pengamatan Organoleptis ................................................. 36
Tabel 4.2 Pemeriksaan Ph ................................................................ 37
Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Stabilitas Sediaan Hair Tonik ................... 38
Tabel 4.4 Hasil Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Pada Rambut
Marmut ............................................................................. 39
Tabel 4.5 Hasil Rata – Rata Bobot Rambut Marmut Hari Ke -21 .... 41

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Determinasi ............................................................. 46


Lampiran 2. Lembar Pengajuan Judul Skripsi ...................................... 50
Lampiran 3. Gambar Sediaan................................................................. 54
Lampiran 4. Foto Hasil Pencukuran Rambut Marmut ........................... 55
Lampiran 5. Foto Pengukuran Panjang Rambut Marmut Menggunakan
Jangka Sorong ................................................................ 59
Lampiran 6. Foto Penimbangan Bobot Rambut Marmut Hari Ke-21 ... 56
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Panjang Rambut Marmut Pada Saat
Dicukur.............................................................................. 61
Lampiran 8. Tabel Data Statisitik Anova ............................................... 69
Lampiran 9. Permohonan Pengajuan Judul Skripsi ............................... 78
Lampiran 10. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing I ....................... 79
Lampiran 11. Lembar Konsultasi Skripsi Pembimbing Ii ....................... 80
Lampiran 12. Lembar Persetujuan Revisi Skripsi ................................... 81
Lampiran 13. Permohonan Izin Penelitian ............................................... 82
Lampiran 14. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian ..... 83
Lampiran 15. Surat Determinasi .............................................................. 84

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Said (2009) rambut merupakan mahkota seseorang dan menjadi

salah satu unsur yang tidak bisa diabaikan karena rambut mencerminkan

kepribadian, umur dan kesehatan. Pada dasarnya merawat rambut sangatlah

mudah, diawali dengan membersihkan rambut minimal 2 hari sekali serta merawat

dengan intensif bila mempunyai masalah pada rambut dan kulit kepala (1).

Rambut mempunyai peran dalam proteksi terhadap lingkungan yang merugikan,

antara lain suhu dingin dan panas, dan sinar ultraviolet. Selain itu, rambut juga

berfungsi melindungi kulit terhadap pengaruh-pengaruh buruk misalnya alis mata

melindungi mata agar keringat tidak mengalir kemata, sedangkan bulu hidung

menyaring udara (2), pada binatang (mamalia) rambut berfungsi sebagai

pelindung dan pengatur suhu (3).

Pertumbuhan rambut pada umumnya mengalami 3 fase utama yaitu

anagen, katagen dan telogen. Lama masing-masing fase berbeda. Pada manusia,

anagen lamanya 2-6 tahun (rata-rata tiga tahun atau 1000 hari), katagen hanya

beberapa minggu, sedangkan telogen rata-rata berkisar 100 hari (4). Rambut

rontok adalah suatu kelainan dimana jumlah rambut lebih sedikit atau terlepas

lebih banyak dari normal dengan atau tanpa penipisan yang tampak. Normalnya

rambut terlepas sebanyak 80-120 helai perhari (5). Jumlah folikel rambut kepala

normalnya sekitar 100.000, dan disebut sebagai kelainan jika jumlahnya mencapai

50% yang berarti sekitar 50.000 helai. Kerontokan rambut yang berlebihan dapat

1
2

menyebabkan kebotakan (6). Penyebabnya beraneka ragam, digolongkan menjadi

endogen yaitu akibat penyakit sistemik, hormonal, status gizi, intoksikasi, maupun

kelainan genetik; dan eksogen yaitu berupa stimulus dari lingkungan, maupun

kosmetik rambut (7).

Produk perawatan rambut sangatlah penting untuk mencegah salah satu

masalah kerusakan rambut seperti rambut rontok. Berbagai produk perawatan

rambut baik dari bahan sintesis maupun alami, telah banyak di kembangkan untuk

mengatasi masalah kerontokan rambut. Salah satunya yang beredar di pasaran

yang berasal dari zat sintesis seperti minoksidil. Penggunakan minoksidil

berpotensi menimbulkan efek samping pada penggunaannya seperti alergi kulit,

sakit kepala, vertigo, edema sampai hipotensi (8).

Perawatan rambut memerlukan berbagai kosmetik seperti hair kondisioner,

kreambat, sampai hair tonik. Cara yang mudah dilakukan untuk merawat rambut

rontok adalah dengan melakukan perawatan rambut menggunakan hair tonik

sebagai bahan untuk menutrisi rambut (9).

Hair tonik adalah sediaan kosmetik berbentuk cair, merupakan campuran

bahan kimia dan atau bahan lainnya yang digunakan untuk membantu

menguatkan, memperbaiki pertumbuhan dan menjaga kondisi rambut. Fungsi dari

hair tonik adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah dikulit kepala sehingga

dapat mencegah rambut rontok, meningkatkan pertumbuhan rambut, mencegah

timbulnya ketombe dan gatal serta memberikan rasa menyegarkan pada kulit

kepala (10).
3

Peraturan Kepala BPOM (2013) menyatakan bahwa hair tonik adalah

sediaan kosmetika yang digunakan untuk merawat pertumbuhan rambut. Di dalam

hair tonik berisi zat pelarut, zat manfaat, vasolidator yang melebarkan pembuluh

darah sehingga meransang pertumbuhan rambut antara lain pilokarpina dan

minoxidil, stimulan kelenjar sebum, zat kondisioner rambut, hormon (sediaan

kosmetika tetapi termasuk sediaan obat), anti peptikum, dan parfum.

Banyak bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuh- tumbuhan yang

dapat digunakan untuk bahan aktif pembuatan hair tonik. Bahan-bahan alami

tersebut berfungsi menyuburkan rambut dan mencegah kerontokan rambut seperti

daun urang-aring, daun mangkokan, lidah buaya, ekstrak wortel, minyak kelapa,

minyak kemiri, ekstrak buah alpukat dan madu, serta daun waru (11).

Waru dengan nama ilmiah Hibiscus tileaceus L. dikenal sebagai tanaman

yang kaya akan manfaat. Daunnya yang lebar memiliki banyak khasiat,

diantaranya untuk menyuburkan dan mengurangi kerontokan pada rambut. Daun

waru mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan juga polifenol. Penelitian

Asep Gana tentang efek ekstrak daun waru, minyak wijen dan daun mangkokan

terhadap kelebatan rambut pada tikus wistar, dimana hasilnya menunjukkan

bahwa ekstrak etanol daun waru sebanyak 2,5% meningkatkan pertumbuhan

rambut pada tikus wistar sebesar 6,40% (12).

Tanaman waru banyak terdapat di indonesia, dipantai yang tidak berawa

atau tanah berpasir. Daun waru juga digunakan secara empiris untuk mengobati

berbagai macam penyakit seperti batuk, sesak napas, bisul, rambut rontok, radang

mata dan demam (13).


4

Kemampuan sebagai penumbuh rambut dari ekstrak daun waru di

sebabkan oleh kandungan saponin, polifenol dan flavonoid. Saponin mempunyai

kemampuan untuk membentuk busa yang berarti mampu membersihkan kulit dari

kotoran serta sifatnya sebagai konteriritan, akibatnya terjadi peningkatan sirkulasi

darah perifer sehingga meningkatkan pertumbuhan rambut. Demikian juga dengan

polifenol yang mempunyai aktivitas keratolitik, desinfektan, serta flavonoid yang

mempunyai aktivitas sebagai bakterisid dan anti virus yang dapat menekan

pertumbuhan bakteri dan virus, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan rambut

dan mencegah kerontokan (14).

Ekstrak daun waru dibuat dalam bentuk sediaan hair tonik karena dalam

aplikasi sehari-hari, sediaan hair tonik banyak dipakai untuk mengatasi masalah

kerontokan rambut, dengan beberapa keuntungan, antara lain penggunaan yang

lebih mudah dan tidak lengket seperti sediaan semi solid sehingga tidak

meninggalkan lapisan tipis yang dapat memicu terbentuknya ketombe (15).

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. apakah ekstrak daun waru (Hibiscus tileaceus L.) dapat diformulasikan

dalam bentuk sediaan hair tonik

2. apakah perbedaan konsentrasi ekstrak etanol daun waru (Hibiscus

tileaceus L.) memberikan aktivitas yang berbeda dalam memicu

pertumbuhan rambut pada marmut?


5

1.3. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. ekstrak etanol daun waru (Hibiscus tileaceus L.) dapat diformulasikan

dalam bentuk sediaan hair tonik

2. ekstrak etanol daun waru (Hibiscus tileaceus L.) dengan konsentrasi yang

berbeda dapat memicu pertumbuhan rambut pada marmut

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. mengetahui apakah ekstrak daun waru (Hibiscus tileaceus L.) dapat

diformulasikan dalam bentuk sediaan hair tonik

2. mengetahui apakah perbedaan konsentrasi ekstrak daun waru (Hibiscus

tileaceus L.) dapat memicu pertumbuhan rambut pada Marmut

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah

1. bagi penelitian, dapat memberi informasi dan menambah wawasan tentang

pengaruh pemberian ekstrak daun waru (Hibiscus tileaceus L.) sebagai

penumbuh rambut pada marmut

2. bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

mengetahui solusi dari masalah rambut yang sering dialami dengan cara

yang efektif dan efisien

3. bagi instansi, dapat memberikan informasi mengenai formula untuk

menyuburkan rambut.
6

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat digambar 1.1.

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

1. Uji organoleptis
sediaan hair 2. uji pH
ekstrak daun
tonik 3. uji stabilitas
waru (Hibiscus
sediaan
tileaceus L)
dengan
konsentrasi 20%,
25%, 30% Uji aktivitas
pertumbuhan 1. Panjang rambut
rambut pada 2. Bobot rambut
marmut

Gambar 1.1. Kerangka konsep penelitian


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daun Waru

Pohon waru ini disebut juga waru laut atau waru lengit. Kebanyakan

tumbuhan pada dataran pantai, dan ada pula yang ditanam di tanah pekarangan

atau halaman rumah. Pada tanah yang baik, waru memiliki batang yang lurus dan

daun kecil sedangkan pada tanah yang kurang subur, batangnya bengkok dan

daunnya lebih lebar. Daun berwarna hijau berkilat-kilat, sedang bagian bawahnya

berbulu tipis (16).

Nama daerah di Sumatera antara lain adalah : kioko, siron, boru, buluh,

bou, tobe, baru, beruk, melanding. Sementara di Jawa namanya adalah : waru,

waru laut, waru lot, waru lenga, waru lengis, waru lisah, waru rangkang, wande,

baru. Di Nusa Tenggara : baru, waru wau, kabaru, bau, fau. Di Sulawesi :

balebirang, bahu, molowahu, lamogu, molowagu, baru, waru. Di Maluku : war,

papatale, haru, palu, faru, haaro, fanu, halu, balo, kalo, pa. di Papua : kasyanaf,

iwal, wakati. Nama asingnya adalah Tree hibiscus, dan nama latinnya Hibisci

tiliaceus Folium (daun waru), Hibisci tiliaceus Flos (bunga waru) (17).

7
8

2.1.1. Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus tileaceus L. (16).

2.1.2. Morfologi Tanaman Waru

Pohon kecil, tinggi 5-15 m. ditanah yang subur tumbuh lebih lurus dan

dengan tajuk yang lebih sempit dari pada ditanah gersang. Daun bertangkai,

bundar atau bundar teluk bentuk jantung dengan tepi rata, garis tengah hingga 19

cm; bertulang daun menjari, sebagian tulang daun utama dengan kelenjar pada

pangkalnya disisi bawah daun; sisi bawah berambut abu-abu rapat. Daun

penumpu bundar telur memanjang 2,5 cm, meninggalkan bekas berupa cincin di

ujung ranting. Bunga berdiri sendiri atau dalam tandan berisi 2-5 kuntum. Daun

kelopak tambahan bertaju 8-11, lebih dari separuhnya berlekatan. Kelopak

sepanjang 2,5 cm, kuning, jingga dan akhirnya kemerah-merahan, dengan noda

ungu pada pangkalnya. Buah kotak bentuk telur, berparuh pendek, beruang 5 tak

sempurna, membuka dengan, membuka dengan 5 katup (18).

2.1.3. Habitat dan Penyebaran

Waru banyak terdapat di Indonesia, di pantai yang tidak berawa, ditanah

datar dan di pegunungan hingga ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut.
9

Banyak di tanam di pinggir jalan dan di sudut pekarangan sebagai tanda batas

pagar (19).

2.1.4. Kandungan Kimia

Daun waru mengandung saponin, flavonoid dan polifenol, sedangkan akar

waru mengandung saponin, flavonoid dan tanin. Berbagai senyawa fitokimia telah

di solasi dari tanaman ini antara lain yaitu hibiskusin, hibiscus amida, asam

vanilat, asam p-hidrosibenzoat, asam siringat, p-hidroksibenzaldehid, skopoletin,

β-sitosterol, stigmasterol, β-stigmasteronon, hibiskolakton, hibiskon,

hibiskokinon, lapakhol, gossypol, gossipetin, manosonon, hyperosid, kaemferol,

kuersetin, gossipitin, gossitrin, para-kumarat, asam fumarat, glikosida dan

tripernoid (16).

Menurut Dr. Syarief Hudaya, daun waru mengandung beberapa zat seperti

saponin, flavonoid dan polifenol. Akarnya mengandung saponin, flavonoid dan

tanin. Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar. Senyawa itu terdiri

atas lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam

kandungan tumbuhan. Manfaat utama flavonoid dalam tubuh manusia adalah

sebagai antioksidan yang bisa menghambat proses penuaan dan mencegah

perkembangan sel kanker. Flavonoid juga berfungsi sebagai melindungi struktur

sel dalam tubuh, meningkatkan penyerapan dan penggunaan vitamin C dalam

tubuh, sebagai obat anti inflamasi dan masih banyak yang lainnya. Zat saponin

memiliki khasiat mengikat kolesterol dalam darah. Polifenol juga bisa berguna

sebagai antiseptik dan antioksidan (19).


10

2.1.5. Manfaat

Secara empiris daun waru dapat digunakan untuk pengobatan tuberkolosis

paru-paru, batuk, sesak napas, radang amandel (tonsillitis), demam, dan lender

pada anak, muntah darah, darang usus, bisul, abses, keracunan singkong,

penyubur rambut dan rambut rontok. Akarnya dapat digunakan untuk mengatasi

keterlambatan haid dan demam. Bunganya dapat digunakan untuk pengobatan

radang mata (16).

Menurut Dr. Syarief Hudaya, menuliskan tak hanya bagian daun yang

bermanfaat, hampir seluruh bagian pohon waru bermanfaat sebagai obat herbal.

Dalam pengobatan tradisional, akar waru digunakan sebagai pendingin bagi

penderita demam, daun waru membantu pertumbuhan rambut bagi penderita

alopesia sekunder, sebagai obat anti batuk, obat anti diare berdarah/berlendir, anti

amandel. Bunga untuk obat anti trakoma dan anti masuk angina (19)
11

2.2. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian

tanaman obat, hewan dan beberapa jenis akan termasuk biota laut. Zat-zat aktif

tersebut terdapat dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula

ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tersebut dalam

mengekstraksi (20). Proses terekstrasinya zat aktif dalam tanaman adalah pelarut

organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik diluar sel.

Makan larutan terpekat akan berdifusi keluar sel, dan proses ini akan berulang

terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan diluar

sel (20).

2.2.1. Jenis-jenis ekstraksi

Adapun jenis-jenis ekstraksi dibagi menjadi :

a. Ekstraksi secara dingin

1. Sokletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah penyarian

berkesinambungan secara dingin. Alat sokletasi dibuat dari bahan gelas

yang terbagi atas 3 bagian yaitu : bagian tengah untuk menampung serbuk

simplisia yang akan di ekstraksi di lengkapi dengan pipa pada bagian kiri

dan kanan, satu untuk jalannya larutan berkondensasi uap menjadi cair,

penyari yang dipakai tidak terlalu banyak, sedangkan bagian bawah

terdapat labu alas bulat yang berisi cairan penyari dan ekstrak (21).
12

2. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan

penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang

mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan

yang terletak di dalam akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut terulang

terus hingga menjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan

di dalam sel. Simplisia yang akan di ekstraksi di serbukkan dengan derajat

tertentu lalu di masukkan kedalam bejana maserasi. Simplisia tersebut di

rendam dengan cairan penyari, setelah itu dalam waktu tertentu sesekali di

aduk perlakuan tersebut dilakukan selama 5 hari.

3. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah di basahi. Pada metode ini

simplisia yang akan di ekstraksi di tempatkan dalam suatu bejana silinder

yang pada bagian bawahnya di beri sekat berpori. Cairan penyari di alirkan

dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan

zat aktif sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh. Gerakan kebawah di

sebabkan oleh kekuatan beratnya sendiri dan cairan di atasnya di kurangi

dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan kebawah

(21).
13

b. Ekstraksi secara panas

1. Infudasi

Infudasi adalah proses penyarian yang umunya digunakan untuk menyari zat

aktif yang larut dalam air dari bahan nabati, yang di lakukan dengan cara

membasahi dengan air. Biasanya dua kali bobot bahan, kemudian ditambah

dengan air secukupnya dan di panaskan dalam tangas air selama 15 menit

dengan 90-98°C, sambil sekali-kali diaduk. Umumnya 100 bagian sari

diperlukan 10 bagian bahan (21).

2. Refluks

Ekstraksi dengan metode refluks digunakan untuk simplisia dengan

kandungan zat aktif yang tahan terhadap pemanasan. Alat refluks ini terbuat

dari bahan gelas dimana bagian tengahnya dilengkapi dengan lingkaran

gelas yang berbentuk spiral atau bola. Bahan yang akan di ekstraksi

dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama cairan penyari kemudian di

panaskan. Cairan penyari ini akan mendidih, menguap dan berkondensasi

pada pendingin tegak, lalu turun kembali pada labu dan sekaligus

mengekstraksi kembali. Proses ini berlangsung secara berkesinambungan

sampai bahan tersari sempurna (21).

3. Destilasi uap

Ekstraksi secara destilasi uap dapat di pertimbangkan untuk menyari serbuk

simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi

pada tekanan normal. Pada pemanasan biasa memungkinkan akan terjadi


14

kerusakan zat aktif, untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan

dengan destilasi uap air (21)

2.3. Rambut

2.3.1. Anatomi rambut

Rambut adalah sesuatu yang keluar dari dalam kulit dan mempunyai

bentuk seperti benang tipis. Rambut mempunyai banyak fungsi, diantaranya

adalah melindungi kepala dari benturan sinar matahari, menambah keindahan dan

garis warna pada wajah, melindungi mata dari keringat kotoran dan debu, dan

lain-lain. Rambut tersusun dari salah satu zat protein yang di sebut keratin atau

horney. Selain itu, rambut mempunyai susunan kimia yang terdiri dari karbon

50,65%, hydrogen: 6,36%, nitrogen: 17,14%, belerang (sulfur): 5% dan oksigen

20,85%. Berdasarkan dari ukuran folikelnya, rambut dibedakan menjadi rambut

kasar, rambut halus, dan rambut sedang/normal. Berdasarkan tertanamnya folikel,

rambut dibedakan menjadi rambut lurus, rambut berombak, dan rambut keriting

(22).

Rambut merupakan salah satu jaringan dalam kulit yang terdapat pada

seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir. Rambut terdiri

atas bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian yang berada di

luar kulit (batang rambut). Ada 2 macam tipe rambut yaitu membuat velus yaitu

rambut halus yang sedikit mengandung pigmen dan rambut terminal yaitu rambut

kasar yang mengandung banyak pigmen (23).


15

2.3.2. Susunan rambut

Menurut Rostamailis (2008) rambut di kenal dengan rambut yang berada

di dalam kulit dan berada di luar kulit. Bagian-bagian rambut ini dapat di bagi

atas:

a. Akar rambut (Hair folicle)

Akar rambut adalah bagian yang tertanam dalam kulit. Akar rambut terbagi

atas : (19)

1. Bulp yaitu bagian pangkal rambut yang membesar, seperti bentuk bola,

gunanya untuk melindungi papil rambut (19).

2. Papil rambut adalah bagian yang terlindungi di dalam bulp atau terletak di

bagian terbawah follicle rambut. Papil rambut tidak ubahnya seperti piring

kecil yang tengahnya melengkung dan menonjol kearah rambut,

lengkungan inilah yang menyebabkan ia di sebut papil, berasal dari sel-sel

kulit jangat (corium) serta kulit ari (epidermis). Diantara sel-sel papil juga

terdapat melanosit yang menghasilkan pigmen (zat warna), yang akan di

sebarkan terutama kedalam contek, kemudian kedalam medulla rambut. Di

samping itu juga terdapat didalam papil rambut yaitu pembuluh darah dan

getah bening, yang berfungsi memberi makanan kepada rambut

(memelihara kehidupan rambut), serta terdapat juga saraf yang mensarafi

folicle rambut, itu sebabnya rambut tidak mempunyai saraf perasa. Oleh

karenanya kita tidak merasa sakit bila rambut digunting atau di

pangkas(19).
16

3. Folicle ialah kandungan atau kantong rambut tempat tumbuhnya rambut.

Kantong rambut terdiri dari 2 lapis. Lapisan di dalamnya berasal dari sel-

sel epidermis, sedangkan lapisan luarnya berasal dari sel-sel dermis.

Rambut yang panjang dan tebalnya mempunyai folicle berbentuk besar,

folicle rambut ini bentuknya menyerupai silinder pipa. Jikalau folicle

bentuknya lurus, rambut juga lurus dan bila melengkung rambut jadi

berombak. Tetapi kalau lengkungannya itu lebih lengkung lagi, maka

rambutnya keriting (19).

4. Otot penegak rambut ialah yang menyebabkan rambut halus, bulu roma

berdiri bila ada sesuatu ransangan dari luar dan dari dalam tubuh kita.

Misalnya merasa seram, kedinginan, kesakitan, kelaparan, dan sebagainya

(19).

5. Matrix, di sebut juga dengan umbi/tombola atau lembaga rambut. Seperti

di jelaskan di depan, bahwa di dalam folicle terdapat rambut. Bagian yang

berdekatan dengan papil lebih subur dari pada bagian yang lebih jauh di

atasnya. Bagian yang subur itulah yang disebut matrix atau umbi/tombila

atau lembaga rambut (19).

b. Lapisan batang rambut

Batang rambut ialah bagian rambut yang kelihatan di atas permukaan kulit.

Batang rambut ini juga terbagi atas 3 bagian yaitu:

1. Cuticula (selaput kulit ari) yang berbentuk seperti sisik-sisik ikan dan

sangat berfungsi untuk melindungi lapisan rambut (berada paling luar yang

merupakan pelindung). Disamping itu ia juga berfungsi untuk menentukan


17

besar kecilnya daya serap zat cair pada rambut seperti air, shampo,

condisioner, obat keriting, zat/cat pewarna rambut, bleaching (19).

2. Cortex (kulit ari rambut) ialah bagian rambut yang terbesar dan merupakan

lapisan dibawah cuticula. Cortex berfungsi sebagai lapisan yang

menentukan warna karena pigmen (zat warna rambut di kandung oleh

lapisan ini). Jadi cortex ini berhubungan dengan sifat elastisitas rambut

(19).

3. Medulla (sum-sum rambut). Medulla ini terdapat di bagian paling tengah.

Rambut yang halus sekali ada yang tidak terdapat medullanya (19).

a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu :

1. Rambut lanugo/velus

Rambut lanugo/velus adalah rambut yang sangat halus dengan pigmen

yang sedikit. Rambut ini terdapat hampir di seluruh tubuh kecuali pada

bibir, telapak tangan, dan kaki. Rambut ini tumbuh pada pipi, dahi,

tengkuk, dan tangan (19).

2. Rambut terminal

Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta

berpigmen banyak. Rambut ini di bedakan berdasarkan ukurannya, yaitu:

rambut panjang yang tumbuh pada kulit kepala, wajah laki-laki dan ketiak,

serta rambut pendek terdapat pada alis mata, bulu mata, dan bulu hidung

(19).
18

b. Jenis rambut menurut sifatnya

1. Rambut normal

Rambut dapat dikatakan normal, apabila tidak terlalu berminyak, tidak

terlalu kering serta bersih dari ketombe. Rambut normal lebih mudah

pemeliharaannya serta tidak terlalu kaku sehingga mudah dibentuk

menjadi berbagai jenis model rambut (24).

2. Rambut berminyak

Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara

berlebihan sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak

kelihatan mengkilap, tebal dan lengket (24).

3. Rambut kering

Rambut ini biasanya berwarna kemerah-merahan dan agak kaku, dan

biasanya jenis rambut ini ujungnya bercabang atau pecah sehingga rambut

kurang bagus (24).

2.3.3. Siklus Pertumbuhan Rambut

Siklus pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di

dalam kamdungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata di

seluruh permukaan kulit. Di akhir bulan ke 6 atau awal bulan ke 7 usia

kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh di permukaan kulit, yaitu berupa

rambut lanugo, atau rambut khusus bayi dalam kandungan. Kemudian menjelang

bayi lahir atau tidak lama sesudah bayi lahir, rambut bayi ini akan rontok, diganti

dengan rambut terminal. Itulah sebabnya ketika bayi lahir, ada yang hanya

berambut halus dan ada juga yang sudah berambut kasar dan agak panjang,
19

bahkan kadang-kadang sudah mencapai panjangnya antara 2-3 cm. kecepatan

pertumbuhan rambut sekitar 1/3 milimeter per hari atau sekitar 1 cm perbulan

(16). Siklus pertumbuhan rambut adalah perubahan terprogram dari folikel rambut

yang terdiri dari anagen, katagen, telogen. Folikel rambut tidak aktif terus-

menerus, melainkan bergantian mengalami telogen (25).

a. Fase anagen (pertumbuhan) adalah saat terjadinya sintesis batang rambut dan

pigmentasi, lamanya menentukan panjang rambut. Pada rambut kepala

berlangsung selama 2-8 tahun.

b. Katagen (fase peralihan/regresi) yang di tandai dengan menurunnya produksi

melanin di bulbus terjadi selama 2-3 minggu.

c. Pada fase telogen (istirahat) rambut gada akan terdorong keluar, yang tampak

sebagai batang rambut yang terdepigmentasi pada bagian proksimal (25).

Menurut Jhonson (2011) ciri-ciri umum rambut:

a) Rambut adalah turunan kulit. Rambut di hasilkan oleh pertumbuhan epitel

dalam yang membentuk folikel rambut.

b) Rambut dan kuku sebagian besar terdiri atas keratin atas, suatu zat yang

secara kimiawi serupa dengan keratin lunak pada kulit tetapi lebih luas

ikatan silang melalui jembatan disulfide folikel rambut

c) Folikel rambut adalah pertumbuhan epitel kedalam dari kulit yang ujung

sperti gelombang berlekuk oleh papilla jaringan ikat. Papilla mempunyai

pembuluh darah yang membawa nutrien kedalam rambut yang sedang

tumbuh. Bagian bulbus mengandung sekelompok sel-sel yang di sebut

matrix germinal, yang menghasilkan rambut dalam suatu proses


20

menyerupai proses pembentukan startum germinal untuk menghasilkan

startum korneum.

d) Sarung rambut luar adalah bagian pertumbuhan kedalam dari epitel yang

menghubungkan matrix germinal kepermukaan kulit.

e) Sel-sel proliferative pada matrix germinal menghasilkan dua struktur

sarung tubular dan sarung rambut.

f) Melanosit pada matrix germinal menambah granula melanin pada rambut

yang sedang tumbuh. Melanosit mensitesis melanin, pigmen yang

berperan untuk memberi warna kulit, rambut dan iris. Warna rambut

bervariasi dari kuning pucat sampai hitam, tergantung pada jumlah

melanin yang di endapkan pada keratin keras pada batang rambut.

g) Duktus kelenjar sebasea dan kelenjar keringat apokrin mencurahkan

isinya kedalam folikel rambut (19).

2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut, yaitu :

a. Hormon

Androgen, estrogen dan tiroksin adalah hormon yang berperan dalam

pertumbuhan rambut. Hormon androgen dapat mempercepat pertumbuhan rambut,

tetapi pada penderita alopesia androgen hormon bahkan mempercepat waktu

pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita hormon estrogen dapat memperlambat

pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang fase anagen. Hormon tiroksin dapat

mempercepat fase anagen (26).

b. Nutrisi
21

Air merupakan nutrisi yang penting karena hampir seperempat dari berat

rambut terdiri dari air. Kelembaban akibat adanya air menyebabkan rambut

menjadi lembut. Selain air, ada juga beberapa zat yang penting agar dapat

memiliki rambut yang sehat dan bercahaya, yaitu: (26)

1. Protein

Rambut mengandung protein yang jumlahnya sekitar 98%. Konsumsi

makanan yang kandungan proteinnya yang tinggi dapat menyehatkan

rambut (26).

2. Vitamin A

Vitamin A diperlukan rambut untuk mendapatkan rambut yang lembut dan

menjaga kulit kepala tetap sehat. Vitamin A dapat di peroleh melalui

retinol yang didapat dari makanan yang berasal dari hewan dan melalui

beta karoten yang di dapat dari makanan yang berasal dari tumbuhan (26).

3. Vitamin E

Vitamin E diperlukan untuk menjaga kesehatan rambut. makanan yang

merupakan sumber vitamin E antara lain telur, susu, daging, alpukat,

kacang-kacangan, biji-bijian, padi-padian, minyak bunga matahari, minyak

jagung, selada, kol dan beberapa sayuran seperti brokoli, bayam dan

lainnya (26).

4. Vitamin B kompleks

Semua vitamin B penting untuk mempertahankan sirkulasi dan warna

rambut. Vitamin B kompleks mengandung sejumlah vitamin yang bisa di

dapat dari sumber yang sama antara lain hati dan ragi. Vitamin B
22

kompleks terdiri dari tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), asam

nikotinat (niasin), asam pantotenat (vitamin B5), piridoksin (vitamin B6),

biotin, kolin, inositol, asam para-amino benzoat (PABA), asam folat dan

sianokobalamin (vitamin B12).

Biotin merupakan suatu jenis vitamin B kompleks yang terpenting untuk

menjaga kesehatan rambut. Biotin ini banyak di tambahkan pada berbagai

produk shampo. Makanan yang kaya akan biotin antara lain kacang-

kacangan, biji-bijian, hati, kuning telur, ragi, dan sayuran (26).

5. Vitamin C

Vitamin C diperlukan untuk menjaga kekuatan, kelenturan rambut, serta

menjaga agar rambut tidak rusak dan bercabang (26).

6. Yodium

Kadar tiroksin dalam darah mempengaruhi rambut. Tiroksin disintesis oleh

kelenjar tiroid. Agar kelangsungan fungsi kelenjar tiroid yang normal di

perlukan yodium yang cukup. Bila asupan yodium dari makanan

berkurang maka sintesis hormon tiroid juga akan berkurang. Keadaan ini

menyebabkan turunnya kadar tiroksin (T4) bebas di dalam darah sehingga

rambut menjadi kusam dan ujungnya pecah-pecah (26).

7. Zat besi

Zat tersebut merupakan mineral penting untuk menjaga kesehatan rambut.

Kemampuan darah untuk mengangkat oksigen dan zat makanan keseluruh

jaringan termasuk rambut dan kulit kepala, tergantung dari kandungan zat

besi (26).
23

8. Sistein

Zat tersebut merupakan asam amino yang ditemukan dalam jumlah besar

pada rambut. Sistein dapat diperoleh dari telur, daging dan produk dari

susu (26).

2.4. Minoksidil

Suatu derivat piperidinopirimidin yang merupakan vasolidator yang

digunakan untuk pengobatan hipertensi. Minoksidil digunakan secara topikal

untuk mengembalikan pertumbuhan rambut pada alopesia areata, alopesia totalis,

dan alopesia androgenetik. Dosis topikal yang digunakan adalah larutan

minoksidil 2% setiap hari selama dua puluh satu hari. Efek samping yang

ditimbulkan akibat penggunaan minoksidil secara topikal adalah alergi pada kulit,

sakit kepala, vertigo, lemas dan endema. Minoksidil topikal diketahui

memperpendek fase telogen, memperpanjang fase anagen dan menambah ukuran

folikel rambut, meskipun mekanismenya tidak diketahui secara pasti (27).

2.5. Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata Yunani “Kosmetikos” yang berarti

keterampilan menghias, atau mengatur. Defenisi kosmetik dalam Keputusan

Kepala BPOM RI Nomor HK.00.05.4.17458 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :

“Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan

organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
24

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau

badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik” (28).

Pada tahun 1995 Lubowe menciptakan istilah “cosmedics” yang

merupakan gabungan dari istilah kosmetik dan obat yang sifatnya dapat

mempengaruhi faal kulit secara positif namun bukan obat (28). Kosmetik

berdasarkan kegunaannya dibagi menjadi kosmetik perawatan dan dekoratif.

Kosmetik perawatan misalnya kosmetik untuk membersihkan, melembapkan,

maupun melindungi bagian tubuh seperti kulit dan rambut, sedangkan kosmetik

dekoratif diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada bagian tubuh sehingga

menghasilkan penampilan yang lebih menarik (27).

Pada prinsipnya kosmetik terkelompok kepada beberapa jenis, seperti

dikemukakan Rostamailis (2005:16-18) yaitu (1) kosmetik tradisional artinya

kosmetik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan murni atau bahan alami

pengolahannya dilakukan pada saatn akan dimulainya proses perawatan,(2).

kosmetik semi tradisional, maksudnya kosmetik yang akan di pakai telah diolah

didalam pabrik dalam jumlah yang besar dengan bahan dasar alami melalui uji

laboratorium lalu di kemas dalam bentuk yang aman dan menarik secara resmi,

(3) kosmetik modern, adalah kosmetik yang di olah di dalam pabrik dalam jumlah

yang besar, dengan memakai bahan-bahan kimia, diolah secara resmi dan di

kemas dalam bentuk/wadah yang aman, menarik yang indah (29).

2.6. Hair Tonik

Hair tonik adalah sediaan kosmetik berbentuk cair, merupakan campuran

bahan kimia dan atau bahan lainnya yang digunakan untuk membantu
25

menguatkan, memperbaiki pertumbuhan dan atau menjaga kondisi rambut (10).

Fungsi dari hair tonik adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah di kulit kepala

sehingga dapat mencegah rambut rontok, meningkatkan pertumbuhan rambut,

mencegah timbulnya ketombe dan gatal serta memberikan rasa menyegarkan pada

kulit kepala (10).

Formula hair tonik terdiri atas bahan dasar dan bahan aktif. Bahan dasar

yang digunakan yaitu alkohol dan aquades, methyl paraben, mentol, d-panthenol,

PEG hydrogenated casor oil, parfum dan propilen glikol. Menurut Ditjen POM

(1985) bahan aktif yang digunakan yaitu bahan yang memiliki efek

beranekaragam antara lain memiliki daya pembersih untuk menghilangkan atau

mencegah ketombe, zat yang bersifat kounteriritan untuk melancarkan sirkulasi

darah, vasodilator untuk memperlebar pembuluh darah, stimulan kelenjar minyak,

zat kondisioner rambut untuk kondisi rambut, merangsang pertumbuhan rambut

dan mencegah kerontokan rambut, antiseptikum untuk membunuh bakteri, aneka

zat yang berasal dari hewan dan tumbuhan untuk menyuburkan serta menguatkan

rambut (11).

2.7. Marmut

2.7.1. Klasifikasi Marmut

Menurut Storer dan Usinger (1961), schober (1999) klasifikasi ilmiah

adalah sebagai berikut:

Kingdom :Animalia

Filum :Chordata

Subfilum :vertebrata
26

Class :Mamalia

Ordo :Rodentia

Sub ordo :Hystricomorpha

Family :Caviidae

Sub family :Caviinae

Genus :Cavia

Species :Cavia parcellus (20)

Marmut (Cavia parcellus) adalah hewan dengan tubuh kecil dan memeiliki

rambut yang beragam, ada yang polos, albino, dua warna, tiga warna, dan

berbagai jenis lainnya. Seperti halnya kelinci, marmut pun memiliki potensi untuk

dipelihara sebagai hewan kesayangan maupun untuk konsumsi (30). Karakter

badan marmut yaitu pendek, gemuk, dan kaki pendek. Hewan dewasa panjangnya

antara 200-500 mm. marmut tidak mempunyai ekor eksternal, mempunyai empat

jari pada kaki depan dan tiga jari kaki belakang serta mempunyai kuku yang tajam

pada setiap jarinya (20).

Marmut adalah hewan yang sangat sosial yang milih hidup dalam

kelompoknya terdiri dari lima sampai sepuluh ekor. Kelompok-kelompok ini

membentuk suatu koloni. Marmut adalah hewan yang menampilkan berbagai

suara dengan beberapa tipe vokalisasi yang lantang. Marmut merupakan hewan

peliharaan yang baik terutama untuk anak-anak karena tipikalnya tidak menggigit,

bahkan ketika ditangani dengan tidak baik (20).


27

2.7.2. Morfologi Marmut

Marmut (cavia parcellus) merupakan hewan pengerat yang memakan

tumbuh-tumbuhan, rumput dan memiliki gigi pemotong seperti pahat yang

berguna untuk memotong dan mengerat. Klasifikasi cavia parcellus termasuk

kedalam infraclass eutharia yaitu hewan-hewan yang disebut mamalia berplasenta.

Cavia parcellus termasuk ordo rodentia, dimana ordo rodentia merupakan salah

satu ordo dalam kelas mamalia yang paling besar (20).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium.

Dimana dilakukan pembuatan hair tonik dari ekstrak daun waru kemudian

dilakukan penelitian terhadap formulasi hair tonik ekstrak etanol daun waru, untuk

pengujian aktivitas pertumbuhan rambut marmut.

3.2. Waktu dan tempat penelitian

3.2.1. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Mei-juli 2019

3.2.2. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium farmakognosi dan kosmetologi

Institut Kesehatan Helvetia Medan.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi penelitian

Populasi penelitian yaitu daun waru (Hibiscus tileaceus L.) yang segar dan

muda yang diambil secara purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah tertentu.

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian yaitu 4 kilo gram daun waru (Hibiscus tileaceus L.)

yang muda dan segar yang diambil secara purposive sampling. Purposive

28
29

sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan tidak berdasarkan random,

daerah tertentu.

3.4. Alat dan bahan

3.4.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain peralatan

pemeliharaan marmut (kandang, wadah pakan, dan wadah minum), jangka sorong,

neraca analitik, gunting dan pisau cukur, spidol, pH meter, beaker glass,

erlenmeyer, gelas ukur, batang pengaduk, cawan petri, pipet tetes, spatula,

aluminium foil, plastik wrap, peralatan ekstraksi (blender, oven, kertas saring,

corong dan evaporator), serta kamera.

3.4.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan hair tonik adalah ekstrak

daun waru, etanol 96%, propilen glikol, natrium metabisulfit, metil paraben,

mentol, tween 80 dan aquadest.

3.5. Prosedur

3.5.1. Persiapan hewan uji

Dalam penelitian ini hewan percobaan yang digunakan yaitu marmut

jantan spesies guinea pigs dengan berat badan 450-600 gram sebanyak 15 ekor.

Sebelum penelitian dimulai marmut diaklamatisasi yang bertujuan agar marmut

dapat beradaptasi dengan lingkungan baru.

3.5.2. Persiapan bahan uji

Bahan uji yang digunakan yaitu ekstrak daun waru (Hibiscus tiliaceaus L).

Cara mengambil ekstrak daun waru (Hibiscus tiliaceus L.) yaitu : (31).
30

1. Sampel dibersihkan kemudian di potong kecil-kecil dan di keringkan

dalam lemari pengering selama 24 jam, kemudian di haluskan dengan

blender

2. Lima puluh gram sampel dimaserasi dengan 500 ml etanol selama 24 jam.

Kemudian disaring menggunakan kertas saring dan filtratnya disimpan.

3. Selanjutnya residu dimaserasi kembali dengan 340 ml etanol selama 24

jam

4. Setelah dilakukan penyaringan, residu dimaserasi ulang satu kali lagi

dengan 240 ml etanol

5. Filtrat yang dihasilkan digabung dan dikeringkan menggunakan rotary

evaporator.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan hair tonik


yaitu:(32)
Etanol 70 bagian
Vitamin E 0,05 bagian
Vitamin B2 0,05 bagian
Propilen glikol 3 bagian
Mentol 0,1 bagian
Resolsinol 0,01 bagian
Giberelin 0,1 bagian
Pewarna q.s
Parfum q.s
Aquadest 30 bagian
31

Tabel 3.1. Formulasi dan bahan yang digunakan pada sediaan hair tonik (27).
Konsentrasi (%) (b/b)
Bahan Formula I Formula II Formula III
Blanko
(%) (%) (%)
Ekstrak
- 20 25 30
daun waru
Etanol 96% 30 30 30 30
Propilen
15 15 15 15
glikol
Natrium
0,01 0,01 0,01 0,01
metabisulfit
Metil
0,25 0,25 0,25 0,25
paraben
Mentol 0,10 0,10 0,10 0,10
Tween 80 2 2 2 2
Aquadest 100 100 100 100
Keterangan
Blanko : Sediaan yang tidak mengandung ekstrak daun waru
Formula I : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 20%
Formula II : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 25%
Formula III : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 30%

3.5.3. Cara Pembuatan Hair Tonik

Adapun cara pembuatan hair tonik adalah sebagai berikut

1. Di timbang tween 80, natrium metabisulfit dan siapkan aquadest

2. Di larutkan tween 80 dalam aquadest, aduk hingga larut

3. Di timbang ekstrak kental daun waru. Larutkan ekstrak dalam larutan no.2

hingga larut sempurna

4. Di larutkan natrium matabisulfit dalam aquadest hingga larut. Campurkan

ke dalam larutan no.3 aduk homogen

5. Di timbang etanol metil paraben dan mentol

6. Di larutkan masing-masing metil paraben dan mentol dalam etanol hingga

larut. Kemudian campur dan aduk hingga homogen


32

7. Di timbang propilen glikol, kemudian tambahkan propilen glikol ke dalam

larutan no.6 sedikit demi sedikit dan aduk sampai homogen

8. Di tambahkan larutan no.5 kedalam larutan no.7 sedikit demi sedikit, aduk

sampai homogen

9. Di cukupkan volumenya dengan aquadest.

3.5.4. Evaluasi

a. Sifat-sifat fisik sediaan hair tonik

1. Pengamatan organoleptis

Sedian hair tonik diamati bau, dan warna selama penyimpanan

2. Pemeriksaan pH

Pemeriksaan pH dapat dilakukan dengan menggunakan indikator

universal atau pH meter. Tujuannya untuk mengetahui pH sediaan, alat

dan bahan yang digunakan adalah pH meter dan sediaan. Cara kerjanya

yaitu kalibrasi pH meter pada pH4-6 dan celupkan pHmeter kedalam

sediaan. Kemudian baca pH yang tertera. pH sediaan hair tonik

disesuaikan dengan pH kulit kepala, yaitu berkisar pH 4,5-6,5. Jika terlalu

asam maka akan menyebabkan iritasi kulit.

b. Uji stabilitas sediaan

Penyimpanan pada suhu kamar

Sampel disimpan pada suhu kamar selama 4 minggu, kemudian dilakukan

evaluasi fisik setiap hari.


33

3.5.5. Uji efektifitas pertumbuhan rambut

a. Persiapan hewan uji

Sebelum pengujian efektivitas pada marmut dilakukan, marmut yang akan

digunakan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 2 minggu, kemudian marmut

tersebut dibagi menjadi 5 kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri atas 3

ekor marmut. Rambut pada bagian punggung masing-masing marmut dicukur

dengan alat pencukur rambut dengan luas 2×2 cm2. Marmut diaklimatisasi selama

24 jam kemudian dioleskan bahan uji (26).

b. Cara perlakuan

Sediaan uji dioleskan ke punggung marmut satu kali sehari selama 3 minggu.

Kelompok 1 diolesi sediaan hair tonik yang tidak mengandung ekstrak daun waru

sebagai kontrol negatif, kelompok 2 diolesi sediaan hair tonik yang mengandung

ekstrak daun waru 20% (formula 1), kelompok 3 diolesi hair tonik yang

mengandung ekstrak daun waru 25% (formula 2), kelompok 4 diolesi hair tonic

diolesi hair tonik yang mengandung ekstrak daun waru 30% (formula 3).

Kelompok 5 diolesi hair tonik yang beredar dipasaran sebagai kontrol positif (26).

Tabel 3.2 kelompok perlakuan uji aktivitas pertumbuhan rambut marmut


Kelompok Jumlah marmut Perlakuan
Kontrol negatif 3 Dioleskan blanko yang tidak
mengandung ekstrak daun waru
F1 3 Dioleskan hair tonik yang
mengandung ekstrak daun waru 20%
F2 3 Dioleskan hair tonik ekstrak etanol
daun waru 25%
F3 3 Dioleskan hair tonik ekstrak daun
waru 30%
Kontrol positif 3 Dioleskan minoksidil
34

c. Penentuan panjang rambut

Pengamatan panjang rambut pada punggung dilakukan pada hari ke 7,14,21.

Sebanyak 10 rambut marmut terpanjang di ukur panjangnya dengan menggunakan

jangka sorong. Data rata-rata panjang rambut yang diperoleh diolah secara

statistik untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna antara daerah uji

dengan kontrol positif (26).

d. Pengukuran bobot rambut

Pengukuran bobot rambut juga dilakukan pada hari ke-21 dengan cara

mencukur rambut yang tumbuh pada daerah uji, kemudian ditimbang. Hasil yang

diperoleh dihitung secara statistik (26).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun waru (Hibiscus

tileaceus L.). Daun waru secara empiris berkhasiat untuk menyuburkan rambut.

Berat total daun segar yang digunakan adalah 4 kg yang menghasilkan 500 gram

serbuk simplisia serta berat ekstrak sebanyak 115 gram.

Kandungan yang terdapat didalam daun waru yang diduga memiliki

aktivitas merangsang pertumbuhan rambut adalah flavonoid, saponin dan

polifenol. Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

maserasi. Pemilihan metode maserasi yaitu karena senyawa flavonoid yang ingin

diambil tidak tahan panas, serta metode maserasi lebih murah dan lebih mudah

untuk dikerjakan.

Etanol dipilih karena bersifat universal yang mampu menarik semua jenis

zat aktif, baik bersifat polar, semi polar dan non polar sehingga senyawa-senyawa

aktif seperti flavonoid akan terlarut didalam pelarut etanol.

4.1. Determinasi Tumbuhan

Hasil determinasi daun waru (hibiscus tileaceus L.), yang telah dilakukan

Hebarium Medanense diLaboratorium Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Diperoleh hasil bahwa daun waru

yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tanaman waru dengan famili

malvaceae dengan spesies Hibiscus tileaceus L. dapat dilihat pada lampiran

35
36

4.2 Rendemen Ekstrak Kental

Hasil serbuk daun waru sebanyak 500 gram yang telah dimaserasi

menggunakan pelarut etanol 96%, diperoleh ekstrak kental sebanyak 115 gram

dan randemen sebesar 23% b/b. ekstrak yang diperoleh memiliki konsistensi

kental, berwarna coklat kehitaman, berbau khas daun waru.

berat ekstrak kental


𝑟𝑎𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 % = × 100%
berat simplisia

115 gram
= 500 gram × 100%

= 23%

4.3 Pengamatan organoleptis

Hasil pengamatan organoleptis dapat dilihat pada tabel dibawah. Gambar

dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 60.

Tabel 4.1 Pengamatan Organoleptis


Organoleptis
Sediaan Bentuk Warna Bau
F0 Cair Bening Khas Hair tonik
F1 Cair Coklat Kehitaman Khas Daun Waru
F2 Cair Coklat Kehitaman Khas Daun Waru
F3 Cair Coklat Kehitaman Khas Daun Waru
Keterangan :
F0 : Sediaan yang tidak mengandung ekstrak daun waru
F1 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru konsentrasi 20%
F2 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru konsentrasi 25%
F3 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru konsentrasi 30%

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sediaan hair tonik menunjukkan

bahwa ketiga formula memiliki bau khas daun waru, warna coklat kehitaman, dan

diketahui ketiga formula tidak mengalami perubahan selama penyimpanan selama

4 minggu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keempat formula hair tonik

stabil secara fisik pada penyimpanan suhu kamar. Kestabilan ini dipengaruhi oleh
37

penggunaan natrium metabisulfit sebagai antioksidan yang mampu mencegah

terjadinya oksidasi dari ekstrak daun waru (26).

4.4 Pemeriksaan pH

Data hasil pengukuran pH dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 56-59.

Tabel 4.2 Pemeriksaan pH


Ph
Sediaan 1 2 3 4
F0 7,0 7,0 7,1 7,0
F1 6,2 6,3 6,4 6,4
F2 6,1 6,3 6,2 6,4
F3 6,0 6,2 6,1 6,3
Keterangan :
F0 : sediaan yang tidak mengandung ekstrak daun waru
F1 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 20%
F2 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 25%
F3 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 30%

Pengukuran pH sediaan menggunakan pH meter digital. Pertama pH

meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan pH netral dan pH asam

kemudian dicuci dengan aquades, lalu dikeringkan dengan menggunakan tisu.

Pengukuran nilai pH sediaan hair tonik dilakukan dengan cara mencelupkan pH

meter pada sediaan yang sudah di larutkan menggunakan aquades, lalu ditunggu

beberapa saat hingga pH meter menunjukkan angka konstan.

Pemeriksaan pH merupakan salah satu parameter pengujian untuk

menentukan apakah sediaan tersebut masuk dalam rentang pH kulit atau tidak,

yaitu antara 3-7 (Depkes RI, 1995). Dimana pH dari sediaan yang digunaka-n

dapat mempengaruhi absorbsi pada kulit. Apabila pH sediaan terlalu asam, maka

dapat menyebabkan iritasi kulit. Dan apabila pH terlalu basa maka dapat

menyebabkan kulit bersisik (33).


38

4.5 Uji stabilitas sediaan hair tonik ekstrak daun waru

Pengujian stabilitas fisik sediaan dilakukan dengan menyimpan sampel

pada suhu kamar (25±2°C) selama 4 minggu.

Tabel 4.3 Hasil evaluasi stabilitas sediaan hair tonik


Pengamatan (minggu)
Formula 0 1 2 3 4
X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z
F0 - - - - - - - - - - - - - - -
F1 - - - - - - - - - - - - - - -
F2 - - - - - - - - - - - - - - -
F3 - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan :
x : Perubahan warna
y : Perubahan bau
z : Perubahan bentuk
- : Tidak ada perubahan
+ : Terjadi perubahan

Berdasarkan hasil pengamatan pengamatan sediaan hair tonik selama 4

minggu penyimpanan pada konsentrasi 20%, 25%,30% dan blanko menunjukkan

kondisi yang stabil karena tidak ada perubahan bentuk, bau, dan warna. Sediaan

tetap stabil dan terlindungi dari mikroba jamur yaitu karena penggunaan pengawet

metil paraben pada sediaan.


39

4.6 Uji aktivitas sediaan hair tonik ekstrak daun waru terhadap

pertumbuhan rambut

Uji aktivitas pertumbuhan rambut pada marmut dilakukan untuk

mengetahui efektivitas sediaan hair tonik daun waru dalam menumbuhkan

rambut. Uji aktivitas pertumbuhan rambut diukur berdasarkan hasil uji rata-rata

panjang rambut, data dapat dilihat pada lampiran 11 no 65-66 . Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui efek dari masing-masing konsentrasi ekstrak yang

ditambahkan pada sediaan dalam mempercepat pertumbuhan rambut pada

marmut. Langkah awal untuk pengujian pertumbuhan rambut pada rambut

marmut adalah dengan mencukur rambut yang terdapat pada punggung marmut

dengan menggunakan gunting dan pencukur rambut. Pencukuran ini dilakukan

dengan tujuan agar akar rambut tetap dipertahankan dan bisa tumbuh secara

normal (34).

Hasil pengukuran panjang rambut yang didapat kemuadian dihitung rata-

rata panjang rambut pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.4 Hasil Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Pada Rambut Marmut
Rata-rata panjang rambut (mm) (SD)
Kelompok
Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke 21
F0 5,4733 ± 0,1159 8,2700 ± 0,0200 12,0600 ± 0,2523
F1 6,4367 ± 0,1767 8,6767 ± 0,1401 14,1167 ± 0,0901
F2 6,4467 ± 0,1193 9,1433 ± 0,4186 14,9433 ± 0,9433
F3 7,4500 ± 0,0755 11,3600 ± 0,0818 17,2633 ± 0,2633
Kontrol positif 7.6433 ± 0,1193 13,8300 ± 0,8660 18,2000 ± 0,2751
Keterangan :
F0 : sediaan yang tidak mengandung ekstrak daun waru
F1 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 20%
F2 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 25%
F3 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 30%
Kontrol positif : sediaan yang mengandung minoksidil 2%
40

20
Rata-Rata Panjang Rambut Marmut 18
16
14 Ket :
12 F0
(mm)

10 F1
8 F2
6 F3
4 F4
2
0
7 14 21
HARI

Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Panjang Rambut Marmut


Keterangan :

1. Dari pengamatan tukey HSD hasil setelah pengukuran panjang rambut


pada hari ke-7 didapatkan :
a. F0 dan F1 memiliki perbedaan yang signifikan <α 0,05
b. F1 dan F2 tidak memiliki perbedaan yang signifikan >α0,05
c. F3 dan kontrol positif tidak memiliki perbedaan yang signifikan >α
0,05
2. Dari hasil pengamatan tukey HSD didapatkan hasil setelah pengukuran
panjang rambut pada hari ke-14 didapatkan :
a. F0, F1 dan F2 tidak memiliki perbedaan yang signifikan >α 0,05
b. F3 memiliki perbedaan yang signifikan <α0,05 dari F0, F1, F2 dan
kontrol positif
c. Kontrol positif memiliki perbedaan yang signifikan <α0,05 dari F0, F1,
F2 dan F3.
3. Dari hasil pengamatan tukey HSD didapatkan hasil setelah pengukuran
panjang rambut pada hari ke—21, terdapat perbedaan yang signifikan
<α0,05 antara semua kelompok perlakuan.

Pengamatan juga dilakukan terhadap bobot rambut pada hari ke-21.

Rambut pada setiap daerah uji masing-masing perlakuan dicukur kemudian

ditimbang bobotnya. Parameter bobot rambut ini digunakan untuk melihat


41

pengaruh sediaan tonik ekstrak daun waru terhadap pertumbuhan rambut marmut.

Hasil pengukuran bobot rambut dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.5 hasil rata-rata bobot rambut marmut hari ke-21


Kelompok Bobot rambut marmut (gram) ± SD
F0 0,1061 ± 0,0019
F1 0,1107 ± 0,0023
F2 0,1233 ± 0,0076
F3 0,1450 ± 0,0004
Kontrol positif 0,1514 ± 0,0017
Keterangan :
F0 : sediaan yang tidak mengandung ekstrak daun waru
F1 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 20%
F2 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 25%
F3 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 30%
Kontrol positif: sediaan yang mengandung minoksidil 2%

Untuk melihat adanya perbedaan bobot rambut dapat diketahui dengan

cara perhitungan secara statistik. Berdasarkan perhitungan secara statistik

diketahui bahwa data terdistribusi secara normal dan homogen. Dilanjutkan uji

statistik dengan uji anova. Hasil uji menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan(p<0,05) antar kelompok perlakukan. Hal tersebut menunjukkan daun

waru memilki aktivitas terhadap kelebatan rambut.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstrak daun waru (Hibiscus tileaceus L.) dapat di formulasikan dalam

bentuk sediaan hair tonik yang stabil pada penyimpanan.

2. Ekstrak daun waru (Hibiscus tileaceus L.) pada konsentrasi 20%, 25%,

30% dapat memicu pertumbuhan rambut marmut, namun konsentrasi yang

paling efektif dalam mempercepat pertumbuhan rambut marmut adalah

30%.

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya :

1. Ekstrak daun waru dibuat dalam bentuk sediaan lain seperti masker

rambut.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Said H. Panduan Merawat Rambut. 1st ed. K. Shinta, editor. Wisma hijau
Jl. Raya Bogor Km. 30 mekarsari Cimanggis, Depok: Penebar Plus; 2009.
122 p.
2. Nurjanah, Krisnawati M. Pengaruh Hair Tonic Lidah Mertua (Sanseviera
Trifasciata Prain) dan Seledri (Apium Graveolens Linn)” Untuk
Mengurangi Rambut Rontok. Univ Negeri Semarang. 2014;3(1):1–7.
3. Maulana awal irfan, Moerfiah, Noorlela E. Uji Formulasi Ekstrak Daun
Randu (Ceiba petandra L.Gaertn) Sebagai Tonik Pertumbuhan Rambut
Pada Kelinci New Zealand White. Univ Pangkuan Bogor. 2007;
4. Kuncari SE, Iskandarsyah, Praptiwi. Uji Iritasi dan Aktivitas Pertumbuhan
Rambut Tikus Putih : Efek Sediaan Gel Apigenin dan Perasan Herba
Seledri. Fak Farm Univ Indones Depok Pus Penelit Biol Lemb Ilmu
Pengetah Indones Jl Raya Jakarta-Bogor. 2015;25(1):15–22.
5. Jafar G, Adiyati I, Kartanegara FFR. Pengembangan Formula dan
Karakterisasi Nanoemulsi Ekstrak Kombinasi Daun Teh dan Mangkokan
Yang Diinkorporasikan ke Dalam Spray Sebagai Penumbuh Rambut. Sekol
Tinggi Farm Bandung. 2017;04(oktober):155–66.
6. Arifin NS, Pratiwi D, Setiawan AA. Studi in silico Senyawa Flavonoid
Dari Ekstrak Kacang Panjang (Vigna sinensisL.) Sebagai Penumbuh
Rambut Dengan Reseptor Androgen. Sekol Tinggi Farm Muhammadiyah
Tangerang. 2017;V(3):31–7.
7. Umborowati MA, Rahmadewi. Rambut Rontok Akibat Lingkungan dan
Kosmetik ( Environment and Cosmetic Induced Hair Loss ).
2012;24(1):35–42.
8. Jubaidah S, Indriani R, Sa’adah H, Wijaya H. Formulasi dan Uji
Pertumbuhan Rambut Kelinci Dari Sediaan Hair Tonic Kombinasi Ekstrak
Daun Seledri (Apium graveolens Linn) Dan Daun Mangkokan (Polyscias
scutellaria (Burm.f.) Fosberg). Akad Farm Samarinda. 2018;4(1):8–14.
9. Aini Q. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan Dari Sediaan
Hair Tonic Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Mangkokan
(Nothopanax scutellarium L.). Dinas Kesehat Provinsi Lampung.
2017;6(2):46–55.
10. Rusdiana I, Maspiyah. Pengaruh Proporsi Ekstrak Lidah Buaya (Aloe
Vera) Dan Madu Sebagai Bahan Aktif Hair Tonic. Univ Negeri Surabaya.
2018;07:113–20.
11. Diana W, Wahini M. Penggunaan Ekstrak Buah Alpukat dan Madu Sebagai
Bahan Aktif Hair Tonic Untuk Rambut Rontok. Univ Negeri Surabaya.
2014;03:226–35.
12. Mirawati. Formulasi Shampo Krim Cair Dari Kombinasi Ekstrak Daun
Waru (Hibiscus tiliaceus L.) Dan Sari Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia
Swingle.). Falkutas Farm Univ Muslim Indones. 2012;04(01):98–111.
13. Molantang M, Fatimawali, Supriati SH. Formulasi dan Uji Efektivitas
Sediaan Sirup Ekstrak Etanol Daun Waru ( Hibiscus tiliaceus L .) Sebagai
Antipiretik Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi

43
44

dengan Vaksin DPT. Progr Stud Farm FMIPA UNSRAT Manad.


2014;3(4):53–7.
14. Sayuti AN, Winarso A, Lestari T. Formulasi Gel dan Mikroemulsi
Penumbuh Rambut Kombinasi Ekstrak Ethanol Daun Waru (Hibiscus
tiliaceus L) dan Buah Asam (Tamarindus indica L.). Kementrian
Kesehatan, Politek Kesehat Surakarta, Jur Jamu. 2015;4(kementrian
kesehatan, politeknik kesehatan surakarta, jurusan jamu):121–9.
15. Febriani A, Elya B, Mahdi J. Uji Aktivitas dan Keamanan Hair Tonic
Ekstrak Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Pada Pertumbuhan
Rambut Kelinci. 2016;8 No 1(November 2017).
16. Desy I. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih, Stabilitas Fisik dan
Keamanan Dari Sediaan Gel Ekstrak Daun Waru (Hibiscus tiliaceus Linn.).
2011.
17. Hut s. S, Hendrati LR. Perbanyakan Vegetatif Dan Penanaman Waru
(Hibiscus tiliaceus) Untuk Kerajinan Dan Obat. Na’iem M, Mahfudz,
Prabawa BS, editors. DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA
KEHUTANAN, jakarta; 2014. 24 p.
18. Al Jami Hamdan Ahmad. Skrining Senyawa Antimitosis Ekstrak Daun
Waru (Hibiscus tiliaceus L.) Berdasarkan Penghambatan Pembelahan Sel
Telur Bulu Babi. 2010.
19. Ismayenti monika putri. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Waru
(Hibiscus Tiliaceus) Sebagai Penumbuh Rambut Kelinci Jantan
(Oryctolagus Cuniculus) Dan Implementasinya Pada Pembelajaran Ipa
Biologi Smp Kelas VIII [Internet]. Universitas Bengkulu; 2014. Available
from: http://repository.unib.ac.id/8380/
20. Fitri R. Formula Ransum Pakan Ternak Dengan Pemanfaatan Pakan
Fermentasi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Terhadap Pertambahan
Bobot Badan Marmut (Marmuta). Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung; 2017.
21. Rusmiati. Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Aktivitas Antimikroba
Ekstrak Metanol Daun Mimba (Azadirachta indica Juss). Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar; 2010.
22. Gea BE. Formulasi Pewarna Rambut Dari Bunga Rosella (hibiscus
sabdariffa L.). Institut Kesehatan Helvetia Medan; 2015.
23. Aprilia Titin. Uji Picu Pertumbuhan Rambut Kelinci Dengan Ekstrak
Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) [Internet].
2017. Available from: http://www.albayan.ae
24. Tambunan N sufiani. Formulasi Sediaan Pewarna Rambut Dari Serbuk Biji
Pepaya (Carica papaya L.). Institut Kesehatan Helvetia Medan; 2013.
25. Sari DK, Wibowo A. Perawatan Herbal Pada Rambut Rontok. Univ
Lampung. 2016;5(5):129–34.
26. Priskila V. Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Tikus Putih Jantan dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Air
Bonggol Pisang Kepok (Musa balbisiana). Universitas Indonesia. 2012.
27. Nusmara GK. Uji Stabilitas Fisik Dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut
45

Tikus Putih Dari Sediaan Hair Tonic Yang Mengandung Ekstrak Etanol
Daun Pare (Momordica charantia). Fmipa Ui. 2012.
28. Tranggono ISR, Latifah F. Buku Pegangan Dasar Kosmetologi. edisi 2.
Djajadisastra J, Adimukti P, editors. on 2013 Gramedia Pustaka Utama;
2014. 244 p.
29. Yuliana N. Pengaruh Penggunaan Seledri (Apium Graveolens Linn)
Sebagai Hair Tonic Untuk Perawatan Rambut Rontok. Univ Negeri
Padang. 2018;(September):14.
30. Nurhasanah S, Santoso H. Identifikasi Nemamoda Parasit Pada Saluran
Pencernaan Marmut (Cavia cobaya) Sebagai Sumber Belajar Biologi Pada
Materi Invetebrata. Pendidik Bioligi FKIP Univ Muhammadiyah Metro.
2017;5(1).
31. Lusiana K, Soetjipto H, Hastuti dewi k. A. Aktivitas Antibakteri Dan
Kandungan Fitokimia Ekstrak Daun Waru Lengis (Hibiscus tiliaceus L.)
Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Sampo. Progr Stud Kim Fak Sains dan
Mat Univ Kristen Satya Wacana, Salatiga, Indones. 2013;(April):631–8.
32. Ayukawa T. United States Patent. 1985;(19):65.
33. Sona FR. Formulasi Hair Tonic Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera(L.)
Burm.f.) dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Pada Tikus Putih Jantan.
2018;94.
34. Sari U, Indonesia M. Penggunaan Daun Kelor ( Moringao oleifera) Sebagai
Sediaan Hair Tonic. 2009;1–9.
46

Lampiran 1. Foto Proses Maserasi Dan Ekstraksi

a. Daun waru

b. Daun waru yang sudah dikeringkan


47

Lampiran 1. Lanjutan Foto Proses Maserasi Dan Ekstraksi

c. Proses penghalusan simplisia

d. serbuk daun waru


48

Lampiran 1. Lanjutan Foto Proses Maserasi Dan Ekstraksi

e. maserasi

f. proses penyaringan
49

Lampiran 1. Lanjutan Foto Proses Maserasi Dan Ekstraksi

g. Rotary Vacum Evaporator

h. ekstrak daun waru


50

lampiran 2. Gambar Hasil Uji pH


a. Minggu ke-1

blanko

(F0)

20 %

(F1)
51

lampiran 2.LANJUTAN GAMBAR HASIL UJI pH

25%

(F2)

30%

(F3)
52

Lampiran 2. Gambar Lanjutan Hasil Pengukuran pH


b. Minggu ke-4

blanko

(F0)

20 %

(F1)
53

lampiran 2. Lanjutan Gambar Hasil Pengukuran pH

25%

(F2)

30%

(F3)
54

Lampiran 3. Gambar Sediaan

a. Gambar sediaan hair tonik

b. Gambar kemasan sediaan tonik


55

Lampiran 4. Foto Hasil Pencukuran Rambut Marmut

Blanko

Formula 1 (20%)

Formula 2 (25%)

Formula 3 (30%)

Kontrol positif
56

Lampiran 4. Foto Hasil Pertumbuhan Rambut Marmut Hari Ke-7 Setelah


Penggunaan Hair Tonik

Blanko

Formula 1 (20%)

Formula 2 (25%)

Formula 3 (30%)

(kontrol positif)
57

Lampiran 4. Foto Hasil Pertumbuhan Rambut Hari Ke-14 Setelah Penggunaan


Tonik

Blanko

Formula 1 (20%)

Formula 2 (25%)

Formula 3 (30%)

kontrol positif
58

Lampiran 4. Foto Hasil Pertumbuhan Rambut Marmut Hari Ke 21 Setelah


Penggunaan Tonik

Blanko

Formula 1 (20%)

Formula 2 (25%)

Formula 3 (30%)

kontrol positif
59

Lampiran 5. Foto Pengukuran Panjang Rambut Marmut Menggunakan Jangka


Sorong

Jangka sorong

Foto pengukuran rambut marmut menggunakan jangka sorong


60

Lampiran 6. Foto Penimbangan Bobot Rambut Marmut Hari Ke-21

Timbangan analitik

gambar penimbangan rambut marmut


61

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Panjang Rambut Marmut Pada Saat Dicukur

Panjang rambut (mm)


Kelompok Helaian
Marmut 1 Marmut 2 Marmut 3
1 22,9 23,0 23,2
2 22,5 22,6 23,0
3 22,3 22,9 22,2
4 21,7 21,2 22,4
5 21,4 20,1 21,1
6 21,5 20,9 21,7
F0
7 20,2 21,8 22,6
8 20,8 21,5 20,0
9 20,5 20,6 21,0
10 22,6 23,1 20,7
Jumlah 216,4 217,7 217,9
Rata-rata 21,64 21,77 21,79
1 22,0 21,0 22,1
2 20,2 21,3 22,2
3 20,4 21,5 20,7
4 20,6 20,0 20,9
5 22,3 21,2 20,0
6 20,5 20,8 21,7
F1
7 21,7 20,9 21,2
8 21,3 21,1 20,5
9 21,6 21,7 21,5
10 21,0 20,5 20,7
Jumlah 211,6 210,1 211,5
Rata-rata 21,16 21,01 21,15
1 23,0 23,0 23,2
2 22,8 22,7 23,5
3 20,0 22,2 23,1
4 20,3 21,1 22,6
5 23,1 20,4 21,6
6 20,7 22,9 21,7
F2 7 22,6 23,2 21,3
8 21,4 23,4 21,5
9 21,8 22,6 22,8
10 22,0 20,9 21,9
Jumlah 217,7 222,4 223,2
Rata-rata 21,77 22,24 22,32
62

Lampiran 7.Lanjutan Hasil Pengukuran Panjang Rambut Marmut Pada Saat


Dicukur

F3 1 24,1 25,3 25,0


2 24,3 23,3 25,2
3 24,7 25,0 24,9
4 23,2 23,8 24,5
5 25,2 23,6 24,2
6 23,5 24,5 23,6
7 23,0 23,4 23,2
8 24,0 23,9 23,1
9 23,8 24,0 24,0
10 24,6 24,3 23,1
Jumlah 240,4 241,1 241,2
Rata-rata 24,04 24,11 24,12
Kontrol 1 22,4 22,5 23,0
Positif 2 23,8 22,7 23,9
3 23,5 22,5 23,7
4 23,1 22,9 23,5
5 23,0 22,6 22,9
6 23,3 23,0 22,2
7 23,6 23,1 22,4
8 22,9 22,0 22,5
9 22,8 22,3 23,9
10 22,8 22,2 23,1
Jumlah 231,2 225,8 231,1
Rata-rata 23,12 22,58 23,11
Keterangan :
F0 : sediaan yang tidak mengandung ekstrak daun waru
F1 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 20%
F2 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 25%
F3 : sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 30%
Kontrol positif : sediaan yang mengandung minoksidil 2%
63

Lampiran 7.Lanjutan Pengukuran Panjang Marmut Hari Ke-7 Setelah Pemakaian


Hair Tonik

Panjang rambut (mm)


Kelompok Helaian
Marmut 1 Marmut 2 Marmut 3
F0 1 5,9 5,1 5,0
2 5,2 5,3 5,9
3 5,5 5,5 5,8
4 5,3 6,0 5,9
5 5,7 5,9 5,6
6 6,0 5,0 5,5
7 5,8 5,2 6,0
8 5,4 5,3 5,3
9 5,5 5,0 5,1
10 5,2 5,1 5,2
Jumlah 55,5 53,4 55,3
Rata-rata 5,55 5,34 5,53
F1 1 6,0 6,2 6,0
2 6,8 6,2 6,1
3 6,9 6,6 6,8
4 6,2 6,4 6,7
5 6,5 6,1 6,0
6 6,9 6,0 6,1
7 6,0 6,0 7,0
8 6,2 6,5 6,5
9 6,5 6,7 6,2
10 6,6 6,5 6,1
Jumlah 64,6 63,2 63,5
Rata-rata 6,64 6,32 6,35
F2 1 6,1 6,0 6,0
2 6,5 6,2 6,0
3 6,9 6,3 6,0
4 6,2 6,5 6,0
5 6,3 6,4 6,7
6 6,8 7,0 6,5
7 7,0 6,9 7,0
8 7,0 6,5 6,1
9 6,9 6,2 6,2
10 6,1 6,1 6,4
Jumlah 65,8 64,1 63,5
Rata-rata 6,58 6,41 6,35
64

Lampiran 7. Pengukuran Panjang Marmut Hari ke-7 setelah pemakaian hair


tonik

F3 1 8,0 7,9 7,8


2 7,9 8,0 7,5
3 7,5 8,2 8,0
4 8,4 8,4 8,2
5 7,5 7,8 8,3
6 7,2 7,4 7,2
7 7,1 7,8 7,0
8 7,5 8,0 7,5
9 7,5 7,2 7,1
10 7,0 7,1 7,3
Jumlah 68,6 70,7 69,8
Rata-rata 6,86 7,07 6,98
Kontrol 1 8,6 8,5 8,0
Positif 2 8,9 9,0 8,5
3 8,3 8,8 8,3
4 9,1 8,6 8,2
5 8,9 8,6 8,9
6 8,8 8,5 8,8
7 8,5 8,4 8,6
8 9,0 8,9 8,5
9 9,0 8,8 8,6
10 8,6 8,6 9,0
Jumlah 88,2 86,7 85,4
Rata-rata 8,82 8,67 8,54
Keterangan :
F0 : sediaan yang tidak mengandung ekstrak daun waru
F1 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 20%
F2 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 25%
F3 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 30%
Kontrol positif : sediaan yang mengandung minoksidil 2%
65

Lampiran 7. Pengukuran Panjang Marmut Hari ke-14 setelah pemakaian hair


tonik

Panjang rambut (mm)


Kelompok Helaian
Marmut 1 Marmut 2 Marmut 3
F0 1 8,1 7,9 8,0
2 8,3 8,0 7,9
3 8,5 8,2 8,5
4 8,0 8,2 8,2
5 8,5 8,6 8,0
6 8,8 8,5 8,5
7 8,5 8,0 8,6
8 8,0 8,2 8,8
9 8,2 8,8 8,2
10 8,0 8,1 8,0
Jumlah 82,9 82,5 82,7
Rata-rata 8,29 8,25 8,27
F1 1 8,6 8,5 8,0
2 8,9 9,0 8,5
3 8,3 8,8 8,3
4 9,1 8,6 8,2
5 8,9 8,6 8,9
6 8,8 8,5 8,8
7 8,5 8,4 8,6
8 9,0 8,9 8,5
9 9,0 8,8 8,6
10 8,6 8,6 9,0
Jumlah 88,2 86,7 85,4
Rata-rata 8,82 8,67 8,54
F2 1 9,5 9,9 9,0
2 9,3 9,5 9,2
3 9,5 9,5 9,2
4 9,2 9,2 9,7
5 9,9 9,3 9,1
6 9,9 9,2 9,6
7 9,8 9,1 9,0
8 9,6 9,0 9,7
9 9,5 9,6 9,5
10 9,3 9,6 9,8
Jumlah 85,6 93,9 93,8
Rata-rata 8,66 9,39 9,38
66

Lampiran 7. Pengukuran Panjang Marmut Hari ke-14 setelah pemakaian hair


tonik

F3 1 14,5 14,2 15,2


2 14,6 14,5 15,5
3 15,5 14,8 14,0
4 15,1 14,6 14,2
5 14,4 15,0 14,7
6 14,5 15,0 14,8
7 15,2 14,8 14,5
8 15,0 15,1 15,0
9 14,5 15,5 14,8
10 15,0 14,8 14,9
Jumlah 133,2 148,3 133,4
Rata-rata 13,32 14,83 13,34
Kontrol 1 17,1 16,9 16,8
Positif 2 17,2 17,0 17,0
3 17,9 17,5 17,5
4 16,9 17,4 17,2
5 17,2 17,5 17,0
6 17,3 17,0 17,5
7 17,5 18,0 17,4
8 17,9 18,2 17,9
9 18,0 17,2 17,8
10 17,0 17,1 18,0
Jumlah 174 173,8 174,1
Rata-rata 17,0 17,38 17,41
Keterangan :
F0 : sediaan yang tidak mengandung ekstrak daun waru
F1 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 20%
F2 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 25%
F3 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 30%
Kontrol positif: sediaan yang mengandung minoksidil 2%
67

Lampiran 7. Pengukuran Panjang Marmut Hari ke-21 setelah pemakaian hair


tonik

Panjang rambut (mm)


Kelompok Helaian
Marmut 1 Marmut 2 Marmut 3
F0 1 12,3 12,4 11,9
2 11,9 12,0 12,3
3 12,6 11,3 12,2
4 12,5 11,8 12,3
5 12,1 11,9 11,9
6 12,0 11,2 11,8
7 12,9 12,1 11,5
8 12,6 12,0 11,7
9 12,3 12,4 12,4
10 12,1 11,2 12,2
Jumlah 123,3 118,3 120,2
Rata-rata 12,33 11,83 12,02
F1 1 13,5 14,0 14,3
2 13,7 14,3 14,1
3 14,0 14,5 14,0
4 14,2 13,9 13,9
5 14,0 13,8 13,8
6 13,1 13,6 13,9
7 13,9 14,8 13,6
8 14,7 14,0 14,6
9 14,9 14,7 14,7
10 14,3 14,5 14,2
Jumlah 140,3 142,1 141,1
Rata-rata 14,03 14,21 14,11
F2 1 14,6 14,5 14,2
2 15,3 14,0 15,5
3 15,8 14,7 15,0
4 15,5 14,5 14,2
5 15,6 15,3 15,3
6 15,2 15,5 14,5
7 15,0 15,7 15,7
8 14,9 15,0 14,4
9 14,8 15,0 14,2
10 14,5 14,7 15,2
Jumlah 151,2 148,9 148,2
Rata-rata 15,12 14,89 14,82
68

Lampiran 7. Pengukuran Panjang Marmut Hari ke-21 setelah pemakaian hair


tonik

F3 1 18,3 18,4 18,2


2 17,4 18,5 18,5
3 18,0 18,9 19,0
4 17,6 18,8 19,0
5 18,8 18,6 18,0
6 18,7 17,8 18,3
7 18,0 18,0 18,2
8 17,7 17,6 18,8
9 17,6 17,5 18,1
10 17,4 18,0 18,6
Jumlah 179,2 182,1 184,7
Rata-rata 17,92 18,21 18,47
Kontrol 1 19,4 19,5 20,0
Positif 2 19,5 19,3 20,2
3 20,5 19,2 19,5
4 19,3 19,5 19,2
5 20,4 19,2 19,5
6 20,3 20,1 20,1
7 19,7 20,0 20,7
8 19,4 20,5 20,2
9 20,1 20,2 20,0
10 20,0 19,2 19,3
Jumlah 198,6 196,7 198,7
Rata-rata 19,86 19,67 19,87
Keterangan :
F0 : sediaan yang tidak mengandung ekstrak daun waru
F1 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 20%
F2 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 25%
F3 : Sediaan yang mengandung ekstrak daun waru 30%
Kontrol positif: sediaan yang mengandung minoksidil 2%
69

Lampiran 8. Tabel data statistik

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

panjang rambut panjang rambut panjang


hari ke-7 hari ke-14 rambut hari
ke-21

N 15 15 15
Mean 6.6900 10.2560 15.3167
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .82063 2.18617 2.28839
Absolute .196 .254 .169
Most Extreme Differences Positive .124 .254 .134
Negative -.196 -.179 -.169
Kolmogorov-Smirnov Z .760 .984 .655
Asymp. Sig. (2-tailed) .610 .288 .785

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

panjang rambut hari F0 3 5.4733 .11590 .06692


ke-7 F1 3 6.4367 .17673 .10203

F2 3 6.4467 .11930 .06888

F3 3 7.4500 .07550 .04359

KONTROL POSITIF 3 7.6433 .11930 .06888

Total 15 6.6900 .82063 .21188


panjang rambut hari F0 3 8.2700 .02000 .01155
ke-14 F1 3 8.6767 .14012 .08090
F2 3 9.1433 .41861 .24168
F3 3 11.3600 .08185 .04726
KONTROL POSITIF 3 13.8300 .86608 .50003
Total 15 10.2560 2.18617 .56447
panjang rambut hari F0 3 12.0600 .25239 .14572
ke-21 F1 3 14.1167 .09018 .05207
F2 3 14.9433 .15695 .09062
F3 3 17.2633 .22855 .13195
KONTROL POSITIF 3 18.2000 .27514 .15885
Total 15 15.3167 2.28839 .59086
70

Lampiran 8. Lanjutan Tabel data statistik


descriptives
95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum

5.1854 5.7613 5.34 5.55


5.9976 6.8757 6.32 6.64
6.1503 6.7430 6.35 6.58
7.2625 7.6375 7.37 7.52
7.3470 7.9397 7.56 7.78
6.2356 7.1444 5.34 7.78
8.2203 8.3197 8.25 8.29
8.3286 9.0247 8.54 8.82
8.1035 10.1832 8.66 9.39
11.1567 11.5633 11.29 11.45
11.6785 15.9815 13.32 14.83
9.0453 11.4667 8.25 14.83
11.4330 12.6870 11.83 12.33
13.8926 14.3407 14.03 14.21
14.5534 15.3332 14.82 15.12
16.6956 17.8311 17.00 17.41
17.5165 18.8835 17.92 18.47
14.0494 16.5839 11.83 18.47

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

panjang rambut hari ke-7 1.179 4 10 .377


panjang rambut hari ke-14 9.965 4 10 .002
panjang rambut hari ke-21 .850 4 10 .525
71

Lampiran 8. lanjutan Tabel data statistik


ANOVA
Sum of df Mean F S
Squares Square i
g
.
.
0
Between Groups 9.270 4 2.318 146.993
panjang rambut hari 0
ke-7 0
Within Groups .158 10 .016
Total 9.428 14
.
0
Between Groups 65.006 4 16.252 85.349
panjang rambut hari 0
ke-14 0
Within Groups 1.904 10 .190
Total 66.911 14
.
0
Between Groups 72.865 4 18.216 405.889
panjang rambut hari 0
ke-21 0
Within Groups .449 10 .045
Total 73.314 14

Multiple comparisons
Mean
Difference (I- Std.
Dependent Variable (I) panjang rambut (J) panjang rambut J) Error

panjang rambut hari ke-7 F0 F1 -.96333* .10252

F2 -.97333* .10252

F3 -1.97667* .10252

KONTROL POSITIF -2.17000* .10252

F1 F0 .96333* .10252

F2 -.01000 .10252

F3 -1.01333* .10252

KONTROL POSITIF -1.20667* .10252

F2 F0 .97333* .10252

F1 .01000 .10252

F3 -1.00333* .10252

KONTROL POSITIF -1.19667* .10252

F3 F0 1.97667* .10252
72

Lampiran 8. Lanjutan Tabel data statistik


F1 1.01333* .10252
F2 1.00333* .10252
KONTROL POSITIF -.19333 .10252
KONTROL F0 2.17000* .10252
POSITIF F1 1.20667* .10252
F2 1.19667* .10252
F3 .19333 .10252
panjang rambut hari ke- F0 F1 -.40667 .35629
14 F2 -.87333 .35629
F3 -3.09000* .35629
KONTROL POSITIF -5.56000* .35629
F1 F0 .40667 .35629
F2 -.46667 .35629
F3 -2.68333* .35629
KONTROL POSITIF -5.15333* .35629
F2 F0 .87333 .35629
F1 .46667 .35629
F3 -2.21667* .35629
KONTROL POSITIF -4.68667* .35629
F3 F0 3.09000* .35629
F1 2.68333* .35629
F2 2.21667* .35629
KONTROL POSITIF -2.47000* .35629
KONTROL F0 5.56000* .35629
POSITIF F1 5.15333* .35629
F2 4.68667* .35629
F3 2.47000* .35629
panjang rambut hari ke- F0 F1 -2.05667* .17297
21 F2 -2.88333* .17297
F3 -5.20333* .17297
KONTROL POSITIF -6.14000* .17297
F1 F0 2.05667* .17297
F2 -.82667* .17297
F3 -3.14667* .17297
KONTROL POSITIF -4.08333* .17297
F2 F0 2.88333* .17297
F1 .82667* .17297
F3 -2.32000* .17297
KONTROL POSITIF -3.25667* .17297
73

Lampiran 8. Lanjutan Tabel data statistik

95% Confidence Interval

Sig. Lower Bound Upper Bound

.000 -1.3007 -.6259


.000 -1.3107 -.6359
.000 -2.3141 -1.6393
.000 -2.5074 -1.8326
.000 .6259 1.3007
1.000 -.3474 .3274
.000 -1.3507 -.6759
.000 -1.5441 -.8693
.000 .6359 1.3107
1.000 -.3274 .3474
.000 -1.3407 -.6659
.000 -1.5341 -.8593
.000 1.6393 2.3141
.000 .6759 1.3507
.000 .6659 1.3407
.383 -.5307 .1441
.000 1.8326 2.5074
.000 .8693 1.5441
.000 .8593 1.5341
.383 -.1441 .5307
.782 -1.5792 .7659
.179 -2.0459 .2992
.000 -4.2626 -1.9174
.000 -6.7326 -4.3874
.782 -.7659 1.5792
.692 -1.6392 .7059
.000 -3.8559 -1.5108
.000 -6.3259 -3.9808
.179 -.2992 2.0459
.692 -.7059 1.6392
.001 -3.3892 -1.0441
.000 -5.8592 -3.5141
.000 1.9174 4.2626
.000 1.5108 3.8559
.001 1.0441 3.3892
.000 -3.6426 -1.2974
74

Lampiran 8. Lanjutan Tabel data statistik

.000 4.3874 6.7326


.000 3.9808 6.3259
.000 3.5141 5.8592
.000 1.2974 3.6426
.000 -2.6259 -1.4874
.000 -3.4526 -2.3141

Homogeneous Subsets
panjang rambut hari ke-7
Tukey HSD

panjang rambut N Subset for alpha = 0.05


1 2 3

F0 3 5.4733
F1 3 6.4367
F2 3 6.4467
F3 3 7.4500
KONTROL POSITIF 3 7.6433
Sig. 1.000 1.000 .383

panjang rambut hari ke-14


Tukey HSD

panjang rambut N Subset for alpha = 0.05


1 2 3

F0 3 8.2700
F1 3 8.6767
F2 3 9.1433
F3 3 11.3600
KONTROL POSITIF 3 13.8300
Sig. .179 1.000 1.000
75

Lampiran 8. Lanjutan Tabel data statistik

panjang rambut hari ke-21


Tukey HSD

panjang rambut N Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

F0 3 12.0600
F1 3 14.1167
F2 3 14.9433
F3 3 17.2633
KONTROL POSITIF 3 18.2000
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

HARI KE-21 15 .127347 .0189825 .1050 .1534

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

HARI KE-21

N 15
Mean .127347
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .0189825
Absolute .218
Most Extreme Differences Positive .217
Negative -.218
Kolmogorov-Smirnov Z .845
Asymp. Sig. (2-tailed) .472

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Test of Homogeneity of Variances

HARI KE-21

Levene Statistic df1 df2 Sig.

8.212 4 10 .003
76

Lampiran 8. Lanjutan Tabel data statistik

ANOVA

HARI KE-21

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .005 4 .001 86.726 .000

Within Groups .000 10 .000

Total .005 14

Multiple Comparisons
Tukey HSD

(I) BOBOT (J) BOBOT Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
RAMBUT RAMBUT Difference Lower Upper
(I-J) Bound Bound

F1 -.0046000 .0030697 .585 -.014703 .005503

F2 -.0171333* .0030697 .002 -.027236 -.007031


F0 F3 -.0388667* .0030697 .000 -.048969 -.028764

KONTROL
-.0453000* .0030697 .000 -.055403 -.035197
POSITIF
F0 .0046000 .0030697 .585 -.005503 .014703
F2 -.0125333* .0030697 .015 -.022636 -.002431
F1 F3 -.0342667* .0030697 .000 -.044369 -.024164
KONTROL
-.0407000* .0030697 .000 -.050803 -.030597
POSITIF
F0 .0171333* .0030697 .002 .007031 .027236
F1 .0125333* .0030697 .015 .002431 .022636
F2 F3 -.0217333* .0030697 .000 -.031836 -.011631
KONTROL
-.0281667* .0030697 .000 -.038269 -.018064
POSITIF
F0 .0388667* .0030697 .000 .028764 .048969
F1 .0342667* .0030697 .000 .024164 .044369
F3 F2 .0217333* .0030697 .000 .011631 .031836
KONTROL
-.0064333 .0030697 .293 -.016536 .003669
POSITIF
F0 .0453000* .0030697 .000 .035197 .055403

KONTROL F1 .0407000* .0030697 .000 .030597 .050803


POSITIF F2 .0281667* .0030697 .000 .018064 .038269

F3 .0064333 .0030697 .293 -.003669 .016536


77

Lampiran 8. Lanjutan Tabel data statistik

Homogeneous Subsets
HARI KE-21
Tukey HSD

BOBOT RAMBUT N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

F0 3 .106167
F1 3 .110767
F2 3 .123300
F3 3 .145033
KONTROL POSITIF 3 .151467
Sig. .585 1.000 .293

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
78

Lampiran 9. Permohonan pengajuan judul skripsi


79

Lampiran 10. Lembar konsultasi skripsi pembimbing I


80

Lampiran 11. Lembar konsultasi skripsi pembimbing II


81

Lampiran 12. Lembar persetujuan revisi skripsi


82

Lampiran 13. Permohonan izin penelitian


83

Lampiran 14. Surat keterangan telah selesai melakukan penelitian


84

Lampiran 15. Surat determinasi

Anda mungkin juga menyukai