Anda di halaman 1dari 64

PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU

MAHASISWA KEDOKTERAN DAN NON-KEDOKTERAN


UNIVERSITAS ANDALAS TERHADAP COVID-19

Proposal Penelitian Skripsi

Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai


Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

MIFTAH SALSHABILLA
NIM : 1810312108

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas i


PERBANDINGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU
MAHASISWA KEDOKTERAN DAN NON-KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS TERHADAP COVID-19

Proposal Penelitian Skripsi

Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai


Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan
Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

MIFTAH SALSHABILLA
NIM : 1810312108

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas i


PERSETUJUAN PROPOSAL OLEH PEMBIMBING
Persetujuan ini telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL(K)., FICS dr. dr. Fathiya Juwita Hanum, Sp. Onk. Rad
NIP. 198005062008121002 NIP. 1986060420101220008

Mengetahui:
Wakil Dekan I
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Dr. dr. Efrida, Sp.PK (K), M.Kes


NIP. 197010021999032002

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ii


PENGESAHAN PENGUJI

Proposal ini telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas

Padang, 2021

Tim Penguji

Nama Jabatan Tanda Tangan

dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL(K)., FICS Pembimbing 1

dr. dr. Fathiya Juwita Hanum, Sp. Onk. Rad Pembimbing 2

Prof. Dr. Nuzulia Irawati, MS Penguji 1

dr. Husna Yetti, PhD Penguji 2

Dra. Asterina, MS Penguji 3

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas iii


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah Swt karena atas


rahmat dan karunia-Nya, serta selawat kepada Rasulullah Saw, sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Perbandingan Tingkat
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mahasiswa Kedokteran dan Non-Kedokteran
Universitas Andalas terhadap COVID-19”.
Keberhasilan dalam penyusunan proposal skripsi ini telah banyak dibantu
oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. dr. Afriwardi, SH, Sp.KO,,MA selaku dekan Fakultas Kedokteran


Universitas Andalas.
2. dr. Dolly Irfandy, Sp.THT-KL(K).,FICS dan dr. Fathiya Juwita Hanum, Sp.
Onk. Rad selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam penyusunan proposal
skripsi ini.
3. Dr. Bobby Indra Utama, Sp.OG (K) selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan semangat kepada penulis untuk selalu memperbaiki diri ke arah
yang lebih baik.
4. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang telah
membantu penulis selama masa studi.
6. Bunda Efa Milyati, Papa Hendri Jaya, kedua saudari penulis Puti Raihanah
Khansa dan Maura Najwa Maitsa yang selalu menjadi motivasi dan pendukung
nomor satu dalam setiap langkah penulis.
7. Terakhir untuk saudara, sahabat, dan semua pihak yang selalu memberikan
dukungan doa, moral dan materil untuk kesuksesan penulis.

Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada


semua pihak yang telah banyak membantu. Penulis berharap semoga penelitian ini

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas iv


dapat bermanfaat terutama untuk kesehatan manusia dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Akhir kata, penulis sangat berharap atas kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini. Terimakasih.

Padang, Februari 2022

Miftah Salshabilla

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas v


DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PROPOSAL OLEH PEMBIMBING ii


PENGESAHAN PENGUJI iii
KATA PENGANTAR IV
DAFTAR ISI VI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR ISTILAH ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1 11
PENDAHULUAN 11
1.1 Latar Belakang 11
1.2 Rumusan Masalah 14
1.3 Tujuan Penelitian 14
1.3.1. Tujuan Umum 14
1.3.2. Tujuan Khusus 14
1.4 Manfaat Penelitian 15
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti 15
1.4.2 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan 15
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan 15
1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti Lain 15
BAB 2 16
TINJAUAN PUSTAKA 16
2.1 COVID-19 16
2.1.1 Definisi 16
2.1.2 Epidemiologi 16
2.1.3 Virologi 17
2.1.4 Cara Penularan 18
2.1.5 Faktor Risiko 19
2.1.6 Patogenesis 20
2.1.7 Manifestasi Klinis 22
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 24
2.1.9 Diagnosis 25
2.1.10 Penatalaksanaan 27
2.1.11 Pencegahan 28
2.2 Pengetahuan 30
2.2.1. Definisi Pengetahuan 30
2.2.2. Tingkat Pengetahuan 31
2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 31
2.2.4. Pengukuran Pengetahuan 32
2.3 Sikap 33
2.3.1. Definisi Sikap 33
2.3.2. Perubahan dan Pembentukan Sikap 33
2.3.3. Pengukuran Sikap 33
2.4 Perilaku 33
2.4.1. Definisi Perilaku 33
2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku 34
2.5 Kerangka Teori 35

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas vi


BAB III 36
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 36
3.1 Kerangka Konsep 36
3.2 Hipotesis Penelitian 36
BAB IV 37
METODE PENELITIAN 37
4.1 Jenis Penelitian 37
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 37
4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 37
4.3.1 Populasi Penelitian 37
4.3.2 Sampel Penelitian 37
4.3.3 Besar Sampel Penelitian 38
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian 38
4.4 Definisi Operasional 39
4.4.1 Klasifikasi Variabel 39
4.4.2 Definisi Operasional 39
4.5 Instrumen Penelitian 40
4.5.1 Kuesioner Pengetahuan COVID-19 40
4.5.2 Kuesioner Sikap terhadap COVID-19 42
4.5.3 Kuesioner Perilaku Pencegahan COVID-19 43
4.5.4 Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner 44
4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data 45
4.7 Pengolahan dan Analisis Data 46
4.7.1 Pengolahan Data 46
4.7.2 Analisis Data 47
DAFTAR PUSTAKA 48
DAFTAR LAMPIRAN 56

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas vii


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Tabel Perhitungan Pengetahuan dengan skala Guttman


Tabel 4.2 : Perhitungan Sikap dengan skala Likert
Tabel 4.3 : Perhitungan Perilaku dengan skala Likert
Tabel 4.5 : Skor Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Tabel 5.1 : Time Table Kegiatan Penelitian dan Skripsi
Tabel 5.2 : Rancangan Anggaran Biaya Penelitian
Tabel 5.3 : Karakteristik Responden
Tabel 5.4 : Perbandingan Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.5 : Perbandingan Sikap Responden
Tabel 5.6 : Perbandingan Perilaku Responden

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas viii


DAFTAR ISTILAH

ARDS : Acute Respiratory Distress Syndrome


ACE-I : Angiotensin Converting Enzyme-Inhibitor
ACE2 : Angiotensin Converting Enzyme 2
APD : Alat Pelindung Diri
ARB : Angiotensin Receptor Blocker
CAP : Community-Acquired Pneumonia
CDC : Center for Disease Control and Prevention
COVID-19 : Coronavirus Disease 2019
CT-Scan : Computed Tomography Scan
ESC : European Society of Cardiology
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Kemendikbud : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
MERS-CoV : Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus
MERS : Middle East Respiratory Syndrome
PHEIC : Public Health Emergency of International Concern
PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
RNA : Ribo Nucleic Acid
RT-PCR : Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction
SARI : Severe Acute Respiratory Infection
SARS-CoV-2 : Severe Acute Respiratory Sundrome Coronavirus-2
SARS-CoV : Severe Acute Respiratory Sundrome Coronavirus
WHO : World Health Organization

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ix


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rancangan Jadwal Kegiatan Skripsi 56


Lampiran 2 : Rancangan Anggaran Biaya Penelitian 56
Lampiran 3 : Informed Consent dan Persetujuan Responden 57
Lampiran 4 : Kuesioner Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku 58
terhadap COVID-19
Lampiran 5 : Dummy Table 62

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas x


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Corona Virus Disease – 19 atau biasa dikenal dengan COVID-19


merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan
muncul pertama kali pada akhir tahun 2019 di Wuhan (Provinsi Hubei, China). 1
Sekitar delapan tahun setelah wabah Middle East Respiratory Syndrome
(MERS-CoV), wabah baru dari novel coronavirus (COVID-19) di Kota
Wuhan, Provinsi Hubei, China, muncul sebagai wabah global dan masalah
kesehatan masyarakat yang signifikan.2 Wabah ini kemudian menyebar ke
berbagai negara di dunia. Pada 30 Januari 2020, WHO mengumumkan bahwa
COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian
internasional (PHEIC).3 Kemudian WHO mendeklarasikan COVID-19 sebagai
pandemi pada tanggal 11 Maret 2020.4

Penyakit virus corona (COVID-19) merupakan penyakit menular dari


coronavirus jenis baru yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).5 Coronavirus merupakan virus RNA
berantai tunggal positif yang termasuk dalam subfamili Orthocoronavirinae
dengan karakteristik paku “seperti mahkota” pada permukaannya. SARS-CoV-
2 adalah patogen zoonosis yang dapat ditularkan melalui interaksi hewan-ke-
manusia dan manusia-ke-manusia.6 Penularan SARS-CoV-2 dari manusia ke
manusia menjadi sumber penularan utama pada masa ini sehingga penyebaran
menjadi lebih agresif. Transmisi SARS-CoV-2 terjadi melalui droplet yang
keluar saat batuk atau bersin dari pasien simptomatik. 7 Masa inkubasi SARS-
CoV-2 berkisar antara 2-14 hari.8 Gejala yang dapat timbul meliputi demam,
batuk kering, dan kelelahan, bersamaan dengan gejala non-respiratory seperti
palpitasi, diare, atau sakit kepala. Gejala pernapasan biasanya muncul 3-7 hari
setelah terpapar. 9 Selain itu, anosmia dan ageusia juga menjadi gejala klinis
yang sering timbul dengan frekuensi 19,4 % hingga 88% pasien.10,11

Pada 30 November 2020, penyakit yang sangat menular ini telah


menyebar ke 216 negara dan wilayah, menginfeksi 62.195.274 individu dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


total 1.453.355 kematian di seluruh dunia dan dengan tingkat mortalitas
2,34%.12 Laporan jumlah kasus baru ditemukan dalam seminggu terakhir
sebanyak 371.180 kasus. Kasus COVID-19 juga ditemukan meningkat pada
beberapa negara di Asia Tenggara, diantaranya India yang menempati urutan
pertama dengan 297.000 kasus baru yang disusul dengan Indonesia,
Bangladesh, Nepal, dan Myanmar. 13

Pada tanggal 2 Maret 2020, dilaporkan dua kasus COVID-19 pertama di


Indonesia.14 Kasus COVID-19 terus bertambah hingga 1.528 kasus positif
terkonfirmasi dengan 136 kematian sampai akhir Maret 2020. Virus korona
telah menginfeksi 1,65 juta orang sampai pada bulan April 2021. Akibat dari
wabah ini, telah terdata sebanyak 44.594 kematian. Sumatera Barat merupakan
salah satu provinsi di Indonesia dengan kasus positif COVID-19 yang cukup
tinggi. Per 17 April 2021, jumlah kasus positif mencapai 33.933 kasus dan 741
kasusnya meninggal. Sebagian besar kasus sekitar 47,83% kasus COVID-19 di
Sumatera Barat berasal dari Kota Padang.15

Seiring dengan pertambahan kasus COVID-19 di Indonesia, pemerintah


membuat kebijakan dan ketentuan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian
COVID-19. Langkah-langkah pencegahan COVID-19 yang dapat dilakukan
antara lain mencuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih,
menerapkan etika batuk dan bersin, serta menghindari kontak dengan siapapun
yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin.
Physical distancing dan social distancing juga diperlukan seperti menghindari
keramaian dan menjaga jarak dengan orang lain minimal satu meter. Selain itu,
WHO juga merekomendasikan penggunaan masker setiap ke luar rumah
sebagai langkah pencegahan COVID-19.16

Untuk menjamin keberhasilan dalam pengendalian dan pencegahan


COVID-19, kepatuhan masyarakat akan ketetapan yang dibuat oleh pemerintah
berperan penting dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19 yang
sebagian besar dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap
COVID-19.1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


Salah satu dampak pandemi COVID-19 adalah terdapatnya pendidikan
di seluruh dunia, yang mengarah kepada penutupan luas sekolah, madrasah,
universitas, dan pondok pesantren. Sehubungan dengan perkembangan
tersebut, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) turut
mengambil kebijakan sebagai panduan dalam menghadapi penyakit tersebut di
tingkat satuan Pendidikan. Secara global, hasil pantauan UNESCO
menyebutkan bahwa sampai 13 April sebanyak 191 negara telah menerapkan
penutupan nasional yang terdampak kepada 1.575.270.054 siswa (91,3% dari
populasi siswa dunia).17
Wabah tersebut berdampak pada semua golongan yang memiliki
kepentingan dalam bidang Pendidikan yang mana hal ini belum pernah terjadi
sebelumnya. Salah satu diantaranya adalah mahasiswa. Mahasiswa mewakili
kelompok khusus yang bercirikan masyarakat yang lebih banyak otonomi dan
kebutuhan mendesak untuk hidup mandiri, namun memiliki pengalaman hidup
yang kurang. Dengan demikian, persepsi dan perilaku mereka mungkin akan
sangat dipengaruhi oleh pandemi ini.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ifon Driposwana didapatkan bahwa
setelah satu tahun lebih pandemi, sekitar 65% mahasiswa kesehatan tidak patuh
berprotokol kesehatan COVID-19.18 Hasil penelitian lain yang dilakukan pada
mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) didapatkan bahwa mayoritas
mahasiswa mematuhi protokol kesehatan namun masih ditemukan mahasiswa
yang tidak mematuhi protokol kesehatan.19
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada masyarakat
Sulawesi Utara, tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan perilaku
pencegahan COVID-19.20 Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
semakin baik pula perilaku pencegahan COVID-19. Di Sumatera Barat,
diantara jumlah penduduk sebanyak 5,6 juta jiwa hanya 7,86% yang
mengenyam pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi. 21
Mahasiswa merupakan kelompok risiko tinggi terinfeksi COVID-19
dengan tanpa gejala sehingga berpotensi menjadi sumber penular bagi orang
disekitarnya. Mahasiswa sebagai kaum berpendidikan juga berperan menjadi
garda terdepan pencegahan COVID-19 di masyarakat.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


Kerjasama masyarakat termasuk mahasiswa sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya penularan dan penyebaran COVID-19. Mahasiswa
sebagai salah satu elemen masyarakat yang memiliki potensi menjadi agen
perubahan diharapkan mampu menjadi contoh bagi masyarakat dalam
penerapan protokol kesehatan. Selain itu, mahasiswa juga mampu
berkontribusi melalui berbagai inovasi dalam upaya mempromosikan
kesehatan dan pencegahan COVID-19.
Berdasarkan atas uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terkait perbandingan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
mahasiswa kedokteran dan non kedokteran Universitas Andalas terhadap
COVID-19.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka


didapatkan rumusan pertanyaan penelitian ini ialah “Bagaimana Perbandingan
Tingkat Pengetahuan, Sikap, Perilaku Mahasiswa Kedokteran dan Non-
Kedokteran Universitas Andalas terhadap COVID-19?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku


Mahasiswa Kedokteran dan Non-Kedokteran Universitas Andalas Terhadap
COVID-19

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan COVID-19 pada Mahasiswa
Kedokteran dan Non-Kedokteran di Universitas Andalas
2. Untuk mengetahui sikap terhadap COVID-19 pada Mahasiswa
Kedokteran dan Non- Kedokteran di Universitas Andalas

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


3. Untuk mengetahui perilaku pencegahan COVID-19 pada Mahasiswa
Kedokteran dan Non-Kedokteran di Universitas Andalas.
4. Untuk mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan, sikap, dan
perilaku pencegahan COVID-19 pada Mahasiswa Kedokteran dan Non-
Kedokteran di Universitas Andalas

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan salah satu bentuk pengaplikasian ilmu


pengetahuan yang diperoleh sehingga dapat mengembangkan pemahaman dan
kapabilitas peneliti di bidang penelitian. Selain itu, penelitian ini juga dapat
meningkatkan wawasan peneliti mengenai COVID-19.

1.4.2 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan panduan, dasar, dan sumber


data bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai COVID-19.

1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan evaluasi dan


gambaran untuk melakukan strategi dalam edukasi mengenai COVID-19
kepada mahasiswa.

1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan dan


pendukung pada penelitian lanjutan yang berkaitan dengan COVID-19.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 COVID-19
2.1.1 Definisi
Penyakit Coronavirus 2019 merupakan penyakit saluran pernapasan
yang disebabkan oleh virus corona baru yang merupakan penyakit menular dan
ditemukan di Wuhan China pada akhir 2019.Virus penyebab penyakit ini
disebut dengan 2019 Novel Corona Virus atau Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) karena homologinya yang tinggi
dengan SARS-CoV, yang menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut
(ARDS) dan kematian yang tinggi selama 202-2003.6,22

Pada 30 Januari 2020, WHO mengumumkan bahwa COVID-19 sebagai


darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC).
Kemudian pada tanggal 11 Maret 2020 WHO mendeklarasikan COVID-19
sebagai pandemi.3,4

2.1.2 Epidemiologi
Pada bulan Desember akhir tahun 2019 muncul kasus COVID-19 pertama
kalinya di Wuhan, China. Pada tanggal 25 Januari 2020, telah terkonfirmasi
total kasus terinfeksi COVID-19 sebanyak 1.975 kasus di China dengan total
56 kematian.23 Kasus tersebut kemudian terus bertambah hingga mencapai
7.734 kasus terkonfirmasi di China dan 90 kasus lainnya dilaporkan dari
beberapa negara termasuk Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, Nepal, Sri
Langka, Cambodia, Jepang, Singapura, Korea, Uni Emirat Arab, Amerika,
Filipina, India, Australia, Kanada, Finlandia, Perancis, dan Jerman. 24

Per 30 Maret 2020, terdapat 693.224 kasus dan 33.106 kematian di seluruh
dunia. Eropa dan Amerika Utara kemudian menjadi pusat pandemi COVID-
19, dengan kasus dan kematian sudah melampaui China. Amerika Serikat
dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan penambahan kasus baru sebanyak
19.332 kemudian Spanyol dengan 6.549 kasus baru. Italia merupakan negara
dengan tingkat mortalitas tertinggi di dunia yaitu 11,3%.25

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


Pada November 2020, kasus baru COVID-19 terus bertambah di Asia
Tenggara sebanyak 371.180 kasus. Kenaikan jumlah kasus baru dijumpai pada
beberapa daerah di Asia Tenggara dengan India sebagai urutan pertama dan
disusul oleh Indonesia, Bangladesh, Nepal, dan Myanmar. Wabah COVID-19
terus menyebar ke 213 negara termasuk Indonesia.13 Berdasarkan data WHO,
terdapat 133.538.036 kasus terkonfirmasi dengan total 2.894.010 kasus
kematian pada 09 April 2021.26

Kasus COVID-19 muncul pertama kali di Indonesia sebanyak dua kasus


pada tanggal 2 Maret 2020.14 Data 9 April 2021 menunjukkan kasus yang
terkonfirmasi berjumlah 1.552.880 kasus dan 42.227 kasus kematian. Pada
April 2021, Sumatera Barat memecahkan rekor tertinggi angka positivity rate
yang mencapai 17,6 % setelah sebelumnya positivity rate berada pada angka
16% . Total kasus positif mencapai 33.933 orang dengan 741 kasus kematian.
Kasus terkonfirmasi positif terbanyak di Sumatera Barat berasal dari Kota
Padang dengan jumlah 61 orang.27

2.1.3 Virologi
Infeksi COVID-19 disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Coronavirus merupakan virus RNA
beruntai tunggal positif yang termasuk dalam subfamili Orthocoronavirinae
dengan karakteristik paku “seperti mahkota” pada permukaannya.28

Coronavirus adalah anggota dari subfamili coronavirinae dalam keluarga


coronaviridae dan ordo Nidovirales. Subfamili coronavirinae dibagi menjadi
empat jenis yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronaviruus, dan
deltacoronavirus. Sejauh ini, terdapat 6 coronavirus yang diketahui telah
menyebabkan penyakit pada manusia yaitu dua dari jenis alphacoronavirus
(HCoV 229E dan NL63) dan empat dari jenis betacoronavirus (HCoV
OC43,HKUI, SARS-CoV, dan MERS-CoV).5

Pengurutan keseluruhan genom dari SARS-CoV-2 menunjukkan bahwa


SARS-CoV-2 adalah sebuah betacoronavirus yang baru yang berbeda dari
SARS-CoV. Urutan nukleotida dari SARS-CoV menunjukkan 79,0% dan
51,8% kemiripan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. SARS-CoV-2 juga

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


terkait erat dengan bat-origin SARS-like coronavirus (batSL-CoVZC45)
dengan 87,6%-89% kemiripan.29 Berdasarkan data pengurutan genom virus,
kelelawar dianggap menjadi reservoir SARS-CoV-2, tetapi host perantara
belum diketahui.30

SARS-CoV-2 masuk ke sel inang melalui pengikatan protein spike dengan


reseptor sel inang. Beberapa studi menunjukkkan bahwa SARS-CoV-2
berikatan dengan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2), sama
seperti yang dilakukan oleh SARS-CoV. SARS-CoV-2 pertama kali diisolasi
dari sampel bronchiolar lavage. RNA SARS-CoV-2 juga terdeteksi dalam
swab nasofaring dan tenggorokan serta darah, tinja, urin, dan air liur. 30

Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering


pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200mm. semua virus ordo Nidovirales
memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom
RNA sangat panjang. Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus
dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S berperan dalam
penempelan dan masuknya virus ke dalam host. Coronavirus bersifat sensitif
terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh disinfektan
mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56°C selama 30 menit, eter,
alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan
kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus. 7

2.1.4 Cara Penularan


Penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber
penularan utama pada masa ini sehingga penyebaran menjadi lebih agresif.
Transmisi SARS-CoV-2 terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau
bersin dari pasien simptomatik.7

Perkiraan penularan dari karier asimtomatis ditemukan dalam sejumlah


laporan kasus, akan tetapi mekanisme pastinya belum diketahui. Umumnya
terdapat riwayat kontak erat dengan pasien COVID-19 kasus-kasus tersebut. 7,8
Infeksi SARS-CoV-2 pada neonatus juga didapatkan pada beberapa penelitian.
Namun, transmisi vertikal dari ibu hamil kepada janin belum terbukti pasti
dapat terjadi. Jika memang dapat terjadi, data menunjukkan peluang transmisi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


vertical tergolong kecil.7,31 Pemeriksaan virologi cairan amnion, darah tali
pusat, dan air susu ibu pada ibu yang positif COVID-19 ditemukan negatif. 31

Berdasarkan hasil biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum,
SARS-CoV-2 telah terbukti menginfeksi saluran cerna. Virus dapat terdeteksi
di feses, bahkan sekitar 23 pasien yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi
dalam feses meskipun sudah tidak terdeteksi pada sampel saluran napas. Kedua
hal tersebut menguatkan dugaan adanya transmisi melalui fecal-oral.32

Stabilitas SARS-CoV-2 pada benda mati tidak berbeda jauh


dibandingkan SARS-CoV. Eksperimen yang dilakukan van Dorelamen, dkk.
memperlihatkan bahwa SARS-CoV-2 lebih stabil pada bahan plastik dan
stainless steel (>72 jam) dibandingkan tembaga (4 jam) dan kardus (24 jam). 33
Virus dapat dideteksi di gagang pintu, dudukan toilet, tombol lampu, jendela,
lemari, hingga kipas ventilasi, namun tidak pada sampel udara. 34

2.1.5 Faktor Risiko


Insidensi dari infeksi SARS-CoV-2 paling sering terlihat pada pasien
laki-laki dewasa dengan rentang usia 34-59 tahun. 8,35 SARS-CoV-2 juga lebih
mungkin menginfeksi seseorang dengan komorbid kronik seperti penyakit
kardiovaskular, serebrovaskular, dan diabetes.35 Penyakit komorbid hipertensi
dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif merupakan
faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Prevalensi perokok aktif yang lebih
tinggi diduga berhubungan dengan persebaran yang lebih banyak pada laki-
laki. Adanya peningkatan ekspresi reseptor ACE2 diduga terjadi pada perokok,
hipertensi, dan diabetes mellitus. 36,37

Pengguna penghambat ACE (ACE-I) atau angiotensin receptor blocker


(ARB) diduga berisiko mengalami COVID-19 yang lebih berat. European
Society of Cardiology (ESC) menyatakan belum ada bukti meyakinkan akan
manfaat positif atau negatif obat golongan ACE-i atau ARB, sehingga
pengobatan pada pengguna kedua jenis obat ini sebaiknya tetap dilanjutkan. 38

Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi
SARS-CoV-2. Kanker dihubungkan dengan reaksi imunosupresif, sitokin yang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi, dan gangguan maturasi sel
dendritik.39 Penurunan respons imun terjadi pada pasien dengan sirosis atau
penyakit hati kronik sehingga rentan terkena COVID-19 dan bisa terjadi luaran
yang lebih buruk.40 Penelitian yang dilakukan di China menemukan bahwa dari
261 pasien COVID-19 yang memiliki komorbid, 10 pasien di antaranya adalah
dengan kanker dan 23 pasien dengan hepatitis B.41
Infeksi saluran napas akut yang menyerang pasien HIV umumnya
memiliki risiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tidak HIV.
Namun, hingga saat ini belum ada studi yang mengaitkan HIV dengan infeksi
SARS-CoV-2.42 Hubungan infeksi SARS-CoV-2 dengan hipersensitivitas dan
penyakit autoimun juga belum dilaporkan. Studi meta-analisis yang dilakukan
oleh Yang, dkk. menunjukkan bahwa pasien COVID-19 dengan riwayat
penyakit sistem respirasi akan cenderung memiliki manifestasi klinis yang
lebih parah.43
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menetapkan
beberapa faktor risiko lain diantaranya adalah kontak erat, termasuk tinggal
satu rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit.
Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2
meter) dianggap sebagai risiko rendah.44 Tenaga medis merupakan salah satu
populasi yang berisiko tinggi tertular. Di Italia, sekitar 9% kasus COVID-19
adalah tenaga medis.45 Di China, lebih dari 3.300 tenaga medis juga terinfeksi,
dengan mortalitas sebesar 0,6%.46

2.1.6 Patogenesis
Tempat awal infeksi SARS-CoV-2 berada di sel epitel hidung karena
ekspresi ACE2 yang tinggi, sedangkan infeksi pada saluran pernapasan bagian
bawah disebabkan oleh penyebaran virus yang dimediasi melalui aspirasi ke
paru-paru.47 Pada amplop spike virus SARS-CoV-2 terdapat glikoprotein
(glikoprotein S) yang akan berikatan dengan reseptor selular berupa ACE2.
Setelah pengikatan ke reseptor, terjadi perubahan bentuk dalam protein S yang
memudahkan fusi amplop virus dengan membran sel melalui jalur endosom.
Selanjutnya, SARS-CoV-2 masuk dan melepaskan genom RNA ke dalam
sitoplasma sel. Terjadi duplikasi materi genetik dan sintesis protein-protein

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


yang di butuhkan virus di dalam sel. Genom RNA virus akan diterjemahkan
menjadi dua polyprotein (pp1a dan pp1ab) dan protein struktural. Kemudian
genom virus akan mulai untuk bereplikasi. Protein virus dan genom RNA
berikutnya dirakit menjadi virion di retikulum endoplasma dan Golgi dan
kemudian diangkut melalui vesikel dan dilepaskan keluar dari sel. 48

Begitu masuk ke paru-paru, SARS-CoV-2 dapat menginfeksi


pneumosit tipe II.47 Replikasi virus yang cepat karena penghindaran kekebalan
menyebabkan aktivasi tertunda dari makrofag paru, menyebabkan inflamasi
lokal yang luas dan peningkatan permeabilitas vaskular, menarik
monosit/makrofag dan neutrophil dan menyebabkan akumulasi cairan di
alveoli. 49,50

Lebih lanjut, inaktivasi ACE2 dengan mengikat SARS-CoV-2


mencegah konversi angiotensin II pro inflamasi menjadi angiotensin anti-
inflamasi, yang selanjutnya memperburuk peradangan dan kerusakan yang
disebabkan virus.51 Akumulasi cairan mencegah paru-paru terisi udara,
menyebabkan sesak napas dan pneumonia, menyebabkan cedera paru dan
kematian. Kerusakan paru-paru juga memungkinkan virus memasuki sistem
peredaran darah, mengakibatkan viremia dan menyerang organ lain yang
mengekspresikan ACE2, termasuk jantung, ginjal, dan saluran pencernaan. 52

Dalam respon imun yang sehat, peradangan awal menarik sel T spesifik
virus ke tempat infeksi sehingga sel yang terinfeksi dapat tersingkirkan
sebelum virus menyebar. Antibodi yang menetralisasi pada individu-individu
ini dapat memblokir virus, dan alveolar mengenali virus yang dinetralkan dan
sel yang mengalami apoptosis lalu membersihkannya dengan fagositosis.
Proses ini secara menyeluruh menyebabkan pembersihan virus dan kerusakan
paru yang minimal dan menghasilkan pemulihan. 53

Pada tahap awal pandemi, penyebab utama kematian diperkirakan


karena ARDS, yang disebabkan oleh produksi sitokin pro inflamasi yang
berlebihan dan berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan jaringan yang
luas. Bagaimanapun, tingkat sitokin seperti IL-1β, IL-1RA, IL-6, IL-8, IL-18,
dan TNF-α pada pasien COVID-19 terbukti meningkat pada tingkat yang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


diharapkan pada pasien sakit kritis, termasuk mereka dengan kasus COVID-19
yang parah, dan tidak berbeda dari yang diamati pada pasien ARDS atau
sepsis.54

Studi yang lebih baru menunjukkan bahwa penyebab kematian pada


pasien COVID-19 antara lain gagal napas, stroke, cedera miokard, aritmia,
koagulopati, gagal ginjal, dan infeksi bakteri sekunder. Faktanya, saat ini
dipercaya bahwa mortalitas dan morbiditas yang diinduksi COVID-19
disebabkan oleh runtuhnya kekebalan yang ditandai dengan hilangnya sel imun
(sel B dan T) di limpa dan organ limfoid sekunder.

Dengan demikian, ketidakmampuan untuk mengontrol replikasi virus


pada tahap awal penyakit menyebabkan penyakit parah dan kematian akibat
gangguan dan/ atau penundaan respons imun. Hal ini juga menyebabkan para
lansia sangat terpengaruh oleh COVID-19.

2.1.7 Manifestasi Klinis


Seseorang yang terinfeksi COVID-19 memiliki gejala yang bervariasi
mulai dari ringan, sedang, hingga berat, bahkan dalam beberapa kasus
mengakibatkan kematian. Gejala muncul sekitar 2-14 hari setelah terpapar
virus. Gejala yang timbul tidak spesifik meliputi demam, batuk, dan myalgia.
Gejala minor lain diantaranya demam, batuk, sulit bernafas, kelelahan,
myalgia, sakit kepala, anosmia, ageusia, sakit tenggorokan, pilek, mual
muntah, dan diare.55

Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi tanpa


gejala, ringan, sedang, berat, dan kritis : 56

1. Tanpa gejala

Keadaan ini adalah kondisi paling ringan. Pasien tidak terlihat adanya
gejala.

2. Ringan

Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia.
Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas pendek,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


myalgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti
hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang pembau (anosmia) atau
hilang perasa (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga
sering dilaporkan. Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal
seperti fatigue, penurunan kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu
makan, delirium, dan tidak ada demam.

3. Sedang/Moderat

Pada pasien remaja atau dewasa ditemukan tanda klinis pneumonia


(demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat
termasuk SpO2 ≥ 93 % dengan udara ruangan. Pasien anak-anak ditemukan
tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat
dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat).

Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2-11 bulan,
≥50x/menit; usia 1-5 tahun, ≥40x/menit; usia >5 tahun, ≥30x/menit.

4. Berat/Pneumonia Berat

Pasien remaja atau dewasa ditemukan tanda klinis pneumonia (demam,


batuk,sesak, napas cepat) ditambah satu dari : frekuensi napas >30x/menit,
distress pernapasan berat, atau SpO2 <93% pada udara ruangan.

Pada pasien anak ditemukan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan
bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini :

• Sianosis sentral atau SpO2 <93% ;


• Distress pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan
dinding dada yang sangat berat) ;
• Tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusui atau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
• Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia <2 bulan,
≥60x/menit; usia 2-11 bulan, ≥50x/menit; usia 1-5 tahun,
≥40x/menit; usia >5 tahun, ≥30x/menit.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


5. Kritis

Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan


syok sepsis, atau kondisi lainnya yang membutuhkan alat penunjang hidup
seperti ventilasi mekanik atau terapi vasopresor

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin, hitung jenis,
fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah, hemostasis, laktat, dan prokalsitonin
dapat dilakukan berdasarkan indikasi. Selain itu, trombositopenia juga kadang
dijumpai sehingga diduga sebagai pasien dengue.57

2. Pemeriksaan Diagnostik SARS-CoV-2


a. Pemeriksaan RT-PCR
Uji diagnostik menggunakan Teknik RT-PCR merupakan gold standar
dalam mendiagnosis penyakit COVID-19. Diagnosis pasti atau kasus
terkonfirmasi ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan ekstraksi RNA virus
SARS-CoV-2. COVID-19 menggunakan reverse transcription polymerase
chain reaction (RT-PCR) untuk mengekstraksi 2 gen SARS-CoV-2.
Contoh uji yang dapat digunakan adalah dari sampel berupa swab
tenggorok. Swab nasofaring baik untuk evaluasi influenza tetapi virus corona
lain swab nasofaring yang diambil menggunakan swab dari dacron atau rayon
bukan kapas.58 Pemeriksaan ulang perlu dilakukan untuk menentukan respons
terapi seiring proses perbaikan klinis. Bila didapatkan perbaikan klinis dan
hasil RT-PCR negatif 2 kali berturut-turut dalm 2-4 hari negatif pasien
dinyatakan sembuh.59
b. Uji Antigen
Salah satu uji antigen yang sering digunakan saat ini yaitu Rapid
Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag). Pemeriksaan ini dilakukan dengan
mendeteksi presensi dari protein virus (antigen) COVID-19 pada sampel yang
berasal dari saluran pernapasan seseorang. Jika konsentrasi antigen sasaran

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24


pada sampel cukup, antigen tersebut akan mengikat antibodi yang terdapat
pada strip uji. Antigen yang terdeteksi hanya bisa diekspresikan saat virus aktif
bereplikasi. Oleh karena itu, tes ini paling baik digunakan untuk
mengidentifikasi infeksi pada fase akut atau tahap awal infeksi. 60
c. Uji Antibodi
Salah satu uji antibodi yang dapat dilakukan yaitu RTD antibody dari
virus COVID-19. RTD antibodi ini dilakukan dengan mendeteksi keberadaan
antibodi di dalam darah individu.61
Uji antibodi lainnya yaitu uji antibodi serologis. Uji antibodi serologis
yang terinduksi virus memiliki keunggulan unik dalam diagnostik klinis,
terutama dalam mengidentifikasi orang yang memperoleh kekebalan terhadap
pathogen tanpa gejala yang nyata. ELISA digunakan untuk mendeteksi respons
antibodi terhadap infeksi COVID-19.62

3. Pencitraan
Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto toraks
dan Computed Tomography Scan (CT-scan) toraks. Pada foto toraks dapat
ditemukan gambaran seperti opasifikasi ground-glass, infiltrat, penebalan
peribronkial, konsolidasi fokal, efusi pleura, dan atelektasis. Foto toraks kurang
sensitif dibandingkan CT scan, karena sekitar 40% kasus tidak ditemukan
kelainan pada foto toraks.
Berdasarkan telaah sistematis oleh Salehi, dkk. temuan utama pada CT
scan toraks adalah opasifikasi ground-glass (88%), dengan atau tanpa
konsolidasi, sesuai dengan pneumonia viral. Keterlibatan paru cenderung
bilateral (87,5%), multilobular (78,8%), lebih sering pada lobus inferior dengan
distribusi lebih perifer (76%). Penebalan septum, penebalan pleura,
bronkiektasis, dan keterlibatan pada subpleural tidak banyak ditemukan.

2.1.9 Diagnosis
Definisi operasional pada kasus COVID-19 di Indonesia mengacu pada
panduan yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang
mengadopsi dari WHO :63

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


1. Kasus Suspek

Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut :

a. Orang yang memenuhi salah satu kriteria klinis :


1) Demam akut dan batuk
2) Minimal 3 gejala berikut : demam, batuk, lemas, sakit kepala,
nyeri otot, nyeri tenggorokan, pilek/hidung tersumbat, sesak
napas, anoeksia/mual/muntah, diare, atau penurunan kesadaran
3) Pasien dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berat
dengan riwayat demam/demam, batuk dalam 10 hari terakhir
dan membutuhkan perawatan rumah sakit
4) Anosmia (hilangnya kemampuan indra penciuman) akut tanpa
penyebab lain yang teridentifikasi
5) Ageusia (kehilangan pengecapan) akut tanpa penyebab lain
yang teridentifikasi
b. Seseorang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus
probable/konfirmasi COVID-19/klaster COVID-19 dan memenuhi
kriteria klinis
c. Seseorang dengan hasi pemeriksaan RDT-Ag positif sesuai dengan
penggunaan RDT-Ag di wilayah A dan B, dan tidak memiliki gejala
serta bukan merupakan kontak erat (Penggunaan RDT-Ag mengikuti
ketentuan yang berlaku)

2. Kasus Probable

Kasus suspek yang meninggal dengan gambaran klinis yang


meyakinkan COVID-19 dan memiliki salah satu kriteria sebagai berikut:

a. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium Nucleic Acid Amplification


Test (NAAT) atau RDT-Ag
b. Hasil pemeriksaan laboratorium NAAT/RDT-Ag tidak memenuhi
kriteria kasus konfirmasi maupun bukan COVID-19.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26


3. Kasus Konfirmasi
a. Seseorang dengan pemeriksaan laboratorium NAAT positif
b. Memenuhi kriteria kasus suspek atau kontak erat dan hasil pemeriksaan
RDT-Ag positif di wilayah sesuai penggunaan RDT-Ag pada kriteria
wilayah B dan C
c. Seseorang dengan hasil pemeriksaan RDT-Ag positif sesuai dengan
penggunaan RDT-Ag pada kriteria wilayah C

2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien terkonfirmasi COVID-19 berdasarkan
derajat keparahan yang dibedakan menjadi tanpa gejala, ringan, sedang,
berat dan kritis: 63

1. Tanpa Gejala
a. Isolasi mandiri selama 10 hari sejak terkonfirmasi baik di rumah
atau fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah
b. Non farmakologis berupa edukasi terkait tindakan yang perlu
dikerjakan seperti memakai masker saat keluar kamar, mencuci
tangan dengan air mengalir, physical distancing, menerapkan etika
batuk, berjemur matahari 10-15 menit setiap pagi hari, dan lainnya
c. Farmakologis
Pemberian vitamin C, vitamin D, obat-obatan suportif atau memiliki
antioksidan dapat diberikan
2. Derajat Ringan
a. Isolasi mandiri selama maksimal 10 hari sejak muncul gejala
ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan.
b. Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan
edukasi tanpa gejala)
c. Farmakologis
Pemberian vitamin C, vitamin D, dan antivirus serta pengobatan
simptomatis seperti parasetamol bila demam.
3. Derajat Sedang
a. Isolasi di rumah sakit ke ruang perawatan COVID-19/ rumah sakit
darurat COVID-19

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27


b. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, terapi cairan,
oksigen
c. Pemantauan laboratoratorium darah perifer lengkap, ditambahkan
CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan foto toraks secara berkala bila
memungkinkan
d. Pemberian vitamin C, vitamin D dan antivirus. Antikoagulan
LMWH/UFH diberikan berdasarkan evaluasi DPJP. Pengobatan
simtomatis, komorbid, dan komplikasi yang ada
4. Derajat Berat atau Kritis
a. Isolasi di ruang isolasi Intensive Care Unit (ICU) atau High Care
Unit (HCU) rumah sakit rujukan
b. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, terapi cairan,
dan oksigen
c. Pemantauan laboratoratorium darah perifer lengkap, ditambahkan
CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, hemostasis, LDH dan D-dimer
d. Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
e. Monitor keadaan kritis
f. Pemberian vitamin C, vitamin B1, vitamin D, dan antivirus sesuai
dosis. Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, focus
infeksi, dan faktor risiko jika ditemukan kondisi sepsis yang diduga
kuat karena ko-infeksi bakteri,
g. Pemberian kortikosteroid pada kasus berat yang mendapat terapi
oksigen atau kasus berat dengan ventilator
h. Anti interleukin-6 (IL-6) dapat diberikan di awal pasien memasuki
keadaan COVID-19 berat
i. Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana sesuai pedoman yang
sudah ada

2.1.11 Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan menghindari
terpapar virus penyebab. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan
dalam praktik kehidupan sehari-hari.64

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat :

1. Cuci tangan Anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik.
Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya mengandung
alkohol 60% jika air dan sabun tidak terseedia.
2. Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengant angan yang belum
dicuci
3. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
4. Saat Anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat
Anda sakit atau segera ke fasilitas keseahtan yang sesuai, jangan banyak
beraktifitas di luar.
5. Tutupi mulut dan hidung Anda saat batuk atau bersin dengan tissue.
Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan.
6. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda
yang sering disentuh.
7. Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan
penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan
tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melinungi
seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha
pencegahan lain. Penggunaan masker harus dikombinasikan dengan
hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya.
8. Penggunaan masker medis yang tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak
perlu, karena selain dapat menambah beban secara ekonomi,
penggunaan masker uang salah dapat mengurangi keefektivitasannya
dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya ushaa
pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hygiene tangan dan
perilaku hidup sehat.
9. Cara penggunaan masker medis yang efektif :
a. Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,
kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara
masker dan wajah
b. Saat digunakan, hindari menyentuh masker.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29


c. Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya; jangan
menyentuh bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagian
dalam).
d. Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah
digunakan segera cuci tangann.
e. Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker
jika masker yang digunakan mulai terasa lembab.
f. Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
g. Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah
medis sesuai SOP.
10. Upaya vaksinasi COVID-19 merupakan salah satu cara paling efektif
dalam mencegah penyakit akibat infeksi virus seperti COVID-19.
Vaksinasi bertujuan menurunkan jumlah kesakitan dan kematian,
mencapai kekebalan kelompok serta melindungi dan memperkuat
sistem kesehatan secara menyeluruh. Vaksin yang saat ini ada di
Indonesia adalah Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, Moderna, Sinopharm
dan lainnya.

2.2 Pengetahuan
2.2.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu atau hasil penginderaan manusia
terhadap suatu objek melalui indra yang ia miliki. Panca indra manusia yang
meliputi pendengaran, penglihatan, penciuman, raba, dan rasa merupakan
bentuk penginderaan. pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan tentang berbagai cara dalam mencapai pemeliharaan


kesehatan, cara menghindari penyakit, maka akan meningkatkan pengetahuan
masyarakat.65 Untuk menghasilkan pengetahuan, penginderaan dipengaruhi
oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


2.2.2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan, yaitu : 67

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari,


termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari bahan ata stimulus
yang diterima. Tahu adalah tahapan yang paling rendah. Suatu tolak ukur
untuk membuktikan seseorang tahu tentang apa yang telah dipelajari
adalah dapat menyebutkan, menguraikan, dan mendefinisikan.
2. Memahami (comprehension), merupakan suatu kemampuan untuk
menjelaskan objek yang diketahui secara benar dan dapat
menginterpretasikannya dengan benar. Orang yang telah paham dapat
menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap
objek yang dipelajari
3. Aplikasi (application), merupakan tahapan ketiga. Aplikasi yaitu
penerapan suatu materi yang telah dipelajari terhadap kondisi yang
sebenarnya.
4. Analisis (analysis), dapat diartikan sebagai kemampuan menjabarkan
suatu objek ke dalam beberapa komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain
5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan menyusun atau
menghubungkan formulasi-formulasi yang ada menjadi formulasi baru.
Sintesis mengacu pada suatu kemampuan menggabungkan beberapa
komponen menjadi bentuk yang baru.
6. Evaluasi (evaluation), merupakan tahapan penilaian atau justifikasi
terhadap materi atau objek yang berdasarkan pada kriteria yang ada.

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi diperolehnya pengetahuan, antara lain : 67

a. Lingkungan
Lingkungan menyumbang beberapa informasi yang dapat mempertajam
polapikir. Lingkungan adalah suatu bentuk dari dukungan sosial seperti
teman sebaya, guru, dan orangtua.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31


b. Fasilitas
Pengetahuan dapat diperoleh dari media massa, media elektronik, buku
petunjuk, majalah, koran, petugas kesehatan, media poster, dan kerabat
dekat. Fasilitas merupakan sarana untuk menyampaikan informasi dan
terutama juga untuk mempromosikan hal-hal yang berkaitan dengan
pencegahan COVID-19

c. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, pada umumnya semakin baik juga pengetahuannya.

d. Sosial Ekonomi
Pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia
dan diperlukan adanya hubungan sosial yang baik dalam pekerjaan.
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka cenderung
pengetahuannya akan semakin meningkat. Selain itu, penghasilan yang
cukup besar maka seseorang akan mampu menyediakan fasilitas sebagai
sumber informasi

e. Usia
Usia mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Seseorang yang
memiliki usia yang lebih tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan yang dimiliki. Semakin tinggi usia seseorang, maka semakin
banyak pengetahuan yang diperoleh.

2.2.4. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang


menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur atau diketahui dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 32


2.3 Sikap

2.3.1. Definisi Sikap

Sikap merupakan bentuk respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus


atau objek tertentu yang melibatkan faktor emosi dan pendapat orang yang
bersangkutan.67

2.3.2. Perubahan dan Pembentukan Sikap

Perubahan dan pembentukan sikap dilakukan dapat dilakukan dalam


beberapa usaha, diantaranya :68

a. Adopsi, yaitu terbentuk/berubahnya sikap disebabkan kegiatan yang


secara berkesinambungan dilakukan berulang hingga menjadi sebuah
sikap
b. Diferensiasi merupakan perubahan/pembentukan sikap seseorang karena
mendapatkan keahlian, pengetahuan, intelegensi, dan pertambahan usia
c. Integrasi merupakan berubahnya sikap yang muncul berangsur-angsur
yang diawali pengetahuan atau pengalaman terhadap objek tertentu
d. Trauma merupakan terbentuk/berubahnya sikap dikarenakan adanya
kejadian tiba-tiba yang menimbulkan efek mendalam

2.3.3. Pengukuran Sikap

Sikap dapat diukur dengan menanyakan langsung terkait pendapat atau


pernyataan seseorang terhadap suatu objek tertentu menggunakan pertanyaan-
pertanyaan hipotesis.67

2.4 Perilaku

2.4.1. Definisi Perilaku

Perilaku merupakan aktualisasi dari sikap baik individu maupun kelompok


dimana diwujudkan dalam bentuk tindakan terhadap situasi atau kondisi
lingkungan.66 Perilaku adalah aktivitas atau kegiatan yang mempunyai durasi,
frekuensi, dan tujuan yang spesifik baik disadari maupun tidak.
Perilaku manusia berarti tindakan atau aktivitas manusia bersangkutan yang
memiliki rentang yang sangat luas, mulai dari berjalan, menulis, tertawa,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 33


menangis, dan lain sebagainya. Perilaku juga dianggap sebagai tindakan atau
perbuatan yang dapat dipelajari.67

2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan perilaku


dalam hal kesehatan sebagai berikut 67:

1. Faktor predisposisi (predisposing factor)


Mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai kesehatan,
tradisi dan kepercayaan yang berhubungan dengan kesehatan, nilai
yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi,
dan sebagainya
2. Faktor pemungkin (enabling factor)
Mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan masyarakat seperti puskesmas, posyandu, rumah sakit,
poliklinik, dokter atau bidan praktik mandiri
3. Faktor penguat (reinforcing factor)
Mencakup sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan
petugas kesehatan. Peraturan dan undang-undang baik dari
pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan keseahtan
juga termasuk dalam faktor penguat.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 34


2.5 Kerangka Teori

Usia Fasilitas Pendidikan Lingkungan Sosial


Ekonomi

Pengetahuan Coronavirus

Coronaviridae

Sikap SARS-CoV-2

COVID-19
(Coronavirus Disease
2019)

Perilaku Pencegahan

Faktor Faktor Faktor


predisposisi pemungkin penguat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 35


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

- Media
Informasi
- Pendidikan
- Lingkungan
- Sosial

Mahasiswa
Kedokteran Perbedaan
Tingkat
Pengetahuan,
Sikap, dan
Mahasiswa
Tindakan
Non-
Pencegahan
Kedokteran
COVID-19

Keterangan : --------- tidak diteliti


_______ diteliti

3.2 Hipotesis Penelitian


a. H0 : tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kedokteran dan non-
kedokteran di Universitas Andalas
b. Ha : terdapat perbedaan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kedokteran dan non-
kedokteran di Universitas Andalas

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 36


BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah analitik observasional dengan


desain penelitian potong lintang (cross sectional) yang mana dalam penelitian
ini akan mengukur variabel bebas dan terikat pada waktu bersamaan dalam satu
waktu.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan secara daring melalui google form pada


mahasiswa di Universitas Andalas. Pengambilan dan pengumpulan data
dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2022.

4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas


Kedokteran Universitas Andalas angkatan 2018-2020 sebanyak 1.715 orang
dan mahasiswa S1 Non-Kedokteran (Fakultas Hukum) Universitas Andalas
angkatan 2018-2020 sebanyak 1.975 orang. Data populasi mahasiswa tersebut
diambil dari PDDikti (Pangkalan Data Pendidikan Tinggi) dengan populasi
kedua fakultas sebanyak 3.690 orang.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah semua populasi yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi :

a. Mahasiswa aktif di Universitas Andalas


b. Mahasiswa yang bersedia menjadi subjek penelitian dan mengisi
kuesioner online melalui google form setelah inform consent.

Kriteria eksklusi :

Responden yang tidak mengisi kuesioner hingga selesai

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 37


4.3.3 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus besar sampel
untuk analitik kategorik

( 𝑍𝛼 √2𝑃𝑄+𝑍𝛽√𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2 )2
n1 = n2 = (𝑃1−𝑃2)2

Keterangan :

n : besar sampel minimum


Zα : derajat kemaknaan (1,96)
Zβ : kekuatan uji (0,842)
P1 : proporsi standar
P2 : proporsi yang diteliti
P1-P2 : perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di
P populasi
Q1 : ½ (P1+P2)
Q2 : 1-P1
: 1-P2

( 1,96 √2𝑥0,6𝑥0,4+0,842√0,5𝑥0,5+0,7.0,3 )2
n1 = n2 = (0,5−0,7)2

n1 = n2 = 93,026

Dari rumus diatas didapatkan hasil sampel adalah 93 untuk masing-masing


kelompok. Perkiraan dropout adalah 10% subjek, sehingga besar sampel
minimal yang diperlukan dengan memperhitungkan perkiraan dropout adalah
102 orang. Sehingga besar jumlah sampel untuk semuanya adalah 204 orang.

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

Sampel dipilih dengan metode Probability sampling, yaitu setiap unsur


populasi mempunyai kemungkinan yang sama untuk dipilih melalui
perhitungan sistematis. Teknik pengambilan sampel menggunakan
Proporsional stratified sampling karena sampel yang diambil berdasarkan
kelas.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 38


4.4 Definisi Operasional

4.4.1 Klasifikasi Variabel

1. Variabel Bebas

Variabel independent dalam penelitian ini adalah Mahasiswa


Kedokteran dan Non- Kedokteran Universitas Andalas

2. Variabel Tergantung

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan


perilaku pencegahan COVID-19

4.4.2 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
1. Jenis Karakteristik Kuesioner 1.Laki-laki Nominal
Kelamin seksual yang 2.Perempuan
ditentukan
secara
anatomis dan
biologis pada
manusia
2. Sumber Segala Kuesioner 1.WHO,CDC Nominal
Informasi sesuatu yang 2.Pedoman
menjadi COVID-19
perantara (PDPI,
dalam Kemenkes)
penyampaian 3.Webinar
informasi 4.Jurnal
Ilmiah
(Pubmed,
BMJ, dll)
5.TV/Radio
6.Lainnya
3. Pengetahuan Hal-hal yang Kuesioner 1.Baik : 24 Ordinal
diketahui skala -34
responden Guttman 2. Cukup :
terkait 13-23
dengan 3. Kurang :
definisi, <13
etiologi, cara
penularan,
faktor risiko,
manifestasi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 39


klinis,
diagnosis,
dan
pengobatan
COVID-19
4. Sikap Bentuk Kuesioner 1.Baik : ≥ Ordinal
respon skala 14
tertutup Likert 2.Buruk : <
seseorang 14
mengenai
COVID-19
5. Perilaku segala Kuesioner 1.Baik : 42 Ordinal
sesuatu yang skala - 56
telah Likert 2. Cukup : 28
dilakukan - 41
seseorang 3. Kurang : <
yang 28
berhubungan
dengan
pengetahuan
dan sikap
terkait
pencegahan
COVID-19

4.5 Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup


(close ended questionnaire) Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku terhadap
COVID-19 . Penelitian ini menggunakan jenis instrument berupa kuesioner
yang terdiri dari 4 bagian yaitu :

a.) Karakteristik Responden


b.) Pengetahuan terhadap COVID-19
c.) Sikap terhadap COVID-19
d.) Perilaku Pencegahan COVID-19

4.5.1 Kuesioner Pengetahuan COVID-19


Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan yang berkaitan dengan definisi,
etiologi, cara penularan, faktor risiko, manifestasi klinis, diagnosis, dan
pengobatan COVID-19. Kuesioner ini menggunakan 2 instrumen berbeda

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 40


yang kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Kuesioner
menggunakan skala Guttman untuk mendapat hasil yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan. Adapun perhitungan pengetahuan dengan
skala Guttman seperti yang tercantum pada tabel berikut :

Tabel 4.5.1 Perhitungan Pengetahuan dengan skala Guttman

Jumlah pertanyaan 9
Jumlah jawaban 3 (Ya, Tidak, Tidak tahu)
Skor tertinggi Jawaban yang benar diberi poin 2
Skor terendah Jawaban salah diberi poin 1 dan tidak
tahu diberi poin 0
Jumlah skor tertinggi Skoring tertinggi x jumlah
pertanyaan
=2x9
= 18
Jumlah skor terendah Skoring terendah x jumlah
pertanyaan
=0x9
=0
Kategori (K) 3 (Baik, Cukup, Kurang)
Range (R) Jumlah skor tertinggi – jumlah skor
terendah
= 18 - 0
= 188
Interval (I) Range (R)
= 18 ÷ 3
=6
=6

Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh kriteria penilaian


pengetahuan sebagai berikut :

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 41


• Skor 12-18 = Baik
• Skor 6-11 = Cukup
• Skor <6 = Kurang

4.5.2 Kuesioner Sikap terhadap COVID-19


Kuesioner terdiri dari 7 pertanyaan favorable yang mengandung jawaban-
jawaban yang positif mengenai sikap responden terhadap COVID-19.
Kuesioner ini menggunakan skala Likert. Perhitungan sikap dengan skala
Likert tercantum pada tabel berikut :

Tabel 4.5.2 Perhitungan Sikap dengan Skala Likert

Jumlah Pertanyaan 7
Jumlah Jawaban 4 (Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak
Setuju (STS)
Skor setiap jawaban dari Sangat Setuju (SS) : diberi
pertanyaan favorable poin 4
Setuju (S) : diberi
poin 3
Tidak Setuju (TS) : diberi poin
2
Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi
poin 1
Jumlah skor terendah Skoring terendah x jumlah
pertanyaan
=1x7
=7
Jumlah skor tertinggi Skoring tertinggi x jumlah
pertanyaan
=4x7
= 28
Kategori (K) 2 (Baik, Buruk)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 42


Median (Md) Skoring tertinggi ÷ 2
= 28 ÷ 2
= 14

Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh kriteria penilaian sikap


sebagai berikut :

• Skor ≥ 14 = Baik
• Skor < 14 = Buruk

4.5.3 Kuesioner Perilaku Pencegahan COVID-19


Kuesioner terdiri dari 14 pertanyaan positif (no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9,10,11,13,14,15) dan 1 pertanyaan negatif (no.12). Metode pengukuran
kuesioner menggunakan skala Likert seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.5.3 Perhitungan Perilaku dengan skala Likert
Jumlah Pertanyaan 15
Jumlah Jawaban 4 (Selalu, Sering, Kadang-
kadang, Tidak Pernah)
Skor setiap jawaban dari Selalu :4
pertanyaan positif Sering :3
Kadang-kadang : 2
Tidak Pernah : 1
Skor setiap jawaban dari Selalu :1
pernyataan negatif Sering :2
Kadang-kadang : 3
Tidak Pernah : 4
Jumlah skor terendah Skoring terendah x jumlah
pertanyaan
= 1 x 15
= 15
Jumlah skor tertinggi Skoring tertinggi x jumlah
petrtanyaan
= 4 x 15
= 60
Kategori (K) 3 (Baik, Cukup, Kurang)
Range (R) Jumlah skor tertinggi – Jumlah
skor terendah
= 60 - 15
= 45
Interval (I) Range (R) ÷ Kategori (K)
= 45 ÷ 3
= 15

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 43


Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh kriteria penilaian
perilaku sebagai berikut :

• Skor 45 – 60 = Baik
• Skor 30 – 44 = Cukup
• Skor <30 = Kurang
4.5.4 Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner
Berdasarkan hasil yang terdapat pada tabel 4.6 diketahui bahwa nilai r
hitung untuk kuesioner ini menunjukkan semua nilai r hitung > r table (0,355).
Hasil perhitungan rtabel diperoleh nilai sebesar 0,355 yang didapat dari nilai
rtabel untuk N-2 = 31-2 = 29 pada taraf signifikan 5%. Oleh karena itu, semua
item pertanyaan dapat dikatakan valid.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah


alat ukur tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap konsisten jika
pengukuran diulang kembali. Perhitungan realibilitas kuesioner dilakukan
dengan Cronbach’s Alpha menggunakan SPSS versi 16 . Perhitungan
reliabilitas hanya dilakukan pada item yang sudah valid. Berdasarkan tabel 4.6,
didapatkan bahwa pengujian reliabilitas diperoleh hasil semua variabel lebih
besar dari 0,60 dan dapat dikatakan reliabel.

Tabel 4.5.4 Skor Validitas dan Reliabilitas Kuesioner


Variabel Nomor r r Status Cronbach’s Status
Pertanyaan Hitung Tabel Alpha
Pengetahuan 1 0,367 0,355 Valid 0,609 Reliabel
2 0,440 0,355 Valid 0,609 Reliabel
3 0,388 0,355 Valid 0,609 Reliabel
4 0,465 0,355 Valid 0,609 Reliabel
5 0,355 0,355 Valid 0,609 Reliabel
6 0,447 0,355 Valid 0,609 Reliabel
7 0,429 0,355 Valid 0,609 Reliabel
8 0,388 0,355 Valid 0,609 Reliabel
9 0,727 0,355 Valid 0,609 Reliabel

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 44


Sikap 1 0,396 0,355 Valid 0,638 Reliabel
2 0,514 0,355 Valid 0,638 Reliabel
3 0,390 0,355 Valid 0,638 Reliabel
4 0,466 0,355 Valid 0,638 Reliabel
5 0,431 0,355 Valid 0,638 Reliabel
6 0,622 0,355 Valid 0,638 Reliabel
7 0,498 0,355 Valid 0,638 Reliabel
Perilaku 1 0,375 0,355 Valid 0,879 Reliabel
2 0,610 0,355 Valid 0,879 Reliabel
3 0,686 0,355 Valid 0,879 Reliabel
4 0,803 0,355 Valid 0,879 Reliabel
5 0,479 0,355 Valid 0,879 Reliabel
6 0,402 0,355 Valid 0,879 Reliabel
7 0,744 0,355 Valid 0,879 Reliabel
8 0,680 0,355 Valid 0,879 Reliabel
9 0,757 0,355 Valid 0,879 Reliabel
10 0,806 0,355 Valid 0,879 Reliabel
11 0,709 0,355 Valid 0,879 Reliabel
12 0,527 0,355 Valid 0,879 Reliabel
13 0,475 0,355 Valid 0,879 Reliabel
14 0,602 0,355 Valid 0,879 Reliabel
15 0,437 0,355 Valid 0,879 Reliabel

4.6 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Data penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner
yang diisi oleh sampel penelitian yang mana saat kuesioner dibagikan, peneliti
terlebih dahulu menjelaskan tujuan penelitian, kuesioner yang digunakan serta
bagaimana cara pengisian kuesioner tersebut, sehingga responden dapat
mengerti dan juga dapat mengisi kuesioner dengan benar. Untuk penyebaran
kuesionernya dilakukan melalui Google Form (kuesioner online).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 45


4.7 Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data. Pengolahan data


dilakukan melalui bebrapa proses. Data diolah secara manual dan
komputerisasi dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing
Editing adalah tahapan untuk meneliti kelengkapan data
yang diperoleh melalui kuesioner. Tahap editing mencakup
kelengkapan data, kesalahan data, kejelasan jawaban dan tulisan,
konsistensi jawaban dan relevansinya dari setiap data yang
diperoleh. Peneliti mengumpulkan dan memverifikasi kembali
kelengkapan data dari hasil kuesioner. Hasil editing didapatkan
semua data lengkap dan benar.
2. Coding
Setelah semua kuesioner diedit, pengkodean dilakukan pada
setiap data variabel. Pemberian kode ini berguna dalam proses
analisis data (entry data).
3. Entry
Memasukkan dan mengolah data berupa jawaban dari
masing-masing responden yang telah dikonversikan dalam kode
dengan menggunakan program computer.
4. Cleaning
Cleaning merupakan pembersihan data dari kesalahan memasukkan
data. Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalah-kesalaha kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan
atau koreksi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 46


4.7.2 Analisis Data

1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik
responden dan masing-masing variabel yang diteliti
2. Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan uji statistic Chi-Square dengan derajat
kemaknaan 95% (α = 0,05), maka perhitungan statistik dianggap
bermakna (signifikan) jika p value < 0,05

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 47


DAFTAR PUSTAKA

1. Zhong BL, Luo W, Li HM, et al. Knowledge, attitudes, and practices towards
COVID-19 among chinese residents during the rapid rise period of the
COVID-19 outbreak: A quick online cross-sectional survey. Int J Biol Sci.
2020;16(10):1745-52.

2. Bhagavathula A, Aldhaleei WA, Rahmani JR, Mahabadi MA, Bandari DK.


Novel Coronavirus (COVID-19) Knowledge and Perceptions: A Survey of
Healthcare Workers. JMIR public Heal Surveill. 2020.

3. Ferdous MZ, Islam MS, Sikder MT, Mosaddek ASM, Zegarra-Valdivia JA,
Gozal D. Knowledge, attitude, and practice regarding COVID-19 outbreak
in Bangladesh: An onlinebased cross-sectional study. PLoS One. 2020;15(10
October):1-17.

4. Li X, Wang W, Zhao X, et al. Transmission dynamics and evolutionary


history of 2019-nCoV. J Med Virol. 2020;92(5):501-11.

5. Gorbalenya AE, Baker SC, Baric RS, et al. The species Severe acute
respiratory syndrome-related coronavirus: classifying 2019-nCoV and
naming it SARS-CoV-2. Nat Microbiol. 2020;5(4):536-44.

6. Yuki K, Fujiogi M, Koutsogiannaki S. COVID-19 pathophysiology: A


review. Clin Immunol. 2020;215(April).

7. Maier HJ, Bickerton E, Britton P. Coronaviruses: Methods and protocols.


Coronaviruses Methods Protoc. 2015;1282(1):1-282.

8. Li Q, Guan X, Wu P, et al. Early Transmission Dynamics in Wuhan, China,


of Novel Coronavirus–Infected Pneumonia. N Engl J Med.
2020;382(13):1199-207.

9. Wang Y, Wang Y, Chen Y, Qin Q. Unique epidemiological and clinical


features of the emerging 2019 novel coronavirus pneumonia (COVID-19)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 48


implicate special control measures. J Med Virol. 2020;92(6):568-76.

10. Vaira LA, Salzano G, Deiana G, De Riu G. Anosmia and Ageusia: Common
Findings in COVID-19 Patients. Laryngoscope. 2020;130(7):1787.

11. Vaira LA, Salzano G, Fois AG, Piombino P, De Riu G. Potential


pathogenesis of ageusia and anosmia in COVID-19 patients. Int Forum
Allergy Rhinol. 2020;10(9):1103-4.

12. WHO. Weekly Operational Update on COVID-19. Emergency Situational


Updates. 2020. https://www.who.int/publications/m/item/weekly-
operational-update---30-november-2020 - Diakses 9 Januari 2021

13. WHO. Coronavirus Disease (COVID-19) Weekly Epidemiological Update.


2020. https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20201201_weekly_epi_update_16.pdf - Diakses 9 Januari 2021

14. WHO. Coronavirus disease 2019 ( COVID-19 ) Situation Report - 42. 2020.
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200330-sitrep-70-covid-19.pdf - Diakses 9 Januari 2021

15. Kominfosumbar. Informasi Covid-19 Provinsi Sumatera Barat. 2021.


https://sumbarprov.go.id/home/news/20281-info-covid-19-sumbar-sabtu-
17-april-2021 - Diakses 11 mei 2021

16. Kementrian Kesehatan RI. Kepmenkes RI No. HK.01.07/Menkes/413/2020


tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019
(COVID-19). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2020.

17. UNESCO. COVID-19 Educational Disruption and Response. 2020.


Accessed June 16, 2021. https://en.unesco.org/news/covid-19-educational-
disruption-and-response - Diakses 16 Juni 2021

18. Driposwana Putra I, Malfasari E, Yanti N, et al. Tingkat Kepatuhan


Mahasiswa Kesehatan Dalam Berprotokol Kesehatan Pasca Lebih Dari Satu
Tahun Masa Pandemi Covid-19. J Keperawatan Jiwa Persat Perawat Nas

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 49


Indones. 2021;9(2):429- 34.

19. Fadhilah H, Dwatra FD. Studi Deskriptif Mengenai Kepatuhan Mahasiswa


Universitas Negeri Padang yang Berdomisili di Kota Padang terhadap
Protokol Kesehatan di Situasi Pandemi COVID-19. 2021;5:3191-7.

20. Ganika L, Sembiring E emnina. Tingkat Pengetahuan dan Perilaku


Pencegahan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pada Masyarakat
Sulawesi Utara. 2020;16(2):83-9.

21. Kementrian Dalam Negeri. Jumlah Penduduk Sumatera Barat Menurut


Jenjang Pendidikan. 2021.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/25/hanya-786-
penduduk-sumatera-barat-bersekolah-hingga-perguruan-tinggi - Diakses 15
Januari 2021

22. Esakandari H, Nabi-Afjadi M, Fakkari-Afjadi J, Farahmandian N,


Miresmaeili SM, Bahreini E. A comprehensive review of COVID-19
characteristics. Biol Proced Online. 2020;22(1):1-10.

23. Wang W, Tang J, Wei F. Updated understanding of the outbreak of 2019


novel coronavirus (2019-nCoV) in Wuhan, China. J Med Virol.
2020;92(4):441-7.

24. Rubin JE, Crowe SE. Knowledge and Perceptions of COVID-19 Among the
General Public in the United States and the United Kingdom: A Cross-
sectional Online Survey. Ann Intern Med. 2020;173(1):ITC1-ITC14.

25. WHO. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Situation Report − 105.


2020. https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-
reports/20200504-covid-19-sitrep-105.pdf?sfvrsn=4cdda8af_2 - Diakses 5
Mei 2021

26. Kementrian Kesehatan RI. Situasi Terkini Perkembangan Novel


Coronavirus (COVID-19). 2021.
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/situasi-terkini-

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 50


perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-09-april-2021/view - Diakses
12 April 2021

27. Dinas Komunikasi dan Informatika Sumatera Barat. Info Covid-19 Sumatera
Barat. 2021. https://sumbarprov.go.id/home/news/20281-info-covid-19-
sumbar-sabtu-17-april-2021 - Diakses 5 Mei 2021

28. Woodby B, Arnold MM, Valacchi G. SARS-CoV-2 infection, COVID-19


pathogenesis, and exposure to air pollution: What is the connection? Ann N
Y Acad Sci. 2021;1486(1):15-38.

29. Lu R, Zhao X, Li J, et al. Genomic characterisation and epidemiology of


2019 novel coronavirus: implications for virus origins and receptor binding.
Lancet. 2020;395(10224):565-74.

30. Park SE. Epidemiology , virology , and clinical features of severe acute
respiratory syndrome -coronavirus-2 ( SARS-CoV-2 ; Coronavirus Disease-
19 ). 2020;63(4):119-24.

31. Chen H, Guo J, Wang C, et al. Clinical characteristics and intrauterine


vertical transmission potential of COVID-19 infection in nine pregnant
women: a retrospective review of medical records. Lancet.
2020;395(10226):809-15.

32. Xiao F, Tang M, Zheng X, Liu Y, Li X, Shan H. Evidence for


Gastrointestinal Infection of SARS-CoV-2. Gastroenterology.
2020;158(6):1831-3.e3.

33. N van D, T B, Morris DH, et al. Aerosol and Surface Stability of SARS-
CoV-2 as Compared with SARS-CoV-1. N Engl J Med. 2020:1-3.

34. Ong SWX, Tan YK, Chia PY, et al. Air, Surface Environmental, and
Personal Protective Equipment Contamination by Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) from a Symptomatic Patient.
JAMA - J Am Med Assoc. 2020;323(16):1610-2.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 51


35. Wang D, Hu B, Hu C, et al. Clinical Characteristics of 138 Hospitalized
Patients with 2019 Novel Coronavirus-Infected Pneumonia in Wuhan,
China. JAMA - J Am Med Assoc. 2020;323(11):1061-9.

36. Cai H. Sex difference and smoking predisposition in patients with COVID-
19. Lancet Respir Med. 2020;8(4):e20.

37. Fang L, Karakiulakis G, Roth M. Are patients with hypertension and diabetes
mellitus at increased risk for COVID-19 infection? Lancet Respir Med.
2020;8(4):e21.

38. European Society of Cardiology. Position Statement of the ESC Council on


Hypertension on ACE Inhibitors and Angiotensin Receptor Blockers. 2020.
https://www.escardio.org/Councils/Council-on-Hypertension-
(CHT)/News/position-statement-of-the-esc-council-on-hypertension-on-
ace-inhibitors-and-ang - Diakses 10 Januari 2022

39. Xia Y, Jin R, Zhao J, Li W, Shen H. Risk of COVID-19 for patients with
cancer. Lancet Oncol. 2020;21(4):e180.

40. Bangash MN, Patel J, Parekh D. COVID-19 and the liver: little cause for
concern. Lancet Gastroenterol Hepatol. 2020;5(6):529-30.

41. Guan W, Ni Z, Hu Y, et al. Clinical Characteristics of Coronavirus Disease


2019 in China. N Engl J Med. 2020;382(18).

42. Soriano V, Barreiro P. Impact of new coronavirus epidemics on HIV-


infected patients. AIDS Rev. 2020;22(1):57-8.

43. Yang J, Zheng Y, Gou X, Pu K, Chen Z, Guo Q. Prevalence of comorbidities


and its effects in patients infected with SARS-CoV-2 : a systematic review
and meta-analysis. Int J Infect Dis. 2020;94:91-5.

44. Centers for Disease Control and Prevention. Interim Guidance for Managing
Healthcare Personnel with SARS-CoV-2 Infection. 2021.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/guidance-risk-assesment-

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 52


hcp.html - Diakses 10 Januari 2021

45. Bellizzi S, Fiamma M, Arru L, Farina G, Manca A. COVID-19: The daunting


experience of healthcare workers in Sardinia, Italy. Infect Control Hosp
Epidemiol. 2020;41(9):1118-9.

46. Wang J, Zhou M, Liu F. Reasons for healthcare workers becoming infected
with novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) in China. J Hosp Infect.
2020;105(1):100-1.

47. Hou YJ, Okuda K, Edwards CE, et al. SARS-CoV-2 Reverse Genetics
Reveals a Variable Infection Gradient in the Respiratory Tract. Cell.
2020;182(2):429-46.e14.

48. Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, et al. Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini. J Penyakit Dalam Indones. 2020;7(1):45.

49. Channappanavar R, Perlman S. Pathogenic human coronavirus infections:


causes and consequences of cytokine storm and immunopathology. Semin
Immunopathol. 2017;39(5):529-39.

50. Biswas A, Bhattacharjee U, Chakrabarti AK, Tewari DN, Banu H, Dutta S.


Emergence of Novel Coronavirus and COVID-19: whether to stay or die out?
Crit Rev Microbiol. 2020;46(2):182-93.

51. Lumbers ER, Delforce SJ, Pringle KG, Smith GR. The Lung, the Heart, the
Novel Coronavirus, and the Renin-Angiotensin System; The Need for
Clinical Trials. Front Med. 2020;7(May):1-7.

52. Lin L, Lu L, Cao W, Li T. Hypothesis for potential pathogenesis of SARS-


CoV-2 infection–a review of immune changes in patients with viral
pneumonia. Emerg Microbes Infect. 2020;9(1):727-32.

53. Tay MZ, Poh CM, Rénia L, MacAry PA, Ng LFP. The trinity of COVID-19:
immunity, inflammation and intervention. Nat Rev Immunol.
2020;20(6):363-74.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 53


54. Wilson JG, Simpson LJ, Ferreira AM, et al. Cytokine profile in plasma of
severe COVID-19 does not differ from ARDS and sepsis. JCI Insight.
2020;5(17):1-6.

55. Centers for Disease Control and Prevention. Symptoms of COVID-19. 2020.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/symptoms-
testing/symptoms.html - Diakses 10 Januari 2022

56. Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, et al. PEDOMAN TATALAKSANA


COVID-19. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2020.

57. Yan G, Lee CK, Lam LTM, et al. Covert COVID-19 and false-positive
dengue serology in Singapore. Lancet Infect Dis. 2020;20(5):536.

58. WHO. Infection prevention and control during health care when COVID-19
is suspected: interim guidance. Clinics in Chest Medicine. Published 2020.
https://apps.who.int/iris/handle/10665/331495 - Diakses 14 Mei 2021

59. F. Isbaniah, D. Saputro, P. Sitompul et al. Pedoman Kesiapsiagaan


Menghadapi Infeksi COVID-19. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 2020.

60. Scohy A, Anantharajah A, Bodéus M, Kabamba-mukadi B, Verroken A,


Rodriguez-villalobos H. Low performance of rapid antigen detection test as
frontline testing for COVID-19 diagnosis. J Clin Virol.
2020;129(January):1-3.

61. Udugama B, Kadhiresan P, Kozlowski HN, et al. Diagnosing COVID-19:


The Disease and Tools for Detection. ACS Nano. 2020;14(4):3822-35.

62. Ma H, Zeng W, He H, et al. Serum IgA, IgM, and IgG responses in COVID-
19. Cell Mol Immunol. 2020;17(7):773-5.

63. Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, et al. Buku Tatalaksana COVID-19 5
OP Edisi 4. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2022.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 54


64. Burhan E, Isbaniah F, Susanto AD, et al. Diagnosis&Penatalaksanaan
Pneumonia COVID-19. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia; 2020.

65. Wawan A, Dewi M. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

66. Nawi R. Perilaku Kebijakan Organisasi. Sah Media; 2017. 9-10.

67. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.

68. Maulana, Heri D.J. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 55


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rancangan Jadwal Kegiatan

Tabel 5.1. Time Table Kegiatan Penelitian dan Skripsi


N BULAN
KEGIATAN
O 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
1 Pembuatan proposal
2 Ujian proposal
3 Revisi proposal dan
pelaksanaan
penelitian
4 Ujian hasil
5 Revisi skripsi dan
perbanyakan skripsi

Lampiran 2. Rancangan Anggaran Biaya Penelitian

Tabel 5.2. Rancangan Anggaran Biaya Penelitian

NO KEGIATAN Biaya (Rp)

1 Bahan ujian proposal 150.000

2 Bahan ujian 150.000

3 Perbanyakan hasil skripsi 200.000

TOTAL 500.000

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 56


Lampiran 3. Informed Consent dan Persetujuan Responden
LEMBAR PERSETUJAN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk
menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Miftah Salshabilla, mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang berjudul “Perbandingan Tingkat
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Mahasiswa Kedokteran dan Non-
Kedokteran terhadap COVID-19”.
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap
saya serta kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Padang, 2022
Responden

( )

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 57


Lampiran 4. Kuesioner Penelitian Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
terhadap COVID-19

I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama
2. Jenis kelamin
3. Fakultas/Jurusan
4. Angkatan
5. Sumber informasi

II. ASPEK PENGETAHUAN

No. Pengetahuan Responden Tentang Ya Tidak Tidak


COVID-19 Tahu
1. COVID-19 adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus Bernama
SARS-CoV-2
2. Virus penyebab COVID-19 berasal
dari famili yang sama dengan virus
penyebab penyakit SARS dan MERS
3. COVID-19 tidak dapat ditularkan
melalui udara ketika prosedur atau
perawatan pendukung yang
menghasilkan aerosol terhadap pasien
COVID-19
4. Orang-orang yang berusia 65 tahun
keatas berisiko mengalami COVID-19
dengan tingkat yang parah
5. Masa inkubasi COVID-19 adalah rata-
rata 5-6 hari, namun bisa sampai 14
hari

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 58


6. Nyeri kepala, nyeri otot, lemas, diare
dan batuk darah dapat menjadi gejala
COVID-19
7. Diagnosis COVID-19 ditegakkan
melalui tes PCR (polymerase chain
reaction)
8. Saat ini belum ada obat anti-COVID 19
yang spesifik
9. Terapi simptomatik dan suportif
merupakan bentuk penatalaksanaan
COVID-19

III. ASPEK SIKAP

(Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian)

Pilihlah salah satu pernyataan di bawah ini pada :

SS : jika Anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut


S : jika Anda setuju dengan pernyataan tersebut
TS : jika Anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut
STS : jika Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut

NO. PERNYATAAN STS TS S SS


1. Jika Anda memiliki riwayat
kontak langsung dengan
penderita dan timbul gejala,
Anda tidak akan memeriksakan
diri ke pelayanan kesehatan
2. Penggunaan masker saat keluar
rumah dapat mengurangi risiko
terjadinya penularan COVID-
19

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 59


3. Apabila tangan dalam kondisi
kotor sebaiknya menghindari
menyentuh area wajah dan
saluran pernapasan demi
mencegah masuknya virus dan
bakteri
4. Mencuci tangan menggunakan
sabun selama 10 detik cukup
membunuh bakteri dan virus
yang ada di tangan
5. Apabila Anda berada di
fasilitas umum, sebaiknya
menjaga jarak aman yakni 1-2
meter antar sesama
6. Daerah dengan peningkatan
kasus positif dan kematian
akibat COVID-19 tidak
diwajibkan menerapkan PSBB
di wilayahnya.
7. Apabila Anda baru saja
bepergian ke luar negeri atau
wilayah berzona merah, Anda
akan melakukan isolasi mandiri
selama 14 hari

IV. ASPEK PERILAKU


Pilihlah salah satu pernyataan mengenai Perilaku yang Anda lakukan selama
pandemic COVID-19 di bawah ini pada :
Selalu : Jika Anda melakukan perilaku tersebut 100% selama
pandemic COVID-19
Sering : Jika Anda melakukan perilaku tersebut 51-99% selama
pandemic COVID-19
Kadang-kadang : Jika Anda melakukan perilaku tersebut <50% selama
pandemic COVID-19

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 60


Tidak pernah : Jika Anda tidak pernah/ melakukan perilaku tersebut 0%
selama pandemic COVID-19

No Perilaku Responden Terhadap Selalu Sering Kadang- Tidak


COVID-19 kadang pernah
1 Memakai masker ketika sedang
keluar rumah
2 Mencuci tangan dengan sabun
atau hand sanitizer setelah berada
di tempat umum
3 Mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum menyentuh mata,
hidung, dan mulut
4 Menghindari berjabat tangan
dengan orang lain
5 Menghindari interaksi fisik dekat
dengan orang yang memiliki
gejala sakit COVID-19
6 Menutup mulut saat batuk dan
bersin dengan lengan bagian
dalam atau dengan tisu lalu
membuang tisu ke tempat sampah
dan segera mencuci tangan
7 Mengganti baju/mandi
sesampainya di rumah setelah
berpergian
8 Membersihkan dan memberikan
desinfektan secara berkala pada
benda-benda yang sering
disentuh dan pada permukaan
rumah dan perabot (meja, kursi,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 61


dan lain-lain), gagang pintu, dan
lain-lain
9 Menghindari berkumpul dengan
teman lewat tatap muka selama
pandemic COVID-19
10 Tidak berdekatan dan mengatur
jarak minimal 1 meter dengan
orang lain
11 Menghindari penggunaan
transportasi public (seperti
kereta, bus, dan angkot) yang
tidak perlu
12 Pergi ke luar kota/ luar negeri
termasuk ke tempat-tempat
wisata selama pandemic COVID-
19
13 Mengonsumsi gizi seimbang
14 Melakukan aktifitas fisik/senam
ringan
15 Istirahat cukup

Lampiran 5. Dummy Table

Tabel 5.3 Karakteristik Responden


Karakteristik Kedokteran Non-Kedokteran Total
f % f % f %
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Angkatan
2018
2019

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 62


2020

Tabel 5.4 Perbandingan Tingkat Pengetahuan Responden


Variabel Kedokteran Non-Kedokteran Total p value
f % f %
Tingkat
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total

Tabel 5.5 Perbandingan Sikap Responden


Variabel Kedokteran Non-Kedokteran Total p value
f % f %
Sikap
Baik
Buruk
Total

Tabel 5.6 Perbandingan Perilaku Responden


Variabel Kedokteran Non-Kedokteran Total p value
f % f %
Perilaku
Baik
Cukup
Kurang
Total

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 63

Anda mungkin juga menyukai