Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KASUS

KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S G2P1A0H1 USIA KEHAMILAN 10-11

MINGGU DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RSUD AROSUKA

Diajukan Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Residensi Praktik Klinik


Periode 25 Oktober – 30 November 2020

Oleh :
Fitria Ningsih
1820332007

Dosen Pembimbing 1 : Prof Dr. dr. Hj.Yusrawati, Sp.OG (K)

Dosen Pembimbing 2 : Bd. Aldina Ayunda Insani, M.Keb

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN


UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2020

1
LEMBARAN PERSETUJUAN

Judul Laporan : Kajian Asuhan Kebidanan Pada Ny. S G2P1A0H1 Usia Kehamilan
10-11 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di RSUD Arosuka

Nama Mahasiswa : Fitria Ningsih

NIM : 1820332007

Ruang Praktik Klinik : Poli kebidanan

Program Studi : S2 Kebidanan

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipresentasikan dihadapan dosen pembimbing
Praktik Klinik Program Studi S2 Kebidanan Program Pascasarjana Universitas Andalas

Menyetujui,
Pembimbing Lapangan Dosen Pendamping
Praktik Klinik Praktik Klinik

Prof Dr. dr. Hj.Yusrawati, Sp.OG (K) Bd. Aldina Ayunda Insani, M.Keb
NIP : 19650624199203 2 001 NIP : 198801212019032010

Mengetahui,
Ketua Program Sudi S2 Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Prof. Dr.Arni Amir, MS


NIP : 19570717198603 2 002

2
LEMBARAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Kajian Asuhan Kebidanan Pada Ny. S G2P1A0H1 Usia Kehamilan
10-11 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di RSUD Arosuka

Nama Mahasiswa : Fitria Ningsih

NIM : 1820332007

Ruang Praktik Klinik : Poli kebidanan

Program Studi : S2 Kebidanan

Laporan ini telah dipresentasikan dihadapan dosen pembimbing Praktik Klinik Program Studi
Pascasarjana Ilmu Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Pada Tanggal 05
November 2020

Menyetujui,
Pembimbing Lapangan Dosen Pendamping
Praktik Klinik Praktik Klinik

Prof Dr. dr. Hj.Yusrawati, Sp.OG (K) Bd. Aldina Ayunda Insani, M.Keb
NIP : 19650624199203 2 001 NIP : 198801212019032010

Mengetahui,
Ketua Program Sudi S2 Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Prof. Dr.Arni Amir, MS


NIP : 19570717198603 2 002

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul

“Kajian Asuhan Kebidanan Pada Ny. S G2P1A0H1 Usia Kehamilan 10-11

Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Rsud Arosuka ”

Tujuan dari penulisan laporan Kasus ini untuk memenuhi salah satu Syarat

Tugas Residensi Praktik Klinik, Program Studi Magister Ilmu Kebidanan Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas Padang.

Dalam penulisan Laporan Tugas Kasus Ini penulis banyak mengalami

kendala namun dengan segala keterbatasan kemampuan semua dapat diatasi. Penulis

menyadari banyak pihak yang telah memberikan dukungan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Kepada dosen pembimbing yang telah memberikan

dukungan, penulis mengucapkan terimakasih kepada: ibu dosen

Prof.Dr.dr. Yusrawati, SpOG(K) dan ibu Bd. Aldina Ayunda Insani, M.Keb.

Penulis menyadari dalam penyususan laporan tugas kasus ini masih jauh

dari kata sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya.

Padang, November 2020

` Penulis

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ vii


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
C. Tujuan .................................................................................................................. 7
1. TujuanUmum ............................................................................................. 7
2. TujuanKhusus ............................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................... 8


A. Konsep Dasar Kehamilan.............................................................................. 8
a. Pengertian Kehamilan ............................................................................... 10
b. Perubahan fisiologis pada saat kehamilan .......................................... 12
c. Perubahan Psikologi Wanita Hamil ...................................................... 15

B. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum ................................................... 19


a. Pengertian Hiperemesis Gravidarum ................................................... 19
b. Etiologi Hiperemesis Gravidarum ......................................................... 21

c. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum ................................................22

d. Tingkatan dan gejala ................................................................................ 24

e. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum .................................................... 26

f. Penatalaksanaan ........................................................................................ 26

C. Kewenangan Bidan Dalam Asuhan Hiperemesis Gravidarum……. 27

5
BAB III TINJAUAN KASUS ................................................................................. 29
A. Data Subjektif ................................................................................................... 30
B. Data Objektif ...................................................................................................... 33
C. Analisa ................................................................................................................. 34
D. Penatalaksanaan ................................................................................................ 34
E. Catatan Perkembangan ................................................................................... 35

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................... 40


A. Data subjektif .................................................................................................... 41

B. Data Objektif ...................................................................................................... 42


C. Analisa ................................................................................................................. 43
D. Penatalaksanaan ................................................................................................ 43
BAB V PENUTUP....................................................................................................... 46
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 46
B. Saran ..................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mual muntah berlebihan merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang

mempengaruhi status kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin, dimana kejadian ini

dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan, mual dan muntah merupakan

gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan trimester I (Syamsuddin

Syahril, 2018).

Pada kehamilan trimester I mual biasa terjadi pada pagi hari, malam hari

bahkan setiap saat. Gejala-gejala ini terjadi kurang lebih 6 minggu setelah hari

pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan

muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Perasaan mual

ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon esterogen dan Hormon

Chorionic Gonadotropin (HCG). Keadaan inilah yang disebut dengan hiperemesis

gravidarum (Dahlan, Andi Kasrida, 2017).

Hiperemsis gravidarum adalah mual dan muntah yang hebat dalam masa

kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan atau

gangguan elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari – hari dan membahayakan

janin didalam kandungan. Pada umumnya terjadi pada minggu ke 6 – 12 masa

kehamilan, yang dapat berlanjut hingga minggu ke 16 – 20 masa kehamilan (Diah et

al, 2015 ).

7
Kehamilan dengan komplikasi mual muntah merupakan gejala yang umum

terjadi pada sekitar 70% sampai 85% dari seluruh kehamilan. Insidensi terjadinya

kasus hiperemesis gravidarum sebesar 0,8% sampai 3,2% dari seluruh kehamilan

atau sekitar 8 sampai 32 kasus per 1000 kehamilan (Nisak Ana Zumrotun dan Wigati

Atun, 2018).

Kehamilan dengan hiperemesis gravidarum menurut World Health

Organization (WHO) mencapai 12,5% dari seluruh jumlah kehamilan di dunia

dengan angka kejadian yang beragam yaitu mulai dari 0,3% di Swedia, 0,5% di

California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan,

dan 1,9% di Turki. Sedangkan angka kejadian hiperemesis gravidarum di

Indonesia adalah mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan (Maruroh dan Ikke

R,2016:204).

Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka

kejadiannya masih cukup tinggi. Kejadian hiperemesis gravidarum adalah 4 per

1000 kehamilan. (Oktavia, 2016).

Penyebab hiperemesis gravidarum tidak diketahui dengan pasti, namun

sering dihubungkan dengan perubahan-perubahan hormon selama kehamilan dan

berbagai faktor risiko lainnya. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan

hiperemesis gravidarum adalah ibu dengan usia muda, ibu dengan kehamilan

pertama (primipara), namun pada kasus dapat terjadi

8
dalam beberapa kehamilan, dan ibu yang sering mengkonsumsi minuman

beralkohol (London, 2014). Selain itu faktor lain yang juga berhubungan dengan

kejadian hiperemesis gravidarum termasuk pendidikan ibu yang rendah, jarak

kehamilan yang terlalu dekat, ibu dengan status perokok aktif, dan obesitas

B. Rumusan Masalah

Melakukan Kajian Asuhan Kebidanan Pada Ny. S G2P1A0H1 Usia Kehamilan

10-11 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di RSUD Arosuka Tahun

2020.

C. Tujuan

Untuk mengkaji Asuhan Kebidanan Pada Ny. S G2P1A0H1 Usia

Kehamilan 10-11 Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Di RSUD

Arosuka Tahun 2020.

9
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari tahap konsepsi


sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40
minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Widatiningsih & Dewi,
2017).
Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Yulistiana, 2015: 81).

Manuaba, 2012, mengemukakan kehamilan adalah proses mata rantai yang

bersinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum,

konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada

uterus,pembentukan placenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai

aterm (Sholic hah, Nanik, 2017: 79-80). Manuaba (2010) mengemukakan

lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm (cukup bulan) yaitu

sekitar 280 sampai 300 hari (Kumalasari. 2015: 1).

Menurut Departemen Kesehatan RI, 2007, kehamilan adalah masa

dimulai saat konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal 280

hari (40 minggu / 9 bulan 7 hari) di hitung dari triwulan/ trimester pertama

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, 11 trimester/ trimester ke-2 dari

bulan ke- 4 sampai 6 bulan, triwulan/ trimester ke-3 dari bulan ke-7 sampai

ke-9 (Agustin, 2012: 12).


10
Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu,

karena itu ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama

suami agar dapat menjalani proses kehamilan sampai melahirkan dengan

aman dan nyaman (Yuliana, 2015:1)

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan

terdiri dari: ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,

dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Prawirohardjo,2016)

Dari beberapa pengertian diatas jadi dapat disimpulkan bahwa

kehamilan merupakan proses alamiah dimana hasil dari fertilisasi

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi.

2. Perubahan fisiologis pada saat kehamilan

Proses terjadinya kehamilan adalah ketika bersatunya sel telur (ovum)

dan sperma atau disebut dengan fertilisasi. Ovum yang telah dibuahi ini segera

membelah diri sampai stadium morula selama 3 hari dan bergerak kea rah

rongga rahim oleh rambut getar tuba dan kontraksi tuba, hasil konsepsi tiba

pada kavum uteri pada tingkat blastula. Hasil konsepsi akan menamakan

dirinya dalam endometrium (nidasi). Ketika blastula mencapai rongga rahim,

endometrium berada dalam masa sekresi sehingga blastula dengan bagian

yang berisi masa sel dalam akan mudah masuk kedalam desi dua,

menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Apabila

nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi sel-sel bistula. Kemudian

bistula akan berkembang menjadi janin. Untuk mencukupi kebutuhan janin

maka dibentuklah plasenta. Plasenta terbentuk

11
lengkap pada kehmilan kurng lebih 16 minggu, dan berfungsi untuk

memberikan makanan kepada janin. Respirasi janin untuk tempat sekresi bagi

janin, dan tempat pembentukan hormon dan juga tempat menyalurkan segala

kebutuhan janin.di dalam rahim janin juga diproteksi oleh air ketuban,volume

air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc, air ketuban

berwarna putih keruh, berbau amis.( Widatiningsih dan Dewi 2017).

Penentuan dan dugaan terhadap kehamilan sangat terkait dengan

pengetahuan tentang fisiologis awal kehamilan. Pengenalan ini juga

penting bagi penapisan terhadap kelainan yang mungkin terjadi selama

kehamilan. .( Widatiningsih dan Dewi 2017).

Menurut Walyani (2015) beberapa perubahan fisiologis yang terjadi saat

kehamilan yaitu :

a. Sistem Reproduksi

1) Uterus

Ukuran uterus terus membesar pada bulan-bulan pertama dibawah

pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat.

Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan hypertrofi dan hyperplasia otot

polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik akibat

meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti

pertumbuhan rahim. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengadakan

hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama

membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak. Hal ini dikenal dalam

obstetric sebagai tanda hegar.

12
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Perabaan Jari
Usia Kehamilan (minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat simfisis
20 3 jari di bawah pusat
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat PX
36 3 jari di bawah PX
40 Pertengahan pusat PX

2). Serviks uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena

hormon estrogen. Jika korpus uteri lebih banyak mengandung jaringan

otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10%

jaringan otot jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung


kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya

hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak.

3) Vagina dan Vulva

Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula.

Adanya hipervaskularisasi

4) Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus graviditatis sampai

terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus

luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm. kemudian, ia mengecil

setelah plasenta terbentuk. Seperti telah di kemukakan, korpus luteum ini

mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron.

13
5) Mammae

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomam

motropiun, estrogen dan progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan air

susu. Estrogen menimbulkan hipertropi system saluran payudara,

progesterone menambah sel-sel asinus sedangkan somatoma motropin

mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus dan menimbulkan perubahan

dalam sel-sel sehingga perubahan kasein, laktal bumin dan lactabumin.

Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi.

b. Sistem sirkulasi darah

1) Volume darah

Volume darah total dan volume darah naik pesat sejak akhir trisemester

pertama. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25% dengan

puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah janjung (cardiac

output) yang meningkat sebanyak ± 30%.

2) Protein darah

Protein dalam serum berubah. Jumlah protein, albumin dan

gamamglobulin menurun dalam triwulan pertama dan akan meningkat

secara bertahap pada ahkir kehamilan.Beta globulin dan fibrinogen terus

menigkat ( Prawirohardjo,2016)

3) Hemoglobin

Meskipun terjadi peningkatan volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi

penambahan volume plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi

haemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah. Hal ini tidak boleh

dinamakan anemia fisiologik dalam kehamilan, oleh karena jumlah

14
hemoglobin pada wanita hamil dalam keseluruhan lebih besar dari pada

sewaktu belum hamil.

c. Sistem pernapasan

Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang

mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan pada

kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-usus tertekan oleh karena

uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diagragma kurang

leluasa bergerak.

d. Sistem Pencernaan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek mual akibat

kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus-tonus traktus digestivus

menurun. Sehingga motilitas (daya gerak) seluruh traktus digestivus juga

berkurang. Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang

telah dicernakan lebih lama berada dalam usus-usus. Gejala muntah

(emesis), biasanya terjadi pada pagi hari yang biasa dikenal dengan

morming sicknes.

Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek samping mual dan

muntah-muntah. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan

gejala sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar atau perasaan ingin

makan terus, juga akibat peningkatan asam lambung.

Pada keadaan patologik tertentu, terjadi muntah-muntah banyak

sampai lebih dari 10 kali per hari Saliva meningkat dan pada trimester

pertama, dan megeluh mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran

15
pencernaan melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama

berada dalam saluran makanan.

Bulan-bulan pertama kehamilan, hormon estrogen meningkat yang

dapat menyebabkan nausea (mual), ada yang mengalami muntah terus

menerus sampai menganggu aktivitasnya, dikatakan mengalami

hiperemesis gravidarum (muntah-muntah yang banyak ini merupakan

keadaan patologik), mual dan muntah tersebut merupakan efek samping

dari peningkatan kadar estrogen dan HCG, reabsorbsi makanan baik,

namun akan menimbulkan obstipasi, rahim yang semakin membesar akan

akan menekan rektum dan usus bagian bawah sehingga terjadi sembelit

(konstipasi), sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus di

perlambat oleh tinginya kadar progesteron.( Royal College,2016)

Seiring dengan kemajuan kehamilan lambung dan usus tergeser oleh

uterus yang membesar seiring dengan kemajuan usia kehamilan. Biasanya

terjadi mual, kadang-kadang terjadi muntah disebabkan oleh refluks

secret-sekret asam ke esophagus bagian bawah. Gusi dapat terjadi

hiperemis dan melunak, dapat berdarah serta cidera ringan. Haemorroid

sering terjadi ini disebabkan oleh konstipasi dan peningkatan tekanan pada

vena-vena di bawah uterus yang membesar. Sistem Perkemihan Pada

bulan pertama kehamilan kandung kencing

tertekan oleh uterus yang mulai membesar dan akhir kehamilan bila kepala

janin mulai turun pintu atas panggul tertekan kembali sehingga timbul

sering BAK.

e. Kulit

16
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan huperpigmentasi alat-alat tertentu.

Pegmentasi ini disebabkan oleh pengaruh melanoprhore stimulating

hormon yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga

dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit

pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum.

f. Perubahan metabolisme.

Dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh mengalami perubahan

yang mandasar dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan

janin dan persiapan memberikan ASI. Adapun perubahan metabolisme

adalah :

a. Metabolisme basal naik 15 – 20 % terutama pada trimester ke tiga.

b. Keseimbangan asam alkali sedikit mengalami perubahan; pada wanita

tidak hamil kadar sebesar 155 mEq perliter menurun sampai 145 – 147

mEq perliter.

c. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin; protein harus di simpan pula untuk kelak

dapat di keluarkan pada laktasi. Maka dari itu, perlu di perhatikan agar

wanita hamil memperoleh cukup prot ein selama hamil. Di perkirakan

satu gram protein setiap kilogram berat badan dapat memenuhi

kebutuhan sehari – hari.

d. Kebutuhan kalori di dapat dari karbohidrat, lemak, dan protein.

e. Kebutuhan mineral untuk ibu hamil

f. Kalsium 1,5 – 2,5 gram setiap hari

g. Zat besi 800 mg atau 30 – 50 mg perhari

h. Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak

17
i. Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,6 – 16,5 selama hamil.

3. Perubahan Psikologi Wanita Hamil

Masalah psikologis dapat menjadi faktor ibu hamil mengalami mual

muntah dalam kehamilan, atau memperburuk dalam gejala yang sudah ada.

Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, atau

karena beban pekerjaan atau finansial akan menyebabkan penderitaan batin

dan konflik. Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya

terutama kecemasan akan datangnya mual dan muntah dapat memperburuk

rasa mual muntah.

Perasaan bersalah, marah, mengasihani diri sendiri atau ketakutan dapat

menambah gejala mual muntah. Ibu hamil dapat merasa bersalah tentang

dampak kehamilan pada keadaan keunganan keluarga, terutama jika

kehamilan tidak direncanakan. Rasa marah dapat diarahkan pada pasangannya

turut andil dalam menyebabkan konsepsi sehingga dianggap bertanggung

jawab atas rasa tidak nyaman.

Pada saat wanita menginginkan janin didalam kandungannya berjenis

kelamin tertentu juga dapat mengalami respon positif atau negative secara

ekstrem, hal ini pada akhirnya dapat memunculkan gejala fisik seperti mual

dan muntah. faktor psikis, kematangan jiwa, dan penerimaan ibu tersebut

terhadap kehamilannya sangat berpengaruh dengan berat ringannya gejala

yang timbul. (Royal College,2016)

18
a. Trimester pertama (1-12 minggu)

Trimester pertama merupakan periode penyusaian diri terhadap

kenyataan bahwa ibu hamil, juga merupakan waktu penungguan yang

mencemaskan agar menjadi ibu yang baik. Ini terutama berlaku pada ibu

hamil pertama yang merupakan pengalaman baru pada hidupnya.

b. Trimester kedua (13-28 minggu)

Trimester kedua disebut sebagai periode pancaran kesehatan karena

selama trimester ini umumnya wanita merasa sehat dan terbesar dari masa

kecemasan dan rasa tidak nyaman yang dirasakan pada trimester pertama.

Pada trimester ini pula ibu mulai merasakan gerakan bayinya sehingga ia

merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluardari dirinya.

c. Trimester ketiga (29-40 minggu)

Trimester ketiga sering disebut periode menunggu dengan hati-hati,

wanita tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester ketiga saat

persiapan aktif kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Wanita tersebut mungkin

takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul saat melahirkan.

d. Diagnosis kehamilan

1) Tanda Kehamilan

a) Adapun tanda-tanda tidak pasti hamil sebagai berikut :

(1) Mual dan muntah

(2) Gangguan berkemih

(3) Persepsi adanya gerakan janin

(4) Terhentinya menstruasi/amenore

(5) Perubahan pada payudara

(6) Perubahan warna mukosa vagina

19
(7) Meningkatnya pigmentsi kulit dan timbulnya striae

b) Adapun tanda-tanda mungkin hamil :

(1) Pembesaran abdomen,

(2) Perubahan anatomi pada serviks

(3) Kontraksi Braxton hiks

(4) Ballottement

(5) Kontraksi fisik janin

(6) Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum.

c) Adapun tanda-tanda pasti hamil

(1) Identifikasi kerja jantung janin yang tersendiri dari kerja jantung

wanita hamil

(2) Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa

(3) Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan

dengan tekhnik sonogravik atau pengenalan janin yang lebih tua

secara radiografis pada paruh kedua kehamilan.

e. Tanda dan bahaya kehamilan


Selama kehamilan ada beberapa tanda-tanda bahaya atau

Komplikasi pada ibu hamil yaitu : (Kumalasari, 2015: 2).

1. Perdarahan pervaginam adalah perdarahan yang terjadi pada masa

kehamilan kurang dari 22 minggu.

2. Sakit kepala yang hebat adalah ketidaknyamanan yang normal dalam

kehamilan.

3. Gerakan janin berkurang adalah ibu sudah tidak merasakan gerakan janin

sesudah usia kehamilan 22 minggu atau selama kehamilan.

20
4. Demam tinggi merupakan suatu masalah,demam tinggi dapat

merupakan adanya gejala infeksi dalam kehmilan.

5. Mual muntah yang merupakan gejala yang wajar yang sering di alami

oleh ibu hamil trimester 1. Tetapi jika tidak cepat ditangani secara

dini akan menyebabkan komplikasi yaitu hiperemesis gravidarum adapun

Komplikasi yang dapat terjadi pada hyperemesis gravidarum adalah :

a. Maternal

Akibat defisiensi B1 akan menyebabkan diplopia,palsi nervus ke-6,

nistagmus,ataksia dan kejang, jika hal ini tidak segera ditangani akan

terjadi psikosis korsakoff adalah amnesia menurunnya kemampuan

untuk beraktifitas, ataupun kematian karena itu hiperemesis

gravidarum tingkat 3 perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan.

Akibat dari hiperemesis gravidarum juga yaitu dehidrasi yang

menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi, dapat mempengaruhi

tekanan darah ibu sehingga terjadi hipertendsi pada ibu

b. Fetal

Penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian

gangguan pertumbuhan janin dalam (IUGR).

B. Konsep Dasar Hiperemesis Gravidarum

1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada

kehamilan trimester pertama, muntah begitu hebat dimana apa yang segala

dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum

dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, mengalami dehidrasi dan

21
terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti apendisitis, pielititis

dan sebagainya(Cathy,2015)

Mual muntah berlebihan merupakan salah satu komplikasi kehamilan

yang mempengaruhi status kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin, dimana

kejadian ini dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan, mual dan

muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada kehamilan

trimester I (Syamsuddin Syahril, 2018).

Biasanya hiperemesis garvidarum terjadi pada kehamilan pertama dan

umumnya mengenai ibu hamil dengan keadaan yang mengakibakan kadar

HCG yang tinggi seperti pada penyakit trofoblastik kehamilan atau kehamilan

kembar .

Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan

selama kehamilan dengan intensitas lebih sering dan durasi lebih lama daripada

mual dan muntah yang biasa dialami pada trimester pertama. Terkait dengan

ketonemia, penurunan berat badan, dehidrasi dan abnormalitas kimia darah.

Dapat terjadi pada trimester berapapun, biasanya dimulai pada trimester

pertama dan menetap dengan derajat yang bervariasi sepanjang masa

kehamilan(Cathy,2015)

Sedangkan Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah yang

berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan

membahayakan hidupnya.( Cathy,2015)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis dapat menimpulkan

bahwa Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada

kehamilan trimester pertama, muntah begitu hebat dimana apa yang segala

22
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum

dan pekerjaan sehari-hari.

2. Etiologi Hiperemesis Gravidarum

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.

Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi

yang dikemukakan adalah sebagai berikut: Yusuf Namira, W. S. (2018)

a. Umumnya terjadi pada Primigravida karena primigravida belum mampu

beradaptasi terhadap hormone estrogen dan gonadotropin korionik, mola

hidatidosa karena jumlah hormone yang di keluarkan

cukup tinggi maka bisa menyebabkan terjadinya hiperemesis gravidarum,

dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.

b. Faktor organik

yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan

perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari

pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu

merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.

c. Faktor Psikologis

Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan

dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan

konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi

tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian

kesukaran hidup.

d. Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

23
3. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena

peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG). HCG adalah

hormone glikoprotein dari keluarga gonadotropin yang awalnya disintesin

oleh embrio manusia, dan kemudian dilanjutkan oleh syncytiotrophoblast.

bagian dari plasenta selama masa kehamilan. dapat menjadi faktor mual dan

muntah. Khusus nya karena periode mual dan muntah gestasional yang

paling umum adalah 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu HCG

mencapai kadar tertingginya HCG sama dengan LH dan disekresikan oleh

sel-sel tropoblas blastosit. Peningkatan kadar hormon progesteron

menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi

sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong. Yusuf Namira, W.

S. (2018)

Patofisiologi hiperemesis gravidarum diawali dengan mual muntah yang

berlebihan dapat menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis

terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak

sempurna, maka terjadilah ketosis atau keton dengan tertimbunnya asam

aseton asetik dan aseton darah. (Cathy,2015)

Sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, mata cekung, tekanan darah


turun, dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi kejaringan

menurun untuk memberikan nutrisi dan mengkonsumsi O2. Oleh karena itu

dapat terjadi perubahan metabolisme menuju kearah anaerobik yang


menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebihan dapat
menimbulkan perubahan elektrolit sehingga Ph darah menjadi lebih tinggi.
(Cathy,2015)

24
Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan komplikasi

gangguan fungsi alat vital sebagai berikut: Yusuf Namira, W. S. (2018)

a. Hepar

1) Pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler

tanpa nekrosis.

2) Gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus.

3) Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan

gangguan fungsi menurun.

b. Ginjal

1) Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun.

2) Terjadi perdarahan dan nekrosis dan perdarahan di otak.

3) Sistem saraf pusat terjadi nekrosis dan perdarahan diotak diantaranya

perdarahan ventrikel.

4. Tingkatan dan Gejala

Batas mual muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis

gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan, bisa lebih

dari 10 kali muntah akan tetapi apabila keadaan umum itu terpengaruh

dianggap sebagai hiperemesis. Menurut berat ringannya gejala dapat

dibagi dalam tiga tingkatan yaitu : Yusuf Namira, W. S. (2018)

a. Tingkat 1 = Ringan

Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau

makan, berat badan turun dan rasa nyeri di epigastrium, nadi sekitar

100 kali per menit, tekanan darah turun, turgor kulit kurang, lidah

kering, dan mata cekung.

b. Tingkat II = Sedang

25
Mual dan muntah hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih

parah, lemah apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor,

nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat

badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguri dan

konstipasi. Dapat pula terjadi asetonuria dan dari nafas keluar bau

aseton.

c. Tingkat III = Berat

Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai

koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi hebat, suhu badan naik, dan

tensi turun sekali, ikterus. Komplikasi yang dapat berakibat fatal terjadi

pada susunan syaraf pusat dengan adanya nigtagmus, diplopia,

perubahan mental.

5. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum

Diagnosis hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus

ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus,

sehingga mempengaruhi keadaan umum. Hiperemesis gravidarum yang

terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat

mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera

diberikan. Diagnosis dapat ditegakkan jika ditemui tanda berikut. Yusuf

Namira, W. S. (2018)

a. Amenore disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.

b. Fungsi vital : nadi meningkat 100x/menit, Tekanan darah menurun

pada keadaan berat, subfebril, dan gangguan kesadaran (apatis-

koma).

26
c. Fisik : Dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun,

pada vaginal toucher uterus besarnya sesuai usia kehamilan,

konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna

biru.

d. Pemeriksaan USG : untuk mengetahui adanya kehamilan kembar,

molahidatidosa dan kondisi kesehatan janin.

e. Laboratorium : kenaikan relative hemoglobin dan hematokrit, benda

keton, dan proteinuria.

f. Pada keluhan hiperemesis yang berat atau berulang pikirkan untuk

konsultasi psikologi.

6. Penatalaksanaan

Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada

tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.

Adapun tingkatan hiperemesis gravidarum yang harus dirawat dirumah sakit

adalah hiperemesis gravidarum tingkat II dan III. Dan tidak semua

grade harus di rawat di RS. Adapun tatalaksana hiperemesis gravidarum secara

umum :

a. Tatalaksana Umum

1) Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu

proses yang fisiologis.

2) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah

merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah

kehamilan 4 bulan.

3) Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam

jumlah kecil tetapi sering.

27
4) Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat

tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat.

5) Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.

6) Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

7) Defekasi yang teratur.

8) Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,

dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

9) Obat-obatan

Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. Vitamin

yang dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan

juga seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan

antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau khlorpromasin.

Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola dirumah

sakit.

Adapun prosedur tetap penatalaksaan hiperemesis gravidarum

diRSUD Arosuka:

1) eri penjelasan pada pasien dan keluarga tindakan yang akan di

lakukan.

2) Isi formulir persetujuan tindakan medis.

3) Dekatkan alat-alat yang akan di gunakan

4) Tempatkan pasien pada tempat tidur yang aman.

5) Mencuci tangan dengan dengan sabun di bawah air mengalir lalu

mengeringkan dengan handuk.

6) Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.

7) Melakukan pemeriksaan obstetri,palpasi dan DJJ.

28
8) Memasang infuse sesuai dengan IK pemasangan infuse.

9) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy

neurobion dan primperan 1 ampul dalam cairan Dex 5-10 % Atau

tindex 27A,tetesan sesuai KU pasien.

10) Setelah melakukan tindakan cuci tangan dengan sabun di air yang

mengalir lalu keringkan dengan handuk kering.

11) Catat hasil pemeriksaan pada status dan asuhan kebidanan.

12) Adapun tingkatan hyperemesis gravidarum yang harus

dirawat dirumah sakit adalah hyperemesis gravidarum tingkat II dan

III. Penatalaksanaan Hyperemesis Gravidarum Tingkat I, Tingkat II,

dan Tingkat III yaitu :

a) Tingkat I adalah pemberian cairan infuse D10%. Karena tubuh ibu harus

mendapatkan cairan yang cukup. Dokter biasanya akan memberikan

cairan infuse D10% untuk membantu mengembalikan cairan.dan

pemberian obat oral beberapa jenis obat oral juga bisa diberikan kepada

ibu seperti Ranitidine 150 Mg 3 x 1 secara oral. Untuk menurunkan Asam

Lambung. Ondansetron 8 Mg 1 x 1 secara oral. Untuk mencegah serta

mengobati mual dan muntah.

b) Tingkat II adalah :

(1) Beri penjelasan pada pasien dan keluarga tindakan yang akan di

lakukan.

(2) Isi formulir persetujuan tindakan medis.

(3) Dekatkan alat-alat yang akan di gunakan

(4) Tempatkan pasien pada tempat tidur yang aman.

29
(5) Mencuci tangan dengan dengan sabun di bawah air mengalir lalu

mengeringkan dengan handuk.

(6) Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.

(7) Melakukan pemeriksaan obstetri,papasi dan DJJ.

(8) Memasang infuse sesuai dengan IK pemasangan infuse.

(9) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy

neurobion dan primperan 1 ampul dalam cairan Dex 5-10 % Atau

tindex 27A,tetesan sesuai KU pasien.

(10) Setelah melakukan tindakan cuci tangan dengan sabun di air yang

mengalir lalu keringkan dengan handuk kering.

(11) Catat hasil pemeriksaan pada status dan asuhan kebidanan.

c) Tingkat III adalah :

(1) Memberikan cairan infuse D10%

(2) Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy

neurobion dan primperan 1 ampul dalam cairan Dex 5-10 % Atau

tindex 27A,tetesan sesuai KU pasien.

(3) Diet hiperemesis I. Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III.

Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi

bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama dengan

makanan tetapi 1-2 jam setelahnya. Karena pada diet ini zat gizi

yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu

lama.

30
C. Kewenangan Bidan Dalam Asuhan Hiperemesis Gravidarum

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan pelaksana, bidan memiliki

kewenangan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan kebidanan

khususnya dalam kasus hyperemesis gravidarum. Pedoman yang dimaksud

adalah sebagai berikut :

1. Standar kompetensi

Berdasarkan Kepmenkes nomor 369 tahun 2007 tentang standar profesi

bidan bahwa terdapat 9 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang bidan

dalam memeberikan pelayanannya,diantaranya yaitu pada kompetensi ke-3

tentang memberi asuhan antenatal untuk megoptimalkan kesehatan selama

kehamilan yang meliputi : Deteksi dini, pengobatan maupun rujukan dari

komplikasi tertentu. Untuk penanganan dari hyperemesis gravidarum yang

dapat dilakukan oleh bidan terdapat pada standar pelayanan kebidanan yaitu :

a. Standar 3 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Mengenal tanda dan gejala anemia ringan, berat, hyperemesis

gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen dan

komplikasinya.

b. Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal.

Bidan memberikan pelayanan antenatal dan deteksi dini komplikasi

kehamilan, bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal dan

bidan harus mengenal kehamilan dengan resiko tinggi.

2. UU No. 28 tahun 2017

Berdasarkan UU No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan pada pasal 19 ayat (2). Pada ayat

31
(2)bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu, bidan

berwenang melakukan.

a. Konseling pada masa sebelum hamil,

b. Antenatal pada kehamilan normal,

c. Persalinan normal,

d. Ibu nifas normal,

e. Ibu menyusui normal, dan

f. Konseling pada masa dua kehamilan.

32
BAB III
TINJAUAN KASUS

NO. MR :348102
Hari/Tanggal :-/ 26 Oktober 2020
Hari/Tanggal :-/ 1 Oktober 2020
Waktu : 18.10 WIB
Tempat : RSUD Arosuka

A.DATA SUBJEKTIF
1.Identitas Istri Suami
Nama Ny. S Tn.T
Umur 24 tahun 30 tahun
Suku Minang Minang
Agama Islam Islam
Pendidikan - -
Pekerjaan IRT Karyawan Swasta
Alamat Kayu aro Kayu aro

2.Riwayat Masuk Rumah Sakit

Sejak 22 September 2020 Ibu di rumah mengalami mual dan muntah sehari

12 kali, kurang lebih selama 2 minggu.

Pukul 17.00 Wib tanggal 1 oktober 2020 ibu pun ke BPM bersama suami

untuk memeriksaan kehamilannya. Karena keluhan ibu tersebut bidan pun

menyarankan ibu untuk ke RSUD.

Ibu dan suami datang ke IGD kebidanan sampai pada pukul 18.10 WIB. Di

IGD kebidanan ibu dilakukan pemeriksaan TTV TD: 100/70 mmHg, Nadi:

86 X/Mnt, Pernafasan :21 X/Mnt, Suhu: 36,8, Cek keton urin, PP test.

33
Serta darah ibu di ambil untuk mengetahui hasil HB ibu, Ibu di pasang Infus

di tangan kanan dengan cairan infus D10% dengan tetesan 20 Tetes/mnt. dan

Pada pukul 18.30 Wib terapi yang ibu dapatkan di IGD di berikan

Ondansentron dengan dosis 3 Mg dan Neurobion 4 gram/2 ml/12 jam .Di

berikan Secara di Drip ke Cairan Infus dan Injek Ranitidine 2 x1 dengan

dosis 2 ml di berikan secara IV Bolus. Setelah selesai di tindak lanjut ibu

akan di pindah kan ke ruang nifas pada pukul 20.00 Wib untuk di observasi

lebih lanjut.

3.Riwayat Kehamilan Saat ini



Ibu NY. S G2P1A0H1

UK: 10-11 Minggu


HPHT 23-07-2020. Ibu baru 2 kali periksa ke Bidan. Periksa pertama pada
saat usia kehamilan ibu 7 minggu dan periksa ke2 pada saat usia

kehamilan ibu 10 minggu dengan keluhan mual muntah sudah 12 kali

selama 2 minggu. Ibu sudah diperiksa pemeriksaan laboraturium di

puskesmas dengan hasil HB 12,8.

4.Riwayat Persalinan

No Usia Tempat Usia Jenis Penolong BBL Jenis Keada-


Anak Bersa- Kehamilan Persalinan Kelamin an
lin Anak Anak
Saat
Ini
1 3 BPM 40 Minggu Normal Bidan 2800 Gr Laki-laki Hidup
Tahun
2 Hamil - - - - - - -
Ini

34
6.Riwayat Penyakit

Ibu tidak memiliki penyakit gastritis (magh).

7.Riwayat Psikososial

Ini pernikahan pertama, lamanya sudah 4 tahun. Ibu mengatakan sangat

menginginkan anak perempun karena ibu belum memiliki anak perempuan.

8.Riwayat Pola nutrisi sehari-hari

1) Nutrisi dan Hidrasi

Sebelum hamil ibu mengatakan makan dan minum seperti kala normalnya

2) Eliminasi : Normal

3) Istirahat

Sebelum hamil ibu tidur 6-7 jam sehari, saat hamil ibu tidur 6-7 jam

sehari. Tiap malam dan siang hari tidur 1-2 jam. Saat hamil ibu tidak bisa

tidur siang karena terganggu dengan mual dan muntanhnya.

4) Seksual

Sebelum hamil ibu melakukan hubungan seksual 1 minggu 3 kali. Setelah

hamil ibu tidak pernah melakukan hubungan seksual karena terganggu

dengan keluhan mual dan muntahnya.

9. Riwayat Kontrasepsi

Ibu menggunakan kontrasepsi Suntik 3 bulan selama ± 2 tahun. Selama

menggunakan kontrasepsi suntik tersebut, ibu tidak mendapatkan haid. Ibu

berhenti menggunakan kontrasepsi suntik dengan tujuan agar mendapatkan

anak.

35
A. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Lemah

Kesadaran : Composmentis

Antropometri

1) BB Sebelum hamil : 57 Kg

2) BB Saat hamil : 52 Kg

Tanda Vital

1) TD : 100/70mmHg

2) Nadi : 80x/m

3) Pernafasan : 21x/m

4) Suhu : 36,9C

2. Pemeriksaan Fisik

a. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, mata tampak

cekung.

b. Mulut : bibir tampak pucat, Lidah tampak kotor.

c. Leher : tidak ada kelenjar tyroid dan limfe

: Tidak ada luka bekas operasi, adanya kandung

d. Abdomen : kemih kosong

e. Genitalia : Tidak dilakukan

f. Ekstremitas : tidak oedema, tidak ada varices, tampak terlihat pucat,

turgor kulit berkurang elastis, kulit teraba dingin

36
Terdapat Infus di tangan kanan ibu dengan cairan infuse D10 % kolf ke I,

dengan tetesan 20 tpm .

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Keton Urine : Positive (III)

b. Test Kehamilan : Positive (+)

3. ASSASSMENT

NY.S Usia 24 tahun G2P1A0H1 hamil 10- 11 minggu dengan

Hiperemesis Gravidarum.

4. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.

2. Memberikan dukungan dan motivasi dengan meyakinkan

ibu bahwa mual dan muntah merupakan adaptasi yang

terjadi pada kehamilan muda. Serta meyakinkan ibu bahwa

sakit yang dialami ibu dapat disembuhkan dengan cara

menghilangkan rasa takut, cemas karena kehamilan.

3. Memberitahu ibu agar Ibu tetap sering makan namun

sedikit-sedikit dan mengkonsumsi makanan lunak seperti

bubur.

37
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG hasil :

1) Cairan Infus D10% kolf I , 20 tpm. Di tangan kanan ibu.

2) Observasi tetesan cairan infuse.

Hasil data rekamedic pasien :

a. 22.00 wib observasi keadaan umum ibu

b. 22.30 observasi tanda-tanda vital ibu dengan hasil TD : 100/90

mmHg, nadi : 89x/mnt, pernafasan : 20x/mnt, suhu : 37ºC

c. 06.00 Wib Ondansentron dengan dosis 3 Mg dan Neurobion 4

gram/2 ml/12 jam. diberikan secara di drip ke cairan Infus.

d. 06.05 Wib Injek Ranitidine di berikan secara IV Bolus/12 jam.

e. 06.10 Wib meberikan ibu pot urine dan memberitahu agar air pipis

ibu di tampung ke dalam pot untuk dilakukan pengecekan pada

keton urine Positive ( ++).

38
Catatan Perkembangan

Hari/Tanggal : -/ 2 Oktober 2020

Waktu : 08.00 WIB

Tempat : Ruang Nifas RSUD Arosuka

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan pusing mual serta muntah nya berkurang, Tetapi ibu masih lemas.
Ibu sudah mau makan dengan 5 sendok bubur ayam, 3 potong buah apel dan 1 gelas
air putih.
B. DATA OBJEKTIF

a. KU : Baik

b. Kesadaran : CM
c. TTV
TD : 100/70 mmHg
N : 86 X/Mnt
RR : 21 X/Mnt

S d. : 36,7C
Mata e. : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, mata tampak cekung
Mulut : bibir tampak pucat, lidah tampak kotor.

f : Adanya nyeri pada epigastrium, ballotement (-), kandung kemih


Abdomen
kosong
g. Ekstremitas : Tidak ada Oedema dan varises, tampak terlihat pucat, turgor
kulit berkurang, kulit teraba dingin. Di tangan kanan ibu
terpasang Infus dengan cairan infuse D10% kolf ke 2, tetesan
20 tpm.
Di tangan kanan ibu terpasang Infus dengan cairan infuse
D10% kolf ke 2, tetesan 20 tpm.
C. ASSASSMENT
Ny. S Usia 24 tahun G2P1A0H1 Hamil 10-11 minggu dengan
Hiperemesis Gravidarum

39
D. PLANNING

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sudah membaik.


2. Memantau TTV ibu : dengan hasil TD : 100/90 mmHg,N : 89x/mnt, Rr :
20x/mnt,
S:37C.
3. Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan Nutrisi dan Elimnasi.
4. Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan istirahat yang cukup.
5. Memotivasi ibu agar ibu tetap makan sedikit-sedikit tapi sering.
6. Menganjurkan ibu untuk sering minum sari buah agar mengurangi rasa
mual yang ibu rasakan seperti air jeruk manis yang hangat dan minum
yang manis supaya lebih berenergi.
Memberikan semangat kepada ibu agar ibu cepat sembuh.
Data rekamedic pasien :
a. 18.00 Wib Ondansentron dengan dosi 3 Mg dan Neurobion 4 gram/2
ml/12 jam. diberikan secara di drip ke cairan Infus.
b. 18.05 Wib Injek Ranitidine di berikan secara IV Bolus/12 jam.
c. 19.00 Wib observasi keadaan ibu dengan hasil TD : 100/90 mmHg,
Nadi : 89x/mnt, pernafasan : 20x/mnt, suhu : 37ºC
d. 22.00 Wib mengganti cairan infuse D10% pada kolf ke 2.
e. 06.00 Wib Ondansentron dengan dosi 3 Mg dan Neurobion 4 gram/2
ml/12 jam. diberikan secara di drip ke cairan Infus.
f. 06.05 Wib Injek Ranitidine di berikan secara IV Bolus/12 jam.
g. 06.10 Wib memberikan ibu pot urine dan memberitahu agar air pipis
ibu ditampung kedalam pot untuk dilakukan pengecekan keton urin
Positife (++).
h. 08.00 Wib Memberitahu ibu agar segera sarapan pagi dengan menu
bubur ayam.
i. 12.00 Wib Memberitahu ibu agar menjaga pola istirahat dan eliminasi.

40
Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal :-/, 3 oktober 2020
Waktu :13.00 WIB
Tempat :Ruang Nifas RSUD Arosuka

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mual serta muntah berkurang , muntah kurang lebih 1 kali. Tetapi
ibu masih lemas. Ibu sudah mau makan dengan 7 sendok bubur ayam, 4 potong
buah papaya dan 1 gelas air putih.
B. DATA OBJEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : CM
c. TTV
TD : 100/70 mmHg
N : 86 X/Mnt
RR : 20 X/Mnt
S : 36,4C
d. Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera putih, Mata cekung.
e. Mulut : bibir tampak pucat,lidah kering.
f. Abdomen : Adanya nyeri pada epigastrium, Ballotement (-), kandung
kemih kosong

41
g. Ekstremitas : Tidak ada Oedema dan varises, tampak terlihat pucat, turgor
kulit berkurang, kulit teraba dingin. Di tangan kanan ibu terpasang
Infus dengan cairan infuse D10% kolf ke 3, tetesan 20 tpm .
C. ASSASSMENT
Ny. S Usia 24 tahun G2P1A0H1 Hamil 10-11 minggu dengan
Riwayat Hiperemesis Gravidarum

D. PLANNING
1. Memberikan cairan infuse D10% kolf ke 3.
2. Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan Nutrisi, Elimnasi dan Istirahat.
3. Memberitahu ibu agar makan seing tapi sedikit-sedikit.
4. Memberitahu ibu agar istirahat yang cukup.
5. Menganjurkan ibu untuk sering minum sari buah agar mengurangi rasa
mual yang ibu rasakan seperti air jeruk manis yang hangat dan minum yang
manis supaya lebih berenergi.
6. 18.00 Wib Ondansentron dengan dosis 3 Mg dan Neurobion 4 gram/2
ml/12 jam. diberikan secara di drip ke cairan Infus.
7. 18.05 Wib Injek Ranitidine di berikan secara IV
Bolus/12 jam. Data rekamedic pasien :
a. 22.00 Wib obsrvasi tanda-tanda vital ibu dengan hasil TD : 100/90
mmHg, Nadi : 89x/mnt, pernafasan : 20x/mnt, suhu : 36,8ºC
b. 06.10 Wib Wib memberikan ibu pot urine dan memberitahu agar air
pipis ibu ditampung kedalam pot untuk dilakukan pengecekan keton
urin negative (-).
c. 08.00 Wib Memberitahu ibu agar segera sarapan pagi dengan menu
bubur ayam.

42
Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal : -/, 4 oktober 2020
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Nifas RSUD Arosuka

A. DATA SUBJEKTIF
ibu sudah tidak mual dan muntah. Ibu sudah tidak lemas. Ibu sudah mau
makan dengan satu porsi bubur ayam, 6 potong buah pepaya dan 1 gelas air
putih.
B. DATA OBJEKTIF
a. KU : Baik
b. Kesadaran : CM
c. TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 80 X/Mnt
RR : 20 X/Mnt
S : 36,6C
: konjungtiva tidak anemis, sclera putih, konjung tiva merah
d. Mata muda.
e. Mulut : bibir sudah tidak pucat merah muda, lidah sudah tidak
kering .
f. Abdomen : Tidak nyeri pada epigastrium, Ballotement (-), kandung
kemih kosong
g.Ekstremitas : Tidak ada oedema dan varises, tidak pucat, kulit teraba sudah
tidak dingin.

43
B. ASSASSMENT
Ny. S Usia 24 tahun G2P1A0H1 Hamil 10-11 minggu dengan
Riwayat Hiperemesis Gravidarum
C. PLANNING

1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu sudah membaik.


2. Memberitahu ibu dan keluarga ibu sudah boleh pulang.
3. Memberitahu ibu agar memenuhi kebutuhan Nutrisi,Elimnasi dan Istirahat.
4. Memberitahu ibu agar tetap menjaga pola nutrisi.
5. Memberitahu ibu jika ada mual muntah segera ke tenaga
kesehatan terdekat.
6. Memberikan obat untuk pulang sesuai Advice dokter :
a. Ranitidine 150 Mg 3 x 1 secara oral. Untuk menurunkan
Asam Lambung.
b. Ondansetron 8 Mg 1 x 1 secara oral. Untuk mencegah serta
mengobati mual dan muntah dantabahkan vitamin B6 dan B12

44
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas mengenai kajian asuhan


kebidanan antenatal pada Ny. S umur 24 tahun dengan hiperemesis
Gravidarum di Ruangan Nifas RSUD Arosuka Solok .

A. Data Subjektif

Dari data yang diperoleh Ny.S usia 24 tahun didapatkan data klien Ibu

hamil 10- 11 minggu HPHT 15-07-2020 mengatakan hamil ke dua, belum

pernah keguguran. Ibu mengeluh mual dan muntah sejak 2 minggu yang lalu,

muntah 12 kali sehari. Hal ini sesuai dengan teori bahwa mual muntah yang

berlebihan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu,dengan frekuensi ≥ 10

kali dalam 24 jam dan menganggu aktifitas merupakan tanda hiperemesis

gravidarum.

Teori menjelaskan bahwa salah satu perubahan fisiologis yang terjadi

pada masa kehamilan yaitu perubahan pada sistem pencernaan. Selama masa

hamil nafsu makan berkurang, sekresi usus berkurang, fungsi hati berubah dan

absorbsi nutrisi meningkat. Aktivitas peristaltik (motilitas) menurun akibatnya

bising usus berkurang sehingga terjadi stagnasi isi lumen usus disampaikan ke

cortek serebri kemudian dipersepsikan sebagai rasa penuh di perut sehingga

berdampak pada rasa mual dan muntah serta tidak nafsu makan.

Pada trimester I sering terjadi penurunan nafsu makan akibat nusea (mual)

atau vomitus (muntah) yang merupakan akibat perubahan saluran cerna dan

peningkatan kadar progesteron, estrogen dan Human Chorionic Gonadrotropin

(HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormon

45
progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami

relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung

melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan

motililitas lambung serta penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi

terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab

lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan dan sosiokultural.

Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan berat badan

yang terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit. Pencernaan serta

absorbsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adekuat mengakibatkan tubuh

membakar lemak untuk mempertahankan panas dalam tubuh, jika tidak ada

karbohidrat maka lemak digunakan untuk menghasilkan energi. Akibatnya

beberapa hasil pembakaran dari metabolisme lemak terdapat dalam darah dan urin

sehingga terdapat atau kelebihan keton dalam urin (Gunawan, 2016).

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Safari, 2017) menjelaskan mual dan

muntah dapat disebut fisiologis apabila frekuensi kurang atau sama dengan 10

kali dalam satu hari, tidak mengganggu aktivitas atau ibu hamil masih dapat

melakukan aktivitas yang wajar dan masih dapat makan dan minum meskipun

pada beberapa ibu hamil nafsu makannya cenderung menurun.

Penelitian yang dilakukan oleh (Octaviani, dkk, 2018) mengatakan

hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah yang berlebihan sebanyak

10 kali dalam 24 jam atau setiap saat sehingga mengganggu kesehatan dan sering

di temukan pada kehamilan trimester I. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh

(Safari, dkk, 2012) mendapatkan frekuensi mual muntah ≤10 kali sebanyak 96,6%

dan 3,4% ≥10 kali.

46
Pada riwayat psikososial didapatkan bahwa ibu sangat mengharapkan

kehamilan ini, dikarenakan ibu belum memiliki anak perempuan. Hal ini sesuai

dengan teori yang mengatakan bahwa kondisi psikosomantik dapat

menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum. Kondisi psikosomantika

adalah gangguan psikologis yang berubah menjadi bentuk gangguan fisik.

Gangguan psikologis yang terinpilasi pada gejala fisik ini dapat berupa mual

dan muntah, kelelahan yang berat dan sebagainya.hiperemesis gravidarum

merupakan salah satu keadaan gangguan psikologis yang diubah dalam gejala

fisik. Kondisi psikologis ibu yang menjalani proses kehamilan dapat

menyebabkan terjadinya stress. Ibu yang dalam keadaan stress ini dapat

meningkatkan tekanan darah dan peningkatan denyut jantung sehingga dapat

meningkatkan hormone HCG. HCG adalah hormon yang dihasilkan selama

kehamilan, yang dapat di deteksi dari darah atau air seni wanita hamil ± 10 hari

sesudah pembuahan. HCG ini dapat menstimulasi terjadinya mual dan muntah

pada ibu hamil. Teori lain juga mengemukakan bahwa saat wanita mengetahui

jenis kelamin janinnya, ia dapat mengalami emosi positif atau negative secara

ekstrem yang mungkin berhubungan dengan keinginannya untuk memperoleh

bayi berjenis kelamin tertentu, hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan stress

yang menyebabkan timbulnya gejala fisiknya seperti mual dan muntah.

B. Data Objektif

Pada pengkajian data objektif yang didapatkan dari hasil pemeriksaan

fisik kepada Ny S 24 tahun yang meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan

tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

47
Hasil pemeriksaan umum didapatkan keadaan umum tampak lemah,

kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 88 kali permenit,

suhu 36.7°, pernafasan 20 kali permenit, terjadi penurunan berat badan selama

hamil 2 Kg. Mata cekung, pada mulut terlihat lidah kering dan kotor,turgor

kulit kurang elastis. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tanda gejala

hipermemesis gravidarum adalah penderita tampak lebih lemah, turgor kulit

lebih mengurang, dan mata sedikit ikterik. Berat badan turun dan mata menjadi

cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi.

Terjadi penurunan berat badan dari 57 kg menjadi 55 kg.Hal ini sesuai

dengan teori bahwa pada kasus hiperemesis gravidarum yang ekstrem, vomitus

yang persisten menyebabkan penurunan berat badan dan dehidrasi, yang

menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit dan cairan. Dehidrasi

menyebabkan hipovolemia, yang dimanifestasikan sebagai hipotensi dan taki

kardi.

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan data yaitu pemeriksaan pp test

hasil (+) dan pemeriksaan urin didapatkan hasil keton positif(+++). Hal ini

sesuai dengan teori bahwa Mual muntah yang berlebihan dapat menyebabkan

cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena

oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis atau keton dengan

tertimbunnya asam aseton asetik dan aseton darah. Sehingga dapat

menimbulkan dehidrasi, mata cekung, tekanan darah menurun, dan diuresis.Hal

ini menimbulkan perfusi kejaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan

O2. Oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolism menuju kearah

anaerobik yang menimbulkan benda keton dan asam laktat.

48
C. Analisa
Berdasarkan data yang diperoleh dari data subjektif dan data objektif

Penegakkan hiperemesis gravidarum pada kasus ini berdasarkan teori bahwa

tanda gejala hiperemesis gravidarum adalah penderita tampak lemah, turgor

kulit mengurang, lidah terlihat kotor dan kering, nadi cepat, berat badan turun,

dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan

konstipasi. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan bahwa Keton (+++)

yang dapat penegakkan diagnosa dari hiperemesis gravidarum. Maka analisa

yang dapat ditegakan pada Ny. S 24 tahun, G2P1A0H1, hamil 10-11 minggu

dengan hiperemesis gravidarum.

D. Penatalaksanaan

Dalam penanganan kehamilan dengan hiperemesis gravidarum yang perlu

diperhatikan adalah pemantauan keadaan ibu yang meliputi tanda-tanda vital,

pemantauan muntah dan urine, pemberian cairan dan obat. Ibu disarankan untuk

memperhatikan pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi serta beri motivasi ibu

untuk psikologisnya. Hal ini sesuai dengan teori pengobatan selama kehamilan

dengan hiperemesis gravidarum, pengobatan psikologis, pemberian cairan

pengganti dan obat untuk dapat membantu proses pemulihan kondisi ibu dengan

pemberian obat yang aman untuk ibu serta janin. Dan dapat membantu mengganti

cairan dan elekteolit yang keluar melalui muntah. Isolasi dan pengobatan

psikologis. Dengan melakukan isolasi di ruangan sudah dapat meringankan

wanita hamil karena perubahan suasana dari lingkungan rumah tangga. Petugas

49
dapat memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang berbagai

masalah berkaitan dengan kehamilan. Pemberian cairan pengganti.

Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti sehingga keadaan

dehidrasi dapat diatasi. Cairan pengganti yang diberikan adalah glukosa 5-10%

dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai

sumber energi, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak dan protein

menjadi pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan vitamin C, B

kompleks atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme.

Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang keseimbangan

cairan yang masuk dan keluar melalui kateter, nadi, tekanan darah, suhu dan

pernapasan. Lancarnya pengeluaran urine memberikan petunjuk bahwa keadaan

wanita hamil berangsur-angsur baik (Praworihardjo, 2016).

Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian untuk memperoleh data

subjektif dan objektif serta menyusun sebuah analisa agar diperoleh diagnosa

untuk menetukan masalah dan kebutuhan potensial Ny. S maka penatalaksanaan

yang diberikan yaitu :

1. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG, Karena bidan tidak


memempunyai wewenang untuk pemberian obat pada kasus hyperemesis
gravidarum sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dengan hasil
kolaborasi yaitu :
a. Memperbaiki keadaan umum dengan memberikan cairan infus D 10% yang

dicampur dengan neurobion 1 ampul dengan dosis 3 ml dan ondancetron

2x4 mg sehari dengan 20 tpm.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa pemberian cairan parenteral yang cukup

elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5-10 % dengan

50
keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai

sumber energi, sehingga terjadi perubahan metabolism dari lemak dan

protein menjadi pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan

vitamin C, B komplek atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran

metabolisme. Pemberian neurobion dalam cairan untuk mencegah

gangguan metabolik karena kekurangan zat makanan.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa multivitamin, pirodiksin dan atau tiamin

diberikan IV untuk menyeimbangkan elektrolit sampai wanita mampu

menoleransi cairan melalui mulut dan urin menunjukan sedikit atau tidak

ada keton dan enselopati Wernicke merupakan salah satu komplikasi yang

berkaitan dengan kurangknya vitamin B1 (thiamin). Setelah diberikan

cairan ini selama 4 hari sebanyak ± 8 kalf keadaan umum ibu semakin

membaik.

Memberikan suntikan secara intravena Ranitidin 2x25 mg sehari.Yang

bekerja mempengaruhi sistem sekresi asam lambung untuk mengurangi

rasa perih dilambung.Setelah dilakukan asuhan selama 4 hari asam

lambung ibu menurun, ibu tidak lagi merasakan nyeri pada epigastrium.

Memberikan Antiemetic Ondansentron 3x4 mg.

Hal ini sudah sesuai dengna teori bahwa pada keadaan yang lebih

berat diberikan antimetic. Antiemetik berupa Antagonis serotonin selektif.

Obat – Obatan tersebut diharapkan dapat merangsang motilitas lambung

tanpa merangsang pengeluaran asam lambung, kandung empedu, atau

51
pancreas, tetapi bekerja secara sentral sebagai antagonis terhadap reseptor

dopamine. Sehingga mual muntah ibu selama dirawat di RS semakin hari

semakin membaik dan berkurang frekuensi muntahnya sebelum masuk

RSUD kurang lebih 15-17 kali atau hari setelah diberikan asuhan di RSUD

pada hari ke2, 3, dan 4 sudak tidak muntah namun hanya mual saja.

2. Periksa laboraturium darah lengkap dan urine lengkap.

Pada kasus ini terdapat kesenjangan dikarenakan terdapat asuhan yang

tidak dilakukan sesuai dengan teori. Pada pemeriksaan laboraturium hanya

dilakukan pemeriksaan keton urin saja, namun menurut teori bahwa

pemeriksaan penunjang pada kasus hipermemesis gravidarumm adalah

pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan urine lengkap, dan tes fungsi

hati. Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari yaitu hemoglobin, hematokrit,

trombosit, dan leukosit. Peningkatan hematocrit, perubahan kadar elektrolit

dan ketonuria berkaitan dengan dehidrasi. Tanda dan gejala hyperemesis

gravidarum adalah pada peredaran darah terjadi hemokonsentrasi. Pada

pemeriksaan urine didapatkan hasil urin ibu mengandung keton positif

(+++), pemeriksaan urine dilakukan sehari sekali tepatnya pada pukul

06.00 WIB.Pemeriksaan keton urine dilakukan mengetahui perkembangan

tingkat derajat hyperemesis gravidarum.

3. Memberikan motivasi kepada ibu agar ibu tetap bersemangat dan selalu

berfikiran positif agar psikologi ibu tidak terganggu.

52
Setelah diberkan asuhan kepada klien selama dirawat 4 hari klien

pun diperbolehkan pulang karena kondisi klien sudah membaik. Terlihat

pada intensitas mual muntah yang berkurang Awal masuk RS klien

mengeluh mual muntah kurang lebih 15-17 kali/hari setelah dilakukan

asuhan di berikan terapi sesuai dr.SpOG dan pada hari ke- 4 klien

mengatakan sudah tidak terlalu mual dan sudah tidak muntah. Pada

pemeriksaan keton urine pun masuk Rumah Sakit Positif(+++) dan setelah

dilakukan asuhan menjadi positife (++). Pada hari ke 2 di RS klien

mengatakan mual muntah berkurang menjadi 2 kali sehari dan nafsu

makan bertambah, pada hari ke 3 di RSUD klien mengatakan mual muntah

berkurang menjadi 1 kali, nafsu makan sudah meningkat dan setelah

dilakukan asuhan dan dilakukan pengecekkan keton urin hasil nya menjadi

negatif(-), dan pada hari ke 4 atau hari klien terakhir di rawat di RSUD

mengatakan sudah tidak terlalu mual dan sudah tidak muntah. Nafsu

makan sudah meningkat, sudah tidak terlalu lemas, dan pusing.Dilakukan

pengecekkan keton urin hasil negative (-). Setelah berkolaborasi dengan

dokter ibu diperbolehkan pulang.

53
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny.S dengan hiperemesis

gravidarum berupa pengumpulan data subjektif, pemeriksaan fisik dan data

penunjang untuk memperoleh data objektif, menentukan analisa untuk

mengetahui masalah yang terjadi pada pasien serta penatalaksanaan yang telah

diberikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Data Subjektif
Ny.S yang datang dengan keluhan mual muntah sejak 2 minggu yang lalu,
muntah sehari kurang lebih 15kali, tidak ada nafsu makan, lemas, nyeri
pada ulu hati.
2. Data Objektif
Hasil pemeriksaan mulut didapatkan bibir kering, lidah kering, mata
cekung, abdomen terasa nyeri pada epigastrium, pada pemeriksaan
penunjang didapatkan urinalisa tes HCG positif, ketonurina positif (+++).
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang telah didapatkan
ditegakkan Ny.S dengan hiperemesis gravidarum.
4. Penatalaksanaan
Penanganan hiperemesis gravidarum dilakukan sesuai SOP RSUD, teori
dan kompetensi kewenangan bidan meliputi memperbaiki keadaan umum,
menurunkan asam lambung, mengurangi mual muntah, dan
menghilangkan benda keton dalam tubuh serta mengurangi resiko
kesakitan pada ibu dan janin.

54
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan saran-saran guna
perbaikan asuhan kebidanan pada kasus hiperemesis gravidarum sebagai
berikut :
1. Untuk Rumah Sakit
Diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan kesehatan dengan
cara memberikan asuhan kebidanan khususnya pada klien dengan
hiperemesis gravidarum.
2. Untuk Klien dan Keluarga
Diharapkan bisa menjadi bahan informasi dan wawasan untuk klien dan
keluarga mengenai tanda-tanda, komplikasi, dan penanganan pada kasus
hiperemesis gravidarum.
3. Untuk Profesi
Dapat mengaplikasikan teori yang didapat pada masa pendidikan kedalam
praktek lapangan dalam berbagai asuhan sesuai dengan wewenang yang
telah diterapkan sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan standar
pelayan kebidanan dan bermanfaat bagi klien dan keluarga.

55
DAFTAR PUSTAKA

Cathy, Cassata. 2015. What is Hyperemesis Gravidarum. Rosalyn Carson-DeWitt,


MD diakses tanggal 26 oktober 2020 (17:05) melalui
https://www.everydayhealth.com/

Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, dan Spong. 2016. Obstetri Williams.
Edisi 23. Jakarta: EGC.

Dahlan Andi Kasrida, U. a. (2017). Faktor yang berhubungan dengan


pengetahuan ibu hamil primigravida dalam pengenalan tanda bahaya
kehamilan. Jurnal Voice of Midwifery, Vol 07 No.09 , 1-14.

Gabra, Abanoub. 2018. Updates in Management of Hyperemesis


Gravidarum.Critical Care Obstetrics and Gynecology 4(3:9): 1-4.

Gunawan, Kevin. Paul Samuel Kris Manengkei. Dwiana Ocviyanti. 2016.


Diagnosis dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum. Jakarta. Artikel
Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2kKB). J Indon
Med Assoc 61(11) : 458-464

Kejela, Gamecu, Shimelis Getu, Tadla Gebretsdik, Tesfaye Wendimagegu. 2018.


Prevalence of Hyperemesis Gravidarum and Asociated Factors in Arba Minch
General Hospital, Gamo Gofa Zone, Southern Ethiopia. Clinics Mother Child
Health. 15(1):1-5.

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi.
Jakarta:Salemba Medika.

Manuaba.2017.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta.EGC

Masruroh, R. I. (2016). Hubungan Antara Umur Ibu Dan Gravida Dengan


Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di RSUD Ambarawa Kabupaten
Semarang. MUSWIL IPEMI Jateng , 204-211.

Nisak Ana Zumrotun, W. A. (2018). Status Kadar Hemoglobin Pada Ibu


Hamil trimester I Dengan Hiperemesis Gravidarum. Indonesia Jurnal
Kebidanan Vol.2 No.2 , 63-68.

.
Oktavia, Lina. 2016. Kejadian Hiperemesis gravidarum ditinjau dari jarak
kehamilan dan paritas. Jurnal Ilmu kesehatan Aisyah 1(2) : 41-45.

56
Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Royal College of Obstetricians & Gynaecologists. 2016. The Management of


Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. RCOG
Green Top Guideline(69).

Safari, Fifi Ria Ningsih. 2017. Hubungan Karakterisik dan Psikologis Ibu Hamil
dengan Hiperemesis Gravidarum di RSUD H.ABD.Manan Situpang
Kisaran. Jurnal Wahana Inovasi 6 (1) : 202-212.

Sesarina, Okky Rizka, Nyayu Fitriani, Siti Hildani Thaib. 2017. Gambaran Pasien
Hiperemesis Gravidarum di Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Umum Daerah Bari Palembang Periode Januari 2010- Desember 2012.
5(2).

Syamsuddin Syahril, L. H. (2018). Hubungan Antara Gastritis, Stres, dan


Dukungan Suami Pasien Dengan Sindrom Hiperemesis Gravidarum di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol.2 No.2 , 102-107.

. Widatiningsih, S. dan Christin, H. T. D., 2017. Praktik terbaik asuhan


kehamilan. Yogyakarta: Transmedika

Yuliana. 2015. Dukungan Suami Pada Ibu Hamil Dalam Menghadapi Masa
Persalinan Di Desa Joho Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kebidanan dan
Ilmu Kesehatan Volume 2 / Nomor 2 / November 2015.

Yulistiana, Evayanti, 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Dukungan


Suami Pada Ibu Hamil Terhadap Keteraturan Kunjungan Antenatal
Care (Anc) Di Puskesmas Wates Lampung Tengah Tahun 2015.
Jurnal Kebidanan Vol 1, No 2, Juli 2015: 81-90.

Yusuf Namira, W. S. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Hipermesis Gravidarum . MaKMA Vol I No.2 , 94-100

51

57

Anda mungkin juga menyukai