Oleh
MIFTAH SALSHABILLA
NIM : 1810312108
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
Oleh
MIFTAH SALSHABILLA
NIM : 1810312108
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL(K)., FICS dr. dr. Fathiya Juwita Hanum, Sp. Onk. Rad
NIP. 198005062008121002 NIP. 1986060420101220008
Mengetahui:
Wakil Dekan I
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas
Padang, 2021
Tim Penguji
Miftah Salshabilla
2.1.2 Epidemiologi
Pada bulan Desember akhir tahun 2019 muncul kasus COVID-19 pertama
kalinya di Wuhan, China. Pada tanggal 25 Januari 2020, telah terkonfirmasi
total kasus terinfeksi COVID-19 sebanyak 1.975 kasus di China dengan total
56 kematian.23 Kasus tersebut kemudian terus bertambah hingga mencapai
7.734 kasus terkonfirmasi di China dan 90 kasus lainnya dilaporkan dari
beberapa negara termasuk Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri
Langka, Cambodia, Jepang, Singapura, Korea, Uni Emirat Arab, Amerika,
Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Perancis, dan Jerman. 24
Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh
dunia. Eropa dan Amerika Utara kemudian menjadi pusat pandemi COVID-
19, dengan kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat
dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru sebanyak
19.332 kemudian Spanyol dengan 6.549 kasus baru. Italia merupakan negara
dengan tingkat mortalitas tertinggi di dunia yaitu 11,3%.25
2.1.3 Virologi
Infeksi COVID-19 disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Coronavirus merupakan virus RNA
beruntai tunggal positif yang termasuk dalam subfamili Orthocoronavirinae
dengan karakteristik paku “seperti mahkota” pada permukaannya.28
Berdasarkan hasil biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum,
SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna. Virus dapat terdeteksi
di feses, bahkan sekitar 23 pasien yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi
dalam feses meskipun sudah tidak terdeteksi pada sampel saluran napas. Kedua
hal tersebut menguatkan dugaan adanya transmisi melalui fecal-oral.32
Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi
SARS-CoV-2. Kanker dihubungkan dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang
2.1.6 Patogenesis
Tempat awal infeksi SARS-CoV-2 berada di sel epitel hidung karena
ekspresi ACE2 yang tinggi, sedangkan infeksi pada saluran pernapasan bagian
bawah disebabkan oleh penyebaran virus yang dimediasi melalui aspirasi ke
paru-paru.47 Pada amplop spike virus SARS-CoV-2 terdapat glikoprotein
(glikoprotein S) yang akan berikatan dengan reseptor selular berupa ACE2.
Setelah pengikatan ke reseptor, terjadi perubahan bentuk dalam protein S yang
memudahkan fusi amplop virus dengan membran sel melalui jalur endosom.
Selanjutnya, SARS-CoV-2 masuk dan melepaskan genom RNA ke dalam
sitoplasma sel. Terjadi duplikasi materi genetik dan sintesis protein-protein
Dalam respon imun yang sehat, peradangan awal menarik sel T spesifik
virus ke tempat infeksi sehingga sel yang terinfeksi dapat tersingkirkan
sebelum virus menyebar. Antibodi yang menetralisasi pada individu-individu
ini dapat memblokir virus, dan alveolar mengenali virus yang dinetralkan dan
sel yang mengalami apoptosis lalu membersihkannya dengan fagositosis.
Proses ini secara menyeluruh menyebabkan pembersihan virus dan kerusakan
paru yang minimal dan menghasilkan pemulihan. 53
1. Tanpa gejala
Keadaan ini adalah kondisi paling ringan. Pasien tidak terlihat adanya
gejala.
2. Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia.
Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek,
3. Sedang/Moderat
Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2-11 bulan,
≥50x/menit; usia 1-5 tahun, ≥40x/menit; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
4. Berat/Pneumonia Berat
Pada pasien anak ditemukan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan
bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini :
3. Pencitraan
Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto toraks
dan Computed Tomography Scan (CT-scan) toraks. Pada foto toraks dapat
ditemukan gambaran seperti opasifikasi ground-glass, infiltrat, penebalan
peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan atelektasis. Foto toraks kurang
sensitif dibandingkan CT scan, karena sekitar 40% kasus tidak ditemukan
kelainan pada foto toraks.
Berdasarkan telaah sistematis oleh Salehi, dkk. temuan utama pada CT
scan toraks adalah opasifikasi ground-glass (88%), dengan atau tanpa
konsolidasi, sesuai dengan pneumonia viral. Keterlibatan paru cenderung
bilateral (87,5%), multilobular (78,8%), lebih sering pada lobus inferior dengan
distribusi lebih perifer (76%). Penebalan septum, penebalan pleura,
bronkiektasis, dan keterlibatan pada subpleural tidak banyak ditemukan.
2.1.9 Diagnosis
Definisi operasional pada kasus COVID-19 di Indonesia mengacu pada
panduan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang
mengadopsi dari WHO :63
2. Kasus Probable
2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien terkonfirmasi COVID-19 berdasarkan
derajat keparahan yang dibedakan menjadi tanpa gejala, ringan, sedang,
berat dan kritis: 63
1. Tanpa Gejala
a. Isolasi mandiri selama 10 hari sejak terkonfirmasi baik di rumah
atau fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah
b. Non farmakologis berupa edukasi terkait tindakan yang perlu
dikerjakan seperti memakai masker saat keluar kamar, mencuci
tangan dengan air mengalir, physical distancing, menerapkan etika
batuk, berjemur matahari 10-15 menit setiap pagi hari, dan lainnya
c. Farmakologis
Pemberian vitamin C, vitamin D, obat-obatan suportif atau memiliki
antioksidan dapat diberikan
2. Derajat Ringan
a. Isolasi mandiri selama maksimal 10 hari sejak muncul gejala
ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan.
b. Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan
edukasi tanpa gejala)
c. Farmakologis
Pemberian vitamin C, vitamin D, dan antivirus serta pengobatan
simptomatis seperti parasetamol bila demam.
3. Derajat Sedang
a. Isolasi di rumah sakit ke ruang perawatan COVID-19/ rumah sakit
darurat COVID-19
2.1.11 Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghindari
terpapar virus penyebab. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan
dalam praktik kehidupan sehari-hari.64
1. Cuci tangan Anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik.
Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung
alkohol 60% jika air dan sabun tidak terseedia.
2. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengant angan yang belum
dicuci
3. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
4. Saat Anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat
Anda sakit atau segera ke fasilitas keseahtan yang sesuai, jangan banyak
beraktifitas di luar.
5. Tutupi mulut dan hidung Anda saat batuk atau bersin dengan tissue.
Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan.
6. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda
yang sering disentuh.
7. Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan
penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan
tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melinungi
seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha
pencegahan lain. Penggunaan masker harus dikombinasikan dengan
hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya.
8. Penggunaan masker medis yang tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak
perlu, karena selain dapat menambah beban secara ekonomi,
penggunaan masker uang salah dapat mengurangi keefektivitasannya
dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya ushaa
pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hygiene tangan dan
perilaku hidup sehat.
9. Cara penggunaan masker medis yang efektif :
a. Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,
kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara
masker dan wajah
b. Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
2.2 Pengetahuan
2.2.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu atau hasil penginderaan manusia
terhadap suatu objek melalui indra yang ia miliki. Panca indra manusia yang
meliputi pendengaran, penglihatan, penciuman, raba, dan rasa merupakan
bentuk penginderaan. pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
a. Lingkungan
Lingkungan menyumbang beberapa informasi yang dapat mempertajam
polapikir. Lingkungan adalah suatu bentuk dari dukungan sosial seperti
teman sebaya, guru, dan orangtua.
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, pada umumnya semakin baik juga pengetahuannya.
d. Sosial Ekonomi
Pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia
dan diperlukan adanya hubungan sosial yang baik dalam pekerjaan.
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka cenderung
pengetahuannya akan semakin meningkat. Selain itu, penghasilan yang
cukup besar maka seseorang akan mampu menyediakan fasilitas sebagai
sumber informasi
e. Usia
Usia mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Seseorang yang
memiliki usia yang lebih tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan yang dimiliki. Semakin tinggi usia seseorang, maka semakin
banyak pengetahuan yang diperoleh.
2.4 Perilaku
Pengetahuan Coronavirus
Coronaviridae
Sikap SARS-CoV-2
COVID-19
(Coronavirus Disease
2019)
Perilaku Pencegahan
- Media
Informasi
- Pendidikan
- Lingkungan
- Sosial
Mahasiswa
Kedokteran Perbedaan
Tingkat
Pengetahuan,
Sikap, dan
Mahasiswa
Tindakan
Non-
Pencegahan
Kedokteran
COVID-19
Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi :
Kriteria eksklusi :
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus besar sampel
untuk analitik kategorik
( 𝑍𝛼 √2𝑃𝑄+𝑍𝛽√𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2 )2
n1 = n2 = (𝑃1−𝑃2)2
Keterangan :
( 1,96 √2𝑥0,6𝑥0,4+0,842√0,5𝑥0,5+0,7.0,3 )2
n1 = n2 = (0,5−0,7)2
n1 = n2 = 93,026
1. Variabel Bebas
2. Variabel Tergantung
Jumlah pertanyaan 9
Jumlah jawaban 3 (Ya, Tidak, Tidak tahu)
Skor tertinggi Jawaban yang benar diberi poin 2
Skor terendah Jawaban salah diberi poin 1 dan tidak
tahu diberi poin 0
Jumlah skor tertinggi Skoring tertinggi x jumlah
pertanyaan
=2x9
= 18
Jumlah skor terendah Skoring terendah x jumlah
pertanyaan
=0x9
=0
Kategori (K) 3 (Baik, Cukup, Kurang)
Range (R) Jumlah skor tertinggi – jumlah skor
terendah
= 18 - 0
= 188
Interval (I) Range (R)
= 18 ÷ 3
=6
=6
Jumlah Pertanyaan 7
Jumlah Jawaban 4 (Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak
Setuju (STS)
Skor setiap jawaban dari Sangat Setuju (SS) : diberi
pertanyaan favorable poin 4
Setuju (S) : diberi
poin 3
Tidak Setuju (TS) : diberi poin
2
Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi
poin 1
Jumlah skor terendah Skoring terendah x jumlah
pertanyaan
=1x7
=7
Jumlah skor tertinggi Skoring tertinggi x jumlah
pertanyaan
=4x7
= 28
Kategori (K) 2 (Baik, Buruk)
• Skor ≥ 14 = Baik
• Skor < 14 = Buruk
• Skor 45 – 60 = Baik
• Skor 30 – 44 = Cukup
• Skor <30 = Kurang
4.5.4 Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner
Berdasarkan hasil yang terdapat pada tabel 4.6 diketahui bahwa nilai r
hitung untuk kuesioner ini menunjukkan semua nilai r hitung > r table (0,355).
Hasil perhitungan rtabel diperoleh nilai sebesar 0,355 yang didapat dari nilai
rtabel untuk N-2 = 31-2 = 29 pada taraf signifikan 5%. Oleh karena itu, semua
item pertanyaan dapat dikatakan valid.
Data penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner
yang diisi oleh sampel penelitian yang mana saat kuesioner dibagikan, peneliti
terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian, kuesioner yang digunakan serta
bagaimana cara pengisian kuesioner tersebut, sehingga responden dapat
mengerti dan juga dapat mengisi kuesioner dengan benar. Untuk penyebaran
kuesionernya dilakukan melalui Google Form (kuesioner online).
1. Editing
Editing adalah tahapan untuk meneliti kelengkapan data
yang diperoleh melalui kuesioner. Tahap editing mencakup
kelengkapan data, kesalahan data, kejelasan jawaban dan tulisan,
konsistensi jawaban dan relevansinya dari setiap data yang
diperoleh. Peneliti mengumpulkan dan memverifikasi kembali
kelengkapan data dari hasil kuesioner. Hasil editing didapatkan
semua data lengkap dan benar.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit, pengkodean dilakukan pada
setiap data variabel. Pemberian kode ini berguna dalam proses
analisis data (entry data).
3. Entry
Memasukkan dan mengolah data berupa jawaban dari
masing-masing responden yang telah dikonversikan dalam kode
dengan menggunakan program computer.
4. Cleaning
Cleaning merupakan pembersihan data dari kesalahan memasukkan
data. Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalah-kesalaha kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan
atau koreksi
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik
responden dan masing-masing variabel yang diteliti
2. Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan uji statistic Chi-Square dengan derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05), maka perhitungan statistik dianggap
bermakna (signifikan) jika p value < 0,05
1. Zhong BL, Luo W, Li HM, et al. Knowledge, attitudes, and practices towards
COVID-19 among chinese residents during the rapid rise period of the
COVID-19 outbreak: A quick online cross-sectional survey. Int J Biol Sci.
2020;16(10):1745-52.
3. Ferdous MZ, Islam MS, Sikder MT, Mosaddek ASM, Zegarra-Valdivia JA,
Gozal D. Knowledge, attitude, and practice regarding COVID-19 outbreak
in Bangladesh: An onlinebased cross-sectional study. PLoS One. 2020;15(10
October):1-17.
5. Gorbalenya AE, Baker SC, Baric RS, et al. The species Severe acute
respiratory syndrome-related coronavirus: classifying 2019-nCoV and
naming it SARS-CoV-2. Nat Microbiol. 2020;5(4):536-44.
10. Vaira LA, Salzano G, Deiana G, De Riu G. Anosmia and Ageusia: Common
Findings in COVID-19 Patients. Laryngoscope. 2020;130(7):1787.
14. WHO. Coronavirus disease 2019 ( COVID-19 ) Situation Report - 42. 2020.
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200330-sitrep-70-covid-19.pdf - Diakses 9 Januari 2021
24. Rubin JE, Crowe SE. Knowledge and Perceptions of COVID-19 Among the
General Public in the United States and the United Kingdom: A Cross-
sectional Online Survey. Ann Intern Med. 2020;173(1):ITC1-ITC14.
27. Dinas Komunikasi dan Informatika Sumatera Barat. Info Covid-19 Sumatera
Barat. 2021. https://sumbarprov.go.id/home/news/20281-info-covid-19-
sumbar-sabtu-17-april-2021 - Diakses 5 Mei 2021
30. Park SE. Epidemiology , virology , and clinical features of severe acute
respiratory syndrome -coronavirus-2 ( SARS-CoV-2 ; Coronavirus Disease-
19 ). 2020;63(4):119-24.
33. N van D, T B, Morris DH, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-
CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. N Engl J Med. 2020:1-3.
34. Ong SWX, Tan YK, Chia PY, et al. Air, Surface Environmental, and
Personal Protective Equipment Contamination by Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) from a Symptomatic Patient.
JAMA - J Am Med Assoc. 2020;323(16):1610-2.
36. Cai H. Sex difference and smoking predisposition in patients with COVID-
19. Lancet Respir Med. 2020;8(4):e20.
37. Fang L, Karakiulakis G, Roth M. Are patients with hypertension and diabetes
mellitus at increased risk for COVID-19 infection? Lancet Respir Med.
2020;8(4):e21.
39. Xia Y, Jin R, Zhao J, Li W, Shen H. Risk of COVID-19 for patients with
cancer. Lancet Oncol. 2020;21(4):e180.
40. Bangash MN, Patel J, Parekh D. COVID-19 and the liver: little cause for
concern. Lancet Gastroenterol Hepatol. 2020;5(6):529-30.
44. Centers for Disease Control and Prevention. Interim Guidance for Managing
Healthcare Personnel with SARS-CoV-2 Infection. 2021.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/guidance-risk-assesment-
46. Wang J, Zhou M, Liu F. Reasons for healthcare workers becoming infected
with novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) in China. J Hosp Infect.
2020;105(1):100-1.
47. Hou YJ, Okuda K, Edwards CE, et al. SARS-CoV-2 Reverse Genetics
Reveals a Variable Infection Gradient in the Respiratory Tract. Cell.
2020;182(2):429-46.e14.
48. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, et al. Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini. J Penyakit Dalam Indones. 2020;7(1):45.
51. Lumbers ER, Delforce SJ, Pringle KG, Smith GR. The Lung, the Heart, the
Novel Coronavirus, and the Renin-Angiotensin System; The Need for
Clinical Trials. Front Med. 2020;7(May):1-7.
53. Tay MZ, Poh CM, Rénia L, MacAry PA, Ng LFP. The trinity of COVID-19:
immunity, inflammation and intervention. Nat Rev Immunol.
2020;20(6):363-74.
55. Centers for Disease Control and Prevention. Symptoms of COVID-19. 2020.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/symptoms-
testing/symptoms.html - Diakses 10 Januari 2022
57. Yan G, Lee CK, Lam LTM, et al. Covert COVID-19 and false-positive
dengue serology in Singapore. Lancet Infect Dis. 2020;20(5):536.
58. WHO. Infection prevention and control during health care when COVID-19
is suspected: interim guidance. Clinics in Chest Medicine. Published 2020.
https://apps.who.int/iris/handle/10665/331495 - Diakses 14 Mei 2021
62. Ma H, Zeng W, He H, et al. Serum IgA, IgM, and IgG responses in COVID-
19. Cell Mol Immunol. 2020;17(7):773-5.
63. Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, et al. Buku Tatalaksana COVID-19 5
OP Edisi 4. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2022.
65. Wawan A, Dewi M. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
TOTAL 500.000
Padang, 2022
Responden
( )
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama
2. Jenis kelamin
3. Fakultas/Jurusan
4. Angkatan
5. Sumber informasi
(Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian)