Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

SALEP MATA NEOMYCIN

I. TUJUAN
Mahasiswa mampu membuat sediaan steril salep mata neomycin beserta
evaluasinya.
II. DASAR TEORI
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok (Anief, 2000).

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan
salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan
yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi
syarat uji sterilitas (Anonim, 1995, hal : 12).

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan
salap mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan
yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memnuhi
syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi
salap mata tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan
bahan yang yang memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara
aseptik. Salap mata mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai
untuk mecegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin
masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu aplikasi
penggunaan, kecuali dinyatakan lain dalam monografi, atau formulanya
sendiri sudah bersifat bakteriostatik. (Goeswin, 2009)

Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada
pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang
paling sering digunakan adalah larutan dalam air, tapi bisa juga dalam
bentuk suspensi, cairan bukan air dan salep mata. Berbeda syarat salep
dermatologi salep mata yang baik yaitu :
1. Steril
2. Bebas hama/bakteri
3. Tidak mengiritasi mata
4. Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan
mata.
5. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu
tubuh
(Ansel,1989).

Sediaan mata umumnya dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar


daripada sediaan larutan dalam air yang ekuivalen. Hal ini disebabkan
karena waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi
lebih tinggi. Salep mata dapat mengganggu penglihatan, kecuali jika
digunakan saat akan tidur (Remington Pharmaceutical Science, hal.1585).

Obat salep mata harus steril berisi zat antimikrobial preservative,


antioksidan, dan stabilizer. Menurut USP XXV, salep berisi chlorobutanol
sebagai antimikrobial dan perlu bebas bahan partikel yang dapat mengiritasi
dan membahayakan jaringan mata. Sebaliknya, dari EP (2001) dan BP
(2001) ada batasan ukuran partikel, yaitu setiap 10 mikrogram zat aktif tidak
boleh mengandung atau mempunyai partikel > 90 nm, tidak boleh lebih dari
2 partikel > 50nm, dan tidak boleh lebih dari 20,25 nm (Lukas, 2006).

Dasar salep pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan
harus memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi
karena sekresi cairan mata. Dasar salep mata yang digunakan juga harus
bertitik lebur yang mendakati suhu tubuh. Dalam beberapa hal campuran
dari petroletum dan cairan petrolatum (minyak mineral) dimanfaatkan
sebagai dasar salep mata. Kadang-kadang zat yang bercampur dengan air
seprti lanolin ditambahkan kedalamnya. Hal ini memungkinkan air dan obat
yang tidak larut dalam air bartahan selama sistem penyampaian
(Ansel,1989).
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik berspektrum luas tang
berasal dari beberapa jenis streptomyces misalnya S. Venezuelae, S.
Phaeochromogenes var, chloromycetius dan S. Omiyanesis. Setelah para
ahli berhasil mengelusidasi strukturnya, maka sejak tahun 1950
kloramfenikol sudah dapat di sintesis secara total. S. Venezuelae,pertama
kali diisolasi oleh Burkholder pada tahun 1947 dari contoh tanah yang
diambil di Venezuela. Filtrat kultur cair organisme menunjukkan aktivitas
terhadap bakteri gram negatif dan riketsia. Bentuk kristal antibiotik ini
diisolasi oleh Bartz pada tahun 1948 dan dinamakan kloromisetin karena
adanya ion klorida dan didapat dari suatu aktinomisetes (Wattimena dkk,
1991).

Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi


diketahui paling stabil dalam segala pemakaian. Dia memiliki stabilitas
yang sangat baik pada suhu kamar dan kisaran pH 2 sampai 7, stabilitas
maksimumnya dicapai pada pH 6. Pada suhu 25oC dan pH 6, memiliki
waktu paruh hampir 3 tahun. Yang menjadi pnyebab utama terjadinya
degradasi kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan hidrolitik pada
pemecahan amida. Laju reaksinya berlangsung dibawah orde pertama dan
tidak tergantung pada kekuatan ionik media (Connors, 1986).

Senyawa ini termasuk antibiotik yang paling stabil. Larut dalam air
pada pH 6 menunjukkan kecenderungan terurai yang paling rendah. Dalam
basa akan terjadi penyabunan ikatan amida dengan cepat (Schunack dkk,
1990).
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat

N
Nama Alat Ukuran Jumlah Sterilisasi Waktu Suhu
o.
Batang 160°
1 - 1 Oven 15 menit
pengaduk
160°
2 Beaker glass 100 ml 1 Oven 15 menit

Cuci tepol +
3 Sendok tanduk - 1 -
alkohol -
Mortir dan -
4 - 1 Rendam alkohol -
stemper
-
5 Sudip - 1 Semprot alkohol -

Cuci tepol +
6 Gelas ukur 10 ml 1 - -
alkohol
Wadah salep
7 - 4 Autoklaf 15 menit 121°
mata
Cawan
8 60 ml 2 Oven 15 menit 160°
porselin
b. Bahan

No. Nama Bahan Massa (gram) Volume (ml)

1 Neomycin 0,23 -

2 Adeps Lanae 0,92 -

3 Vaselin Flavum 46 -

4 Asam askorbat 0,046 -

5 NaOH - Sampai pH netral (6)

6 Paraffin cair 18,4 -

7 Nipagin 0,05 -
IV. PREFORMULASI

R/ Neomycin 0,5 %
Adeps lanae 2%
Vaselin flavum 100 %
Parafin Liq 0,4 %
Nipagin 0,05 %
Asam Askorbat 0,1 %
Aqua q.s
V. METODE STERILISASI
Metode Sterilisasi : Metode Sterilisasi Awal (Aseptik)
Metode sterilisasi dipilih karena kloramfenikol merupakan antibiotik
yang tidak stabil terhadap kelembapan dan pemanasan.
VI. PROSEDUR KERJA

Sterilisasi alat

Timbang semua bahan

Menghaluskan Neomycin
dalam mortir steril

Nipagin dilarutkan dengan air


panas

Panaskan parafin cair diatas


waterbath

Panaskan adeps lanae


menggunakan oven dengan suhu
400C selama 15 menit

Mencampurkan adeps lanae dengan


parafin cair

Masukkan adeps lanae dan parafin


cair kedalam mortir yang sudah
berisi kloramfenikol

Tambahkan larutan nipagin

Aduk ad homogen dan


berbentuk massa salep

Cek PH
Netralkan larutan sampai PH
7

Masukkan ke wadah salep

Evaluasi Sediaan
VII. HASIL PENGAMATAN

No. Pengujian Hasil Pengamatan

1 Uji Homogenitas Sediaan homogen

Warna : Putih
2 Uji Organoleptis
Bau : Khas Vaseline

3 Uji Ph 5 (asam lemah)

4 Uji Kebocoran Tidak terjadi kebocoran

Bobot salep = Bobot setelah diisi salep –


Bobot sebelum diisi salep

5 Uji Keseragaman Bobot Salep 1 : 8,4621 – 1,5829 = 6,8792


Salep 2 : 8,2565 – 1,5115 = 6,745
Salep 3 : 8,2095 – 1,5461 = 6, 6634
Salep 4 : 8,3141 – 1,5975 = 6,7166

6 Uji Sterilisasi Tidak Terdapat Bakteri


X. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta

Agoes, Goeswien, 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung :

Penerbit ITB

Anief, M. ( 2000). Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Cetakan ke- 9.

Yogyakarta: Gajah Mada University- Press.

ANSEL, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta:

Penerbit UniversitasIndonesia (UI-Press).

Connors, K.A., Amidon, G.L., dan Stella, V.J., 1986, Chemical Stability of

Pharmaceticals A Hanbook for Pharmacist, 2nd Ed, 264-273, John

wiley and Sons, New York.

Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi steril. Penerbit Andi : Jakarta.

Schunack, W., Mayer, K., dan Haake, M., 1990, Senyawa Obat

diterjemahkan oleh bagian farmakologi FK UNAIR, edisi II, 187,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wattimena, 1991, Farmakodinamika dan Terapi antibiotik, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta (1-7)


LAMPIRAN

Uji Homogenitas Uji pH

Uji Sterilisasi Sediaan Salep Mata

Anda mungkin juga menyukai