Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun Oleh:
dr. Aqnisa Wenny Larasuqe
Pendamping:
dr. NurAisyah, M.Kes

PROGRAM INTERNSIP
PERIODE AGUSTUS 2022-2023
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG
KABUPATEN KAMPAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
yang bejudul “Hiperemesis Gravidarum”.
Penyusunan laporan kasus ini untuk memenuhi salah satu tugas Program
Dokter Internsip Indonesia di RSUD Bangkinang. Terimakasih saya ucapkan kepada
dr. Nur Aisyah, M. Kes atas bimbingan dan arahannya sehingga laporan kasus ini
dapat diselesaikan.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian
laporan kasus ini, dikarenakan keterbatasan ilmu dan pengalaman saya. Maka dengan
kerendahan hati, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca dan pendamping sekaligus untuk menyempurnakan laporan kasus ini ke
depannya.

Bangkinang, 29 Juli 2022

Penulis

2
Berita Acara Laporan Kasus

Pada hari Jumat, tanggal 29 Juli 2022 telah dipresentasikan laporan kasus oleh:
Nama : dr. Aqnisa Wenny Larasuqe
Judul/ topik : Hiperemesis Gravidarum
Nama Pendamping : dr. Nur Aisyah
Nama Wahana : RSUD Bangkinang

Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

6. 6.

7. 7.

8. 8.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

dr. Nur Aisyah, M. Kes

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................... 4
ABSTRAK ...................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 6
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN KASUS ..................................................................... 8
2.1 Identitas Pasien........................................................................ 8
2.2 Anamnesis................................................................................ 8
2.3 Pemeriksaan Fisik.................................................................... 9
2.4 Pemeriksaan Penunjang........................................................... 11
2.5 Diagnosa Kerja......................................................................... 11
2.6 Penanganan….......................................................................... 11
BAB III TNJAUAN PUSTAKA ................................................................ 13
3.1 Definisi.................................................................................... 13
3.2 Epidemiologi...........................................................................14
3.3 Etiologi.....................................................................................14
3.4 Patofisiologi .............................................................................14
3.5 Manifestasi Klinis.....................................................................16
3.6 Diagnosa...................................................................................17
3.7 Diagnosa Banding....................................................................18
3.8 Penatalaksanaan........................................................................19
3.9 Komplikasi...............................................................................22
3.10 Prognosis.................................................................................23
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 24
BAB V KESIMPULAN............................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 29

4
Aqnisa WL 1)
Aisyah N.2)

1)Dokter Internsip RSUD Bangkinang

Dokter Pendamping
2)

ABSTRAK
Latar Belakang: Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan
pembuahan dan diakhiri dengan proses persalinan. Selama masa kehamilan, ibu dan
janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Penggunaan obat sering kali dapat
menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa kehamilan.
Selama kehamilan normal, saluran cerna dan organ-organ penunjangnya mengalami
perubahan, baik secara anatomis maupun fungsional, yang dapat mengubah secara
bermakna kriteria untuk diagnosis dan terapi untuk beberapa penyakit yang sering
mengenai saluran cerna.
Laporan Kasus: Dilaporkan pasien hamil dengan mual muntah. Tidak dijumpai
tanda-tanda syok. Pada pemeriksaan fisik dijumpai tampak perut membesar simetris .
Pada pemeriksaan laboratorium dijumpai HCG urin positif.
Kesimpulan: Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya
dimulai pada usia kehamilan 9–10 minggu,puncaknya pada usia kehamilan 11 –
13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12–14
minggu. Faktor predisposisi pada hiperemesis gravidarum adalah primigravida.
Kata Kunci: Hiperemesis Gravidarum

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai dengan pembuahan


dan diakhiri dengan proses persalinan. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah
unit fungsi yang tak terpisahkan. Penggunaan obat sering kali dapat menyebabkan
efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa kehamilan. Selama kehamilan
normal, saluran cerna dan organ-organ penunjangnya mengalami perubahan, baik
secara anatomis maupun fungsional, yang dapat mengubah secara bermakna kriteria
untuk diagnosis dan terapi untuk beberapa penyakit yang sering mengenai saluran
cerna.(1)
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena
keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologis hormon estrogen ini
tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakkan wanita hamil,
meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan bulan. Hiperemesis
gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila
terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokloremik.(2)
Hiperemesis gravidarum, istilah ini hanya digunakan untuk mual dan muntah-
muntah yang berlebihan yang terjadi pada sebagian kecil wanita hamil, insiden
keseluruhan sekitar 1%. Kelainan tampaknya lebih sering terjadi pada kehamilan
pertama tetapi cenderung berulang pada kehamilan berikutnya. Hasil dari kehamilan
biasanya baik, dengan tanpa resiko tambahan pada ibu, janin atau neonates.(3)
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetil, asam hidroksi
butirit dan aseton dalam darah.

6
Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium
dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan
tertimbunnya zat metabolik yang toksik.(4)

1.2 Tujuan Penulisan

Mengetahui dan Memahami Hiperemesis Gravidarum

1.3. Manfaat Penulisan

a. Mengetahui Definisi Hiperemesis Gravidarum


b. Mampu Mengetahui Epidemiologi Hiperemesis Gravidarum
c. Mampu Mengetahui Etiologi Hiperemesis Gravidarum
d. Mampu Mengetahui Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
e. Mampu Mengetahui Manifestasi Hiperemesis Gravidarum
f. Mampu Mengetahui Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
g. Mampu Mengetahui Diagnosis Banding Hiperemesis Gravidarum
h. Mampu Mengetahui Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
i. Mampu Mengetahui Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

7
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. MD
Umur : 25 tahun
Alamat : Bangkinang Kota
Tanggal MRS : 7 Juli 2022

2.2 Anamnesis
 Keluhan Utama :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Bangkinang dengan
keluhan mual dan muntah.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan mual dan muntah yang semakin memberat sejak
2 minggu SMRS. Mual dirasakan pasien terus menerus yang memberat pada
pagi hari dan tidak dipengaruhi oleh bau-bauan. Muntah setiap sehabis makan.
Muntah berisi makanan dan terkadang hanya air. Frekuensi muntah dalam
satu hari 5 kali, pusing (+) terutamaa saat perubahan posisi. Pasien juga
mengeluhkan Nafsu makan menurun, Nyeri ulu hati (+) dan Badan terasa
lemas. Pasien merasakan berat badan semakin menurun. Batuk (-),Demam (-),
sesak nafas (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan. Haid terakhir lebih kurang
3 bulan yang lalu. Pasien sudah mengecek kehamilan di rumah dengan alat
yang dibeli di apotik dan hasilnya positif.
 Riwayat Menstruasi
Haid pertama umur 14 tahun, dengan siklus teratur setiap 28–30 hari,
lamanya 5–7 hari tiap kali menstruasi. Nyeri saat menstruasi terkadang
dirasakan oleh penderita. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) pasien adalah
19-04-2022, Taksiran Persalian 26-01-2023.

8
 Riwayat perkawinan
Pasien menikah satu kali pada tahun 2020.
 Riwayat persalinan
Hamil saat ini.
 Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Pasien Kontrol kehamilan di puskesmas
 Riwayat KB
Pasien tidak pernah KB
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama sebelum
kehamilan. Riwayat penyakit sistemik seperti asma, penyakit jantung,
hipertensi, diabetes melitus baik pada pasien dan keluarga tidak ada.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat sakit yang sama.
 Riwayat sosial
Pasien sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Konsumsi
alkohol, rokok, dan obat-obatan tidak ada.

2.3 Pemeriksaan Fisik


 Keadaan umum : Lemas
 Kesadaran : Komposmentis / GCS 15 E4V5M6
 Tekanan darah : 110/60 mmHg
 Nadi : 105 kali/menit
 Pernapasan : 18 kali/menit
 Suhu : 36,7oC
 Tinggi Badan : 155cm
 Berat Badan : 60 kg

9
 Pemeriksaan Fisik :
1. Kepala dan leher
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
refleks cahaya langsung (+/+), tidak langsung (+/+)
Hidung : deviasi septum (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-)
Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening

2. Thoraks :
a. Paru
Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-),wheezing (-/-)
b. Jantung
inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung kanan : ICS V linea parasternalis dekstra
batas jantung kiri : ICS V 1 cm lateral linea
midklavikula sinistra
Auskultasi : S1-S2 normal, gallop (-), murmur (-)
c. Abdomen
Inspeksi : tampak membesar simetris
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrik (+), teraba tegang (-),
TFU belum teraba
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal,, frekuensi 10x/i

10
3. Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, turgor kulit baik.
4. Status Ginekologi
Inspeksi V/U : tenang, perdarahan aktif (-)
VT : tidak dilakukan

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Darah Rutin :
Hb : 12,4 g/dl
leukosit : 10.900
trombosit : 348.000
Gds : 98 mg/dl
HCG urine : (+)
Rapid antigen: Negative
Pemeriksaan USG :
 Rencana dilakukan Pemeriksaan USG di Rumah Sakit

2.5 Diagnosa Kerja

Hiperemesis Gravidarum tingkat I + G1P0A0H0 UK 9-10 minggu

2.6 Penatalaksanaan
Terapi di VK :
- IVFD RL 20 tpm : IVFD D5% 20 tpm
- Inj. Ondansetron 8mg drip / 8 jam
- Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
- Asam folat 1x1 tab

11
2.7 Planning
Rawat inap
Terapi dokter SpOg di ruangan Rawat inap :
- IVFD RL 20 tpm : IVFD D5% 20 tpm
- Inj. Ondansetron 8mg drip / 8 jam
- Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
- Asam folat 1x1 tab

2.8 Prognosis
- Dubius ad bonam

12
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu aktifitas sehari-hari karena keadaan umum pasien yang buruk
akibat dehidrasi.(1)

3.2 Epidemiologi
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada
50–90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60% –80% primi gravida dan
40%–60% multi gravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat
0,3–2% diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari
1000 kehamilan. Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya
dimulai pada usia kehamilan 9–10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11–13
minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12 –14 minggu.
Dalam 1–10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20–22
minggu. Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil. Penelitian
melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia, menemukan
bahwa hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor risiko untuk terjadinya
hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56 wanita yang
kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada kehamilan kedua dan 7
dari 19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga.(5)

3.3 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan pada 1.301 kasus hiperemesis gravidarum di Canada
diketahui beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum
diantaranya komplikasi dari kelainan hipertiroid, gangguan psikiatri, kelainan
gastrointestinal, dan diabetes pregestasional. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini
disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.(6)

13
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah
sebagai berikut :
1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa
dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang peranan dimana hormon
khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan
tersebut.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologis
Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang
peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis gravidarum.(1)
Menurut penelitian, hiperemesis nampaknya terkait dengan tingginya atau
peningkatan bertahap kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen atau kadar
keduanya di dalam serum. Selain itu, pada beberapa kasus yang berat mungkin terkait
dengan faktor psikologis.(4)

3.4 Patofisiologi
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya
bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah
merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu
detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik.
Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis
menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat-pusat yang
lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area
postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum.

14
Beberapa signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah
melalui nukleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral
daerah formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan
pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah
dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan
melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.(2)
Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih
kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam
hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan akibat muntah akan menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra
vaskuler dan plasma akan berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian
juga dengan klorida urine. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehigga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan
oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik dan toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat
ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga
memperberat keadaan penderita.(4)

15
3.1 Skema patofisologi

3.5 Manifestasi Klinis


Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut hiperemesis
gravidarum belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan mual muntah
tersebut sampai mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari sudah dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam
tiga tingkatan, yaitu:
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah
sistolik menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.(1)

16
2. Tingkat II
Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik
dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi
turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam
bau pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula
ditemukan dalam kencing (ketonuria).(1)
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi
menurun, ketonuria. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal
sebagai Encephalopathy Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan
perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk
vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati.(1)

3.6 Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis,


pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.(4)
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual,
dan muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus
menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas
pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis
gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat
penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus,
dan tumor serebri).(4)

b. Pemeriksaan Fisik

17
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda
vital, tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.(4)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan
adalah darah lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan
penunjang dasar), analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal. Pada keadaan
tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan
pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus
hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar
TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan
pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda
dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea
nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan
untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.

3.7 Diagnosis Banding


Diagnosis banding hiperemesis gravidarum antara lain ulkus peptikum,
kolestasis obstetrik, perlemakan hati akut, apendisitis akut, diare akut, dan
hipertiroidisme. Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus
peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi sehingga dalam anamnesis dapat
ditemukan riwayat sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah nyeri epigastrium
yang berkurang dengan makanan atau antacid dan memberat dengan alkohol, kopi
atau obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS). Nyeri tekan epigastrium, hematemesis
dan melena dapat ditemukan pada ulkus peptikum.(4)

Pada kolestasis dapat ditemukan pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya
ruam. ikterus, warna urin gelap dan tinja berwarna pucat disertai peningkatan kadar

18
enzim hati dan bilirubin. Pada perlemakan hati akut ditemukan gejala kegagalan
fungsi hati seperti hipoglikemia, gangguan pembekuan darah, dan perubahan
kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik. Keracunan parasetamol dan hepatitis
virus akut juga dapat menyebabkan gambaran klinis gagal hati.(4)
Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan nyeri perut
kanan bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan lokasi nyeri
dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar.
Apendisitis akut pada kehamilan memiliki tanda-tanda yang khas, yaitu tanda Bryan
(timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (apabila pasien berbaring
miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah).(4)
Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh
karena itu, perlu dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar
FT4 dan TSH pada pasien hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien
penyakit Graves, tetapi pasien hyperemesis tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan
klinis penyakit Graves, seperti proptosis dan pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar
FT4 meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit Graves, pemeriksaan tersebut perlu
diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu usia gestasi, saat
kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme.
Pemberian propiltiourasil pada pasien hipertiroidisme dapat meredakan
gejala-gejala hipertiroidisme, tetapi tidak meredakan mual dan muntah.(4)

3.8 Penatalaksanaan
Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan
rawat inap dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu:
a. Medikamentosa
Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin,
dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Namun harus diingat
untuk tidak memberikan obat yang teratogenik.
Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine
(vitamin B6). Pemberian pyridoxin cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan

19
muntah. Anti histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan dipenhydramine.
Pemberian antihistamin bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamin
pada reseptor H1 dan secara tidak langsung mempengaruhi sistem vestibular,
menurunkan rangsangan di pusat muntah.(7)
Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan
dalam menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamine
antagonis. Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine,
promethazine, dan metocloperamide. Prochlorperazin dan promethazinebekerja pada
reseptor D2 untuk menimbulkan efek antiemetik. Sementara itu metocloperamide
bekerja di sentral dan di perifer. Obat ini menimbulkan efek antiemetik dengan cara
meningkatkan kekuatan spinkter esofagus bagian bawah dan menurunkan transit time
pada saluran cerna.(7)
Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan
mual dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula.
Serotonin antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron. Ondansetron biasanya
diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan
obat-obatan yang lain.
Sementara itu pemberian kortikosteroid masih kontroversial karena dikatakan
pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat meningkatkan risiko bayi lahir
dengan cacat bawaan.(7)

b. Terapi Nutrisi
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada
derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan peneriamaan penderita terhadap
rencana pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna
harus digunakan. Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan
nasogastric tube (NGT).
Saluran cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya dapat mengabsorsi
banyak nutrien, adanya mekanisme defensif untuk menanggulangi infeksi dan toksin.

20
Selain itu dengan masuknya sari makanan ke hati melalui saluran porta ikut menjaga
pengaturan homeostasis nutrisi.(8)
Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang diberikan
adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah
protein dan rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari
makanan yang emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan muntah.
Pemberian diet diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori sehari-hari ditambah
dengan 300 kkal perharinya.(8)

c. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan
proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya
yang melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah
gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia
kehamilan 4 bulan.(8)

d. Cairan Parenteral
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme
kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi
gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah
berkurang. Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk
dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka tindakan yang
dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume
normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk
keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan
secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium,
defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.(8)

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein


dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C,

21
dapat diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi kekurangan protein.
(8)

Urin perlu diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan
bilirubin. Suhu tubuh dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari.
Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut
keperluan. Bila dalam 24 jam pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik
dapat dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah
dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan ini, pada umumnya gejala-
gejala akan berkurang dan keadaan aman bertambah baik.(8)

3.9 Komplikasi
Baik komplikasi yang relatif ringan maupun berat bisa disebabkan karena
hiperemesis gravidarum. Kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis akibat dari gizi
buruk, alkalosis akibat dari muntah-muntah, hipokalemia, kelemahan otot, kelainan
elektrokardiografi dan gangguan psikologis dapat terjadi. Komplikasi yang
mengancam nyawa meliputi ruptur esofagus yang disebabkan muntah-muntah berat,
Wernicke's encephalopathy (diplopia, nystagmus, disorientasi, kejang, koma),
perdarahan retina, kerusakan ginjal, pneumomediastinum spontan, IUGR dan
kematian janin. Pasien dengan hiperemesis gravidarum pernah dilaporkan mengalami
epistaksis pada minggu ke-15 kehamilan karena intake vitamin K yang tidak adekuat
yang disebabkan emesis berat dan ketidakmampuannya mentoleransi makanan padat
dan cairan. Dengan penggantian vitamin K, parameter-parameter koagulasi kembali
normal dan penyakit sembuh. Vasospasme arteri cerebral yang terkait dengan
hiperemesis gravidarum juga ada dilaporkan pada beberapa pasien. Vasospasme
didiagnosa dengan angiografi Magnetic Resonance Imaging (MRI).(5)

3.10 Prognosis
Penelitian melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada
kehamilan merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah
tersebut menurun 30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan
12 minggu, dan menjadi 30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami

22
mual dan muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap mengalaminya setelah usia
kehamilan 20 minggu.(9)
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada
usia kehamilan 20–22 minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit
ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.(9)

BAB IV
PEMBAHASAN
S : Pasien mengeluhkan mual dan muntah yang semakin memberat sejak 2 minggu
SMRS. Mual dirasakan pasien terus menerus yang memberat pada pagi hari dan tidak
dipengaruhi oleh bau-bauan. Muntah setiap sehabis makan. Muntah berisi makanan

23
dan terkadang hanya air. Frekuensi muntah dalam satu hari 5 x, pusing (+) terutamaa
saat perubahan posisi. Pasien juga mengeluhkan Nafsu makan menurun, Nyeri ulu
hati (+) dan Badan terasa lemas. Pasien merasakan berat badan semakin menurun.
Batuk (-), Demam (-), sesak nafas (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan. Haid
terakhir lebih kurang 3 bulan yang lalu. Pasien sudah mengecek kehamilan di rumah
dengan alat yang dibeli di apotik dan hasilnya positif.

Penjelasan :
Saat ini pasien sedang hamil pertama atau primigravida dengan usia
kehamilan 9–10 minggu dihitung dari HPHT pasien. Hal ini sesuai dengan
epidemiologi dimana hiperemesis gravidarum terjadi pada 60%–80% primi gravida
dan 40%–60% multi gravida, hal ini sesuai dengan usia kehamilan dimana mual dan
muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9–10
minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11–13 minggu, dan sembuh pada
kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12–14 minggu.

O : Pemeriksaan Fisik
Tanda – tanda vital:
Keadaan umum : Lemah Kesadaran:E4V5M6(CM)
Tekanan Darah : 110/60 mmHg Nadi : 105 x/menit
Respirasi : 18 x/menit Suhu tubuh : 36,7°C
Tinggi badan : 155cm Berat badan : 60 kg

Pemeriksaan Fisik :
Kepala dan leher
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
refleks cahaya langsung (+/+), tidak langsung (+/+)
Hidung : deviasi septum (-), pernafasan cuping hidung (-)

24
Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-)
Leher : tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks :
a. Paru
Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-),wheezing (-/-)
b. Jantung
inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung kanan : ICS V linea parasternalis dekstra
batas jantung kiri : ICS V 1 cm lateral linea
midklavikula sinistra
Auskultasi : S1-S2 normal, gallop (-), murmur (-)
c. Abdomen
Inspeksi : tampak membesar simetris
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrik (+), teraba tegang (-),
TFU belum teraba
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) normal,, frekuensi 10x/i

Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, turgor kulit baik.
Status Ginekologi
Inspeksi V/U : tenang, perdarahan aktif (-)
VT : tidak dilakukan

25
Pemeriksaan Penunjang

Darah Rutin :
Hb : 12,4 g/dl
leukosit : 10.900
trombosit : 348.000
Gds : 98 mg/dl
HCG urine : (+)
Rapid antigen: Negative
Pemeriksaan USG :
 Rencana dilakukan Pemeriksaan USG di Rumah Sakit

A: Hiperemesis Gravidarum tingak I + G1P0A0H0 UK 9-10 minggu

Penjelasan :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemas, tekanan darah
110/60 mmHg, nadi 105 kali / menit dan nyeri tekan epigastrik. Hal ini sesuai dengan
cara menegakkan diagnosis hiperemesis gravidarum tingkat I berdasarkan
pemeriksaan fisik dapat dijumpai nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan
darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan tambahan dilakukan pemeriksaan darah
rutin dalam batas normal dan pemeriksaan urinalisa ditemukan tes kehamilan positif.
Rencana akan di lakukan pemeriksaan penunjang USG untuk mendeteksi adanya
kehamilan ganda atau molahidatidosa.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan urinalisa yang dilakukan maka diagnosis pada pasien ini adalah
hiperemesis gravidarum tingkat I.
P: Tatalaksana
- IVFD RL 20 tpm : IVFD D5% 20 tpm
- Inj. Ondansetron 8mg drip / 8 jam
- Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
- Asam folat 1x1 tab

26
Penjelasan :
Terapi hiperemesis gravidarum pada pasien ini diberikan penatalaksaan berupa
pasien di rawat inap dan diberikan cairan. Pemberian terapi pada pasien ini sudah
sesuai dengan penatalaksaan hiperemesis gravidarum Tingkat II dimana harus
dilakukan rawat inap di rumah sakit, dan diberikan terapi medikamentosa, terapi
nutrisi, terapi cairan dan terapi psikologis dan obat-obatan yang dapat diberikan
diantaranya suplemen multivitamin (pyridoxine), antihistamin (diphenhydramine),
dopamin antagonis (prochlorperazine, promethazine, dan metocloperamide), dan
serotonin antagonis (ondansetron).

27
BAB V
KESIMPULAN

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu aktifitas sehari-hari karena keadaan umum pasien yang buruk akibat
dehidrasi. Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia
kehamilan 9–10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11–13 minggu, dan sembuh pada
kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12–14 minggu. Faktor predisposisi pada hiperemesis
gravidarum adalah primigravida, molahidatidosa, kehamilan ganda, alergi dan faktor
psikologis. Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih kontroversial.
Faktor pengaruh terbesar pada patofisiologi hiperemesis gravidarum adalah peningkatan
hormon HCG, estrogen, dan progesterone.
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga
tingkatan, yaitu tingkat I, tingkat II, dan tingkat III. Diagnosis hiperemesis gravidarum
ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Dari
anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah. Pada
pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda dehidrasi, dan
besarnya kehamilan. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas
darah, tes fungsi hati dan ginjal.
Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan
III harus dilakukan rawat inap dirumah sakit, dan diberikan terapi medikamentosa, terapi
nutrisi, terapi cairan dan terapi psikologis. Jika terapi tidak adekuat, maka komplikasi yang
timbul dapat berupa kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis, akaliosis, hypokalemia,
Wernicke's encephalopathy, IUGR dan kematian janin.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu Kebidanan;


Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta;2012; hal. 275-280.
2. Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician. Jul
2013;68 (1):121-8.
3. Verberg MF, Gillott DJ, Al-Fardan N. Hyperemesis gravidarum, a literature review.
Hum Reprod Update. Sep-Oct 2015;11(5):527-39.
4. Goodwin TM. Hyperemesis Gravidarum. Obstet Gynecol Clin N Am. Sept
2016;35:401-417.
5. Bailit JL. Hyperemesis gravidarium: Epidemiologic findings from a large cohort. Am
J Obstet Gynecol. Sep 2015;193(3 Pt 1):811-4.
6. M. Nausea and vomiting of pregnancy: an evidence-based review. J Perinat Neonatal
Nurs. Oct-Dec 2014;18(4):312-28.
7. Cedergren M, Brynhildsen J, Josefsson A, et al. Hyperemesis gravidarum that
requires hospitalization and the use of antiemetic drugs in relation to maternal body
composition. Am J Obstet Gynecol. Apr 2013;198:412.e1-5.
8. Bottomley C, Bourne T. Management strategies for hyperemesis. Best Pract Res Clin
Obstet Gynaecol. Aug 2014;23(4):549-64.
9. Cedergren M, Brynhildsen J, Josefsson A, et al. Hyperemesis gravidarum that
requires hospitalization and the use of antiemetic drugs in relation to maternal body
composition. Am J Obstet Gynecol. Apr 2008;198:412.e1-5.

29

Anda mungkin juga menyukai