JULYARNI
1106053123
JULYARNI
1106053123
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayahNya kepada penulis, sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Keputusasaan yang
Mengalami Diabetes Mellitus” telah selesai pada waktunya. Karya Ilmiah Akhir
Ners ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ners di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
Karya Ilmiah Akhir Ners ini, tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa
pihak yang telah membantu:
1. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
2. Riri Maria, S.Kp., M.N. selaku Ketua Program Studi Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
3. Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An., IBCLC selaku
Koordinator Profesi Ners yang telah memberikan banyak informasi selama
penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners;
4. Ice Yulia Wardhani, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.J. selaku Koordinator Mata
Ajar Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan;
5. Dr. Mustikasari, S.Kp.,M.A.R.S selaku Dosen Pembimbing KIAN yang
telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan dukungan moral dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners;
6. Ns. Yudi Ariesta Chandra, S.Kep selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran selama praktik
PKKMP;
7. I Ketut Sudiatmika, M.Kep., Sp.Kep.J selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan banyak masukan yang bermanfaat untuk perbaikan penulisan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini;
iv
Universitas Indonesia
Karya Ilmiah Akhir Ners ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan pengalaman penulis. Kritik dan saran sangat
diperlukan untuk menyempurnakan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Semoga Karya
ilmiah akhir ners ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan
selanjutnya.
Depok, Juni 2016
Penulis
v
Universitas Indonesia
Nama : Julyarni
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Keputusasaan
yang Mengalami Diabetes Mellitus
vii
Universitas Indonesia
Name :Julyarn
i Study Program
:Nursing
Title :Nursing Care to Client with Hopelessness who Suffer from
Diabetes Mellitus
The urban population is increasing every year, it has an impact on improving the
health problems in urban communities. Diabetes mellitus is a common disease
which is experienced by the urban communities in the world. The aim of this essay
is to describe the psychosocial problem, hopelessness, in urban communities who
suffered from diabetes mellitus. Interventions for hopelessness psychosocial
problem are developing positive expectations, positive skill enchancement within
the client and providing information as per client requirements. The result of the
implementation of this intervention showed that developing positive expectations
and positive skill enchancement to the client could effectively decrease the
hopelessness symptoms.
viii
Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 5
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................... 5
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................31
LAMPIRAN
x
Universitas Indonesia
xi
Universitas Indonesia
xii
Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjabaran beberapa data yang mendukung penulis dalam
mengangkat judul Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Rumusan masalah juga
dipaparkan sebagai ringkasan latar belakang yang dikaitkan dengan kasus klien
kelolaan. Selain itu, tujuan dan manfaat penulisan juga dijabarkan secara rinci
dalam bab ini.
1
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Salah satu masalah kesehatan psikososial yang sering terjadi pada klien
dengan diabetes mellitus yaitu keputusasaan. Keputusasaan adalah pernyataan
subjektif individu di mana seorang individu melihat keterbatasan atau tidak
ada alternatif atau pilihan-pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
memobilisasi energi atau masalahnya secara sendiri yang ditandai dengan
gangguan pola tidur, penurunan afek, nafsu makan, kontak mata berkurang,
inisiatif dan respon stimulus akibat stres kronis, menjauhi lawan bicara, pasif,
mengangkat bahu dan mengatakan “tidak bisa”, mengeluh (Herdman &
Kamitsuru, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2009) mengenai depresi dan
diabetes menunjukkan bahwa pada individu yang mengalami diabetes kronik
cenderung akan mengalami gangguan psikologis seperti depresi yang dapat
mempengaruhi koping individu yang tidak efektif seperti merokok, penurunan
nafsu makan, dan kurangnya aktivitas fisik.
Menurut data mengenai jumlah penyakit fisik yang masuk di Ruang Bisma
RSMM Bogor pada bulan Februari 2016, diabetes mellitus berada di urutan
terbanyak yaitu sejumlah 14 orang (18,66%), diikuti dengan gagal jantung
kongestif (CHF) sejumlah 10 orang (13,33%). Sedangkan untuk masalah
psikososial yang terobservasi oleh mahasiswa selama praktik di Ruang Bisma,
menunjukkan bahwa 44,4% mengalami ansietas dan yang mengalami
keputusasaan sebanyak 3 orang (6,67%).
Karya tulis ini dapat dijadikan data dasar untuk pengembangan keilmuan
keperawatan jiwa terkait dengan masalah psikososial pada klien dengan
diabetes mellitus.
Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat sebagai pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan psikososial pada klien dengan
keputusasaan. Selain itu, dapat bermanfaat pula bagi klien dan keluarga
dalam mengatasi masalah psikososial pada klien dengan diabetes mellitus.
1.4.3 Manfaat Bagi Penulis Lain
Karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penulisan karya
tulis ilmiah selanjutnya pada area keperawatan jiwa atau terkait dengan
masalah psikososial pada klien dengan diabetes mellitus.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menjelaskan berbagai teori dan penelitian terkait masyarakat
perkotaan diabetes mellitus. Pada bab ini juga akan dipaparkan konsep terkait
masalah psikososial akibat penyakit fisik yaitu keputusasaan sebagai acuan
tentang pentingnya proses keperawatan masalah psikososial pada pasien dengan
penyakit fisik.
7
Universitas Indonesia
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada masyarakat perkotaan yaitu penyakit
paru infeksius akibat kondisi lingkungan yang buruk, penyakit tidak menular
(penyakit jantung, kanker dan diabetes) akibat penggunaan tembakau, diet tidak
sehat, kurangnya aktivitas fisik dan penggunaan alkohol yang membahayakan,
dan kecelakaan lalu lintas maupun tindakan kriminal. Penyakit Diabetes Mellitus,
gagal jantung kongestif dan TB paru merupakan salah satu penyakit yang lazim
terjadi pada masyarakat perkotaan (WHO, 2010).
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia
karena defisiensi insulin atau ketidakedekuatan penggunaan insulin. Terdapat dua
tipe diabetes : tipe I dan tipe II. DM tipe I, disebut juga diabetes mellitus
tergantung insulin (IDDM), mulai dengan tiba-tiba dan sebelum usia 30 tahun.
Faktor Risiko Diabetes Mellitus antara lain :
1) Ras/etnik
2) Riwayat keluarga
Universitas Indonesia
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi apabila kadar glukosa darah turun di bawah 50-60
mg/dl akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang
berat. Hipoglikemi ringan, gejala yang muncul seperti perspirasi, tremor,
takikardi, palpitasi, kegelisahan, dan rasa lapar. Hipoglikemi sedang, gejala
yang muncul seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, baal di daerah bibir dan lidah, bicara pelo,
gerakan tak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku tidak rasional,
penglihatan ganda, perasaan ingin pingsan. Hipoglikemia berat, gejala yang
muncul seperti disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur,
dan kehilangan kesadaran.
2. Ketoasidosis diabetik
KAD disebabkan oleh tidak adanya insulin atau jumlah insulin yang tidak
mencukupi. Gambaran klinis yang penting pada ketoasidosis diabetik
adalah dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis. Gejala yang muncul
seperti poliuri dan polidipsi, penglihatan kabur, kelemahan dan sakit kepala,
hipotensi ortostatik, nafas berbau aseton, anoreksia, mual, muntah, nyeri
abdomen, dan hiperventilasi (pernapasan Kussmaul).
2. Komplikasi Mikrovaskuler
a. Retinopati diabetik
Retinopati diabetik merupakan kelainan patologis mata disebabkan
perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata.
Penglihatan yang kabur merupakan gejala umum yang terjadi. Penderita
yang melihat benda tampak mengambang (floaters) dapat
mengindikasikan terjadinya perdarahan.
b. Nefropati diabetik
Merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit ginjal stadium
terminal pada penderita diabetes.
3. Neuropati
Neuropati mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe
saraf termasuk saraf perifer (sensoriotonom), otonom, dan spinal.
a. Neuropati perifer
Neuropati perifer sering mengenai bagian distal serabut saraf khususnya
saraf ekstremitas bawah. Gejala awal adalah parestesia (rasa tertusuk-
tusuk, kesemutan atau peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar
khususnya malam hari. Bila terus berlanjut penderita akan mengalami
baal (mati rasa) di kaki, penurunan sensibilitas nyeri dan suhu yang
meningkatkan risiko untuk mengalami cedera dan infeksi di kaki.
b. Neuropati otonom.
Neuropati otonom mengakibatkan berbagai disfungsi yang mengenai
hampir seluruh sistem organ tubuh.
2.3 Keputusasaan
B. Diagnosis Keperawatan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Britneff dan Winkley
(2013) mengenai peran intervensi psikologis untuk orang dengan
diabetes dan masalah kesehatan mental, menunjukkan bahwa beberapa
orang dengan diabetes merasa sulit untuk mengatasi dan beresiko
memiliki masalah kesehatan mental, seperti gangguan suasana hati,
gangguan makan dan kecanduan. Gangguan suasana hati tersebut salah
satunya yaitu depresi, yang memiliki tanda gejala keputusasaan seperti
hilangnya rasa percaya, perasaan kegagalan atau rasa bersalah yang
berlebihan, pikiran atau tindakan bunuh diri, kurang konsentrasi/ ragu-
ragu dan gerakan melambat atau agitasi.
C. Intervensi Keperawatan
Menurut Stuart (2009), keputusasaan merupakan suatu respon emosional
dari masalah psikologis respon emosional maladaptif. Intervensi yang
dilakukan untuk mengatasi masalah psikososial yang berhubungan
dengan respon emosional maladaptif atau keputusasaan yaitu:
1. Modifikasi respon maladaptif klien
2. Kembalikan fungsi kerja dan fungsi psikososial klien
3. Tingkatkan kualitas hidup klien
4. Meminimalkan risiko kekambuhan klien
5. Memberikan keamanan
6. Mendorong hubungan terapeutik
7. Mendorong ADL dan perawatan fisik
8. Menggunakan komunikasi terapeutik
9. Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga (Videbeck,
2011).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail (2009) mengenai depresi dan
diabetes menunjukkan bahwa pada individu yang mengalami diabetes kronik
cenderung akan mengalami gangguan psikologis seperti depresi yang dapat
mempengaruhi koping individu yang tidak efektif seperti merokok, penurunan
nafsu makan, dan kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, menurut hasil penelitian
yang dilakukan oleh Chung, Moon, Kim, Min, Kim dan Hwang (2014) mengenai
ide bunuh diri dan usaha bunuh diri pada klien dengan diabetes mellitus di Korea,
menunjukkan bahwa suasana hati yang tertekan selama 2 minggu atau lebih, terus
menerus ditunjukkan oleh 13,6% dari individu dengan toleransi glukosa normal,
14,3% dari mereka dengan gangguan intoleransi glukosa dan 17,6% pasien DM,
sementara pikiran untuk bunuh diri ditunjukkan oleh 15,3% dari individu dengan
toleransi glukosa normal, 15,6% dari peserta dengan gangguan intoleransi glukosa,
dan 17,6% dari pasien DM. Sehingga didapatkan bahwa gejala keputusasaan
sebagian besar dialami oleh pasien DM yang akan berdampak pada perburukan
kondisi kesehatan fisik.
BAB 3
Bab ini berisi penyajian mengenai hasil pengkajian fisik dan psikososial serta
masalah keperawatan yang dialami klien. Mahasiswa akan menyajikan secara
deskriptif mengenai gambaran dalam melakukan pengkajian, penegakan diagnosis,
implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan yang diberikan pada klien.
Ibu T (53 tahun), wanita, janda, sudah tidak bekerja, namun masih memiliki bisnis
perdagangan online. Klien beragama islam, dengan pendidikan terakhir S2. Klien
berasal dari suku Jawa, saat ini klien tinggal bersama anak perempuan dan
pembantunya di rumahnya di Kabupaten Bogor.
Klien dirawat di Ruang Bisma sejak tanggal 15 Mei 2016- 4 Juni 2016 dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, mual, penurunan
nafsu makan. Klien memiliki riwayat asma dan DM sejak tahun 2006. Diagnosis
medis saat masuk rumah sakit yaitu Dispnea ec TB paru, DM Tipe 2, post TB.
Klien memiliki riwayat TB paru sejak bulan September 2015, namun setelah
pengobatan OAT selama 5 bulan, klien putus obat karena terjadi masalah pada
fungsi hatinya akibat dari pengobatan OAT tersebut. Dari hasil pengkajian,
keluarga klien yaitu ayah klien memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2.
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak dapat melakukan aktivitas secara normal
sejak memiliki riwayat jatuh 2 tahun yang lalu, yang mengakibatkan saat ini klien
tidak bisa berjalan karena merasa nyeri pada kakinya tersebut. Klien mengatakan
sebelum sakit masih bisa melakukan pekerjaan rumah secara sendiri, namun
semenjak sakit, klien lebih banyak berdiam diri di rumah dengan segala aktivitas
dibantu oleh pembantunya. Klien mengatakan selama dirinya tidak bisa berjalan,
ia menjadi jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar dan tidak aktif dalam
kegiatan masyarakat di lingkungan rumahnya.
18
Universitas Indonesia
Klien mengatakan merasa pasrah dengan kondisinya saat ini, apabila Allah SWT
ingin segera mengambil nyawanya saat itu, ia mengatakan sudah pasrah dan ingin
diambil saja nyawanya. Pada saat pengkajian awal, klien terlihat sering mengeluh
tentang penyakitnya yang tidak kunjung sembuh, klien tampak selalu gelisah,
bersedih dan selalu menangis. Klien terlihat selalu curiga dengan tindakan yang
akan dilakukan kepada dirinya, seperti menolak ketika akan dilakukan inhalasi
maupun dipasang selang oksigen, karena merasa seperti melihat sesuatu yang
tidak nyata. Klien mengatakan sesak yang dirasakan tidak kunjung hilang dan
nafsu makannya berkurang dan mual. Klien hanya menghabiskan makanannya
kurang dari setengah porsi. Klien mengatakan mengalami kesulitan tidur karena
rasa sakit yang dirasakan dan kepikiran mengenai kondisi penyakitnya. Hasil
observasi selama wawancara, klien tampak gelisah, kontak mata kurang, terlihat
bersedih dan menangis, dan hasil pemeriksaan tanda – tanda vital menunjukkan
tekanan darah= 110/70 mmHg, Nadi= 88x/menit, RR= 24x/menit, Suhu= 36,50C.
Hubungan klien dengan anaknya sangat dekat, klien selalu menceritakan tentang
masalahnya pada anaknya. Klien juga mengatakan masih berhubungan dekat
dengan rekan-rekan kerja maupun teman-teman masa sekolah dan kuliahnya.
Klien mengatakan tidak terlalu dekat dengan tetangga di sekitar rumahnya, karena
jarang berinteraksi. Selama di rumah sakit, klien dijaga secara bergantian oleh
pembantu dan anak perempuannya. Klien mengatakan mengalami hubungan yang
tidak baik dengan mantan suaminya, karena sudah pernah menghianati dirinya
maupun keluarganya di masa lalu. Namun, klien masih bersyukur karena
suaminya masih bertanggung jawab untuk menafkahi anak perempuannya karena
keterbatasan kondisi dirinya pada saat ini. Klien mengatakan rekan-rekannya
belum berkunjung ke rumah sakit karena dirinya tidak ingin teman-temannya tahu
kalau ia sedang sakit dan dirawat di rumah sakit.
Universitas Indonesia
Keputusasaan
Ketidakberdayaan
Gambar 3.1 Pohon Masalah
Setelah dilakukan 6 kali pertemuan, klien sudah mampu melakukan ADL secara
mandiri yaitu berpakaian, minum dan sudah mampu menghabiskan makanannya
secara mandiri. Klien terlihat lebih segar, ceria, tidak mengeluh, mematuhi
pengobatan dan berinisiatif akan melanjutkan bisnis perdagangan kue online yang
sudah ia tinggalkan selama sakit.
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis masalah keperawatan dengan konsep
terkait KKMP dan konsep kasus terkait, analisis tindakan keperawatan yang telah
dilakukan dan membandingkan dengan teori-teori dan hasil-hasil penelitian
sebelumnya serta alternatif pemecahan masalah yang dapat diberikan dalam
mengatasi masalah psikososial keputusasaan.
Klien kelolaan merupakan individu dewasa akhir dengan umur 53 tahun dan
berjenis kelamin perempuan. Klien merupakan seorang janda, beragama islam,
sudah tidak bekerja dengan tingkat pendidikan S2. Saat ini klien tinggal di Bogor
bersama anak perempuan semata wayangnya dan pembantunya. Klien sudah
memiliki riwayat diabetes mellitus sejak tahun 2006 dan mengatakan bahwa DM
nya terkontrol. Riwayat pola makan tidak teratur, berlebihan dan gizi tidak
seimbang dan kurangnya aktivitas fisik dialami oleh klien. Pada saat klien
dilakukan pemeriksaan GDS di rumah sakit, kadar glukosa darah klien sebesar
347 mg/dl, klien mengeluh saat itu merasa lemas dan pusing.
Menurut Black dan Hawks (2009), faktor risiko terjadinya diabetes mellitus di
antaranya yaitu ras/etnik, riwayat keluarga, obesitas, usia, BBLR, kurang aktivitas
fisik, diet tinggi glukosa, karbohidrat dan lemak. Hal tersebut tergambar dalam
keadaan Ibu T, di mana Ibu T memiliki riwayat diabetes mellitus dari ayahnya,
terlebih lagi dengan gaya hidup Ibu T yang kurang sehat seperti, jarang
berolahraga, makan-makanan tinggi glukosa, karbohidrat dan lemak, yang dapat
memperberat risiko terjadinya diabetes mellitus.
Klien Ibu T mengatakan saat sebelum sakit, klien pernah memiliki riwayat
merokok pada saat masa kuliah dan berhenti sekitar 1 tahun yang lalu, dan pada
saat itu, ia terdiagnosis TB paru. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wu, Guo, Huang, Chai, Zhang, Pan, Yuan dan Shen (2016)
22
Universitas Indonesia
tentang diabetes mellitus pada pasien dengan tuberkulosis paru pada populasi
lansia di Shanghai, China, yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara risiko terjadinya TB paru pada klien dengan diabetes mellitus, yang
disebabkan oleh penurunan kekebalan tubuh akibat penyakit diabetes mellitus
tersebut. Hal ini juga didukung oleh pernyataan White, Duncan dan Baumle
(2013) bahwa faktor risiko tuberkulosis antara lain: kontak langsung dengan
seseorang yang menderita tuberkulosis aktif, terganggunya kekebalan tubuh,
misalnya seseorang dengan HIV dan kanker, ketergantungan obat atau alkoholik
serta merokok dan ventilasi yang buruk dan kelembaban. Selain memiliki riwayat
merokok, klien Ibu T juga mengatakan tinggal di daerah perumahan yang cukup
padat, sehingga hal tersebut dapat memicu terjadinya TB paru pada Ibu T.
Klien Ibu T memiliki riwayat jatuh sekitar 2 tahun yang lalu, yang menyebabkan
ia tidak bisa berjalan karena kaki kirinya sangat nyeri. Klien mengatakan sudah
berobat ke rumah sakit untuk masalah pada kaki kirinya tersebut, namun tidak
dilakukan tindakan operasi, klien hanya diberikan obat anti nyeri yaitu Tramadol
untuk mengatasi rasa nyeri tersebut. Klien mengatakan rasa nyeri yang dialaminya
tidak berkurang sama sekali dari sejak ia jatuh. Pada saat sebelum jatuh, klien
mengatakan merasa pusing dan pandangannya kabur. Hal ini sesuai dengan
komplikasi dari diabetes mellitus yaitu ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit
kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, baal di daerah bibir dan lidah,
bicara pelo, gerakan tak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku tidak
rasional, penglihatan ganda, perasaan ingin pingsan (Black & Hawks, 2009).
Klien Ibu T juga menjadi jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sejak
ia tidak bisa berjalan. Klien mengatakan selama sakit hanya berdiam diri di rumah
dan tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Hal ini terlihat pada saat klien
dirawat di rumah sakit, klien tidak pernah dikunjungi oleh tetangganya. Selain itu,
klien selalu terlihat sedih, murung dan menangis. Klien juga pernah mengatakan
lelah dengan kondisi penyakitnya dan ingin segera diambil oleh Allah SWT, jika
memang ajalnya sudah dekat. Klien juga terlihat tidak nafsu makan, kontak mata
berkurang dengan lingkungan sekitar dan cenderung menolak segala tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah fisik yang dialaminya, seperti menolak
Universitas Indonesia
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chung, Moon, Kim, Min, Kim dan Hwang
(2014) mengenai ide bunuh diri dan usaha bunuh diri pada klien dengan diabetes
mellitus di Korea menunjukkan gejala keputusasaan sebagian besar dialami oleh
pasien DM seperti suasana hati yang tertekan dan ide bunuh diri sebesar 17,6%.
Hal ini terlihat dari Ibu T yang selalu mengeluh dengan penyakitnya yang tidak
kunjung sembuh. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gooding, Tarrier, Dunn, Shaw, Awenat,
Ulph dan Pratt (2015) mengenai pengaruh keputusasaan pada hubungan antara
gejala kejiwaan dan rentan bunuh diri pada populasi pada risiko bunuh diri,
menunjukkan bahwa keputusasaan memiliki kekuatan hubungan positif antara
gejala kejiwaan umum dan probabilitas bunuh diri.
Selain itu, dukungan sosial dan keluarga merupakan salah satu faktor penting
dalam masalah keputusasaan yang dialami klien. Menurut Videbeck (2011), klien
dengan risiko bunuh diri sering mengalami kekurangan dalam sistem pendukung
sosial seperti keluarga, teman, agama, rekan kerja dan komunitas pendukung,
yang disebabkan oleh perubahan status kesehatan klien yang menyebabkan klien
tidak dapat aktif untuk berinteraksi di lingkungan sekitarnya. Hal ini terlihat pada
Ibu T yang tidak pernah dikunjungi oleh rekan-rekan kerja maupun tetangganya
selama di rumah sakit, sehingga klien cenderung tidak memiliki motivasi untuk
melawan rasa keputusasaannya. Oleh sebab itu, penting untuk mengatasi masalah
psikososial keputusasaan yang dialami klien untuk mengurangi risiko perburukan
penyakit yang dialami.
4.2 Analisis Intervensi Keperawatan
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Britneff dan Winkley (2013)
mengenai peran intervensi psikologis untuk orang dengan diabetes dan masalah
kesehatan mental, menunjukkan bahwa beberapa orang dengan diabetes merasa
sulit untuk mengatasi dan beresiko memiliki masalah kesehatan mental, seperti
gangguan suasana hati, gangguan makan dan kecanduan. Selain itu, menurut
penelitian yang dilakukan oleh de Nasetta (2006) mengenai keputusasaan dan
depresi pada wanita dengan diabetes mellitus menunjukkan bahwa keputusasaan
dan depresi sering terjadi pada wanita dengan diabetes mellitus, sehingga klien
tersebut perlu dilakukan intervensi terhadap masalah fisik khususnya
psikososialnya.
Klien yang cenderung menolak saat akan dilakukan tindakan keperawatan seperti
pemberian terapi oksigen dan inhalasi, digambarkan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Barnabishvili, Ulrichs dan Waldherr (2016) mengenai peran dari
hambatan penerimaan dalam keterlambatan penyembuhan tuberkulosis
menunjukkan bahwa ekspektasi negatif, keraguan tentang kualitas pelayanan atau
pengobatan dan beban stigma, serta perawat pasien yang bersikap diskriminatif
terhadap karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, suku) dilaporkan sebagai
hambatan utama yang mempengaruhi keterlambatan penyembuhan klien.
Sehingga pada klien DM yang disertai dengan TB paru, penting untuk
memperhatikan proses penerimaan klien dari sikap terapeutik perawat tersebut.
Selain itu, klien Ibu T juga sempat mengeluh tidak mau makan secara mandiri
dengan alasan makanannya tidak akan masuk ke lambung apabila ia makan
sendiri dengan tangannya. Oleh sebab itu, mahasiswa mencoba memberikan
argumen atau penawaran tentang bagaimana jika suatu saat orang-orang yang
sering membantu klien tersebut tiba-tiba tidak berada di rumah dan tidak mampu
membantu klien untuk makan, apakah klien hanya akan menunggu orang tersebut,
kemudian membandingkan dengan fungsi bagian tubuh yang sama yaitu fungsi
menelan klien dengan minum secara mandiri. Setelah klien menunjukkan mampu
melakukan makan secara mandiri, mahasiswa memberikan reinforcement positif
dan pujian atas perkembangan kemampuan klien, sehingga harga diri klien akan
meningkat dan masalah keputusasaan klien dapat teratasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Potter dan Perry (2013) bahwa komunikasi terapeutik merupakan
respon spesifik yang mendorong ekspresi perasaan dan ide, serta menyampaikan
penerimaan dan kepatuhan klien.
Selain itu, peningkatan motivasi pada klien merupakan faktor penting dalam
meningkatkan harapan positif dalam diri klien. Untuk meningkatkan motivasi
dalam diri klien, perawat memfasilitasi klien untuk menghubungi teman-teman
rekan kerjanya dulu dan terlihat klien menjadi lebih bersemangat ketika
dikunjungi oleh teman-temannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Videbeck
(2011), di mana salah satu intervensi untuk mengatasi risiko bunuh diri pada klien
dengan keputusasaan yaitu memfasilitasi keberadaan sistem pendukung klien,
seperti keluarga, teman, rekan kerja maupun agama dan komunitas pendukung.
BAB 5
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penulisan karya
ilmiah akhir yang telah dilakukan.
5.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi
pada masyarakat perkotaan, akibat dari pola makan tidak teratur dengan gizi yang
tidak seimbang serta kurangnya aktivitas fisik. Keputusasaan merupakan masalah
psikososial yang sering terjadi pada klien dengan diabetes mellitus kronik.
Asuhan keperawatan pada klien diabetes mellitus penting dilakukan secara
komprehensif. Keputusasaan pada klien dapat juga disebabkan oleh gejala
psikosomatik yang dialami oleh klien, yang diperberat dengan penyakit fisik yang
menyertainya yaitu diabetes mellitus. Tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah psikososial pada klien yaitu mengenal keputusasaan,
mengembangkan harapan positif, melatih kemampuan positif dalam diri klien dan
pemberian infomasi sesuai dengan kebutuhan klien.
5.2 Saran
5.2.1 Keilmuan
5.2.2 Pelayanan
29
Universitas Indonesia
yang mungkin menjadi faktor pemberat kondisi klien dengan cara mengadakan
pelatihan (workshop) ataupun seminar tentang dampak dari masalah psikososial
keputusasaan yang dialami klien di ruang rawat terhadap penyakit fisik yang
dialami dan cara mengatasinya. Selain itu, diperlukan untuk mendata masalah
psikososial yang terjadi di ruangan untuk menjadi dasar perawat dalam melakukan
intervensi masalah psikososial klien dan menyediakan standar asuhan
keperawatan masalah psikososial khususnya masalah keputusasaan agar intervensi
dapat dilakukan secara tepat oleh perawat ruangan.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi klien maupun keluarga
dalam mengatasi psikososial keputusasaan dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti mengembangkan harapan positif dan melatih kemampuan
positif klien yang sudah dilatih sejak klien dirawat di RS untuk dilanjutkan di
rumah, agar tanda dan gejala keputusasaan yang dialami tidak muncul kembali.
5.2.3 Penelitian
Karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang asuhan keperawatan masalah psikososial
keputusasaan pada klien dengan diabetes mellitus. Diharapkan penulisan
selanjutnya dapat lebih memaparkan mengenai keefektifan dari setiap intervensi
yang dilakukan untuk mengatasi keputusasaan seperti mengembangkan harapan
positif dan melatih kemampuan positif, serta mengembangkan intervensi-
intervensi baru terkait keputusasaan pada klien dengan diabetes mellitus.
Universitas Indonesia
Chung, J.H., Moon, K., Kim, D.H., Min, J.W., Kim, T.H. & Hwang, H.J. (2014).
Suicidal ideation and suicide attempts among diabetes mellitus: The Korea
National Health and Nutrition Examination Survey (KNHANES IV, V)
from 2007 to 2012. Journal of Psychosomatic Research, 77, 457-461.
Depkes. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI
31
Universitas Indonesia
Depkes. (2014). Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI
Depkes. (2014). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Depkes. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Depkes. (2008). Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Gooding, P., Tarrier, N., Dunn, G., Shaw, J., Awenat, Y., Ulph, F. & Pratt, D.
(2015). Effect of hopelessness on the links between psychiatric symptoms
and suicidality in a vulnerable population at risk of suicide. Psychiatry
Research, 230, 464-471
Ismail, K. (2009). Depression and diabetes. Psychiatry and Medicine. 8(6), 203-
207.
Lossnitzer, N., Wagner, E., Wild, B., Frankenstein, L., Rosendahl, J., Leppert K.,
Herzog, W., & Schultz J.H., (2014). Resilience in chronic heart failure.
Deutsche Medizinische Wochenschrift, 139(12), 580-4.
Moorheads, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
outcomes classification (NOC). Edisi 5. St.Louis: Elsevier Mosby
Universitas Indonesia
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Penerjemah Agung Waluyo dkk.
Jakarta: EGC
Stuart, G.W. (2009). Principles and practices of psychiatric nursing. (10th ed.). St.
Louis: Mosby
Sudoyo, A.W.,dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3, Edisi Kelima.
Jakarta: Interna Publishing
United Nations. (2014, 10 Juli). More than half of world's population now living
in urban areas, UN survey finds. UN News Centre. Retrieved from
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=48240#.U7-dZ9Fza14
diakses pada 27 Mei 2016
Unite for Sight. (2015) . Urban helath versus rural health. Unite for Sight.
Retrieved from http://www.uniteforsight.org/global-health-
university/urban-rural-health diakses pada 27 Mei 2016
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Demografi
Nama : Ibu T
Usia : 53 tahun
Tanggal Lahir : 26 Oktober 1962
Suku Bangsa : Jawa
Jenis Kelamin : Perempuan
Bahasa dominan : Indonesia
Status perkawinan : Janda
Alamat : Jl. Cendrawasih No.16, Cilandak
Tanggal Masuk : 15 Mei 2016
Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2016
Ruang rawat : Bisma, Kamar 7-8
No. Rekam Medis 325728
Diagnosis Medis : Dispnea ec TB paru, DM Tipe 2, Bekas TB
Riwayat alergi : Tidak ada
Diet : rendah glukosa
Sumber Informasi : Pasien dan keluarga, status pasien
2. Riwayat Keperawatan
Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang:
Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu yang
lalu, mual dan penurunan nafsu makan, klien masih batuk berdahak
Riwayat Kesehatan Masa Lalu:
Klien pernah dirawat di rumah sakit dengan riwayat kehamilan pre eklampsia
dan diabetes mellitus pada tahun 2006.
Riwayat Kesehatan Keluarga:
Ayah klien memiliki riwayat diabetes mellitus dan TB paru.
Universitas Indonesia
Pemeriksaan Penunjang
AGD (19 Mei 2016)
5. Terapi
Nama Obat Dosis
A. Oral
Ambroxol 3x1
Curcuma 3x1
ISDN 5% 2x1
Spironolcetone 1x25
Bisoprolol 1x1/2
Simvastatin 1x20mg
CPB 75 1x1
Ramipril 2x5mg
B. INJEKSI
Ceftriaxone 1x2
Ranitidine 2x1
Ondansentron 3x8g
Furosemide 2x1
C. OBAT KHUSUS
Nebu/8 jam (C+P) 3x/8jam
Novorapid 3x18Unit
Lantus 1x18 Unit
Keluarga
Tipe Keluarga klien merupakan tipe nuclear family dimana dalam keluarga
tanggal dalam satu rumah terdiri dari ibu dan anak. Pengambil keputusan dalam
keluarga adalah kepala keluarga, yaitu ibu T. Kebiasaan yang dilakukan klien
bersama keluarga adalah makan bersama, menonton TV, mengobrol, namun klien
jarang berekreasi semenjak tidak bisa berjalan. Klien mengatakan selama dirinya
tidak bisa berjalan, ia menjadi jarang berinteraksi dengan tetangga sekitar dan
tidak aktif dalam kegiatan masyarakat di lingkungan rumahnya.
Riwayat sosial
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Domain 12 Domain IV: Pengetahuan kesehatan & perilaku Domain 1: Fisiologi: Dasar
Kenyamanan
Kelas Q: Perilaku kesehatan Kelas E: Promosi kenyamanan fisik
Kelas 1
Kenyamanan Fisik Hasil: Intervensi:
1605-Pengendalian nyeri 1400-Manajemen nyeri
Diagnosis Indikator: 1) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi
Nyeri Kronik (00133) 160502-Mengetahui penyebab munculnya lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri 160503-Menggunakan tindakan intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya.
Definisi pencegahan 160504-Menggunakan teknik non 2) Observasi isyarat non verbal ketidaknyamanan.
Pengalaman sensorik dan farmakologi 3) Identifikasi pengetahuan klien mengenai nyeri dan
emosional yang tidak 160513-Melaporkan perubahan gejala nyeri kepada petugas kepercayaannnya terhadap nyeri
menyenangkan terkait dengan kesehatan 160507-Melaporkan gejala nyeri yang tak terkendali 4) Identifikasi pengaruh budaya klien dalam merespon nyeri.
aktual atau potensi kerusakan kepada petugas kesehatan 5) Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup (misalnya
jaringan, atau yang dijelaskan 160511-Melaporkan nyeri terkendali tidur, nafsu makan, aktivitas, kognitif, mood, hubungan
dalam hal kerusakan tersebut sosial).
(International Association 2102-Tingkat nyeri 6) Diskusikan bersama klien faktor yang dapat memperburuk nyeri.
for The Study of Pain); onset Indikator: 7) Fasilitasi informasi tentang nyeri, seperti penyebab, durasi, dan
mendadak atau lambat setiap 210201-Melaporkan bila mengalami antisipasi.
intensitas dari ringan sampai nyeri 210221-Melindungi area nyeri 8) Kontrol lingkungan yang dapat menimbulkan nyeri (misalnya
berat, konstan atau berulang 210206-Ekspresi wajah suhu ruangan, pencahayaan, suara bising).
tanpa diantisipasi atau nyeri 210208-Gangguan 9) Kurangi faktor yang dapat menimbulkan atau
diprediksi berakhir dan durasi istirahat 210225-Diaforesis meningkatkan nyeri (misalnya ketakutan, kelelahan, defisit
lebih dari tiga (> 3) bulan 210219-Fokus menyempit pengetahuan).
(NANDA, 2014). 210215-Nafsu makan 10) Pilih dan terapkan tindakan pengurangan nyeri
berkurang 210227-Mual dengan farmakologi maupun nonfarmakologi.
210223-Iritabilitas 11) Ajarkan prinsip manajemen nyeri.
210206-Merintih dan menangis 12) Ajarkan teknik nonfarmakologi (seperti hipnosis, relaksasi,
imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi, kompres
hangat/ dingin, masase).
13) Monitor manajemen nyeri klien sesuai dengan interval
yang telah ditentukan.
Domain 11 Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam, pasien 3140 Manajemen Jalan Napas
Keamanan/ perlindungan memperlihatkan kepatenan/mempertahankan:
- Buka jalan napas dengan head tilt chin lift/ jaw trust
Kelas 2 0410 Status Respirasi: Kepatenan Jalan Napas - Berikan pasien posisi fowler/semi fowler untuk maksimalkan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Risiko Jatuh (00155) - Menggunakan alat bantu secara tepat - Mengajarkan cara penggunaan alat bantu jalan seperti walker.
- Menggunakan alat bantu lihat - Menentukan kemampuan klien untuk partisipasi dalam aktivitas
Definisi - Memberikan bantuan dengan mobilitas yang membutuhkan keseimbangan
Rentan terhadap peningkatan - Menggunakan prosedur transfer yang aman
- Kolaborasikan dengan latihan fisik seperti Balance exercise.
kerentanan terhadap jatuh, - Memberikan penerangan yang cukup
yang dapat menyebabkan - Menggunakan bangku dan tangga dengan aman - Membantu penguatan pergelangan kaki dan program berjalan.
bahaya fisik - Hindari keributan, tumpahan dan cahaya yang menyilaukan di lantai
dan kesehatan (NANDA, - Pindahkan karpet Manajemen Lingkungan: Keamanan (6486)
2014) - Bersihkan salju dan es dari permukaan jalan - Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
- Menyesuaikan tinggi toilet, jika diperlukan - Identifikasi hazards keamanan di lingkungan tersebut
- Menyesuaikan tinggi kursi - Singkirkan hazard/bahaya yang berada pada lingkungan
- Menyesuaikan tinggi kasur - Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan hazards/bahaya
- Kontrol kelelahan - Sediakan peralatan yang memadai untuk
- Menggunakan tindakan pencegahan ketika mengonsumsi medikasi meningkatkan keamanan pada lingkungan (contohnya
yang meningkatkan risiko jatuh handrail)
- Gunakan alat perlindungan, seperti restrain, siderail, untuk
membatasi pergerakan fisik atau mencegah terjadinya situasi
yang menimbulkan cedera.
Domain 6: Domain III: Kesehatan Psikososial 5230- Peningkatan Koping
Persepsi Diri 1) Bantu klien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan
Kelas M: Kesejahteraan Psikologis jangka panjang
Kelas 1: 2) Bantu klien dalam memeriksa sumber untuk mencapai tujuan
Konsep Diri Hasil: 3) Bantu klien dalam memecahkan tujuan yang kompleks menjadi
1201- Harapan bagian-bagian kecil, langkah-langkah yang dapat diatur
Diagnosa: Indikator: 4) Dorong hubungan dengan orang-orang yang mempunya
Keputusasaan 120101- Mengekspresikan harapan masa depan ketertarikan dan tujuan yang sama
positif 120102- Mengekspresikan kesetiaan 5) Bantu klien menyelesaikan masalah secara konstruktif
Definisi: 120103- Mengekspresikan keinginan untuk 6) Kaji dampak situasi kehidupan klien dalam peran dan hubungan
Pernyataan subjektif dimana hidup 120104- Mengekspresikan alasan hidup 7) Dorong klien untuk mengidentifikasi deskripsi realistis dari
seorang individu melihat 120105- Mengekspresikan makna hidup perubahan peran
keterbatasan atau tidak ada 120106- Mengekspresikan optimism 8) Kaji pemahaman klien tentang proses penyakit
alternatif atau tidak ada 120107- Mengekspresikan kepercayaan 9) Kaji dan diskusikan respon alternatif dari situasi
pilihan yang tersedia dan diri 10) Gunakan ketenangan dan pendekatan meyakinkan
tidak bisa memobilisasi 120108- Mengekspresikan percaya pada orang lain 11) Berikan atmosfer penerimaan
energi secara sendiri 120109- Mengekspresikan kedamaian dalam jiwa 12) Bantu klien untuk mengidentifikasi informasi yang membuatnya
(NANDA, 2014). 120110- Mengekspresikan kemampuan kontrol tertarik
diri 120111- Menunjukkan semangat hidup 13) Berikan informasi yang benar terkait diagnosis, pengobatan dan
120112- Membuat tujuan prognosis
Universitas Indonesia
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Domain I: Kesehatan Fungsional 14) Berikan klien pilihan realistis tentang aspek perawatan
15) Dorong sikap dari harapan realistis sebagai cara untuk mengatasi
Kelas A: Pemeliharaan Energi keputusasaan
16) Evaluasi kemampuan pengambilan keputusan klien
Hasil: 17) Hindari pengambilan keputusan ketika klien dalam keadaan
0006- Energi Psikomotor stress berat
Indikator: 18) Dorong kemampuan secara bertahap dari situasi
000601- Menunjukkan perasaan yang sesuai dengan 19) Dorong penerimaan dari keterbatasan orang lain
situasi 000602- Menunjukkan konsentrasi 20) Kaji latar belakang spiritual/budaya
000603- Memelihara personal hygiene dan berias 21) Dorong penggunaan spiritual
000604- Menunjukkan nafsu makan normal 22) Eksplorasi prestasi klien di masa lalu
000613- Patuh dengan pengobatan 23) Eksplorasi alasan klien dari mengkritisasi diri
000614- Patuh dengan regimen terapeutik 24) Bantu klien dalam mengidentifikasi sistem pendukung tersedia
000606- Menunjukkan ketertarikan dengan 25) Motivasi klien untuk mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan
sekeliling 000608- Menunjukkan kestabilan level 26) Dorong keterlibatan keluarga secara tepat
energi 000609- Menunjukkan kemampuan 27) Kaji risiko klien dalam melakukan tindakan melukai diri sendiri
melakukan ADL 000607- Ide bunuh diri 28) Bantu klien untuk berduka dan bekerja melalui kehilangan dari
000611- Letargi penyakit kronis dan keterbatasan
000612- Depresi 29) Bantu klien mengidentifikasi strategi positif untuk menghadapi
keterbatasan dan mengatur gaya hidup yang diperlukan atau
perubahan peran.
Universitas Indonesia
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
Implementasi: Analisis:
1. Membina hubungan saling percaya 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
2. Memantau status respirasi dan oksigenasi 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Memberikan terapi O2 nasal kanul belum teratasi
4. Memantau TTV 3. Intoleransi aktivitas belum teratasi
5. Memantau gula darah harian 4. Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
6. Mendengarkan klien dalam mengungkapkan perasaannya 5. Keputusasaan belum teratasi
7. Memberikan pujian atas keterbukaan klien
8. Menganjurkan makan sedikit tapi sering Planning:
1. Makan sedikit tapi sering
RTL: 2. Kurangi makanan tinggi glukosa
1. Monitor keadaan umum dan TTV 3. Latih ROM
2. Pantau status respirasi dan oksigenasi 4. Berbincang-bincang dengan orang di sekitar
3. Bantu klien mengenal keputusasaan yang dialami
4. Eksplorasi harapan positif dalam diri klien
5. Mengajarkan batuk efektif
Selasa, 17 Data: Subjektif:
Mei 2016 - Klien mengatakan masih merasa sesak, makan masih sedikit, batuk masih berdahak namun - Klien mengatakan merasa lebih lega setelah diinhalasi
Universitas Indonesia
hanya sedikit keluar, mual, pusing, tidak bisa tidur, tidak mau dilakukan inhalasi, GDS=236 - Klien mengatakan masih merasa mual dan sulit tidur
mg/dl, nyeri akibat riwayat jatuh 2 tahun lalu - Klien mengatakan masih mempunyai bisnis jualan kue secara
online, namun pada saat sakit, ia tidak bisa meneruskan
Kemampuan: kegiatan tersebut
- Klien belum mampu melakukan batuk efektif - Klien mengatakan akan berusaha meneruskan berjualan online
- Sudah terpasang O2 2l/menit nasal kanul dengan posisi semi fowler demi membiayai kehidupan anaknya
- Belum mampu makan adekuat hanya 3 sendok makan
- Belum mampu mengontrol nyeri Objektif:
- Belum memiliki kemampuan mengontrol keputusasaan - TTV: TD=100/60mmHg, N=70x/menit, RR=30x/menit,
- Sudah mampu mengungkapkan perasaan keputusasaan S=35,30C
- GDS = 280 mg/dl
Implementasi: - Klien terlihat lebih tenang dan lebih bersemangat
1. Memantau TTV - Klien sudah mampu melakukan batuk efektif
2. Memotivasi klien untuk diinhalasi
3. Mengajarkan batuk efektif Analisis:
4. Memantau gula darah harian 1. Nyeri kronik belum teratasi
5. Mengeksplorasi harapan dan kemampuan positif klien 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian
6. Memberikan pujian atas keterbukaan klien 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Menganjurkan makan sedikit tapi sering belum teratasi
4. Intoleransi aktivitas belum teratasi
RTL: 5. Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
1. Monitor keadaan umum dan TTV 6. Risiko jatuh belum teratasi
2. Monitor status respirasi dan oksigenasi 7. Keputusasaan belum teratasi
3. Monitor nyeri
4. Evaluasi batuk efektif Planning:
5. Melatih kemampuan positif klien yaitu dalam melakukan ADL 1. Latihan batuk efektif setiap sehabis inhalasi
2. Makan sedikit tapi sering
3. Latihan berpikir positif setiap sebelum tidur
Rabu, 18 Data: Subjektif:
Mei 2016 - Klien mengatakan masih merasa sesak, makan masih sedikit, batuk masih berdahak, mual, - Klien mengatakan sesak belum kunjung berkurang
GDS= 176 mg/dl, terlihat edema pada ekstremitas bawah - Klien mengatakan masih merasa mual
Kemampuan: - Klien mengatakan mampu minum tapi masih tidak bisa makan
- Klien sudah mampu melakukan batuk efektif sendiri
- Sudah mau diberikan terapi inhalasi
Universitas Indonesia
- Terpasang O2 3L/menit Objektif:
- Belum mampu makan adekuat hanya ½ porsi - TTV: TD=13070mmHg, N=72x/menit, RR=28x/menit,
- Sudah mampu mengenali tanda, gejala dan akibat keputusasaan S=36,10C
- Sudah memiliki kemampuan mengontrol keputusasaan dengan berpikir positif - GDS = 236 mg/dl
- Klien terlihat lebih tenang dan lebih bersemangat
Implementasi: - Klien terlihat belum mau mencoba makan sendiri
1. Memantau TTV
2. Memantau gula darah harian Analisis:
3. Mengevaluasi harapan dan kemampuan positif klien 1. Nyeri kronik belum teratasi
4. Melatih klien melakukan ADL secara mandiri 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian
5. Memberikan pujian atas kemampuan klien 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Menganjurkan minum sedikit 1200cc/hari belum teratasi
4. Kelebihan volume cairan belum teratasi
RTL: 5. Intoleransi aktivitas belum teratasi
1. Monitor keadaan umum dan TTV 6. Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
2. Monitor status respirasi dan oksigenasi 7. Risiko jatuh belum teratasi
3. Melatih kemampuan positif klien yaitu dalam melakukan ADL makan secara mandiri 8. Keputusasaan belum teratasi
4. Memberikan terapi furosemide
Planning:
1. Latihan batuk efektif setiap sehabis inhalasi
2. Makan sedikit tapi sering disuapi
3. Minum air putih 1200cc/hari
4. Latihan berpakaian sendiri
Kamis, 19 Data: Subjektif:
Mei 2016 - Klien mengatakan masih merasa sesak, makan masih sedikit, batuk masih berdahak, mual, - Klien mengatakan sesak sudah berkurang
GDS= 187 mg/dl, terlihat edema pada ekstremitas bawah - Klien mengatakan masih merasa mual
Kemampuan: - Klien mengatakan mampu minum tapi masih tidak bisa makan
- Klien sudah mampu melakukan batuk efektif sendiri
- Sudah mau diberikan terapi inhalasi
- Terpasang O2 3L/menit Objektif:
- Belum mampu makan adekuat hanya ½ porsi - TTV: TD=140/70mmHg, N=70x/menit, RR=20x/menit,
- Sudah mampu mengenali tanda, gejala dan akibat keputusasaan S=35,50C
- Sudah memiliki kemampuan mengontrol keputusasaan dengan berpikir positif - GDS = 288 mg/dl
- Sudah mampu melakukan duduk, berpakaian dan minum sendiri - Klien terlihat lebih tenang dan lebih bersemangat
Universitas Indonesia
Implementasi: - Klien terlihat belum mau mencoba makan sendiri, namun
1. Memantau TTV ketika disuapi, makanannya habis
2. Memantau gula darah harian
3. Monitor edema Analisis:
4. Memberikan terapi furosemide 1. Nyeri kronik belum teratasi
5. Mengevaluasi harapan dan kemampuan positif klien 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian
6. Melatih klien melakukan ADL secara mandiri 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Menyuapi klien makan teratasi sebagian
8. Memberikan pujian atas kemampuan klien 4. Kelebihan volume cairan belum teratasi
5. Intoleransi aktivitas belum teratasi
RTL: 6. Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
1. Monitor keadaan umum dan TTV 7. Risiko jatuh belum teratasi
2. Melatih kemampuan positif klien yaitu dalam melakukan ADL makan secara mandiri 8. Keputusasaan belum teratasi
3. Motivasi melakukan kegiatan spiritual dan bersosialisasi dengan teman-teman lama
4. Memberikan terapi furosemide Planning:
5. Kolaborasi pemberian analgetik 1. Latihan batuk efektif setiap sehabis inhalasi
2. Menaikkan kaki lebih tinggi di atas kepala
3. Makan sedikit tapi sering dengan mandiri
4. Minum air putih 1200cc/hari
5. Latihan berpakaian sendiri
Jumat, 20 Data: Subjektif:
Mei 2016 - Klien mengatakan sesak sudah berkurang, batuk berkurang, mual berkurang, GDS= 129 - Klien mengatakan sesak sudah berkurang
mg/dl, terlihat edema pada ekstremitas bawah - Klien mengatakan mual sudah berkurang
- Klien mengatakan mampu makan sendiri
Kemampuan: - Klien mengatakan merasa senang setelah teman-teman
- Klien sudah mampu melakukan batuk efektif lamanya mengunjunginya di RS
- Sudah mau diberikan terapi inhalasi
- O2 3L/menit intermitten Objektif:
- Makan habis 1 porsi - TTV: TD=110/70mmHg, N=66x/menit, RR=18x/menit,
- Sudah mampu mengenali tanda, gejala dan akibat keputusasaan S=36,20C
- Sudah memiliki kemampuan mengontrol keputusasaan dengan berpikir positif - GDS = 243 mg/dl
- Sudah mampu melakukan duduk, berpakaian dan minum sendiri - Klien terlihat lebih tenang dan lebih bersemangat
- Klien terlihat sudah mampu makan sendiri tanpa disuapi dan
Implementasi: habis
Universitas Indonesia
1. Memantau TTV - Klien terlihat ceria saat mengobrol bersama teman-temannya
2. Memantau gula darah harian
3. Monitor edema Analisis:
4. Mengevaluasi harapan dan kemampuan positif klien 1. Nyeri kronik belum teratasi
5. Melatih klien melakukan ADL secara mandiri 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian
6. Memberikan pujian atas kemampuan klien 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Memotivasi klien tentang keberadaan support system dan melakukan kegiatan spiritual teratasi sebagian
4. Kelebihan volume cairan belum teratasi
RTL: 5. Intoleransi aktivitas belum teratasi
1. Monitor keadaan umum dan TTV 6. Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
2. Evaluasi kemampuan positif klien dalam melakukan ADL 7. Risiko jatuh belum teratasi
3. Berikan terapi furosemide 8. Keputusasaan teratasi sebagian
4. Latih SP 1 dan 2 Keluarga
Planning:
1. Menaikkan kaki lebih tinggi di atas kepala
2. Makan sedikit tapi sering dengan mandiri
3. Minum air putih 1200cc/hari
4. Latihan melakukan ADL secara mandiri
Sabtu, 21 Data: Subjektif:
Mei 2016 - Klien mengatakan sesak sudah berkurang, batuk berkurang, mual berkurang, GDS= 194 - Klien mengatakan sesak sudah berkurang
mg/dl, terlihat edema pada ekstremitas bawah - Klien mengatakan mual sudah berkurang
- Klien mengatakan merasa lebih baik kondisinya dan akan
Kemampuan: menjauhi pikiran negatif yang menyebabkan keputusasaan
- Klien sudah mampu melakukan batuk efektif - Keluarga mengatakan akan membantu mengatasi masalah
- Sudah mau diberikan terapi inhalasi keputusasaan klien
- O2 3L/menit intermitten
- Makan habis 1 porsi Objektif:
- Sudah mampu mengenali tanda, gejala dan akibat keputusasaan - TTV: TD=110/70mmHg, N=72x/menit, RR=20x/menit,
- Sudah memiliki kemampuan mengontrol keputusasaan dengan berpikir positif S=36,30C
- Sudah mampu melakukan duduk, berpakaian dan minum sendiri - GDS = 243 mg/dl
- Klien terlihat lebih tenang dan lebih bersemangat
Implementasi: - Klien terlihat sudah mampu makan sendiri tanpa disuapi dan
1. Memantau TTV habis
2. Memantau gula darah harian - Klien terlihat lebih ceria dan lebih banyak bercerita dengan
Universitas Indonesia
3. Monitor edema orang-orang di sekitarnya
4. Mengevaluasi cara mengatasi keputusasaan dalam diri klien - Keluarga mampu menyebutkan cara-cara mengatasi
5. Memberikan pujian atas kemampuan klien keputusasaan pada klien
8. Melatih SP 1 & 2 Keluarga pada klien dengan keputusasaan
Analisis:
RTL: 1. Nyeri kronik belum teratasi
Intervensi selesai 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi sebagian
4. Kelebihan volume cairan belum teratasi
5. Intoleransi aktivitas belum teratasi
6. Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
7. Risiko jatuh belum teratasi
8. Keputusasaan teratasi
Planning:
1. Menaikkan kaki lebih tinggi di atas kepala
2. Makan sedikit tapi sering dengan mandiri
3. Minum air putih 1200cc/hari
4. Latihan melakukan ADL secara mandiri
5. Latihan berpikir positif dan melanjutkan kegiatan setelah
pulang ke rumah
6. Kurangi makanan berlemak dan kurangi makanan
mengandung gula tinggi
Universitas Indonesia