Preseptor
DISUSUN OLEH :
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Study Report Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Muhammad
Zein Painan. Dalam proses penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada :
1. dr. Muhamad Givari, Sp. B dan apt. Yudhea Gemilang Putri, S.Farm
selaku preseptor yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga laporan Case Study ini dapat
diselesaikan.
2. apt. Sanubari Rela Tobat, M.Farm dan apt Lola Azyenella, M.Farm
selaku dosen pembimbing PKPA RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
3. Staf instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Muhammad Zein
Painan yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Case Study ini.
Terimakasih atas semua bimbingan, bantuan dan dukungan, yang telah
diberikan kepada penulis, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa mendatang khususnya tentang
pelayanan klinis Instalasi Farmasi Rumah Sakit mengenai “Penatalaksanaan
Medikamentosa Apendisitis Akut Pasca Operasi di RSUD M Zein Painan”
Penulis menyadari laporan kasus ini masih memiliki kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
periumbilical, mual, muntah, lokalisasi nyeri ke fosa iliaka kanan, nyeri tekan saat
dilepas di sepanjang titik McBurney, dan nyeri tekan pelvis pada sisi kanan ketika
dan menetap pada semua golongan umur, kegagalan menegakkan diagnosa dan
mortalitas.
apendisitis sekitar 12.000 jiwa pada laki-laki dan sekitar 10.000 jiwa pada
Kejadian apendisitis di Amerika memiliki insiden 1-2 kasus per 10.000 anak per
tahunnya. Kejadian meningkat 25 kasus per 10.000 anak per tahunnya antara 10-
17 tahun di Amerika Serikat (WHO, 2022). Jumlah pasien yang menderita
Indonesia. Apendisitis umumnya penyakit pada usia belasan tahun dan awal 20-an
yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan pedoman terapi akan meningkatkan
sedikit yang gagal dalam menjalani terapi. Penyimpangan dalam terapi tersebut
Drug Related Problems (DRPs) merupakan salah satu penyebab utama dari
Medication Error. DRPs adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan karena
suatu bentuk error dalam bidang kedokteran dan kefarmasian, yang selama ini
selalu luput dari perhatian, cenderung di abaikan, atau bahkan dianggap tidak
pernah terjadi. Kesalahan peresepan dapat memberikan resiko yang berarti bagi
2. Bagaimana solusi jika tejadi Drug Relate Problem (DRP) dari obat-obatan
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui solusi jika terjadi Drug Related Problem (DRP) obat-
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apendisitis
2.1.1 Pengertian
penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga
2.1.2 Klasifikasi
1. Apendisitis Akut
kuadran abdomen kanan bawah dan dengan nyeri tekan lokal dan alih,
bakteria.
2. Apendisitis Kronik
syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang
Faktor pencetus apendisitis adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks.
timbunan tinja yang keras (fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing,
parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Obstruksi lumen
apendiks yang paling sering adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid
jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi
bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feses manusia
sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia coli, inilah
yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus
fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau beda asing. Proses inflamasi ini
abdomen dan menyebar secara hebat dan progresif dalam beberapa jam
apendik yang terinflamasi tersebut berisi pus (Smeltzer & Bare, 2012).
keluhan sakit disekitar umbilikus dan epigastrium, mual dan muntah. Proses
selanjutnya adalah invasi kuman Entamoeba Coli dan spesies bakteroides dari
peritoneum parietalis kemudian terjadilah peritonitis lokal kanan bawah, hal ini
menyebabkan suhu tubuh mulai naik. Gangren dinding apendiks disebabkan oleh
oklusi pembuluh darah dinding apendiks akibat distensi lumen apendiks. Bila
tekanan intra lumen meningkat maka akan terjadi perforasi yang ditandai dengan
kenaikan suhu tubuh dan menetap tinggi. Tahapan peradangan apendisitis dimulai
1. Terapi farmakologi
Coli.
2. Algoritma Terapi.
2.2 Antibiotik
2.2.1 Defenisi
yang dipilih untuk pasien bersangkutan, biaya atau harga obat, serta potensi untuk
penisilindan sefalosporin
b. Vankomisin
flushing dan hipotensi (pada infus cepat), serta gangguan pendengaran dan
c. Basitrasin
utama adalah basitrasin A. Basitrasin tersedia dalam bentuk salep mata dan
a. Aminoglikosida.
dan Tobramisin.
b. Tetrasiklin.
c. Kloramfenikol.
d. Makrolida.
e. Klindamisin.
Klindamisin menghambat sebagian besar bakteri kokus Gram-positif dan
f. Mupirosin.
g. Spektinomisin
Obat ini dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk infeksi Gonokokus
intramuscular (IM).
folat
a. Sulfonamida.
b. Trimethoprim.
1. Asam nalidiksat
b. Nitrofuran
1. Definisi
2. Tujuan
mortalitas.
3. Indikasi
kulit kecil, insisi dan drainase abses, jahit luka, ekstraksi kuku
kolonisasi kuman di area kulit yang akan disayat. Selain itu, sefazolin
sehingga saat insisi sudah terdapat antibiotik dalam kadar yang efektif
TINJAUAN KASUS
DATA UMUM
No.MR 326XXX
Agama Islam
JenisKelamin Perempuan
BeratBadan -
Pekerjaan Mahasiswi
Alamat Painan
MulaiPerawatan 05/11/2023 –
JenisPembiayaan BPJS
3.2. Anamnesis
- Pasien mengeluhkan nyeri perut kanan bawah sejak 3 hari lalu, namun nyeri
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
3.3 Pemeriksaan
Tekanan
100-120 / 60- 119/68 101/60 110/65 116/68
Pernafasan
16 – 20 x/i 20 x/i 20 x/i 20 x/i 20 x/i
(RR)
Suhu (T) 0
C
2.2.1 Data laboratorium (05/11/2023)
Rujukan
10.000
400.000
MCH 26 27 – 31 Pg Rendah
sewaktu
Apendisitis akut.
f. Lansoprazol 1 x 30 mg (PO)
Nama : sdr. ODF Diagnosa Utama : Apendisitis akut Dokter : dr. Muhamad Givari, Sp.B
No MR : 326XXX Ruangan : Rawatan Bedah Apoteker : apt. Yudhea Gemilang Putri, S.Farm
Tanggal S O A P
ini, nyeri sudah Pernafasan: 20 x/i - Pasien telah mendapatkan terapi sesuai 1gr
hari sebelum Hemoglobin: 10.9 g/Dl - Tidak ada interaksi obat ketorolac 3 x 30 mg
masuk rumah Leukosit: 9, 310/ mm^3 - Efek samping dari keterolac yaitu d. Inj. Ranitidin 2 x 25
sakit, nyeri Eritrosit: 5.19 10^6/µL gangguan gastro intestinal (nyeri mg/ml
- Pemberian Informasi
Obat (PIO)
mengatasi efek
samping dari
ketorolac.
25 mg/ml
sendok takar
(500mg/5ml) (PO)
f. Paracetamol 3 x
500mg (PO)
g. Lansoprazole 1x 30
mg (PO)
Apoteker
- Pemberian Informasi
Obat (PIO)
- Pemantauan terapi
obat
- Beri ranitidine,
sucralfat, lansoprazole
(pemakaian
dijarakkan 1 jam)
Pasien sudah Pernafasan: 20 x/i - Pasien telah mendapatkan terapi sesuai - Sucralfat syrup 3 x 1
- Cefixim 2 x 200mg
(PO)
- Ranitidin 2 x 150mg
(PO)
- Ketoprofen 2 x
100mg (PO)
Apoteker
- Pemberian informasi
kepatuhan
mengkonsumsi obat
antibiotik
- Pemberitahuan
sucralfat syrup da
ranitidine diminum
sebelum makan
- Pemberitahuan tempat
penyimpanan obat
3.7 Analisis terapi
3 x 1 sendok takar (
Sucralfat syrup PO
500mg/ml)
Lansoprazol 1 x 30mg PO
Parasetamol 3 x 500mg PO
Cefixim 2 x 200mg PO
Ranitidin 2 x 150mg PO
Ketoprofen 2 x 100mg PO
Dosis yang
No Nama Obat Dosis Literatur Komentar
diberikan
( ) Sesuai
=
1 IVFD Asering 20 tetes/i
= 8,3 jam.
Dosis literatur:
2 Inj. Ceftriaxone 2 x 1gr - Dewasa dan anak > 12 tahun: 1-2 gram/hari. Pada Sesuai
Oral
sebelum tidur
Injeksi :
diperlukan.
4 Keterolac drip 3 x 30 mg - Dosis harian total tidak boleh lebih dari 90 mg untuk Sesuai
H.Pylori
sehari
, maks 4 g/hari.
7 Parasetamol 3 x 500mg
- Anak <12tahun : 10mg/kgbb/kali (bila ikterik
Oral
sebelum tidur
Injeksi :
sehari
diperlukan
Terdapat terapi tanpa indikasi Tidak Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan indikasi
medis
Pasien mendapatkan terapi Tidak Pasien tidak memerlukan terapi tambahan, pasien telah mendapatkan terapi
Pasien masih memungkinkan Tidak Pasien tidak memerlukan terapi non farmakologi.
menjalani terapi non farmakologi
Terdapat duplikasi terapi Tidak Tidak terdapat duplikasi terapi karena obat dengan mekanisme kerja yang
berbeda-beda
Pasien mendapat penanganan Tidak Pasien tidak mendapatkan penanganan terhadap efek samping yang
terhadap efek sampingyang seharusnya dapat dicegah, karena pasien tidak mengalami efek samping yang
2 Kesalahan obat
Bentuk sediaan tidak tepat Tidak Bentuk sediaan yang diberikan pada saat rawatan sudah tepat.
Terdapat kontra indikasi Tidak Tidak ditemukan adanya kontraindikasi pada terapi pengobatan.
Kondisi pasien tidak dapat Tidak Kondisi pasien masih bisa disembuhkan dengan obat dengan syarat pasien
disembuhkan oleh obat teratur dan disiplin mengkonsumsi obat, dan menghindari faktor-faktor
Obat tidak diindikasikan untuk Tidak Setiap obat yang diberikan sudah sesuai dengan indikasi suatu
Terdapat obat lain yang lebih Tidak ada Terapi obat yang diberikan telah efektif dalam proses penyembuhan
efektif pasien.
Frekuensi penggunaan tidak tepat Tidak Frekuensi penggunaan obat yang diberikan sudah tepat.
Penyimpanan tidak tepat Tidak Penyimpanan obat sudah tepat karena telah disimpan di tempat kering dan
terhindar dari matahari dan disimpan pada tempat yang sesuai dalam tempat
obat pasien.
Obat tidak aman untuk pasien Tidak Obat yang diberikan telah aman digunakan pada pasien dan sesuai dengan
kondisi pasien.
Terjadi reaksi alergi Tidak Pasien tidak mengalami alergi selama pengobatan.
Terjadi interaksi obat Tidak Saat ini tidak terjadi interaksi obat yang mempengaruhi terapi pasien.
Dosis obat dinaikan atau Tidak Dosis obat yang diturunkan sudah sesuai.
Muncul efek yang tidak Tidak Tidak muncul efek yang tidak diinginkan.
diinginkan
Administrasi obat yang tidak tepat Tidak Administrasi obat telah sesuai.
pasien
Obat tidak tersedia Tidak Obat telah tersedia di apotek rumah sakit.
Pasien tidak mampu menyediakan Tidak Keluarga pasien dapat membantu menyiapkan obat.
Obat
Pasien tidak bisa menelan atau Tidak Pasien dapat menelan obat.
menggunakan obat
Pasien tidak mengerti intruksi Tidak Keluarga pasien mengerti instruksi penggunaan.
Pasein tidak patuh atau memilih Tidak Pasien patuh menggunakan obat.
untuk tidak menggunakan obat
tambahan
Terdapat kondisi yang tidak Tidak Kondisi pasien telah diberikan terapi yang sesuai.
diterapi
Pasien membutuhkan obat Tidak Pasien sudah mendapatkan obat yang sinergis untuk terapi penyakit.
profilaksi
BAB V
PEMBAHASAN
Pasien wanita berusia 21 tahun datang ke IGD RSUD Dr. M. Zein pada tanggal
05 November 2023 dengan keluhan utama Nyeri perut kanan bawah memberat sejak
pagi ini, nyeri perut kanan bawah sudah dirasakan semenjak 3 hari yang lalu dan hilang
timbul. Mual ada muntah tidak ada. Pasien didiagnosa mengalami Apendisitis akut.
Berdasarkan pemeriksaan pasien di IGD, diperoleh tekanan darah 119/68 mmHg, nadi
MCHC 33,6 %(Normal), PT 14.9 detik (Normal), INR 1,19 (normal), APTT 37,7 detik
Pasien didiagnosa suspek Apendisitis akut. Dilakukan operasi pada sore hari di
Ceftriaxone 2x1 gram, Injeksi Ranitidine 2x50 mg. Lalu pasien dipindahkan ke Ruang
Rawatan Bedah.
Pada tanggal 6 November 2023, pasien masih mengeluhkan nyeri perut post
operasi. Adapun Tanda Tanda Vitalnya TD 101/60 mmHg, Nadi 86 x/menit, Pernafasan
20 x/menit, Suhu 36,7oC. Terapi yang diberikan masih sama dengan terapi IGD.
42
Tanggal 7 November 2023, pasien mengatakan nyeri bekas operasi sudah
Pernafasan 20 x/menit, Suhu 36,5 oC. Masih diberikan terapi yang sama dengan hari
paracetamol untuk mengatasi demam pasien, dan lansoprazole untuk mengatasi tukak
lambung.
Tanggal 8 November 2023, pasien mengatakan nyeri pada bekas luka operasi
sudah berkurang. Hari ini pasien sudah boleh pulang. Pemeriksaan tanda-tanda vital TD
101/65 mmHg, Nadi 86 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu 36,7 oC. Terapi yang
diberikan untuk pulang adalah Sucralfat syrup berfungsi sebagai tukak lambung,
pemberian antibiotik terapi pada pasien operasi apendisitis dimulai dari hari
pertama pasien masuk rumah sakit berfungsi untuk mencegah berkembangnya infeksi
pada apendiks, Pemberian antibiotik terapi setelah operasi untuk mengurangi kejadian
apendisitis. Perforasi memiliki gejala peningkatan angka leukosit, mual, nyeri perut.
43
Operasi apendisitis termasuk operasi bersih kontaminasi yang direkomendasikan
untuk pemberian antibiotik profilaksis. Adanya penggunaan antibiotik terapi pada kasus
diperlukan karena dapat mengurangi dan mencegah infeksi. Penggunaan antibiotik yang
pasien dan pada prosedur operasi yang dijalankan (Dipiro et al 2008). Menurut
Kemenkes pada tahun 2011, apendiktomi merupakan kategori rekomendasi tinggi untuk
Apendisitis merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri yang salah
ceftriaxon lebih efektif untuk pasien operasi apendisitis, terutama untuk mencegah
merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek antiinflamasi, analgesic dan
Pada pemberian oral kadar puncak dicapai selama 0,5 – 2 jam. Waktu eliminasi pada
44
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
Reproduksi. 1-17.
Aslam, M., C. K. Tan, dan A. Prayitno. 2003. Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy).
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2005. Pharmaceutical care untuk
8-11.
Dorland W.A.N. 2000. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 29th ed. Terjemahan:
FDA 2009, U.S. Food and Drug Administration, U.S. Department of Health & Human
selected institutional foodservice, restaurant and retail food store facility types
200
Katzung, B. G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika.
46
Martin, J. 2009. British National Formulary, 57th Edition. London: BMJ Group and
RPS Publishing.
Martin, J. 2009. British National Formulary, 57th Edition. London: BMJ Group and
RPS Publishing
17.
Tjay, T. H. dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
efek Sampingnya. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Hlm. 75-76, 78-79.
WHO. 2001. WHO Model Prescribing Information: Drugs Used in Bacterial Infections
47
LAMPIRAN
1. Paracetamol
48
Dosis Dewasa: 500–1.000 mg, diberikan setiap 4–6 jam
sekali. Dosis maksimal 4.000 mg per hari.
Sediaan Tablet.
Gambar sediaan
1. Asering
49
toksis untuk jantung
Sediaan Larutan
Gambar sediaan
2. Ketorolac
Komposisi Ketorolac 30 mg
50
Peringatan Pasien dengan terapi antikoagulan, hemofilia,
penyakit kardiovaskular, gagal ginjal akut,
hipertensi
Gambar Sediaan
3. Ranitidine
51
sehari PO, 50 mg 3 sampai 4 kali sehari IV
Gambar Sediaan
4. Ketoprofen
52
Komposisi Ketoprofen 100 mg
pendarahan
pusing
Metabolisme : hati
Gambar Sediaan
53
5. Sucralfate
500 mg
kepala, mengantuk
54
dan aluminium yang terserap sekitar 0,005%.
(unchanged drug).
Gambar Sediaan
7. Ceftiaxone
Gonococcal infeksi
55
Mekanisme kerja Aktivasi gram negatif spektrum luas; memiliki
Dosis Dewasa :
- Profilaksis bedah : 1 g IV
(Medscape)
tetracycline
ruamkulit, leukopenia
56
Bentuk sediaan Serbuk dalam vial 1 gram
menyusui
obat-obat antibakteri.
57
ginjal normal); 12-16 jam (gangguan ginjal ringan
sampaiberat) (Medscape)
Gambar Sediaan
58