Anda di halaman 1dari 80

HUBUNGAN AKTIVITAS MELIHAT DEKAT

DENGAN DERAJAT MIOPIA MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Oleh :

RISNA SAFITRI

1308260106

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

2016
HUBUNGAN AKTIVITAS MELIHAT DEKAT

DENGAN DERAJAT MIOPIA MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana

Oleh :

RISNA SAFITRI

1308260106

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

i
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Penelitian dengan Judul :

HUBUNGAN AKTIVITAS MELIHAT DEKAT


DENGAN DERAJAT MIOPIA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Oleh :
RISNA SAFITRI
1308260106

Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk


dilanjutkan ke Tahap Pengambilan Data atau Melakukan Eksperimen

Disetujui Oleh Pembimbing

Pembimbing :
dr. Zaldi, Sp.M ( )
Penguji 1 :
Prof. Dr. Ghusbakti, M.Sc.PKK.AIFM ( )
Penguji 2:
dr. Des Suryani, M.Biomed ( )

Ditetapkan di : Medan
Tanggal :

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamua’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Puji syukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
saya rahmat dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Hubungan Aktivitas Melihat Dekat dengan Ketajaman Penglihatan
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara Tahun 2016”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih
kepada:
1. dr.Zaldi,Sp.M selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. H. Gusbakti, M.Sc.PKK. AIFM sebagai dosen penguji I, yang telah
memberikan koreksi serta saran sehingga saya dapat memperbaiki dan
melengkapi skripsi ini.
3. dr. M. Jalaluddin Assuyuthi Chalil, M.Ked (An)., Sp.An sebagai dosen
penguji II, yang telah memberikan koreksi serta saran sehingga saya dapat
memperbaiki dan melengkapi skripsi ini.
4. dr.Ade Taufiq, Sp.OG selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara yang telah memberikan sarana dan prasarana
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
5. Teristimewa kepada kedua orang tua saya Ayah H.Hasan Basri dan Ibu
Hj.Erlina Murni yang selalu memberikan dukungan baik material moral dan

iii
do’a untuk saya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Abang saya
Hasrizal, kakak saya Elsa Fitri dan Sari Helda Yani serta adik saya Ridho
Zikril H, Yelly Nursakinah dan Dwikartika Mubela yang turut serta
memberikan dukungan dan do’a.
6. Teman satu bimbingan saya Diah Luvita Sari dan Dini Lestari yang selalu
membantu dan memberikan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Sahabat saya Dita Khairunisa, Reni Violita, Miftahul Jannah, Indri Welsi R,
Helwina Shasti, Aramita Damayanti, Devi Pahlawati yang selalu membantu,
menghibur dan selalu memberikan motivasi kepada saya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Abangda Sukhrian Muhda yang telah membantu dan memberikan dukungan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara angkatan 2013, 2014 dan 2015 yang ikut membantu saya
dalam melaksanakan penelitian ini.

Medan, 18 November 2016


Penulis

(Risna Safitri)

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara,


saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Risna Safitri


NPM : 1308260106
Fakultas : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Hak Bebas
Royalti Noneksklusifatas skripsi saya yang berjudul:

“Hubungan Aktivitas Melihat Dekat dengan Derajat Miopia Mahasiswa


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara”.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah sumatera utara berhak
menyimpan,mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan, 18 November 2016


Yang menyatakan

(Risna Safitri)

v
Hubungan Aktivitas Melihat Dekat dengan Derajat Miopia
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Risna Safitri

ABSTRAK
Latar Belakang :Masalah penglihatan kurang adalah masalah kesehatan
yang begitu penting, pada negara maju dan berkembang. Kejadian miopia
meningkat dengan semakin tingginya tingkat pendidikan termasuk di dalamnya
adalah mahasiswa.Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hal ini adalah
aktivitas melihat dekat.Tujuan :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan aktivitas melihat dekat dengan derajat miopia pada mahasiswa FK
UMSU. Metode :Penelitian ini bersifat observasional dengan desain cross-
sectional. Sampel penelitian sebanyak 91 responden. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik total sampling. Instrumendalam penelitian adalah dengan
pengisian kuesioner dan pemeriksaan derajat miopia. Data dianalisi dengan uji
spearman rho.Hasil :Dari hasil penelitian terdapat hubungan antara variabel total
membaca buku dalam sehari dengan derajat miopia ( p< 0,05). Tetapi tidak ada
hubungan antara variabel lainnya dengan derajat miopia ( p> 0,05). Kesimpulan
:Ada hubungan antara lama membaca buku dalam sekali kegiatan dengan derajat
miopia dan aktivitas lainnya tidak terdapat hubungan.
Kata kunci: miopia, aktivitas melihat dekat.

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Hipotesis 2
1.4 Tujuan penelitian 3
1.4.1 Tujuan umum 3
1.4.2 Tujuan khusus 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.5.1 Bagi peneliti 3
1.5.2 Bagi masyarakat 4
1.5.3 Bagi institusi pendidikan 4
1.5.4 Bagi mahasiswa 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5


2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata 5
2.1.1 Kelopak mata 5
2.1.2 Konjungtiva 5
2.1.3 Sitem lakrimal 6
2.1.4 Struktur mata 6
2.1.5 Otot-otot ekstraokuler 10
2.1.6 Persarafan 10

vii
2.2 Refraksi 10
2.2.1 Proses refraksi 10
2.2.2 Struktur refraktif mata 11
2.3 Akomodasi 11
2.4 Kelainan Refraksi 13
2.4.1 Miopia 13
2.4.2 Etiologi dan patofisiologi 13
2.4.3 Klasifsikasi 15
2.4.4 Gejala klinis 16
2.4.5 Pemeriksaan 16
2.4.6 Tatalaksana 17
2.4.7 Komplikasi 18
2.4.8 Pencegahan 18
2.5 Lensometer 19
2.5.1 Kegunaan Lensometer 19
2.5.2 Petunjuk Manual untuk Menggunakan Lensometer 20
2.6 Kerangka Konsep 21

BAB 3 METODE PENELITIAN 22


3.1 Definisi Operasional 22
3.2 Rancangan Penelitian 24
3.3 Tempat dan Waktu 24
3.3.1 Tempat penelitian 24
3.3.2 Waktu penelitian 24
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 25
3.4.1 Populasi penelitian 25
3.4.2 Sampel penelitian 25
3.5 Metode Pengumpulan Data 25
3.5.1 Cara pengumpulan data 25
3.5.2 Urutan pelaksanaan penelitian 27
3.6 Metode Analisis Data 28

viii
3.6.1 Pengolahan data 28
3.6.2 Analisi data 28

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHSAN


4.1. Hasil
4.1.1 Analisis deskriftif variabel
4.1.2 Analisis bivariat
4.2. Pembahasan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA 29

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Table 3.1Definisi Operasional 23


Table 3.2Waktu penelitian 25

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1Anatomi mata 6


Gambar 2.2 Potongan horizontal bola mata 9
Gambar 2.3Refraksi 12
Gambar 2.4 Kerangka konsep 21
Gambar 3.1Urutan pelaksanaan penelitian 27

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 informed consent 32


Lampiran 2 kuesioner 33

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebuataan dan penglihatan kurang (low vision)adalahmasalah kesehatan

yang begitu penting, pada negara maju dan berkembang.1 Berdasarkan data WHO

terdapat 74.463 juta orang di dunia pada usia diatas 15 tahun mengalami

gangguan penglihatan, diantaranya 39 juta orang mengalami kebutaan dan 246

juta orang mengalamilow vision. Dari Negara-negara berkembang berikut ini yang

mengalamilow visiondianataranya Afrika, 20.407 juta di Amerika, 23.401 juta di

Eastern Mediterranean Region, 18.581 juta di Eropa, 25.502 juta di South East

Asia Region (SEAR)-India, 23.938 juta di western pacific region (WPR)-China,

67.264 juta.2

Survei yang dilakukan di Korea pada orang yang berusia 20 tahun atau lebih

terdapat prevalensi miopiaringan (<-0,5 D) adalah 48,1%, miopia tinggi (>-6,0 D)

adalah 4,0%. Selain itu kejadian miopia meningkat dengan semakin tingginya

tingkat pendidikan dan paparan matahari yang sedikit.3 Prevalensi miopia di

berbagai negara tampaknya meningkat, dan yang paling dramatisantara orang-

orang muda di Asia Timur.4

Sedangkan di Indonesia Prevalensi severe low vision penduduk umur diatas

6 tahun secara nasional sebesar 0,9 %. Prevalensi severe low vision tertinggi

terdapat di Lampung (1,7%), selanjutnya adalah Nusa Tenggara Timur dan

Kalimantan Barat (masing-masing 1,6%). Provinsi dengan prevalensi severe low

1
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
visionterendahadalah DI Yogyakarta (0,3%) diikuti oleh Papua Barat dan Papua

(masing-masing 0,4%).5

Di sumatera utara, penduduk umur ≥ 6 tahun tanpa/dengan koreksi optimal

di tahun 2013 prevalensi koreksi refraksi 4,0 %, severe low vision0,9%dan

kebutaan 0,3%.6

Penelitian yang dilakukan di Singapura pada anak yang menghabiskan

waktunya untuk membaca, menonton tv, bermain video game, dan menggunakan

komputer lebih banyak mengalami miopia.7Kebiasaan membaca dalam waktu

lama akan menyebabkan tonus otot siliaris menjadi tinggi akibatnya lensa menjadi

cembung sehingga bayangan objek jatuh di depan miopia.8

Survei awal pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara sekitar 91 orang yang mengalami kelainan

refraksi.

Berdasarkan data-data diatas maka terdapat pertanyaan peneliti yang belum

terjawab yaitu, apakah aktivitas melihat dekat dapat memperngaruhiderajat miopia

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara.

1.2 Perumusan masalah

Adakah hubungan aktivitas melihat dekat dengan derajat miopia?

1.3 Hipotesis

Ada hubungan aktivitas melihat dekat dengan derajat miopia mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


1.4 Tujuan penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan aktivitas melihat dekat dengan derajat miopia

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui dan menganalisa lama menggunakan komputer, menonton

televisi, dan membaca bukudalam sekali kegiatan secara terus menerus

dengan derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara.

2. Mengetahui dan menganalisa total menggunakan komputer, menonton

televisi, dan membaca buku dalam sehari dengan derajat miopia pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara.

3. Mengetahui dan menganalisa jarak, intensistas cahaya, jeda waktu

istirahat, dan posisi tubuh saat menggunakan komputer, menonton

televisi, dan membaca buku dengan derajat miopia pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi peneliti

1. Peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan tentang studi penelitian.

2. Meningkatkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam bidang

penelitian.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


1.5.2 Bagi masyarakat

1. Mengetahui aktivitas melihat dekat yang berpengaruh terhadap

terjadinyamiopia, sehingga dapat dilakukan pencegahan agar tidak terjadi

miopia atau tidak memperburuk kondisi miopia yang sudah terjadi.

2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan merekaakan pentingnya

indra penglihatan dalam kehidupan sehari-hari.

1.5.3 Bagi intitusi pendidikan

Mengetahui hubungan aktivitas melihat dekat dengan derajat miopia pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

1.5.4 Bagi mahasiswa

1. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan sebagi sumber referensi untuk

penelitian selanjutnya.

2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat memperberat derajat miopia.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi mata

2.1.1 Kelopak mata

Kelopak mata atau palpebra berfungsi untuk melindungi mata dengan cara

menutup. Keolpak mata akan menutup secara cepat atau reflek ketika ada

ancaman bahaya pada mata.9Celah yang dibentuk oleh kedua kelopak mata di

sebut rima palpebrarum. Pertemuan ke dua kelopak mata pada sudut medial

disebut comissura palpebrarum medialis dan sudut lateral disebut comissura

palpebrarum lateralis. Sedangkan sudut yang dibentuknya adalah angulus oculi

medialis dan angulus oculi lateralis. Angulus medialis lebih dalam dan terdapat

caruncula lacrimalis.10Permukaan superfisialnya ditutupi oleh kulit dan bagian

dalamnya dilapisi oleh membran yang disebut konjungtiva. Pada kelopak mata

terdapat bulu mata yang tersusun di pinggir kelopak mata. Pada muara bulu mata

terdapat folikel(glandula sebacea).11Bulu mata berfungsi untuk menyaring

kotoran halus di udara misalnya debu sebelum masuk ke mata.9

2.1.2 Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang melapisi kelopak

mata, melipat pada fornix superior dan inferior untuk melapisi permukaan anterior

bola mata.11Konjungtiva yang terletak pada dinding permukaan belakang dari

palpebra adalah conjunctiva palpebrarum superior dan conjunctiva palpebrarum

inferior (conjunctiva tarsalis superior dan inferior).10

5
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2.1.3 Sistem lakrimal

glandula lakrimal terdiri dari 2 bagian yaitu bagian yang besar (pars

orbitalis) dan bagian yang kecil (pars palpebraris). glandula lakrimal terletak

pada bagian atas bola mata, dibagian anterior dan superior dari septum

orbita.Duktus lakrimalair mata berkumpul pada lakus lakrimal kemudian masuk

ke kanalikuli lakrimal melalui pungta lackrimalis.11Glandula lakrimal berfungsi

untuk memproduksi air mata. Air mata dapat menjadi pelumas, pembersih dan

bahan bakterisidal yang disebarkan tiap kali kedipan mata. 9

Gambar 2.1 A. Strukutr utama dilihat dari pemeriksaan mata. B. Pembesaran


sudut medial diantara kelopak mata. C. Palpebra inferior, ditarik kebawah dan
sedikit dieversi untuk memperlihatkan pungta lakrimalis.9

2.1.4 Struktur mata

Bola mata terdiri dari 3 lapisan, dari luar kedalam adalah tunika fibrosa,

tunika vascular yang berpigmen, dan tunika nervosa.11

1. Tunika fibrosa

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Terdiri dari bagian posterior yang opak yaitu sklera dan bagian yang

transparan di anterior yaitukornea. Sklera terdiri dari jaringanfibrosa yang padat

dan berwarna putih. Di posterior sklera ditembus oleh saraf optik dan menyatu

dengan selubung dura saraf ini. Lamina kribrosa adalah daerah sklera yang

ditembus oleh serabut-serabut nervus optikus. Sklera diperdarahi oleh

arterivorticosae dan venanya adalah vena vorticosae. Pertemuan skleradengan

kornea disebut limbus.11

kornea memiliki fungsi utama yaitu merefleksikan cahaya yang masuk ke

mata. Pada bagian posterior berhubung dengan cairan mata atau aqueoushumor.

kornea merupakan media refraksi yang sangat penting.11 Berkas cahaya masuk

melalui kornea. kornea memiliki lengkungan alami sehingga dapat membiaskan

cahaya dan cahaya menjadi kurang terpancar dan lebih terfokus pada jaringan

dibawahnya.12kornea memiliki ciri khas transparan, avaskular dan terutama terdiri

dari serat kolagen.10

2. Tunika vaskularberpigmen

Tunika vaskular berpigmendari depan ke belakang terdiri dari koroid, badan

siliaris, dan iris. Lapisan ini kaya akan pembuluh darah dan mengandung banyak

pigmen.10badan siliaris kearah posterior dilanjutkan oleh koroid, dan ke anterior di

belakang batas perifer iris. badan siliaristerdiri daricorona cilliaris, processus

cilliaris, dan musculus cilliaris. Iris adalah diaphragma berpigmen yang tipis dan

kontraktil dengan lubang di tengahnya yang disebut pupil. Iris terletak di dalam

humor aquosus di antara kornea dan lensa.11

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Lensa elips membentuk rongga pada bagian anterior yaitu humor vitreus

yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata dan humor aquosus yang akan

membawa nutrien untuk kornea dan lensa. Semua bagian mata ini bersifat

transparan sehingga dapat ditembus cahaya dari kornea hingga ke retina.9Seiring

bertambahnya usia serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi sehingga lensa

perlahan-lahan menjadi lebih besar.13

Koroid akan membantu dalam mengurangi hamburan cahaya.12Koroid yang

kaya akan pembuluh darah akan memberikan nutrisi pada retina.9 Sedangkan iris

akan memberikan warna pada mata.12Pupil berupa lubang bundar yang dibentuk

oleh iris, yang berfungsi dalam pengaturan cahaya yang masuk. Sedikit atau

banyaknya cahaya dapat diatur oleh pupil dengan bantuan otot-otot iris yaitu otot

sirkular (konstriktor) dan otot radial (dilator).9

3. Tunika Nervosa (Retina)

Tunika nervosa terdiri dari pars pigmentosa di bagian luar dan pars nervosa

di bagian dalam. Permukaan luar bertemu dengan koroid dan permukaan dalam

bertemu dengan badan kaca. Tiga perempat posterior retina merupakan organ

reseptor. Pinggir anteriornya membetuk cincin berombak yang di sebut ora

serrata (bagian akhir pars nervosa). Pada bagian posterior ada daerah lonjong dan

kuning yang disebut makula lutea, yang merupakan area retina dengan daya lihat

yang sangat jelas. Ditengahnya ada lekukan yang disebut fovea centralis. Saraf

optik kira-kira 3 mm dari bagian medial makula lutea melalui discus nervi

optici.9Pada pars optica ini memiliki bintik buta (discusnervi optici), tempat

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


nervus opticus meninggalkan retina dan cabang-cabang A. Centralis retina

menembus kedalam retina.10

Retina adalah bagian peka cahaya dengan cara mengubah impuls cahaya

menjadi impuls listrik dan kemudian menyalurkan sinyal tersebut ke otak.12

Fotoreseptor yang berperan dalam hal ini adalah sel batang dan sel kerucut.

Pigmen di koroid dan retina menyerap sinar setelah sinar mengenai retina untuk

mencegah pantulan dan buyaran sinar di dalam mata.9

Gambar 2.2 A. Potongan horizontal melalui bola mata dan nervus opticus. Arteri
dan vena centralis retina melintas melalui spatum subarachnoid untuk mencapai
nervus opticusB. Laceratus musculus recti dan suspensorium bulbi.11

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


2.1.5 Otot-otot ekstraokuler

1. Otot rektus : berfungsi dalam proses aduksi, abduksi, mendepresi , dan

mengelevasi bola mata

2. Otot obliqus: untuk mengendalikan gerak torsional dan, sedikit mengatur

gerak bola mata ke atas dan kebawah.13

2.1.6 Persarafan

Nervus oculomotorius (III) mempersarafi m.rectus medialis, inferior, dan

superior dan m. Obliquus inferior. Nervus abducens (VI) mepersarafi m. Rectus

lateralis; nervus trochleari (IV) mempersarafi m. Obliquus superior. 13

2.2 Refraksi

2.2.1 Proses refraksi

Cahaya yang masuk ke suatu medium dengan densitas tinggi, berkas cahaya

akan melambat. Arah berkas berubah jika cahaya tersebut mengenai permukaan

medium baru dalam sudut yang tidak tegak lurus.14

Refraksi (pembiasan) adalah berbeloknya berkas sinar.Pada permukaan

melengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar daerah

pembelokan dan semakin kuat lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai

permukaan lengkung suatubenda dengan densitas lebih besar maka arah refraksi

bergantung pada sudut kelengkungan.9

Permukaan konveks melengkung keluar (cembung, seperti permukaan luar

sebuah bola), sementara permukaan konkaf melengkungke dalam (cekung, seperti

gua). Permukaan konveks menyebabkan konvergensi berkas sinar, membawa

berkas-berkas tersebut lebih dekat satu sama lain. Karena konvergensi penting

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


untuk membawa suatu bayangan ke titik fokus, maka permukaan refraktif mata

berbentuk konveks.Permukaan konkaf membuyarkan berkas sinar (divergensi).

Lensa konkaf bermanfaat untuk mengoreksi kesalahan refraktif mata, misalnya

berpenglihatan dekat.9

2.2.2 Sruktur refraktif mata

Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah

kornea dan lensa. Permukaan kornea yang melengkung, struktur pertama yang

dilewati oleh sinar sewaktusinar tersebut masuk mata, berperan paling besar

dalam kemampuan refraktif total mata karena perbedaan dalam densitaspada

pertemuan udara-kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan dalam densitas

antara lensa dan cairan di sekitarnya.9

2.3 Akomodasi

Mekanisme akomodasi yaitu mekanisme memfokuskan sistem lensa mata

yang penting dalam tajam penglihatan tingkat tinggi. Akomodasi terjadi akibat

kontraksi atau relaksasi otot siliaris mata. Hal ini meningkatkan kekuatan bias

lensa dan relaksasi menurunkan kekuatan.Akomodasi lensa diatur oleh

mekanisme umpan balik negatif dengan otomatis mengatur kekuatan lensa

sehingga dapat di capai tajam penglihatan yang paling tinggi.15 Ketika otot siliaris

melemas dan ligamentum suspensorium menegang sehingga menarik lensa

menjadi lebih gepeng dan kurang reaktif. Meningkatnya kelengkungan karena

lensa menjadi lebih bulat akan memingkatkan kekuatan lensa danlebih

membelokkan sinar. Pada mata normal dalam melihat dekat maka otot siliaris

akan berkontraksi dan menjadi lebih konveks, tetapi otot ini akan melemas dan

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


lensa menjadi gepeng untuk melihat jauh. Otot siliaris di atur oleh saraf otonom,

dengan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulus parasimpatis

menyebabkan kontraksi.9

Gambar 2.3

Refraksi oleh lensa konveks dan konkaf: (a) Lensa dengan permukaan konveks,
yang menyebabkan konvergensi berkas sinar (mendekatkan berkas-berkas tersebut
satu sama lain). (b) Lensa dengan permukaan konkaf, yang menyebabkan
divergensi berkas sinar (memisahkan berkas-berkas tersebut semakin jauh satu
sama lain).9

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


2.4 Kelainan Refraksi

Kelainan refraktif mata adalah defek optik, dimana gambar benda yang

dilihat tidak tepat jatuh di retina, sehingga menyebabkan penglihatan kabur.

Emetropia adalah mata normal yang memiliki daya bias normal. Dimana sinar

jauh difokuskan tepat dibagian peka cahaya di retina tanpa akomodasi. Ametropia

adalah kondisi kelainan refraktif. Dimana cahaya yang datang tidak difokuskan

secara tepat di retina. Melainkan di depan atau di belakang bagian retina yang

peka cahaya tanpa adanya daya akomodasi atau keadaan istirahat. Kelainan

refraksi dapat berupa miopia, hipermetropia, dan silindris. 16,14

2.4.1 Miopia

Miopia disebut juga penglihatan dekat, yang terjadi akibat mata tidak

mampu melakukan akomodasi secara adekuat untuk benda yang jauh. Miopia

dapat terjadi akibat pemanjangan bola mata pada masa pertumbuhan yang

menyebabkan bayangan difokuskan di depan retina.12

2.4.2 Etiologi dan patofisiologi

Banyak orang yang mewarisi miopia, atau setidaknya kecendrungan untuk

terjadi miopia. Jika salah satu atau kedua orang tua menderita miopia, ada

peningkatan peluang anak-anak mereka akan menderitan miopia. Meskipun

kecenderungan untuk mengembangkan miopia dapat diwariskan, dapat juga

dipengaruhi oleh bagaimana seseorang menggunakan matanya. Individu yang

membaca cukup lama, bekerja di depan komputer, atau melakukan pekerjaan

visual lainnya dengan jarak dekat dan intens mungkin lebih cenderung untuk

terjadi miopia.17 Berikut ini beberapa hal yang mendasari terjadinya miopia:

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


1. Myopia Axial yaitu sumbu aksial atau diameter antero posteriorbola mata yang

lebih panjang. Ini adalahbentuk yang paling umum.

2. Miopia Curvatural terjadi karena peningkatankelengkungan kornea atau lensa

atau keduanya.

3. Perubahan posisi lensa yang lebih ke depan sehingga sinar yang masuk akan

jatuh di satu titik di depan retina.

4. Miopiakarena akomodasi yang berlebihan terjadipada pasien dengan kejang

akomodasi. Biasanya di dapatkan pada penderita diabetes atau katarak.14,18

Miopia memiliki varietas diantaranya adalah miopia kongenital, sederhana

atau perkembangan miopia, miopia patologis atau degeneratif, dan acquired

miopia yang mungkin: pasca trauma, pasca keratitis, akibat obat,

danpseudomiopia.14

Miopia kongenital

Miopia bawaan sejak lahir namun, biasanya didiagnosis pada usia 2-3 tahun.

Kebanyakan waktu kesalahan adalah unilateral dan bermanifestasi sebagai

IanisometropiaI.Anak mungkin mengembangkan juling konvergenuntuk melihat

jelas pada titik jauh nya(yaitu sekitar 10-12 cm).14

Miopia Sederhana

Miopia sederhana adalah variasi yang paling umum. Hal ini dianggap

sebagai kesalahan fisiologis tidakterkait dengan penyakit mata. Kenaikan paling

tajam terjadi di usia sekolah yakni antara 8 tahun sampai 12 tahun sehingga, ia

juga disebutmiopia sekolah.14Beberapa faktor yang terkait denganmiopia

sederhana adalah sebagai berikut:

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


1. Jenismiopiaaxial sederhana

Mungkin menandakan adanya variasi fisiologis pada panjang bola mata atau

terkait dengan cepatnya pertumbuhan neurologis pada masa kanak-kanak.

2. Jenis Curvatural

miopia sederhana disebabkan oleh keterbelakangan bola mata.

3. Peran diet

Pada anak usia dini juga telahdilaporkan tetapi, hasilnya belum dapat

dijadiakan sebagai bukti.

4. Peran genetika

Genetika memainkan beberapa peran dalamVariasi biologis dari perkembangan

mata, prevalensi miopia pada anak-anak, dengan kedua orang tua rabun (20%)

dari anak-anak dengansalah satu orang tua rabun (10%) dan anak-anak yang

orangtuanya normal (5%).14Miopia diduga sebagai kesalahan genetik yaitu

pada gen bias terletak pada 3q26, 7p15, 7p36, dan 22q11.19

5. Teori kerja dekat berlebihan

Pada usia dini juga telah dilaporkan, tetapi tidak mendapatkan hubungan yang

penting, Bahkan tidak ada kebenaran dalam masyarakat, miopia yang

diperparah oleh pekerjaan dekat, menonton televisi dan dengan tidak

menggunakan kacamata.14

2.4.3 Klasifikasi

Menurut derajatnya miopi dibagi atas:

1. Miopia ringan : S-0.25 sampai S-3.00

2. Miopia sedang : S-3.25 sampai S-6.00

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


3. Miopia tinggi : > S-6.00.16

Miopia berdasarkan umur :

1. Congenital: miopia yang terjadi sejak lahir dan menetap pada masa anak.

2. Youth-onset myopia: miopia pada usia 5 tahun hingga usia remaja

3. Early adult-onset myopia: miopia yang dijumpai pada usia dewasa hingga 40

tahun

4. Late adult-onset myopia: miopia yang dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun.18

2.4.4 Gejala klinis

Gejala miopia adalah sebagai berikut:

1. Berkurangnya penglihatan jauh merupakan gejala utama.

2. Sakit kepala gejala yang lebih jarang dikeluhkan di bandingkan pada

hipermetropia.

3. Cenderung untuk mengeriyitkan mata ketika melihat jauh. Hal ini dilakukan

agar mendapatkan adanya efek pinhole.18,20

2.4.5 Pemeriksaan

Pemeriksaan miopia bisa dilakukan secara subyektif dan obyektif.

1. Secara subyektif : dilakukan dengan metode trial and error dengan

menggunakan kartu snellen dengan menunjukkan huruf atau gambar pada

pasien yang tidak dapat membaca . Pasien duduk pada jarak 5m, 6m atau 20

feet dari kartu snellen dengan pencahayaan yang cukup. Pemeriksaan

dilakukan bergantian dengan menutup salah satu mata.pasien diminta menutup

salah satu mata dan membaca huruf pada kartu snellen, ditentukan letak baris

terakhri yang masih dapat dibaca pasien, jika pasien tidak dapat membaca pada

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


hingga 6/6 maka dicoba dilakukan koreksi yang sesuai. Pasien biasanya akan

mengatakan bahwa lensa sebelumnya tidak jelas, perubahan lensa tidak

membuat tulisan lebih jelas atau tulisan tampak lebih kecil dan gelap. Dan

dilanjutkan pada mata yang lainnya.18,21

2. Pemeriksaan secara obyektif dilakukan dengan menggunakan alat retinoskopi

atau autorefraktometer.18

2.4.6 Tatalaksana

Miopia bisa dikoreksi dengan menggunakan kacamata,lensa kontak atau

dengan bedah refraktif. Prinsip pemberian kacamata pada miopia adalah dengan

menggunakan kaca mata seferis negatif atau minus terkecil yang memberikan

ketajaman penglihatan terbaik. Berikut ini terapi yang bisa di berikan pada

penderita miopia.

1. Mengobati miopia dengan menggunakan kaca mata atau lensa kontak cekung.

Lensa kontak secara khusus disarankan dalam kasus miopia tinggi karena

mereka menghindari distorsi perifer.

2. Langkah-langkah Umum empiris diyakini memiliki efek perbaikan pada

miopia (belum terbukti khasiatnya) yaitu dietseimbang makanan kaya vitamin

dan protein dan manajemen awal dalam meringankan penyakit.

3. Low vision aid (LVA) diindikasikan pada pasien miopia progresif dengan

perubahan degeneratif, di mana ini berguna jika tidak bisa tercapai dengan

kacamata dan lensa kontak.

4. Profilaksis (konseling genetik). Sebagai miopia patologis memiliki dasar

genetik yang kuat, transfer penyakit keturunan. Sebaiknya menasihati

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


padapernikahan antara dua orang dengan miopia progresif. Namun, jika

mereka menikah, kemungkinan penyakit akan diturunkan pada anaknya.14

5. Pembedahan miopia .Laser in situ keratomileusis (LASIK), juga dapat secara

signifikan memperbaiki miopia. Pada Bedah lasik digunkan laser untuk

mengubah bentuk kornea secara permanen guna untuk memperbaiki

penglihatan sehingga mengurangi atau menghilangkan kebutuhan penderita

miopia dalam menggunakan lensa korektif.12

2.4.7 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:

1. Ablasi retina

2. Katarak yang rumit

3. Perdarahan vitreous

4. Perdarahan koroid

5. Strabismus konvergensi fixus.14

2.4.8 Pencegahan

Beberapa pedoman dalam upaya pencegahan laju miopia dikenal istilah “visual

hygiene” dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Beristirahat dari membaca atau bekerja dengan jarak dekat setiap 30 menit.

Selama istirahat usahakan untuk dapat berdiri, berkeliling ruangan dan melihat

jauh keluar jendela.

2. Gunakan penerangan yang cukup saat membaca.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


3. Ambilah posisi duduk tegak namun nyaman ketika membaca, dan duduklah

pada kursi dengan sandaran tegak. Jangan biasakan membaca dalam posisi

tidur.

4. Jarak baca yang baik adalah sepanjang lengan hingga siku (30 cm).

5. Duduk setidaknya berjarak 6 kaki saat menonton televisi.

6. Batasi waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi atau bermain game.

7. Olahraga teratur.18,22

2.5 Lensometer

Lensometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan lensa.

Yaitu sebuah alat optik yang memiliki target pada benda yang bergerak dan

terang, kekuatan lensa dan lensa mata teleskop yang terfokus pada infinity.

Elemen utama adalah lensa bidangyang tetap di tempat dan titik fokus yang akan

dianalisis berada pada permukaan belakang lensa.23

2.5.1 Kegunaan lensometer

1. Menentukan kekuatan suatu lensa.

2. Menentukan titik api (optic cntrum) lensa.

3. Menentukan axis (sumbu utama) lensa.

4. Mengetahui derajat prisma suatu lensa.

5. Mengetahui kualitas suatu lensa.23

Dilihat dari bentuk target lensometer terbagi dalam 3 jenis, yaitu:

1. Target berbentuk titik.

2. Target berbentuk garis.

3. Target layar.23

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


2.5.2 Petunjuk manual untuk menggunakan lensometer

a. Mefokuskan lensa mata

1. Hidupkan dengan menekan power hingga mires (garis-garis lurus)

terlihat dan masih diluar fokus, yang dilihat melalui lensa mata.

2. Putar lensa mata ke arah yang kabur pada target yang terlihat

melaluilensa mata.

3. Perlahan-lahan ubah lensa mata dalam arah yang berlawanan sampai

target terlihat jelas. Prosedur ini berfokus pada lensa mata.

4. Putar drum ke power untuk memfokuskan mires. Mires harus fokus jelas

pada power-drum pembacaan nol (plano). Jika Mires tidak fokus pada

plano, ulangi prosedur dari langkah 1.

5. Jika mires terus tidak fokus pada plano, lensometer yang perludikalibrasi

ulang. 23

b. Memposisikan kaca mata

1. Tempatkan kacamata di meja spetakel menghadap jauh dari

anda. Bacalah kekuatan permukaan belakang lensa, biasanya permukaan

sesuai untuk mengukur kekuatan.

2. Saat melihat melalui lensa mata lensometer, selaraskan lensa kacamata

sehingga mires melintas di pusat target (reticle). 23

Cara penggunaan lensa meter berbeda-beda tergantung dari jenis lensanya. Dalam

penelitian ini akan dilakukan penilaian lensa seferis. Ada pun langkah pengukuran

lensa seferis adalah sebagai berikut:

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


1. Letakkan skala pada posisi nol (0) dan target terlihat jelas dengan cara

memutar power.

2. Putar ocular (eye piece) sampai angka-angka, garis target dan skala terlihat

jelas dan tajam.

3. Letakkan lensa yang akan diukur pada posisi back vertex.

4. Putar power sampai garis-garis pada target terlihat besih dan tajam pada ke

dua meridiannnya.

5. Baca angka yang tertera atau terlihat pada skala.23

2.6 Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Aktivitas melihat dekat Derajat miopia

Menggunakan
Membaca buku komputer Menonton TV

Lama dalam sekali kegiatan, total dalam


sehari, jarak, intensitas cahaya, dan posisi

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Definisi operasional

Tabel 3.1 Defenisi operasional


Variabel Definisi Alat ukur Skala Hasil
operasional ukur
Derajat miopia Derajata miopia 1) Ringan : -0.25
adalah besarnya sampai -3.00
ukuran miopia 2) Sedang : -3.25
pada mahsiswa Lensometer Ordinal sampai -6.00
yang memakai 3) Tinggi : >-6.00.16
kacamata minus
dan mengalami
gangguan melihat
jauh.
Aktivitas
melihat dekat:
1. Intensitas Fakor lamanya Kuesioner Ordinal 1) Ringan: 0- 2 jam
menggunak menggunakan secara terus
an komputer yang menerus
komputer dihitung dalam 2) Sedang: 2-3 jam
jam. Dengan secara terus
memperhitungkan menerus.
beban kerja atas 3) Berat: >4 jam
dasar lama waktu secara terus
kerja sekali menerus.24
pemakaian
komputer .

2. Beban kerja Pengelompokan Kuesioner Ordinal 1) Ringan: 0-3 jam/


penggunaan beban kerja hari
komputer pengguna atas 2) Sedang: 4-8
dasar lama waktu jam/hari
kerja pengunaan 3) Berat: 9-16
komputer dalam jam/hari. 25
sehari.

3. Intensitas Faktor lamanya 1) Intensitas rendah:


menonton menggunakan 0-1 jam secara
televisi televisi yang terus menerus.
dihitung dalam 2) Intensitas sedang:

22
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Lanjutan tabel 3.1

jam atas dasar Kuesioner Ordinal 0-2 jam secara


lama waktu kerja terus menerus
sekali pemakaian. 3) Intensitas tinggi: >
2 jam secara terus
menerus.

4. Total Lamanya Kuesioner Ordinal 1) Intensitas rendah :


menonton menonton televisi < 2 jam/hari.
televisi total dalam sehari 2) Intensitas sedang :
yang dihitung 2-5 jam/hari
dalam jam. 3) Intensitas tinggi: >
5 jam. 26

5. Jarak Jarak ideal Kuesioner Interval 1) < 6x diagonal layar


menonton menonton televisi tv
tv = 6 x diagonal 2) = 6 x diagonal
layar tv (dihitung layar tv
dalam meter 3) > 6 x diagonal
diamana 1”= layar tv
0,0254 meter).27

6. Lamanya Seberapa lama Kuesioner Ordinal 1) Ringan: < 30 menit


membaca penderita miopia 2) Sedang: 30-60
buku dalam untuk membaca menit.
sekali baca buku dalam sekali 3) Berat: > 60 menit
baca secara terus
menerus.

7. Total Total waktu yang Kuesioner Ordinal 1) Ringan: 0-2 jam


membaca digunakan 2) Sedang: 2-4 jam
buku dalam penderita miopia 3) Berat: > 4 jam
sehari. untuk membaca
dalam sehari.

8. Jarak Jarak yang Kuesioner Interval 1) < 30 cm


membaca digunakan 2) 30-40 cm
buku penderita miopia 3) > 40 cm
untuk membaca
buku.

9. Intensitas Intensitas cahaya Kuesioner Ordinal 1) Kurang baik: redup


cahaya yang digunakan
dalam penderita sewaktu
membaca membaca buku
buku/ menggunakan

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Lanjutan tabel 3.1
menggunak komputer/ 2) Baik: Cukup
an menonton tv. 3) Sangat baik:
komputer/ Pencahayaan Terang
menonton yang baik yaitu
tv 300-700 lux.28

10. Posisi saat Keadaan posisi Kuesioner Nominal 1) Duduk


membaca badan ketika 2) Berbaring
buku/meng membaca buku/ 3) Telungkup
gunakan menggunakan
laptop laptop.
Intensitas

3.2 Rancangan penelitian

Peneltian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat

deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional untuk menilai hubungan

aktivitas melihat dekat dengan derajat miopia mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Dengan metode ini pengamatan

hanya dilakukan satu kali dalam satu saat, tetapi tidak semua subjek diperiksa

dalam waktu yang sama dan tidak dilakukan follow up.29

3.3 Tempat dan waktu

3.3.1 Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara.

3.3.2 Waktu penelitan

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan September 2016

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Tabel 3.2 Waktu penelitian
Bulan Bulan Bulan Bulan
Kegiatan 6 7 8 9

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Literatur

Persiapan kuesioner

Penelitian

Analisis data dan Evaluasi

Seminar

3.4 Populasi dan sampel penelitian

3.4.1 Populasi penelitian

Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara angkatan 2013-2015

yang memakai kaca mata seferis negatif, yaitu sejumlah 91 orang.

3.4.2 Sampel penelitian

Teknik pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan metode total

sampling dimana jumlah sampel sama dengan populasi yaitu 91 orang. Alasan

pemilihan total sampling karena jumlah populasi kurang dari 100, maka seluruh

populasi dijadikan sampel penelitian ini.30 Pemilihan sampel berdasarkan kriteria

sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara angkatan 2013-2015, yang menderita miopia atau menggunakan kacamata

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


seferis negatif, dan atau silindris minus, bersedia menjadi responden dan mengisi

kuisioner.

b. Kriteria eksklusi

Mahasiswa yang mempunyai riwayat glaukoma, atau cacat mata lain seperti

strabismus.

3.5 Metode pengumpulan data

3.5.1 Cara pengumpulan data

Pada awal penelitian, data skunder adalah jumlah populasi mahasiswa

fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara angkatan 2013,

2014, 2015 yang didapatkan melalui bagian Biro Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara, dan selanjutnya melalui komisi tingkat masing-

masing angkatan untuk menentukan data mahasiswa yang menggunakan kaca

mata seferis negatif. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan

data primer yang diperoleh melalui pemeriksaan kekuatan lensa kacamata

responden dengan menggunakan Lensometer untuk menentukan derajat miopia

dan beberapa pertanyaan tentang aktivitas melihat dekat dengan menggunakan

kuisioner. Informed consent yang telah disiapkan akan diberikan kepada

responden untuk diisi. Setelah Informed consent disetujui oleh responden

selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan derjat miopia pada kaca mata responden

dengan mernggunakan lensometer dan dilanjutkan dengan pengisian kuesioner

oleh responden.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


3.5.2 Urutan pelaksanaan penelitian

Penentuan sampel

Angkatan Angkatan Angkatan


2013 2014 2015

Menggunakan kacamata seferis


negatif (kriteria inklusi dan
eksklusi)

Pembagian informed consent pada


mahasiswa

Pemeriksaan kekuatan lensa

Pengisian kuisioner

Pengolahan dan analisis


data

Penyusunan laporan

Penyerahan laporan

Gambar 3.1 Urutan pelaksanaan penelitian

3.6 Metode analisis data

3.6.1 Pengolahan data

Data yang terkumpul akandiolah dan dianalisis dengan menggunakan

bantuan komputer. Langkah-langkah pengolahan data meliputi :

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


1. Editing

Merupakan kegiatan untuk mengetahui kelengkapan data pada lembar obeservasi

yang akan diolah.

2. Coding

Merupakan kegiatan untuk mengklasifikasikan data berdasarkan kategorinya

masing-masing.Pemberian kode dilakukan setelah data diedit untuk

mempermudah pengolahan data.

3. Processing

Merupakan kegiatan memproses data yang dilakukan dengan cara memasukkan

data ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah

ada kesalahan atau tidak.29

3.6.2 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan diuji statistik denganuji spearman rho

menggunakan aplikasi komputer. Analisis data menggunakan analisis univariat

yaitu analisis yang menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-

masing variabel serta analisis bivariat yaitu menganalisis hubungan dua variabel

yaitu hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Data

tersebut akan ditampilkan dalam bentuk table dan grafik29

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara.Pengumpulan data dimulai dari tanggal 8

September – 04 Oktober 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara angkatan 2013-

2015 yang menggunakan kaca mata seferis negative. Jumlah sampel dalam

penelitian ini sebanyak 91 responden.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secra primer yaitu melalui

pengisian kuesioner oleh responden.Setelah kuesioner dibagikan dan telah diisi

oleh responden, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kaca mata untuk mengetahui

kekuatan lensa kaca mata yang digunakan oleh responden.

Setelah dilakukan pengolahan data, maka penelitian dapat disajikan dan

dianalisis secara deskriptif melalui table distribusi frekuensi serta analisis

multivariat yang disertai narasi sebagai berikut:

4.1.1 Analisis Deskriptif Variabel

Pada penelitian ini dilakukan analisis secara deskriptif untuk masing-masing

variabel, baik untuk variabel dependen dengan tujuan untuk mengetahui sebaran

frekuensi responden berdasarkan variabel-variabel yang diteliti.Selain itu juga

disajikan karakteristik ataupun ciri khas yang melekat pada diri responden yang

diperoleh melalui kuesioner. Deskriptif variabel penelitian terdiri dari variabel

dependen yaitu derajat miopia dan variabel independen yaitu aktivitas melihat

29
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
dekat lama menggunakan komputer, menonton televisi, dan membaca buku dalam

sekali kegiatan, total menggunakan komputer, menonton televisi, dan membaca

buku dalam sehari, jarak, intensistas cahaya, dan posisi tubuh saat menggunakan

komputer, menonton televisi, dan membaca buku. Total sampel penelitian yang

didapatkan adalah 91 orang. Responden terdiri dari laki-laki dan perempuan

dengan usia yang bervariasi antara umur 17-22 tahun.

Table 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia


Umur responden N %
17 tahun 2 2,2
18 tahun 11 12,1
19 tahun 21 23,1
20 tahun 25 27,5
21 tahun 29 31,9
22 tahun 3 3,3

Pada tabel di atas dapat dilihat jumlah responden terbanyak pada usia 21

tahun yaitu 29 orang (31,9 %).

Table 4.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin


Jenis kelamin N %
Laki-laki 15 16,5
Perempuan 76 83,5
Total 91 100,0

Pada tabel di atas dapat dilihat jumlah responden terbanyak degan jenis

kelamin perempuan 76 orang (83,5%).

Table 4.3 Distribusi responden berdasarkan angkatan


Angkatan N %
2015 29 31,9
2014 20 22,0
2013 42 46,2

Pada tabel di atas dapat dilihat jumlah responden terbanyak pada angkatan

2013 yaitu 42 orang (46,2%).

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan derajat beratnya miopia
Derajat miopia N %
Ringan 49 53,8
Sedang 31 34,1
Berat 11 12,1
Total 91 100,0

Pada tabel di atas dapat dilihat berdasarkan derajat beratnya miopia

terbanyak adalah miopia ringan yaitu responden yang menggunakan kaca mata

atau lensa berukuran -0.25 s/d -3.00 dioptri sebanyak 49 orang (53,8%).

Tabel 4.5 Distribusi sampel berdasarkan lama waktu dalam sekali


pemakaian komputer dan derajat miopia
Lama waktu Derajat miopia
dalam sekali Jumlah
pemakaian Ringan Sedang Berat
komputer N % N % N % N %
Ringan 38 77,6 9 18,4 2 4,1 49 53,8
Sedang 27 87,1 4 12,9 0 0,0 31 34,1
Berat 8 72,7 1 9,1 2 18,2 11 12,1
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel dengan penggunaan komputer dalam sekali kegiatan yang memiliki

intensitas ringan, berjumlah 38 orang (77,6%) derajat miopia ringan, 9 orang

(18,4%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (4,1%) derajat miopia berat. Untuk

sampel dengan intensitas sedang, berjumlah 27 orang (87,1%) derajat miopia

ringan, 4 orang (12,9%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan

derajat miopia berat. Sedangkan sampel dengan intensitas berat, berjumlah 8

orang (72,7%) derajat miopia ringan, 1 orang (9,1%) derajat miopia sedang, dan 2

orang (18,2) derajat miopia berat.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Tabel 4.6 Distribusi sampel berdasarkan lama waktu pemakaian komputer
dalam sehari dan derajat miopia
Lama waktu
Derajat miopia
pemakaian Jumlah
komputer dalam Ringan Sedang Berat
sehari N % N % N % N %
Ringan 60 82,2 10 13,7 3 4,1 73 80,2
Sedang 10 66,7 4 26,7 1 6,7 15 16,5
Berat 3 100 0 0 0 0 3 3,3
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel dengan penggunaan komputer dalam sehari yang memiliki

intensitas ringan, berjumlah 60 orang (82,2%) derajat miopia ringan, 10 orang

(13,7%) derajat miopia sedang, dan 3 orang (4,1%) derajat miopia berat. Untuk

sampel dengan intensitas sedang, berjumlah 10 orang (66,7%) derajat miopia

ringan, 4 orang (26,7%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (6,7%) derajat miopia

berat. Sedangkan sampel dengan intensitas berat, berjumlah 3 orang (100%)

derajat miopia ringan, dan tidak ada sampel dengan derajat miopia sedang dan

berat

Tabel 4.7 Distribusi sampel berdasarkanada atau tidak jeda waktu istirahat
dalam menggunakan komputer dan derajat miopia
Ada atau tidak jeda Derajat miopia
waktu istirahat Jumlah
dalam menggunakan Ringan Sedang Berat
komputer N % N % N % N %
Ya 53 84,1 7 11,1 3 4,8 63 69,2
Kadang-kadang 20 80 4 16 1 4 25 27,5
Tidak 0 0 3 100 0 0 3 3,3
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan ada atau tidaknya jeda waktu istirahat ketika

menggunakan komputer yang menjawab ya, berjumlah 53 orang (84,1%) derajat

miopia ringan, 7 orang (11,1%) derajat miopia sedang, dan 3 orang (4,8%) derajat

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


miopia berat. Untuk sampel yang menjawab kadang-kadang, berjumlah 20 orang

(80%) derajat miopia ringan, 4 orang (16%) derajat miopia sedang, dan 1 orang

(4%) derajat miopia berat. Sedangkan sampel yang menjawab tidak, tidak ada

sampel dengan derajat miopia ringan,3 orang (100%) derajat miopia sedang, dan

tidak ada sampel dengan derajat miopia berat.

Tabel 4.8 Distribusi sampel berdasarkanlama jeda waktu istirahat dalam


menggunakan komputer dan derajat miopia

Lama jeda waktu Derajat miopia


Jumlah
istirahat dalam Ringan Sedang Berat
menggunakan komputer N % N % N % N %
Cukup 44 81,5 6 11,1 4 7,4 54 61,4
Baik 24 85,7 4 14,3 0 0 28 31,8
Sangat baik 5 83,3 1 16,7 0 0 6 6,8
Jumlah 73 83,0 11 12,5 4 4,5 88 100

Sampel berdasarkan lama jeda waktuistirahat dalam menggunakan

komputer dengan kriteria cukup, berjumlah 44 orang (81,5%) derajat miopia

ringan, 6 orang (11,1%) derajat miopia sedang, dan 4 orang (7,4%) derajat miopia

berat. Untuk sampel dengan kriteria baik, berjumlah 24 orang (85,7%) derajat

miopia ringan, 4 orang (14,3%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel

dengan derajat miopia berat. Sedangkan sampel dengan kriteria sangat baik,

berjumlah 5 orang (83,3%) derajat miopia ringan, 1 orang (16,7%) derajat miopia

sedang, dan tidak ada sampel dengan derajat miopia berat.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Tabel 4.9 Distribusi sampel berdasarkan intensitas cahaya saat
menggunakan komputer dan derajat miopia
Derajat miopia
Intensitas cahaya saat Jumlah
Ringan Sedang Berat
menggunakan komputer
N % N % N % N %
Kurang 13 92,9 1 7,1 0 0 14 15,4
Baik 52 77,6 11 16,4 4 6 67 73,6
Sangat baik 8 80 2 20 0 0 10 11
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan intensitas cahaya ketika menggunakan komputer

dengan kriteria kurang, berjumlah 13 orang (92,9%) derajat miopia ringan, 1orang

(7,1%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan derajat miopia berat.

Untuk sampel dengan kriteria baik, berjumlah 52 orang (77,6%) derajat miopia

ringan, 11orang (16,4%) derajat miopia sedang, dan 4 orang (6%) derajat miopia

berat. Sedangkan sampel dengan kriteria sangat baik, berjumlah 8 orang (80%)

derajat miopia ringan, 2 orang (20%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel

dengan derajat miopia berat.

Tabel 4.10 Distribusi sampel berdasarkan posisi tubuh saat menggunakan


komputer dan derajat miopia
Posisi tubuh saat Derajat miopia
Jumlah
menggunakan Ringan Sedang Berat
komputer N % N % N % N %
Duduk 18 75 4 16,7 2 8,3 24 26,4
Berbaring 14 93,3 1 6,7 0 0 15 16,5
Telungkup 41 78,8 9 17,3 2 3,8 52 57,1
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan posisi tubuh ketika menggunakan komputer dengan

posisi duduk, berjumlah 18 orang (75%) derajat miopia ringan, 4orang (16,7%)

derajat miopia sedang, dan 2 orang (8,3%) derajat miopia berat. Untuk sampel

dengan posisi berbaring, berjumlah 14 orang (93,3%) derajat miopia ringan,

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


1orang (6,7%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan derajat miopia

berat. Sedangkan sampel dengan posisi telungkup, berjumlah 41 orang (78,8%)

derajat miopia ringan, 9orang (17,3%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (3,8%)

derajat miopia berat.

Tabel 4.11 Distribusi sampel berdasarkanlama waktu menonton tv dalam


sekali kegiatan dan derajat miopia
Derajat miopia
Lama waktu menonton tv Jumlah
dalam sekali kegiatan Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Intensitas rendah 36 80 8 17,8 1 2,2 45 49,5
Intensitas sedang 18 78,3 4 17,4 1 4,3 23 25,3
Intensitas tinggi 19 82,6 2 8,7 2 8,7 23 25.3
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan lama waktu menonton tv dalam sekali kegiatan dengan

intensitas ringan, berjumlah 36 orang (80%) derajat miopia ringan, 8 orang

(17,8%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (2,2%) derajat miopia berat. Untuk

sampel dengan intensitas sedang, berjumlah 18 orang (78,3%) derajat miopia

ringan, 4 orang (17,4%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (4,3%) derajat miopia

berat. Sedangkan sampel dengan intensitas tinggi, berjumlah 19 orang (82,6%)

derajat miopia ringan, 2 orang (8,7%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (8,7%)

derajat miopia berat.

Tabel 4.12 Distribusi sampel berdasarkan lama waktu menonton tv dalam


sehari dan derajat miopia
Derajat miopia
Lama waktu menonton Jumlah
Ringan Sedang Berat
tv dalam sehari
N % N % N % N %
Intensitas rendah 46 80,7 10 17,5 1 1,8 57 62,6
Intensitas sedang 20 80 3 12 2 50 25 27
Intensitas tinggi 7 77,8 1 11,1 1 11,1 9 9,9
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Sampel berdasarkan lama waktu menonton tv dalam sehari dengan

intensitas ringan, berjumlah 46 orang (80,7%) derajat miopia ringan, 10 orang

(17,5%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (1,8%) derajat miopia berat. Untuk

sampel dengan intensitas sedang, berjumlah 20 orang (80%) derajat miopia

ringan, 3 orang (12%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (50%) derajat miopia

berat. Sedangkan sampel dengan intensitas tinggi, berjumlah 7 orang (77,8%)

derajat miopia ringan, 1 orang (11,1%) derajat miopia sedang, dan 1 orang

(11,1%) derajat miopia berat.

Tabel 4.13 Distribusi sampel berdasarkan ada atau tidak jeda waktu
istirahat saat menonton tv dan derajat miopia
Ada atau tidak jeda Derajat miopia
Jumlah
waktu istirahat saat Ringan Sedang Berat
menonton tv N % N % N % N %
ya 42 79,2 8 15,1 3 5,7 53 58,2
Kadang-kadang 25 83,3 5 16,7 0 0 30 33
Tidak 6 75 1 12,5 1 12,5 8 8,8
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan ada atau tidaknya jeda waktu istirahat saat menonton tv

yang menjawab ya, berjumlah 42 orang (79,2%) derajat miopia ringan, 8 orang

(15,1%) derajat miopia sedang, dan 3 orang (5,7%) derajat miopia berat. Untuk

sampel yang menjawab kadang-kadang, berjumlah 25 orang (83,3%) derajat

miopia ringan, 5 orang (16,7%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel

dengan derajat miopia berat. Sedangkan sampel yang menjawab tidak, 6 orang

(75%) derajat miopia ringan, 1 orang (12,5%) derajat miopia sedang, dan 1 orang

(12,5%) derajat miopia berat.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Tabel 4.14 Distribusi sampel berdasarkan lama jeda waktu istirahat saat
menonton tv dan derajat miopia
Derajat miopia
Ada lama jeda waktu Jumlah
istirahat saat menonton tv Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Cukup 36 75 10 20,8 2 4 48 57,1
Baik 18 85,7 1 4,8 2 9,5 21 25
Sangat baik 23 86,7 2 13,3 0 0 15 17,9
Jumlah 67 79,8 13 15,5 4 4,8 84 100

Sampel berdasarkan lama jeda waktu istirahat saat menonton tv dengan

kriteria cukup, berjumlah 36 orang (75%) derajat miopia ringan, 10 orang (20,8%)

derajat miopia sedang, dan 2 orang (4%) derajat miopia berat. Untuk sampel

dengan kriteria baik, berjumlah 18 orang (85,7%) derajat miopia ringan, 1 orang

(4,8%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (9,5%) derajat miopia berat.

Sedangkan sampel dengan kriteria sangat baik, berjumlah 23 orang (86,7%)

derajat miopia ringan, 2 orang (13,3%) derajat miopia sedang, dan tidak ada

sampel dengan derajat miopia berat.

Tabel 4.15 Distribusi sampel berdasarkanintensitas cahaya saat menonton tv


dan derajat miopia
Derajat miopia
Intensitas cahaya saat Jumlah
menonton tv Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Cukup 3 4,1 0 0 0 0 3 3,3
Baik 59 80,8 10 13,7 4 5,5 73 80,2
Sangat baik 11 73,3 4 26,7 0 0 15 16,5
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan intensitas cahaya saat menonton tv dengan kriteria

cukup, berjumlah 3 orang (4,1%) derajat miopia ringan, dan tidak ada sampel

dengan derajat miopia sedang dan derajat miopia berat. Untuk sampel dengan

kriteria baik, berjumlah 59 orang (80,8%) derajat miopia ringan, 10 orang (13,7%)

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


derajat miopia sedang, dan 4 orang (5,5%) derajat miopia berat. Sedangkan

sampel dengan kriteria sangat baik, berjumlah 11 orang (73,3%) derajat miopia

ringan, 4 orang (26,7%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan

derajat miopia berat.

Tabel 4.16 Distribusi sampel berdasarkan jarak yang digunakan ketika


menonton tv dan derajat miopia
Derajat miopia
Jarak yang digunakan Jumlah
ketika menonton tv Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Dekat 35 81,4 6 14 2 4,7 43 47,3
Sesuai 25 83,9 3 9,7 2 6,5 31 34,1
Jauh 11 73,3 4 26,7 0 0 15 16,5
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan intensitas jarak ketika menonton tv dengan jarak dekat,

berjumlah 35 orang (81,4%) derajat miopia ringan, 6 orang (14%) derajat miopia

sedang, dan 2 orang (4,7%) derajat miopia berat. Untuk sampel dengan jarak

sesuai, berjumlah 25 orang (83,9%) derajat miopia ringan, 3 orang (9,7%) derajat

miopia sedang, dan 2 orang (6,5%) derajat miopia berat. Sedangkan sampel

dengan jarak jauh, berjumlah 11 orang (73,3%) derajat miopia ringan, 4 orang

(26,7%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan derajat miopia berat.

Tabel 4.17 Distribusi sampel berdasarkan posisi tubuh ketika menonton tv


dan derajat miopia
Derajat miopia
Posisi tubuh ketika Jumlah
menonton tv Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Duduk 2 2,7 0 0 0 0 2 2,2
Berbaring 36 83,7 6 14 1 2,3 43 47,3
Telungkup 35 76,1 8 17,4 3 6,5 46 50,5
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Sampel berdasarkan posisi tubuh ketika menonton tv dengan posisi duduk,

berjumlah 2 orang (2,7%) derajat miopia ringan, dan tidak ada sampel dengan

derajat miopia sedang dan berat. Untuk sampel dengan posisi berbaring,

berjumlah 36 orang (83,7%) derajat miopia ringan, 6 orang (14%) derajat miopia

sedang, dan 1 orang (2,3%) derajat miopia berat. Sedangkan sampel dengan posisi

telungkup, berjumlah 35 orang (76,1%) derajat miopia ringan, 8orang (17,4%)

derajat miopia sedang, dan 3 orang (6,5%) derajat miopia berat.

Tabel 4.18 Distribusi sampel berdasarkan lama waktu membaca buku dalam
sekali kegiatan dan derajat miopia
Lama waktu membaca Derajat miopia
Jumlah
buku dalam sekali Ringan Sedang Berat
kegiatan N % N % N % N %
Ringan 19 79,2 5 20,8 0 0 24 26,4
Sedang 38 86,4 4 9,1 2 4,5 44 48,4
Berat 16 69,9 5 21,7 2 8,7 23 25,3
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan lama waktu membaca buku dalam sekali kegiatan

dengan beban kerja ringan, berjumlah 19 orang (79,2%) derajat miopia ringan, 5

orang (20,8%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan derajat miopia

berat. Untuk sampel dengan beban kerja sedang, berjumlah 38 orang (86,4%)

derajat miopia ringan, 4 orang (9,1%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (4,5%)

derajat miopia berat. Sedangkan sampel dengan beban kerja berat, berjumlah 16

orang (69,9%) derajat miopia ringan, 5 orang (21,7%) derajat miopia sedang, dan

2 orang (8,7%) derajat miopia berat.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Tabel 4.19 Distribusi sampel berdasarkanlama waktu membaca buku dalam
sehari dan derajat miopia
Lama waktu Derajat miopia
Jumlah
membaca buku Ringan Sedang Berat
dalam sehari N % N % N % N %
Ringan 49 86,0 7 12,3 1 1,8 57 62,6
Sedang 18 78,3 4 17,4 1 4,3 23 25,3
Berat 6 54,5 3 27,3 2 18,2 11 12,1
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan lama waktu membaca buku dalam sehari dengan

beban kerja ringan, berjumlah 49 orang (86%) derajat miopia ringan, 7 orang

(12,3%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (1,8%) derajat miopia berat. Untuk

sampel dengan beban kerja sedang, berjumlah 17 orang (78,3%) derajat miopia

ringan, 4 orang (17,4%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (4,3%) derajat miopia

berat. Sedangkan sampel dengan beban kerja berat, berjumlah 6 orang (54,5%)

derajat miopia ringan, 3 orang (27,3%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (4,3%)

derajat miopia berat.

Tabel 4.20 Distribusi sampel berdasarkan ada atau tidak jeda waktu
istirahat ketika membaca buku dan derajat miopia
Ada atau tidak jeda Derajat miopia
Jumlah
waktu istirahat ketika Ringan Sedang Berat
membaca buku N % N % N % N %
Iya 47 81 10 17,2 1 1,7 58 63,7
Kadang-kadang 24 80 4 13,3 2 6,7 30 33,3
Tidak 2 66,7 0 0 1 33,3 3 33,3
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan ada atau tidaknya jeda waktu istirahat ketika membaca

buku yang menjawab ya, berjumlah 47 orang (81%) derajat miopia ringan, 10

orang (17,2%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (1,7%) derajat miopia berat.

Untuk sampel yang menjawab kadang-kadang, berjumlah 24 orang (80%) derajat

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


miopia ringan, 4 orang (13,3%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (6,7%) derajat

miopia berat. Sedangkan sampel yang menjawab tidak, 2 orang (80,2%) derajat

miopia ringan, tidak ada sampel dengan derajat miopia sedang, dan 1 orang

(4,3%) derajat miopia berat

Tabel 4.21 Distribusi sampel berdasarkan lama jeda waktu istirahat ketika
membaca buku dan derajat miopia
Derajat miopia
Lama jeda waktu istirahat Jumlah
ketika membaca buku Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Cukup 43 79,6 6 16,7 2 3,7 54 60,7
Baik 20 80 4 16 1 4 25 28,1
Sangat baik 9 90 1 10 0 0 10 11,2
Jumlah 72 80,9 14 15,7 3 3,4 89 100

Sampel berdasarkan lama jeda waktu istirahat ketika membaca buku dengan

kriteria cukup, berjumlah 43 orang (79,6%) derajat miopia ringan, 6 orang

(16,7%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (3,7%) derajat miopia berat. Untuk

sampel dengan kriteria baik, berjumlah 20 orang (80%) derajat miopia ringan, 4

orang (16%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (4%) derajat miopia berat.

Sedangkan sampel dengan kriteria sangat baik, berjumlah 9 orang (90%) derajat

miopia ringan, 1 orang (10%) derajat miopia sedang, dan tidak ada sampel dengan

derajat miopia berat.

Tabel 4.22 Distribusi sampel berdasarkan jarak yang digunakan saat


membaca buku dan derajat miopia
Derajat miopia
Jarak yang digunakan Jumlah
saat membaca buku Ringan Sedang Berat
N % N % N % N %
Dekat 50 84,7 6 10,2 3 5,1 59 64,8
Sesuai 22 71 8 25,8 1 3,2 31 34,1
Jauh 1 1,4 0 0 0 0 1 1,1
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Sampel berdasarkan jarak ketika ketika membaca buku dengan jarak

dekat, berjumlah 50 orang (48,7%) derajat miopia ringan, 6 orang (10,2%) derajat

miopia sedang, dan 3 orang (5,1%) derajat miopia berat. Untuk sampel dengan

jarak sesuai, berjumlah 22 orang (71%) derajat miopia ringan, 8 orang (25,8%)

derajat miopia sedang, dan 1 orang (3,2%) derajat miopia berat. Sedangkan

sampel dengan jarak jauh, berjumlah 1 orang (1,4%) derajat miopia ringan, dan

tidak ada sampel dengan derajat miopia sedang dan berat.

Tabel 4.23 Distribusi sampel berdasarkan intensitas cahaya yang digunakan


ketika membaca buku dan derajat miopia
Intensitas cahaya yang Derajat miopia
Jumlah
digunakan ketika Ringan Sedang Berat
membaca buku N % N % N % N %
Kurang 4 57,1 1 14,3 2 28,6 7 7,7
Baik 54 85,7 8 12,7 1 1,6 63 69,2
Sangat baik 15 71,4 5 23,8 1 4,8 21 23,1
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan intensitas cahaya ketika membaca buku dengan

kriteria kurang, berjumlah 4 orang (57,1%) derajat miopia ringan, 1 orang (14,3%)

derajat miopia sedang, dan 2 orang (28,6%) derajat miopia berat. Untuk sampel

dengan kriteria baik, berjumlah 54 orang (85,7%) derajat miopia ringan, 8 orang

(12,7%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (1,6%) derajat miopia berat.

Sedangkan sampel dengan kriteria sangat baik, berjumlah 11 orang (73,3%)

derajat miopia ringan, 4 orang (26,7%) derajat miopia sedang, dan tidak ada

sampel dengan derajat miopia berat.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Tabel 4.24 Distribusi sampel berdasarkan posisi tubuh ketika membaca buku
dan derajat miopia
Derajat miopia
Posisi tubuh ketika Jumlah
Ringan Sedang Berat
membaca buku
N % N % N % N %
Duduk 11 78,6 2 14,3 1 7,1 14 15,4
Berbaring 18 72 5 20 2 8 25 27,5
Telungkup 44 84,6 7 13,5 1 1,9 52 57,1
Jumlah 73 80,2 14 15,4 4 4,4 91 100

Sampel berdasarkan posisi tubuh ketika membaca buku dengan posisi

duduk, berjumlah 11 orang (78,6%) derajat miopia ringan, 2 orang (14,3%)

derajat miopia sedang, dan 1 orang (7,1%) derajat miopia berat. Untuk sampel

dengan posisi berbaring, berjumlah 18 orang (72%) derajat miopia ringan, 5 orang

(20%) derajat miopia sedang, dan 2 orang (8%) derajat miopia berat. Sedangkan

sampel dengan posisi telungkup, berjumlah 44 orang (84,6%) derajat miopia

ringan, 7 orang (13,5%) derajat miopia sedang, dan 1 orang (1,9%) derajat miopia

berat.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


4.1.2 Analisis Bivariate

Analisis bivariate pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan

antara variabel dependen dan variabel independen. Seperti yang telah dijelaskan

pada bab sebelumnya bahwa variabel dependen pada penelitian ini adalah derajat

miopia. Sedangkan variabel independen yang diteliti hubungannya dengan

variabel dependen yaitu aktivitas melihat dekat lama menggunakan komputer,

menonton televisi, dan membaca buku dalam sekali kegiatan, total menggunakan

komputer, menonton televisi, dan membaca buku dalam sehari, jarak, intensistas

cahaya, dan posisi tubuh saat menggunakan komputer, menonton televisi, dan

membaca buku. Metode analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

korelasi spearman dimana korelasi ini digunakan pada statistik non parametric

dan pada kondisi satu atau kedua variabel adalah skala ordinal.

a. Analisis hubungan lama waktu dalam sekali pemakaian komputer dengan

derajat miopia

Analisis hubungan antara lama waktu dalam sekali pemakaian komputer

dengan derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.25hubungan lama waktu dalam sekali pemakaian komputer dengan


derajat miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
lama waktu dalam sekali
pemakaian komputer dengan -0,067 0,527 119
derajat miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama waktu dalam sekali

pemakaian komputer dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-

value0,527>0,05

b. Analisis hubungan lama waktu pemakaian komputer dalam sehari dengan

derajat miopia

Analisis hubungan antara lama waktu pemakaian komputer dalam sehari

dengan derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.26hubungan lama waktu pemakaian komputer dalam sehari dengan


derajat miopia

Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
lama waktu pemakaian komputer
dalam sehari dengan derajat 0,086 0,417 119
miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan antaralama waktu pemakaian komputer

dalam sehari dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value

0,417>0,05.

c. Analisis hubungan intensitas cahaya saat menggunakan komputer dengan


derajat miopia

Analisis hubungan antara intensitas cahaya saat mengunakan komputer dengan

derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Tabel 4.27hubungan intensitas cahaya saat mengunakan komputer dengan
derajat miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
Intensitas cahaya saat
mengunakan komputer dengan 0,096 0,365 119
derajat miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas cahaya saat

mengunakan komputer dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-

value 0,365>0,05

d. Analisis hubungan posisi tubuh saat menggunakan komputer dengan

derajat miopia

Analisis hubungan antara posisi tubuh saat mengunakan komputer dengan

derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.28hubungan posisi tubuh saat mengunakan komputer dengan


derajat miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation

posisi tubuh saat mengunakan


-0,007 0,947 119
komputer dengan derajat miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara posisi tubuh saat mengunakan

komputer dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value

0,947>0,05.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


e. Analisis hubungan lama waktu menonton tv dalam sekali kegiatan dengan
derajat miopia

Analisis hubungan antara lama waktu menonton tv dalam sekali kegiatan

dengan derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.29hubungan lama waktu menonton tv dalam sekali kegiatan dengan


derajat miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
lama waktu menonton tv dalam
sekali kegiatan dengan derajat -0,005 0,964 119
miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan antaralama waktu menonton tv dalam

sekali kegiatan dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value

0,964>0,05

f. Analasis hubungan lama waktu menonton tv dalam sehari dengan derajat


miopia

Analisis hubungan antara lama waktu menonton tv dalam sehari dengan derajat

miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.30hubungan lama waktu menonton tv dalam seharidengan derajat


miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
Lama waktu menonton tv dalam
0,035 0,742 119
sehari dengan derajat miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan antaralama waktu menonton tv dalam

sehari dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value 0,742>0,05

g. Analisis hubungan intensitas cahaya saat menonton tv dengan derajat


miopia

Analisis hubungan intensitas cahaya saat menonton tv dengan derajat miopia

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.31hubunganintensitas cahaya saat menonton tv dengan derajat


miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
intensitas cahaya saat menonton
0,091 0,391 119
tv dengan derajat miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan antaraintensitas cahaya saat menonton tv

dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value 0,391>0,05

h. Analisis hubungan jarak yang digunakan ketika menonton tv dengan


derajat miopia

Analisis hubungan jarak yang digunakan ketika menonton tv dengan derajat

miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Tabel 4.32hubunganjarak yang digunakan ketika menonton tvdengan
derajat miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
Jarak yang digunakan ketika
menonton tv dengan derajat 0,035 0,744 119
miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan antarajarak yang digunakan ketika

menonton tv dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value

0,744>0,05

i. Analisis hubungan posisi tubuh ketika menonton tv dengan derajat miopia

Analisis hubungan posisi tubuh ketika menonton tv dengan derajat miopia

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.33hubunganposisi tubuh ketika menonton tv dengan derajat miopia


Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
Posisi tubuh ketika menonton tv
dengan der 0,118 0,267 119
ajat miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan antaraposisi tubuh ketika menonton tv

dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value 0,267>0,05.

j. Analisis hubungan lama waktu membaca buku dalam sekali kegiatan


dengan derajat miopia

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Analisis hubungan lama waktu membaca buku dalam sekali kegiatan dengan

derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.34hubunganlama waktu membaca buku dalam sekali


kegiatandengan derajat miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
lama waktu membaca buku dalam
sekali kegiatandengan derajat 0,095 0,370 119
miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan lama waktu membaca buku dalam sekali

kegiatan dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value 0,370>0,05

k. Analisis hubungan lama waktu membaca buku dalam sehari dengan


derajat miopia

Analisis hubungan lama waktu membaca buku dalam sehari dengan derajat

miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.35hubunganlama waktu membaca buku dalam seharidengan derajat


miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
Lama waktu membaca buku
dalam seharidengan derajat 0,229 0,029 119
miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

terdapat hubungan yang signifikan lama waktu membaca buku dalam sehari

dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value 0,029<0,05

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


l. Analisis hubungan jarak yang digunakan saat membaca buku dengan
derajat miopia

Analisis hubungan jarak yang digunakan saat membaca buku dengan derajat

miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.36hubunganjarak yang digunakan saat membaca buku dengan


derajat miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
Jarak yang digunakan saat
membaca bukudengan derajat 0,136 0,198 119
miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan jarak yang digunakan saat membaca

buku dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value 0,198>0,05

m. Analisis hubungan intensitas cahaya yang digunakan ketika membaca


buku dengan derajat miopia

Analisis hubungan intensitas cahaya yang digunkanan ketika membaca buku

dengan derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.37hubunganintensitas cahaya yang digunakan saat membaca buku


dengan derajat miopia
Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Intensitas cahaya yang digunakan
saat membaca bukudengan derajat 0,012 0,913 119
miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan intensitas cahaya yang digunakan saat

membaca buku dengan derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value

0,913>0,05

n. Analisis hubungan posisi tubuh ketika membaca buku dangan derajat


miopia

Analisis hubungan posisi tubuh ketika membaca buku dengan derajat miopia

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera

Utara adalah sebagai berikut:

Tabel 4.38hubunganposisi tubuhsaat membacabukudengan derajat miopia


Spearman
Sig. (2tailed) N
correlation
posisi tubuhsaat membaca
0,117 0,268 119
bukudengan derajat miopia
Correlation si signifikan at the 0,05 level (2-tailed)

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa korelasi spearman menunjukkan

tidak terdapat hubungan yang signifikan posisi tubuh saat membaca buku dengan

derajat miopia. Nilai signifikan yang didapat p-value 0,268>0,05

4.2 Pembahasan

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Dari tabel 4.25; 4.29 dan 4.34 didapatkan uji spearman nilai spearman

colerration adalah (r = 0,067) ; (r = 0,005) dan (r = 0,095) hal ini menunjukkan

bahwa nilai r semakin menjauhi nilai 1, sehingga hubungan antara waktu saat

menggunakan komputer, menonton tv dan membaca buku dalam sekali kegiatan

dengan derajat miopia lemah. Nilai signifikan yang didapat p-value adalah (p =

0,527 > 0,05), (p = 0,964 > 0,05), dan (p = 0,370 > 0,05) yang menunjukkan taraf

kemaknaan yang tidak bermakna antara waktu saat menggunakan komputer,

menonton tv dan membaca buku dalam sehari dengan derajat miopia.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Erni Hastrimi, Wahju Ratna M dan

Afiana Rohmani menunjukkan hasil yang berbeda tengan hubungan faktor prilaku

dengan derajat miopia pada mahasiswa FK UMS tahun 2012 yang menyatakan

ada hubungan intensitas menggunakan komputer dan intensitas menonton

televisi.31 Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sepnita

Usman, Efhandi Nukman dan Eka Bebasari tentantang hubungan faktor Fakultas

Kedokteran Universitas Riau terhadap kejadian miopia, menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan bermakna antara factor lamanya aktivitas melihat dekat

(membaca buku, menonton televisi, bermain game, menggunakan

laptop/komputer, dan aktivitas jarak dekat lainnya) dengan kejadian miopia

mahasiswa FK UR.32

Dari tabel 4.26 dan 4.30 didapatkan uji spearman nilai spearman colerration

adalah (r = 0,086) dan (r = -0,035) hal ini menunjukkan bahwa nilai r semakin

menjauhi nilai 1, sehingga hubungan antara waktu saat menggunakan komputer

dan menonton tv dalam sehari dengan derajat miopia lemah. Nilai signifikan yang

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


didapat p-value adalah (p = 0,417 > 0,05), dan (p = 0,742 > 0,05) yang

menunjukkan taraf kemaknaan yang tidak bermakna antara waktu saat

menggunakan komputer dan menonton tv dalam sehari dengan derajat miopia.

Sedangkan untuk tabel 4.35 didapatkan uji spearman nilai spearman colerration

adalah (r = 0,229) hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara 2 variabel

dengan nilai r semakin menjauhi nilai 1, sehingga hubungan antara waktu

membaca buku dalam sehari dengan derajat miopia lemah. Nilai signifikan yang

didapat p-value adalah (p = 0,029 < 0,05) yang menunjukkan taraf kemaknaan

yang bermakna antara waktu saat membaca buku dalam sehari dengan derajat

miopia.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Ramadhan

tentang hubungan anara lamanya aktivitas melihat dekat dan miopia pada

mahasiswa tingkat IV FK UPN yang menyatakan tidak ada hubungan anatara

lamanya mengerjakan tugas kuliah, menonton TV, menggunakan laptop dan

miopia, tetapi ada hubungan antara lamanya membaca untuk hobi dan

miopia.33penelitian lain dilakukan oleh Mutia Maulud F, M. Hidayat dan Julizar

terhadap mahasiswa pendidikan dokter FK Unand angkatan 2010 yang

menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama aktivitas

membaca dengan derajat miopia.34

Dari tabel 4.27 ; 4.31 ; 4.37 ; 4.28 ; 4.33 dan 4.38 didapatkan uji

spearmannilai spearman colerration adalah (r = 0,096) ; (r = 0,091) ; (r = 0,012) ;

(r = -0,007) ; (r = 0,118) dan (r = 0,117) hal ini menunjukkan bahwa nilai r

semakin menjauhi nilai 1, sehingga hubungan antara intensitas cahaya dan posisi

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


tubuh saat menggunakan komputer, menonton tv dan membaca buku dengan

derajat miopia lemah. Nilai signifikan yang didapat p-value adalah (p= 0,365 >

0,05), (p= 0,391 > 0,05), (p= 0,913 > 0,05), (p= 0,947 > 0,05), (p= 0,267 > 0,05),

dan (p= 0,268 > 0,05) yang menunjukkan taraf kemaknaan yang tidak bermakna

antara intensitas cahaya dan posisi tubuh saat menggunakan komputer, menonton

tv dan membaca buku dengan derajat miopia.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sepnita Usman,

Efhandi Nukman dan Eka Bebasari tentantang hubungan faktor Fakultas

Kedokteran Universitas Riau terhadap kejadian miopia, menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan bermakna antara sikap pencegahan (posisi aktivitas melihat

dan intensitas cahaya) mahasiswa FK UR terhadap terjadinya miopia.32

Dari tabel 4.32 dan 4.36 didapatkan uji spearmannilai spearman colerration

adalah (r = 0,035) dan (r = 0,135) hal ini menunjukkan bahwa nilai r semakin

menjauhi nilai 1, sehingga hubungan antara jarak saat menonton tv dan membaca

buku dengan derajat miopia lemah. Nilai signifikan yang didapat p-value adalah

(p= 0,744 > 0,05) dan (p= 0,198 > 0,05) yang menunjukkan taraf kemaknaan yang

tidak bermakna antara antara jarak saat menonton tv dan membaca buku dengan

derajat miopia.

Penelitian lain yang menunjukkan hasil yang sejalan dengan penelitian ini

yang menyatakan tidak ditemukan hubungan antara faktor lain dengan miopia.

Yang termaksuk didalam faktor jarak ketika kerja.35 dan juga penelitian yang

dilakukan oleh Fatika Sari H menunjukka tidak ada hubungan yang terjadi antara

jarak melihat dekat dengan miopia mahasiswa FK USU.36

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Responden yang mengalami miopia paling banyak adalah usia 21 tahun

yang berjumlah 25 orang (31,9%). Kejadian miopia Lebih banyak terjadi

Responden perempuan dibandingankan laki-laki. Angkatan 2013 adalah angkatan

tertinggi dibandingkan 2 angkatan lainnya yang memiliki kejadian miopia paling

tinggi yaitu sejumlah 42 orang (46,2%). Sebagian besar Responden adalah derajat

miopia ringan yang memiliki intensitas kerja dan beban kerja ringan yaitu rata-

rata 80,95 %. Terdapat responden lebih banyak menggunakan komputer (ada jeda

istirhat sebanyak 44 orang (84,1%), intensitas cahaya baik sebanyak 52 orang

(77,6%), posisi telungkup sebanyak 41 orang (78,8%)). Untuk aktivitas menonton

tv terdapat responden lebih banyak (ada jeda waktu istirahat sebanyak 42 orang

(79,2%), dengan jarak dekat 35 orang (81,4%), intensitas cahaya baik sebayak 59

orang (80,8%), posisi berbaring sebanyak 38 orang (83,7%). Dan pada aktivitas

membaca buku terdapat responden lebih banyak (ada jeda waktu istirahat

sebanyak 47 orang (81%), pada jarak dekat sebanyak 50 orang (84,7%), intensitas

cahaya baik sebanyak 54 orang (85,7%), posisi telungkup sebanyak 44 orang

(84,6%).

Tidak terdapat hubungan antara aktivitas melihat dekat (lama menggunakan

komputer, menonton televisi dan membaca buku dalam sekali kegiatan; total

menggunakan komputer dan menonton televisi dalam sehari, serta jarak,

intensistas cahaya, dan posisi tubuh saat menggunakan komputer, menonton

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


televisi, dan membaca buku) dengan derajat miopia mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Tetapi terdapat

hubungan antara total membaca buku dalam sehari dengan derajat miopia

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik lagi untuk

membuktikan hubungan masing-masing aktivitas melihat dekat dengan

derajat miopia.

2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih

besar dari penelitian ini agar data yang didapatkan bisa berdistribusi normal.

3. bagi responden sebaiknya tetap menjaga penglihatannya, dengan cara

melakukan pemeriksaan berkala.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Ramezani A, pardis M, rifati N, Moghddam Mk, Katibeh M, Rostamii p,


dkk. Causes of Visual Impairment Among Patients Referred to A Visual
Rehabilitation Clinic in Irian. Korean J Ophthalmol. 2012 ; 26(2):80-83.
2. WHO. Global Data on Visual Impairment 2010. World Health
Organization. Geneva. 2012
3. Kim EC, Morgan IG, Kakizaki H, Kang S, Jee D. Prevalence and Risk
Factors for Refractive Errors:Korean National Health and Nutrition
Examination Survey:2008-2011. 2013
4. Holden BA, Fricke TR, Wilson DA, Jong M, Naidoo KS, Sankaridurg P,
dkk. Global Prevalence of Myopia and High Myopia and Temporal Trends
from 2000 through 2050. 2016
5. Rir’ati L, Rosita T, Hasanah N, Lely I. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Kesehatan Indra. Jakarta. 2013. Available
from:http://terbitan.litbang.depkes.go.id/.
6. Hendrawan H, Winarto ATW, Raflizar, Handayani K, Ida, Nugroho SU,
dkk. RISKESDAS dalam Angka Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013.
Jakarta: Lembaga Penerbitan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Available
from:http://terbitan.litbang.depkes.go.id/.
7. Guggenheim JA. Correlation in refractive errors between siblings in the
Singapore cohort study of risk factor for myopia. British journal of
Ophtalmology. 2007. Available from: http://proquest.umi.com/ [Accessed
11 june 2016]
8. Ramadhan,Muhammad. Hubungan Antara Lamanya Aktivitas Melihat
Dekat dan Miopia Pada Mahasiswa Tingkat IV Fk UON “Veteran”
Jakarta. 2011.
9. Sherwood L. Fisiologi Manuisa Dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta:EGC,
2012. Hal:215-217
10. Paulsen F, waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Jilid 3 Edisi 23.
Jakarta:EGC, 2012. Hal:98
11. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta:EGC. 2011.
Hal:617-625
12. Elizabeth J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya
Media. 2009. Hal:376
13. Vaughan DG, Asbury T, Riodan P. Oftalmologi Umum Edisi 17.Alih
bahasa : Pendit BU. Jakarta:Widya Medika, 2009. Hal:15
14. Khurana AK. Comprehensive Opthalmology Edisi 4. India: New Age
International (P) Ltd. 2011. Hal:28.32-36
15. Guyton H. buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC, 2007.
Hal: 678
16. Wojcieshowki R. nature and Nurture: The complex genetics of myopia and
refractive error. 2011. [Accessed 20 April 2016]

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


17. American Optometric association. Common Eye Condition: Myopia
(nearsightenedness), USA: American Optometric Association. 2010.
Available from: http://www.aoa.org/myopia.xml [Accessed 27 April 2016]
18. Budiono S, Saleh TT, Moestidjab, Eddyanto. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Mata. Surabaya:Airlangga University Press.2013
19. Klein AP, Duggal P, Lee KE, Cheng CY, Klein R, Wilson JEB, dkk.
Linkage Analysis of Quantitative Refraction and Refractive Errors in the
Beaver Dam Eye Study. 2011. [Accessed 20 April 2016]
20. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke 4. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI. 2011. Hal. 76
21. Negussie D, Assefa Y, Kassa A, Melese A. Lecture Note for Healt Science
Student: Ophthalmology. Ethiopia Public Healt Training Initiative. 2004
22. How to prevent myopia. Available
from:http://www.myopia.org/ebook/12chapter7.htm [Accesed 12 June
2016]
23. Wilkison ME, Bragg TL. OD Plus Cylinder Lensometry CO. 2015
24. Hanum, IF. Efektivitas Penggunaan Screen pada Monitor Komputer untuk
Mengurangi Kelelahan Mata pada Pekerja Call Centre di PT. Indosat NSR
tahun 2008. Universitas Sumatera Utara Medan. Available from:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1/08E00330.pdf [Accesed 9
May 2016]
25. Masayuki T, Tadashi N, Katsutoshi T, Takeshi H, Takeshi N, Toshiaki M,
dkk. Possible association between heavy computer users and
glaucomatous visual field abnormalities: a cross sectional study in japanes
workers. [Accesed 29 May 2016]
26. Publikasi.umy.ac.id/index.php/pend-dokter/article/view/…/3997
27. S. Seema, v. BM, K. AK, K, Minakshi, G. Manish: Effect of Television
Wathing on Vision of school children in Rural Haryana. 2011. Available
from: http://www.ispub.com/journal/the-internet-journal-of-preventive-
nedicine/volume-1-number-1/effect-of-television-watching-on-vision-of-school-
childern-in-rural-haryana.html [Accesed 9 May 2016].
28. Energyefficiencyasia.org [homepage on the internet]. United National
Environtment Programme: Efisiensi Energy untuk Industri Asia. 2002.
[update 2006; cited 2016 may 12]
29. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi
ke 5. Jakarta: Sagung Seto, 2014: Hal.6;130-131
30. Sugiyono . Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2009 :
Hal. 124
31. Hastrini E, Ratna WM, Rohmani A. Hubungan Faktor Perilaku dengan
Derajat Miopia Pada Mahasiswa FK Universitas Muhammadiyah
Semarang Tahun 2012. Semarang: Fk UMS; 2012
32. Usman S, Nukman E, Bebasari E. Hubungan Antara Faktor Keturunan,
Aktivitas Melihat Dekat dan Sikap Pencegahan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau Terhadap Kejadian Miopia. JOM FK Vol 1,
No 2; 2014.

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


33. Ramadhan. Hubungan Antara Lamanya Aktivitas Melihat Dekat Dengan
Derajat Miopia pada Mahasiswa Tingkat IV FK UPN. Jakarta : FK
UPN;2011.
34. Fauziah MM, Hidayat M, Julizar. Hubungan Lama Aktivitas Membaca
dengan Derajat Miopia pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand
Angkatan 2010. Padang : FK Unand ; 2013
35. Nurkasih I, Astrid BS, Rahayu T. Hubungan antara Kerja Jarak Dekat
dengan Miopia pada Penjahit Wanita Departemen StitchingAtletik II
Pabrik Sepatu ‘X” Tahun 2004. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Mata
FK UI/ RS Ciptomangunkusumo.
36. Sari F. Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat,
dengan Miopia pada Mahasiswa FK USU. Medan : FK USU ; 2010

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Angkatan :

Kelas :

Umur :

Jenis kelamin :

No. Telp/Hp :

Setelah mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian


yang berjudul “Hubungan Aktivitas Melihat Dekat dengan Derajat Miopia
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera utara”,
dan setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya resiko yang mjungkin terjadi,
dengan ini menyatakan saya bersedia menjadi responden penelitian. Jika sewaktu-
waktu ingin berhenti, saya berhak untuk tidak melanjutkan keikutsertaan saya
terhadap penelitian ini tanpa adanya sanksi apapun.

Medan, 2016

Peneliti Responden

( ) ( )

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN AKTIVITAS MELIHAT DEKAT DENGAN
DERAJAT MIOPIA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Nama : ………………………………

Umur : ………………… Tahun

Jenis kelamin : ………………………………

Angkatan : ………………………………

Tanggal pengisian kuisioner : ……………………………...

1. Berapa kekuatan lensa kaca mata/lensa kontak yang anda pakai saat ini?

A. -0.25 dioptri sampai -3 dioptri

B. -3.25 dioptri sampai -6 dioptri

C. > -6 dioptri

2. Berapa lama waktu yang anda gunakan dalam sekali pemakaian komputer ?

A. 0-2 jam secara terus menerus

B. 2-4 jam secara terus menerus

C. > 4 jam secara terus menerus

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


3. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk pemakaian komputer dalam

sehari?

A. 0-3 jam/hari

B. 4-8 jam/hari

C. 9-16 jam/hari

4. Adakah jeda waktu istirahat pada saat anda menggunakan komputer?

A. Iya (lanjutkan ke pertanyaan no. 5)

B. Kadang-kadang (lanjutkan ke pertanyaan no. 5)

C. Tidak ( lewati pertanyaan no. 5)

5. Berapakah jeda waktu istirahat pada saat anda menggunakan komputer?

A. < 1 jam

B. 1-2 jam

C. > 2 jam

6. Bagaimana intensitas cahaya yang anda gunakan saat mengoperasikan

komputer?

A. Redup

B. Cukup

C. Terang

7. Bagaimana posisi tubuh yang paling sering ketika anda menggunakan

komputer?

A. Telungkup

B. Berbaring

C. Duduk

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


8. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk menonton tv dalam sekali

kegiatan tersebut?

A. 0-1 jam secara terus menerus

B. 1-2 jam secara terus menerus

C. > 2 jam secara terus menerus

9. Berapa total waktu yang anda gunakan untuk menonton televisi dalam sehari?

A. 0-2 jam/hari

B. 2-5 jam/hari

C. > 5 jam/hari

10. Adakah jeda waktu istirahat pada saat anda menonton televisi?

A. Iya (lanjutkan ke pertanyaan no. 11)

B. Kadang-kadang (lanjutkan ke pertanyaan no. 11)

C. Tidak (lewati pertanyaan no. 11)

11. Berapa jeda waktu istirahat yang anda gunakan saat menonton televisi?

A. < 1 jam

B. 1-2 jam

C. > 2 jam

12. Bagaimana intensitas cahaya yang anda gunakan saat menonton televisi?

A. Redup

B. Cukup

C. Terang

13. Berapa jarak yang anda gunakan untuk menonton tv?

A. <6 x diagonal layar tv

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


B. 6 x diagonal layar tv

C. > 6 x diagonal layar tv

14. Bagaimana posisi tubuh yang paling sering ketika anda menonton televisi?

A. Telungkup

B. Berbaring

C. Duduk

15. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk membaca buku dalam sekali

kegiatan tersebut?

A. < 30 menit secara terus menerus

B. 30-60 menit secara terus menerus

C. ≥ 60 menit secara terus menerus

16. Berapa total waktu yang anda gunakan untuk membaca buku dalam sehari?

A. 0-2 jam/hari

B. 2-4 jam/hari

C. > 4 jam/hari

17. Adakah jeda waktu istirahat pada saat anda membaca buku?

A. Iya (lanjutkan ke pertanyaan no. 18)

B. Kadang-kadang (lanjutkan ke pertanyaan no. 18)

C. Tidak ( lewati pertanyaan no. 18)

18. Berapa jeda waktu istirahat yang anda gunakan saat membaca buku?

A. < 1 jam

B. 1-2 jam

C. > 2 jam

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara


19. Berapa jarak yang anda gunakan untuk membaca buku?

A. < 30 cm

B. 30-40 cm

C. > 40 cm

20. Bagaimana intensitas cahaya yang anda gunakan ketika membaca?

A. Redup

B. Cukup

C. Terang

21. Bagaimana posisi tubuh yang paling sering ketika anda membaca buku?

A. Telungkup

B. Berbaring

C. Duduk

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai