Penyusun:
dr. Amanda Tiodhoro Magdalena
Pembimbing:
Dr. dr. H. M. Natsir Nugroho, Sp.OG, M.Kes
dr. Hj. Fitri Yanti
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan kasus dengan judul “ANEMIA BERAT EC HIPERPLASIA
ENDOMETRIUM” dalam waktu yang telah ditetapkan. Kasus ini disusun
sebagai salah satu syarat kegiatan Program Internsip Dokter Indonesia di Rumah
Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi.
Dengan disusunnya laporan kasus ini, penulis berharap agar dapat
memberikan wawasan dan pemahaman kepada para pembaca mengenai keadaan
anemi terutama pada kasus hiperplasia endometrium pada bagian ilmu kandungan
dan kebidanan yang masih banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,sehingga
dapat dilakukan tatalaksana yang tepat.
Penulis mengucapakan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu penulis dalam pengerjaan tugas ini sehingga tugas ini dapat
selesai tepat pada waktunya.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan tugas ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan oleh
penulis agar dapat memperbaiki penulisan selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sukses digunakan pada wanita dengan hiperplasia endometrium yang memilih
untuk tidak dilakukan pembedahan.
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama :
Lemas hilang timbul 1 bulan ini
b. Keluhan Tambahan :
Haid tidak teratur 2 tahun belakangan
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS Islam Pondok Kopi Jakarta dengan
keluhan utama lemas yang hilang timbul sudah selama 1 bulan
terakhir sebeum masuk rumah sakit. Lemas tidak berkurang
dengan istirahat cukup dan makan teratur. Pasien juga mengaku
bahwa dua tahun belakangan haidnya tidak teratur. Haid yang
terjadi sebanyak 6 pembalut setiap harinya dan menetap selama
kurang lebih 20 hari. Frekuensi terlama haid yaitu 45 hari. Darah
yang keluar berwarna merah kehitaman, terkadang terdapat darah
yang menggumpal. Keluhan awalnya tidak dirasakan mengganggu
tetapi karena terlalu lama akhirnya pasien merasa lemas dan tidak
nyaman. Selain itu OS merasa satu bulan belakangan ini menjadi
3
sering nyeri kepala yang dirasakan seperti kepalanya terasa enteng.
Keluhan tersebut terutama saat pasien habis beraktivitas. Pasien
kemudian berobat ke rumah sakit lain dan dilakukan pemeriksaan
lab disana. Setelah melakukan pemeriksaan lab os kemudian
dirujuk ke RSIPKJ. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma
sebelumnya dan mengaku belum pernah mengonsumsi obat-obatan
untuk keluhan utamanya.
HPHT : 18 Oktober 2019
d. Perangai pasien – Kooperatif
e. Riwayat Haid :
- Menarche : usia 12 tahun
- Siklus : 28 hari, teratur
- Lamanya : 7 hari
- Nyeri haid : tidak ada
- Volume : 4 kali ganti pembalut
f. Riwayat KB :
- Menggunakan pil KB (lupa nama obat) 1xI tab setelah anak ke-2
- Mengganti pil dengan KB suntik tiap 3 bulan setelah anak ke-3
- Menghentikan KB suntik setelah satu tahun penggunaan
g. Riwayat Pernikahan :
Pasien menikah pada usia 21 tahun, kemudian melahirkan anak
pertama pada usian 23 tahun.
h. Riwayat Persalinan :
1. Tahun 1997, laki-laki, normal, berat janin 3600 gram, ditolong
oleh dokter.
2. Tahun 2002, perempuan, normal, berat janin 3500 gram,
ditolong oleh bidan.
3. Tahun 2008, perempuan, SC, berat janin 3200 gram, ditolong
oleh dokter, penyulit HAP.
4. Tahun 2011, laki-laki, SC, berat janin 3300 gram, ditolong oleh
dokter, penyulit letak sungsang.
4
i. Riwayat Penyakit Dahulu : Disangkal
j. Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal
k. Riwayat Kebiasaan : Rokok (-), alkohol (-)
5
2.4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Pemeriksaan Darah Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 6.0 g/dl 12-16 g/dl
Leukosit 5.900 /mm3 5.000-10.000 /mm³
Hematokrit 20 % 37-45 %
Trombosit 312.000 /uL 150.000-400.000 /uL
2.6. Terapi
Oksigen dengan nasal kanul 2 Lpm
IVFD RL 20 tpm
Transfusi PRC 1000cc
Kuretase
6
2.7. Catatan Perkembangan
7
Follow up 15 November 2019 (hari ke-3 rawatan)
S/ Lemas (-), Nyeri abdomen (-), perdarahan (-)
O/ KU: sedang, Kes: CM, TD: 120/70 mmHg, HR: 80x/menit, RR: 18x/menit,
T: 36,7
Mata: CA -/-, SI -/-
Thoraks: SN ves, rh -/-, wh -/-, S1-S2 reg, bising (-)
Abd: distensi (-), BU (+) N, Nyeri tekan bawah pusat +
Eks: akral hangat, CRT <2”
A/ Hiperplasia Endometrium
Post Kuretase
P/ IVFD NaCl 0,9%/ 12 jam
Amoxicillin 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Inbion 1x1
Nosthyra 3x1
Kalsium glukonas 3x1
Hb post kuretase: 11,8
Jaringan di PA-kan
Kuretase dilakukan tanpa pre-med, dengan general anestesi teknik TIVA.
Tampon (-)
Follow up 16 November 2019 (hari ke-2 rawatan)
S/ Lemas (-), perdarahan (-)
O/ KU: sedang, Kes: CM, TD: 120/80 mmHg, HR: 82x/menit, RR:
20x/menit, T: 36,7
Mata: CA -/-, SI -/-
Thoraks: SN ves, rh -/-, wh -/-, S1-S2 reg, bising (-)
Abd: distensi (-), BU (+) N
Eks: akral hangat, CRT <2”
A/ Hiperplasia Endometrium
Post Kuretase
8
P/ Rencana pulang
Obat pulang:
Amoxicillin 3x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Inbion 1x1
Nosthyra 3x1
Kontrol poli obgyn tgl 27 November 2019
9
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Uterus adalah organ muscular yang berbentuk buah pir yang terletak di
dalam pelvis dengan kandung kemih di anterior dan rectum di posterior. Uterus
biasanya terbagi menjadi korpus dan serviks. Korpus dilapisi oleh endometrium
dengan ketebalan bervariasi sesuai usia dan tahap siklus menstruasi. Endometrium
tersusun oleh kelenjar-kelenjar endometrium dan sel-sel stroma mesenkim, yang
10
keduanya sangat sensitif terhadap kerja hormon seks wanita. Hormon yang ada di
tubuh wanita yaitu estrogen dan progesteron mengatur perubahan endometrium,
dimana estrogen merangsang pertumbuhan dan progesteron mempertahankannya.1
11
menjadi korpus albikan yang menghasilkan sedikit hormon diikuti meluruhnya
lapisan endometrium yang telah menebal, karena
hormon estrogen dan progesteron telah berhenti diproduksi. Pada fase ini, biasa
disebut menstruasi atau peluruhan dinding rahim.3,4
12
nekrosis fokal kelenjar. (fase pramenstruasi). Dalam fase sekretorik siklus ini,
histology endometrium memungkinkan penilaian yang sangat akurat (dalam 2 hari)
mengenai tanggal siklus tersebut dalam kaitan dengan ovulasi.
Menstruasi terjadi akibat penurunan mendadak estrogen dan progesterone
akibat degenerasi korpus luteum. Arteriol spiral kolaps, menyebabkan degenerasi
iskemik pada endometrium. Endometrium menstrual menunjukkan terlepasnya
kelenjar, perdarahan, dan infiltrasi oleh leukosit neutrofil. Keseluruhan
permukaan endometrium hingga lapisan basal terlepas selama menstruasi,
keseluruhan proses ini memerlukan waktu 3-5 hari.1,6
13
3.3.2. Klasifikasi
Risiko keganasan berkorelasi dengan keparahan hiperplasia, sehingga
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Hiperplasia sederhana (hiperplasia ringan). Dicirikan dengan peningkatan
jumlah kelenjar proliferatif tanpa atipia sitologik. Kelenjar tersebut,
meskipun berdesakan dipisahkan oleh stroma selular padat dan memiliki
berbagai ukuran. Pada beberapa kasus, pembesaran kelenjar secara kistik
mendominasi (hiperplasia kistik). Risiko karsinoma endometrium sangat
rendah.
2) Hiperplasia kompleks tanpa atipia (hiperplasia sedang/hiperplasia
adenomatosa). Menunjukkan peningkatan jumlah kelenjar dengan posisi
berdesakan. Epitel pelapis berlapis dan memperlihatkan banyak gambaran
mitotic. Sel-sel pelapis mempertahankan polaritas normal dan tidak
menunjukkan pleomorfisme atau atipia sitologik. Stroma selular padat
masih terdapat di antara kelenjar.
3) Hiperplasia kompleks dengan atipia (hiperplasia berat/hiperplasia
adenomatosa atipikal). Dicirikan dengan berdesakannya kelenjar dengan
kelenjar yang saling membelakangi dan nyatanya atipia sitologik yang
ditandai dengan pleomorfisme, hiperkromatisme dan pola kromatin inti
abnormal. Hiperplasia kompleks dengan atipia menyatu dengan
adenokarsinoma in situ pada endometrium dan menimbulkan risiko
karsinoma endometrium yang tinggi.1,2
3.3.3. Patogenesis
Hiperplasia endometrium ini diakibatkan oleh hiperestrinisme atau
adanya stimulasi unopposed estrogene (estrogen tanpa pendamping progesteron
/ estrogen tanpa hambatan). Kadar estrogen yang tinggi ini menghambat produksi
Gonadotrpin (feedback mechanism). Akibatnya rangsangan terhadap
pertumbuhan folikel berkurang, kemudian terjadi regresi dan diikuti perdarahan.7
14
Pada wanita perimenopause sering terjadi siklus yang anovulatoar
sehingga terjadi penurunan produksi progesteron oleh korpus luteum sehingga
estrogen tidak diimbangi oleh progesteron. Akibat dari keadaan ini adalah
terjadinya stimulasi hormon estrogen terhadap kelenjar maupun stroma
endometrium tanpa ada hambatan dari progesteron yang menyebabkan proliferasi
berlebih dan terjadinya hiperplasia pada endometrium. Juga terjadi pada wanita
usia menopause dimana sering kali mendapatkan terapi hormon penganti yaitu
progesteron dan estrogen, maupun estrogen saja.
Estrogen tanpa pendamping progesterone (unopposed estrogene) akan
menyebabkan penebalan endometrium. Peningkatan estrogen juga dipicu oleh
adanya kista ovarium serta pada wanita dengan berat badan berlebih.
15
3.3.6. Diagnosis
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
hiperplasia endometrium dengan cara USG, Dilatasi dan Kuretase, lakukan
pemeriksaan Histeroskopi dan dilakukan juga pengambilan sampel untuk
pemeriksaan PA. Secara mikroskopis sering disebut Swiss cheese patterns.
1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
16
4. Histeroskopi
Histeroskopi adalah tindakan dengan memasukkan peralatan
teleskop kecil kedalam uterus untuk melihat keadaan dalam uterus dengan
peralatan ini selain melakukan inspeksi juga dapat dilakukan tindakan
pengambilan sediaan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi.
3.3.8. Terapi
Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai
berikut:
1. Kuretase
Tindakan kuretase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus
sebagai terapi untuk menghentikan perdarahan.
17
2. Progesteron
Selanjutnya adalah terapi progesteron untuk menyeimbangkan
kadar hormon di dalam tubuh. Namun perlu diketahui kemungkinan efek
samping yang bisa terjadi, di antaranya mual, muntah, pusing, dan
sebagainya. Rata-rata dengan pengobatan hormonal sekitar 3-4 bulan,
gangguan penebalan dinding rahim sudah bisa diatasi. Terapi progestin
sangat efektif dalam mengobati hiperplasia endometrial tanpa atipi, akan
tetapi kurang efektif untuk hiperplasia dengan atipi. Terapi cyclical
progestin (medroxyprogesterone asetat 10-20 mg/hari untuk 14 hari setiap
bulan) atau terapi continuous progestin (megestrol asetat 20-40 mg/hari)
merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan hiperplasia
endometrial tanpa atipi. Terapi continuous progestin dengan megestrol
asetat (40 mg/hari) kemungkinan merupakan terapi yang paling dapat
diandalkan untuk pasien dengan hiperplasia atipikal atau kompleks. Terapi
dilanjutkan selama 2-3 bulan dan dilakukan biopsi endometrial 3-4
minggu setelah terapi selesai untuk mengevaluasi respon pengobatan.
Tanda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus haid
kembali normal. Jika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa
mempersiapkan diri untuk kembali menjalani kehamilan. Namun alangkah
baiknya jika terlebih dahulu memeriksakan diri pada dokter. Terutama
pemeriksaan bagaimana fungsi endometrium, apakah salurannya baik,
apakah memiliki sel telur dan sebagainya.
3. Histerektomi.
Metode ini merupakan solusi permanen untuk terapi perdarahan
uterus abnormal dan berulang. Khusus bagi penderita hiperplasia kategori
atipik, jika memang terdeteksi ada kanker, maka jalan satu-satunya adalah
menjalani operasi pengangkatan rahim. Penyakit hiperplasia endometrium
cukup merupakan momok bagi kaum perempuan dan kasus seperti ini
cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka dari itu akan lebih baik jika
bisa dilakukan pencegahan yang efektif.
18
3.3.9. Prognosis
Umumnya lesi pada hiperplasia atipikal akan mengalami regresi dengan
terapi progestin, akan tetapi memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi
ketika terapi dihentikan dibandingkan dengan lesi pada hiperplasia tanpa atipi.
Penelitian terbaru menemukan bahwa pada saat histerektomi 62,5% pasien dengan
hiperplasia endometrium atipikal yang tidak diterapi temyata juga mengalami
karsinoma endometrial pada saat yang bersamaan. Sedangkan pasien dengan
hiperplasia endometrial tanpa atipi yang di histerektomi hanya 5% diantaranya
yang juga memiliki karsinoma endometrial.
3.3.10. Pencegahan
Langkah-langkah yang bisa disarankan untuk pencegahan, seperti :
1. Melakukan pemeriksaan USG dan / atau pemeriksaan rahim secara rutin,
untuk deteksidini ada kista yang bisa menyebabkan terjadinya penebalan
dinding rahim.
2. Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar
menstruasi apakah itu haid yang tak teratur, jumlah mestruasi yang banyak
ataupun tak kunjung haid dalam jangka waktu lama.
3. Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai dengan
pemberian progestin untuk mencegah karsinoma endometrium.
4. Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi
progesteron untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan.
Terapi terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral kombinasi.
5. Rubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan.
19
BAB 4
DISKUSI
20
memiliki anak dan sudah mencoba terapi konservatif dengan hasil yang tidak
memuaskan, histerektomi merupakan pilihan yang terbaik.
21
DAFTAR PUSTAKA
22