PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh:
Nama : Siti Nabila
NIM : 620190130
ii
ABSTRAK
Sakit gigi atau nyeri odontogenik merupakan penyakit yang menyerang jaringan
pulpa ataustruktur periodontal.Antibiotika sebagai terapi dasar penyakit infeksi
harus digunakan secara bijak dan rasional. Antibiotika yang rasional meliputi
tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara
pemberian, tepat interval waktu pemberian, tepat lama pemberian, tepat penilaian
kondisi pasien, dan waspada efek samping. Penggunaan suatu obat dikatakan
tidak rasional memiliki dampak klinik (misalnya terjadinya efek samping dan
resistensi kuman) dan dampak ekonomi (biaya tidak terjangkau) Kepatuhan
didefinisikan sebagai sejauh mana kesesuaian pasien dalam menggunakan rejimen
obat (interval dan dosis) seperti yang telah ditentukan berdasarkan resep
dokter.Tujuan Penelitian ini adalah Untuk mengetahui penggunaan antibiotik yang
rasional pada pasien penderita sakit gigi di poli gigi RSUD Dr.Drajat
Prawiranegara dan kepatuhan pasien terhadap antibiotik.Metode penelitian yang
di gunakan adalah deskriptif yang bersifat prospektif. Penelitian Dilakukan pada
Juli-September 2023. Sampel penelitian diambil dengan metode total sampling,
sehingga didapatkan sampel sebanyak jumlah keseluruhan pasien yang menerima
resep antibiotika periode Oktober-Desember 2023 dan melakukan penelitian
evaluasi kepatuhan obat menggunakan kuesioner morisky medication adherence.
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Dr.Drajat Prawiranegara”.
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Program Studi Farmasi Fakultas Sains, Farmasi
proposal skripsi ini sangat sederhana, bahkan masih jauh di katakan sempurna.
Pada prosesnya, penulisan proposal skripsi ini tidak lepas dari bimbingan,
arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
ini.
v
4. Dosen dan Staf Fakultas Sains, Farmasi dan Kesehatan Universitas Mathla’ul
5. Kedua orang tua yang telah dengan ikhlas dan tulus memberikan motivasi
skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis menutur kata maaf sebesar-besarnya
laporan yang jauh dari kata sempurna ini. Penulis berharap semoga pengetahuan
dan pengalaman yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat
Penulis,
Siti Nabila
vi
DAFTAR ISI
vii
3.3.1 Populasi ..............................................................................34
3.3.2 Sampel ...............................................................................35
3.4 Variabel Penelitian.......................................................................35
3.5 Jenis dan Sumber Data .................................................................35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................40
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1…………………………………………………………………… 37
Lampiran 2 …………………………………………………………………... 38
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas yang kesekian bagi
sebagian orang. Padahal, seperti kita ketahui, gigi dan mulut merupakan ‘pintu
organ tubuh lainnya. Masalah gigi berlubang masih banyak dikeluhkan baik oleh
anak-anak maupun dewasa dan tidak bisa dibiarkan hingga parah karena akan
ketidaknyamanan, cacat, infeksi akut dan kronis, gangguan makan tidur serta
memiliki risiko tinggi untuk dirawat di rumah sakit, yang menyebabkan biaya
2014)
jaringan pulpa atau struktur periodontal. Nyeri gigi menempati urutan kedua
(17,6%) dibandingkan dengan nyeri kepala, nyeri otot dan nyeri sendi. (Afif &
Wahyuni, 2015). Sakit gigi terjadi karena peradangan pada pulpa atau bagian
tengah gigi. Penyebab sakit gigi bisa disebabkan oleh iritasi pada gusi dan gigi,
gigi berlubang, cedera, gigi lepas atau masalah gigi dan mulut lain seperti masalah
pada saraf di akar gigi atau terjadi iritasi di area sekitar gigi. Selain itu, bakteri
yang berkembang biak di dalam mulut akibat jarang membersihkan gigi juga bisa
menjadi penyebab sakit gigi. Bakteri ini biasanya akan mengubah sisa-sisa
makanan dan plak pada gigi menjadi asam yang akan mengikis lapisan luar gigi
1
2
sehingga menyebabkan gigi berlubang hingga terjadi infeksi pada gusi. Plak gigi
adalah suatu lapisan lunak terdiri atas kumpulan bakteri yang berkembang biak di
atas suatu matriks, terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan, merupakan salah satu faktor terjadinya proses karies dan inflamasi
terjadinya berbagai macam penyakit gigi dan mulut, terutama gingivitis, karies
didominasi oleh Streptococcus mutans. Bakteri ini merupakan flora normal dalam
rongga mulut dan dapat berubah menjadi patogen apabila terjadi peningkatan
yang dikarenakan oleh bakteri. Antibiotika berdasarkan sifat terbagi menjadi dua
infeksi dan juga dengan tujuan pencegahan penyakit infeksi ( Kemenkes, 2021).
yang tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara
3
pemberian, tepat interval waktu pemberian, tepat lama pemberian, tepat penilaian
Dalam dunia kedokteran gigi penyakit yang banyak di derita oleh pasien
dikenal banyak macam, antara lain anti inflamasi, analgetik serta antimikroba.
Data penelitian menyebutkan bahwa ada beberapa macam antibiotika yang umum
lagi pada terapi jangka panjang pada penyakit kronis, kepatuhan menggunakan
obat berperan sangat penting terhadap keberhasilan terapi (Lachaine et al., 2013).
menggunakan rejimen obat (interval dan dosis) seperti yang telah ditentukan
mengetahui penggunaan antibiotik yang rasional untuk pasien sakit gigi dan
1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengkajian lebih lanjut
3. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan dasar bagi
peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori
5
6
4. Pelayanan bedah
5. Pelayanan persalinan dan perinatologi
6. Pelayanan intensif
7. Pelayanan radiologi
8. Pelayanan laboratorium patologi klinik
9. Pelayanan reihabilitasi medik
10. Pelayanan farmasi
11. Pelayanan gizi
12. Pelayanan transfusi darah
13. Pelayanan keluarga miskin
14. Pelayanan rekam medis
15. Pelayanan limbah
16. Pelayanan administrasi manajemen
17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah
18. Pelayanan pemulasaraan jenazah
19. Pelayanan laundry
20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
21. Pelayanan pengendalian infeksi
Umum Daerah Serang adalah rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Serang
yang terletak di Kota Serang. Bermula RSUD Kabupaten Serang merupakan
rumah sakit tipe D yang pada tahun 1977 meningkat menjadi kelas C dan
seterusnya menjadi RSUD Kabupaten Serang Kelas B non Pendidikan pada
tanggal 15 Desember 1993 sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 1165/Menkes/SK/XII/ 1993.
RSUD Kabupaten Serang menyediakan berbagai jenis pelayanan medis
spesialistik, umum, penunjang medis dan rehabitasi medik, serta bekerjasama
menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan Perguruan Tinggi swasta baik
yang dari Jakarta maupun yang berasal dari Serang dan Cilegon. Jumlah
ketenagaan yang dimiliki RSUD adalah sekitar 1120 orang yang terdiri dari
tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga farmasi, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga gizi, tenaga terapi fisik, tenaga keteknisan medis dan tenaga non kesehatan
lainnya. Dengan terbitnya UU No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(PBN), UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 7 menyebutkan
Rumah sakit pemerintah sebagai Pengelola Badan Layanan Umum Daerah dan PP
Nomor: 74 tahun 2012 Revisi dari PP 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU), RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
mengusulkan untuk dapat menjadi Rumah Sakit Pemerintah pengguna PPK-
BLUD dan Pada tahun 2011 berdasarkan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten
Serang, RSUD dr. Dradjat Prawiranegara ditetapkan statusnya sebagai rumah
sakit pemerintah pengguna PPK-BLUD Penuh, yang implementasinya di tahun
2012. Penerapan BLUD akan membuat RSUD dr. Dradjat Prawiranegara lebih
responsif dan agresif dalam menghadapi tuntutan masyarakat dan eskalasi
perubahan yang begitu cepat dengan cara melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi
yang efektif dan efisien, namun tidak meninggalkan jati dirinya dalam
mengemban misi sosial dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
9
menyerang jaringan pulpa atau struktur periodontal. Nyeri gigi menempati urutan
kedua (17,6%) dibanding dengan nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan nyeri
1. Abses gigi
Abses gigi yang dimaksud adalah abses pada pulpa dan periapikal. Penyebab
abses ini terjadi dari infeksi gigi yang berisi cairan (nanah) dialirkan ke gusi
disekitar gigi yang sakit. Bila abses terdapat di gigi depan atas,
demam, kadang tidak dapat membuka mulut lebar, gigi goyah dan sakit saat
adanya karang-karang gigi atau plak yang menumpuk dan berbatasan dengan
tepi gusi (Lita, 2016). Radang gusi ini dapat disebakan oleh faktor lokal
10
maupun faktor sistemik. Faktor lokal diantaranya karang gigi, bakteri, sisa
makanan (plak), pemakaian sikat gigi yang salah, rokok, tambalan yang
pasien biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah, tanpa
nyeri hanya kadang terasa gatal. Pada pemeriksaan gigi tampak bengkak,
berwarna lebih merah dan mudah berdarah pada sondasi. Kebersihan mulut
simplek. Tanda di gusi disertai bau mulut. Salah satu bentuk radang gusi
adalah perikoronis yang gejalanya lebih berat demam, sukar membuka mulut
disebabkan oleh adanya infeksi pada nekrosis gingiva. Penyakit ini dapat
terjadi pada siapa saja, terutama orang yang mengkonsumsi rokok secara
4. Karies gigi merupakan penyakit gigi yang terjadi pada kerusakan jaringan
5. Pulpitis merupakan proses radang pada jaringan pulpa gigi yang menetap,
gejalanya yakni gigi nyeri ketika mendapat rangsangan panas atau dingin.
Pulpa terbungkus dalam dinding yang keras sehingga tidak memiliki ruang
dalam gigi bisa mendorong pulpa melalui ujung akar, sehingga bisa melukai
tulang rahang dan jaringan di sekitarnya. Gambaran klinis dari peradangan ini
adalah gigi yang mengalami pulpitis akan nyeri berdenyut, terutama malam
hari. Nyeri ini mungkin menjalar sampai ke daerah sinus dan pelipis (pulpitis
gigi atas) atau ke daerah telinga (pulpitis gigi bawah). Bila kemasukan
makanan, karena rangsangan asam, manis, atau dingin akan terasa sakit
jaringan periapikal. Gigi biasanya sudah berlubang dalam dan pulpa terbuka
6. Nekrosis Pulpa adalah penyakit gigi yang disebabkan oleh adanya bakteri,
trauma dan iritasi yang menyebabkan kerusakan dan kematian pada pulpa
yang disebabkan oleh pulpitis yang tidak dirawat (Yamin & Natsir, 2014).
gingiva (gingivitis) yang tidak dirawat dan menyebar ke ligamen dan tulang
akibat dari penumpukan plak dan karang gigi (tartar) diantara gigi dan gusi.
Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi, dan meluas ke bawah diantara
akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam
klinis pendarahan gusi adalah perubahan warna gusi, dan bau mulut
8. Herpes Simpleks adalah infeksi virus HIV yang terjadi pada sudut bibir atau
mulut. Gejala yang ditimbulkan antara lain sensitif, terbakar pada daerah bibir
10. Impaksi gigi adalah kerusakan erupsi pada gigi yang disebabkan adanya
malposisi, kekurangan tempat atau terhalangi gigi yang lain. Hal itu
disebabkan adanya gusi bengkak, demam, dan gigi yang tumbuh tidak
sempurna.
berdasarkan suatu penyakit yang dideritanya atau juga satu abnormalitas yang di
dapat diartikan:
2. Studi yang seksama terhadap fakta mengenai suatu hal untuk dapat
esensial.
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang seksama dari
Pada pasien yang mengeluh sakit gigi, dokter gigi akan menelusuri terlebih
1. Letak nyeri
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap gigi, gusi, lidah,
atau mengunyah sesuatu, atau menekan gigi dengan jari. Jika dibutuhkan, dokter
akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan tambahan, seperti rongent dan
CT scan.
dan hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, hingga nyeri yang parah dan tak
tertahankan. Rasa nyerinya sendiri dapat terasa berdenyut atau seperti ditusuk-
tusuk. Selain rasa nyeri, sakit gigi dapat disertai dengan pembengkakan pada gusi,
sakit kepala, dan demam. Segera pergi ke dokter gigi jika sakit gigi yang dialami
3. Gusi bengkak
4. Sulit menelan
5. Sesak napas
7. Nyeri telinga
2. Pencegahan sekunder
dengan lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang
biasanya dapat menyebabkan abses gigi, dengan rasa sakit yang sangat parah dan
terus menerus. Ada beberapa obat yang biasanya diresepkan oleh dokter seperti
Bufenol, dll) (ISO, 2019). Biasanya dokter juga akan melakukan metode
penanganan sakit gigi di sesuaikan dengan penyebab sakit itu sendiri seperti
2.3 Antibiotik
mampu melewati barrier mukosa atau kulit dan menembus jaringan tubuh. Pada
yang dimiliki, tetapi bila bakteri berkembang biak lebih cepat daripada aktifitas
imun tersebut maka akan terjadi penyakit infeksi yang disertai dengan tanda-tanda
fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Obat
ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat
16
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik
untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin tidak akan
1. Golongan β-laktam
a. Golongan Penisilin
b. Golongan Sefalosporin
c. Golongan Karbapenem
d. Golongan Monobaktam
Contoh: aztreonam
2. Golongan Polipeptida
3. Golongan Aminoglikosida
4. Golongan Tetrasiklin
5. Golongan Kloramfenikol
Contoh: kloramfenikol
6. Golongan Makrolida
7. Golongan Klindamisin
8. Golongan Sulfonamida
infeksi pada gigi. Berikut adalah beberapa pilihan antibiotik yang biasa digunakan
1. Amoxicillin
dalam antibiotik kelas penisilin dan stabil dalam suasana asam lambung.
dieksresikan dalam bentuk tidak berubah didalam urin. Eksresi dihambat saat
harian sekitar 1000-1500 mg yang dibagi dalam 3 dosis atau 4 dosis sehari.
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan diatas 20kg sehari 250-500mg
tiap 8 jam. Untuk anak-anak dengan berat badan kurang dari 20kg-40kg/kgbb
sehari dalam dosis terbagi, diberikan tiap 8 jam. Amoxicillin bisa dikonsumsi
sebelum atau sesudah makan tetapi tidak boleh digunakan pada pasien yang
ginjal, penyakit saluran cerna, leukimia limfatik. Tidak ada data yang cukup
untuk menilai bahaya potensial dari obat ini selama kehamilan. Oleh karena
itu, sangat disarankan untuk tidak menggunakan obat ini selama kehamilan
dalam ASI dalam jumlah kecil. Hal ini dapat menyebabkan bayi mengalami
2. Klindamisin
tergolong ampuh dan banyak digunakan saat ini. Klindamisin termasuk obat
serius yang dapat digunakan untuk infeksi serius yang disebabkan oleh bakeri
anaerob yang rentan sehingga bisa dengan efektif mengobati abses gigi,
jaringan lunak dan tulang yang tidak bisa ditangani dengan antibiotik lainnya.
jam. Obat ini dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Dosis akan
tubuh terhadap obat. Pada pasien anak-anak, dosis akan disesuaikan dengan
berisiko mengurangi keefektifan pil ini. Selain itu, hindari juga mengonsumsi
3. Linkomisin
2009).
setiap 6-8 jam. Untuk anak-anak berumur lebih dari 1 bulan 30-60 mg/kgBB
sehari dalam dosis terbagi 3-4. Sedangkan untuk infeksi yang disebabkan oleh
kecuali minum air 1 jam sebelum dan 1-2 jam sesudah minum obat ini. Efek
samping obat ini di dapat dari mengonsumsi obat ini seperti gangguan saluran
21
pencernaan, reaksi hipersentifitas, rasa yang tidak umum seperti haus, letih
4. Cefadroxil
Cefadroxil aktif terhadap jenis bakteri gram positif, bakteri anaerob, dan
Coli, dan Proteus mirabilis. Cara kerja obat ini yaitu dengan menghentikan
infeksi bakteri dan tidak dapat digunakan untuk infeksi virus. Penggunaan
sebelum prosedur gigi pada pasien dengan katup jantung (Fitri, 2015).
dan lama penggunaan cefadroxil akan tergantung pada jenis infeksi yang
umum. Biasanya, dosis yang dianjurkan oleh dokter adalah 1-2 gram/hari
selama 5-10 hari. Obat ini biasanya diminum sebelum atau sesudah makan.
efek samping seperti gangguan saluran pencernaan, nyeri, rasa yang tidak
biasa atau tidak enak pada mulut, dan gatal-gatal ringan atau ruam kulit (Fitri,
2015).
22
dikatakan rasional bila (World Health Organization, 1985) bila pasien menerima
obat yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dan
dengan harga yang paling murah untuk pasien dan masyarakat. WHO
memperkirakan bahwa lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia diresepkan,
diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat dan separuh dari pasien
menggunakan obat secara tidak tepat. tujuan penggunaan obat rasional adalah
kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dengan harga yang terjangkau.
1. Tepat diagnosis
tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat
akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat
yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi
bakteri.
23
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki
4. Tepat dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek
terapi obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan
rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi
yang diharapkan.
antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu, karena akan membentuk ikatan,
agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari
(misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang
harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing- masing. Untuk
Tuberkulosis dan Kusta, lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan. Lama
pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10-14 hari. Pemberian obat yang
24
terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya akan berpengaruh terhadap
hasil pengobatan.
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka
merah setelah pemberian atropin bukan alergi, tetapi efek samping sehubungan
pada anak kurang dari 12 tahun, karena menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang
Respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Hal ini lebih jelas
terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pada penderita
obat:
serangan asma.
doksisiklin, dan metronidazol pada ibu hamil sama sekali harus dihindari,
10. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin, serta
Untuk efektif dan aman serta terjangkau, digunakan obat-obat dalam daftar
obat esensial. Pemilihan obat dalam daftar obat esensial didahulukan dengan
pengobatan dan klinis. Untuk jaminan mutu, obat perlu diproduksi oleh produsen
yang menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan dibeli melalui jalur
resmi. Semua produsen obat di Indonesia harus dan telah menerapkan CPOB.
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting
upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau
mengalami efek samping. Sebagai contoh, terapi dengan teofilin sering memberikan
gejala takikardi. Jika hal ini terjadi, maka dosis obat perlu ditinjau ulang atau bisa
pemberian injeksi adrenalin yang kedua perlu segera dilakukan, jika pada pemberian
dan pasien sendiri sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke apotek atau tempat
dituliskan peresep pada lembar resep untuk kemudian diberikan kepada pasien.
Proses penyiapan dan penyerahan harus dilakukan secara tepat, agar pasien
harus memberikan informasi yang tepat kepada pasien. Pasien patuh terhadap
f. Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung), atau
sehari-hari. Peresepan obat tanpa indikasi yang jelas; penentuan dosis, cara, dan
27
lama pemberian yang keliru, serta peresepan obat yang mahal merupakan
dikatakan tidak rasional jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh
pasien lebih besar dibanding manfaatnya. Dampak negatif di sini dapat berupa:
2.5 Kepatuhan
perilaku tidak patuh dalam lingkup kesehatan sangat berbahaya. Apalagi tidak
menyebabkan sejumlah akibat yang tidak diinginkan seperti: sakit bertambah lama
atau kondisi medis memburuk, pasien perlu perawatan dirumah sakit atau rawatan
al., 2014) terlebih lagi pada terapi jangka panjang pada penyakit kronis, kepatuhan
pasien dalam menggunakan rejimen obat (interval dan dosis) seperti yang telah
pasien dalam menggunakan obat terdiri dari tiga yaitu inisiasi, implementasi dan
menerima pengobatan yang diresepkan untuk pertama kali (Zeber et al., 2013).
Implementasi adalah kesesuaian rejimen obat yang digunakan mulai dari tahap
28
inisiasi sampai dosis terakhir yang digunakan (Vrijens et al., 2012), sedangkan
ekonomi, faktor tim dan sistem kesehatan, faktor kondisi, faktor terapi dan faktor
kepatuhan penggunaan obat yang pernah diteliti antara lain, kesamaan suku atau
obat (Traylor et al., 2010), hubungan antara pasien dan dokter, kurangnya
kesadaran dan pengetahuan pasien tentang kesehatan, kejadian akan efek samping
menurunkan kepatuhan dalam penggunaan obat (Furthauer et al., 2013), umur dan
jenis terapi, seperti kemoterapi dengan terapi hormonal pada kanker payudara
membrikan tingkat kepatuhan yang berbeda ((Font et al., 2012), beberapa faktor
antara lain metode secara langsung ataupun tidak langsung. Metode tidak
langsung dapat berupa wawancara, rekam medis, laporan sendiri oleh pasien
melalui pengisian kuisioner (Font et al., 2012) dan menggunakan alat pencatatan
memberikan obat jadi atau meracik obat dalam bentuk sediaan tertentu sesuai
dengan keahliannya, takaran dan jumlah obat sesuai dengan diminta, kemudian
menyerahkan kepada pasien (Jas, 2009). Menurut Jas (2009) Format penulisan
penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi.
Sebagai dokter penulisan resep, inscriptio suatu rumah sakit sedikit berbeda
apoteker di apotek.
3. Prescriptio atauOrdinatio: nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang
diinginkan.
4. Signatura: yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval
keberhasilan terapi.
Yang diteliti
1. Tepat diagnosis
2. Tepat indikasi
3. Tepat obat
4. Tepat dosis
5. Tepat cara pemberian
6. Tepat interval waktu pemberian
Definisi Operasional
2.8 Hipotesis
berikut:
1. Penggunaan antibiotik pada pasien rawat jalan di poli gigi RSUD Dr.Drajat
1. Tempat penelitian
beralamat lengkap Jl. Rumah Sakit Umum No.1, Kotabaru, Kec. Serang, Kota
2. Waktu penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu Semua pasien yang berobat di poli gigi
34
35
3.3.2 Sampel
dapat atau tidak nya sampel dapat digunakan. Adapun krikteria inklusi sebagai
berikut:
Variabel adalah suatu yang digunakan untuk ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki dan didapat oleh satuan penelitian tentang suatu konsep penelitian
dan kepatuhan penggunaan antibiotik pada pasien rawat jalan di poli gigi RSUD
Dr.Drajat Prawiranegara.
1. Jenis Data
prospektif yaitu suatu penelitian yang meneliti suatu kasus dengan melihat
faktor penyebab terlebih dahulu (faktor risiko), baru kemudian melihat akibat
36
dari suatu kasus dalam jangka waktu tertentu. Penelitian kohort prospektif ini
dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data dari resep dan rekam medis pada
Metode pengambilan data pada Pasien rawat jalan di di poli gigi RSUD
5. Tepat cara pemberian yaitu dengan membaca dan menganalisa data rekam
medis pasien
6. Tepat waktu interval yaitu dengan membaca resep dan melihat rekam
medis
LAMPIRAN
Nama Lengkap :
Jenis Kelamin :
Tempat Tanggal Lahir :
Alamat :
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi responden
dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Nabila yang berjudul “Evaluasi
merugikan bagi diri saya. Oleh karena itu,saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan kesadaran saya
LAMPIRAN
Kuesioner MMAS-8
Petunjuk : Berilah tanda centang pada kolom yang sesuai dengan jawaban
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda pernah lupa minum obat untuk penyakit
anda?
semua obat ?
a. Tidak pernah/jarang
b. Sesekali
c. Kadang kadang
d. Biasanya
e. Selalu
DAFTAR PUSTAKA
(Amarullah et al., 2022) (Sisilia & Emelia, 2022) (Fauziah, 2016) (Utami, 2012)
(Belinda et al., 2021) (Dewi, 2019) (Kemenkes RI, 2013) (Kemenkes RI,
2011) (Sa’adah, 2015)
BPOM RI. (2014). IONI: Infotarium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Kurniasih, D., Amananti, W., & Sari, meliyana perwita. (2018). Gambaran
Penggunaan Obat Antibiotik Dan Analgetik Pada Resep Pasien Poli Gigi
40
41
Sa’adah, V. F. (2015). Pola Peresepan Obat Antibiotik pada Pasien Poli Gigi
RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun 2013 [Naskah Publikasi,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta].
http://eprints.ums.ac.id/39446/
Sisilia, S., & Emelia, R. (2022). Profil Penggunaan Antibiotik yang Aman dan
Rasional pada Pengobatan Penyakit Infeksi Gigi di Tempat Praktek Dokter
Gigi Kota Bandung. Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(3), 389–393.
https://doi.org/10.59141/cerdika.v2i3.320
Tim Penyusun Fakultas Sains Farmasi dan Kesehatan. (2020). Buku Panduan
Penulisan Skripsi. Banten: Universitas Mathla’ul Anwar.