Oleh
ABDUL HAKIM
NIM 14K30001
Oleh
ABDUL HAKIM
NIM 14K30001
Disusun Oleh :
ABDUL HAKIM
NIM 14K30001
Menyetujui :
Mengetahui :
ABSTRAK
i
ABDUL HAKIM. 14K30001. Pattern Selection of Ulcer Pain Medication at
Pharmacy Tanjakan Puspa in Kec. Citeureup Kab. Bogor Period June-July 2017.
Scientific Papers Diploma III Program. Counselor : Febi Ishfahani, M.Farm, Apt
and Sri Hartati, S.Si, Apt.
ABSTRACT
Gastritis or ulcer disease is included into the top 10 (ten) most diseases in
hospitalized patients in the Hospital in Indonesia with 30,154 cases. While in West
Java Province the incidence of ulcer disease patients reached 31.2%. Many people
who choose swamedikasi treatment to overcome the heartburn they experienced.
General purpose, this research is to know the Pattern Selectin of Ulcer Pain
Medication at Pharmacy Tanjakan Puspa Citeureup Bogor Period June-July 2017.
This research is descriptive. Population of this research is all sales data of ulcer
pain medication at Pharmacy Tanjakan Puspa period of June-July 2017 as many
as 312, with the total sample being equal to the total population. The results showed
that medication for ulcer disease was in the second rank of drug sales (26.20%) of
1191 total drug sales. Antacids plus anti-flatulence were the most widely sold drugs
(38.86%), while antiulcer (34.94%), antacids (14.10%), gastric mucosal protectors
(12.50%). Base on the age, adult consumer (32,35%), elderly (35.30%),
adolescents (32.35%), Most of the purchased forms were tablets (44.55%), liquid
preparations (32.37%), and capsules (23.37% ). The price of many drugs sold is a
drug with a price of about Rp. 10,000 (81.41%).
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan KTI dengan judul Pola Pemilihan Obat Sakit Maag di Apotek Tanjakan
Puspa Kec. Citeureup Kab. Bogor.
Penyusunan KTI ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi (A.Md. Farm) di Sekolah Tinggi
Teknologi Industri dan Farmasi Bogor Program Studi DIII farmasi.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang membantu sehingga tersusunnya KTI ini. Ucapan terimakasih penulis
sampaikan terutama kepada :
1. Ibu Siti Mariam, M.Farm, Apt, selaku ketua Sekolah Tinggi Tekhnologi
Insdustri dan Farmasi Bogor.
2. Bapak Muhammad Afqary, MM, Apt, selaku Ketua Program Studi Diploma
III Farmasi Sekolah Tinggi Tekhnologi Industri dan Farmasi Bogor.
3. Ibu Febi Ishfahani, M.Farm, Apt, selaku Pembimbing dari kampus.
4. Ibu Tuty Rohbidayati, selaku Pemilik Sarana Apotek Tanjakan Puspa
Citeureup Bogor.
5. Ibu Sri Hartati, S.Si, Apt, selaku APA di Apotek Tanjakan Puspa Citeureup
Bogor.
6. Orang tua beserta Kakak-Kakak tercinta yang telah memberikan dukungan
baik moril maupun materil.
7. Teman-teman seperjuangan diploma 3 farmasi yang juga melaksanakan
Karya Tulis Ilmiah, Mas Doni, A Budiman, Teh Fitri, Teh Tia, Teh Adela,
Teh Dian, Hisbiq, Widhi (L), Egy(Eko), Isma, Vicha, Lasmini, Dennia,
Riska, yang telah memberikan dukungan dan kenangan yang terukir bersama
baik suka maupun duka selama perkuliahan, Semoga persahabatan dan tali
silaturahmi kita tetap terjalin.
iii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan KTI ini masih banyak
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun rekan-rekan lainnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
v
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 17
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 29
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
a. Pengertian
Gastritis atau yang lebih dikenal sebagai sakit maag berasal dari
bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Maag adalah penyakit yang disebabkan
inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansur, 2011).
Sakit maag diakibatkan oleh kelebihan asam lambung, sehingga
dinding lambung lama-lama tidak kuat menahan asam lambung tadi
sehingga timbul rasa sakit yang sangat mengganggu si penderita
(Abdullah, 2008)
b. Klasifikasi Gastritis
Menurut Robbins (2009) gastritis dibagi kedalam dua klasifikasi,
yaitu :
1) Gastritis akut, yaitu proses inflamasi yang bersifat akut dan biasanya
terjadi sepintas pada mukosa lambung. Keadaan ini paling sering
berkaitan dengan penggunaan obat-obat antiinflamasi nonsteroid
(khususnya aspirin) dalam waktu yang lama dan dosis tinggi,
konsumsi alkohol yang berlebihan, dan perokok berat.
2) Gastritis kronis, yaitu suatu keadaan terdapatnya perubahan
inflamantorik yang kronis pada mukosa lambung sehingga akhirnya
terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Keadaan ini menjadi
latar belakang terjadinya dysplasia dan karsinoma.
4
5
c. Penyebab
Penyebab dari penyakit maag bisa terjadi karena pola makan yang
tidak teratur, adanya microorganisme yang merugikan dalam tubuh, efek
samping mengkonsumsi obat-obatan tertentu dan alkohol, pola tidur
yang tidak teratur dan stres (Arif, 2011).
d. Gejala
Adapun beberapa gejala dari penyakit maag (gastritis) antara lain
sakit ulu hati, mual, muntah, nafsu makan berkurang, mulut pahit dan
sering sendawa (Arif, 2011).
a. Antasida
Antasida adalah zat pengikat asam (Anief, 1996) yang merupakan
basa lemah, digunakan untuk mengikat secara kimia dan menetralkan asam
lambung. Efeknya adalah peningkatan pH, yang menyebabkan
berkurangnya kerja pepsin. Obat ini mampu mengurangi rasa nyeri di
lambung dengan cepat. Efeknya bertahan 20-60 menit bila diminum pada
waktu perut kosong dan sampai 3 jam bila diminum 1 jam setelah makan.
Antasida adalah senyawa yang merupakan basa-basa lemah yang
mempunyai kemampuan menetralkan asam lambung atau mengikatnya.
Penggolongan Antasida adalah sebagai berikut :
tidak digunakan dalam jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.
Contohnya adalah Natrium Bikarbonat dan Kalsium Karbonat.
3) Alumunium Hidroksida
Merupakan antasida yang relatif aman dan banyak digunakan.
Tetapi alumunium dapat berikatan dengan fosfat di dalam saluran
pencernaan, sehingga mengurangi kadar fosfat darah dan mengakibatkan
hilangnya nafsu makan dan lemas. Resiko timbulnya efek samping ini
lebih besar pada penderita yang juga alkoholik dan penderita penyakit
ginjal (termasuk yang menjalani hemodialisa). Obat ini juga bisa
menyebabkan sembelit.
4) Magnesium Hidroksida
Merupakan antasida yang lebih efektif daripada alumunium
hidroksida. Dosis 4 kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan
mempengaruhi kebiasaan buang air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa
menyebabkan diare. Sejumlah kecil magnesium diserap ke dalam darah,
sehingga obat ini harus diberikan dalam dosis kecil kepada penderita
yang mengalami kerusakan ginjal. Banyak antasida yang mengandung
magnesium dan alumunium hidroksida.
b. Antiulcer
Antiulcer adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghambat produksi asam lambung.
Penggolongan antiulcer adalah sebagai berikut :
7
d. Antiflatulen
Anti flatulen adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa
kembung perut. Flatulen atau meteorisma adalah pengumpulan gas di dalam
lambung atau usus yang menimbulkan keluhan kembung perut, nyeri perut,
perut mules dan perut terasa eneg. Contoh obat antiflatulen adalah
Dimetylpolyssiloxanum (M.P.S)
8
1) Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa
resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat
keras,ataupun obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di DepKes R.I
Contoh: Minyak kayu putih, Obat batuk hitam, Obat batuk putih,Tablet
parsetamol, Tablet vitamin C, B Kompleks, vitamin E dan lain-lain.
Penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI Nomor
2380/A/SK/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas
Tanda khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat warna hijau dengan
garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut :
dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dan
jaringan.
c) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras : obat itu sendiri
dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali
apabila dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada
pengecualian.
2.4 Swamedikasi
a. Pengertian
Swamedikasi adalah pengobatan diri sendiri yaitu penggunaan obat-
obatan atau menenangkan diri bentuk perilaku untuk mengobati penyakit
yang dirasakan atau nyata (Permenkes No. 919/MENKES/PER/X/1993).
Swamedikasi merupakan proses pengobatan yang dilakukan sendiri
oleh seseorang mulai dari pengenalan keluhan atau gejalannya sampai pada
pemilihan dan penggunaan obat. Gejala penyakit yang dapat dikenali sendiri
oleh orang awam adalah penyakit ringan atau minor illness sedangkan obat
yang dapat digunakan untuk swamedikasi adalah obat-obat yang dapat
dibeli tanpa menggunakan resep dari dokter termasuk obat herbal atau
tradisional (Xu T, et al, 2012 : Schulz M, 2012).
Persentase swamedikasi di Indonesia masih jauh lebih rendah
dibandingkan dengan swamedikasi di negara lain seperti Amerika Serikat
yang mencapai angka 73%. Angka ini bahkan cenderung akan semakin
meningkat karena enam dari sepuluh orang di Amerika mengatakan bahwa
mereka akan melakukan swamedikasi di masa yang akan datang
(Hermawati, 2012). Dalam fenomena swamedikasi, peresepan sendiri
(termasuk pembelian obat tanpa resep) ini disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, perkembangan teknologi informasi, dengan semakin
berkembangnya teknologi, masyarakat menjadi lebih mudah dalam
mengakses informasi, termasuk di dalamnya informasi mengenai
kesehatan. Masyarakat jadi lebih terbuka dengan adanya informasi di
Internet mengenai pengobatan, termasuk juga pengobatan alternatif.
Masyarakat jadi lebih berani untuk melakukan pengobatan terhadap
penyakit yang dideritanya berdasarkan aneka informasi yang didapatkan
melalui internet (Kartajaya, et al, 2011).
Swamedikasi yang dilakukan secara tidak tepat dapat menimbulkan
kesalahan dalam penggunaan maupun pemilihan obat serta kurangnya
kontrol pada pelaksanaannya. Selain itu swamedikasi yang tidak tepat
juga berdampak buruk bagi kesehatan seperti reaksi obat yang tidak di
12
b. Keuntungan Swamedikasi
Keuntungan swamedikasi atau pengobatan sendiri dengan
menggunakan obat-obat golongan bebas dan obat golongan bebas terbatas
yaitu :
1) Aman bila digunakan sesuai dengan aturan pemakaian
2) Efektif untuk menghilangkan keluhan
3) Efesiensi biaya
4) Efesiensi waktu
5) Dapat terlibat langsung dalam pemilihan obat atau keputusan pemilihan
terapi
6) Meringankan pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga kesehatan
(sumber daya manusia) dan sarana kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
3) Pendapatan
Pendapatan atau penghasilan akan sangat mempengaruhi pengobatan
sendiri yang akan dilakukan seseorang, dan akan mempengaruhi pola
fikir seseorang dalam keputusan pemilihan pengobatan.
b. Pengalaman Pasien
Pengalaman merupakan bentuk kepuasan seseorang setelah
menbandinkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan
harapannya (Kotler, 1988).
Pengalaman menjadi hal yang mendasar untuk seseorang melakukan
swamedikasi atau pengobatan sendiri, apabila keefektifan suatu obat belum
terbukti di kalangan masyarakat awam, maka kemungkinan masyarakat tidak
akan menggunakan obat tersebut.
Pengalaman merupakan hal yang menjadi faktor yang mempengaruhi
pengobatan sendiri yang dilakukan pasien, sebagai contoh seseorang pasien
bulan lalu mengalami sakit lambung, pasien melakukan swamedikasi dengan
antasid, setelah mengkonsumsi antasid sakit pada lambung pasien hilang.
Sehingga apabila pasien mengalami keluhanyang sama, pasien akan kembali
menggunakan obat yang sama.
c. Harga Obat
Harga adalah sebuah nilai yang ditentukan untuk suatu barang maupun
jasa yang ditentukan dengan uang (Buchari Alma, 2002).
Pengobatan sendiri yang dilakukan masyarakat dalam penanganan
keluhan penyakitnya akan mendapatkan efesiensi biaya, karena pasien tidak
perlu mengeluarkan uang untuk biaya konsultasi ke dokter, dengan
pengobatan sendiri juga akan mengurangi biaya obat yang akan dibeli di
apotek.
Harga obat yang lebih ekonomis akan sangat mempengaruhi dalam hal
pengobatan sendiri yang dilakukan masyarakat, selain ekonomis juga telah
terbukti kemanjuran atau keefektifan suatu obat tersebut dalam mengobati
keluhan masyarakat.
16
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2010). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total populasi
data penjualan obat sakit maag di Apotek Tanjakan Puspa periode Juni
– Juli 2017 yaitu sebanyak 312.
17
18
1. Usia
2. Jenis Kelamin
Pola Pemilihan Obat Sakit
3. Jenis Obat
Maag Berdasarkan Resep
4. Bentuk Sediaan Obat
dan Swamedikasi
5. Harga Obat
6. Dokter
No Variabel DO Kriteria
Keterangan:
n P : Presentase
P= 100%
N n : Frekuensi tiap kategori
N : Jumlah sampel
(Sibagariang, dkk, 2010)
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Maag adalah suatu penyakit yang sudah tidak asing lagi dan sering kita
jumpai di kehidupan bemasyarakat khususnya Indonesia. Maag bisa terjadi
kepada siapa saja, bahkan termasuk anak kecil sekalipun. Hal ini terjadi
dikarenakan dari pola hidup masyarakat yang sudah tidak sehat. Pola makan
dan pola tidur yang tidak teratur, faktor kemacetan dan faktor perekonomian
yang mebuat fikiran stress merupakan sebagian penyebab dari penyakit maag.
Kebanyakan konsumen membeli obat secara swamedikasi. Keputusan
mereka untuk membeli lebih banyak dipengaruhi oleh faktor pengalaman
sebelumnya dan juga iklan televisi. Hal ini penulis ketahui dari hasil
wawancara singkat selama melakukan pelayanan terhadap konsumen tersebut.
Berikut ini adalah distribusi frekuensi penjualan obat berdasarkan jenis
penyakit di Apotek Tanjakan Puspa Periode Juli 2017. Hasil ini didapatkan dari
data penjualan obat baik resep maupun swamedikasi.
22
23
9 Vitamin 31 2,60
Dari tabel 2 diatas bisa dilihat bahwa penjualan obat sakit maag di
Apotek Tanjakan Puspa periode Juli 2017 berada diurutan kedua setelah
setelah obah nyeri sendi. Dari hasil pencatatan penjualan obat baik dengan
resep ataupun swamedikasi selama bulan Juli 2017 terdapat 312 (26,20%)
penjualan obat sakit maag dari 1191 penjualan total obat. Hal ini menunjukan
banyaknya jumlah konsumen yang menderita sakit maag membeli obat sakit
maag di Apotek Tanjakan Puspa.
Untuk penjualan obat oles/salep kulit yang paling banyak dibeli oleh
pasien adalah Ketoconazole cr sebanyak 15 resep (28,31%), sedangkan salep
kulit dengan penjualan terendah adalah Desoksimetason cr sebanyak 3 resep
(5,66%) . Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam table dibawah ini :
23
24
Jumlah
No Golongan Obat Resep (%) Non (%) Jml (%)
Resep
1 Antasida + 29 9,29 91 29,17 120 38,46
Anti Flatulen
2 Antasida 24 7,69 20 6,41 44 14,10
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat data penjualan obat sakit maag baik dengan
resep maupun swamedikasi berdasarkan sistem kerja obat didapatkan hasil antasida
+ anti flatulen lebih banyak dipilih oleh konsumen di Apotek Tanjakan Puspa
Periode Juni-Juli 2017 yaitu sebesar 120 (38,46%). Maraknya iklan obat sakit maag
di televisi dan media lainnya ikut menjadi alasan konsumen untuk membeli obat
tersebut. Golongan obat Antasid + anti flatulen pun lebih mudah didapat karena
dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat antasida + antiflatulen yang dipilih adalah obat
dari berbagai merk dagang dengan komposisi AI (OH) 3 dry gel 300 mg, Mg
trisilikat 300 mg dan Simetikon 25 mg.
Sementara untuk golongan Antiulcer kebanyakan konsumen membeli obat
berdasarkan pengalaman minum obat sebelumnya. Selama periode Juni-Juli 2017
terdapat 109 (34,94%) penjualan obat sakit maag golongan anti ulcer. Pada
golongan ini obat yang banyak dipilih konsumen adalah Omeprazole, Ranitidin dan
Lansoprazole.
25
Golongan obat pelindung asam lambung adalah yang paling sedikit diminati
oleh konsumen. Selama periode Juni-Juli 2017 hanya terdapat 39 (12,50%) kali
penjualan. Pada golongan obat ini yang paling banyak dibeli oleh konsumen adalah
Sukralfat baik dalam bentuk sediaan tablet maupun syrup.
a. Umur
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Umur Pasien Pada Resep Obat Sakit Maag di Apotek
Tanjakan Puspa Periode Juli 2017
2 Dewasa 33 32.35
Dari tabel 4 berdasarkan data penjualan obat sakit maag periode Juni-Juli
2017 dapat dilihat hasil penjualan obat sakit maag lebih banyak dibeli oleh
kelompok usia lansia (46-65 tahun) didapatkan hasil 36 (35,30%), sedangkan usia
dewasa dan remaja (12-25 tahun) didapatkan hasil yang sama yaitu sebanyak 33
(32,35%). Data tersebut didapatkan dari hasil penjualan obat sakit maag dengan
resep saja. Pada penjualan swamedikasi tidak dilakukan pendataan umur pasien
karena dilakukan secara bebas dan tidak terdapat data pada catatan penjulan harian.
26
b. Jenis Kelamin
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Jenis kelamin Pada Penjualan Obat Sakit Maag di
Apotek Tanjakan Puspa Periode Juli 2017
1 Laki-laki 25 24.50
2 Perempuan 77 75,50
Dari tabel 5 penjualan obat sakit maag menurut jenis kelamin terbanyak yaitu
pada konsumen dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 77 resep (75,50%)
orang, sedangkan pasien laki-laki sebesar 25 resep (24,50%) orang. Hal ini
dikarenakan wanita lebih mudah stress yang akan merubah pola makan menjadi
tidak teratur. Stress dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang, biasanya
pada saat stress orang cenderung makan lebih sedikit dan tidak menyukai sayuran.
Mereka lebih memilih mengkonsumsi makanan dengan tinggi lemak. Stress juga
bisa menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi
asam lambung dalam jumlah berlebihan. Akibatnya, lambung terasa sakit, nyeri,
mual, mulas, kembung bahkan luka (peptic ulcer).
Sama halnya dengan umur pasien, pada penjualan secara swamedikasi faktor
jenis kelamin pun tidak bisa dilakukan pendataan karena tidak tercatat dalam
dokumen penjualan obat harian.
27
Jumlah
No Bentuk Sediaan Resep (%) Non (%) Jml (%)
Obat Resep
1 Tablet 37 11,86 102 32,69 139 44,55
Dari tabel 6 dapat dilihat hasil penjualan obat sakit maag baik dengan
menggunakan resep maupun swamedikasi menurut bentuk sediaan obat yang paling
banyak dicari konsumen adalah obat sakit maag dalam bentuk tablet yaitu sejumlah
139 (44,55%), alasan obat tablet lebih banyak dipilih karena apraktis mudah dibawa
kemana-mana dan juga karena lebih mudah dicerna. Obat dengan bentuk sediaan
cair terdapat 101 (32,37) dan bentuk sediaan kapsul sebanyak 72(23,08) kali
penjualan baik dengan resep ataupun swamedikasi.
28
Jumlah
No Harga Obat Resep (%) Non (%) Jml (%)
(Rupiah) Resep
1 ≤ 10000 77 24,68 177 56,73 254 81,41
Dari tabel 7 dapat dilihat hasil penjualan obat sakit maag menurut harga obat
didapatkan harga kurang dari 10000 lebih banyak dicari oleh konsumen yaitu
sebesar 254 (81,41%), harga yang murah dengan kualitas obat yang baik menjadi
alasan konsumen memilih untuk membelinya. Sementara obat dengan harga 10000-
50000 terdapat 39 (12,50) kali penjualan dan obat dengan harga diatas 50000
diperoleh hasil 19 (6,09%). Obat-obat dengan harga diatas 50000 kebanyak berasal
dari penjualan obat bsakit maag dengan resep.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Selama bulan Juni-Juli 2017 konsumen yang membeli obat sakit maag
secara swamedikasi lebih banyak dibandingkan dengan pembelian obat
dengan resep yaitu 210 (67,31%) orang.
b. Obat yang banyak dibeli pasien swamedikasi dan resep adalah golongan
Antasida + antiflatulen untuk mengatasi keluhan sakit maag yang
dialaminya yang mencapai angka 38,46% dari 312 orang. Jenis obat maag
lain yang dipilih konsumen adalah Antasida (14,10%), Anti Ulcer (34,94%)
dan Pelindung Mucosa Lambung (12,50%).
c. Pasien yang mendapat resep obat sakit maag di Apotek Tanjakan Puspa
periode Juni-Juli 2017 adalah (75,50%) berjenis kelamin perempuan,
sedangkan sisanya adalah laki-laki (24,50%). Rentang umur yang paling
banyak adalah konsumen berumur lansia (35,30%), sementara usia remaja
dan dewasa memiliki porsi yang sama yaitu (32,35%.).
d. Berdasarkan bentuk sediaan obat konsumen lebih banyak yang memilih
obat sakit maag dalam bentuk tablet (44,55%), lalu yang berbentuk cair
(32,37%) dan kapsul (23,08%), dengan rentang harga kurang dari Rp.
10.000,- yang mencapai 81,41%.
5.2 Saran
a. Apotek Tanjakan Puspa perlu meningkatkan lagi pelayanan informasi
kefarmasian kepada konsumen, terutama untuk konsumen yang
melakukan swamedikasi.
b. Diharapkan Apotek Tanjakan mampu menambah jenis obat, khususnya
pengadaan obat sakit maag dalam bentuk tablet dan cair, agar kebutuhan
konsumen dapat terpenuhi dengan baik.
29
30
Anief, M. 2006. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Buchari Alma. 2012. Manajemen Pemasran dan Pemasaran Jasa. Bandung : CV.
Alfabeta
Djunarko, Yoshepine. 2011. Swamedikasi Yang Baik dan Benar. Klaten : PT. Intan
Sejati
31
32
Rahma, dkk. 2012. Faktor Resiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampili Kabupaten Gowa. Jurnal MKMI. Makassar : Universitas
Hasanudin
Xu T, et al. 2012. Schulz M. 2012. (Dalam Setya Enti Rikomah. 2016. Farmasi
Klinik). Yogyakarta. Depublish
LAMPIRAN
34
35
A. Resep
B. Swamedikasi
Antasida +
6/7/2017 Gastrucid syr Cair 7000 Antiflatulen
Inpepsa sy Cair 68500 Pelindung Mucosa
6/8/2017 Omeprazole kapsul 600 Antiulcer
Antasida +
Promag Cair 2000 Antiflatulen
Polysilane Antasida +
tablet Tablet 1000 Antiflatulen
Antasida +
6/9/2017 Bufantacid Tablet 300 Antiflatulen
Lasgan kapsul 16000 Antiulcer
Omeprazole kapsul 600 Antiulcer
6/10/2017 OMZ kapsul 12000 Antiulcer
Polysilane Antasida +
tablet Tablet 1000 Antiflatulen
Antasida +
6/11/2017 Magalat sy Tablet 30000 Antiflatulen
Gastrucid Antasida +
Tablet Tablet 400 Antiflatulen
Antasida +
Promag Tablet 650 Antiflatulen
6/12/2017 Antasida Doen Tablet 200 Antasida
Omeprazole kapsul 1000 Antiulcer
Antasida +
Polysilane syr Cair 22500 Antiflatulen
Antasida +
6/13/2017 Bufantacid syr Cair 8000 Antiflatulen
OMZ kapsul 12000 Antiulcer
Musin sy Cair 53000 Pelindung Mucosa
Omeprazole kapsul 600 Antiulcer
Musina Tablet 1800 Pelindung Mucosa
6/14/2017 Omeprazole kapsul 600 Antiulcer
Antasida +
Plantacif forte Tablet 1000 Antiflatulen
Polysilane Antasida +
tablet Tablet 1000 Antiflatulen
40
Gastrucid Antasida +
Tablet Tablet 400 Antiflatulen
Antasida +
6/22/2017 Berlosid Tab Tablet 300 Antiflatulen
Antasida doen Tablet 200 Antasida
Omeprazole kapsul 600 Antiulcer
Antasida +
Lexacrol Tablet 550 Antiflatulen
Antasida +
Plantacid forte Tablet 1000 Antiflatulen
Omeprazole kapsul 600 Antiulcer
Omeprazole kapsul 600 Antiulcer
6/23/2017 Musin Tablet 1500 Antiulcer
Ulsidex tablet Tablet 1800 Antiulcer
Omeprazole Tablet 600 Antiulcer
Antasida doen Tablet 200 Antasida
Antasida +
Bufantacid sy Cair 8000 Antiflatulen
Antasida +
Hufamag Plus Cair 300 Antiflatulen
6/24/2017 Musin sy Cair 1800 Pelindung Mucosa
Antasida doen Tablet 200 Antasida
Omeprazole Tablet 600 Antiulcer
Omeprazole kapsul 600 Antiulcer
Omeprazole Tablet 600 Antiulcer
Gastrucid Antasida +
6/25/2017 Tablet Tablet 400 Antiflatulen
Musin tablet Tablet 1800 Pelindung Mucosa
Antasida +
Promag Tablet 650 Antiflatulen
Musin Tablet 1500 Antiulcer
Ulsafate syr Cair 68000 Pelindung Mucosa
Omeprazole kapsul 600 Antiulcer
6/26/2017 Ulsafate sy Cair 60000 Pelindung Mucosa
Polysilane Antasida +
tablet Tablet 1000 Antiflatulen
42
Antasida +
7/4/2017 Hufamag Plus Tablet 300 Antiflatulen
Antasida +
Gastrucid syr Cair 7000 Antiflatulen
Antasida doen Tablet 200 Antasida
Antasida +
Lexacrol Tablet 5500 Antiflatulen
Polysilane Antasida +
7/5/2017 tablet Cair 1000 Antiflatulen
Omeprazole Caps 600 Antiulcer
Polysilane Antasida +
7/6/2017 tablet Tab 1000 Antiflatulen
Antasida +
Bufantacid sy Cair 8000 Antiflatulen
Antasida +
Gastrucid sy Cair 7000 Antiflatulen
7/7/2017 Musin sy Cair 53000 Pelindung Mucosa
Antasida +
Hufamag Plus Tab 300 Antiflatulen
Antasida +
Lexacrol Tab 550 Antiflatulen
08-07-
117 Inpepsa sy Cair 68000 Pelindung Mucosa
Omeprazole Kapsul 600 Antiulcer
Antasida Tab 200 Antasida
Antasida +
7/9/2017 Promag Tab 650 Antiflatulen
OMZ Kapsul 12000 Antiulcer
Acran Tab 5000 Antiulcer
7/10/2017 Omeprazole Kapsul 600 Antiulcer
Antasida +
Hufamag Plus Tab 300 Antiflatulen
Antasida +
7/11/2017 Gastrucid sy Cair 7000 Antiflatulen
Antasida +
Berlosid Tab Tab 300 Antiflatulen
44
Antasida +
7/18/2017 Hufamag Plus Tab 300 Antiflatulen
Omeprazole Kapsul 600 Antiulcer
Omeprazole Kapsul 600 Antiulcer
Antasida +
Promag sy Cair 12500 Antiflatulen
7/19/2017 Omeprazole Caps 600 Antiulcer
Antasida +
Policrol Forte Tab 850 Antiflatulen
Plantacif forte Antasida +
sy Cair 33000 Antiflatulen
Polysilane Antasida +
tablet Tab 1000 Antiflatulen
7/20/2017 Omeprazole Kapsul 600 Antiulcer
Omeprazole Kapsul 600 Antiulcer
Omeprazole Kapsul 600 Antiulcer
Antasida +
Promag Tab 650 Antiflatulen
7/21/2017 Ulsidex tablet Tab 1500 Pelindung Mucosa
Antasida +
Plantacid syr Cair 11000 Antiflatulen
Antasida +
Gastrucid sy Cair 7000 Antiflatulen
Antasida doen Tab 200 Antasida
7/22/2017 Omeprazole Kapsul 600 Antiulcer
Antasida +
Gastrucid Tab 400 Antiflatulen
Antasida +
Antasida Doen Tab 200 Antiflatulen
Propepsa syr Cair 68000 Pelindung Mucosa
7/23/2017 Omeprazole Kapsul 600 Antiulcer
Antasida +
Triocid sy Cair 5000 Antiflatulen
Omeprazole Kapsul 600 Antiulcer
Antasida +
Musin sy Kapsul 1800 Antiflatulen
46
Jumlah Tiap
No Kelas Terapi Nama obat Indikasi Jenis Obat Catatan
per Pasien
1 Kontrasepsi Tunggal Kontrasepsi 1 siklus Untuk siklus
Linestrenol pertama
harus dengan
resep dokter.
Akseptor
dianjurkan
kontrol ke
dokter
tiap 6 bulan
Kombinasi Kontrasepsi 1 siklus Akseptor
a. Etinodiol diasetat - dianjurkan
mestranol kontrol ke
b. Norgestrel - etinil dokter
estradiol tiap 6 bulan
c. Linestrenoil - etinil Untuk
estradiol akseptor
d. Etinodiol diasetat - lingkaran
etinil estradiol biru wajib
e. Levonogestrel - menunjukkan
etinil estradiol kartu
f. Norethindrone -
mestranol
g. Desogestrel – etinil
2 Obat Saluran Antispasmodik Kejang saluran Maksimal 20
Cerna Papaverin/hiosin butil cerna tablet
bromide/ atropin SO4/
ekstrak beladon
* Anti Mual Maksimal 20 Bila mual,
Metoklopramid tablet muntah
HCl berkepanjangan,
48
pasien dianjurkan
agar kontrol ke
dokter
Laksan Konstipasi Maksimal 3 supp
Bisakodil Supp
3 Obat mulut dan Hexetidin Sariawan, maksimal 1 botol
Tenggorokan radang
tenggorokan
Triamcinolone Sariawan berat Maksimal 1 tube
Acetonide
4 Obat saluran *Obat asma Asma Maksimal 3 supp Pemberian
Napas Aminofilin sup obat asma
hanya atas
dasar
pengobatan
ulangan dari
dokter
Ketotifen Asma Maksimal 10
tablet
sirup 1 boto
Terbutalin SO4 Asma Maksimal 20
tablet;
sirup 1 botol;
inhaler 1
tabung
Salbutamol Asma Maksimal 20
tablet;
sirup 1 botol;
inhaler 1
tabung
Sekretolitik; mukolitik Mukolitik Maksimal 20
Bromheksin tablet;
sirup 1 botol
Karbosistein Mukolitik Maksimal 20
tablet;
sirup 1 botol
49
biasa; 3 tablet
lepas
lambat
Homochlorcyclizin HCl Antihistamin/ Maksimal 20
alergi tablet
biasa; 3 tablet
lepas
lambat
Dexchlorpheniramine Antihistamin/ Maksimal 20
maleat alergi tablet
biasa; 3 tablet
lepas
lambat
6 Antiparasit Obat cacing Cacing kremi, Maksimal 6
Mebendazol tambang, tablet;
gelang, sirup 1 botol
cambuk
7 Obat kulit Antibiotik Infeksi bakteri Maksimal 1 tube
Topical Tetrasiklin/oksitetrasiklin pada
kulit (lokal)
Kloramfenikol Infeksi bakteri Maksimal 1 tube
pada
kulit (lokal)
Framisetine SO4 Infeksi bakteri Maksimal 2
pada lembar
kulit (lokal)
Neomisin SO4 Infeksi bakteri Maksimal 1 tube
pada
kulit (lokal)
Gentamisin SO4 Infeksi bakteri Maksimal 1 tube
pada
kulit (lokal)
Eritromisin Alergi dan Maksimal 1 tube
peradangan
lokal
51
Jumlah Maksimal
No Kelas Terapi Kelas Generik Obat Indikasi Tiap Jenis Obat Catatan
Per Pasien
1 Saluran Famotidin Antiulkus Maksimal 10 tablet Pemberian
pencernaan dan Peptic 20 mg/40mg obat hanya
metabolisme atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
Ranitidin Antiulkus Maksimal 10 tablet Pemberian
Peptic 150 mg obat hanya
atas dasar
pengobatan
ulangan
dari dokter
2 Obat kulit Asam azeleat Antiakne Maksimal 1 tube 5g
Asam fusidat Antimikroba Maksimal 1 tube 5g
Motretinida Antiakne Maksimal 1 tube 5g
Tolsiklat Antifungi Maksimal 1 tube 5g
Tretinoin Antiakne Maksimal 1 tube 5g
3 Antiinfeksi 1.Kategori I Antituberkulosis Antituberkulosis Kategori I
umum (2HRZE/4H3R3) Penderita
Kombipak II baru BTA
Fase awal positip
Isoniazid 300mg Penderita
Rifampisin 450mg baru BTA
Pirazinamid 1500mg negatif dan
Etambutol 750mg rontgen
positip yang
sakit berat
Penderita
ekstra paru
berat
Kombipak III
Fase lanjutan
Isoniazid 600mg
56
Rifampisin 450mg
2. Kategori II Satu paket Kategori II:
(2HRZES/HRZE/5H3R3E- Penderita
3) kambuh
Kombipak II (relaps)
Fase awal BTA positip
Isoniazid 300mg Penderita
Rifampisin 450mg gagal
Pirazinamid 1500mg pengobatan
Etambutol 750mg BTA
Streptomisin 0,75 mg positip
Kombipak IV Sebelum
Fase lanjutan fase
Isoniazid 600mg lanjutan,
Rifampisin 450mg penderita
Etambutol 1250mg harus
kembali ke
dokter
3. Kategori III Satu paket Kategori III
(2HRZ/4H3R3) :
Kombipak I Penderita
Fase awal baru BTA
Isoniazid 300mg negatif/
Rifampisin 450mg rontgen
Pirazinamid 1500mg positip
Penderita
ekstra paru
ringan
Kombipak III Sebelum
Fase lanjutan fase
Isoniazid 300mg lanjutan,
Rifampisin 450mg penderita
harus
kembali ke
dokter
57
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NIM : 14K30001.
Topik Karya Tulis Ilmiah : Pola Pemilihan Obat Sakit Maag di Apotek
Tanjakan Puspa Kec. Citeureup Kab. Bogor
Periode Juni - Juli 2017.
Materai
6K
Abdul Hakim