Anda di halaman 1dari 21

Dokumen.

tips

Upload Login / Signup

What are you looking for?

LEADERSHIP

TECHNOLOGY

EDUCATION

MARKETING

DESIGN

MORE TOPICS

SEARCH

HomeDocumentsINFUS Ajaib

PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERILJURNAL AWAL INFUS


DEXTROSE 5 %DEXTROYOleh:Kelompok 5 Golongan IISagung Tri Diah Purwani
(0908505067)Ni Made Asih Wiradewi (0908505068)Ni Made Oka Dwicandra
(0908505071)A. A. Kt. Sri Trisna Dewi Widhiani (0908505072)Charli Chanjaya
(0908505073)Putu Aan Pustiari (0908505074)JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS


UDAYANA2012A. PRAFORMULASII. TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBATInfus
adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 mL
yangdiberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan
peralatan yang cocok(Lukas, 2006). Infus intravenous adalah sediaan steril
berupa larutan atau emulsi, bebaspirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis
terhadap darah, disuntikkan langsung kedalam vena dalam volume relatif
banyak. Pemberian obat secara intravena menghasilkankerja obat yang cepat
dibandingkan dengan cara-cara pemberian lain. Jumlah optimumobat di dalam
darah dapat dicapai dengan kesegeraan yang tidak mungkin didapatdengan
cara-cara lain. Pada keadaan darurat, pemberian obat melalui intravena
menjadicara yang mampu menyelamatkan hidup karena penempatan obat
langsung ke sirkulasidarah sehingga efek obat dapat cepat terjadi. Sebaliknya,
sekali obat diberikan secaraintravena, maka obat tersebut tidak dapat
ditarik lagi, ini merupakan kelemahanpemberian obat melalui intravena
(Ansel, 2008).Secara umum, keadaankeadaan yang dapat memerlukan
pemberian cairan infusadalah adanya pendarahan dalam jumlah banyak
(kehilangan cairan tubuh dan komponendarah), trauma abdomen berat, patah
tulang khususnya di bagian panggul dan paha,serangan panas (kehilangan
cairan tubuh dan dehidrasi), diare dan demam, luka bakarluas, semua trauma
kepala, dada dan tulang punggung (Arifilanto, 2011). Cairan infusedapat
dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan tingkat osmolaritasnya yakni
sebagaiberikut :1. Cairan hipotonikCairan hipotonik merupakan cairan yang daya
osmolaritasnya lebih rendahdibandingkan dengan serum (konsentrasi ion Na+
lebih rendah dibandingkanserum), sehingga larut dalam serum dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka,cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke
jaringan sekitarnya (prinsipcairan berpindah dari osmolaritas rendah ke
osmolaritas tinggi) sampaiakhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan
pada keadaan sel mengalami

dehidrasi. Misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik,
jugapada pasien hiperglikemia dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi
yangmembahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh
darahke sel, sehingga menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan
tekananintrakarnial (dalam otak) pada beberapa orang. Contoh sediaannya
adalah NaCl45% dan dektrosa 2,5%.2. Cairan isotonikOsmolaritas cairannya
mendekati serum sehingga terus berada dalam pembuluhdarah. Bermanfaat
pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairantubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki rasio terjadinya over-load (kelebihan
cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif danhipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL) dan normal saline/larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%). 3. Cairan hipertonikCairan hipertonik merupakan cairan
yang osmolaritasnya lebih tinggi diband-ingkan serum, sehingga menarik cairan
dan elektrolit dari jaringan dan sel kedalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkanproduksi urin dan mengurangi
edema. Penggunaannya kontradiktif dengancairan hipotonik. Misalnya
dekstrose 5%, NaCl 45% hipertonik, dextrosa 5% +RL, dextrosa 5% + NaCl 0,9%,
produk darah dan albumin.(Arifilanto, 2011).Larutan LVP (sediaan parenteral
volume besar) dikemas dalam dosis tunggaldalam kemasan gelas atau plastik
dengan ketentuan harus steril, non-pirogen, dan bebasdari pertikel partikulat.
Karena volume pemberian besar, tidak boleh ditambahkan zatbakteriostatik
(pengawet) karena dapat menyebabkan terjadinya toksisitas
akibatpemberian zat/larutan bakteriostatik dalah jumlah besar. Larutan yang
diberikan secaraintravena harus jernih dan mengandung zat yang dapat
diasimilasi dan dgunakan olehsistem sirkulasi seperti natrium klorida,
asam amino, dextrose, elektrolit danvitamin(Agoes,2008). Selain itu, wadah
untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melaluiberbagai cara
baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat
mengubahkekuatan, mutu atau kemurnian diluar persyaratan resmi dalam
kondisi biasa pada waktu

penanganan, pengangkatan, penyimpanan, penjualan dan penggunaan.


Wadah yangterbuat dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan
terhadap isi (Depkes RI,1995).Walaupun LVP sebaiknya isotonis untuk
meminimalkan trauma terhadappembuluh darah, larutan hipo dan hipertonis
dapat diberikan dengan baik. Larutan hiperdan hipotonis dapat digunakan
jika diberikan secara perlahan-lahan. Berikutdicantumkan hubungan
osmolaritas dengan sifat isotonis dari sediaan yang berpengaruhdalam
pemberian sediaan kepada pasien :Tabel 1. Osmolaritas-TonisitasOsmolaritas
(M.osmol/L) Tonisitas > 350 Hipertonis 329 350 Agak hipertonis270 328
Isotonis250 269 Agak hipotonis0 249 Hipotonis(Agoes, 2009)Infus dextrose
merupakan infus yang digunakan sebagai sumber kalori dan air,yang diberikan
kepada pasien pada keadaan dehidrasi. Konsentrasi dextrose 2,5%-
11,5%diberikan secara infus intravena untuk memenuhi kebutuhan kalori dan air
pada saatdehidrasi. Infus ini dapat dicampurkan dengan sediaan yang
mengandung asam aminoataupun sedian lain yang sesuai atau compatible, yang
mana sediaan yang dicampur inibiasanya digunakan sebagai nutrisi parenteral.
Konsentrasi dextrose yang hipertonik atauyang kadarnya lebih dari 5%
digunakan dalam pemberian nutrisi atau kalori yang kuat.Sedangkan untuk
dextrose dengan konsentrasi 50% biasanya digunakan dalam terapihipoglikemi
pada pasien dewasa ataupun anak yang tidak sadar, adapun
mekanismekompensasinya yaitu dengan cara penyimpanan glukosa sebagai
cadangan dalam darah.(McEvoy, 2002). 1.1. FarmakokinetikaDextrosa adalah
agen kalori karbohidrat. Dextrosa injeksi digunakan sebagaisabuah sumber kalori
dan air untuk hidrasi. Injeksi Dextrosa 5% diberikan denganinfus intravena
periferal untuk menyediakan kalori dan WFA. Injeksi ini dapatditambahkan
asam amino atau cairan intravena lain yang dapat tercampurkan sebagainutrisi
parenteral. (Trissel, 2003). Senyawa ini meningkatkan kadar glukosa dalam

darah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan kalori. Konsentrasi dektrose


akanmenurun apabila terjadi penurunan jumlah protein dan nitrogen dalam
tubuh, danjuga dapat memicu pembentukan glikogen. Dextrose
merupakan senyawamonosakarida yang sangat cepat diserap dalam usus halus
dengan mekanisme difusiaktif. Dextrose pada saluran pencernaan akan
mengalami tiga jalur metabolismeyaitu: glikolisis, siklus krebs dan jalur
pentose fosfat. Dextrose juga disimpansebagai glikogen pada hati dan otot.
Metabolisme dextrose akan menghasilkan CO2,air, dan sumber energi (Reynold,
1989).1.2. Indikasi a. Sebagai terapi parenteral untuk memenuhi kalori pada
pasien yang mengala-mi dehidrasi. b. Sebagai terapi pada pasien
hipoglikemi yang membutuhkan konsentrasiglukosa dalam darah, hal ini
dipenuhi dengan cara menyimpan dekstrosayang ada sebagai cadangan gula
dalam darah (McEvoy, 2002). 1.3. Mekanisme AksiSenyawa ini meningkatkan
kadar glukosa dalam darah, sehingga dapatmemenuhi kebutuhan akan kalori
(Reynolds, 1989).1.4. KontraindikasiPada pasien hiperglikemi (diabetes), pasien
gangguan ginjal, gangguanabsorpsi glukosa-galaktosa, sepsis akut (McEvoy,
2002). Larutan Dextrosasebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan overt atau diketahuimengalami diabetes melistus atau intoleransi
karbohidrat. Larutan Dextrosa yangtidak mengandung elektrolit sebaiknya
tidak diadministrasikan pada darahdengan infuse IV yang ama karena dapat
terjadi aglomerasi (Trissel, 2003).1.5. Efek Sampinga. Poliuria: peningkatan
jumlah urine, yang disebabkan karena gulayang ada menyerap air dengan kuat
dalam tubuh.

b. Nyeri setempat: hal ini disebabkan karena konsentrasi sediaanyang terlalu


tinggi, biasanya diberikan pada pasien yang membutuhkan nutrisiparenteral
dengan konsentrasi dekstrosa yang tinggi.c. Hiperglikemia: terjadi peningkatan
kadar gula dalam darah danglukosuria. (McEvoy, 2002)1.6. Penyimpanan
Penyimpanan pada suhu 2o-25oC, terlindung dari sinar matahari
(McEvoy,2002).II. TINJAUAN SIFAT FISIKO-KIMIA BAHAN OBAT2.1
Dextrosa1.Struktur dan Berat MolekulGambar 1. Struktur Kimia DextrosaRumus
molekul : C6H12O6.H2O Bobot molekul : 198,17 (Reynolds, 1989)2. Kelarutan1.
Kelarutan dextrosa dalam air :Dextrosa mudah larut dalam air (Depkes RI,
1995).Dextrosa sangat mudah larut dalam air mendidih (Trissel, 2003).2.
Kelarutan dextrosa dalam etanol :

Dextrosa sukar larut dalam etanol (Depkes RI,1995).3. Kelarutan dextrosa dalam
alkohol:Dextrosa cukup larut dalam alkohol dan alkohol mendidih (Trissel,
2003).4. Kelarutan dextrosa dalam CHCl3Dextrosa praktis tidak larut dalam
Kloroform. 5. Kelarutan dextrosa dalam gliserinDextrosa larut dalam gliserin.6.
Kelarutan dextrosa dalam eter :Dextrosa praktis tidak larut dalam eter.(Kibbe,
2000)3. Stabilitas a. Terhadap cahaya: Dextrosa memiliki daya tahan yang
baik terhadap cahaya, namunpenyimpanannya diusahakan terlindung dari
sinar matahari (McEvoy, 2002).b. Terhadap suhu: Dextrosa tidak stabil
terhadap suhu tinggi, pada pemanasan suhu tinggidextrosa akan
berubah menjadi 5-hidroksi-metil-furfural, yang akhirnyaberubah menjadi
asam lauvulinic. Penyimpanan pada suhu 2o-25oC ataudisimpan pada
suhu kamar (tahan sampai 14 bulan) (McEvoy, 2002).c. Terhadap pH:3,5 sampai
6,5 (Depkes RI, 1995). Stabilitas dextrosa terdapat pada rentang 3,5sampai 5,5
(dalam 20% b/v larutan). pH yang lebih rendah akan menyebabkanterbentuknya
karamel. Jika pH terlalu basa akan terdekomposisi dan berwarnacoklat (Kibbe,
2000). d. Terhadap oksigen:Dextrosa anhidtrat memiliki kemampuan absorpsi
yang signifikan pada suhu250C dan kelembaban sekitar 85% (McEvoy, 2002).4.
Titik lebur Dextrose memiliki titik lebur pada suhu 830C (Kibbe, 2000).

5. Inkompatibilitas a. Sediaan dextrosa tidak bercampur dengan obat-obat


seperti :vitamin B12, kanamicin sulfat, Na-novobiosin, warfarin. Eritromicyn
tidakstabil pada larutan dextrosa pada pH di bawah 5,05 sedangkan vitamin
B12mengalami dekomposisi atau penguraian bila dipanaskan dengan
sediaandextrosa. b. Pada sediaan aldehid, glukosa bereaksi dengan senyawa
amin, amida asamamino, peptida, dan protein. Perubahan warna menjadi coklat
dan penguraiandapat terjadi apabila sediaan bereaksi dengan senyawa alkali
kuat. (McEvoy, 2002)2.2. Natrium Klorida 1. Struktur dan Berat MolekulGambar
2. Strutur kimia NaClRumus molekul : NaCl Bobot molekul : 58,44( Anonim,
2007) 2. Kelarutana.Dalam air : Mudah larut (1 bagian larut dalam 3 bagian air)
b.Dalam etanol : Sukar larutc.Dalam gliserin : Larut (1 bagian larut dalam 10
bagian gliserol)d.Lainnya : Sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih
(Depkes RI, 1995)

3. Stabilitas a) Stabilitas terhadap cahayaTidak stabil, simpan pada tempat yang


terlindung cahayab) Stabilitas terhadap suhuSifat bakteriostatik dari injeksi
natrium klorida harus dijaga dari pendinginan(McEvoy, 2002).c) Stabilitas
terhadap pHpH : 4,5 7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3 (Kibbe, 2000).4. Titik lebur
Natrium klorida memiliki titik lebur pada suhu 8010C (Kibbe, 2000).5.
Inkompatibilitas Inkompatibilitas terhadap logam Ag, Hg, Fe (Reynolds, 1989)2.3.
Karbon Aktif1. Pemerian dan Bobot Molekula. Pemerian : Serbuk hitam tidak
berbaub. Kegunaan : digunakan untuk menyerap bahan-bahan pengotorc.
Konsentrasi : 0,1-0,3%d. Alasan pemilihan : inert sehingga tidak bereaksi dengan
zat aktif (Depkes RI, 1995)2. Kelarutana. Dalam air : Praktis tidak larut b. Dalam
etanol : Praktis tidak larut (Depkes RI, 1995)

3. Stabilitas Stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara (Depkes RI,
1995)2.4. Air untuk Injeksia. Definisi : Menurut FI IV, air steril untuk injeksi adalah
air untuk in-jeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai.Tidak
mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahanlainnya (Depkes RI,
1995).b. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau c. Sterilisasi :
Kalor basah (autoklaf)d. Kegunaan : Pembawa dan melarutkan e. Fungsi : untuk
melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahanf. Cara pembuatan : didihkan aqua
dan diamkan selama 30 menit,dinginkan.

III. BENTUK SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMBERIAN3.1. Bentuk sediaanSediaan


dibuat dalam bentuk infus dextrose 5% . Volume sediaan yangdibuat adalah 100
mL. Wadah yang digunakan botol kaca bening denganvolume 100 mL.3.2.
Dosisa. Dosis dari penggunaan sediaan dextrose ini tergantung dari
umurpasien, berat badan, kondisi klinik, cairan elektrolit, dan
keseimbanganasam-basa dari pasien (McEvoy, 2002).b. Dosis melalui injeksi IV
untuk pemulihan kondisi pasien lajunya kecepataninfusnya adalah 0,5 g/kg
perjam tanpa disertai produksi gula dalam urine(glukosuria). Laju atau kecepatan
infus maksimum pada umumnya tidakmelebihi 0,8 g/kg perjam (McEvoy,
2002).c. Untuk pengobatan hipoglikemia dosis umumnya adalah 20-50 mL
dextrosa50%, yang diberikan dengan lambat (McEvoy, 2002).d. Untuk
pengobatan gejala hipoglikemia akut pada bayi dan anak-anak dosisumumnya
adalah 2mL/kg dengan konsentrasi glukosa 10%-25% (McEvoy,2002).3.3. Cara
pemberianInfus dextrose 5% diberikan secara intravena .

B. FORMULASIBentuk dan formula yang akan dibuat adalah, sediaan infus


dextrose 5% dengan wadahgelas kaca bening bervolume 100 ml.I. Bentuk dan
Formula yang Dibuat1.1 Formula yang digunakanFormula yang akan dibuat
adalah Infus Dextrose 5%, dengan formula sebagaiberikut:R/ Dextrose Anhidrat
5%Karbon aktif 0,05%NaCl ad. isotonisAqua pro injeksi ad. 100 mL1.2
Perhitungan Bahana. Dextrose monohidrat = 5 % (zat aktif)Untuk 1 sediaan :
Dekstrosa yang diperlukan = grammLxmLgr51001005 Penimbangan =
1001055 gg = 5,5 gramUntuk 2 sediaan : Dekstrosa yang
diperlukan = grammLxmLgr102001005Penimbangan =
100101010 gg= 11 gramb. Karbon aktif 0,05 % dari total sediaan
(adsorbing agent)Penggunaan karbon aktif pada pustaka (Niazi, 2004) adalah
0,05 % untuk 1000mL sediaan tanpa penambahan bobot, sehingga untuk 100
mL sediaan, karbonaktif yang dibutuhkan adalah: =

= Gram karbon aktif sediaan = Gram karbon aktif sediaan = 0,005 gramc.
NaClPerhitungan Tonisitas Massa NaCl yang diperlukan untuk 110 mL (1 botol)
larutan isotonikMassa NaCl = 110 mL 0,9 % b/v = 0,99 g Kesetaraan NaCl
untuk Dekstrose Monohidrat (untuk 1 botol sediaan)Kesetaraan NaCl = gram
dekstrose (E) = 5,5 g 0,16 = 0,88 gNaCl yang diperlukan untuk 1
botol sediaan. Dengan jumlah penambahandextrose sebanyak 5,5 gram berarti
sudah menambahkan 0,88 gram NaCl.Jadi jumlah NaCl yang ditambahkan untuk
1 botol sediaan :Gram NaCl = Kesetaraan NaCl kesetaraan NaCl untuk dektrose
= 0,99 g 0,88 g = 0,11 gNaCl untuk 2 botol sediaan = 2 0,11 g= 0,22 gJadi,
formula akhir yang digunakan adalah :R/ Dextrose Anhidrat 5 gKarbon aktif
0,005 gNaCl 0,11 gAqua pro injeksi ad. 100 mL1.3 PenimbanganDibuat infus
dextrosa 5% sebanyak 2 botol dengan volume masing-masing 100 ml.No Bahan
FungsiPenimbangan1 sediaanPenimbangan2 sediaan1 Dextrose anhidrat Bahan
aktif 5,5 g 11 g2 Karbon aktif Adsorben 0,005 g 0,01 g

3 NaCl Pengisotonis 0,11 g 0,22 g4 Aqua pro injeksi Pelarut/Pembawa ad 110 mL


Ad 220 mlII. Permasalahan1. Dextrose akan terurai menjadi senyawa furfuran
(hidroksi metilfurfuran) apabiladipanaskan pada temperatur yang tinggi.2.
Dextrose merupakan sumber nutrisi yang baik bagi mikroba sehingga
dapatditumbuhi oleh mikroba yang bersifat pirogen.3. Kejernihan dextrose akan
mempengaruhi dari warna yang dihasilkan sediaan.4. Penguraian dapat terjadi
pada pH dibawah pH stabilitas dari dextrose.5. Adanya sifat isotonis atau
hipertonis dari sediaan.III. Pencegahan Masalah1. Sterilisasi dilakukan pada suhu
yang terjaga dan diusahakan agar waktu yangdigunakan tidak terlalu lama. Suhu
yang stabil akan sangat menentukan hasil darisediaan, di mana dengan adanya
kestabilan suhu akan menghambat terjadinyapenguraian dextrose. Kemurnian
dextrose akan mempengaruhi dari warna yangdihasilkan pada sediaan (Voigt,
1995).2. Untuk membebaskan sediaan dari pirogen digunakan absorbing agent
yaitu karbon aktif yang akan mengadsorbsi pirogen dari larutan. Karbon aktif
yang ditambahkan sebanyak 0,1 % , dikocok selama 5-10 menit (Jenkins et al.,
1957)3. Untuk mempertahankan kejernihan sediaan, biasanya ditambahkan
karbon aktifdalam sediaan yang akan dibuat. Aktivitas karbon aktif ini baik pada
suhu 600,sehingga pada proses pembuatan dilakukan pemanasan pada
suhu tersebut(Voigt, 1995).4. Untuk mencegah agar infus yang dihasilkan tidak
memiliki pH di luar rentang pHstabilitas dextrose, yaitu pH 3,5-6,5, maka pada
sediaan ditambahkan NaCl untukmemperoleh pH yang sesuai (Voigt, 1995).5.
Sifat isotonis dari sediaan sangat berpengaruh terhadap rasa sakit
yangditimbulkan pada saat penggunaan sediaan tersebut, sehingga dalam
hal inidibutuhkan perhitungan isotonis untuk mengetahui isotonis sediaan yang
dibuat.Biasanya sediaan yang mengandung kadar dextrosa yang tinggi memiliki
sifathipertonis, dan hal ini tidak dapat diatasi dengan melakukan pengenceran
sediaan

dengan menambahkan cairan pembawa yang sesuai, melainkan cara


yangdigunakan untuk mengatasi hal ini adalah dengan memberikan peringatan
padaetiket bahwa sediaan ini hipertonis, sehingga pada saat menggunakannya
harusdiberikan secara perlahan-lahan (Voigt, 1995).IV. Macam-Macam
Formulasia. USP- Formula 1- Formula 2RL dan Injeksi Dekstrosa 5%Setiap 100 mL
berisi 5 g Dekstrosa hidro; 600 mg Natrium Klorida; 310 mgNatrium Laktat
(C3H5Na03); 30 mg Kalium Klorida, dan 20 mg KalsiumKlorida, USP (CaCl2
2H20).b. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations - Formula 1 -
Formula 2

c. Jenkins et al (1957)R/ Dextrose Anhydrous C. P. 5%Karbon aktif 0,1%Aqua pro


injeksi ad 100 mLd. Trissel (2003) Amino Acids 5%Dextrose 5%Vitamins
5%Trace qs

C. PELAKSANAANI. Cara Kerja1. Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih


dahulu.2. Gelas beaker ditera 100 mL dengan aquades dan ditandai.3. Aquadest
pada gelas beaker dipanaskan diatas penangas air pada suhu 60o C.4.
Ditimbang bahan-bahan yang digunakan5. Setelah suhu air 60o C, dextrose yang
telah ditimbang dimasukkan ke dalam aquadestdan diaduk perlahan selama
pemanasan (15 menit).6. Ditambahkan karbon aktif ke dalam campuran
tersebut, diaduk perlahan dandipanaskan selama 15 menit. Diusahakan agar
suhu tetap terjaga 60o C.7. Ditambahkan NaCl ke dalam campuran, digoyangkan
perlahan selama 15 menit.8. Larutan disaring dengan kertas saring (dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali)9. Filtrat yang diperoleh, dituangkan ke dalam
wadah gelas kaca 100 ml yang telahdisterilkan. Kemudian tutup dengan penutup
karet. 10. Kemudian dibungkus bagian atas botol dengan aluminium foil dan ikat
dengan talikasur (dikat dalam bentuk simpul).11. Kemudian sediaan disterilisasi
akhir dengan autoklaf pada suhu 110oC selama 20menit.12. Etiket ditempelkan
pada sedian, dimasukkan ke dalam kemasan sekunder.II. Alat-Alat yang
Digunakan dan Cara SterilisasinyaNo. Nama Alat Ukuran Cara Sterilisasi Suhu
Waktu123456789.Gelas ukurPipet tetesBeaker gelasCorong gelasKertas
saringBotol infusBatang pengadukErlemeyerPentup karet100 mL-100 mL Kecil-
100 mLsedang100 mL-
AutoklafAutoklafOvenOvenAutoklafAutoklafOvenDesinfektan
1210121025002500121012102500-15153030151530

D. EVALUASI SEDIAANI. Evaluasi Fisikaa.Uji OrganoleptisPengujian infus dextrosa


5 % meliputi bau dan warna sediaan. Selain itu jugadiperiksa kelengkapan
etiket, brosur dan penandaan pada kemasan.b.Uji pHUji pH dilakukan dengan
menggunakan pH meter atau kertas indikator universal.c. Penetapan volume
injeksi dalam wadah Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah
bila diuji satu per satu,atau bila wadah volume 1ml dan 2 ml, tidak kurang dari
jumlah volume wadah yangtertera pada etiket bila isi digabung.Volume tertera
dalampenandaanKelebihan Volume yang DianjurkanUntuk Cairan Encer Untuk
Cairan Kental0,5 ml1,0 ml2,0 ml5,0 ml10,0 ml20,0 ml30,0 ml50,0 mlAtau
lebih0,10 ml0,10 ml0,15 ml0,30 ml0,50 ml0,60 ml0,80 ml2%0,12 ml0,15 ml0,25
ml0,50 ml0,70 ml0,90 ml1,20 ml3%

Bila dalam wadah dosis ganda berisi beberapa dosis volume tertera, lakukan
penen-tuan seperti di atas dengan sejumlah alat suntik terpisah sejumlah dosis
tertera. Vol-ume tiap alat suntik yang diambil tidak kurang dari dosis yang
tertera.d. Uji Kejernihan LarutanPemeriksaan biasanya dilakukan secara visual
biasanya dilakukan olehseseorang yang memeriksa wadah bersih dan luaran
bawah penerangan cahaya yangbaik, terhalang terhadap refleksi ke dalam
matanya, an belatar belakang hitam danpitih, dijalankan dengan suatu aksi
memutar , harus benar-benar bebas dari partikelkecil yang bebas dari mata.e.
Bahan Partikulat Dalam InjeksiBahan partikulat merupakan zat asing ,
tidak larut, dan melayang kecualigelembung gas, yang tanpa sengaja
ada dalam larutan parenreteral. Bahanpartikulat dibedakan sesuai volume
sediaan injeksi yang tercantum pada FI EdisiIV tahun 1995.II.Evaluasi Kimia a.
Penetapan kadar Pipet sejumlah volume injeksi setara dengan kurang lebih 90
mg natrium klorida,masukkan ke dalam wadah dari porselen dan tambahkan 140
ml air dan 1 mldiklorofluoresein LP. Campur dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 N
LV hinggaperak klorida menggumpal dan campuran berwarna merah muda
lemah.1 mL peraknitrat 0,1 N setara dengan 5,844 mg NaCl

b. IdentifikasiMenunjukkan reaksi natrium dengan cara A dan B. serta klorida


dengan cara A, Bdan C seperti yang tertera pada uji identifikasi umum.U ji
identifikasi umum- Reaksi natriumCara A: tambahkan Kobalt Uranil asetat LP
sejumlah lima kali volume kepadalarutan yang mengandung tidak kurang dari 5
mg natrium per ml sesudah diubahmenjadi klorida atau nitrat: terbentuk
endapan kuning keemasan setelah dikocokkuat-kuat beberapa menit. Cara B:
Senyawa natrium menimbulkan warna kuning intensif dalam nyala apiyang tidak
berwarna.- Reaksi kloridaCara A: tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan:
terbentuk endapan putihseperti dadih yang tidak larut dalam asam nitrat P,
tetapi larut dalam amoniumhidroksida 6 N sedikit berlebihCara B: pada
pengujian alkaloida hidroklorida, tambahkan amonium hidroksida 6N, saring,
asamkan filtrat dengan asam nitrat P, dan lakukan seperti yang terterapada uji
A.Cara C: Campur senyawa klorida kering dengan mangan dioksida P bobot
sama,basahi dengan asam sulfat P dan panaskan perlahan-lahan hingga
terbentuk kloryang menghasilkan warna biru pada kertas kanji iodida P basah.III.
Evaluasi Biologi a. Uji sterilitasPrinsip : larutan uji + media perbenihan, inkubasi
pada 20o 25oC. Jika terjadikekeruhan / pertumbuhan mikroorganisme, berarti
larutan uji tersebut tidak steril.Metode uji : Teknik penyaringan dengan filter
membran (dibagi menjadi 2 bagian)lalu diinkubasi.Prosedur uji : Inokulasi
langsung ke dalam media perbenihan.Volume tertentu spesimen ditambah
volume tertentu media uji, inkubasi selamatidak kurang dari 14 hari, kemudian
amati pertumbuhan secara visual sesering

mungkin sekurang-kurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-
7atau hari ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.b. Uji pirogenUji pirogen
dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yangdapat
diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian
meliputipengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara
intraven.

DAFTAR PUSTAKAAgoes, Goeswin. 2008.Pengembangan Sediaan Farmasi.


Bandung: Penerbit ITBAgoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung:
Penerbit ITBAnonim. 2007. USP 30/NF 25. Rockville: USP Convention Inc. Ansel,
H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta :
UniversitasIndonesiaArifilanto. 2011. Cairan Infus Intravena. (cited March
31, 2012). Available at:http://milissehat.web.id/?p=93Depkes RI. 1995.
Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.Jenkins, G.L.
1957. Scovilles The Art of Compounding, 9th ed. Mac Graw Hill Book Co.Inc: New
York.Kibbe, A. H.. 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients Third Edition.
London:Pharmaceutical Press (PhP). Hal 175.Lukas, S. 2006. Formulasi Steril.
Yogyakarta : Penerbit AndiMcEvoy, G.K. 2002. AHFS Drug Information. United
State of America: American Societyof Health System Pharmcists.Niazi, S.K. 2004.
Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: SterileProducts.
Volume 6. Boka Raton : CRC PressReynolds, J.E.F. 1989. Martindale The Extra
Pharmacopea Twenty-nineth Edition Book1,. Pharmaceutical Press (PhP) : London.
Trissel, C.A. 2003. Handbook on Injectable Drugs 12th edition book 2. USA:
AmericanSociety of Health- System Pharmacist IncVoigt, R. 1995. Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta : Gadjah MadaUniversity Press.

Download

of 23 Reader embed your logo!

...

INFUS AJAIB
by putu-aan-pustiari

on Jul 18, 2015

Report

Category:

DOCUMENTS

Download: 0

Comment: 0

752

views

Share

Comments

Description

Download INFUS Ajaib

Transcript
PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL JURNAL AWAL INFUS
DEXTROSE 5 % DEXTROY Oleh: Kelompok 5 Golongan II Sagung Tri Diah
Purwani Ni Made Asih Wiradewi Ni Made Oka Dwicandra A. A. Kt. Sri Trisna Dewi
Widhiani Charli Chanjaya Putu Aan Pustiari (0908505067) (0908505068)
(0908505071) (0908505072) (0908505073) (0908505074) JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA
2012 A. PRAFORMULASI I. TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT Infus adalah
larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 10 mL yang diberikan melalui
intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok (Lukas, 2006).
Infus intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas
pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan
langsung ke dalam vena dalam volume relatif banyak. Pemberian obat secara
intravena menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan dengan cara-cara
pemberian lain. Jumlah optimum obat di dalam darah dapat dicapai dengan
kesegeraan yang tidak mungkin didapat dengan cara-cara lain. Pada keadaan
darurat, pemberian obat melalui intravena menjadi cara yang mampu
menyelamatkan hidup karena penempatan obat langsung ke sirkulasi darah
sehingga efek obat dapat cepat terjadi. Sebaliknya, sekali obat diberikan secara
intravena, maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi, ini merupakan kelemahan
pemberian obat melalui intravena (Ansel, 2008). Secara umum, keadaan
keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah adanya
pendarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah), trauma abdomen berat, patah tulang khususnya di bagian panggul dan
paha, serangan panas (kehilangan cairan tubuh dan dehidrasi), diare dan
demam, luka bakar luas, semua trauma kepala, dada dan tulang punggung
(Arifilanto, 2011). Cairan infuse dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan
tingkat osmolaritasnya yakni sebagai berikut : 1. Cairan hipotonik Cairan
hipotonik merupakan cairan yang daya osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan dengan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan
serum), sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmolaritas serum. Maka,
cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip
cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi) sampai akhirnya
mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi.
Misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan
adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, sehingga
menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakarnial
(dalam otak) pada beberapa orang. Contoh sediaannya adalah NaCl 45% dan
dektrosa 2,5%. 2. Cairan isotonik Osmolaritas cairannya mendekati serum
sehingga terus berada dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Memiliki rasio terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada
penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan
Ringer-Laktat (RL) dan normal saline/ larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). 3.
Cairan hipertonik Cairan hipertonik merupakan cairan yang osmolaritasnya lebih
tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan
dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin dan mengurangi edema. Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya dekstrose 5%, NaCl 45%
hipertonik, dextrosa 5% + RL, dextrosa 5% + NaCl 0,9%, produk darah dan
albumin. (Arifilanto, 2011). Larutan LVP (sediaan parenteral volume besar)
dikemas dalam dosis tunggal dalam kemasan gelas atau plastik dengan
ketentuan harus steril, non-pirogen, dan bebas dari pertikel partikulat. Karena
volume pemberian besar, tidak boleh ditambahkan zat bakteriostatik (pengawet)
karena dapat menyebabkan terjadinya toksisitas akibat pemberian zat/larutan
bakteriostatik dalah jumlah besar. Larutan yang diberikan secara intravena harus
jernih dan mengandung zat yang dapat diasimilasi dan dgunakan oleh sistem
sirkulasi seperti natrium klorida, asam amino, dextrose, elektrolit dan
vitamin(Agoes,2008). Selain itu, wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak
boleh berinteraksi melalui berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi
dengan sediaan, yang dapat mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian diluar
persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu penanganan, pengangkatan,
penyimpanan, penjualan dan penggunaan. Wadah yang terbuat dari bahan yang
dapat mempermudah pengamatan terhadap isi (Depkes RI, 1995). Walaupun LVP
sebaiknya isotonis untuk meminimalkan trauma terhadap pembuluh darah,
larutan hipo dan hipertonis dapat diberikan dengan baik. Larutan hiper dan
hipotonis dapat digunakan jika diberikan secara perlahan-lahan. Berikut
dicantumkan hubungan osmolaritas dengan sifat isotonis dari sediaan yang
berpengaruh dalam pemberian sediaan kepada pasien : Tabel 1. Osmolaritas-
Tonisitas Osmolaritas (M.osmol/L) > 350 329 350 270 328 250 269 0 249
Tonisitas Hipertonis Agak hipertonis Isotonis Agak hipotonis Hipotonis (Agoes,
2009) Infus dextrose merupakan infus yang digunakan sebagai sumber kalori
dan air, yang diberikan kepada pasien pada keadaan dehidrasi. Konsentrasi
dextrose 2,5%-11,5% diberikan secara infus intravena untuk memenuhi
kebutuhan kalori dan air pada saat dehidrasi. Infus ini dapat dicampurkan
dengan sediaan yang mengandung asam amino ataupun sedian lain yang sesuai
atau compatible, yang mana sediaan yang dicampur ini biasanya digunakan
sebagai nutrisi parenteral. Konsentrasi dextrose yang hipertonik atau yang
kadarnya lebih dari 5% digunakan dalam pemberian nutrisi atau kalori yang kuat.
Sedangkan untuk dextrose dengan konsentrasi 50% biasanya digunakan dalam
terapi hipoglikemi pada pasien dewasa ataupun anak yang tidak sadar, adapun
mekanisme kompensasinya yaitu dengan cara penyimpanan glukosa sebagai
cadangan dalam darah. (McEvoy, 2002). 1.1. Farmakokinetika Dextrosa adalah
agen kalori karbohidrat. Dextrosa injeksi digunakan sebagai sabuah sumber
kalori dan air untuk hidrasi. Injeksi Dextrosa 5% diberikan dengan infus intravena
periferal untuk menyediakan kalori dan WFA. Injeksi ini dapat ditambahkan asam
amino atau cairan intravena lain yang dapat tercampurkan sebagai nutrisi
parenteral. (Trissel, 2003). Senyawa ini meningkatkan kadar glukosa dalam
darah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan kalori. Konsentrasi dektrose
akan menurun apabila terjadi penurunan jumlah protein dan nitrogen dalam
tubuh, dan juga dapat memicu pembentukan glikogen. Dextrose merupakan
senyawa monosakarida yang sangat cepat diserap dalam usus halus dengan
mekanisme difusi aktif. Dextrose pada saluran pencernaan akan mengalami tiga
jalur metabolisme yaitu: glikolisis, siklus krebs dan jalur pentose fosfat. Dextrose
juga disimpan sebagai glikogen pada hati dan otot. Metabolisme dextrose akan
menghasilkan CO2, air, dan sumber energi (Reynold, 1989). 1.2. Indikasi a.
Sebagai terapi parenteral untuk memenuhi kalori pada pasien yang mengalami
dehidrasi. b. Sebagai terapi pada pasien hipoglikemi yang membutuhkan
konsentrasi glukosa dalam darah, hal ini dipenuhi dengan cara menyimpan
dekstrosa yang ada sebagai cadangan gula dalam darah (McEvoy, 2002). 1.3.
Mekanisme Aksi Senyawa ini meningkatkan kadar glukosa dalam darah, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan akan kalori (Reynolds, 1989). 1.4.Kontraindikasi
Pada pasien hiperglikemi (diabetes), pasien gangguan ginjal, gangguan absorpsi
glukosa-galaktosa, sepsis akut (McEvoy, 2002). Larutan Dextrosa sebaiknya
digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan overt atau diketahui mengalami
diabetes melistus atau intoleransi karbohidrat. Larutan Dextrosa yang tidak
mengandung elektrolit sebaiknya tidak diadministrasikan pada darah dengan
infuse IV yang ama karena dapat terjadi aglomerasi (Trissel, 2003). 1.5. Efek
Samping a. b. Poliuria: peningkatan jumlah urine, yang disebabkan karena gula
Nyeri setempat: hal ini disebabkan karena konsentrasi sediaan yang yang ada
menyerap air dengan kuat dalam tubuh. terlalu tinggi, biasanya diberikan pada
pasien yang membutuhkan nutrisi parenteral dengan konsentrasi dekstrosa yang
tinggi. c. glukosuria. (McEvoy, 2002) 1.6.Penyimpanan Penyimpanan pada suhu
2o-25oC, terlindung dari sinar matahari (McEvoy, 2002). II. TINJAUAN SIFAT
FISIKO-KIMIA BAHAN OBAT 2.1 Dextrosa 1. Struktur dan Berat Molekul
Hiperglikemia: terjadi peningkatan kadar gula dalam darah dan Gambar 1.
Struktur Kimia Dextrosa Rumus molekul Bobot molekul : C6H12O6.H2O : 198,17
(Reynolds, 1989) 2. Kelarutan 1. Kelarutan dextrosa dalam air : Dextrosa mudah
larut dalam air (Depkes RI, 1995). Dextrosa sangat mudah larut dalam air
mendidih (Trissel, 2003). 2. Kelarutan dextrosa dalam etanol : Dextrosa sukar
larut dalam etanol (Depkes RI,1995). 3. Kelarutan dextrosa dalam alkohol:
Dextrosa cukup larut dalam alkohol dan alkohol mendidih (Trissel, 2003). 4.
Kelarutan dextrosa dalam CHCl3 Dextrosa praktis tidak larut dalam Kloroform. 5.
Kelarutan dextrosa dalam gliserin Dextrosa larut dalam gliserin. 6. Kelarutan
dextrosa dalam eter : Dextrosa praktis tidak larut dalam eter. (Kibbe, 2000) 3.
Stabilitas a. Terhadap cahaya: Dextrosa b. memiliki daya tahan yang baik
terhadap cahaya, namun penyimpanannya diusahakan terlindung dari sinar
matahari (McEvoy, 2002). Terhadap suhu: Dextrosa tidak stabil terhadap suhu
tinggi, pada pemanasan suhu tinggi dextrosa akan berubah menjadi 5-hidroksi-
metil-furfural, yang akhirnya berubah menjadi asam lauvulinic. Penyimpanan
pada suhu 2o-25oC atau disimpan pada suhu kamar (tahan sampai 14 bulan)
(McEvoy, 2002). c. Terhadap pH: 3,5 sampai 6,5 (Depkes RI, 1995). Stabilitas
dextrosa terdapat pada rentang 3,5 sampai 5,5 (dalam 20% b/v larutan). pH
yang lebih rendah akan menyebabkan terbentuknya karamel. Jika pH terlalu basa
akan terdekomposisi dan berwarna coklat (Kibbe, 2000). d. Terhadap oksigen:
Dextrosa anhidtrat memiliki kemampuan absorpsi yang signifikan pada suhu
250C dan kelembaban sekitar 85% (McEvoy, 2002). 4. Titik lebur Dextrose
memiliki titik lebur pada suhu 830C (Kibbe, 2000). 5. Inkompatibilitas a. Sediaan
dextrosa tidak bercampur dengan obat-obat seperti : vitamin B12, kanamicin
sulfat, Na-novobiosin, warfarin. Eritromicyn tidak stabil pada larutan dextrosa
pada pH di bawah 5,05 sedangkan vitamin B12 mengalami dekomposisi atau
penguraian bila dipanaskan dengan sediaan dextrosa. b. Pada sediaan aldehid,
glukosa bereaksi dengan senyawa amin, amida asam amino, peptida, dan
protein. Perubahan warna menjadi coklat dan penguraian dapat terjadi apabila
sediaan bereaksi dengan senyawa alkali kuat. (McEvoy, 2002) 2.2. Natrium
Klorida 1. Struktur dan Berat Molekul Gambar 2. Strutur kimia NaCl Rumus
molekul Bobot molekul : NaCl : 58,44 ( Anonim, 2007) 2. Kelarutan a. Dalam air :
Mudah larut (1 bagian larut dalam 3 bagian air) : Sukar larut : Larut (1 bagian
larut dalam 10 bagian gliserol) : Sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih
(Depkes RI, 1995) b.Dalam etanol c. Dalam gliserin d. Lainnya 3. Stabilitas a)
Stabilitas terhadap cahaya Tidak stabil, simpan pada tempat yang terlindung
cahaya b) Stabilitas terhadap suhu Sifat bakteriostatik dari injeksi natrium
klorida harus dijaga dari pendinginan (McEvoy, 2002). c) Stabilitas terhadap pH
pH : 4,5 7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3 (Kibbe, 2000). 4. Titik lebur Natrium klorida
memiliki titik lebur pada suhu 8010C (Kibbe, 2000). 5. Inkompatibilitas
Inkompatibilitas terhadap logam Ag, Hg, Fe (Reynolds, 1989) 2.3. Karbon Aktif 1.
Pemerian dan Bobot Molekul a. Pemerian b. Kegunaan : Serbuk hitam tidak
berbau : digunakan untuk menyerap bahan-bahan pengotor c. Konsentrasi : 0,1-
0,3% d. Alasan pemilihan : inert sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif
(Depkes RI, 1995) 2. Kelarutan a. Dalam air : Praktis tidak larut (Depkes RI, 1995)
b. Dalam etanol : Praktis tidak larut 3. Stabilitas Stabil ditempat yang tertutup
dan kedap udara (Depkes RI, 1995) 2.4. Air untuk Injeksi a. Definisi : Menurut FI
IV, air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas
dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan
tambahan lainnya (Depkes RI, 1995). b. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau : Kalor basah (autoklaf) : Pembawa dan melarutkan : untuk
melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan : didihkan aqua dan diamkan selama
30 menit, c. d. e. f. Sterilisasi Kegunaan Fungsi Cara pembuatan dinginkan. III.
BENTUK SEDIAAN, DOSIS DAN CARA PEMBERIAN 3.1. Bentuk sediaan Sediaan
dibuat dalam bentuk infus dextrose 5% . Volume sediaan yang dibuat adalah 100
mL. Wadah yang digunakan botol kaca bening dengan volume 100 mL. 3.2. Dosis
a. Dosis dari penggunaan sediaan dextrose ini tergantung dari umur pasien,
berat badan, kondisi klinik, cairan elektrolit, dan keseimbangan asam-basa dari
pasien (McEvoy, 2002). b. Dosis melalui injeksi IV untuk pemulihan kondisi
pasien lajunya kecepatan infusnya adalah 0,5 g/kg perjam tanpa disertai
produksi gula dalam urine (glukosuria). Laju atau kecepatan infus maksimum
pada umumnya tidak melebihi 0,8 g/kg perjam (McEvoy, 2002). c. Untuk
pengobatan hipoglikemia dosis umumnya adalah 20-50 mL dextrosa 50%, yang
diberikan dengan lambat (McEvoy, 2002). d. Untuk pengobatan gejala
hipoglikemia akut pada bayi dan anak-anak dosis umumnya adalah 2mL/kg
dengan konsentrasi glukosa 10%-25% (McEvoy, 2002). 3.3. Cara pemberian Infus
dextrose 5% diberikan secara intravena . B. FORMULASI Bentuk dan formula
yang akan dibuat adalah, sediaan infus dextrose 5% dengan wadah gelas kaca
bening bervolume 100 ml. I. Bentuk dan Formula yang Dibuat 1.1 Formula yang
digunakan Formula yang akan dibuat adalah Infus Dextrose 5%, dengan formula
sebagai berikut: R/ Dextrose Anhidrat Karbon aktif NaCl Aqua pro injeksi 1.2
Perhitungan Bahan a. Dextrose monohidrat = 5 % (zat aktif) Untuk 1 sediaan :
Dekstrosa yang diperlukan = Penimbangan 10 = 5g + 5g 100 = 5,5
gram Untuk 2 sediaan : Dekstrosa yang diperlukan = Penimbangan 10 = 10
g + 10 g 100 = 11 gram b. Karbon aktif 0,05 % dari total sediaan
(adsorbing agent) Penggunaan karbon aktif pada pustaka (Niazi, 2004) adalah
0,05 % untuk 1000 mL sediaan tanpa penambahan bobot, sehingga untuk 100
mL sediaan, karbon aktif yang dibutuhkan adalah: = = 5 gr x 200 mL = 10 gram
100 mL 5 gr x100 mL = 5 gram 100 mL 5% 0,05% ad. ad. isotonis 100 mL Gram
karbon aktif sediaan = Gram karbon aktif sediaan = 0,005 gram c. NaCl
Perhitungan Tonisitas Massa NaCl yang diperlukan untuk 110 mL (1 botol) larutan
isotonik Massa NaCl = 110 mL 0,9 % b/v = 0,99 g Kesetaraan NaCl untuk
Dekstrose Monohidrat (untuk 1 botol sediaan) Kesetaraan NaCl = gram dekstrose
(E) = 5,5 g 0,16 = 0,88 g NaCl yang diperlukan untuk 1 botol sediaan.
Dengan jumlah penambahan dextrose sebanyak 5,5 gram berarti sudah
menambahkan 0,88 gram NaCl. Jadi jumlah NaCl yang ditambahkan untuk 1
botol sediaan : Gram NaCl = Kesetaraan NaCl kesetaraan NaCl untuk dektrose
= 0,99 g 0,88 g = 0,11 g NaCl untuk 2 botol sediaan = 2 0,11 g = 0,22 g
Jadi, formula akhir yang digunakan adalah : R/ Dextrose Anhidrat Karbon aktif
NaCl Aqua pro injeksi 1.3 Penimbangan Dibuat infus dextrosa 5% sebanyak 2
botol dengan volume masing-masing 100 ml. No Bahan Fungsi Bahan aktif
Adsorben Pengisotonis Pelarut/Pembawa Penimbangan 1 Penimbangan 2 sediaan
5,5 g 0,005 g 0,11 g ad 110 mL sediaan 11 g 0,01 g 0,22 g Ad 220 ml ad. 5g
0,005 g 0,11 g 100 mL 1 Dextrose anhidrat 2 Karbon aktif 3 NaCl 4 Aqua pro
injeksi II. Permasalahan 1. Dextrose akan terurai menjadi senyawa furfuran
(hidroksi metilfurfuran) apabila dipanaskan pada temperatur yang tinggi. 2.
Dextrose merupakan sumber nutrisi yang baik bagi mikroba sehingga dapat
ditumbuhi oleh mikroba yang bersifat pirogen. 3. Kejernihan dextrose akan
mempengaruhi dari warna yang dihasilkan sediaan. 4. Penguraian dapat terjadi
pada pH dibawah pH stabilitas dari dextrose. 5. Adanya sifat isotonis atau
hipertonis dari sediaan. III. Pencegahan Masalah 1. Sterilisasi dilakukan pada
suhu yang terjaga dan diusahakan agar waktu yang digunakan tidak terlalu
lama. Suhu yang stabil akan sangat menentukan hasil dari sediaan, di mana
dengan adanya kestabilan suhu akan menghambat terjadinya penguraian
dextrose. Kemurnian dextrose akan mempengaruhi dari warna yang dihasilkan
pada sediaan (Voigt, 1995). 2. Untuk membebaskan sediaan dari pirogen
digunakan absorbing agent yaitu karbon aktif yang akan mengadsorbsi pirogen
dari larutan. Karbon aktif yang ditambahkan sebanyak 0,1 % , dikocok selama 5-
10 menit (Jenkins et al., 1957) 3. Untuk mempertahankan kejernihan sediaan,
biasanya ditambahkan karbon aktif dalam sediaan yang akan dibuat. Aktivitas
karbon aktif ini baik pada suhu 600, sehingga pada proses pembuatan dilakukan
pemanasan pada suhu tersebut (Voigt, 1995). 4. Untuk mencegah agar infus
yang dihasilkan tidak memiliki pH di luar rentang pH stabilitas dextrose, yaitu pH
3,5-6,5, maka pada sediaan ditambahkan NaCl untuk memperoleh pH yang
sesuai (Voigt, 1995). 5. Sifat isotonis dari sediaan sangat berpengaruh terhadap
rasa sakit yang ditimbulkan pada saat penggunaan sediaan tersebut, sehingga
dalam hal ini dibutuhkan perhitungan isotonis untuk mengetahui isotonis sediaan
yang dibuat. Biasanya sediaan yang mengandung kadar dextrosa yang tinggi
memiliki sifat hipertonis, dan hal ini tidak dapat diatasi dengan melakukan
pengenceran sediaan dengan menambahkan cairan pembawa yang sesuai,
melainkan cara yang digunakan untuk mengatasi hal ini adalah dengan
memberikan peringatan pada etiket bahwa sediaan ini hipertonis, sehingga pada
saat menggunakannya harus diberikan secara perlahan-lahan (Voigt, 1995). IV.
Macam-Macam Formulasi a. USP - Formula 1 - Formula 2 RL dan Injeksi Dekstrosa
5% Setiap 100 mL berisi 5 g Dekstrosa hidro; 600 mg Natrium Klorida; 310 mg
Natrium Laktat (C3H5Na03); 30 mg Kalium Klorida, dan 20 mg Kalsium Klorida,
USP (CaCl2 2H20). b. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations -
Formula 1 - Formula 2 c. Jenkins et al (1957) R/ Dextrose Anhydrous C. P. Karbon
aktif Aqua pro injeksi d. Trissel (2003) 5% 0,1% ad 100 mL Amino Acids Dextrose
Vitamins Trace 5% 5% 5% qs C. PELAKSANAAN I. Cara Kerja 1. Alat-alat yang
digunakan disterilkan terlebih dahulu. 2. Gelas beaker ditera 100 mL dengan
aquades dan ditandai. 3. Aquadest pada gelas beaker dipanaskan diatas
penangas air pada suhu 60o C. 4. Ditimbang bahan-bahan yang digunakan 5.
Setelah suhu air 60o C, dextrose yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam
aquadest dan diaduk perlahan selama pemanasan (15 menit). 6. Ditambahkan
karbon aktif ke dalam campuran tersebut, diaduk perlahan dan dipanaskan
selama 15 menit. Diusahakan agar suhu tetap terjaga 60o C. 7. Ditambahkan
NaCl ke dalam campuran, digoyangkan perlahan selama 15 menit. 8. Larutan
disaring dengan kertas saring (dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali) 9. Filtrat
yang diperoleh, dituangkan ke dalam wadah gelas kaca 100 ml yang telah
disterilkan. Kemudian tutup dengan penutup karet. 10. Kemudian dibungkus
bagian atas botol dengan aluminium foil dan ikat dengan tali kasur (dikat dalam
bentuk simpul). 11. Kemudian sediaan disterilisasi akhir dengan autoklaf pada
suhu 110oC selama 20 menit. 12. Etiket ditempelkan pada sedian, dimasukkan
ke dalam kemasan sekunder. II. Alat-Alat yang Digunakan dan Cara Sterilisasinya
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9. Nama Alat Gelas ukur Pipet tetes Beaker gelas Corong
gelas Kertas saring Botol infus Batang pengaduk Erlemeyer Pentup karet Ukuran
100 mL 100 mL Kecil 100 mL sedang 100 mL Autoklaf Oven Desinfektan Cara
Sterilisasi Autoklaf Autoklaf Oven Oven Autoklaf Suhu 1210 1210 2500 2500
1210 1210 2500 - Waktu 15 15 30 30 15 15 30 D. EVALUASI SEDIAAN I.
Evaluasi Fisika a. Uji Organoleptis Pengujian infus dextrosa 5 % meliputi bau dan
warna sediaan. Selain itu juga diperiksa kelengkapan etiket, brosur dan
penandaan pada kemasan. b.Uji pH Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH
meter atau kertas indikator universal. c. Penetapan volume injeksi dalam wadah
Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu per
satu, atau bila wadah volume 1ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah volume
wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung. Volume tertera dalam
penandaan 0,5 ml 1,0 ml 2,0 ml 5,0 ml 10,0 ml 20,0 ml 30,0 ml 50,0 ml Atau
lebih Kelebihan Volume yang Dianjurkan Untuk Cairan Encer Untuk Cairan Kental
0,10 ml 0,10 ml 0,15 ml 0,30 ml 0,50 ml 0,60 ml 0,80 ml 2% 0,12 ml 0,15 ml
0,25 ml 0,50 ml 0,70 ml 0,90 ml 1,20 ml 3% Bila dalam wadah dosis ganda berisi
beberapa dosis volume tertera, lakukan penentuan seperti di atas dengan
sejumlah alat suntik terpisah sejumlah dosis tertera. Volume tiap alat suntik yang
diambil tidak kurang dari dosis yang tertera. d. Uji Kejernihan Larutan
Pemeriksaan biasanya dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dan luaran bawah penerangan cahaya
yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, an belatar belakang
hitam dan pitih, dijalankan dengan suatu aksi memutar , harus benar-benar
bebas dari partikel kecil yang bebas dari mata. e. Bahan Partikulat Dalam Injeksi
Bahan partikulat merupakan zat asing , tidak larut, dan melayang kecuali
gelembung gas, yang tanpa sengaja ada dalam larutan parenreteral. Bahan
partikulat dibedakan sesuai volume sediaan injeksi yang tercantum pada FI Edisi
IV tahun 1995. II. Evaluasi Kimia a. Penetapan kadar Pipet sejumlah volume
injeksi setara dengan kurang lebih 90 mg natrium klorida, masukkan ke dalam
wadah dari porselen dan tambahkan 140 ml air dan 1 ml diklorofluoresein LP.
Campur dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga perak klorida
menggumpal dan campuran berwarna merah muda lemah.1 mL perak nitrat 0,1
N setara dengan 5,844 mg NaCl b. Identifikasi Menunjukkan reaksi natrium
dengan cara A dan B. serta klorida dengan cara A, B dan C seperti yang tertera
pada uji identifikasi umum. Uji identifikasi umum - Reaksi natrium Cara A:
tambahkan Kobalt Uranil asetat LP sejumlah lima kali volume kepada larutan
yang mengandung tidak kurang dari 5 mg natrium per ml sesudah diubah
menjadi klorida atau nitrat: terbentuk endapan kuning keemasan setelah dikocok
kuat-kuat beberapa menit. Cara B: Senyawa natrium menimbulkan warna kuning
intensif dalam nyala api yang tidak berwarna. - Reaksi klorida Cara A: tambahkan
perak nitrat LP ke dalam larutan: terbentuk endapan putih seperti dadih yang
tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam amonium hidroksida 6 N
sedikit berlebih Cara B: pada pengujian alkaloida hidroklorida, tambahkan
amonium hidroksida 6 N, saring, asamkan filtrat dengan asam nitrat P, dan
lakukan seperti yang tertera pada uji A. Cara C: Campur senyawa klorida kering
dengan mangan dioksida P bobot sama, basahi dengan asam sulfat P dan
panaskan perlahan-lahan hingga terbentuk klor yang menghasilkan warna biru
pada kertas kanji iodida P basah. III. Evaluasi Biologi a. Uji sterilitas Prinsip :
larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20o 25oC. Jika terjadi
kekeruhan / pertumbuhan mikroorganisme, berarti larutan uji tersebut tidak
steril. Metode uji : Teknik penyaringan dengan filter membran (dibagi menjadi 2
bagian) lalu diinkubasi. Prosedur uji : Inokulasi langsung ke dalam media
perbenihan. Volume tertentu spesimen ditambah volume tertentu media uji,
inkubasi selama tidak kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara
visual sesering mungkin sekurang-kurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5,
pada hari ke-7 atau hari ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji. b. Uji pirogen
Uji pirogen dimaksudkan untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat
yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Pengujian
meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara
intraven. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Goeswin. 2008.Pengembangan Sediaan
Farmasi. Bandung: Penerbit ITB Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Steril.
Bandung: Penerbit ITB Anonim. 2007. USP 30/NF 25. Rockville: USP Convention
Inc. Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta :
Universitas Indonesia Arifilanto. 2011. Cairan Infus Intravena. (cited March 31,
2012). Available at: http://milissehat.web.id/?p=93 Depkes RI. 1995. Farmakope
Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Jenkins, G.L. 1957.
Scovilles The Art of Compounding, 9th ed. Mac Graw Hill Book Co. Inc: New York.
Kibbe, A. H.. 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipients Third Edition.
London :Pharmaceutical Press (PhP). Hal 175. Lukas, S. 2006. Formulasi Steril.
Yogyakarta : Penerbit Andi McEvoy, G.K. 2002. AHFS Drug Information. United
State of America: American Society of Health System Pharmcists. Niazi, S.K.
2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: Sterile Products.
Volume 6. Boka Raton : CRC Press Reynolds, J.E.F. 1989. Martindale The Extra
Pharmacopea Twenty-nineth Edition Book 1,. Pharmaceutical Press (PhP) :
London. Trissel, C.A. 2003. Handbook on Injectable Drugs 12th edition book 2.
USA: American Society of Health- System Pharmacist Inc Voigt, R. 1995. Buku
Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
X

RECOMMENDED

Guia para la Futura Ex-esposa - Documents

Guia para la Futura Ex-esposa

Recomendaciones y consideraciones para aquellas mujeres que ya han tomado


la decisin de enfrentar un proceso de divorcio.

contoh proposal - Documents

contoh proposal

contoh

TEKS MC PENUTUPAN - Documents

TEKS MC PENUTUPAN

TEKS PENGACARA PERASMIAN PENUTUPAN PERKHEMAHAN DAN ANAK ANGKAT


SEBAGAI PROGRAM BINA INSAN GURU PERINGKAT IPG KPM TARIKH : 14.07.2011
TEMPAT : KG. SEBALING SEBATU BIL CUE

Lokasi AES - Had Laju - Documents

Lokasi AES - Had Laju

LOKASI PEMASANGAN KAMERA AES UNTUK MENGESAN HAD LAJU NEGERI :


PERLIS Lokasi Bil. 1 JALAN KURUNG BATANG, KANGAR, PERLIS 2 KM 15 JALAN
KANGAR-PADANG BESAR 3 JALAN TAMBUN TULANG

Anarquismo para principiantes - Documents

Anarquismo para principiantes

Lokasi AES - Lampu Isyarat - Documents


Lokasi AES - Lampu Isyarat

LOKASI PEMASANGAN KAMERA AES DI LAMPU ISYARAT NEGERI : PERLIS Bil. Lokasi
1 JALAN RAJA SYED ALWI 2 BOHOR LATEH JALAN KANGAR-ALOR SETAR 3
L/ISYARAT JALAN BINTONG/JALAN PADANG

contoh proposal usaha - Documents

contoh proposal usaha

contoh proposal usaha

contoh laporan keuangan - Documents

contoh laporan keuangan

lapooran keuangan

Slide vsi - Documents

Slide vsi

1. www.LeaderVSI.com 2. FOUNDER & OWNER: YUSUF MANSUR J A K A RTA , 1 9


D E S E M B E R 1 9 7 6Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Daarul QuranPimpinan
pengajian Wisata

contoh teks pengacara (Hari Guru) - Documents

contoh teks pengacara (Hari Guru)

Invalid document format

View more

Subscribe to our Newsletter for latest news.

Your email
NEWLETTER

About Terms DMCA Contact

STARTUP - Share & Download Unlimited

Fly UP

Anda mungkin juga menyukai