Anda di halaman 1dari 75

FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL PEEL-OFF DARI EKSTRAK

DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam)


KOMBINASI MADU (Mel depuratum)

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

NETTA AGUSTINA TAMBUNAN


1601021028

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL PEEL-OFF DARI EKSTRAK
DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam)
KOMBINASI MADU (Mel depuratum)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi D3 Farmasi dan Memperoleh Gelar
Ahli Madya Farmasi
(Amd. Farm)

Disusun Oleh :

NETTA AGUSTINA TAMBUNAN


1601021028

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Telah diuji pada tanggal: (04 September 2019)

Panitia Penguji Karya Tulis Ilmiah

Ketua : Vivi Eulis Diana S.Si, M.EM, Apt


Anggota : 1. Evi Ekayanti Ginting, S.Farm., M.Si., Apt
2. Pricella Ginting, S.Farm., M.Si., Apt
RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. IDENTITAS DIRI
Nama : Netta Agustina Tambunan
Tempat/ Tanggal Lahir : Marihat Ulu/ 10 Agustus 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke- : 4 (empat) dari 5 (lima) bersaudara
Alamat : Dusun III K.Keri, Marihat Ulu, Kota
Pematangsiantar

B. IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah : Purnomo Tambunan
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Suhartini Damanik
Pekerjaan : PNS
Alamat : Dusun III K.Keri, Marihat Ulu, Kota
Pematangsiantar

C. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 2001 – 2007 : SD Negeri 091250 Marihat Ulu
2. Tahun 2007 – 2010 : SMP Negeri 8 Kota Pematangsiantar
3. Tahun 2010 – 2013 : SMK Negeri 1 Kota Pematangsiantar
4. Tahun 2016 – 2019 : Diploma III Farmasi Institut Kesehatan Helvetia
Medan
i
ABSTRAK

FORMULASI SEDIAAN MASKER GEL PEEL-OFF DARI EKSTRAK


DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam) KOMBINASI MADU (Mel
depuratum)

NETTA AGUSTINA TAMBUNAN


NIM. 1601021028

Masker gel peel-off merupakan masker yang praktis, setelah kering masker
tersebut dapat langsung diangkat atau dilepaskan tanpa menimbulkan rasa sakit.
Masker ini juga dapat mengembalikan kesegaran dan kelembutan kulit, bahkan
dengan pemakaian teratur dapat mengurangi kerutan halus pada kulit wajah.
Tanaman kelor mengandung antioksidan, terutama daunnya yang mengandung
flavonoid menyebabkan daun kelor dapat digunakan sebagai sumber bahan alami
antioksidan. Madu mengandung Vitamin C yang berkhasiat sebagai antioksidan
sehingga sering digunakan untuk kecantikan wajah dan kehalusan kulit. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera Lam)
kombinasi madu (Mel depuratum) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan
masker gel peel-off dengan konsentrasi 1%, 2% dan 3%.
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
maserasi dengan menggunakan etanol 70% kemudian dilanjutkan pada formulasi
sediaan masker gel peel-off dengan konsentrasi 1%, 2% dan 3%. Pengujian terhadap
sediaan yang dibuat meliputi uji organoleptis, pH, homogenitas, daya sebar, waktu
kering, iritasi, kesukaan dan uji determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan sediaan masker gel peel-off semua homogen,
uji organoleptis menunjukkan warna hijau tua dan harum aroma terapi. Uji pH
menunjukkan pH rata-rata 7,1 sampai 8,3. Uji daya sebar yang dihasilkan yaitu 5,4
sampai 6,3 cm. Hasil pengujian waktu mengering 15-25 menit. Uji iritasi pada
sukarelawan tidak menunjukkan adanya reaksi iritasi.
Kesimpulan dari hasil yang didapatkan bahwa ekstrak daun kelor dan madu
dapat diformulasikan dalam sediaan masker gel peel-off dengan variasi konsentrasi
1%, 2% dan 3%.
Kata Kunci: Daun kelor, Madu, Masker gel peel-off.

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “FORMULASI
SEDIAAN MASKER GEL PEEL-OFF DARI EKSTRAK DAUN KELOR
(Moringa oleifera Lam) KOMBINASI MADU (Mel depuratum)’’, yang disusun
sebagai salah satu syarat untuk pendidikan studi D3 Farmasi di Institut Kesehatan
Helvetia Medan.
Selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan teriam kasih kepada:
1. Dr. dr. Hj. Rajia Begum Suroyo, M.sc., M.Kes., selaku Pembina Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, SE., S.Kom., MM., M.Kes., selaku Ketua Yayasan Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
3. Dr. Ismail Effendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan.
4. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt., Selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
5. Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., Apt., selaku Ketua Program Studi D3
Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan
6. Vivi Eulis Diana, S.Si., M.EM., Apt., selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan waktu dan mengarahkan penulis dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Evi Ekayanti Ginting, S.Farm., M.Si., Apt., Selaku dosen penguji II yang
memberikan saran yang bermanfaat untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Pricella Ginting, S.Farm., M.Si., Apt., selaku penguji III yang memberikan saran
yang bermanfaat untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama pendidikan.
10. Orangtua dan keluarga besar yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan
serta doa dan materi kepada penulis.
11. Rekan-rekan mahasiswa D3 Farmasi semester VI dan rekan-rekan lainnya,
yang telah membantu dan mendukung penulis sampai karya tulis ilmiah ini
selesai.

iii
Penulis menyadari bahwa karya tulis lmiah penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2019


Penulis

NETTA AGUSTINA TAMBUNAN

iv
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
.....................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 3
1.3. Hipotesa ....................................................................................... 4
1.4. Tujuan penelitian ......................................................................... 4
1.5. Manfaat penelitian ....................................................................... 4
1.6. Kerangka Konsep......................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Deskripsi Tanaman ....................................................................... 6
2.1.1. Daun kelor (Moringa oleifera Lam) .................................... 6
2.1.2. Klasifikasi daun kelor .......................................................... 7
2.1.3. Manfaat daun kelor .............................................................. 7
2.1.4. Morfologi……………………............................................ . 8
2.1.5. Kandungan senyawa daun kelor…………………………. . 9
2.2. Madu ............................................................................................. 10
2.2.1. Manfaat madu ...................................................................... 10
2.2.2. Kandungan madu ................................................................. 11
2.3. Ekstraksi ........................................................................................ 11
2.3.1.Jenis-jenis ekstraksi ............................................................. 11
2.4. Uraian kulit .................................................................................... 13
2.4.1. Struktur kulit ........................................................................ 14
.............................................................................................
2.4.2. Fungsi kulit .......................................................................... 16
2.5. Kosmetik............................................................................... 17
2.5.1 Pengertian kosmetik ............................................................. 17
2.6 Masker ........................................................................................... 18
2.6.1. Masker Gel Peel-off ............................................................ 18
2.6.2. Fungsi masker ..................................................................... 18

v
2.7 Gel ................................................................................................. 19
2.8 Komponen masker ......................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Jenis penelitian ............................................................................... 22
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 22
3.2.1. Lokasi penelitian ................................................................. 22
3.2.2. Waktu penelitian ................................................................. 22
3.3.Sampel penelitian ........................................................................... 22
3.4. Alat dan Bahan .............................................................................. 22
3.4.1. Alat....................................................................................... 22
3.4.2. Bahan ................................................................................... 23
3.5. Prosedur kerja................................................................................ 23
3.5.1. Pengumpulan sampel ........................................................... 23
3.5.2. Pengelolaan sampel.............................................................. 23
3.5.3. Pembuatan ekstrak ............................................................... 23
3.6. Formula standar masker gel peel-off ............................................. 24
3.7. Kegunaan bahan Formulasi gel peel-off ........................................ 24
3.8. Perhitungan bahan ekstrak daun kelor .......................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil formula masker gel peel-off ................................................. 29
4.1.1. Hasil uji organoleptis .......................................................... 29
4.1.2. Pemeriksaan pH................................................................... 30
4.1.3. Uji homogenitas .................................................................. 30
4.1.4. Uji daya sebar ...................................................................... 30
4.1.5. Uji waktu sediaan mengering .............................................. 31
4.1.6. Uji iritasi.............................................................................. 31
4.1.7. Uji kesukaan ........................................................................ 32
4.1.8. Uji skrinning fitokimia ........................................................ 32
4.2. Pembahasan ................................................................................... 33
4.2.1. Uji organoleptis ................................................................... 33
4.2.2 Uji pH .................................................................................. 33
4.2.3. Uji homogenitas .................................................................. 34
4.2.4. Uji daya sebar ..................................................................... 34
4.2.5. Uji waktu sediaan mengering .............................................. 35
4.2.6. Uji iritasi.............................................................................. 35
4.2.7. Uji kesukaan ........................................................................ 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.................................................................................... 37
5.2. Saran .............................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1. Tanaman daun kelor .................................................................... 6
Gambar 2.2. Madu (Mel depuratum) .............................................................. 10
Gambar 2.3. Struktur Kulit Manusia ............................................................... 13

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 3.1. Formulasi sediaan Masker Gel Peel-Off ........................................ 26
Tabel 4.1. Pemeriksaan Organoleptis ............................................................. 29
Tabel 4.2. Data Pengukuran pH ...................................................................... 30
Tabel 4.3. Pemeriksaan Homogenitas ............................................................. 30
Tabel 4.4. Pemeriksaan Daya Sebar ................................................................ 30
Tabel 4.5. Data Pengujian Waktu Kering ....................................................... 31
Tabel 4.6. Data Pengujian Iritasi ..................................................................... 31
Tabel 4.7. Data Hasil Uji Kesukaan ................................................................ 32

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Perhitungan Bahan ..................................................................... 44
Lampiran 2. Alat dan Bahan .......................................................................... 48
Lampiran 3. Formulasi Sediaan Masker ....................................................... 49
Lampiran 4. Evaluasi Sediaan Masker ........................................................... 50
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian................................................................... 54
Lampiran 6. Surat Balasan Izin Penelitian ..................................................... 55
Lampiran 7. Surat Identifikasi Determinasi ................................................... 56
Lampiran 8. Surat Balasan Identifikasi Determinasi ..................................... 57
Lampiran 9. Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) .................................... 58
Lampiran 10. Berita Acara Seminar Proposal.................................................. 59
Lampiran 11. Berita Acara Seminar KTI ......................................................... 60

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dengan bertambahnya usia, kulit akan mengalami proses penuaan yang

disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar tubuh. Salah satu

faktor dari luar tubuh seperti paparan sinar matahari dapat merusak kulit.

Munculnya keriput, sisik, kering dan pecah-pecah merupakan tanda proses

perusakan kulit. Selain tampak kusam dan berkerut kulit menjadi tampak tua dan

muncul flek-flek hitam (1).

Kulit adalah organ tubuh yang merupakan permukaan luar organisme dan

membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar. Kulit berfungsi untuk

melindungi jaringan terhadap kerusakan kimia dan fisika, terutama kerusakan

mekanik dan terhadap masuknya mikroorganisme (2). Kulit secara alami dapat

mengalami penuaaan dini dan hal ini dapat disebabkan oleh sumber radikal bebas

yang berasal dari lingkungan seperti polusi udara, sinar matahari, gesekan mekanik,

suhu panas atau dingin dan reaksi oksidasi yang berlebihan yang dapat

menyebabkan reaksi oksidatif seperti kerusakan atau kematian sel (3).

Kosmetika berasal dari bahasa yunani “kosmetikos” yang berarti

keterampilan menghias, mengatur. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat Dan Makanan Republik Indonesia nomor 18tahun 2015 tentang persyaratan

Teknis Bahan Kosmetika. Kosmetika adalah setiap bahan atau sediaan dimasudkan

untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir,

dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut. Digunakan untuk

1
2

membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau

badan atau melindungi dan memelihara tubuh pada kondisi baik (4).

Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang ditujukan pada kulit

wajah, lebih baik bila dibuat dalam bentuk sediaan kosmetik topikal dibandingkan

oral. Salah satu bentuk sediaan kosmetik topikal adalah masker dalam bentuk gel,

seperti masker peel-off. Masker dalam bentuk gel mempunyai keuntungan yaitu

penggunaan yang mudah, serta untuk dibilas, dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga

diangkat atau dilepaskan seperti membran elastis (5).

Di Indonesia, kelor menjadi tanaman yang mudah dijumpai dan memiliki

harga yang sangat murah. Salah satu yang paling menonjol dari tanaman kelor

adalah antioksidan, terutama daunnya yang mengandung antioksidan tinggi. Dalam

penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa daun kelor mengandung vitamin C 7 kali

lebih besar daripada jeruk, vitamin A 10 kali lebih besar daripada wortel, kalsium

17 kali lebih besar dibanding susu, protein 9 kali lebih besar daripada yoghurt,

kalium 15 kali lebih besar daripada pisang dan besi 2 kali lebih besar daripada

bayam (6). Kandungan asam askorbat, ß-karoten, asam tocopherol, flavonoid,

fenolat, karotenoid, derivat asam hidroksinamit, dan flavonoid menyebabkan daun

kelor dapat digunakan sebagai sumber bahan alami antioksidan (7).

Madu umumnya memiliki rasa manis, nilai gizinya tinggi dan sangat

berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit. Madu banyak mengandung mineral,

natrium, kalsium, magnesium, alumunium, besi, fosfor dan kalium. Vitamin-

vitamin yang terdapat dalam madu adalah thiamin (B1), riboflavin (B2), asam

askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asam folat dan
3

vitamin K. Vitamin C yang terkandung dalam madu inilah yang berkhasiat sebagai

antioksidan sehingga penggunaan madu tidak hanya terbatas sebagai bahan pangan

tetapi dapat digunakan untuk tujuan lainnya. Sejak zaman dahulu madu telah

digunakan sebagai obat tradisional. Madu juga sering digunakan untuk kecantikan

wajah dan kehalusan kulit. Untuk perawatan tubuh madu dapat dibuat untuk

lotion,masker, sabun, sampo dan bahan untuk luluran (8).

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Uswatun Hasanah, dkk., bahwa

Formulasi Gel Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera Lam) Sebagai

Antioksidan telah diteliti bahwa mengandung senyawa antioksidan dengan potensi

aktivitas yang kuat. Ekstrak etanol daun kelor dengan konsentrasi 1%, 2% dan 3%

yang kemudian dievaluasi dan diuji aktivitas antioksidannya, hasil penelitian ini

disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kelor dapat diformulasi dalam sediaan gel

antioksidan dengan konsentrasi terbaik adalah 3% (9).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa penting untuk

melakukan penelitian dengan judul “Formulasi Sediaan Masker Gel Peel-Off dari

Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) kombinasi Madu (Mel depuratum)”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian yaitu:

Apakah ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera Lam) kombinasi madu (Mel

depuratum) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan masker gel peel-off?

1.3. Hipotesa Penelitian


4

Adapun hipotesa penelitian ini adalah diduga Ekstrak daun kelor (Moringa

Oleifera Lam) kombinasi madu (Mel depuratum) dapat diformulasikan sebagai

masker gel peel-off.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun kelor yang paling baik untuk

masker gel peel-off.

2. Untuk mengetahui apakah ekstrak daun kelor aman bagi kulit.

3. Untuk mengetahui konsentrasi mana yang paling disukai sukarelawan.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan serta keterampilan dalam pembuatan

masker gel peel-off dan mengetahui hasil evaluasi pembuatan masker gel

peel-off.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah wawasan para pembaca karya tulis ilmiah mengenai

formulasi sediaan masker gel peel-off dari ekstrak daun kelor (Moringa

Oleifera Lam) sebagai masker kecantikan kulit.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan bacaan serta acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya

1.6. Kerangka pikir penelitian


5

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Ekstrak daun Formulasi masker gel 1. Organoleptis


kelor (Moringa peel off 2. pH
oleifera lam) 3. Homogenitas
1. Uji organoleptis
kombinasi madu 4. Daya Sebar
2. Uji pH
dengan 5. Waktu
3. Uji Homogenitas
konsentrasi 1%, 6. Iritasi
4. Uji Daya Sebar
2%, 3% 7. Kesukaan
5. Uji Waktu kering
6. Uji Iritasi
7. Uji Kesukaan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Tanaman

2.1.1. Daun Kelor (Moringa oleifera Lam)

Budidaya daun kelor di dunia internasional merupakan program yang

sedang digalakan. Terdapat beberapa julukan untuk pohon kelor, diantaranya The

Miracle Tree, Tree for Life, dan Amazing Tree. Julukan tersebut muncul karena

bagian pohon kelor mulai dari daun, buah, biji, bunga, kulit batang, hingga akar

memiliki manfaat yang luar biasa. Tanaman kelor mampu hidup di berbagai jenis

tanah, tidak memerlukan perawatan yang intensif, tahan teradap musim kemarau,

dan mudah dikembangbiakan (10).

Tanaman kelor di Indonesia dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat

Sulawesi menyebutnya kero, wori, kelo, atau keloro. Orang-orang Madura

menyebutnya maronggih. Di Sunda dan Melayu disebut kelor. Di Aceh disebut

murong. Di Ternate dikenal sebagai kelo. Di Sumbawa disebut kawona. Sedangkan

orang-orang Minang mengenalnya dengan nama munggai (11).

Gambar 2.1 Daun kelor

6
7

2.1.2. Klasifikasi Daun Kelor

Tanaman daun kelor dapat tumbuh pada lingkungan yang berbeda.

Tanaman daun kelor dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25-35oC, tetapi mampu

mentoleransi lingkungan dengan suhu 28oC (12).

Klasifikasi

Regnum : Plantae (Tumbuhan)

Division : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledone

Subclassis : Dialypetalae

Ordo : Rhoeadales (Brassicales)

Famili : Moringaceae

Genus : Moringa

Spesies : Moringa oleiferaLam (13).

2.1.3. Manfaat Daun Kelor

Beberapa jurnal ilmiah menyebutkan daun kelor memiliki manfaat sebagai

antibiotik, antitripanosomal, antispasmodic, antiulkus, aktivitas hipotensif,

antiinflamasi dan dapat menurunkan kolesterol (14). Pada penelitian yang

dilakukan di Bangladesh, ekstrak daun kelor memberikan efek hipolipidemik dan

hipokolesterol pada tikus yang diinduksi dengan adrenaline. Tanaman kelor juga

memiliki kandungan fenolik yang terbukti efektif berperan sebagai antioksidan.

Efek antioksidan yang dimiliki tanaman kelor memiliki efek yang lebih baik

daripada Vitamin E secara in vitro dan menghambat peroksidasi lemak dengan cara
8

memecah rantai peroxyl radical. Fenolik juga secara langsung menghapus reactive

oxygen species (ROS) seperti hidroksil, superoksida dan peroksinitrit (15).

2.1.4. Morfologi

Morfologi daun kelor adalah berupa daun majemuk menyirip ganda 2-3

posisinya tersebar, tanpa daun penumpu, atau daun penumpu telah mengalami

metamorfosis sebagai kelenjar-kelenjar pada pangkal tangkai daun. Bunga banci,

zigomorf, tersusun dalam malai yang terdapat dalam ketiak daun, dasar bangun

mangkuk, kelopak terdiri atas lima daun kelopak, mahkotapun terdiri atas lima daun

mahkota, lima benang sari, bakal buah, bakal biji banyak, buahnya buah kendaga

yang membuka dengan tiga katup dengan panjang sekitar 30 cm, biji besar,

bersayap, tanpa endosperm, lembaga lurus. Dari segi anatomi mempunyai sifat

yang khas yaitu terdapat sel-sel mirosin dan buluh-buluh gom dalam kulit

batang dan cabang. Dalam musim-musim tertentu dapat menggugurkan daunnya

(meranggas) (13).

Daun sebesar ujung jari berbentuk bulat telur, tersusun majemuk dan gugur

di musim kemarau, tinggi pohon mencapai 5-12 m, bagian ujung membentuk

payung, batang lurus (diameter 10-30cm) menggarpu, berbunga sepanjang tahun

berwarna putih/krem, buah berwarna hijau muda, tipis dan lunak. Tumbuh subur

mulai dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut (16).

2.1.5. Kandungan senyawa daun kelor


9

Kelor (Moringa oleifera Lam), terutama daunnya, mengandung antioksidan

yang tinggi. Beberapa senyawa bioaktif utama fenoliknya merupakan grup

flavonoid seperti kuersetin, kaempferol, dan lain-lain. Kuersetin merupakan

antioksidan kuat, dengan kekuatan 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan

vitamin E yang dikenal sebagai antioksidan potensial (17).

Salah satu antioksidan dalam kelor juga yaitu zeatin. Zeatin merupakan

antioksidan kuat tertinggi dengan sifat antipenuaan. Zeatin memperlambat proses

penuaan dengan membantu menggantikan sel-sel tubuh pada tingkat yang lebih

cepat daripada usianya, sehingga memberikan penampilan yang lebih muda pada

kulit. Berdasarkan penelitian juga diketahui bahwa zeatin meningkatkan

antioksidan yang bertindak melawan kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas

selama proses penuaan sel dan melindungi sel-sel jahat dari stresskehidupan sehari-

hari (18).

Daun kelor juga mengandung 46 antioksidan kuat lainnya, antara lain:

vitamin A, vitamin C, vitamin E, vitamin K, vitamin B (Cholin), vitamin B1

(Thiamin), vitamin B2 (Riboflavin), vitamin B3 (Niacin), vitamin B6, alanin, alfa-

karoten, arginin, beta-karoten, beta-sitosterol, asam kafeoilkuinat, kampesterol,

karotenoid, klorofil, kromium, delta-5-avenasterol, delta-7-avenasterol, glutation,

histidin, asam asetat indol, indoleasetonitril, kaempferal, leucine, lutein, metionin,

asam miristat, asam palmitat, prolamin, prolin, kuersetin, rutin, selenium, treonin,

triptofan, xantin, xantofil, zeatin, zeasantin, zinc (18).

2.2. Madu
10

Madu murni (Mel depuratum) adalah cairan yang menyerupai sirup, zat

manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga. Bentuk madu

berupa cairan kental, warnanya bening atau kuning pucat sampai kecoklatan.

Rasanya manis dengan aroma enak dan segar. Sebagai produk organik yang

dihasilkan lebah, madu telah digunakan sejak zaman purba (19).

Gambar 2.2. Madu (Mel depuratum)

2.2.1. Manfaat Madu

Manfaat madu bagi kesehatan, antara lain (19):

1. Pengganti gula yang menyehatkan

2. Madu berfungsi untuk meningkatkan kerja ginjal dan usus

3. Sumber vitamin dan mineral

4. Sumber antioksidan

5. Memiliki protein tinggi

6. Memberikan energi yang besar dan menambah berat badan

2.2.2. Kandungan Madu


11

Adapun kandungan nutrisi madu adalah: karbohidrat, air, protein, vitamin

B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niacin), vitamin C (asam

askorbat), vitamin B5 (asam pantotenat), folat, kalsium, fosfor, sodium, potassium,

besi, zinc, magnesium, mangan (20).

2.3. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat

yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian

tanaman obat tersebut (21).

2.3.1. Jenis – jenis Ekstraksi

1. Berdasarkan bentuk substansi dalam campuran (22).

a. Ekstraksi padat-cair

Proses ekstraksi padat – cair ini merupakan proses ekstraksi yang paling

banyak ditemukan dalam mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam

suatu bahan alam.

b. Ekstraksi cair – cair

Ekstraksi ini dilakukan apabila substansi yang akan di ekstraksi berbentuk

cairan di dalam campurannya.

2. Berdasarkan penggunaan panas

a. Ekstraksi secara dingin

Metode ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa –

senyawa yang terdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau

bersifat thermolabil. Ekstraksi secara dingin dapat dilakukan dengan

beberapa cara sebagai berikut:


12

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi proses ekstraksi sederhana yang dilakukan

hanya dengan cara merendam simplisia dalam satu campuran pelarut selama

waktu terntentu pada temperature kamar dan terlindungi dari cahaya.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai yang

umumnya dilakukan pada temperature ruangan. Proses terdiri dari tahapan

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penetesan/penampungan), terus – menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat) yang jumlahnya 1-55 kali bahan.

b. Ekstraksi cara panas

Ekstraksi cara panas adalah ekstraksi yang dilakukan pada suhu tertentu

dengan adanya pemanasan. Ada beberapa cara panas yaitu:

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan dengan adanya pendinginan balik. Umunya dilakukan pengulangan

pada proses residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses

ekstraksi sempurna.

2. Soxhlet
13

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu

dengan jumlah relatif konstan dengan adanya pendingin baik.

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengaduk kontinu) pada temperatur

yang lebih tinggi dan temperature ruangan (kamar), yaitu secara umum pada

temperatur 40-50%.

4. Infus

Infuse adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infuse tercelup dalam penangas air mendidih temperatur terukur 96-

98°C selama waktu tertentu (15-20 menit).

5. Dekok

Dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama (≥ 30°C) dan temperatur

sampai titik didih air.

2.4. Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira

15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial yang vital serta merupakan

cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif,

bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi

tubuh. Warna kulit bermacam – macam, misalnya warna terang (fair skin), pirang,

kuning, sawo matang dan hitam, merah muda pada telapak kaki dan tangan, serta

kecoklatan pada genitalia eksterna orang dewasa.


14

Demikian pula dalam kelembutannya kulit bervariasi, tebal, tipis dan

elastisitasnya. Kulit yan elastis dan longgar terdapat pada kelopak mata, bibir, dan

prepusium. Kulit yang tebal dan tegang terdapat pada kelopak mata, bibir, dan

prepusium. Kulit yang tebal dan tegang terdapat pada telapak kaki. Kulit yang kasar

terdapat pada skrotum (kantong buah zakar) dan labia mayor (bibir kemauluan

besar), sedangkan kulit yang halus terdapat di sekitar mata dan leher (23).

Gambar 2.4 Struktur kulit manusia

2.4.1. Struktur Kulit

1. Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis yaitu lapisan paling luar, yang terdiri dari: (23).

 Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar.

 Stratum lusidum merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan

protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan

tersebut tampak lebih jelas ditelapak tangan dan kaki.

 Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis selsel

gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya.


15

 Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal

yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

 Stratum balase terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun

vertical pada pembatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).

Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.

2. Lapisan Dermis

Lapisan dermis adalah lapisan bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari

pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan

elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua

bagian yaitu: (23).

 Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut

saraf dan pembuluh darah.

 Pars retikulare, yaitu bagian dibawahnya yang menonjol kearah subkutan,

bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen,

elastin, dan retikulin.

3. Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar

berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan

inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah (23).

Fungsi Kulit
16

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh.berikut ini

adalah fungsi-fungsi dari kulit:

a. Fungsi proteksi: menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik

seperti gesekan dan tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan

iritasi seperti radiasi. Kulit juga merupakan alat proteksi rangsangan kimia

karena stratum korneum ini bersifat impermeable terhadap zat kimia dan air.

b. Fungsi absorpsi: Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan

benda padat tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap yang

diserap (kulit bersifat 16endrite16 terhadap O2, CO2 dan uap air), begitu

juga yang larut dalam lemak. Penyerapan terjadi melalui celah antar sel

menembus sel-sel epidermis dan saluran kelenjar.

c. Fungsi ekskresi: Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna

lagi atau sisa 16endrite16m dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan

ammonia.

d. Fungsi persepsi: Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis

dan subkutis sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang diberikan.

e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi): Kulit melakukan fungsi ini

dengan cara mengekskresikan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi)

pembuluh darah kulit. Di waktu suhu dingin, peredaran darah di kulit

berkurang guna mempertahankan suhu badan . Pada waktu suhu panas,

peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dan

kelenjar keringat sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.
17

f. Fungsi pembentukan pigmen: Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di

lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosid membentuk warna

kulit, enzim melanosom dibentuk apparatus golgi dengan bantuan

tiroksinase meningkatkan 17endrite17m sel, Ion Cu dan Oksigen. Sinar

matahari mempengaruhi melanosom, pigmen yang terbesar di epidermis

melalui tangan- tangan 17endrite.

g. Fungsi keratinisasi: sel basal akan berpindah ke atas dan berubah bentuk

menjadi sel spinosum. Keratinosid melalui proses sintesis dan generasi

menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira 14-21 hari (24).

2.5. Kosmetik

2.5.1. Pengertian Kosmetik

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik

Indonesia nomor 18 tahun 2015 tentang persyaratan Teknis Bahan Kosmetika.

Kosmetika adalah setiap bahan atau sediaan dimasudkan untuk digunakan pada

bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku,bibir, dan organ genital bagian

luar) atau gigi dan mukosa mulut. Digunakan untuk membersihkan, mewangikan,

mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi dan

memelihara tubuh pada kondisi baik (4).

2.6. Masker

Masker wajah merupakan salah satu sediaan kosmetik yang biasa digunakan

wanita, masker adalah salah satu pembersih kulit wajah yang efektif. Sebaiknya

gunakan masker selama 15-30 menit. Masker memiliki efek dan manfaat sebagai

depth cleansing, yaitu membersihkan kotoran yang menempel pada lapisan kulit
18

yang lebih dalam, mengikat sel-sel kulit yang telah mati, memperbaiki pori-pori

kulit, membersihkan sisa-sisa kelebihan lemak pada permukaan kulit, mengurangi

iritasi kulit, memberikan kenyamanan pada kulit, menghaluskan lapisan luar kulit

dan memberi nutrisi sehingga kulit terlihat cerah (25).

2.6.1. Masker Gel Peel-Off

Masker gel peel-off merupakan masker dengan bahan dasar yang bersifat

jelly yang biasa terbuat dari gum, tragakan, dan latex sehingga memiliki

karakteristik tembus terang (transparant) dan biasanya dikemas dalam wadah

sediaan yang berbentuk tube (26).

2.6.2. Fungsi Masker

Adapun fungsi dari masker adalah (25) :

1 Memperbaiki dan merangsang aktivitas sel-sel kulit yang masih aktif.

2 Mengangkat kotoran dan sel-sel tanduk yang masih terdapat pada kulit

secara mendalam.

3 Memperbaiki dan mengencangkan kulit.

4 Memberi nutrisi, menghaluskan, melembutkan, dan menjaga kelembaban

kulit.

2.7. Gel

Gel merupakan susatu sediaan semi padat yang jernih, tembus cahaya dan

mengandung zat aktif srta merupakan disperse koloid dan mempunyai kekuatan

yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (27).

Berdasarkan komposisinya basis gel dapat dibedakan menjadi dua basis,

yaitu (28):
19

1. Basis hidrofobik

Basis gel hidrofobik terdiri dari partikel-partikel organik. Apabila ditambahkan

ke dalam fase pendispersi, bilamana ada hanya sedikit sekali interaksi antara kedua

fase. Berbeda dengan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar

tetapi harus dirangsang dengan prosedur khusus. Basis gel hidrofobik biasanya

terdiri dari paraffin cair dengan polietilen atau minyak lemak dengan koloid silica.

2. Basis gel hidrofilik

Umumnya adalah molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau

disatukan dengan molekul dan fase pendispers. Istilah hidrofilik berarti suka pada

pelarut. Basis gel hidrofilik antara lain tragakan, polivinil alkohol dan karbopol.

Keuntungan gel hidrofilik yaitu daya sebarnya pada kulit baik, efek dingin yang

ditimbulkan lambatnya penguapan air pada kulit, tidak menghambat fungsi

fisiologis kulit, mudah dicuci dengan air.

2.8. Komponen Masker Gel Peel-Off

Jenis bahan baku yang digunakan untuk membuat masker gel peel-off antara

lain (26):

1. Polivinilalkohol (PVA)

Pemerian : Serbuk,putih.

Kelarutan : Larut dalam air, tidak untuk dalam pelarut organik.

Fungsi : Gelling agent dan filming agent.

2. Hidroxyl Propyl Methyl Cellulose (HPMC)

Pemerian :Cairan, tidak berwarna, kekuningan atau kemerahan, berbau khas


20

dan rasa seperti gandapura.

Kelarutan :Sukar larut dalam air dan dalam benzen, mudah larut dalam etanol

dan eter, larut dalam air mendidih, agak Sukar larut dalam

kloroform.

Fungsi : Peningkat viskositas

3. Gliserin

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya

boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak).

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut

dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam

minyak menguap.

Fungsi : Humektan.

4. Trietanolamina (TEA)

Pemerian : Cairan agak higroskopik kental, tidak berwarna sampai kuning

muda, bau amoniak.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, larut dalam

kloroform.

Fungsi : Sebagai surfaktan.

5. Metil paraben

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,putih, tidak

berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon

tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.


21

Fungsi : Agen anti mikroba dalam pembuatan gel.

6. Propilparaben

Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan dalam

eter,sukar larut dalam air mendidih.

Fungsi : Sebagai pengawet.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental (Experiment

Research). Eksperimental adalah penelitian uji coba yang memanipulasi atau

melakukan intervensi terhadap salah satu variabel penelitian.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan

Semi Solid Fakultas Farmasi dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Mei sampai Juli 2019.

3.3. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah daun kelor (Moringa oleifera Lam) yang

diambil secara purposif sebanyak 5 kg yang diambil dari Pematangsiantar

(Sumatera Utara).

3.4. Alat dan Bahan

3.4.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, alumunium

foil, blender, kertas saring, erlenmeyer, batang pengaduk, gelas ukur, waterbath,

lumpang dan alu, pot sediaan masker gel, pH meter, pipet tetes, dan cawan porselin,

toples kaca, corong.

22
23

3.4.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Ekstrak daun

kelor, Madu, Polivinil Alkohol, HPMC, Gliserin, TEA, Propil Paraben,

Metil Paraben dan Aquadest.

3.5. Prosedur Kerja

3.5.1. Pengumpulan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan

tumbuhan daerah yang satu dengan daerah yang lain.

3.5.2. Pengelolaan Sampel

Sebanyak 5kg daun kelor (Moringa oleifera Lam) segar yang akan diteliti

ditimbang dan dicuci bersih dengan air mengalir, dikeringkan tanpa terkena sinar

matahari langsung. Daun kelor yang telah kering kemudian dihaluskan

menggunakan blender hingga menjadi serbuk, ditimbang kemudian diayak hingga

diperoleh serbuk halus sebanyak 500 g (26).

3.5.3. Pembuatan Ekstrak

Pada penelitian ini sampel ekstrak daun kelor diekstraksi dengan

menggunakan etanol 70%. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi,

yaitu sebanyak 500 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam bejana maserat, tuangi

dengan 3750 ml bagian etanol, ditutup, biarkan selama 5 hari terlindungi dari

cahaya sinar matahari, sambil sekali-kali diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut

diserkai, diperas dan dibilas ampasnya dengan menggunakan sisa cairan penyari

sebanyak 1250 ml, kemudian maserat dibiarkan selama 2 hari, lalu di

enaptuangkan. Maserat kemudian diuapkan dengan alat penguap yaitu Rotary


24

evaporator pada suhu tidak lebih dari 50°C dengan tujuan untuk menghilangkan

pelarut etanol pada ekstrak. Ekstrak yang diperoleh lalu ditimbang dan dibuat

dengan berbagai konsentrasi (26).

3.6. Formula Sediaan Masker Gel Peel-Off

Sediaan masker gel peel-off akan dibuat sebanyak 50 g. Dengan

menggunakan formula standart sebagai berikut: (29)

R/ PVA 20%

HPMC 2%

Gliserin 12%

TEA 2%

Metil paraben 0,2%

Propilparaben 0,05%

Aquadestad 50 ml

3.7. Kegunaan Bahan Formulasi Masker Gel Peel-Off

1. PVA (Polivinil Alkohol)

Sebagai filming agent yang dapat membentuk lapisan film yang elastis

sehingga formula masker gel peel-off dapat dikelupas setelah mengering.

2. Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC)

Sebagai gelling agent dan berfungsi sebagai peningkat kekentalan dari basis

masker gel peel-off.

3. Gliserin

Sebagai humektan yang memiliki kemampuan untuk mengikat air (hidrasi),

sehingga sediaan menjadi tetap lembab dan tidak kering.


25

4. Trietanolamine (TEA)

Sebagai pengatur pH dari sediaan gel peel-off.

5. Metil Paraben

Sebagai anti jamur dan bakteri pada sediaan gel peel-off.

6. Propil Paraben

Sebagai pengawet yang di gunakan dalam sediaan yang berbasis air (26).

3.8. Perhitungan Bahan Ekstrak Daun Kelor

Masker dibuat dalam 4 formula yang dibedakan oleh konsentrasi ekstrak

daun kelor. Masing-masing masker gel mengandung ekstrak daun kelor dengan

konsentrasi yang bervariasi yaitu 1%, 2%, 3% masing- masing sebanyak 50 g dalam

komposisi basis yang sama.

Perhitungan:

1. Ekstrak daun kelor 1%= 0,5 g

2%= 1 g

3%= 1,5 g

2. Madu 0,5%= 0,25 g

1%= 0,5 g

1,5%= 0,75 g

3. Polivinil Alkohol 20%= 10 g

4. HPMC 2%= 1 g

5. Gliserin 12%= 6 g

6. TEA 2%= 1 g

7. Metil Paraben 0,2%= 0,1 g


26

8. Propil Paraben 0,05%= 0,025 g

9. Aquadest ad 50 ml

Table 3.1. Formulasi Sediaan Masker Gel Peel-Off Ekstrak Daun Kelor

Bahan FI FII FIII FIV

Ekstrak daun kelor - 1% 2% 3%

Madu - 0,5% 1% 1,5%

Polivinil Alkohol 10 10 10 10

HPMC 1 1 1 1

Gliserin 6 6 6 6

TEA 1 1 1 1

Metil Paraben 0,1 0,1 0,1 0,1

Propil Paraben 0,025 0,025 0,025 0,025

Aquadest Ad 50 50 50 50

Keterangan :

FI : Formula tanpa mengandung ekstrak daun kelor dan madu


FII : Formula dengan ekstrak daun kelor konsentrasi 1% dan madu 0,5%
FIII : Formula dengan ekstrak daun kelor konsentrasi 2% dan madu 1%
FIV : Formula dengan ekstrak daun kelor konsentrasi 3% dan madu 1,5%

a. Prosedur Pembuatan

1. Siapkan bahan baku (PVA, HPMC, Gliserin, TEA, Metil Paraben, Propil

Paraben, Aquadest) dan bahan baku tambahan (ekstrak daun kelor) yang

diperlukan untuk membuat masker gel peel-off.


27

2. Semua bahan yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu semua dengan

takaran yang dianjurkan.

3. Dalam cawan masukkan Polivinil Alkohol, lalu tambahkan aquadest

secukupnya, kemudian dipanaskan di atas penangas air pada suhu 80˚C

hingga mengembang sempurna, kemudian diaduk (massa I) (26).

4. Di cawan lainnya dikembangkan pula HPMC dalam aquadest dingin hingga

mengembang sempuna.

5. Di cawan lainnya Gliserin, Metil Paraben dan Propil Paraben dilarutkan

dalam aquadest panas (massa 2).

6. Di dalam lumpang bersih masukkan massa 1 dan massa 2, HPMC, serta

TEA secara berturut-turut dan diaduk hingga homogen.

7. Kemudian dimasukkan ekstrak daun kelor yang sebelumnya dilarutkan

dalam aquadest sedikit demi sedikit, lalu diaduk hingga homogen.

b. Evaluasi Sediaan

1. Uji Organoleptis

Pengamatan diliat secara langsung warna, aroma dan bentuk dari sediaan

masker gel (30).

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskan pada

sekeping kaca atau bahan yang transparan lain yang cocok, sediaan harus

menunjukkan susunan yang homogennya tidak terlihat adanya butiran kasar

(30).
28

3. Uji pH

Uji pH dilakukan dengan carapH meter dikalibrasi menggunakan larutan

dapar pH 7. Satu gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan

aquadest hingga 10 ml. Elektroda pH meter dibiarkan bergerak sampai

menunjukan posisi tetap, pH yang ditentukan jarum meter dicatat (31).

4. Uji Daya Sebar

Sampel gel sebanyak 1 g diletakan di pusat antara 2 kaca, dimana kaca

sebelah atas dibebani dengan meletakkan anak timbangan sehingga

mencapai bobot 150 gram, pengukuran dilakukan hingga diameter

penyebaran gel konstan (32).

5. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan wanita berusia 18-25

tahun dengan mengoleskan sediaan pada kulit telinga belakang yang dibuat

pada lokasi lekatan pada luas tertentu, dibiarkan terbuka dan diamati apa

yang terjadi, reaksi iritasi positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-

gatal, atau bengkak pada kulit telinga belakang yang diberi perlakuan (30).

6. Uji Waktu Kering

Satu gram sampel masker gel peel-off dioleskan pada kulit lengan. Waktu

mengering gel hingga membentuk lapisan film dari masker gel peel-off

dihitung menggunakan stop watch (33).

7. Uji Kesukaan
29

Uji hedonik atau uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan

penelis terhadap produk yang dihasilkan. Uji kesukaan dilakukan secara

visual terhadap 12 orang penelis. Setiap penelis diminta untuk memberikan

pendapat tentang bentuk, warna dan aroma sediaan maasker gel peel-off.

Kemudian penelis memilih sediaan mana yang paling disukai (31).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Formula Masker Gel Peel-Off

Sediaan masker gel peel-off memiliki bobot rata-rata 50 g dengan variasi

konsentrasi ekstrak daun kelor yaitu F0= 0%, F1= 1%, F2= 2%, F3= 3% yang

menghasilkan perbedaan konsistensi, warna dan aroma pada tiap konsentrasi.

4.1.1. Hasil Uji Organoleptis

Tabel 4.1. Pemeriksaan Organoleptis Sediaan Masker Gel Peel-Off.

No. Minggu Formula Warna ParameterBau Kekerasan

1 Ke- 0 F0 Putih Khas Basis Semi padat

Ke- 1 Putih Khas Basis Semi padat

Ke- 2 Putih Khas Basis Semi padat

2 Ke- 0 F1 Kehijauan Khas Semi padat


Aromaterapi

Ke- 1 Kehijauan Khas Semi padat


Aromaterapi

Ke- 2 Kehijauan Khas Semi padat


Aromaterapi

3 Ke- 0 F2 Hijau tua Khas Semi padat


Aromaterapi

Ke- 1 Hijau tua Khas Semi padat


Aromaterapi

Ke- 2 Hijau tua Khas Semi padat


Aromaterapi

30
31

4 Ke- 0 F3 Hijau tua Khas Semi padat


Aromaterapi

Ke- 1 Hijau tua Khas Semi padat


Aromaterapi

Ke- 2 Hijau tua Khas Semi padat


Aromaterapi

Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan bahwa sediaan masker gel

peel-off ekstrak daun kelor dengan variasi konsentrasi menghasilkan warna dan

aroma yang sedikit berbeda. Warna yang dihasilkan adalah Putih, Kehijauan dan

Hijau tua.

4.1.2. Pemeriksaan pH

Tabel 4.2. Data pengukuran pH

pH
No. Sediaan
1 2 3 Rata-rata

1 F0 8,3 8,3 8,2 8,3

2 F1 7,9 7,3 7,2 7,5

3 F2 7,8 7,3 7,2 7,4

4 F3 7,1 7,0 6,8 7,0

Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa pH tertinggi terdapat pada

sediaan tanpa penambahan ekstrak daun (blanko) kelor yaitu 8,3, sediaan dengan

konsentrasi 1% memiliki pH7,5 dan sediaan dengan konsentrasi 2% memiliki pH

7,4 sedangkan pH terendah terdapat pada konsentrasi 3% dengan pH 7,0.


32

4.1.3. Uji Homogenitas

Tabel 4.3. Pemeriksaan Homogenitas

No. Sediaan Homogenitas

1 F0 Homogen

2 F1 Homogen

3 F2 Homogen

4 F3 Homogen

Pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan menunjukkan bahwa semua

sediaan tidak memperlihatkan adanya butiran kasar pada saat sediaan dioleskan

pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan masker gel peel-off yang

dibuat mempunyai susunan yang homogen.

4.1.4. Uji Daya Sebar

Tabel 4.4.Pemeriksaan Daya Sebar

No. Sediaan Daya Sebar (cm)

1 F0 5,5 cm

2 F1 6,3 cm

3 F2 5,9 cm

4 F3 5,4 cm

Uji daya sebar yang dihasilkan yaitu F0 (blanko) daya sebarnya 5,5 cm, F1

(konsentrasi 1%) menghasilkan 6,3 cm, F2 (konsentrasi 2%) 5,9 cm dan F3

(konsentrasi 3%) seluas 5,4 cm.


33

4.1.5. Uji Waktu Sediaan Mengering

Tabel 4.5. Pemeriksaan Waktu Sediaan Mengering

No. Sediaan Waktu Kering (menit)

1 F0 25

2 F1 22

3 F2 19

4 F3 15

Berdasarkan hasil pengujian waktu sediaan mengering, masker ekstrak daun

kelor memiliki waktu mengering 15-25 menit, menunjukkan sediaan masker

ekstrak daun kelor mempunyai waktu mengering yang baik.

4.1.6. Uji Iritasi Pada Sukarelawan

Tabel 4.6. Data Pengujian Iritasi Pada Kulit Sukarelawan

Formula Uji Iritasi (+/-)


No.
Masker S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12

1 F0 - - - - - - - - - - - -

2 F1 - - - - - - - - - - - -

3 F2 - - - - - - - - - - - -

4 F3 - - - - - - - - - - - -

Keterangan :
1. + Terjadi Iritasi
2. – Tidak Terjadi Iritasi
34

Hasil pengamatan uji iritasi menunjukkan bahwa masker gel peel-off ekstrak

daun kelor dengan variasi konsentrasi dan dioleskan pada kulit sukarelawan tidak

menunjukkan adanya reaksi iritasi.

4.1.7. Uji Kesukaan


Tabel 4.7.Data Hasil Uji Kesukaan
Skala Kesukaan (Orang)
Formula
No. Sangat Kurang Tidak
Masker Suka
Suka Suka Suka

1 F0 0 1 2 3

2 F1 1 4 1 0

3 F2 2 4 0 0

4 F3 5 1 0 0

Keterangan:
F1 : Blangko
F2 : Masker Peel-Off dengan ekstrak daun kelor konsentrasi 1% dan madu 0,5%
F3 : Masker Peel-Off dengan ekstrak daun kelor konsetrasi 2% dan madu 1%
F4 : Masker Peel-Off dengan ekstrak daun kelor konsetrasi 3% dan madu 1,5%

4.1.8. Uji Skrinning Fitokimia

Hasil uji fitokimia ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam) menunjukkan

bahwa terdapat senyawa alkaloida, flavonoida, saponin, fenol,

steroida/triterpenoida, tanin sebagaimana dalam tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hasil Uji Fitokimia pada Daun Kelor (Moringa oleifera Lam)

Perubahan
No. Uji Fitokimia Pereaksi Keterangan
Warna
1. Alkaloid HCl 2N + Pereaksi Terbentuk Alkaloid (+)
Wagner endapan coklat
2. Flavonoid Wilstater Hijau kecoklatan Flavonoid (+)
menjadi hijau
kekuningan
Bate Smith-Metcalfe
35

Hijau kecoklatan
menjadi hijau
NaOH 10% kekuningan
Hijau kecoklatan
menjadi hijau
kekuningan

3. Saponin Aquadest, dipanaskan, Tidak terbentuk Saponin (-)


kocok + HCl 2N busa yang stabil
4. Fenolat FeCl3 Hijau kecoklatan Fenolat (+)
menjadi biru
kehitaman
5. Triterpenoida/ Lieberman-Burchard Hijau kecoklatan Triterpenoida
Steroida menjadi hijau / Steroida (+)
H2SO4 keunguan
Hijau kecoklatan
menjadi hijau
keunguan
6. Tanin FeCl3 Hijau kecoklatan Tanin (+)
menjadi biru
Gelatin kehitaman
Terbentuk
endapan

4.2. Pembahasan

Sediaan masker gel peel-off ekstrak daun kelor dan madu meliputi

pengamatan terhadap uji organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji waktu sediaan

mengering, uji daya sebar, uji iritasi dan uji kesukaan.

1.2.1. Organoleptis

Pengamatan organoleptis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

perubahan warna, bau dan bentuk yang terjadi dari minggu 0 s/d ke 2. Menurut SNI

16-6070-1999, bentuk sediaan masker yang digunakan untuk memberikan rasa

kencang dan dingin pada saat masker diaplikasikan. Dari hasil pengujian masker

gel peel-off ekstrak daun kelor kombinasi madu bahwa semakin tinggi konsentrasi
36

ekstrak yang diberikan maka warna masker gel peel-off semakin pekat dan

aromanya semakin tajam. Selama penyimpanan tidak ada perubahan warna, aroma

dan bentuk (34).

1.2.2. pH

Uji ini dilakukan bertujuan untuk menentukan pH sediaan yang sesuai

dengan pH kulit agar tidak mengiritasi kulit pada saat pemakaian. Sediaan topikal

biasanya memiliki pH yang sama dengan pH kulit. Menurut produk kosmetik

sebaiknya dibuat sesuai dengan pH kulit sesuai SNI 16-4399-1996 untuk pelembab

kulit yang mensyaratkan pH= 4,5-8,00 (34). Hasil yang di dapatkan pada

pemeriksaan pH masker gel peel-off ekstrak daun kelor kombinasi madu

menunjukan bahwa sediaan yang dibuat tanpa penambahan ekstrak daun (blanko)

kelor yaitu 8,3, sediaan dengan konsentrasi 1% memiliki pH 7,5 dan sediaan dengan

konsentrasi 2% memiliki pH 7,4 sedangkan pH terendah terdapat pada konsentrasi

3% dengan pH 7,0. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ekstrak daun

kelor maka pH semakin rendah. Nilai pH dari setiap konsentrasi masih memenuhi

persyaratan pH untuk sediaan topikal yaitu 4,5-8 dengan demikian ekstrak daun

kelor dapat digunakan untuk sediaan masker gel peel-off dan tidak boleh terlalu

asam karena dapat menyebabkan iritasi kulit dan juga tidak boleh terlalu basa

karena dapat menyebabkan kulit bersisik.

4.2.3. Homogenitas

Homogenitas merupakan salah satu syarat sediaan gel peel-off. Menurut

Ansel HC. “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi “, Edisi 4 Syarat homogenitas tidak
37

boleh mengandung bahan kasar yang bisa diraba. Uji homogenitas dilakukan secara

visual serta dilihat dengan tidak adanya partikel-partikel yang memisah (35).

Dari hasil uji homogenitas masker gel peel-off ekstrak daun kelor kombinasi

madu yang telah dilakukan didapatkan hasil sediaan pada konsentrasi 1%, 2%, dan

3% dinyatakan homogen karena tidak terlihat adanya butiran kasar.

4.2.4. Daya Sebar

Menurut Helal DA, DA El-Rhman, SH Abdel-Halim, MA El-Nabarawi.

2012. “Formolation and Evaluation of Floconazole Topical Gel” penentuan daya

sebar terhadap sediaan masker gel peel-off yang telah dibuat bertujuan untuk

mengetahui kemampuan gel peel-off tersebut menyebar pada permukaan kulit pada

saat diaplikasikan. Daya sebar gel peel-off yang baik yaitu setara 5-7 cm (36).

Hasil yang di dapatkan pada uji daya sebar pada sediaan masker gel peel-

off ekstrak daun kelor dan madu yaitu blanko memiliki daya sebar 5,5 cm, untuk

konsentrasi 1% didapat daya sebar 6,2 cm, untuk konsentrasi 2% didapat daya sebar

5,9 cm, dan konsentrasi 3% seluas 5,4 cm. Dari hasil uji daya sebar dapat diketahui

bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka daya sebar akan semakin kecil. Hal

ini disebabkan karena penambahan ekstrak akan menambah kekentalan dan kadar

air semakin sedikit sehingga nilai daya sebar semakin kecil.

4.2.5. Waktu Sediaan Mengering

Menurut Bajaj S, Singla D, Sakhuja N. Stability “Testing of Pharmaceutical

Products JAPS, 2012” Pengujian waktu sediaan mengering dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui berapa lama sediaan masker gel peel-off mengering pada

permukaan kulit saat digunakan. Waktu kering yang baik yaitu 15-30 menit (37).
38

Hasil uji yang di dapatkan pada uji waktu sediaan mengering dari masker

gel peel-off tanpa penambahan ekstrak (blangko) memiliki waktu sediaan

mengering 25 menit dan pada konsentrasi 1% memiliki waktu mengering 22 menit,

pada sediaan dengan konsentrasi 2% waktu mengeringnya 19 menit dan pada

sediaan dengan konsentrasi 3% waktu mengering didapatkan 15 menit. Hasil

pengujian tersebut menunjukkan bahwa waktu mengering dari semua formula

cukup baik karena masih pada rentang waktu kering yaitu 15-30 menit. Dalam

penelitian ini semakin besar konsentrasi maka semakin cepat mengering.

4.2.6. Iritasi Pada Sukarelawaan

Menurut “Formularium Kosmetika Indonesia” Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta. 1995 Pada uji iritasi bertujuan untuk melihat ada atau

tidaknya iritasi yang muncul pada kulit setelah sediaan dioleskan (38). Dari

pengujian terhadap semua panelis memperlihatkan bahwa tidak ada gejala yang

timbul kemerahan dan gatal-gatal pada kulit. Ini menunjukkan bahwa tidak

terjadinya iritasi, hal ini disebabkan oleh pH sediaan masker gel peel-off ekstrak

daun kelor dalam rentang pH kulit. Selain itu karena bahan tambahan yang

digunakan untuk pembuatan masker gel peel-off ekstrak daun kelor dapat

disimpulkan aman bagi kulit.


39

4.2.7. Kesukaan

Uji kesukaan terhadap hasil akhir sediaan masker yang siap dipakai meliputi

tekstur masker, warna masker, dan aroma masker. Skala penetapan ada 4 yaitu

sangat suka, suka, kurang suka, dan tidak suka (38). Pada uji kesukaan sediaan

masker gel peel-off dengan variasi konsentrasi diketahui bahwa konsentrasi 3%

paling banyak disukai karena warna, bentuk dan aromanya lebih menarik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Ekstrak daun kelor dan madu dapat diformulasikan dalam sediaan

masker gel peel-off.

2. Uji iritasi pada sukarelawan menunjukkan masker gel peel-off ekstrak

daun kelor dan madu tidak mengiritasi kulit.

3. Setelah dilakukan uji kesukaan maka yang disukai sukarelawan yakni

masker gel peel-off dengan konsentrasi 3%.

5.2. Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji antibakteri dari

sediaan masker gel peel-off ekstrak daun kelor atau memformulasikan kedalam

sediaan lain dalam konsentrasi berbeda dengan menggunakan tumbuhan yang sama

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Latifah F, Iswari R. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Gramedia


Pustaka Utama; 2013.
2. Sutarna TH, Ngadeni A, Anggiani R. FORMULASI SEDIAAN MASKER
GEL DARI EKSTRAK ETANOL DAUN TEH HIJAU (Camellia sinensis
L.) DAN MADU HITAM (Apisdorsata) SEBAGAI ANTIOKSIDAN.
Kartika J Ilm Farm. 2013;1(1):17–23.
3. Mutchler E. Dinamika Obat, edisi V, terjemahan MB Widianto dan AS
Ranti. ITB, Bandung. 1991;577.
4. BPOM RI. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK. 00.05. 4.1745 tentang Kosmetik. Jakarta Kepala
BPOM RI. 2003;
5. Kikuzaki H, Hisamoto M, Hirose K, Akiyama K, Taniguchi H. Antioxidant
properties of ferulic acid and its related compounds. J Agric Food Chem.
2002;50(7):2161–8.
6. Gopalakrishnan L, Doriya K, Kumar DS. Moringa oleifera: A review on
nutritive importance and its medicinal application. Food Sci Hum Wellness.
2016;5(2):49–56.
7. Sugihartini N, Nuryanti E. Formulation Cream of Extract Moringa oleifera
Leave as Antiaging. Berk Ilmu Kesehat Kulit dan Kelamin. 2017;29(1):1–7.
8. Adji Suranto S. Khasiat & manfaat madu herbal. AgroMedia; 2004.
9. Hasanah U, Yusriadi Y, Khumaidi A. Formulasi Gel Ekstrak Etanol Daun
Kelor (Moringa oleifera Lam) Sebagai Antioksidan. Nat Sci J Sci Technol.
6(1).
10. Isnan W, Muin N. Ragam Manfaat Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lamk.)
bagi Masyarakat. Bul Eboni. 2017;14(1):63–75.
11. Jayadi S. Krisnadi, AD Kelor Super Nutrisi. Blora: Kelorina. com.
12. Palada MC, Chang LC. Suggested cultural practices for jute mallow. Int
Coop Guid. 2003;2(14):1–4.
13. Jiraungkoorskul K, Jiraungkoorskul W. Moringa oleifera: A new challenge
reducing heavy metal toxicity: A review. Indian J Agric Res.
2016;50(3):199–205.
14. Fahey JW. Moringa oleifera: a review of the medical evidence for its
nutritional, therapeutic, and prophylactic properties. Part 1. Trees life J.
2005;1(5):1–15.
15. Chumark P, Khunawat P, Sanvarinda Y, Phornchirasilp S, Morales NP,
Phivthong-ngam L, et al. The in vitro and ex vivo antioxidant properties,
hypolipidaemic and antiatherosclerotic activities of water extract of Moringa
oleifera Lam. leaves. J Ethnopharmacol. 2008;116(3):439–46.
16. Schwarz D. Water clarification using Moringa oleifera gate information
service. Technical Information W1e Eschborn, Germany. 2000.
17. Sutrisno L. Efek Pemberian Ekstrak Methanol Daun Kelor (Moringa
Oleifera) Meningkatkan Apoptosis Pada Sel Epitel Kolon Tikus (Rattus
Norvegius) Wistar Yang Diinduksi 7, 12 Dimetilbenz (alfa) Antrasen

41
42

(DMBA). Skripsi) Malang Univ Brawijaya. 2011;


18. Hardiyanthi F. Pemanfaatan aktivitas antioksidan ekstrak daun kelor
(moringa oleifera) dalam sediaan hand and body cream. 2015;
19. Sakri FM. Madu dan Khasiatnya: Suplemen Sehat Tanpa Efek Samping.
Diandra Kreatif; 2012.
20. Al Fady MF. Madu Dan Luka Diabetik Metode Perawatan Luka
Komplementer. Yogyakarta: Gosyen Publishing; 2015.
21. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta Dep
Kesehat RI. 1979;
22. Indonesia DKR. Parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta
Dep Kesehat Republik Indones. 2000;9–12.
23. Wasitaatmadja SM. Penuntun ilmu kosmetik medik. Penerbit Univ Indones
Jakarta. 1997;3(5):22–3.
24. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. PT Gramedia Pustaka
Utama; 2016.
25. Ainaro EP. Formulasi Sediaan Masker Gel Peel-Off Mengandung Lendir
Bekicot (Achatina Fulica Bowdich) Sebagai Pelembab Kulit. 2015;
26. DepKes RI. Farmakope indonesia edisi IV. Jakarta Dep Kesehat Republik
Indones. 1995;
27. Ansel HC. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Terjem oleh Farida Ibrahim.
1989;156–62.
28. Nababan HP. Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Basis
Campuran Hydoxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) dan Pektin Dengan
Minyak Lemon Sebagai Pewangi dan Minyak Akar Wwangi Sebagai
Fiksatif. 2018;
29. Septiani S. Formulasi sediaan masker gel antioksidan dari ekstrak etanol biji
melinjo (Gnetun gnemon Linn.). Students e-Journal. 2012;1(1):39.
30. Armadany FI, Hasnawati H, Sirait M. Formulasi Sediaan Masker Gel Peel-
off Antioksidan dari Ekstrak Sari Tomat (Solanum lycopersicum L. var.
cucurbita). Pharmauho. 2015;1(2).
31. Ditjen POM, DepKes RI. Materia Medika Indonesia. Ed kelima, Jakarta Dep
Kesehat RI Hal. 1995;32–6.
32. A Zhelsiana D, S Pangestuti Y, Nabilla F, P Lestari N, R Wikantyasning E.
Formulasi dan Evaluasi Sifat Fisik Masker Gel Peel-off Lempung Bentonite.
2016;
33. Rahmawanty D, Yulianti N, Fitriana M. Formulasi dan evaluasi masker
wajah peel-off mengandung kuersetin dengan variasi konsentrasi gelatin dan
gliserin. Media Farm. 2015;12(1):17–32.
34. Wahyuni W, Lullung A, Asriati DW. FORMULASI DAN PENINGKATAN
MUTU MASKER WAJAH DARI BIJI KAKAO NON FERMENTASI
DENGAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT. J Ind Has Perkeb.
2016;11(2):89–95.
35. Ansel HC. Pengantar bentuk sediaan farmasi, edisi IV. Jakarta Univ Indones.
1989;
36. Khairany N, Idiawati N, Wibowo MA. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Gel
Ekstrak Etanol Daun Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). J Kim
43

Khatulistiwa. 2015;4(2).
37. Bajaj S, Singla D, Sakhuja N. Stability testing of pharmaceutical products. J
App Pharm Sci. 2012;2(3):129–38.
38. Indonesia DKR. Formularium Kosmetika Indonesia (Cetakan I). Jakarta Dep
Kesehat RI. 1995;
44

Lampiran 1. Perhitungan Bahan

Perhitungan Bahan Formula 0%


0
1. Ekstrak daun kelor 0% : ×50= 0 g
100

0
2. Madu 0% :100×50= 0 g

10
3. Polivinil Alkohol 20% : 100×50=10 g

1
4. HPMC 2% :100×50=1 g

12
5. Gliserin 12% :100×50=6 g

2
6. TEA 2% :100×50=1 g

0,2
7. Metil Paraben 0,2% : ×50=0,1 g
100

0,05
8. Propil Paraben 0,05% : 100 ×50=0,025 g

9. Aquadest ad 50 ml :50 ˗ (10+1+6+1+0,1+0,025)

= 50 ˗ 18,125

=31,875 ml
45

Perhitungan Bahan Formula 1%


1
1. Ekstrak daun kelor 1% : 100×50=0,5 g

0,5
2. Madu 0,5% : ×50=0,25 g
100

10
3. Polivinil Alkohol 20% : 100×50=10 g

1
4. HPMC 2% : 100×50=1 g

12
5. Gliserin 12% : 100×50=6 g

2
6. TEA 2% : 100×50=1 g

0,2
7. Metil Paraben 0,2% : ×50=0,1 g
100

0,05
8. Propil Paraben 0,05% : ×50=0,025 g
100

9. Aquadest ad 50 ml = 50 ˗ (0,5+0,25+10+1+6+1+0,1+0,025)

= 50 ˗ 18,875 ml

= 31,125 ml
46

Perhitungan Bahan Formula 2%


2
1. Ekstrak daun kelor 2% : 100×50=1 g

1
2. Madu 1% : 100×50=0,5 g

10
3. Polivinil Alkohol 20% : 100×50=10 g

1
4. HPMC 2% : 100×50=1 g

12
5. Gliserin 12% : 100×50=6 g

2
6. TEA 2% : 100×50=1 g

0,2
7. Metil Paraben 0,2% : 100×50=0,1 g

0,05
8. Propil Paraben 0,05% : ×50=0,025 g
100

9. Aquadest ad 50 ml = 50 ˗ (1+0,5+10+1+6+1+0,1+0,025)

= 50 ˗ 19,625 ml

= 30,375 ml
47

Perhitungan Bahan Formula 3%


3
1. Ekstrak daun kelor 3% : 100×50=1,5 g

1,5
2. Madu 1,5% : 100×50=0,75 g

10
3. Polivinil Alkohol 20% : 100×50=10 g

1
4. HPMC 2% : 100×50=1 g

12
5. Gliserin 12% : 100×50=6 g

2
6. TEA 2% : 100×50=1 g

0,2
7. Metil Paraben 0,2% : ×50=0,1 g
100

0,05
8. Propil Paraben 0,05% : ×50=0,025 g
100

9. Aquadest ad 50 ml = 50 ˗ (1,5+0,75+10+1+6+1+0,1+0,025)

= 50 ˗ 20,375 ml

= 29,625 ml
48

Lampiran 2. Alat dan Bahan

a. Alat

b. Bahan

Simplisia Kering

Maserasi Ekstrak
49

Lampiran 3. Formulasi Sediaan Masker

a. Blanko Masker

b. Blanko + Ekstrak Daun Kelor

c. Sediaan Masker Gel Peel-Off


50

Lampiran 4. Evaluasi Sediaan Masker Gel Peel-off

a. Uji Homogenitas

b. Uji Daya Sebar

Blanko F1

F2 F3
51

c. Uji Iritasi

Blanko F1

F2 F3
52

d. Uji pH

Blanko F1

F2 F3
53

e. Uji waktu kering

Blanko F1

F2 F3
54

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian


55

Lampiran 6. Surat Balasan Izin Penelitian


56

Lampiran 7. Surat Identifikasi Determinasi


57

Lampiran 8. Surat Balasan Identifikasi Determinasi


58

Lampiran 9. Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi)


59

Lampiran 10. Berita Acara Seminar Proposal


60

Lampiran 11. Berita Acara Seminar KTI

Anda mungkin juga menyukai