Anda di halaman 1dari 32

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP

KETEPATAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA


MAHASISWA FARMASI TINGKAT I UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2019

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Farmasi (S-1)

Oleh :
RENAWATI
NIM: F220165052

JURUSAN S-1 FARMASI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

B. Rumusan Masalah ............................................................................

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................

D. Manfaat Penelitian.............................................................................

E. Keaslian Penelitian ............................................................................

F. Ruang Lingkup ..................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................

A. Analgetik ...........................................................................................

1. Pengertian .................................................................................

2. Penggunaan ..............................................................................

3. Penggolongan ............................................................................

B. Pengetahuan ....................................................................................

1. Pengertian .................................................................................

2. Faktor Pengetahuan ..................................................................

3. Pengetahuan Analgetika ............................................................

C. Kerangka Teori..................................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................

A. Variabel Penelitian ..........................................................................


B. Hipotesis Penelitian ........................................................................

C. Kerangka Konsep ...........................................................................

D. Rancangan Penelitian ....................................................................

E. Jadwal Penelitian ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Obat nyeri atau analgesic sering digunakan bebas dipasaran, hal ini
menyebabkan ketergantungan dan diperkirakan sebagai penyebab penyakit
gagl ginjal kronis di masyarakat saat tahun 1990 (WHO, 2000). Penggunaan
obat nyeri paling banyak dikonsumsi oleh wanita karena dibutuhkan setiap
bulannya untuk mengurangi rasa nyeri haid dan menyebabkan salah satu
penyebab gagal ginjal kronis (Sohar E.Ali, 2010). Prevalensi penggunaan obat
nyeri dengan kondisi pengobatan sendiri (swamedikasi) dilaporkan sebanyak
39,4%. Penyakit nyeri juga dihubungkan dengan penyebab mordibitas
populasi orang dewasa di dunia sebanyak 10-30% populasi dan laporan
terbaru menunjukkan hingga 50% (Pilar Caraso, et.al,2014).
Di Indonesia sendiri perilaku pengobatan sendiri sudah memiliki nilai
yang cukup besar. Salah satu ciri adanya swamedikasi adalah dengan perilaku
Rumah Tangga yangmenyimpan obat untuk prngobatan sendiri. Dimana data
menunjukkan sebesar 35,2% rumah tangga telah menyimpan obat untuk
swamedikasi. Prakteknya terdapat obat keras, obat bebas, antibiotika, obat
tradisional dan obat-obat yang tidak teridentifikasi. Dengan adanya obat keras
dan antibiotika untuk swamedikasi menunjukkan adanya penggunaan obat
yang tidak rasional (Riskesdas, 2013).
Penelitian di Malaysia menunjukkan bahwa ada sejumlah 70,7% siswa
perempuan menyimpan obat swamedikasi yang dibelinya dari apotek.
Penyimpanan ditempatkan dalam rak-rak, laci, dan kulkas (Sohar, E.Ali, 2010).
Salah satu yang terpenting adalah penyakit nyeri, dalam penelitian yang
dilakukan Corin Nur Syeima tahun 2009 menyebutkan bahwa penggunaan
obat nyeri secara rasional di masyarakat RW 08 Kelurahan Pisangan Barat,
Ciputat adalah sebesar 60,2% (Corin Nur Syeima, 2009). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Puji Pratiwi Ningrum tahun 2014 menyebutkan bahwa
pengetahuan tentang swamedikasi obat antiinflamasi nonsteroid oral pada
Etnis Tionghoa di Durabaya memiliki nilai 41% (Puji Pratiwi Ningrum, 2014).
Obat nyeri yang sering digunakan dalam swamedikasi adalah untuk
mengobati nyeri sakit kepala yaitu sebesar 51,6%, diikuti batuk, nyeri otot,
kesleo, kelelahan, sakit pinggang, dan nyeri lainnya (Sadin Amin, et al, 2014).
Suatu penelitian di Kroasia menyebutkan bahwa pengobata sendiri masih
tergolong besar terutama pengobatan menggunakan NSAID. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan di Sudan, Nepal, dan Jordan, keseluruhan obat yang
sering digunakan dalam praktek swamedikasi adalah obat analgesic,
antiinflamasi dan antibiotic (Ioana Dana Alexa, et.al, 2014).
Analgetik merupakan inhibitor spesifik jalur nyeri dengan mengaktifkan
reseptor yang berada pada neuron sensorik dan susunan syaraf pusat (SSP).
Obat analgetik yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit keluhan nyeri
adalah Ibuprofen, Asam Mefenamat, Naproxen, Parasetamol, Aspirin. Obat
tersebut dapat digunakan untuk mengobati penyakit dengan keluhan nyeri
(Aminoshariae, 2014).
Penggunaan obat dapat dikatakan rasional jika pasien mendapatkan
obat sesuai dengan kebutuhan klinis pasien, dosis yang tepat dengan
memperhatikan harga yang paling murah untuk pasien dan masyarakat
(Depkes, 2011).
Masyarakat dalam melakukan pengobatan tidak memperhatikan
rasionalitas dan melakukan penggunaan obat tanpa idikasi yang jelas,
penentu dosis, cara, dan lama pemberian yang salah, serta pemilihan obat
yang mahal. Akan tetapi, penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika
kemungkinan dampak negative yang diterima oleh pasien lebih besar
disbanding manfaatnya (Depkes, 2011).
Berdasarkan latar belakang tersebut, Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan tujuan mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan
terhadap ketepatan penggunaan analgetika pada Mahasiswa Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kudus Tahun 2019.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, peneliti merumuskan
masalah “Apakah Ada Hubungan Antara Tingkat Penetahuan terhadap
Ketepatan Penggunaan Obat Analgetika Pada Mahasiswa Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kudus Tahun 2019”

1.3. Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap ketepatan
penggunaan analgetika pada mahasiswa farmasi Universitas
Muhammadiyah Kudus Tahun 2019
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pada mahasiswa farmasi
Universitas Muhammadiyah Kudus Tahun 2019
b. Untuk mengetahui keteptan penggunaan analgetika pada mahasiswa
farmasi Universitas Muhammadiyah Kudus Tahun 2019
c. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap
ketepatan penggunaan analgetika pada mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Kudus Tahun 2019

1.4. Manfaat penelitian


1. Bagi Peneliti
Diharapkan setelah diketahui tentang tingkat pengetahuan terhadap
ketepatan penggunaan analgetika dapat dijadikan masukan untuk
memberikan penyuluhan tentang penggunaan obat yang benar ( bekerja
sama dengan dinas kesehatan daerah )
2. Bagi Istitusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi dan masukan bagi peneliti selanjutnya, agar
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian dengan
variable yang berbeda.
3. Bagi Peneliti
Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan dan
pengalaman nyata dalam melakukan penelitian
1.5. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Ketepatan
Penggunaan Analgetika pada Mahasiswa Farmasi tingkat I Universitas
Muhammadiyah Kudus Tahun 2019” belum pernah diteliti sebelumnya. Berikut
ini bebrapa penelitian terdahuku yang terkait dengan penelitian ini :

Nama Judul Penelitian Design Perbedaan

Ahmad Afif Hubungan Tingkat Metode  Tempat


(2015) Pengetahuan penelitian penelitian di
Dengan Ketepatan menggunakan Kabupaten
Penggunaan Obat corelational dan Demak pada
Analgettik Pada cross sectional. tahun 2015
Swamedikasi dengan 246
Nyeri Di responden.
Masyarakat  Responden
Kabupaten Demak penelitian yaitu
masyarakat.
Trilia, Yudi Hubungan Metode  Tempat
Abdul Majid, Pengetahuan Dan penelitian penelitian di
Winda Sikap Dalam menggunakan Stikes
Lestari Penggunaan Obat Survei Analitik Muhammadiyah
(2017) Analgetik Bebas Palembang
Untuk Pengobatan dengan 91
Sendiri Pada responden.
Mahasiswa PSIK  Responden
Angkatan 2015 penelitian yaitu
Stikes mahasiswa
Muhammadiyah PSIK angkatan
Palembang 2015
Renawati Hubungan Tingkat Metode  Tempat
(2019) Pengetahuan Penelitian penelitian di
Terhadap adalah Universitas
Ketepatan pengumpulan Muhammadiyah
Penggunaan data dengan Kudus pada
Analgetika Pada menggunakan tahun 2019
Mahasiswa Skala dengan 65
Farmasi tingkat I responden.
Universitas  Responden
Muhammadiyah penelitian yaitu
Kudus mahasiswa.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Waktu Penelitian dilaksanakan pada bula November 2019.
2. Ruang Lingkup penelitian ini adalah di universitas Muhammadiyah Kudus.
3. Ruang Lingkup Materi
Masalah yang dikaji adalah mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan
terhadap Ketepatan Penggunaan Analgetika pada Mahasiswa Farmasi
Universitas Muhammadiyah Kudus Tahun 2019.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analgetik
2.1.1 Pengertian Analgetik
Analgetika sering disebut dengan obat nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tan
Hoan Tjay, 2010). Obat analgetik tanpa resep umumnya sangat efektif untuk
mengatasi nyeri ringan sampai sedang untuk nyeri jenis somatic pada kulit,
otot, lutut, rematik dan pada jaringan lunak lainnya, serta nyeri haid dan sakit
kepala. Tetapi produk obat nyeri ini tidak begitu efektif untuk nyeri visceral.
(Corin Nur Syeima, 2010).
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran. Pembagian analgetik ada dua jenis yaitu
analgetik narkotik dan analgetik non narkotik. Penggunaan obat-obat analgetik
jika digunakan secara terus menerus dapat menimbulkan efek samping bagi
kesehatan yaitu gangguan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah,
diare, perut kembung, sakit kepala, pusing, pendarahan lambung, dan lain-lain
(Anonim, 2010).
Ada tiga kelas analgetik tanpa resep yang saat ini beredar di pasaran,
yaitu golongan paracetamol, golongan salisilat, dan golongan asam
propionate. Obat-obat tersebut tersedia dalam berbagai merk dan sebagai
obet generic yang biasannya dikombinasikan dengan tambahan bahan seperti
kafein dan banyak digunakan dalam komposisi obat batuk, pilek, atau flu (Corin
Nur Syeima, 2010).
2.1.2 Penggolongan Analgesik
Atas dasar Cara kerja farmakologisnya, analgesik dibagi dalam 2 kelompok
besar, yakni:
a. Analgesik perifer (non narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgesik antiradang termasuk
dalam kelompok ini.
b. Analgesik narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti pada fraktur dan Kanker (Tjay dan Rahardja, 2010).
Obat-obat tersebut mampu meningkatkan atau menghilangkan rasa nyeri,
tanpa mempengaruhi sistem syaraf pusat atau menurunkan kesadaran, serta
tidak menimbulkan ketagihan. Efek samping yang paling umum adalah
kerusakan darah (paracetamol, salisilat, derivate derivate antranilat dan
derivate derivate pirazolinon), kerusakan hati dan ginjal (parasetamol dan
penghambat prostaglandin/NSAID) dan reaksi alergi pada kulit. Efek samping
terjadi terutama pada penggunaan yang lama atau dalam dosis tinggi (Tjay
dan Kirana, 2007).
Obat golongan analgetik-antipiretik:
1. Parasetamol (acetaminofen)
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang dan pireksia.
Peringatan : Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal dan
ketergantungan alkohol.
Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati
Efek samping : Reaksi hipersensitivitas, kelainan darah, kerusakan
hati, kerusakan ginjal. Dosis : 0,5-1 gram setiap 4-6 jam hingga maksimum
4 gram perhari (Badan POM RI, 2008).
2. Asetosal
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang dan demam.
Peringatan : Asma penyakit alergi, gangguan fungsi ginjal,
menurunnya fungsi hati, dehidrasi, kehamilan, pasien lansia dan defisiensi
G6PD.
Efek samping : Biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya
tinggi untuk terjadinya iritasi saluran cerna dengan pendarahan ringan
yang asimptomatis, memanjangnya waktu pendarahan, bronkospasme,
dan reaksi kulit pada pasien hipersensitif.
Dosis : 300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan, maksimum 4
gram perhari (Badan POM RI, 2008).
3. Antalgin (Methampyron)
Indikasi : Nyeri ringan sampai sedang dan pireksia.
Peringatan : Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal dan
ketergantungan alcohol.
Kontraindikasi : Penderita hipersensitif, hamil dan wanita menyusui,
penderita dengan tekanan darah sistolik kurang dari 100 mmhg Efek
samping : Iritasi lambung, hyperhidrosis
Dosis : 3-4 kali 250-500 mg.
4. Tramadol
Indikasi : Nyeri akut atau kronik yang berat dan pada nyeri pasca
operasi
Peringatan : Pasien dengan trauma kepala, tekanan intrakranial.
Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap tramadol atau
opiate dan penderita yang mendapatkan pengobatan dengan penghambat
MAO, intoksikasi akut dengan alkohol, hiptonika, analgetika atau obat obat
yang bekerja pada SSP, seperti transquiliser, hiptonik.
Efek samping : Mual, muntah, lesu, letih, ngantuk, pusing, ruam kulit,
takikardia, peningkatan tekanan darah, muka merah.
Dosis : 50 mg sebagai dosis tunggal, dapat diulangi 30-60
menit dengan dosis total yang tidak melebihi 400 mg sehari.
2.1.3 Penggunaan obat Analgetik
Penilaian kualitas penggunaan obat analgetik dinilai dari rasionalitas.
Penggunaan obat yang rasional adalah penggunaan obat yang sesuai dengan
kebutuhan klinis pasien dalam jumlah yang memadai dan biaya yang rendah.
Obat merupakann produk yang diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, namun jika penggunaannya salah, tidak tepat, tidak
sesuai dengan takaran akan membahayakan (Kemenkes RI, 2011).
Kriteria pemakaian obat secara rasional meliputi:
a. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang
tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat
akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru. Akibatnya obat yang
diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
b. Tepat Indikasi
Pemberian obat untuk pasien yang memiliki gejala yang sesuai dengan
penyakitnya.
c. Tepat Obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus
memiliki efek terapi yang sesuai.
d. Tepat Dosis
Cara dan lama pemberian obat berpengaruh terhadap efek terapi obat.
e. Tepat Cara Pemakaian
Obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan.
f. Tepat Interval Waktu Pemberian
Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
praktis, agar mudah ditaati oleh pasien.
g. Tepat Lama Pemberian
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masingmasing.
h. Waspada Terhadap Efek Samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek yang
tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi.
i. Tepat Pasien
Respon individu terhadap efek obat sangat beragam.
j. Tepat Informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting
dalam menunjang keberhasilan terapi.
k. Tepat Tindak Lanjut
Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan
upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh
atau mengalami efek samping.
l. Tepat Penyerahan Obat
Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah
obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Dalam penyerahan obat juga
petugas harus memberikan informasi yang tepat kepada pasien.
Penggunaan obat yang tidak rasional menurut Kemenkes RI dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Peresepan Berlebih (overprescribing)
Yaitu jika memberikan obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk
penyakit yang bersangkutan.
b. Peresepan Kurang (underprescribing)
Yaitu jika pemberiaan obat kurang dari seharusnya diperlukan, baik dalam
hal dosis, jumlah maupun lama pemberian.
c. Peresepan Majemuk (multiple Prescribing)
Yaitu jika memberikan beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang
sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat
untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.
d. Peresepan Salah (incorrect prescribing)
Mencakup pemberian obat untuk indikasi yang keliru, untuk kondisi yang
sebenarnya merupakan kontraindikasi pemberian obat, memberikan
kerugian resiko efek samping yang lebih besar, pemberian informasi yang
keliru mengenai obat yang diberikan kepada pasien, dan sebagainya.

2.2 Pengetahuan
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu,
pengetahuan tentang segi positif dan negatif tentang suatu hal yang
mempengaruhi sikap dan perilaku. Terbentuknya suatu perilaku baru terutama
pada orang dewasa dimulai dari domain kognitif, dalam arti si subjek tahu
terlebih dahulu stimulus atau materi tentang objek diluarnya sehingga akan
menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya akan
memunculkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang
diketahuinya (Notoadmodjo, 2012).
2.2.2 Tingkatan Pengetahuan
Menurut Prof. Notoadmodjo pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis
besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatus. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatanalisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
(Notoadmodjo, 2012).
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Mubarak ada tujuh faktor-faktor yangmempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
tentang suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula
merekamenerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula
pengetahuanyang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru
diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada
aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar
ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi
akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf
berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
d. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dab menekuni suatu
hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
e. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksidengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang
baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman
terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan
timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap
positif.
f. Lingkungan dan Kebudayaan
Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga
kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan (Mubarak,
2007).
2.2.4 Pengukuran Pengetahuan
Budiman membuat kategoritingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga
tingkatan yang didasarkan pada nilaipersentase yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%
b. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%
c. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55%
Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan
menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai
berikut:
a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%
b. Tingkat Pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 50% (Budiman,
2013)
2.3 Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi

penyalahgunaan pemberian analgetik


Penggunaan
1. Pengetahuan Analgetik

2. Komunikasi yang efektif

antara dokter dan pasien


 Tepat diagnosis
3. Tingkat ekonomi
 Tepat indikasi Penyakit
4. Karakteristik dari system  Tepat dosis
 Tepat cara
kesehatan suatu negara  Tepat interval waktu
pemberian
5. Peraturan lingkungan
 Wapada terhadap efek
samping
 Obat yang diberikan harus
efektif
 Tepat informasi
 Tepat tindaklanjut
 Tepat penyerahan obat

Keterangan :

-------------- : Variabel tidak diteliti

__________ : Variabel yang diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Kemenkes RI (2011), Depdikbud (2013), Notoadmojo (2012)


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah ciri atau ukuran yang melekat pada objek

penelitian baik bersifat fisik (nyata) maupun psikis (tidak nyata) (Putra, 2012).

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian,

faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa/gejala yang akan diteliti ditentukan

oleh landasan teorinya dan ditegaskan oleh hipotesis penelitiannya (Putra, 2012).

Pada penelitian ini terdapat dua variable yaitu:

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable terikat (Putra, 2012).

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini yaitu tingkat pengetahuan.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Putra, 2012). Variabel

dependen (terikat) dalam penelitian ini yaitu penggunaan analgesik.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat

praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya (Wikipedia, 2014).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesa alternative (Ha)


Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan analgetik

pada mahasiswa tingkat I farmasi Universitas Muhammadiyah Kudus tahun

2019.

2. Hipotesa nol (H0)

Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan

analgetik pada mahasiswa tingkat I farmasi Universitas Muhammadiyah Kudus

tahun 2019.

4. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Penggunaan Analgetik
 Tingkat pada Mahasiswa
Pengetahuan Farmasi Universitas
Muhammadiyah
Kudus Tahun 2019

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

5. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelatif. Menurut

Notoatmodjo (2010) deskriptif korelatif merupakan penelitian atau penelaah

hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subyek.

Pada penelitian ini akan mengkorelasi tingkat pengetahuan dan sikap

dengan penggunaan antibiotik pada mahasiswa tingkat I farmasi Universitas

Muhammadiyah Kudus tahun 2019.


2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu

data yang dikumpulkan sesaat atau diperoleh saat itu juga. Cara ini dilakukan

dengan melakukan survei, wawancara, atau dengan menyebarkan kuesioner

kepada responden penelitian (Putra, 2012).

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengambil data antara variabel

independent (tingkat pengetahuan) dengan variabel dependen (penggunaan

analgetik) yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Kudus Tahun 2019.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

observasi yang berguna untuk mengamati atau mengatur dan mencatat

kejadian yang sedang diteliti pada sebuah lembar observasi yang berisikan

variable - variabel penelitian dan menggunakan survey dengan menggunakan

wawancara dan kuesioner untuk mendapatkan data berupa responden sampel

penelitian (Azwar, 2012)

Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, yaitu menggunakan

kuesioner dan hasilnya berupa data dalam bentuk bilangan (numerik). Menurut

Hidayat (2009) pengumpulan data adalah proses pengumpulan karakteristik

responden yang diperlukan dalam suatu penelitian. Data yang dikumpulkan

meliputi :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama,

atau dengan kata lain data yang pengumpulannya dilakukan sendiri oleh
peneliti secara langsung seperti hasil wawancara dan hasil pengisian

angket atau kuesioner (Widoyoko, 2012).

Data primer dari penelitian ini didapatkan secara langsung dengan

cara mengisi angket (kuesioner) yang diberikan pada mahasiswa farmasi

tingkat I Universitas Muhammadiyah Kudus tahun 2019.


b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua.

Data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain, dengan kata lain

bukan data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Widoyoko, 2012).

Data sekunder dari penelitian ini didapatkan dari pendokumentasian

yang telah dilakukan oleh bagian kajur farmasi Universitas

Muhammadiyah Kudus tahun 2019 berupa absensi Mahasiswa Tingkat I

Farmasi Universitas Muhammadiyah Kudus.

4. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Saryono, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I farmasi

Universitas Muhammadiyah Kudus Tahun 2019, dengan jumlah mahasiswa

pada tahun ajaran 2019 yaitu sebanyak 78 siswa.

5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian

a. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

karenaketerbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

mengunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2010), dalam menentukan besar sampel

untuk skala untuk skala kecil (< 10.000) dapat menggunakan rumus

sebagai berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(0,052 )
78
= 1+78 (0,052 )

78
= 1+78 (0,0025)

78
= 1+0,195

78
= 1,195

= 65,271 di bulatkan menjadi 65

Maka besarnya sampel pada penelitian ini sebanyak 65 responden.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah cara menentukan sampel yang jumlahnya

sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data

sebenarnya dengan memperhatiakn sifat-sifat penyebaran populasi yang

diperoleh sampel yang representative (Setiawan & Saryono, 2010).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak

stratifikasi. Cara ini dilakukan jika populasi mempunyai karakteristik

heterogen (Putra, 2012).

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara

non probability sampling berupa random sampling yaitu suatu teknik

penetapan sampel dengan cara memilih sampel secara acak dari populasi

yang ada (Sugiyono, 2012).

Adapun kriteria inklusi sampling dalam penelitian ini adalah:

1) Kriteria Inkulsi
Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri – ciri yang perlu

dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah:

a) Mahasiswa tingkat I Farmasi baik perempuan dan laki – laki di

Universitas Muhammadiyah Kudus Tahun 2019.

b) Mahasiswa yang bersedia menjadi responden.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek

yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena sebagai sebab

(Nursalam, 2008). Pada penelitian ini kriteria eksklusi adalah:

a) Mahasiswa yang sakit pada saat dilakukan penelitian

b) Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden

6. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukur

Definisi Operasional Variabel adalah batasan yang digunakan untuk

membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau

diteliti, definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan

serta pengembangan instrumen alat ukur (Notoatmodjo S., 2010).

Definisi Operasional Variabel


Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Pengukuran
Tingkat Pengetahuan Kuesione 1. Tingkat pengetahuan Nominal
pengetahu responden r kurang : jika menjawab
an mengenai benar <56% dari
analgetik
pertanyaan dengan
nilai skor < 18.
2. Tingkat pengetahuan
Sedang : jika
menjawab benar 56%-
75% dari pertanyaan
dengan nilai skor 18-
24.
3. Tingkat pengetahuan
Baik : jika menjawab
benar 76%-100% dari
pertanyaan dengan
nilai skor 25-32.
Penggunaa Penggunaan Kuesione Pola penggunaan Nominal
n Analgetik analgetik r
responden
7. Instrumen Penelitian dan cara penelitian data penelitian

a. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah memperoleh data tentang status sesuatu

dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan

(Notoadmodjo, 2010).

Instrument penelitian yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun social yang diamati (variabel penelitian)

(Sulistyaningsih, 2011).

Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

modifikasi dari instrumen (kuesioner) yang digunakan pada penelitian

sebelumnya (Yanti, 2013). Dalam penelitian ini menggunakan instrumen

berupa kuesioner yang dibuat oleh peneliti, adapun uraian dari kuesioner

adalah sebagai berikut:

1. Instrumen A digunakan mengetahui identitas nomor responden, nama

responden, kelas, jenis kelamin, umur.


2. Instrumen B digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan terdiri

dari 16 item pertanyaan dengan alternative jawaban, benar : 2, salah

: 1 dan jawaban tidak tahu : 0

3. Instrumen penelitian D digunakan untuk mengetahui penggunaan

antibiotik, Pada setiap jawaban yang diperoleh dari responden

dijumlahkan sebagai data sehingga diperoleh gambaran penggunaan

antibiotika.

b. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada

responden Mahasiswa Tingkat I Farmasi Universitas Muhammadiyah

Kudus. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 4 bagian

yaitu:

 Data demografi berupa, nama responden (inisial), jenis kelamin,

usia, kelas dan alamat.

 Tingkatan pengetahuan responden yang meliputi pengetahuan

umum mengenai pengertian analgetik, indikasi, aturan minum,

batas penggunaan obat, efek samping, dan golongan analgetik.

 Penggunaan analgetik meliputi pola penggunaan ananalgetik pada

responden.

c. Penilaian tingkat pengetahuan dan penggunaan antibiotik

 Penilaian Tingkat pengetahuan

Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2012), dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dengan objek penelitian atau responden.

Pada penilaian pengetahuan terdapat 16 (enam belas ) soal


pertanyaan. Dengan menggunakan skala likert di mana jawaban

yang benar diberi skor 2, jawaban salah diberi skor 1 dan jawaban

tidak tahu diberi skor 0 dengan jumlah total skor 32. skala

pengukuran untuk pengetahuan dapat dikategorikan :

a) Kategori baik yaitu menjawab benar 76%-100% dari

pertanyaan dengan nilai skor 25-32.

b) Kategori cukup yaitu menjawab benar 56%-75% dari

pertanyaan dengan nilai skor 18-24.

c) Kategori kurang yaitu menjawab benar <56% dari

pertanyaan dengan nilai skor < 18.

 Penilaian Penggunaan Antibiotik

Pada setiap jawaban yang diperoleh dari responden dijumlahkan

sebagai data sehingga diperoleh gambaran penggunaan analgetik.

d. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengambilan data yang

sebenarnya di dalam penelitian, terlebih dahulu diuji validitas dan

reliabilitasnya. Uji ini dilakukan pada minimal 20 orang yang tidak termasuk

responden tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan responden di

lokasi penelitian (Notoatmojo, 2012).

 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir

dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu

variabel. Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu

kelompok variabel tertentu. Uji validitas sebaiknya dilakukan pada

setiap butir pertanyaan di uji validitasnya. Hasil r hitung kita


bandingkan dengan r tabel, jika r tabel < r hitung maka kuesioner

valid (Sujarweni, 2015).

 Uji Realibilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh

mana alat pengukur (kuesioner) dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten

atau tetap asas ajeg bila dilakukan pengkuran terhadap gejala yang

sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Bila hasilnya

(angka korelasinya) sama atau lebih dari angka kritis pada derajat

kemaknaan : p 0,05, maka alat ukur kuisioner tersebut reliabel

(Notoatmojo, 2012).

Peneliti menggunakan uji reliabilitas instrumen dengan

menghitung nilai cronbach’s Alpha. Jika nilai Cronbach’s Alpha lebih

besar dan mendekati 1 maka kuesioner dapat dinyatakan reliabel

(Trihendari, 2011).

8. Teknik Pengolahan data dan analisa

a) Editing, yaitu data yang sudah terkumpul diperiksa kembali untuk

memastikan kelengkapan, kesesuaian, dan kejelasan.

b) Coding (pengkodean data), setelah dilakukan pengeditan kemudian

dilakukan pengkodean. Data yang diedit kemudian diubah dalam bentuk

angka yaitu dengan cara memberikan kode pada setiap variabel.

c) Processing, setelah semua kuisioner terisi penuh dan benar, serta sudah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data

agar data yang sudah dientri dapat dianalisis. Pemprosesan data


dilakukan dengan cara mengentry data dari kuisioner ke paket program

komputer.

d) Cleaning data, setelah data dimasukkan kemudian diperiksa kembali

untuk memastikan apakah data bersih dari kesalahan dan siap dianalisis.

Proses pembersihan data dilakukan dengan pengecekan kembali data

yang sudah dientry ke program komputer (Hastono, 2006).

Pengolahan dan analisis statistik dari data yang diperoleh dilakukan

secara komputerisasi dengan menggunakan alat bantu program Statistical

Product and Servis Solution (SPSS). Analisis data dilakukan secara analisa

univariat dan analisis bivariat

a) Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmodjo, 2012). Dimana

analisis univariat dengan statistik deskriptif digunakan untuk mendapatkan

gambaran distribusi frekuensi karakteristik responden, tingkat

pengetahuan, tingkat keyakinan dan penggunaan antibiotik.

b) Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo, 2012). Dalam penelitian ini

analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square, dimana

syarat uji tersebut telah terpenuhi di dalam data penelitian. Derajat

kepercayaan dalam penelitian ini yang digunakan adalah 95% dengan α

sebesar 5%. Sehingga bisa diasumsikan jika p value ≤ 0,05 dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara variabel yang diteliti.

Sedangkan jika p value ≥ 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak


bermakna atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel

yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hal.54, 174, 257- 258,
284-285.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. 2010. Riset
Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar 2013. Jakrta: Kementrian Kesehatan RI
Citraningtyas, G., Goenawi, R., L ., Wowiling, C. (2013). Pengaruh Penyuluhan
Penggunaan Antibiotik Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Kota
Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(3): 24-28. Depkes
Depdikbud. (2013). Pedoman Penilaian Sikap, Pengetahuan dan Ketrampilan
Kurikulum. Hal. 1, 7-8.
Depkes., 2007, Kompendia Obat Bebas, Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan,
Jakarta.
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Hantoro dhoan Tri, et al. (2013). Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku
Swamedikasi Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) Oral Pada Etnis arab
Surabaya.
Hardjosaputra, S.L.P., Listyawati, P., Tresni, K., dan Loecke, K. (2008). DOI (Data
Obat Indonesia). Edisi Kesebelas. Jakarta: PT. Muliapurna Jayaterbit. Hal. 317.
Hastono, S.P. (2006). Analisis Data. Jakarta: UI Press. Hal. 6-7, 54-55, 68-69.
Katzung, B.G., 2010, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 10, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Halaman 161-162.
Katzung, B.G., Master, S.B., dan Trevor A.J. 2012. Basic and Clinic
Pharmacology.12th Edition.McGraw-Hill Education. Halaman 1245.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmojo, S., 2007. Metodologi Penelitan Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Halaman 67-69.
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RND. Bandung :
Alfabeta.
Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif dan Kualitatif. Edisi
I. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Syeima, Corin Nur 2009. Gambaran Pengetahuan dan Karakteristik Masyarakat RW
08 Kelurahan Pisangan Barat Ciputat tentang Pengobatan Sendiri trhadap Nyeri
Menggunakan Obat Anti Nyeri. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, halaman 19-30
Tjay, T.H., dan Kirana, R. 2010. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya. Jakarta: Penerbit PT Alex Komputindo Kelompok Kompas-
Gramedia. Halaman 65-66.
WHO.2006. Developing Pharmacy Practice: Afocus on patient care. Geneva:
Departement of Medicine Policy and Standards. Page: 3

Anda mungkin juga menyukai