FAKULTAS KEDOKTERAN
Oleh :
RISNA SAFITRI
1308260106
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2016
HUBUNGAN AKTIVITAS MELIHAT DEKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
SKRIPSI
Oleh :
RISNA SAFITRI
1308260106
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
RISNA SAFITRI
1308260106
Pembimbing :
dr. Zaldi, Sp.M ( )
Penguji 1 :
Prof. Dr. Ghusbakti, M.Sc.PKK.AIFM ( )
Penguji 2:
dr. Des Suryani, M.Biomed ( )
Ditetapkan di : Medan
Tanggal :
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
saya rahmat dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Hubungan Aktivitas Melihat Dekat dengan Ketajaman Penglihatan
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara Tahun 2016”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih
kepada:
1. dr.Zaldi,Sp.M selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. H. Gusbakti, M.Sc.PKK. AIFM sebagai dosen penguji I, yang telah
memberikan koreksi serta saran sehingga saya dapat memperbaiki dan
melengkapi skripsi ini.
3. dr. M. Jalaluddin Assuyuthi Chalil, M.Ked (An)., Sp.An sebagai dosen
penguji II, yang telah memberikan koreksi serta saran sehingga saya dapat
memperbaiki dan melengkapi skripsi ini.
4. dr.Ade Taufiq, Sp.OG selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah memberikan sarana dan prasarana
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
5. Teristimewa kepada kedua orang tua saya Ayah H.Hasan Basri dan Ibu
Hj.Erlina Murni yang selalu memberikan dukungan baik material moral dan
iii
do’a untuk saya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Abang saya
Hasrizal, kakak saya Elsa Fitri dan Sari Helda Yani serta adik saya Ridho
Zikril H, Yelly Nursakinah dan Dwikartika Mubela yang turut serta
memberikan dukungan dan do’a.
6. Teman satu bimbingan saya Diah Luvita Sari dan Dini Lestari yang selalu
membantu dan memberikan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Sahabat saya Dita Khairunisa, Reni Violita, Miftahul Jannah, Indri Welsi R,
Helwina Shasti, Aramita Damayanti, Devi Pahlawati yang selalu membantu,
menghibur dan selalu memberikan motivasi kepada saya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Abangda Sukhrian Muhda yang telah membantu dan memberikan dukungan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara angkatan 2013, 2014 dan 2015 yang ikut membantu saya
dalam melaksanakan penelitian ini.
(Risna Safitri)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah sumatera utara berhak
menyimpan,mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
(Risna Safitri)
v
Hubungan Aktivitas Melihat Dekat dengan Derajat Miopia
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Risna Safitri
ABSTRAK
Latar Belakang :Masalah penglihatan kurang adalah masalah kesehatan
yang begitu penting, pada negara maju dan berkembang. Kejadian miopia
meningkat dengan semakin tingginya tingkat pendidikan termasuk di dalamnya
adalah mahasiswa.Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hal ini adalah
aktivitas melihat dekat.Tujuan :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan aktivitas melihat dekat dengan derajat miopia pada mahasiswa FK
UMSU. Metode :Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross-
sectional. Sampel penelitian sebanyak 91 responden. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik total sampling. Instrumendalam penelitian adalah dengan
pengisian kuesioner dan pemeriksaan derajat miopia. Data dianalisi dengan uji
spearman rho.Hasil :Dari hasil penelitian terdapat hubungan antara variabel total
membaca buku dalam sehari dengan derajat miopia ( p< 0,05). Tetapi tidak ada
hubungan antara variabel lainnya dengan derajat miopia ( p> 0,05). Kesimpulan
:Ada hubungan antara lama membaca buku dalam sekali kegiatan dengan derajat
miopia dan aktivitas lainnya tidak terdapat hubungan.
Kata kunci: miopia, aktivitas melihat dekat.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Hipotesis 2
1.4 Tujuan penelitian 3
1.4.1 Tujuan umum 3
1.4.2 Tujuan khusus 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.5.1 Bagi peneliti 3
1.5.2 Bagi masyarakat 4
1.5.3 Bagi institusi pendidikan 4
1.5.4 Bagi mahasiswa 4
vii
2.2 Refraksi 10
2.2.1 Proses refraksi 10
2.2.2 Struktur refraktif mata 11
2.3 Akomodasi 11
2.4 Kelainan Refraksi 13
2.4.1 Miopia 13
2.4.2 Etiologi dan patofisiologi 13
2.4.3 Klasifsikasi 15
2.4.4 Gejala klinis 16
2.4.5 Pemeriksaan 16
2.4.6 Tatalaksana 17
2.4.7 Komplikasi 18
2.4.8 Pencegahan 18
2.5 Lensometer 19
2.5.1 Kegunaan Lensometer 19
2.5.2 Petunjuk Manual untuk Menggunakan Lensometer 20
2.6 Kerangka Konsep 21
viii
3.6.1 Pengolahan data 28
3.6.2 Analisi data 28
DAFTAR PUSTAKA 29
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
yang begitu penting, pada negara maju dan berkembang.1 Berdasarkan data WHO
terdapat 74.463 juta orang di dunia pada usia diatas 15 tahun mengalami
juta orang mengalamilow vision. Dari Negara-negara berkembang berikut ini yang
Eastern Mediterranean Region, 18.581 juta di Eropa, 25.502 juta di South East
67.264 juta.2
Survei yang dilakukan di Korea pada orang yang berusia 20 tahun atau lebih
adalah 4,0%. Selain itu kejadian miopia meningkat dengan semakin tingginya
6 tahun secara nasional sebesar 0,9 %. Prevalensi severe low vision tertinggi
1
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
visionterendahadalah DI Yogyakarta (0,3%) diikuti oleh Papua Barat dan Papua
(masing-masing 0,4%).5
kebutaan 0,3%.6
waktunya untuk membaca, menonton tv, bermain video game, dan menggunakan
lama akan menyebabkan tonus otot siliaris menjadi tinggi akibatnya lensa menjadi
refraksi.
Utara.
1.3 Hipotesis
televisi, dan membaca buku dalam sehari dengan derajat miopia pada
Utara.
penelitian.
penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelopak mata atau palpebra berfungsi untuk melindungi mata dengan cara
menutup. Keolpak mata akan menutup secara cepat atau reflek ketika ada
ancaman bahaya pada mata.9Celah yang dibentuk oleh kedua kelopak mata di
sebut rima palpebrarum. Pertemuan ke dua kelopak mata pada sudut medial
medialis dan angulus oculi lateralis. Angulus medialis lebih dalam dan terdapat
dalamnya dilapisi oleh membran yang disebut konjungtiva. Pada kelopak mata
terdapat bulu mata yang tersusun di pinggir kelopak mata. Pada muara bulu mata
2.1.2 Konjungtiva
mata, melipat pada fornix superior dan inferior untuk melapisi permukaan anterior
5
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2.1.3 Sistem lakrimal
glandula lakrimal terdiri dari 2 bagian yaitu bagian yang besar (pars
orbitalis) dan bagian yang kecil (pars palpebraris). glandula lakrimal terletak
pada bagian atas bola mata, dibagian anterior dan superior dari septum
untuk memproduksi air mata. Air mata dapat menjadi pelumas, pembersih dan
Bola mata terdiri dari 3 lapisan, dari luar kedalam adalah tunika fibrosa,
1. Tunika fibrosa
dan berwarna putih. Di posterior sklera ditembus oleh saraf optik dan menyatu
dengan selubung dura saraf ini. Lamina kribrosa adalah daerah sklera yang
mata. Pada bagian posterior berhubung dengan cairan mata atau aqueoushumor.
kornea merupakan media refraksi yang sangat penting.11 Berkas cahaya masuk
cahaya dan cahaya menjadi kurang terpancar dan lebih terfokus pada jaringan
2. Tunika vaskularberpigmen
siliaris, dan iris. Lapisan ini kaya akan pembuluh darah dan mengandung banyak
cilliaris, dan musculus cilliaris. Iris adalah diaphragma berpigmen yang tipis dan
kontraktil dengan lubang di tengahnya yang disebut pupil. Iris terletak di dalam
yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata dan humor aquosus yang akan
membawa nutrien untuk kornea dan lensa. Semua bagian mata ini bersifat
kaya akan pembuluh darah akan memberikan nutrisi pada retina.9 Sedangkan iris
akan memberikan warna pada mata.12Pupil berupa lubang bundar yang dibentuk
oleh iris, yang berfungsi dalam pengaturan cahaya yang masuk. Sedikit atau
banyaknya cahaya dapat diatur oleh pupil dengan bantuan otot-otot iris yaitu otot
Tunika nervosa terdiri dari pars pigmentosa di bagian luar dan pars nervosa
di bagian dalam. Permukaan luar bertemu dengan koroid dan permukaan dalam
bertemu dengan badan kaca. Tiga perempat posterior retina merupakan organ
serrata (bagian akhir pars nervosa). Pada bagian posterior ada daerah lonjong dan
kuning yang disebut makula lutea, yang merupakan area retina dengan daya lihat
yang sangat jelas. Ditengahnya ada lekukan yang disebut fovea centralis. Saraf
optik kira-kira 3 mm dari bagian medial makula lutea melalui discus nervi
optici.9Pada pars optica ini memiliki bintik buta (discusnervi optici), tempat
Retina adalah bagian peka cahaya dengan cara mengubah impuls cahaya
Fotoreseptor yang berperan dalam hal ini adalah sel batang dan sel kerucut.
Pigmen di koroid dan retina menyerap sinar setelah sinar mengenai retina untuk
Gambar 2.2 A. Potongan horizontal melalui bola mata dan nervus opticus. Arteri
dan vena centralis retina melintas melalui spatum subarachnoid untuk mencapai
nervus opticusB. Laceratus musculus recti dan suspensorium bulbi.11
2.1.6 Persarafan
2.2 Refraksi
Cahaya yang masuk ke suatu medium dengan densitas tinggi, berkas cahaya
akan melambat. Arah berkas berubah jika cahaya tersebut mengenai permukaan
pembelokan dan semakin kuat lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai
permukaan lengkung suatubenda dengan densitas lebih besar maka arah refraksi
berkas-berkas tersebut lebih dekat satu sama lain. Karena konvergensi penting
berpenglihatan dekat.9
Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah
kornea dan lensa. Permukaan kornea yang melengkung, struktur pertama yang
dilewati oleh sinar sewaktusinar tersebut masuk mata, berperan paling besar
pertemuan udara-kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan dalam densitas
2.3 Akomodasi
yang penting dalam tajam penglihatan tingkat tinggi. Akomodasi terjadi akibat
kontraksi atau relaksasi otot siliaris mata. Hal ini meningkatkan kekuatan bias
sehingga dapat di capai tajam penglihatan yang paling tinggi.15 Ketika otot siliaris
membelokkan sinar. Pada mata normal dalam melihat dekat maka otot siliaris
akan berkontraksi dan menjadi lebih konveks, tetapi otot ini akan melemas dan
menyebabkan kontraksi.9
Gambar 2.3
Refraksi oleh lensa konveks dan konkaf: (a) Lensa dengan permukaan konveks,
yang menyebabkan konvergensi berkas sinar (mendekatkan berkas-berkas tersebut
satu sama lain). (b) Lensa dengan permukaan konkaf, yang menyebabkan
divergensi berkas sinar (memisahkan berkas-berkas tersebut semakin jauh satu
sama lain).9
Kelainan refraktif mata adalah defek optik, dimana gambar benda yang
Emetropia adalah mata normal yang memiliki daya bias normal. Dimana sinar
jauh difokuskan tepat dibagian peka cahaya di retina tanpa akomodasi. Ametropia
adalah kondisi kelainan refraktif. Dimana cahaya yang datang tidak difokuskan
secara tepat di retina. Melainkan di depan atau di belakang bagian retina yang
peka cahaya tanpa adanya daya akomodasi atau keadaan istirahat. Kelainan
2.4.1 Miopia
Miopia disebut juga penglihatan dekat, yang terjadi akibat mata tidak
mampu melakukan akomodasi secara adekuat untuk benda yang jauh. Miopia
dapat terjadi akibat pemanjangan bola mata pada masa pertumbuhan yang
terjadi miopia. Jika salah satu atau kedua orang tua menderita miopia, ada
visual lainnya dengan jarak dekat dan intens mungkin lebih cenderung untuk
terjadi miopia.17 Berikut ini beberapa hal yang mendasari terjadinya miopia:
atau keduanya.
3. Perubahan posisi lensa yang lebih ke depan sehingga sinar yang masuk akan
danpseudomiopia.14
Miopia kongenital
Miopia bawaan sejak lahir namun, biasanya didiagnosis pada usia 2-3 tahun.
Miopia Sederhana
Miopia sederhana adalah variasi yang paling umum. Hal ini dianggap
tajam terjadi di usia sekolah yakni antara 8 tahun sampai 12 tahun sehingga, ia
Mungkin menandakan adanya variasi fisiologis pada panjang bola mata atau
2. Jenis Curvatural
3. Peran diet
Pada anak usia dini juga telahdilaporkan tetapi, hasilnya belum dapat
4. Peran genetika
mata, prevalensi miopia pada anak-anak, dengan kedua orang tua rabun (20%)
dari anak-anak dengansalah satu orang tua rabun (10%) dan anak-anak yang
pada gen bias terletak pada 3q26, 7p15, 7p36, dan 22q11.19
Pada usia dini juga telah dilaporkan, tetapi tidak mendapatkan hubungan yang
menggunakan kacamata.14
2.4.3 Klasifikasi
1. Congenital: miopia yang terjadi sejak lahir dan menetap pada masa anak.
3. Early adult-onset myopia: miopia yang dijumpai pada usia dewasa hingga 40
tahun
4. Late adult-onset myopia: miopia yang dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun.18
hipermetropia.
3. Cenderung untuk mengeriyitkan mata ketika melihat jauh. Hal ini dilakukan
2.4.5 Pemeriksaan
pasien yang tidak dapat membaca . Pasien duduk pada jarak 5m, 6m atau 20
salah satu mata dan membaca huruf pada kartu snellen, ditentukan letak baris
terakhri yang masih dapat dibaca pasien, jika pasien tidak dapat membaca pada
membuat tulisan lebih jelas atau tulisan tampak lebih kecil dan gelap. Dan
atau autorefraktometer.18
2.4.6 Tatalaksana
dengan bedah refraktif. Prinsip pemberian kacamata pada miopia adalah dengan
menggunakan kaca mata seferis negatif atau minus terkecil yang memberikan
ketajaman penglihatan terbaik. Berikut ini terapi yang bisa di berikan pada
penderita miopia.
1. Mengobati miopia dengan menggunakan kaca mata atau lensa kontak cekung.
Lensa kontak secara khusus disarankan dalam kasus miopia tinggi karena
3. Low vision aid (LVA) diindikasikan pada pasien miopia progresif dengan
perubahan degeneratif, di mana ini berguna jika tidak bisa tercapai dengan
2.4.7 Komplikasi
1. Ablasi retina
3. Perdarahan vitreous
4. Perdarahan koroid
2.4.8 Pencegahan
Beberapa pedoman dalam upaya pencegahan laju miopia dikenal istilah “visual
1. Beristirahat dari membaca atau bekerja dengan jarak dekat setiap 30 menit.
Selama istirahat usahakan untuk dapat berdiri, berkeliling ruangan dan melihat
pada kursi dengan sandaran tegak. Jangan biasakan membaca dalam posisi
tidur.
4. Jarak baca yang baik adalah sepanjang lengan hingga siku (30 cm).
6. Batasi waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi atau bermain game.
7. Olahraga teratur.18,22
2.5 Lensometer
Yaitu sebuah alat optik yang memiliki target pada benda yang bergerak dan
terang, kekuatan lensa dan lensa mata teleskop yang terfokus pada infinity.
Elemen utama adalah lensa bidangyang tetap di tempat dan titik fokus yang akan
3. Target layar.23
terlihat dan masih diluar fokus, yang dilihat melalui lensa mata.
2. Putar lensa mata ke arah yang kabur pada target yang terlihat
melaluilensa mata.
4. Putar drum ke power untuk memfokuskan mires. Mires harus fokus jelas
pada power-drum pembacaan nol (plano). Jika Mires tidak fokus pada
5. Jika mires terus tidak fokus pada plano, lensometer yang perludikalibrasi
ulang. 23
Cara penggunaan lensa meter berbeda-beda tergantung dari jenis lensanya. Dalam
penelitian ini akan dilakukan penilaian lensa seferis. Ada pun langkah pengukuran
memutar power.
2. Putar ocular (eye piece) sampai angka-angka, garis target dan skala terlihat
4. Putar power sampai garis-garis pada target terlihat besih dan tajam pada ke
dua meridiannnya.
Menggunakan
Membaca buku komputer Menonton TV
22
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Lanjutan tabel 3.1
hanya dilakukan satu kali dalam satu saat, tetapi tidak semua subjek diperiksa
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan September 2016
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Literatur
Persiapan kuesioner
Penelitian
Seminar
sampling dimana jumlah sampel sama dengan populasi yaitu 91 orang. Alasan
pemilihan total sampling karena jumlah populasi kurang dari 100, maka seluruh
sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
kuisioner.
b. Kriteria eksklusi
Mahasiswa yang mempunyai riwayat glaukoma, atau cacat mata lain seperti
strabismus.
2014, 2015 yang didapatkan melalui bagian Biro Fakultas Kedokteran Universitas
mata seferis negatif. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan
selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan derjat miopia pada kaca mata responden
oleh responden.
Penentuan sampel
Pengisian kuisioner
Penyusunan laporan
Penyerahan laporan
2. Coding
3. Processing
4. Cleaning
Data yang telah dikumpulkan akan diuji statistik denganuji spearman rho
masing variabel serta analisis bivariat yaitu menganalisis hubungan dua variabel
2015 yang menggunakan kaca mata seferis negative. Jumlah sampel dalam
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secra primer yaitu melalui
variabel, baik untuk variabel dependen dengan tujuan untuk mengetahui sebaran
disajikan karakteristik ataupun ciri khas yang melekat pada diri responden yang
dependen yaitu derajat miopia dan variabel independen yaitu aktivitas melihat
29
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
dekat lama menggunakan komputer, menonton televisi, dan membaca buku dalam
buku dalam sehari, jarak, intensistas cahaya, dan posisi tubuh saat menggunakan
komputer, menonton televisi, dan membaca buku. Total sampel penelitian yang
Pada tabel di atas dapat dilihat jumlah responden terbanyak pada usia 21
Pada tabel di atas dapat dilihat jumlah responden terbanyak degan jenis
Pada tabel di atas dapat dilihat jumlah responden terbanyak pada angkatan
terbanyak adalah miopia ringan yaitu responden yang menggunakan kaca mata
atau lensa berukuran -0.25 s/d -3.00 dioptri sebanyak 49 orang (53,8%).
(18,4%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (4,1%) derajat miopia berat. Untuk
ringan, 4 orang (12,9%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan
orang (72,7%) derajat miopia ringan, 1 orang (9,1%) derajat miopia sedang, dan 2
(13,7%) derajat miopia sedang, dan 3 orang (4,1%) derajat miopia berat. Untuk
ringan, 4 orang (26,7%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (6,7%) derajat miopia
derajat miopia ringan, dan tidak ada sampel dengan derajat miopia sedang dan
berat
Tabel 4.7 Distribusi sampel berdasarkanada atau tidak jeda waktu istirahat
dalam menggunakan komputer dan derajat miopia
Ada atau tidak jeda Derajat miopia
waktu istirahat Jumlah
dalam menggunakan Ringan Sedang Berat
komputer N % N % N % N %
Ya 53 84,1 7 11,1 3 4,8 63 69,2
Kadang-kadang 20 80 4 16 1 4 25 27,5
Tidak 0 0 3 100 0 0 3 3,3
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100
miopia ringan, 7 orang (11,1%) derajat miopia sedang, dan 3 orang (4,8%) derajat
(80%) derajat miopia ringan, 4 orang (16%) derajat miopia sedang, dan 1 orang
(4%) derajat miopia berat. Sedangkan sampel yang menjawab tidak, tidak ada
sampel dengan derajat miopia ringan,3 orang (100%) derajat miopia sedang, dan
ringan, 6 orang (11,1%) derajat miopia sedang, dan 4 orang (7,4%) derajat miopia
berat. Untuk sampel dengan kriteria baik, berjumlah 24 orang (85,7%) derajat
miopia ringan, 4 orang (14,3%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel
dengan derajat miopia berat. Sedangkan sampel dengan kriteria sangat baik,
berjumlah 5 orang (83,3%) derajat miopia ringan, 1 orang (16,7%) derajat miopia
dengan kriteria kurang, berjumlah 13 orang (92,9%) derajat miopia ringan, 1orang
(7,1%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan derajat miopia berat.
Untuk sampel dengan kriteria baik, berjumlah 52 orang (77,6%) derajat miopia
ringan, 11orang (16,4%) derajat miopia sedang, dan 4 orang (6%) derajat miopia
berat. Sedangkan sampel dengan kriteria sangat baik, berjumlah 8 orang (80%)
derajat miopia ringan, 2 orang (20%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel
posisi duduk, berjumlah 18 orang (75%) derajat miopia ringan, 4orang (16,7%)
derajat miopia sedang, dan 2 orang (8,3%) derajat miopia berat. Untuk sampel
derajat miopia ringan, 9orang (17,3%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (3,8%)
(17,8%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (2,2%) derajat miopia berat. Untuk
ringan, 4 orang (17,4%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (4,3%) derajat miopia
derajat miopia ringan, 2 orang (8,7%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (8,7%)
(17,5%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (1,8%) derajat miopia berat. Untuk
ringan, 3 orang (12%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (50%) derajat miopia
derajat miopia ringan, 1 orang (11,1%) derajat miopia sedang, dan 1 orang
Tabel 4.13 Distribusi sampel berdasarkan ada atau tidak jeda waktu
istirahat saat menonton tv dan derajat miopia
Ada atau tidak jeda Derajat miopia
Jumlah
waktu istirahat saat Ringan Sedang Berat
menonton tv N % N % N % N %
ya 42 79,2 8 15,1 3 5,7 53 58,2
Kadang-kadang 25 83,3 5 16,7 0 0 30 33
Tidak 6 75 1 12,5 1 12,5 8 8,8
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100
Sampel berdasarkan ada atau tidaknya jeda waktu istirahat saat menonton tv
yang menjawab ya, berjumlah 42 orang (79,2%) derajat miopia ringan, 8 orang
(15,1%) derajat miopia sedang, dan 3 orang (5,7%) derajat miopia berat. Untuk
miopia ringan, 5 orang (16,7%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel
dengan derajat miopia berat. Sedangkan sampel yang menjawab tidak, 6 orang
(75%) derajat miopia ringan, 1 orang (12,5%) derajat miopia sedang, dan 1 orang
kriteria cukup, berjumlah 36 orang (75%) derajat miopia ringan, 10 orang (20,8%)
derajat miopia sedang, dan 2 orang (4%) derajat miopia berat. Untuk sampel
dengan kriteria baik, berjumlah 18 orang (85,7%) derajat miopia ringan, 1 orang
(4,8%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (9,5%) derajat miopia berat.
derajat miopia ringan, 2 orang (13,3%) derajat miopia sedang, dan tidak ada
cukup, berjumlah 3 orang (4,1%) derajat miopia ringan, dan tidak ada sampel
dengan derajat miopia sedang dan derajat miopia berat. Untuk sampel dengan
kriteria baik, berjumlah 59 orang (80,8%) derajat miopia ringan, 10 orang (13,7%)
sampel dengan kriteria sangat baik, berjumlah 11 orang (73,3%) derajat miopia
ringan, 4 orang (26,7%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan
berjumlah 35 orang (81,4%) derajat miopia ringan, 6 orang (14%) derajat miopia
sedang, dan 2 orang (4,7%) derajat miopia berat. Untuk sampel dengan jarak
sesuai, berjumlah 25 orang (83,9%) derajat miopia ringan, 3 orang (9,7%) derajat
miopia sedang, dan 2 orang (6,5%) derajat miopia berat. Sedangkan sampel
dengan jarak jauh, berjumlah 11 orang (73,3%) derajat miopia ringan, 4 orang
(26,7%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan derajat miopia berat.
berjumlah 2 orang (2,7%) derajat miopia ringan, dan tidak ada sampel dengan
derajat miopia sedang dan berat. Untuk sampel dengan posisi berbaring,
berjumlah 36 orang (83,7%) derajat miopia ringan, 6 orang (14%) derajat miopia
sedang, dan 1 orang (2,3%) derajat miopia berat. Sedangkan sampel dengan posisi
Tabel 4.18 Distribusi sampel berdasarkan lama waktu membaca buku dalam
sekali kegiatan dan derajat miopia
Lama waktu membaca Derajat miopia
Jumlah
buku dalam sekali Ringan Sedang Berat
kegiatan N % N % N % N %
Ringan 19 79,2 5 20,8 0 0 24 26,4
Sedang 38 86,4 4 9,1 2 4,5 44 48,4
Berat 16 69,9 5 21,7 2 8,7 23 25,3
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100
dengan beban kerja ringan, berjumlah 19 orang (79,2%) derajat miopia ringan, 5
orang (20,8%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan derajat miopia
berat. Untuk sampel dengan beban kerja sedang, berjumlah 38 orang (86,4%)
derajat miopia ringan, 4 orang (9,1%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (4,5%)
derajat miopia berat. Sedangkan sampel dengan beban kerja berat, berjumlah 16
orang (69,9%) derajat miopia ringan, 5 orang (21,7%) derajat miopia sedang, dan
beban kerja ringan, berjumlah 49 orang (86%) derajat miopia ringan, 7 orang
(12,3%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (1,8%) derajat miopia berat. Untuk
sampel dengan beban kerja sedang, berjumlah 17 orang (78,3%) derajat miopia
ringan, 4 orang (17,4%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (4,3%) derajat miopia
berat. Sedangkan sampel dengan beban kerja berat, berjumlah 6 orang (54,5%)
derajat miopia ringan, 3 orang (27,3%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (4,3%)
Tabel 4.20 Distribusi sampel berdasarkan ada atau tidak jeda waktu
istirahat ketika membaca buku dan derajat miopia
Ada atau tidak jeda Derajat miopia
Jumlah
waktu istirahat ketika Ringan Sedang Berat
membaca buku N % N % N % N %
Iya 47 81 10 17,2 1 1,7 58 63,7
Kadang-kadang 24 80 4 13,3 2 6,7 30 33,3
Tidak 2 66,7 0 0 1 33,3 3 33,3
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100
Sampel berdasarkan ada atau tidaknya jeda waktu istirahat ketika membaca
buku yang menjawab ya, berjumlah 47 orang (81%) derajat miopia ringan, 10
orang (17,2%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (1,7%) derajat miopia berat.
miopia berat. Sedangkan sampel yang menjawab tidak, 2 orang (80,2%) derajat
miopia ringan, tidak ada sampel dengan derajat miopia sedang, dan 1 orang
Tabel 4.21 Distribusi sampel berdasarkan lama jeda waktu istirahat ketika
membaca buku dan derajat miopia
Derajat miopia
Lama jeda waktu istirahat Jumlah
ketika membaca buku Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Cukup 43 79,6 6 16,7 2 3,7 54 60,7
Baik 20 80 4 16 1 4 25 28,1
Sangat baik 9 90 1 10 0 0 10 11,2
Jumlah 72 80,9 14 15,7 3 3,4 89 100
Sampel berdasarkan lama jeda waktu istirahat ketika membaca buku dengan
(16,7%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (3,7%) derajat miopia berat. Untuk
sampel dengan kriteria baik, berjumlah 20 orang (80%) derajat miopia ringan, 4
orang (16%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (4%) derajat miopia berat.
Sedangkan sampel dengan kriteria sangat baik, berjumlah 9 orang (90%) derajat
miopia ringan, 1 orang (10%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan
dekat, berjumlah 50 orang (48,7%) derajat miopia ringan, 6 orang (10,2%) derajat
miopia sedang, dan 3 orang (5,1%) derajat miopia berat. Untuk sampel dengan
jarak sesuai, berjumlah 22 orang (71%) derajat miopia ringan, 8 orang (25,8%)
derajat miopia sedang, dan 1 orang (3,2%) derajat miopia berat. Sedangkan
sampel dengan jarak jauh, berjumlah 1 orang (1,4%) derajat miopia ringan, dan
kriteria kurang, berjumlah 4 orang (57,1%) derajat miopia ringan, 1 orang (14,3%)
derajat miopia sedang, dan 2 orang (28,6%) derajat miopia berat. Untuk sampel
dengan kriteria baik, berjumlah 54 orang (85,7%) derajat miopia ringan, 8 orang
(12,7%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (1,6%) derajat miopia berat.
derajat miopia ringan, 4 orang (26,7%) derajat miopia sedang, dan tidak ada
derajat miopia sedang, dan 1 orang (7,1%) derajat miopia berat. Untuk sampel
dengan posisi berbaring, berjumlah 18 orang (72%) derajat miopia ringan, 5 orang
(20%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (8%) derajat miopia berat. Sedangkan
ringan, 7 orang (13,5%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (1,9%) derajat miopia
berat.
antara variabel dependen dan variabel independen. Seperti yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya bahwa variabel dependen pada penelitian ini adalah derajat
menonton televisi, dan membaca buku dalam sekali kegiatan, total menggunakan
komputer, menonton televisi, dan membaca buku dalam sehari, jarak, intensistas
cahaya, dan posisi tubuh saat menggunakan komputer, menonton televisi, dan
membaca buku. Metode analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelasi spearman dimana korelasi ini digunakan pada statistik non parametric
dan pada kondisi satu atau kedua variabel adalah skala ordinal.
derajat miopia
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama waktu dalam sekali
value0,527>0,05
derajat miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
lama waktu pemakaian komputer
dalam sehari dengan derajat 0,086 0,417 119
miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)
dalam sehari dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value
0,417>0,05.
value 0,365>0,05
derajat miopia
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara posisi tubuh saat mengunakan
0,947>0,05.
sekali kegiatan dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value
0,964>0,05
Analisis hubungan antara lama waktu menonton tv dalam sehari dengan derajat
sehari dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value 0,742>0,05
0,744>0,05
tidak terdapat hubungan yang signifikan lama waktu membaca buku dalam sekali
kegiatan dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value 0,370>0,05
Analisis hubungan lama waktu membaca buku dalam sehari dengan derajat
terdapat hubungan yang signifikan lama waktu membaca buku dalam sehari
Analisis hubungan jarak yang digunakan saat membaca buku dengan derajat
tidak terdapat hubungan yang signifikan jarak yang digunakan saat membaca
buku dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value 0,198>0,05
tidak terdapat hubungan yang signifikan intensitas cahaya yang digunakan saat
membaca buku dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value
0,913>0,05
Analisis hubungan posisi tubuh ketika membaca buku dengan derajat miopia
tidak terdapat hubungan yang signifikan posisi tubuh saat membaca buku dengan
4.2 Pembahasan
bahwa nilai r semakin menjauhi nilai 1, sehingga hubungan antara waktu saat
dengan derajat miopia lemah. Nilai signifikan yang didapat p-value adalah (p =
0,527 > 0,05), (p = 0,964 > 0,05), dan (p = 0,370 > 0,05) yang menunjukkan taraf
Penelitian lain yang dilakukan oleh Erni Hastrimi, Wahju Ratna M dan
Afiana Rohmani menunjukkan hasil yang berbeda tengan hubungan faktor prilaku
dengan derajat miopia pada mahasiswa FK UMS tahun 2012 yang menyatakan
televisi.31 Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sepnita
Usman, Efhandi Nukman dan Eka Bebasari tentantang hubungan faktor Fakultas
mahasiswa FK UR.32
Dari tabel 4.26 dan 4.30 didapatkan uji spearman nilai spearman colerration
adalah (r = 0,086) dan (r = -0,035) hal ini menunjukkan bahwa nilai r semakin
dan menonton tv dalam sehari dengan derajat miopia lemah. Nilai signifikan yang
Sedangkan untuk tabel 4.35 didapatkan uji spearman nilai spearman colerration
adalah (r = 0,229) hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara 2 variabel
membaca buku dalam sehari dengan derajat miopia lemah. Nilai signifikan yang
didapat p-value adalah (p = 0,029 < 0,05) yang menunjukkan taraf kemaknaan
yang bermakna antara waktu saat membaca buku dalam sehari dengan derajat
miopia.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Ramadhan
tentang hubungan anara lamanya aktivitas melihat dekat dan miopia pada
miopia, tetapi ada hubungan antara lamanya membaca untuk hobi dan
Dari tabel 4.27 ; 4.31 ; 4.37 ; 4.28 ; 4.33 dan 4.38 didapatkan uji
semakin menjauhi nilai 1, sehingga hubungan antara intensitas cahaya dan posisi
derajat miopia lemah. Nilai signifikan yang didapat p-value adalah (p= 0,365 >
0,05), (p= 0,391 > 0,05), (p= 0,913 > 0,05), (p= 0,947 > 0,05), (p= 0,267 > 0,05),
dan (p= 0,268 > 0,05) yang menunjukkan taraf kemaknaan yang tidak bermakna
antara intensitas cahaya dan posisi tubuh saat menggunakan komputer, menonton
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sepnita Usman,
Dari tabel 4.32 dan 4.36 didapatkan uji spearmannilai spearman colerration
adalah (r = 0,035) dan (r = 0,135) hal ini menunjukkan bahwa nilai r semakin
menjauhi nilai 1, sehingga hubungan antara jarak saat menonton tv dan membaca
buku dengan derajat miopia lemah. Nilai signifikan yang didapat p-value adalah
(p= 0,744 > 0,05) dan (p= 0,198 > 0,05) yang menunjukkan taraf kemaknaan yang
tidak bermakna antara antara jarak saat menonton tv dan membaca buku dengan
derajat miopia.
Penelitian lain yang menunjukkan hasil yang sejalan dengan penelitian ini
yang menyatakan tidak ditemukan hubungan antara faktor lain dengan miopia.
Yang termaksuk didalam faktor jarak ketika kerja.35 dan juga penelitian yang
dilakukan oleh Fatika Sari H menunjukka tidak ada hubungan yang terjadi antara
5.1. Kesimpulan
tinggi yaitu sejumlah 42 orang (46,2%). Sebagian besar Responden adalah derajat
miopia ringan yang memiliki intensitas kerja dan beban kerja ringan yaitu rata-
rata 80,95 %. Terdapat responden lebih banyak menggunakan komputer (ada jeda
tv terdapat responden lebih banyak (ada jeda waktu istirahat sebanyak 42 orang
(79,2%), dengan jarak dekat 35 orang (81,4%), intensitas cahaya baik sebayak 59
orang (80,8%), posisi berbaring sebanyak 38 orang (83,7%). Dan pada aktivitas
membaca buku terdapat responden lebih banyak (ada jeda waktu istirahat
sebanyak 47 orang (81%), pada jarak dekat sebanyak 50 orang (84,7%), intensitas
(84,6%).
komputer, menonton televisi dan membaca buku dalam sekali kegiatan; total
hubungan antara total membaca buku dalam sehari dengan derajat miopia
5.2. Saran
derajat miopia.
besar dari penelitian ini agar data yang didapatkan bisa berdistribusi normal.
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Angkatan :
Kelas :
Umur :
Jenis kelamin :
No. Telp/Hp :
Medan, 2016
Peneliti Responden
( ) ( )
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DENGAN
DERAJAT MIOPIA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
Nama : ………………………………
Angkatan : ………………………………
1. Berapa kekuatan lensa kaca mata/lensa kontak yang anda pakai saat ini?
C. > -6 dioptri
2. Berapa lama waktu yang anda gunakan dalam sekali pemakaian komputer ?
sehari?
A. 0-3 jam/hari
B. 4-8 jam/hari
C. 9-16 jam/hari
A. < 1 jam
B. 1-2 jam
C. > 2 jam
komputer?
A. Redup
B. Cukup
C. Terang
komputer?
A. Telungkup
B. Berbaring
C. Duduk
kegiatan tersebut?
9. Berapa total waktu yang anda gunakan untuk menonton televisi dalam sehari?
A. 0-2 jam/hari
B. 2-5 jam/hari
C. > 5 jam/hari
10. Adakah jeda waktu istirahat pada saat anda menonton televisi?
11. Berapa jeda waktu istirahat yang anda gunakan saat menonton televisi?
A. < 1 jam
B. 1-2 jam
C. > 2 jam
12. Bagaimana intensitas cahaya yang anda gunakan saat menonton televisi?
A. Redup
B. Cukup
C. Terang
14. Bagaimana posisi tubuh yang paling sering ketika anda menonton televisi?
A. Telungkup
B. Berbaring
C. Duduk
15. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk membaca buku dalam sekali
kegiatan tersebut?
16. Berapa total waktu yang anda gunakan untuk membaca buku dalam sehari?
A. 0-2 jam/hari
B. 2-4 jam/hari
C. > 4 jam/hari
17. Adakah jeda waktu istirahat pada saat anda membaca buku?
18. Berapa jeda waktu istirahat yang anda gunakan saat membaca buku?
A. < 1 jam
B. 1-2 jam
C. > 2 jam
A. < 30 cm
B. 30-40 cm
C. > 40 cm
A. Redup
B. Cukup
C. Terang
21. Bagaimana posisi tubuh yang paling sering ketika anda membaca buku?
A. Telungkup
B. Berbaring
C. Duduk